• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa hidup sendiri, begitu juga dalam kehidupan manusia yang berlainan jenis kelamin, saling membutuhkan satu sama lain untuk dijadikan teman hidup, melanjutkan keturunan, memenuhi hasrat seksual maka terbentuklah perkawinan. Menurut konsepsi hukum adat:

“Perkawinan merupakan nilai meneruskan keturunan dan mempertahankan silsilah dan kedudukan sosial, yang bertujuan untuk membangun dan memelihara serta membina hubungan kekerabatan dan martabat keluarga/kerabat yang mengatur proses pemilihan jodoh dan tata cara perkawinan adat” (Hadikusuma, 1990:22).

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin yang suci antara pria dan wanita yang melibatkan hubungan seksual, hak pengasuhan anak dan adanya pembagian peran suami – istri serta adanya keintiman, komitmen, persahabatan, cinta dan kasih sayang, pemenuhan seksual, pertemanan dan kesempatan untuk pengembangan emosional antara suami dan istri. Perkawinan dalam arti membentuk sebuah keluarga pada kenyataanya membentuk perbedaan dan persamaannya antara suku bangsa satu dan yang lainya.

Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku di antaranya Suku Sunda yang pada umumnya tinggal di Jawa Barat atau Tatar Sunda. Suku Sunda lebih dikenal

(2)

dengan sebutan urang Sunda, apabila ia dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dan nilai budaya Sunda (Ekadjati 1995). Dalam kriteria kedua ini, yang diangggap penting adalah tempat tinggal, kehidupan sosial budaya, dan sikap orangnya. Ditinjau dari sudut kebudayaan, orang Sunda adalah “orang atau kelompok yang dibesarkan dalam lingkungan sosial dan budaya Sunda serta dalam hidupnya menghayati dan menggunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda”. Dalam konteks ini istilah Sunda juga dikaitkan dengan istilah Kebudayaan Sunda, yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di Tatar Sunda. Dalam tata kehidupan sosial budaya Indonesia di golongkan ke dalam kebudayaan daerah. Di samping memiliki persamaan-persamaan dengan kebudayaan daerah lain kebudayaan Sunda juga memiliki kekhasannya tersendiri yang membedakannya dari kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Sunda di kenal dengan masyarakat yang religious. Kecenderungan ini tampak dalam pameo “silih asih, silih asah, dan silih asuh” (saling menyanyangi, saling mempertajam diri dan saling memlihara dan melindungi), disamping itu Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan (handap asor), rendah hati terhadap sesama; penghormatan terhadap orang tua atau kepada orang yang lebih tua, serta menyayangi orang yang lebih kecil (hormat ka nu luhur, nyaah ka nu leutik); membantu orang lain yang membutuhkan dan yang dalam kesusahan (nulung ka nu butuh na lang ka nu susah).

Keluarga dalam masyarakat Sunda adalah keluarga parental. Dalam keluarga parental ini ayah bertindak sebagai kepala keluarga dan kedudukannya di warisi

(3)

oleh anaknya yang laki-laki. Dalam keluarga parental kaum kerabat pihak ayah dan ibu dianggap sama pentingnya dan memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap harta warisan dan anak-anak, maka dalam perkawinan tidak ada larangan untuk kawin dengan anggota kerabat sendiri, kecuali dengan saudara kandung atau kerabat dekat, misalnya dengan “pararlel causin”, yaitu saudara sepupu yang kedua ayahnya atau ibunya kakak beradik. Sedangkan perkawinan “cross causin”, yaitu perkawinan dengan saudara sepupu yang ayahnya saudara kandung dengan ibu suaminya/istrinya atau yang ibunya saudara kandung dengan ayah suami/istrinya, dibolehkan bahkan diharapkan. Istilah sepupu dalam Bahasa Sunda di sebut kapi adi atau kapi lanceuk. Perkawinan dengan anggota kerabat sendiri atau “cross causin” dimaksudkan agar garis keturunan tetap terpilihara. Untuk terlaksananya suatu hubungan antara manusia dalam suatu masyarakat diciptakan norma-norma, seperti: secara, kebiasaan, tatakelakuan dan adat istiadat. Di dalam prosesi pernikahan adat Sunda, ada beberapa ritual yang perlu dipahami maknanya bersama, karena dalam pernikahan atau perkawinan yang ada di Indonesia khususnya adat sunda, memiliki arti yang sakral, baik penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada orang tua.

Menurut Harsojo dalam Elis Suryani (2010) bagi masyarakat Sunda, laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Tuhan agar bersatu menjadi loro-loronong atunggal. Dengan perkawinan, laki-laki dan perempuan dipersatukan oleh sang pencipta menjadi satu roh, satu jiwa. Karena filosofi perkawinan bagi masyarakat sunda adalah demikian, maka perceraian tidak boleh dilakukan atau haram hukumnya apabila dilakukan, kecuali kehendak Tuhan atau salah satunya meninggal (Suryani :2010)

(4)

Tata upacara perkawinan adat Sunda dalam buku Thomas Wiyasa Bratawidjaya yang berjudul Upacara Adat Perkawinan Sunda adalah sebagai berikut:

(1) Persiapan sebelum perkawinan a) Adat meminang/ngalamar b) Saserahan c) Ngeuyeuk seureuh d) Siraman e) Midadaren (2) Upacara Perkawinan (3) Akad Nikah (4) Upacara Panggih a) Sungkem b) Saweran c) Nincak endog d) Buka pintu e) Huap lingkup

(5) Tahapan Setelah Perkawinan (Bratawidjaya,1990)

Pada tahun 1950an banyak transmigrasi swadaya yang dilakukan masyarakat Suku Sunda dari Jawa Barat. Mereka bertransmigrasi ke berbagai daerah, salah satunya Lampung. Masyarakat Suku Sunda dari Jawa Barat yang bertransmigrasi ke Lampung adalah berasal dari Tasikmalaya. Ketika mereka bertransmigrasi dan menetap di Way Gelang dan berinteraksi dengan penduduk asli Pekon Way Gelang yang terdiri dari beragam suku mempengaruhi kebudayaan Sunda yang mereka bawa dari Tanah Sunda.

Kebudayaan Sunda adalah semua sistem gagasan, aktivitas dan hasil karya manusia Sunda yang terwujud sebagai hasil interaksi terus menerus antara manusia Sunda sebagai pelaku dan latar tempat dia hidup, dalam rentang waktu yang panjang dan suasana yang bermacam-macam. Kebudayaan Sunda adalah milik masyarakat Sunda yang di peroleh dari hasil proses adaptasi terhadap

(5)

perubahan-perubahan lingkungan yang terus menerus dalam jangka waktu yang sangat lama.

Manusia dan perubahan adalah suatu yang tidak dapat dipisahkan untuk selamanya karena manusia adalah pendukung perubahan itu sendiri. Sudah menjadi sifat dasar manusia yang dinamis dan selalu ingin mengadakan perubahan, perkembangan zaman saat ini membawa manusia pada perubahan yang lebih cepat. Perubahan yang terjadi bisa merupakan kemajuan atau kemunduran. Perubahan yang dimaksud berarti menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam upacara perkawinan. Ada yang melewati seluruh tata cara tersebut ada juga yang melewati bagian-bagian tertentu saja dari upacara tersebut.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah peneliti lakukan, fakta yang di dapat di lapangan ialah bahwa Suku Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus ini sudah tidak menggunakan perkawinan adat Sunda secara lengkap, beberapa tahap seperti ngeyeuk sereuh, midadaren, sawer, huap lingkup dan buka pintu sudah jarang dilaksanakan. Tahap-tahap tersebut lebih sering ditinggalkan atau tidak dilaksanakan lagi ( Ibu Masnuri, 1 Januari 2015).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui faktor- faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus.

(6)

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus.

2. Faktor- faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus.

2. Batasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu faktor- faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus .

3. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “faktor apa sajakah penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus?”.

(7)

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus.

2. Kegunaan Penelitian

2.1. Bagi peneliti, menambah wawasan, ilmu pengetahuan, pengalaman dan informasi mengenai faktor-faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus .

2.2. Bagi masyarakat Suku Sunda di Lampung, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tentang perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus.

2.3. Bagi masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang, penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan bacaan yang mengulas tentang adat perkawinan Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus.

(8)

3. Ruang Lingkup Penelitian

B.3.1 Obyek Penelitian : Faktor- faktor penyebab perubahan upacara adat perkawinan pada masyarakat Sunda di Pekon Way Gelang Kecamatan Kota

Agung Barat Kabupaten Tanggamus. B.3. 2 Subyek Penelitian : Masyarakat Suku Sunda di Pekon Way

Gelang Kota Agung Kabupaten Tanggamus tahun 2015

B.3.3 Tempat Penelitian : Pekon Way Gelang Kota Agung Kabupaten Tanggamus

B.3.4 Waktu Peneltian : Tahun 2015

(9)

REFERENSI

Hilman Hadikusuma.1990. Hukum Kekerabatan Adat.Jakarta. Fajar Agung. Halaman 22

Edi S. Ekadjati. 1995. Kebudayaan Sunda (Suatu Pndekatan Sejarah). Jakarta: Pustaka Jaya, hal.7-8.

Elis Suryani NS.2010. Ragam Pesona Budaya Sunda.Ghalia Indonesia. Bandung Thomas Wiyasa Bratawidjaya.1990. Upacara Perkawinan Adat Sunda.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pokok permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana respon siswa-siswi pada iklan kondom sutra yang diperankan oleh Gaston

Yang bukan merupakan alasan dari pernyataan soal adalah pilihan D, dapat ditemukan pada paragraph 4.. 6 Copyright© unsma.com all

Titik Ekuilibrium Matematika SIRS 0 I 0 V 0 pada Penyebaran Flu Burung (Avian Influenza) dari Unggas ke Manusia dengan Pengaruh Vaksinasi pada Unggas ... Bilangan Reproduksi

Dengan menggunakan media kartu gambar dari penelitian ini manfaat yang diharapkan agar dapat mengatasi kesulitan anak dalam pengucapan kata benda dan mengetahui

Disable vpn and candy skull, dan rx king modif standar keren kelas dunia modifikasi motor standar menjadi lebih keras dan motor juga motor matic ala rx king yaitu sebuah film yang

Kombinasi atribut tangible yang menjadi preferensi pasien BPJS di Rumah Sakit Martha Friska dapat dilihat dari nilai kegunaan (utility estimate) yang paling

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan media Computer Assisted Instructions model tutorial yang layak dan efektif untuk digunakan dalam proses pembelajran pada

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa metode fuzzy merupakan salah satu metode yang telah banyak digunakan dalam pembangunan perangkat lunak untuk diagnosis suatu