1
Bahan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan:
LOKAKARYA NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN NASIONAL
(KSPPN)
Jakarta, 18 Desember 2013
OUTLINE
I.
LATAR BELAKANG (KONDISI PERKOTAAN)
KONDISI APBD SECARA NASIONAL
II.
MEKANISME PEMBIAYAAN PERKOTAAN (APBN KE APBD)
DANA TRANSFER KE DAERAH
HIBAH DAERAH
PINJAMAN DAERAH
OBLIGASI DAERAH
III.
MEKANISME PEMBIAYAAN LAINNYA
PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP (PPP)
0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000 2009 2010 2011 2012 2013 PAD 62.751 71.852 90.393 112.720 140.302 Dana Perimbangan 284.979 292.281 327.368 380.601 432.697 Lain-Lain Pend. Daerah yg Sah 19.538 22.205 42.132 58.262 79.866
M ili ar R u p ia h
TREN PENDAPATAN DAERAH 2009 - 2013
Sumber pendapatan daerah terdiri dari tiga jenis, yaitu: PAD yang berasal dari potensi daerah, Dana
Perimbangan yang berasal dari pusat dan pendapatan lainnya.
Dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2013) total pendapatan daerah hampir mencapai dua kali lipat,
dimana hal tersebut menunjukkan semakin besarnya dana yang dikelola oleh pemda.
Data berdasarkan Perda APBD
* Data Konsolidasi non reciprocal account
Proporsi terbesar belanja
daerah adalah belanja pegawai, dengan proporsi
diatas 40% (untuk provinsi di kisaran 20% dan untuk
Kab/Kota di kisaran 50%) namun kecenderungannya menurun.
Proporsi belanja modal relatif kecil, meskipun mengalami peningkatan di tahun 2012 dan 2013.
5
STRUKTUR BELANJA APBD
Jenis Belanja Daerah
(dalam miliar rupiah) 2009 2010 2011 2012 2013
Belanja Pegawai 180,439 198,562 229,081 261,153 296,540 Belanja Barang dan Jasa 79,600 82,007 104,221 122,225 148,012 Belanja Modal 114,598 96,179 113,523 137,438 175,578 Belanja Lain-Lain 40,594 50,110 48,449 71,071 86,953
TREND SILPA TAHUN BERKENAAN
71.602 59.814 62.088 80.446 99.240 68.883 52.199 56.574 78.312 96.990 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 110.000 2008 2009 2010 2011 2012 M ili ar R u p ia hDana Pemda di perbankan SiLPA tahun Berkenaan
6
SiLPA merupakan dana yang belum tergunakan di tahun sebelumnya, dimana penggunaannya
dianggarkan pada tahun berikutnya dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
SiLPA yang semakin meningkat mengindikasikan semakin besarnya dana pemda yang tidak terserap
dalam belanja daerah.
•Tren dana pemda di perbankan per bulannya mengalami fluktuasi dan mempunyai tren yang hampir sama pada setiap tahunnya. •Terjadi pola peningkatan sampai dengan
bulan juni lalu mulai menurun sampai dengan bulan agustus disebabkan mulai dilakukannya proses pembayaran oleh pemda
•Posisi pada akhir Desember 2012
menunjukkan jumlah dana pemda yang idle di bank umum mencapai Rp99,2 triliun
dengan peningkatan di tahun 2013
• Bentuk dana pemda di Perbankan terdiri dari Simpanan Berjangka, Giro dan
Tabungan.
• Giro lebih banyak digunakan untuk transaksi sehari-hari Pemda (bagian terbesar dana Pemda di Bank)
• Dari Grafik disamping terlihat bahwa besaran dana dalam bentuk Simpanan
Berjangka mengalami tren yg meningkat
secara signifikan 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 M ili ar R u p iah
Simpanan Berjangka Giro Tabungan
4.000 54.000 104.000 154.000 204.000 254.000
Jan feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
M ili ar Rup ia h 2009 2010 2011 2012 2013
MEKANISME PEMBIAYAAN
Melalui BA K/L BELANJA PUSAT TRANSFER DAERAH Mendanai kewenangan di luar 6 Urusan Mendanai kewenangan 6 Urusan
PENDAPATAN
BELANJA
PEMBIAYAAN
APBN
Dana Vertikal di DaerahHibah dan Dana Darurat
Pinjaman
Dana Perimbangan
Dana Otsus
Pendanaan Lainnya Dana Dekonsentrasi Dana Tgs Pembantuan PNPM dan JamkesmasSubsidi dan Bantuan
MASUK APBD
Mendanai kewenangan Daerah (Desentralisasi) Melalui BA BUNPEMERINTAH PUSAT
DAERAH
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Otsus PAPUA
Dana Otsus ACEH
Dana Infras Otsus Papua
Tamb Penghasilan Guru DANA OTSUS DANA PENYESUAIAN DBH PBB DBH PPh Kehutanan Pertamb um Perikanan Migas DBH Cukai HT DBH Pajak DBH SDA
Dana Otsus PAPUA BRT
Panas Bumi
Dana Insentif Daerah (DID)
TRANSFER
KE DAERAH
Tunjangan Profesi Guru Bantuan Op Sek (BOS) Dana Infras Otsus PaBarat
JENIS DANA DARI APBN KE APBD
HIBAH DAERAH
PINJAMAN DAERAH
Above the Line:
Belanja Transfer dan Hibah pada APBN dan Pendapatan pada APBD
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
Dana Yang Bersumber Dari Pendapatan APBN
Dialokasikan Kepada Daerah Tertentu
Untuk Membantu
Mendanai Kegiatan Khusus
Yang Merupakan Urusan Daerah
Sesuai Prioritas Nasional
Tujuan DAK:
membantu daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan sarana dan prasarana
pelayanan dasar masyarakat, dan untuk mendorong percepatan pembangunan
daerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional.
DISTRIBUSI DAK TA. 2013 – 2014
6%
84%
10%
DISTRIBUSI ALOKASI DAK TA 2013 dan 2014
Provinsi
Kabupaten
Kota
DAERAH
2013
2014
PROVINSI
1,833.38
1,897.68
KOTA
3,287.16
3,466.60
KABUPATEN
26,576.60
27,635.72
TOTAL
31,697.14
33,000.00
DISTRIBUSI DAK PER SEKTOR
NO
BIDANG DAK
2013
2014
ALOKASI
(Miliar Rupiah)(%)
ALOKASI
(Miliar Rupiah)(%)
1Pendidikan
11,090.77 34.99 10,041.30 30.43 2Kesehatan
3,101.55 9.78 3,129.90 9.48 3Infrastruktur Jalan
5,373.52 16.95 6,105.76 18.50 4Infrastruktur Irigasi
1,614.06 5.09 2,288.96 6.94 5Infrastruktur Air Minum
609.91 1.92 885.32 2.68 6Infrastruktur Sanitasi
569.46 1.80 829.26 2.51 7Prasarana Pemerintahan Daerah
481.28 1.52 499.74 1.51 8Kelautan dan Perikanan
1,812.30 5.72 1,851.91 5.61 9Pertanian
2,542.31 8.02 2,579.56 7.82 10Lingkungan Hidup
530.55 1.67 548.1 1.66 11Keluarga Berencana
442.87 1.70 462.91 1.40 12Kehutanan
539.42 1.70 558.46 1.69 13Sarana Perdagangan
694.7 2.19 730.99 2.22 14Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal
717 2.26 754.74 2.29 15Energi Perdesaan
432.49 1.36 467.94 1.42 16Perumahan dan Permukiman
205.04 0.65 234.8 0.71 17Keselamatan Transportasi Darat
221.01 0.70 235.94 0.71 18Transportasi Perdesaan
260.77 0.82 301.34 0.91 19Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan
458.14 1.45 493.07 1.4916
DASAR HUKUM
PP 2/2012 tentang Hibah Daerah;
PMK 188/2012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah
PRINSIP HIBAH DAERAH
Hibah diberikan untuk mendanai penyelenggaraan urusan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah dalam kerangka hubungan keuangan
antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Diprioritaskan untuk penyelenggaraan Pelayanan Publik
Mekanisme APBN dan APBD
Mempertimbangkan
Kapasitas Fiskal Daerah
Melalui penandatanganan Perjanjian Hibah antara Menteri Keuangan cq.
Dirjen Perimbangan Keuangan dengan Kepala Daerah
Hibah kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari luar negeri
dilakukan melalui Pemerintah
MEKANISME HIBAH DAERAH (OUTPUT-BASED)
K/L
TEKNIS
[Executing Agency]KEMENKEU
[KPA-HPD]PEMDA
[Implementing Agency]Pelaksanaan kegiatan
Pengusulan kegiatan dan rincian
daerah penerima hibah
Rekomendasi penyaluran hibah
Monev & Verifikasi Teknis
Perjanjian Hibah
Penyaluran Dana Hibah dari
N
O KEGIATAN SUMBER
WAKTU
PELAKSANAAN NILAI HIBAH
DAERAH
PENERIMA TARGET OUTPUT
1 MASS RAPID TRANSIT (MRT)
Pinjaman JICA 2009 - 2014 Rp 5,6 T 1 Pemprov Terbangunnya prasarana MRT untuk koridor lebak bulus-dukuh atas
2 HIBAH AIR MINUM Hibah AusAID 2012 – 2015 Rp 569,85 M (proses)
100 Pemda Terpasangnya 300.000 Sambungan Rumah (SR) Air Minum bagi MBR
3 HIBAH SEKTOR IRIGASI Pinjaman World Bank
2012 – 2016 Rp 575 M 101 Kab/Kota 14 Provinsi
Desain Irigasi, fisik irigasi dan pelatihan kelompok petani
4 Development of Seulawah Agam Geothermal in NAD Province Hibah dari Pemerintah Jerman (KfW)
2012 – 2014 Rp 61,2 M 1 Pemda Terlaksananya pengeboran wilayah kerja panas bumi
5 HIBAH AIR LIMBAH Hibah AusAID 2012 – 2015 Rp 45 M 4 Pemda Terpasangnya 9000 Sambungan Rumah (SR) Pengelolaan Air Limbah bagi MBR
6 HIBAH SANITASI Hibah AusAID 2012 - 2015 Rp 209 M (proses)
39 Pemda Pembangunan sarana
persampahan dan air limbah
7 HIBAH SEKTOR JALAN Hibah AusAID 2012 - 2015 Rp 122 M (proses)
1 Pemda Pemiliharaan Rutin, Pemeliharaan Berkala, Rehabilitasi dan Peningkatan Jalan, Rekonstruksi
PINJAMAN & OBLIGASI DAERAH
DASAR HUKUM
1. UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA
2. UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
3. UNDANG-UNDANG NO. 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH
PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH
4. PERATURAN PEMERINTAH NO. 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH
5. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 111/PMK.07/2012 TENTANG TATACARA PENERBITAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH
SUMBER PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH
PEMERINTAH
DAERAH
PEMERINTAH
PUSAT
MASYARAKAT –
DALAM BENTUK
OBLIGASI
DAERAH
PEMERINTAH
DAERAH LAIN
LEMBAGA
KEUANGAN
BANK
LEMBAGA
KEUANGAN
BUKAN BANK
- Penerusan Pinjaman Luar Negeri - Penerusan Pinjaman Dalam Negeri - Pusat Investasi Pemerintah
Berbadan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah NKRI Lembaga Pembiayaan berbadan hukum Indonesia & berkedudukan di wilayah NKRI • Berbentuk Obligasi Daerah
• Orang pribadi atau badan yang melakukan Investasi di Pasar Modal
JENIS DAN PENGGUNAAN PINJAMAN DAERAH
21 •Jangka waktu paling lama satu tahun
•Kewajiban pembayaran kembali harus dilunasi dalam tahun anggaran berkenaan •Hanya dipergunakan untuk menutup kekurangan arus kas
JANGKA PENDEK
• Jangka waktu lebih dari satu tahun
• Kewajiban pembayaran kembali harus dilunasi dalam kurun waktu tidak melebihi
sisa masa jabatan kepala daerah
• Untuk membiayai pelayanan publik yang tidak menghasilkan penerimaan
JANGKA
MENENGAH
• Jangka waktu lebih dari satu tahun
• Kewajiban pembayaran kembali harus dilunasi pada tahun anggaran berikutnya
sesuai persyaratan perjanjian pinjaman
• Digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam
rangka penyediaan pelayanan publik yang:
Menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi APBD yang
berkaitan dengan pembangunan prasarana dan sarana tersebut;
Menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematan terhadap
belanja APBD yang seharusnya dikeluarkan apabila Kegiatan tersebut tidak dilaksanakan; dan/atau
Memberikan manfaat ekonomi dan sosial
JANGKA
PANJANG
PENGENDALIAN DEFISIT APBD
Jumlah Kumulatif Defisit Max
3% PDB
Peraturan perundangan UU 17/2003, UU 33/2004, UU 32/2004, PP 23/2003, PP 58/2005Pendapatan
Belanja
Defisit
APBD
–
=
Pendapatan
Belanja
Defisit
APBN
–
=
Prinsip Dasar
• APBD disusun sesuai kebutuhan
penyelenggaran pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah
• APBD suatu daerah dapat defisit dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan dan kesejahteraan masyarakat
• Prinsip pengelolaan fiskal yang hati-hati dan
berkesinambungan menghendaki adanya keseimbangan fiskal
Menteri
Keuangan Batas Maksimal Defisit APBD & Batas Maksimal KumulatifPinjaman Daerah PMK 125/2013
KETENTUAN UMUM
Pemerintah daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah sepanjang memenuhi persyaratan
pinjaman.
Obligasi Daerah merupakan efek berupa surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
dan tidak dijamin oleh pemerintah pusat.
Penerbitan Obligasi Daerah wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam PP 30 Tahun
2011 dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilakukan di pasar modal domestik dan dalam mata
uang Rupiah.
Kegiatan harus sesuai dengan dokumen perencanaan daerah, dapat berupa kegiatan baru
atau pengembangan kegiatan yang sudah ada, dan pembiayaan dapat sebagian atau
sepenuhnya
Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan investasi
prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang menghasilkan
penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau
sarana tersebut.
Jumlah sisa pinjaman daerah + jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari
jumlah Penerimaan Umum APBD tahun sebelumnya
Memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman (DSCR) yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Mendapat persetujuan DPRD
Audit terakhir Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) atau Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Kumulatif Pinjaman ≤ 75% PU APBD
(t-1)[
PAD + DAU + (DBH – DBH DR)
]
– BW
Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain
≥ 2,5
DSCR =
Bagi Pemerintah Daerah
• Percepatan pembangunan daerah tanpa tergantung pada dana rutin APBD.
• Alternatif Pembiayaan bagi pembangunan Daerah.
• Mendorong penerapan prinsip-prinsip keterbukaan dan tata kelola yang baik.
• Memperoleh sumber pembiyaan yang lebih murah
Bagi Masyarakat Daerah
• Memperoleh manfaat atas fasilitas yg dibangun dari pembiayaan obligasi daerah.
• Turut serta dalam pembangunan
Bagi Investor
• Alternatif investasi selain SUN dan Obligasi Korporasi.
• Memfasilitasi masyarakat untuk membiayai pembangunan daerah.
Bagi Pasar Modal
• Diversifikasi instrumen yang diperdagangkan di pasar modal.
Bagi Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal
• Peluang memberikan jasa profesi.
KAPASITAS FISKAL DAERAH
DEFINISI:
Kapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan
melalui penerimaan umum APBD (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman
lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk
membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah
penduduk miskin
PENGGUNAAN:
Pemberian /penerusan hibah kepada pemerintah daerah mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah
Penilaian atas usulan pinjaman pemerintah daerah oleh Menteri Keuangan
PROVINSI
KATEGORI
JUMLAH
SANGAT TINGGI
3
TINGGI
6
SEDANG
6
RENDAH
18
33
KABUPATEN KOTA
KATEGORI
JUMLAH
SANGAT TINGGI
52
TINGGI
68
SEDANG
102
RENDAH
266
488
KATEGORI KAFIS TAHUN 2013
Catatan:
3 Kabupaten/Kota yang tidak dikategorikan (Belum Menyampaikan Laporan Realisasi APBD per Akhir November) Kategori Kafis untuk Daerah Otonom Baru (DOB) (yang disahkan di tahun 2012 dan 2013) mengikuti kategori Kafis
PEMERINTAH PUSAT
A P B N
Hibah
Pinjaman
Penyertaan Modal
Subsidi
PELANGGAN:
• Rumah Tangga (MBR, Non MBR) • Industri
PEMDA (PJPK)
B U M D
A P B D
Hibah
Pinjaman
Penyertaan Modal
Subsidi
SEKTOR SWASTA
PERJANJIAN HIBAH / PINJAMAN PERJANJIAN KERJASAMA (BOO/BOT/BOOT)
Public-Private
Partnership
Konstruksi Operasional/pelayananPERBANKAN
PinjamanSKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA
Subsidi bunga Subsidi bunga Subsidi tarif Public-Private
INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT FUND (IDF )
UNTUK MEMPERKUAT DESENTRALISASI FISKAL
Kurangnya penyediaan infrastuktur mengakibatkan rendahnya pertumbuhan ekonomi.
Infrastuktur merupakan prioritas nasional (RPJPN 2005 – 2025)
Pendanaan menjadi salah satu kendala penyediaan
infrastruktur.
Terdapat gap antara kebutuhan dan realisasi pembangunan infrastuktur yang cukup besar
Diperlukan
ALTERNATIF
PENDANAAN
untuk percepatan pembangunan infrastuktur daerahInfrastructure
Development Fund (IDF)
Pontensi untuk Memperkuat Kebijakan Desentralisasi Fiskal
di Indonesia
Mendorong Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Daerah
Adanya Kendali Pemerintah Terhadap Pola expenditure di Pemda melalui Perjanjian Pinjaman
Tidak Membebani APBN karena berupa Pinjaman bukan Belanja Transfer ke Daerah
Mendorong Percepatan
Pembangunan
Infrastruktur Daerah
dengan pinjaman
berfasilitas
(Infrastruktur
Development Fund)
• Menyiapkan pinjaman dengan Tingkat
Bunga yang rendah
• Menyiapkan pinjaman dengan Tenor
lebih fleksibel dan relatif panjang
• Menyiapkan Prosedur pinjaman yang
lebih sederhana dan jelas
• Menyiapkan tambahan fasilitas guna
mendorong kerja sama antar daerah
dalam peyediaan infrastruktur
• Menyiapkan fasilitas tambahan berupa
pemberian Grace Period
Pemberian Fasilitas Pinjaman melalui :
KARAKTERISTIK :
• Bertujuan mendorong pembangunan infrastruktur Daerah dengan pinjaman yang mudah, cepat, dan bunga
kompetitif.
• Struktur Permodalan lebih kuat dengan share dari APBN, APBD dan Bank BUMD/BPD.
• Sebagai pemegang saham, maka
ownership Pemda lebih kuat.
• Adanya share risiko pemberian pinjaman antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
• Sebagai lembaga mandiri, operasional selanjutnya tidak membebani APBN dan APBD.
• Mempunyai akses pendanaan yang lebih mudah ke pasar modal karena IDF diperlakukan sebagai corporate, tidak terikat birokrasi Pemerintah.
• Risiko default pinjaman minimize dengan mekanisme jaminan riil cash
flow pemerintah daerah.
IDF
(SOE)
SHARE
APBN
SHARE
APBD
SHARE BANK BUMN SHARE BPDINFRASTRUKTUR DAERAH
INFRASTRUKTUR DEVELOPMENT FUND
(LONG TERM)
OBLIGASI IDF DANA PIHAK LAIN
33