• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan serta posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan serta posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan memberikan informasi menyangkut kinerja, perubahan posisi keuangan serta posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan bentuk pertanggungjawaban yang telah dilakukan dan dialami selama mengoperasikan perusahaan oleh pihak manajemen (Rice, 2016).

Pihak manajemen yang bertanggungjawab dalam pengambil keputusan pada laporan keuangan adalah manajer. Manajer menyusun laporan keuangan dengan standar akuntansi sebagai informasi yang relevan, nertal dan lengkap. Standar akuntansi telah mengatur semua komponen dalam laporan keuangan secara lengkap, bahkan satu komponen mempunyai lebih dari satu metode akuntansi yang bebas dipilih dan digunakan oleh manajer. Selain manajer bebas dalam pemilihan metode akuntansi, standar akuntasi juga memberikan kebebasan manajer untuk menentukan nilia estimasi yang akan digunakannya. (Sulistyanto, 2008)

Kebebasan dalam pemilihan metode akuntansi dan nilai estimasi inilah yang memicu dan mendorong manajer untuk menggunakan metode yang dapat mengoptimalkan dan memberikan manfaat. Manajer akan merekayasa atau mempengauhi laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan. Tindakan atau perilaku manajer dalam merekayasa atau mempengaruhi laporan keuangan tersebut sesuai

(2)

dengan keinginannya ini dikenal dengan istilah manajemen laba (Sulistyanto, 2008)

Sulistyanto (2008) menjelaskan bahwa manajemen laba dapat dikatakan sebagai upaya manajerial untuk mengintervensi informasi dalam laporan keuangan dengan cara memanfaatkan kebebasan memilih dan menggunakan metode akuntansi dan menentukan nilai estimasi akuntansi. Manajemen laba dapat dikatakan sebagai permainan akuntansi jika yang terjadi berupa upaya untuk menyembunyikan dan mengubah informasi dengan mempermainkan besar kecilnya angka-angka komponen laporan keuangan yang dilakukan ketika mencatat dan menyusun informasi dengan alasan tertentu.

Sulistyanto (2008) menjelasakan pula alasan mendasar mengapa manajer melakukan manajemen laba karena harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko, dan spekulasi. Motivasi untuk memenuhi target laba, mengurangi resiko serta melihat prediksi dimasa depan dapat membuat manajer atau perusahaan mengabaikan praktik akuntansi yang baik. Selain alasan mendasar atas perilaku tersebut, ada banyak hal yang memicu manajer melakukan manajemen laba.

Pemicu manajer melakukan manajemen laba antara lain, ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang tergolong besar pada umumnya akan lebih transparan dalam melakukan kegiatan operasionalnya karena perusahaan akan lebih diperhatikan oleh pihak-pihak eksternal sehingga dapat meminimalkan tindakan manajemen laba (Agustia & Suryani, 2018). Pendapat lain yang

(3)

dikemukakan oleh Defond dalam (Gunawan et al., 2015), menemukan bahwa ukuran perusahaan berkorelasi secara positif dengan manajemen laba. Perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Selain ukuran perusahaan sebagai faktor pemicu manajemen laba, leverage juga disebutkan dapat memicu manajer melakukan manajemen laba tersebut.

Leverage sebagai salah satu usaha dalam peningkatan laba perusahaan, dapat menjadi tolok ukur dalam melihat perilaku manajer dalam aktivitas manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai leverage finansial tinggi akibat besarnya hutang dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar hutang pada waktunya. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi akibat besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba (Savitri, 2014). Tidak hanya umur perusahaan dan leverage saja yang memicu terjadinya manajemen laba yaitu tingkat keuntungan atau profitabilitas perusahaan juga dapat memicu hal tersebut.

Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan. Biasanya manajer akan melakukan apa saja agar perusahaan yang dikelolanya mendapatkan laba sekaligus untuk menarik minat investor. Karena setiap investor tentunya lebih menyukai berinvestasi pada perusahaan

(4)

yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas rendah (Aprina & Khairunnisa, 2015)

Atas dasar faktor-fakor pemicu tersebut, maka penulis memberikan gambaran perilaku manajemen atas manajemen laba berupa fenomena yang disajikan pada laman cnnindonesia oleh (Arieza, 2019) dimana laporan keuangan PT. Garuda Indonesia, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Pertamina (Persero) yang berhasil membukukan kinerja kinclong pada akhir 2018, meski terseok-seok hingga kuartal III 2018.

Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih Rp11,56 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dari kinerja perseroan 2017 yang merugi Rp3,09 triliun. Padahal pada kuartal III 2018, maskapai penerbangan plat merah itu masih merugi sebesar Rp1,63 triliun. Tak jauh berbeda, PLN berhasil mencetak laba bersih Rp11,56 triliun sepanjang 2018. Laba itu naik sebesar 162,30 persen atau hampir tiga kali lipat dari laba 2017 yakni Rp4,42 triliun. Padahal, pada kuartal III 2018, PLN masih mengantongi rugi sebesar Rp18,48 triliun akibat rugi selisih kurs sebesar Rp17,32 triliun. Sementara teranyar, PT Pertamina (Persero) baru saja mengumumkan laba bersih sepanjang tahun lalu sebesar sekitar Rp35,99 triliun. Meski turun tipis dibanding tahun lalu, capaian ini lompat dibanding kuartal III 2018 yang baru mencatatkan laba Rp5 triliun.

Garuda Indonesia mencatatkan piutang dari transaksi kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) terkait penyediaan koneksi wifi dalam pesawat sebagai pendapatan dalam laporan keuangan tahun buku 2018. Tak

(5)

tanggung-tanggung, nilainya mencapai 3,124 miliar. Keputusan itu, menuai penolakan dari dua komisaris Garuda Indonesia, yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria dan bahkan Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil pihak Garuda Indonesia untuk meminta penjelasan atas transaksi tersebut.

Sedangkan PLN berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan dari Rp255,29 triliun pada 2017 menjadi Rp272,89 triliun pada 2018. Ada dua catatan yang berhasil mempercantik laporan keuangan PLN. Pertama adalah pos pendapatan kompensasi. Pendapatan kompensasi adalah piutang atas kompensasi dari pemerintah atas penggantian Biaya Pokok Penyediaan (BPP). Piutang kompensasi pemerintah ini diakui sebagai pendapatan atas dasar akrual Per 31 Desember 2018, piutang kompensasi perusahaan sebesar Rp23,17 triliun. Kedua adalah pendapatan lain-lain bersih yang tercatat naik 359,34 persen dari Rp3,40 triliun pada 2017 menjadi Rp15,66 triliun pada 2018. Dalam laporan keuangan, PLN menjelaskan jika pendapatan dari pemerintah merupakan piutang dari pemerintah yang diakui sebagai pendapatan sebesar Rp7,45 triliun. Di samping itu, lonjakan pendapatan lain-lain bersih juga disumbang oleh penyesuaian harga pembelian bahan bakar dan pelumas. Tercatat, penyesuaian harga pembelian bahan bakar dan pelumas naik 487,30 persen dari Rp688,33 miliar pada 2017 menjadi Rp4,04 triliun pada 2018.

Sementara laba yang berhasil diperoleh Pertamina pada akhir tahun lalu, antara lain berkat perhitungan piutang pemerintah atas pembayaran selisih harga

(6)

BBM yang mencapai Rp41,6 triliun. Piutang tersebut berasal dari kompensasi selisih harga BBM pada 2017 dan 2018 yang belum dibayarkan pemerintah.

Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip mengatakan pola pencatatan laporan keuangan Garuda Indonesia, PLN, dan Pertamina sama, yakni pendapatan yang masih dalam bentuk piutang. Perbedaannya, pada kasus Garuda Indonesia, pihak yang berutang berasal dari perusahaan swasta, yakni Mahata. Sedangkan dalam kasus PLN dan Pertamina, pemerintah menjadi pihak yang memiliki kewajiban membayar utang.

Fenomena tersebut menggambarkan bahwa manajemen melakukan manajemen laba dengan mengakui pendapatan yang belum diterima atas piutang dari pihak terkait pada masing-masing lawan transaksi perusahaan tersebut. Untuk menegaskan lebih lanjut apakah pemicu tersebut berpengaruh pada manajemen laba, maka penulis memilih beberapa penelitin terdahulu yang berkaitan dengan pembahas peneliti.

Penelitian terdahulu mengenai manajemen laba telah banyak dilakukan, seperti penelitian terbaru yang dilakukan (Agustia & Suryani, 2018). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara parsial menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara umur perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba, sedangkan ukuran perusahaan dan profabilitas tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Secara simultan ukuran perusahaan, umur perusahaan, leverage dan profabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

(7)

Selanjutnya pada tahun 2016, dilakukan penelitian oleh Rice dengan hasil berbeda yang menjelaskan bahwa leverage dan ukuran perusahaan yang berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan manajemen laba, sedangkan earning power tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Secara Simultan : earning power, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Apriana dan Kharunnisa juga menunjukkan hasil berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustia dan Suryani.

Penelitian yang dilakukan oleh Apriana dan Kharunnisa juga menunjukkan hasil simultan terhadap variabel yang ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba Secara parsial, ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, dan kompensasi bonus tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Hasil dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya perbedaan hasil pada variabel umur perusahaan, leverage dan profitabilitas terhadap manajemen laba, atas perbedaan hasil penelitian tersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian kembali atas variabel umur perusahaan, leverage, dan profitabilitas terhadap manajemen laba. Peneliti menggunakan perusahaan sub sektor aneka industri yang terdaftar di BEI sebagai objek karena Industri menjadi salah satu sektor strategis yang

(8)

berperan penting dalam pembangunan nasional dan turut memacu pertumbuhan ekonomi.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Merin menyatakan "Dari 519 emiten yang sudah menyampaikan laporan keuangannya, secara umum kinerja keuangan emiten meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya”. Berdasarkan data BEI, pendapatan keseluruhan emiten menembus angka Rp2.000 triliun dari Rp1.876 triliun menjadi Rp2.061 triliun pada akhir kuartal III-2018. Sektor pertambangan dan aneka industri menjadi sektor yang menyumbang pertumbuhan pendapatan dan aset terbesar sepanjang periode akhir kuartal III tahun 2018. Sedangkan untuk laba bersih terbesar disumbangkan oleh sektor industri kimia dasar, aneka industri dan properti, real estate and konstruksi bangunan (Setiyaningsih, 2018).

Berdasarkan latar belakang dan perbedaan hasil penelitian sebelumnya, maka penelitian ini diberi judul “PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2016 - 2018”.

(9)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas berpengaruh simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2016 - 2018?

2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2016 - 2018?

3. Apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2016 - 2018?

4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2016 - 2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas berpengaruh simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2016 - 2018.

2. Untuk mengetahui ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2016 - 2018.

(10)

3. Untuk mengetahui leverage berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2016 - 2018.

4. Untuk mengetahui profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2016 - 2018. 1.4 Manfaat Penelitian

Kontribusi yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi berupa tulisan bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan dengan ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas terhadap manajemen laba.

2. Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam mencermati pengaruh ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas terhadap manajemen laba bagi investor dan calon investor.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber referensi untuk penelitian mendatang mengenai pengaruh ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas terhadap manajemen laba.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Uji Kompetensi Nasional DIII Kebidanan, DIII Keperawatan dan Profesi Ners, bersama ini kami sampaikan bahwa Direktorat Jenderal

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki freeness dari stok kertas bekas dan mutu lembaran kertas yang dihasilkan dengan menggunakan Cellulose Binding Domain (CBD)

Dengan kuasa resmi untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama (nama perusahaan) dan setelah memeriksa serta memahami sepenuhnya seluruh isi pengumuman

Hasil pengujian menunjukkan bahwa titrator semi otomatis memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat membaca nilai potensial setiap detik, larutan yang dibutuhkan untuk

Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dan Menggunakan Rasio ROA Pada Perusahaan Telekomunikasi di BEI Tahun 2012 - 2017.. Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai perputaran

Abstrak: Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka pasca operasi meliputi Penyakit penyerta atau riwayat penyakit, obat-obatan yang dikomsusmsi anak dan status

Dalam tugas akhir ini, dibangun sebuah sistem e-mail spam filtering dengan menggunakan Granular computing, support vector machine, dan undersampling untuk memecahkan masalah

Setelah dilakukan pemeriksaan serologis terhadap sapi yang ada dalam kelompok tersangka tersebut, ternyata ada sebanyak 38 (59,4%) kelompok yang ter- serang brucellosis, yang