• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Pengelolaan barang daerah merupakan salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat, dimana barang milik daerah merupakan salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat yang harus dikelola dengan baik dan benar (Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007).

Pengelolaan barang milik daerah perlu dikelola secara baik, tertib dan sistematis untuk mendukung pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan tingkat efektivitas yang memadai, mengingat aset atau barang daerah merupakan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah. Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang bisa diperoleh pada masa yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat.

Pengelolaan (manejemen) aset daerah merupakan salah satu faktor penentu kinerja usaha yang sehat, sehingga sangat dibutuhkan adanya evaluasi manajemen aset daerah meliputi inventarisasi dan identifikasi, legal audit, penilaian,

(2)

optimalisasi serta pengawasan dan pengendalian yang dilaksanakan dengan baik dan akurat. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem informasi manajemen aset merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja, sehingga transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah (Siregar, 2004: 520).

Pengelolaan barang milik negara/daerah tidak mungkin dilaksanakan dengan baik apabila pengelola barang dan pengguna barang tidak memiliki data base mengenai barang milik negara/daerah yang lengkap, akurat dan mutakhir (Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008). Inventarisasi yang merupakan bagian dari penatausahaan tersebut, hasilnya juga diperlukan untuk mengadakan evaluasi atas efektivitas dan efisiensi pengadaan serta inventarisasi barang (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007).

Manajemen aset memiliki manfaat yang besar dan beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut.

1. Memperbesar manfaat aset dengan memastikan bahwa aset digunakan dan dipelihara secara baik dan layak.

2. Mengurangi kebutuhan aset baru dan menghemat uang melalui teknik manajemen kebutuhan dan pilihan manfaat non-aset.

3. Memperoleh nilai uang yang lebih besar melalui penilaian ekonomis atas opsi yang diambil dalam perkiraan siklus hidup dan biaya penuh, teknik manajemen nilai dan keterlibatan sektor swasta.

4. Mengurangi pengadaan aset yang tidak perlu dengan membuat organisasi (Pemerintah) menyadari dan mensyaratkan mereka agar membayar seluruh biaya yang timbul atas perolehan dan penggunaan aset.

(3)

5. Memfokuskan perhatian pada hasil dengan memberikan pembebanan tanggung jawab, akuntabilitas dan keperluan pelaporan secara jelas.

Real property merupakan salah satu wujud dari aset penting yang harus

diperhatikan pengelolaannya oleh Pemerintah Daerah khususnya Kabupaten Aceh Selatan, mengingat real property memiliki nilai manfaat masa depan tinggi. Salah satu wujud dari aset real property yang harus dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan adalah bangunan sekolah yang erat kaitannya dengan salah satu aspek penting dalam peningkatan/pengembangan mutu pendidikan sebagai dasar dari kemajuan suatu daerah bagi generasi penerus bangsa.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda, mengingat tingkat keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan sumber daya manusia yang bermutu. Peningkatan sumber daya manusia yang bermutu tersebut, haruslah diiringi dengan pengembangan pembangunan serta pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang baik pula.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu faktor penting dari delapan Standar Pendidikan Nasional sebagai penunjang untuk menjamin lancarnya penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah, oleh sebab itu maka sarana dan prasarana sebagai aset sekolah yang berharga harus dapat dikelola dan dipelihara dengan baik oleh pemerintah, sekolah dan masyarakat agar dapat berfungsi dengan baik dan tidak berpotensi menimbulkan kerugian material yang besar.

(4)

Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh yang terletak antara 02o 22”36” sampai 04o 06”06” Lintang Utara dan 90o 35”40” sampai 96o 35”40” Bujur Timur dan memiliki ketinggian yang bervariasi, yaitu antara 0 meter sampai 1000 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Aceh Selatan memiliki luas wilayah 4.005,10 Km², yang terbagi dalam 16 kecamatan

yang terdiri dari 248 gampong (43 mukim). Kabupaten Aceh Selatan dikelilingi oleh lima kabupaten lain. Di sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Aceh Tenggara, sebelah selatan berbatas dengan Samudra Indonesia, sebelah timur berbatasan Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya.

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 360 jumlah sekolah yang terdiri dari 287 Sekolah Dasar (Negeri dan Swasta), 48 SLTP (Negeri dan Swasta) serta 25 SMA (Negeri dan Swasta) dengan kondisi sekolah yang beraneka ragam dan terdapat beberapa bangunan sekolah yang tidak dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah. Menurut hasil inspeksi terhadap pemeliharaan bangunan-bangunan SMA Negeri yang telah dilaksanakan di Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 4 sampai dengan tanggal 22 Maret tahun 2013, diketahui jumlah bangunan SMA yang ada di Kabupaten Aceh Selatan berjumlah sebanyak 25 sekolah yang terdiri dari 20 SMA Negeri dan 5 SMA Swasta.

Dari hasil inspeksi terdapat data kondisi ruang belajar, di mana dari 272 jumlah ruang belajar yang dimiliki oleh seluruh SMA Negeri yang ada di Kabupaten Aceh Selatan, 196 ruang kelas dalam kondisi baik, 63 ruang kelas dalam kondisi rusak sedang dan 13 ruang kelas dalam kondisi rusak berat.

(5)

Kabupaten Aceh Selatan, menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeliharaan bangunan-bangunan SMA Negeri yang ada di Kabupaten Aceh Selatan belum dilaksanakan sepenuhnya dengan baik oleh pihak-pihak yang terkait. Berdasarkan hasil uraian dalam mengevaluasi pelaksanaan pemeliharaan bangunan-bangunan SMA Negeri yang dikelola oleh pemerintah daerah, maka yang menjadi rumusan masalah adalah belum adanya informasi mengenai tingkat arti penting (importance) dan kinerja (performance) pelaksanaan faktor-faktor kunci sebagai bentuk evaluasi kegiatan pemeliharaan bangunan-bangunan SMA Negeri di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh selatan.

1.2 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai Manajemen Aset di Kabupaten Aceh Selatan khususnya bangunan-bangunan SMA belum pernah dilakukan, namun beberapa penelitian mengenai manajemen aset telah banyak dilakukan, antara lain.

1. Warlan (2008) melakukan penelitian tentang manajemen aset barang milik Negara. Skala Likert digunakan mengukur arti penting dan tingkat kinerja sekolah, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis importance-performance untuk mengevaluasi kinerja sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu keberhasilan dinilai penting dan kinerjanya dinilai baik, akan tetapi terdapat beberapa kinerja yang masih harus ditingkatkan antara lain: profesionalisme sumber daya manusia dalam mengelola dan memanfaatkan barang milik negara, Di samping itu, beberapa faktor yang harus tetap dijaga karena dinilai baik adalah: perencanaan kebutuhan barang; pengadaan barang; tanah

(6)

disertifikatkan atas nama Pemerintah RI; bangunan dilengkapi bukti kepemilikan; dan pencatatan barang milik negara dilakukan menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

2. Ainin dan Hisham (2008) melakukan survei kepuasan terhadap penggunaan sistem informasi pada sebuah perusahaan di Malaysia. Alat analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja adalah analisis importance-performance. Hasilnya ditemukan bahwa pengguna akhir cukup puas dengan

kinerja sistem informasi perusahaan. Keamanan data dianggap yang paling penting dalam sistem informasi. Untuk mencapai hasil yang lebih baik departemen harus mengatasi kesenjangan antara kepentingan dan kinerja yang terjadi dalam memahami atribut sistem, dokumentasi dan ketersediaan sistem.

3. Tewu (2008) melakukan penelitian tentang evaluasi pelaksanaan pemeliharaan aset bangunan dengan meneliti kasus pada Kabupaten Sumba Barat. Alat analisis yang digunakan pada penelitiannya adalah Importance

Performance Analysis (IPA) dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (10 variabel) dari faktor-faktor kunci pemeliharaan bangunan gedung kantor berada pada kuadran B (keep up

the good work). Artinya bahwa variabel yang berada pada kuadran ini masuk

kategori memiliki “tingkat arti penting (importance) dan kinerja (performance)” pelaksanaan pemeliharaan bangunan gedung kantor dinilai baik oleh responden. Sementara 2 variabel masih berada pada daerah Kuadran A (concentrate here) di mana variabel-variabel tersebut memiliki tingkat arti penting (importance) yang baik, namun memiliki pelaksanaan (performance) yang buruk.

(7)

4. Syathibie (2009) mengadakan penelitian tentang Manajemen Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini meneliti seberapa penting penerapan faktor-faktor kunci keberhasilan pengelolaan aset tanah dan bangunan yang meliputi peringkat kepentingan dan perbedaan kinerja berdasarkan jumlah pegawai, luas tanah, luas bangunan, peran pengelola level atas, peran pengelola level menengah dan peran pengelola level bawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan aset tanah dan bangunan secara signifikan dipengaruhi oleh peran pengelola level atas, peran pengelola level menengah dan peran pengelola level bawah. Jumlah pegawai, luas tanah dan luas bangunan tidak signifikan yang berarti tidak mempengaruhi kinerja pengelolaan aset tanah dan bangunan.

5. Kharir (2009) melakukan penelitian tentang pemeliharaan bangunan gedung di Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Trend Linier Model yang digunakan untuk menghitung estimasi biaya pemeliharaan tahunan bangunan, serta menggunakan Importance-Performance Analysis (IPA) untuk menentukan tingkat arti penting dan kinerja faktor-faktor keberhasilan pemeliharaan bangunan gedung. Hasil penelitian dengan menggunakan alat analisis Trend Linier Model menunjukkan bahwa biaya pemeliharaan gedung Universitas UIN Sunan Kalijaga Tahun 2009 adalah sebesar Rp 5.514.882.214,00 serta hasil analisis importance-performance menunjukkan bahwa terdapat 4 faktor keberhasilan pemeliharaan bangunan gedung yang perlu ditingkatkan.

(8)

Penelitian yang dilakukan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan adalah tentang analisis pemeliharaan real property yaitu pemeliharaan bangunan SMA Negeri dengan cara mengukur tingkat arti penting dan kualitas pelaksanaan faktor-faktor kunci pada pemeliharaan bangunan, dengan menggunakan alat analisis Importance-Performance Analysis (IPA) dan menganalisis kendala-kendala dalam pemeliharaan bangunan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Adapun perbedaan-perbedaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Warlan (2008) yang menganalisis manajemen aset/barang milik negara yaitu sekolah di lingkungan Departemen Agama di DIY untuk mendukung penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat. Tewu (2008) dalam hal objek penelitian dan lokasi penelitian, di mana Tewu melakukan penelitian di Kabupaten Sumba Barat dengan objek gedung kantor pemerintahan. Berbeda dengan Syathibie (2009) yang meneliti objek tanah dan bangunan. Berbeda dengan Kharir (2009) yang melakukan penelitian terhadap Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta. Berbeda dengan Lase (2012) yang melakukan penelitian terhadap tanah dan bangunan di Kabupaten Nias.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah kajian terhadap pemeliharaan aset dan terletak pada alat analisis yang digunakan yaitu Importance-Performace Analysis (IPA), sehingga untuk mendapatkan kejelasan atas kondisi permasalahan serta alternative kebijakan dalam pemeliharaan bangunan sekolah diperlukan penelitian tersendiri.

(9)

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut.

1. Menganalisis tingkat arti penting dan kinerja pelaksanaan faktor-faktor kunci pemeliharaan bangunan-bangunan SMA Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. 2. Menganalisis kendala-kendala dalam implementasi pemeliharaan

bangunan-bangunan SMA Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. 1.3.2 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat yang berarti, yaitu.

1. Dapat diketahuinya arti penting dan tingkat kinerja pada SMA Negeri yang ada di Kabupaten Aceh Selatan berdasarkan “faktor-faktor penentu keberhasilan” dalam pengelolaan aset/barang milik Negara.

2. Dapat diketahuinya kendala-kendala dalam implementasi pemeliharaan bangunan-bangunan SMA Negeri di Kabupaten Aceh Selatan.

3. Dapat menambah pengetahuan khususnya dalam hal manajemen/pengelolaan aset real property bagi peneliti, serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas 4 (empat) bab, yaitu: Bab I Pengantar, memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, menguraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori

(10)

yang digunakan dari studi empiris yang relevan, berkaitan dengan proses pemeliharaan aset real property (bangunan-bangunan SMA Negeri) di Kabupaten Aceh Selatan dan bagaimana menggunakan alat analisis dalam penelitian tersebut; Bab III Analisis Data, memberikan uraian tentang cara penelitian, hasil analisis data, dan pembahasan; Bab IV Kesimpulan dan Saran, merupakan bab penutup yang berisikan uraian singkat mengenai hasil penelitian dan pembahasannya, menyampaikan saran implementasi kebijakan sebagai rekomendasi yang diberikan peneliti dari hasil penelitian dan pembahasan, khususnya mengenai pemeliharaan aset real property (bangunan-bangunan SMA Negeri) di Kabupaten Aceh Selatan kepada pihak terkait sehubungan dengan hasil penelitian, dan menguraikan keterbatasan dalam penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah virus Covid-19 adalah dengan menerapkan perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di mana dalam penerapannya

Penegakan sikap kedisiplinan sudah sering kita alami, namun sering kali kita mengabaikan bahkan tidak peduli dengan kedisiplinan tersebut. SMP Negeri 2 Kartasura

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

(seharusnya dilakukan) dan tidak baik (tidak pantas dilakukan) oleh anak dalam stadium yang berbeda-beda. Berdasarkan defenisi di atas, dapatlah disimpulkan bahwa “Moral

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar

Perbandingan distribusi severitas antara yang menggunakan KDE dengan yang menggunakan suatu model distribusi tertentu dilakukan untuk melihat secara visual, manakah dari

61 Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa dilema yang Jepang alami pada saat pengambilan keputusan untuk berkomitmen pada Protokol Kyoto adalah karena