• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan: LOKAKARYA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN NASIONAL (KSPPN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bahan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan: LOKAKARYA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN NASIONAL (KSPPN)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bahan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan:

LOKAKARYA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN NASIONAL

(KSPPN)

Jakarta, 18 Desember 2013

(2)

OUTLINE

I.

LATAR BELAKANG (KONDISI PERKOTAAN)

 KONDISI APBD SECARA NASIONAL

II.

MEKANISME PEMBIAYAAN PERKOTAAN (APBN KE APBD)

 DANA TRANSFER KE DAERAH

 HIBAH DAERAH

 PINJAMAN DAERAH

 OBLIGASI DAERAH

III.

MEKANISME PEMBIAYAAN LAINNYA

 PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP (PPP)

(3)
(4)

0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000 2009 2010 2011 2012 2013 PAD 62.751 71.852 90.393 112.720 140.302 Dana Perimbangan 284.979 292.281 327.368 380.601 432.697 Lain-Lain Pend. Daerah yg Sah 19.538 22.205 42.132 58.262 79.866

M ili ar R u p ia h

TREN PENDAPATAN DAERAH 2009 - 2013

 Sumber pendapatan daerah terdiri dari tiga jenis, yaitu: PAD yang berasal dari potensi daerah, Dana

Perimbangan yang berasal dari pusat dan pendapatan lainnya.

 Dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2013) total pendapatan daerah hampir mencapai dua kali lipat,

dimana hal tersebut menunjukkan semakin besarnya dana yang dikelola oleh pemda.

(5)

Data berdasarkan Perda APBD

* Data Konsolidasi non reciprocal account

 Proporsi terbesar belanja

daerah adalah belanja pegawai, dengan proporsi

diatas 40% (untuk provinsi di kisaran 20% dan untuk

Kab/Kota di kisaran 50%) namun kecenderungannya menurun.

 Proporsi belanja modal relatif kecil, meskipun mengalami peningkatan di tahun 2012 dan 2013.

5

STRUKTUR BELANJA APBD

Jenis Belanja Daerah

(dalam miliar rupiah) 2009 2010 2011 2012 2013

Belanja Pegawai 180,439 198,562 229,081 261,153 296,540 Belanja Barang dan Jasa 79,600 82,007 104,221 122,225 148,012 Belanja Modal 114,598 96,179 113,523 137,438 175,578 Belanja Lain-Lain 40,594 50,110 48,449 71,071 86,953

(6)

TREND SILPA TAHUN BERKENAAN

71.602 59.814 62.088 80.446 99.240 68.883 52.199 56.574 78.312 96.990 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 110.000 2008 2009 2010 2011 2012 M ili ar R u p ia h

Dana Pemda di perbankan SiLPA tahun Berkenaan

6

 SiLPA merupakan dana yang belum tergunakan di tahun sebelumnya, dimana penggunaannya

dianggarkan pada tahun berikutnya dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

 SiLPA yang semakin meningkat mengindikasikan semakin besarnya dana pemda yang tidak terserap

dalam belanja daerah.

(7)

•Tren dana pemda di perbankan per bulannya mengalami fluktuasi dan mempunyai tren yang hampir sama pada setiap tahunnya. •Terjadi pola peningkatan sampai dengan

bulan juni lalu mulai menurun sampai dengan bulan agustus  disebabkan mulai dilakukannya proses pembayaran oleh pemda

•Posisi pada akhir Desember 2012

menunjukkan jumlah dana pemda yang idle di bank umum mencapai Rp99,2 triliun

dengan peningkatan di tahun 2013

• Bentuk dana pemda di Perbankan terdiri dari Simpanan Berjangka, Giro dan

Tabungan.

• Giro lebih banyak digunakan untuk transaksi sehari-hari Pemda (bagian terbesar dana Pemda di Bank)

• Dari Grafik disamping terlihat bahwa besaran dana dalam bentuk Simpanan

Berjangka mengalami tren yg meningkat

secara signifikan 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 M ili ar R u p iah

Simpanan Berjangka Giro Tabungan

4.000 54.000 104.000 154.000 204.000 254.000

Jan feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

M ili ar Rup ia h 2009 2010 2011 2012 2013

(8)

MEKANISME PEMBIAYAAN

(9)

Melalui BA K/L BELANJA PUSAT TRANSFER DAERAH Mendanai kewenangan di luar 6 Urusan Mendanai kewenangan 6 Urusan

PENDAPATAN

BELANJA

PEMBIAYAAN

APBN

Dana Vertikal di Daerah

Hibah dan Dana Darurat

Pinjaman

Dana Perimbangan

Dana Otsus

Pendanaan Lainnya Dana Dekonsentrasi Dana Tgs Pembantuan PNPM dan Jamkesmas

Subsidi dan Bantuan

MASUK APBD

Mendanai kewenangan Daerah (Desentralisasi) Melalui BA BUN

PEMERINTAH PUSAT

DAERAH

(10)

DANA PERIMBANGAN

Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Otsus PAPUA

Dana Otsus ACEH

Dana Infras Otsus Papua

Tamb Penghasilan Guru DANA OTSUS DANA PENYESUAIAN DBH PBB DBH PPh Kehutanan Pertamb um Perikanan Migas DBH Cukai HT DBH Pajak DBH SDA

Dana Otsus PAPUA BRT

Panas Bumi

Dana Insentif Daerah (DID)

TRANSFER

KE DAERAH

Tunjangan Profesi Guru Bantuan Op Sek (BOS) Dana Infras Otsus PaBarat

JENIS DANA DARI APBN KE APBD

HIBAH DAERAH

PINJAMAN DAERAH

Above the Line:

Belanja Transfer dan Hibah pada APBN dan Pendapatan pada APBD

(11)
(12)

DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

 Dana Yang Bersumber Dari Pendapatan APBN

 Dialokasikan Kepada Daerah Tertentu

 Untuk Membantu

 Mendanai Kegiatan Khusus

 Yang Merupakan Urusan Daerah

 Sesuai Prioritas Nasional

Tujuan DAK:

membantu daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan sarana dan prasarana

pelayanan dasar masyarakat, dan untuk mendorong percepatan pembangunan

daerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional.

(13)

DISTRIBUSI DAK TA. 2013 – 2014

6%

84%

10%

DISTRIBUSI ALOKASI DAK TA 2013 dan 2014

Provinsi

Kabupaten

Kota

DAERAH

2013

2014

PROVINSI

1,833.38

1,897.68

KOTA

3,287.16

3,466.60

KABUPATEN

26,576.60

27,635.72

TOTAL

31,697.14

33,000.00

(14)

DISTRIBUSI DAK PER SEKTOR

NO

BIDANG DAK

2013

2014

ALOKASI

(Miliar Rupiah)

(%)

ALOKASI

(Miliar Rupiah)

(%)

1

Pendidikan

11,090.77 34.99 10,041.30 30.43 2

Kesehatan

3,101.55 9.78 3,129.90 9.48 3

Infrastruktur Jalan

5,373.52 16.95 6,105.76 18.50 4

Infrastruktur Irigasi

1,614.06 5.09 2,288.96 6.94 5

Infrastruktur Air Minum

609.91 1.92 885.32 2.68 6

Infrastruktur Sanitasi

569.46 1.80 829.26 2.51 7

Prasarana Pemerintahan Daerah

481.28 1.52 499.74 1.51 8

Kelautan dan Perikanan

1,812.30 5.72 1,851.91 5.61 9

Pertanian

2,542.31 8.02 2,579.56 7.82 10

Lingkungan Hidup

530.55 1.67 548.1 1.66 11

Keluarga Berencana

442.87 1.70 462.91 1.40 12

Kehutanan

539.42 1.70 558.46 1.69 13

Sarana Perdagangan

694.7 2.19 730.99 2.22 14

Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal

717 2.26 754.74 2.29 15

Energi Perdesaan

432.49 1.36 467.94 1.42 16

Perumahan dan Permukiman

205.04 0.65 234.8 0.71 17

Keselamatan Transportasi Darat

221.01 0.70 235.94 0.71 18

Transportasi Perdesaan

260.77 0.82 301.34 0.91 19

Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan

458.14 1.45 493.07 1.49

(15)
(16)

16

 DASAR HUKUM

 PP 2/2012 tentang Hibah Daerah;

 PMK 188/2012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

Daerah

 PRINSIP HIBAH DAERAH

 Hibah diberikan untuk mendanai penyelenggaraan urusan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah dalam kerangka hubungan keuangan

antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah

 Diprioritaskan untuk penyelenggaraan Pelayanan Publik

 Mekanisme APBN dan APBD

 Mempertimbangkan

Kapasitas Fiskal Daerah

 Melalui penandatanganan Perjanjian Hibah antara Menteri Keuangan cq.

Dirjen Perimbangan Keuangan dengan Kepala Daerah

 Hibah kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari luar negeri

dilakukan melalui Pemerintah

(17)

MEKANISME HIBAH DAERAH (OUTPUT-BASED)

K/L

TEKNIS

[Executing Agency]

KEMENKEU

[KPA-HPD]

PEMDA

[Implementing Agency]

Pelaksanaan kegiatan

 Pengusulan kegiatan dan rincian

daerah penerima hibah

 Rekomendasi penyaluran hibah

Monev & Verifikasi Teknis

 Perjanjian Hibah

 Penyaluran Dana Hibah dari

(18)

N

O KEGIATAN SUMBER

WAKTU

PELAKSANAAN NILAI HIBAH

DAERAH

PENERIMA TARGET OUTPUT

1 MASS RAPID TRANSIT (MRT)

Pinjaman JICA 2009 - 2014 Rp 5,6 T 1 Pemprov Terbangunnya prasarana MRT untuk koridor lebak bulus-dukuh atas

2 HIBAH AIR MINUM Hibah AusAID 2012 – 2015 Rp 569,85 M (proses)

100 Pemda Terpasangnya 300.000 Sambungan Rumah (SR) Air Minum bagi MBR

3 HIBAH SEKTOR IRIGASI Pinjaman World Bank

2012 – 2016 Rp 575 M 101 Kab/Kota 14 Provinsi

Desain Irigasi, fisik irigasi dan pelatihan kelompok petani

4 Development of Seulawah Agam Geothermal in NAD Province Hibah dari Pemerintah Jerman (KfW)

2012 – 2014 Rp 61,2 M 1 Pemda Terlaksananya pengeboran wilayah kerja panas bumi

5 HIBAH AIR LIMBAH Hibah AusAID 2012 – 2015 Rp 45 M 4 Pemda Terpasangnya 9000 Sambungan Rumah (SR) Pengelolaan Air Limbah bagi MBR

6 HIBAH SANITASI Hibah AusAID 2012 - 2015 Rp 209 M (proses)

39 Pemda Pembangunan sarana

persampahan dan air limbah

7 HIBAH SEKTOR JALAN Hibah AusAID 2012 - 2015 Rp 122 M (proses)

1 Pemda Pemiliharaan Rutin, Pemeliharaan Berkala, Rehabilitasi dan Peningkatan Jalan, Rekonstruksi

(19)

PINJAMAN & OBLIGASI DAERAH

DASAR HUKUM

1. UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA

2. UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

3. UNDANG-UNDANG NO. 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH

PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

4. PERATURAN PEMERINTAH NO. 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

5. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 111/PMK.07/2012 TENTANG TATACARA PENERBITAN DAN

PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

(20)

SUMBER PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH

DAERAH

PEMERINTAH

PUSAT

MASYARAKAT –

DALAM BENTUK

OBLIGASI

DAERAH

PEMERINTAH

DAERAH LAIN

LEMBAGA

KEUANGAN

BANK

LEMBAGA

KEUANGAN

BUKAN BANK

- Penerusan Pinjaman Luar Negeri - Penerusan Pinjaman Dalam Negeri - Pusat Investasi Pemerintah

Berbadan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah NKRI Lembaga Pembiayaan berbadan hukum Indonesia & berkedudukan di wilayah NKRI • Berbentuk Obligasi Daerah

• Orang pribadi atau badan yang melakukan Investasi di Pasar Modal

(21)

JENIS DAN PENGGUNAAN PINJAMAN DAERAH

21 •Jangka waktu paling lama satu tahun

•Kewajiban pembayaran kembali harus dilunasi dalam tahun anggaran berkenaan •Hanya dipergunakan untuk menutup kekurangan arus kas

JANGKA PENDEK

• Jangka waktu lebih dari satu tahun

• Kewajiban pembayaran kembali harus dilunasi dalam kurun waktu tidak melebihi

sisa masa jabatan kepala daerah

• Untuk membiayai pelayanan publik yang tidak menghasilkan penerimaan

JANGKA

MENENGAH

• Jangka waktu lebih dari satu tahun

• Kewajiban pembayaran kembali harus dilunasi pada tahun anggaran berikutnya

sesuai persyaratan perjanjian pinjaman

• Digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam

rangka penyediaan pelayanan publik yang:

 Menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi APBD yang

berkaitan dengan pembangunan prasarana dan sarana tersebut;

 Menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematan terhadap

belanja APBD yang seharusnya dikeluarkan apabila Kegiatan tersebut tidak dilaksanakan; dan/atau

 Memberikan manfaat ekonomi dan sosial

JANGKA

PANJANG

(22)

PENGENDALIAN DEFISIT APBD

Jumlah Kumulatif Defisit Max

3% PDB

Peraturan perundangan UU 17/2003, UU 33/2004, UU 32/2004, PP 23/2003, PP 58/2005

Pendapatan

Belanja

Defisit

APBD

=

Pendapatan

Belanja

Defisit

APBN

=

Prinsip Dasar

• APBD disusun sesuai kebutuhan

penyelenggaran pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah

• APBD suatu daerah dapat defisit dalam rangka

meningkatkan kualitas pelayanan dan kesejahteraan masyarakat

• Prinsip pengelolaan fiskal yang hati-hati dan

berkesinambungan menghendaki adanya keseimbangan fiskal

Menteri

Keuangan Batas Maksimal Defisit APBD & Batas Maksimal KumulatifPinjaman Daerah PMK 125/2013

(23)

KETENTUAN UMUM

Pemerintah daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah sepanjang memenuhi persyaratan

pinjaman.

Obligasi Daerah merupakan efek berupa surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah daerah

dan tidak dijamin oleh pemerintah pusat.

Penerbitan Obligasi Daerah wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam PP 30 Tahun

2011 dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilakukan di pasar modal domestik dan dalam mata

uang Rupiah.

Kegiatan harus sesuai dengan dokumen perencanaan daerah, dapat berupa kegiatan baru

atau pengembangan kegiatan yang sudah ada, dan pembiayaan dapat sebagian atau

sepenuhnya

Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan investasi

prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang menghasilkan

penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau

sarana tersebut.

(24)

Jumlah sisa pinjaman daerah + jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari

jumlah Penerimaan Umum APBD tahun sebelumnya

Memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman (DSCR) yang

ditetapkan oleh Pemerintah

Mendapat persetujuan DPRD

Audit terakhir Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mendapat opini Wajar Dengan

Pengecualian (WDP) atau Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Kumulatif Pinjaman ≤ 75% PU APBD

(t-1)

[

PAD + DAU + (DBH – DBH DR)

]

– BW

Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain

≥ 2,5

DSCR =

(25)

Bagi Pemerintah Daerah

• Percepatan pembangunan daerah tanpa tergantung pada dana rutin APBD.

• Alternatif Pembiayaan bagi pembangunan Daerah.

• Mendorong penerapan prinsip-prinsip keterbukaan dan tata kelola yang baik.

• Memperoleh sumber pembiyaan yang lebih murah

Bagi Masyarakat Daerah

• Memperoleh manfaat atas fasilitas yg dibangun dari pembiayaan obligasi daerah.

• Turut serta dalam pembangunan

Bagi Investor

• Alternatif investasi selain SUN dan Obligasi Korporasi.

• Memfasilitasi masyarakat untuk membiayai pembangunan daerah.

Bagi Pasar Modal

• Diversifikasi instrumen yang diperdagangkan di pasar modal.

Bagi Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal

• Peluang memberikan jasa profesi.

(26)

KAPASITAS FISKAL DAERAH

(27)

DEFINISI:

Kapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan

melalui penerimaan umum APBD (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman

lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk

membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah

penduduk miskin

PENGGUNAAN:

 Pemberian /penerusan hibah kepada pemerintah daerah mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah

 Penilaian atas usulan pinjaman pemerintah daerah oleh Menteri Keuangan

PROVINSI

KATEGORI

JUMLAH

SANGAT TINGGI

3

TINGGI

6

SEDANG

6

RENDAH

18

33

KABUPATEN KOTA

KATEGORI

JUMLAH

SANGAT TINGGI

52

TINGGI

68

SEDANG

102

RENDAH

266

488

KATEGORI KAFIS TAHUN 2013

Catatan:

 3 Kabupaten/Kota yang tidak dikategorikan (Belum Menyampaikan Laporan Realisasi APBD per Akhir November)  Kategori Kafis untuk Daerah Otonom Baru (DOB) (yang disahkan di tahun 2012 dan 2013) mengikuti kategori Kafis

(28)
(29)

PEMERINTAH PUSAT

A P B N

Hibah

Pinjaman

Penyertaan Modal

Subsidi

PELANGGAN:

• Rumah Tangga (MBR, Non MBR) • Industri

PEMDA (PJPK)

B U M D

A P B D

Hibah

Pinjaman

Penyertaan Modal

Subsidi

SEKTOR SWASTA

PERJANJIAN HIBAH / PINJAMAN PERJANJIAN KERJASAMA (BOO/BOT/BOOT)

Public-Private

Partnership

Konstruksi Operasional/pelayanan

PERBANKAN

Pinjaman

SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA

Subsidi bunga Subsidi bunga Subsidi tarif Public-Private

(30)

INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT FUND (IDF )

UNTUK MEMPERKUAT DESENTRALISASI FISKAL

Kurangnya penyediaan infrastuktur mengakibatkan rendahnya pertumbuhan ekonomi.

Infrastuktur merupakan prioritas nasional (RPJPN 2005 – 2025)

Pendanaan menjadi salah satu kendala penyediaan

infrastruktur.

Terdapat gap antara kebutuhan dan realisasi pembangunan infrastuktur yang cukup besar

Diperlukan

ALTERNATIF

PENDANAAN

untuk percepatan pembangunan infrastuktur daerah

Infrastructure

Development Fund (IDF)

Pontensi untuk Memperkuat Kebijakan Desentralisasi Fiskal

di Indonesia

Mendorong Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Daerah

Adanya Kendali Pemerintah Terhadap Pola expenditure di Pemda melalui Perjanjian Pinjaman

Tidak Membebani APBN karena berupa Pinjaman bukan Belanja Transfer ke Daerah

(31)

Mendorong Percepatan

Pembangunan

Infrastruktur Daerah

dengan pinjaman

berfasilitas

(Infrastruktur

Development Fund)

• Menyiapkan pinjaman dengan Tingkat

Bunga yang rendah

• Menyiapkan pinjaman dengan Tenor

lebih fleksibel dan relatif panjang

• Menyiapkan Prosedur pinjaman yang

lebih sederhana dan jelas

• Menyiapkan tambahan fasilitas guna

mendorong kerja sama antar daerah

dalam peyediaan infrastruktur

• Menyiapkan fasilitas tambahan berupa

pemberian Grace Period

Pemberian Fasilitas Pinjaman melalui :

(32)

KARAKTERISTIK :

• Bertujuan mendorong pembangunan infrastruktur Daerah dengan pinjaman yang mudah, cepat, dan bunga

kompetitif.

• Struktur Permodalan lebih kuat dengan share dari APBN, APBD dan Bank BUMD/BPD.

• Sebagai pemegang saham, maka

ownership Pemda lebih kuat.

• Adanya share risiko pemberian pinjaman antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah.

• Sebagai lembaga mandiri, operasional selanjutnya tidak membebani APBN dan APBD.

• Mempunyai akses pendanaan yang lebih mudah ke pasar modal karena IDF diperlakukan sebagai corporate, tidak terikat birokrasi Pemerintah.

• Risiko default pinjaman minimize dengan mekanisme jaminan riil cash

flow pemerintah daerah.

IDF

(SOE)

SHARE

APBN

SHARE

APBD

SHARE BANK BUMN SHARE BPD

INFRASTRUKTUR DAERAH

INFRASTRUKTUR DEVELOPMENT FUND

(LONG TERM)

OBLIGASI IDF DANA PIHAK LAIN

(33)

33

Referensi

Dokumen terkait

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan terhadap pukulan forehand drive tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler

Dengan mangetahui hubungan status sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan orang tua dengan kejadian kecacingan akan bermanfaat dan berguna

Perencanaan awal jembatan yang menggunakan metode pratekan yang mempunyai 5 span dan 4 pilar.Maka jembatan direncanakan ulang dengan metode jembatan busur rangka baja dengan

Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara sistem pengendalian intern dengan kualitas laporan keuangan pemerintah kabupaten Gorontalo Utara pada Dinas Pendapatan

Berdasarkan kriteria Kementerian Pertanian (2013), Jawa Tengah termasuk dalam kategori JABALSIM 1 (gambar 3), namun dalam praktek di lapangan pada umumnya termasuk dalam

Semua faktor di atas secara bersama-sama akan mempengaruhi proses dari belajar siswa. Tetapi motivasi yang merupakan faktor yang penting dari individu yang mempengaruhi proses

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara empiris persepsi pelaku UMKM di Pasar Porong atas pelaporan keuangan,