• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA JALAN AKIBAT PENINGKATAN INTENSITAS BANGUNAN PERUMAHAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KINERJA JALAN AKIBAT PENINGKATAN INTENSITAS BANGUNAN PERUMAHAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BANGUNAN PERUMAHAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN

STUDI KASUS : JALAN JENDERAL BESAR A. H. NASUTION

(JALAN LINGKAR LUAR MEDAN)

Heriansyah Siregar, Abdul Ghani Salleh, Basaria Talarosha, Filiyanti T.A Bangun

Program Studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota

Abstract. Traffic represent problems faced by Indonesian cities, which start from decreasing of road

performance until generate traffic jam in the end. The problems caused by some factors, like urbanization, rapid growth of population, growth of economics and growth of number of vehicles. These factors also influence growth of a city. To see how the increase of intensity of housing-building at settlement area influence the traffic volume and decreasing of road performance, hence conducted by analyze the movement systems. Movement systems analysis covers traffic volume and traffic composition, continued with road capacity analysis yielding indicators of Q/C and travel speed. While to see the growth of settlement in study area during the last five year done by using overlay method. This method applied to the 1999 and 2004 land use map. This map shows that the artery road encumbered by local traffic, which come from housing at study area. Minimization of conflict to movement system by regulate the land usage on both side of the street needed to overcome this condition together with limitation of settlements growth in Kecamatan Medan Johor, done by maintain the RUTRK Medan 2005 strategy, which arranged that Kecamatan Medan Johor is specified to become the catchment area and low density settlement.

Keywords: road performance, housing-building intensity, local traffic

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Lalulintas merupakan permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di Indonesia, yang berawal dari penurunan kinerja jalan hingga pada akhirnya menimbulkan kemacetan lalulintas. Beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan tersebut antara lain urbanisasi, pertumbuhan penduduk yang pesat, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan lalulintas yang tinggi (Sutomo, et al, 2001).

Faktor-faktor tersebut diatas mempengaruhi perkembangan sebuah kota. Perkembangan kota yang semakin pesat juga menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan kota. Tamin (1997) menyatakan, bahwa setiap guna lahan atau sistem kegiatan akan menghasilkan pergerakan (trip production) dan menarik pergerakan (trip attraction) dalam proses pemenuhan kebutuhan. Meningkatnya

pergerakan ini akan menuntut penyediaan jaringan jalan yang semakin baik pula. Ketidakseimbangan antara penyediaan jaringan jalan dengan pemakainya akan menyebabkan permasalahan lalulintas. Ketimpangan antara peningkatan jaringan jalan dan jumlah kenderaan yang melalui jalan tersebut menyebabkan berbagai permasalahan, antara lain meningkatnya waktu perjalanan, menurunnya kenyamanan pemakai jalan dan seringkali menyebabkan kemacetan lalulintas. Masalah ini menjadi semakin parah akibat adanya percampuran pergerakan antara lalulintas menerus, regional dan lokal. Masalah ini seringkali terjadi pada kawasan yang mempunyai intensitas kegiatan yang tinggi dan terjadi terutama pada jam-jam puncak.

Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution merupakan bagian dari jalan lingkar luar (outer ring road)

(2)

kota Medan, yang berfungsi sebagai jalan arteri primer dan merupakan jalan alternatif bagi pergerakan lalulintas yang diarahkan untuk tidak melalui pusat kota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26/1985 pasal 7 disebutkan bahwa jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam. Selain itu, pada jalan arteri primer lalulintas regional tidak boleh terganggu oleh lalulintas ulang alik, lalulintas dan kegiatan lokal. Dalam kenyataannya, selain harus melayani arus menerus dan regional, jalan ini harus pula melayani pergerakan lokal dan internal kota. Pada kedua sisi koridor jalan tersebut saat ini telah bermunculan kegiatan-kegiatan komersial yang dapat mengakibatkan tundaan lalulintas sebagai akibat dari kendaraan yang menuju dan parkir pada pusat-pusat aktifitas tersebut. Munculnya perumahan-perumahan pada selatan Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution juga mempengaruhi beban lalulintas yang ditanggung oleh jalan tersebut. Tundaan yang diakibatkan oleh lalulintas yang menuju perumahan-perumahan tersebut saat ini sudah dapat dirasakan, khususnya pada persimpangan-persimpangan yang merupakan akses menuju perumahan-perumahan tersebut.

Terjadinya perubahan guna lahan pada kedua sisi dan selatan jalan ini menimbulkan dampak

berupa penurunan kinerja jalan. Penurunan kinerja jalan tersebut berupa meningkatnya volume lalulintas, bertambahnya waktu perjalanan dan menurunnya kecepatan perjalanan yang menyebabkan peningkatan biaya perjalanan.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan penurunan kinerja Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution sebagai jalan arteri primer di Kota Medan disebabkan antara lain oleh berkembangnya permukiman yang memanfaatkan ruas jalan tersebut sebagai muara pergerakan warganya dan kegiatan-kegiatan di sepanjang kedua sisi jalan (road side activity) yang menimbulkan gangguan samping (side

friction) yang menghambat lalulintas menerus.

Dari uraian diatas, maka penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi pengaruh peningkatan intensitas bangunan perumahan terhadap kinerja ruas Jenderal Besar A. H. Nasution, khususnya mengenai volume, kecepatan rata-rata dan kepadatan/kerapatan lalulintas di ruas jalan tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh peningkatan intensitas bangunan terhadap kinerja ruas jalan pada Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution, khususnya terhadap volume, kecepatan rata-rata dan kepadatan/kerapatan lalulintas di ruas jalan tersebut.

Gambar 4.2. Penempatan Lokasi Pos Survey Pada Ruas Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution

Jl. D jam in Gi nt ing Jl . Luk u I Jl. K arya W is at a Jl . Ka rya J aya Jl . Br ig jen k ata ms o

Jl. Jend. Besar A. H. Nasution

I II

III

(3)

2.1 Hubungan Guna Lahan Dan Transportasi

Guna lahan (land use) merupakan istilah yang berasal dari ekonomi pertanian, yang arti aslinya adalah sebidang tanah dan penggunaan ekonomisnya (seperti untuk tanaman basah, tanaman kering). Istilah guna lahan kemudian diadopsi ke dalam perencanaan wilayah kota dengan arti yang bergeser dari aslinya. Secara umum, “guna lahan perkotaan” diartikan sebagai distribusi keruangan (spatial distribution) atau pola geografis dari fungsi-fungsi perkotaan, seperti perumahan, perdagangan, perkantoran, rekreasi, industri dan lain-lain (Djunaedi, 2003). Kemampuan transportasi, atau penyediaan angkutan (transpor), menunjukkan potensi untuk menghubungkan antar kegiatan guna lahan. Kemampuan ini disediakan oleh berbagai moda angkutan (angkutan jalan raya, laut, udara, dan jalan kaki). Kemampuan transportasi bisa juga multi-moda; contohnya : perjalanan ke kantor dilakukan dengan jalan kaki dari rumah ke pemberhentian bus kota, naik bus kota, turun dari bus dan kemudian naik becak ke kantor. Fasilitas transportasi termasuk pula tempat perpindahan antar moda (misal : terminal bus, kereta api, bandar udara).

Dalam suatu sistem kota, seperti pada gambar 1, terdapat hubungan antara guna lahan, demografi dan transportasi. Transportasi sendiri dapat dilihat sebagai fungsi dari beberapa sub sistem, seperti transportasi pribadi, transportasi publik dan transportasi barang (Orn, 2002). Keseluruhan elemen tersebut merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam proses pembangunan kota. Penambahan arus lalulintas tidak dapat dimengerti dengan baik tanpa mempelajari guna lahan dan demografi. Pada sisi lain, sistem transportasi dan pengembangan prasarana jalan dapat mempengaruhi dan memegang peranan dalam menentukan nilai jual tanah.

Gambar 1. Hubungan Transportasi, Guna Lahan dan Demografi pada Suatu Sistem Kota.

Sumber : Orn, 2002.

Transportasi meningkatkan interaksi antar aktifitas atau guna lahan. Interaksi tersebut diukur melalui aksesibilitas, yang meliputi daya tarik suatu tempat sebagai asal dan tujuan. Pola guna lahan adalah hal yang penting karena akan menentukan peluang ataupun aktifitas yang ada dalam jangkauan suatu tempat. Potensi antara dua tempat untuk berinteraksi akan bergantung pada biaya dari pergerakan antara keduanya, baik dalam terminologi uang ataupun waktu. Sebagai konsekuensinya, struktur dan kapasitas dari jaringan transportasi akan mempengaruhi tingkat aksesibilitas.

Gambar 2. Hubungan Transportasi dan

Guna Lahan

Sumber : Black, 1984.

2.2 Perencanaan Transportasi

Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang berkembang sampai saat ini. Diantaranya yang paling populer adalah Model Empat Tahap (Four Steps Model), yang terdiri 4 (empat) sub model, yaitu (Tamin, 1997):

1. Bangkitan Perjalanan (Trip Generation)

Bangkitan perjalanan merupakan tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona

Transportasi Pribadi Publik Barang Guna Lahan Demografi

(4)

atau guna lahan dan jumlah perjalanan yang tertarik ke suatu zona atau guna lahan.

2. Distribusi Perjalanan (Trip Distribution)

Pola sebaran perjalanan antara zona asal dan zona tujuan adalah hasil dari dua hal yang terjadi bersamaan, yaitu lokasi/intensitas guna lahan yang akan menghasilkan arus lalulintas serta pemisahan ruang dan interaksi antara dua guna lahan yang akan menghasilkan pergerakan manusia/barang. Sistem transportasi dapat mengurangi hambatan perjalanan dalam ruang, tetapi tidak mengurangi jarak. Jarak hanya dapat diatasi dengan memperbaiki sistem jaringan transportasi. Oleh karena itu, jumlah pergerakan lalulintas antara dua buah guna lahan tergantung dari intensitas kedua guna lahan dan pemisahan ruang (jarak, waktu dan biaya) (JICA, 2000).

3. Pemilihan Moda (Moda Split)

Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan setiap moda. Pemilihan moda, selain juga harus mempertimbangkan pergerakan yang menggunakan lebih dari satu moda dalam perjalanan yang sangat umum dijumpai, dipengaruhi oleh tiga faktor yang menentukan, yaitu ciri pengguna jalan, ciri perjalanan dan ciri fasilitas/moda transportasi dan ciri kota/zona (JICA, 2000).

4. Penentuan Rute (Route Choice)

Pembebanan lalulintas adalah suatu proses dimana permintaan perjalanan, yang didapat dari tahap distribusi dibebankan ke rute jaringan jalan yang terdiri dari kumpulan ruas-ruas jalan.

3. Metodologi Penelitian

3.1 Pendekatan studi

Penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan awal terhadap

sistem pergerakan di Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution untuk mendapatkan

gambaran umum gangguan sistem pergerakan di jalan tersebut.

2. Melakukan pengamatan awal terhadap

sumber utama lalulintas lokal yang

membebani Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution, yaitu perumahan yang aksesnya memanfaatkan ruas jalan tersebut.

3. Melakukan pencacahan volume lalulintas

(traffic count) pada titik-titik akses menuju perumahan di sekitar kawasan Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution. Pencacahan tersebut dilakukan dengan perkiraan waktu-waktu puncak tertentu sebagai berikut :

a. Pagi hari : 06.30 – 08.30

b. Sore Hari : 16.30 – 18.30

dan dilakukan pada hari-hari yang mewakili keadaan dalam satu minggu, yaitu pada awal, tengah dan akhir minggu. Selanjutnya kinerja ruas jalan dianalisis berdasarkan perkiraan jam-jam puncak tersebut dengan menggunakan kriteria derajat kejenuhan (degree of

saturation/DS) dan kecepatan perjalanan.

6. Melakukan pencacahan volume lalulintas

(traffic count) pada titik-titik masuk perumahan, dalam hal ini pada pintu-pintu masuk perumahan disepanjang Jalan Karya Wisata, yang diperkirakan merupakan kontributor terbesar dari lalulintas lokal yang membebani Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution. Pencacahan tersebut dilakukan pada waktu dan hari yang sama dengan pencacahan yang dilakukan di Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution.

7. Melakukan analisis peningkatan intensitas

bangunan perumahan pada kawasan permukiman di wilayah studi berdasarkan data-data sekunder pada masa lalu dan saat ini. 31.9% 25.4% 7.3% 13.6% 10.9% 11.0%

Citra Wisata Johor Indah Permai Johor Indah Permai II

(5)

Data-data yang dibutuhkan pada pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Data primer, berupa :

a. Data fisik (geometrik) Jalan

Jenderal Besar A. H. Nasution, yang didapatkan dengan melakukan pengukuran menggunakan pita meter.

b. Data volume lalulintas Jalan

Jenderal Besar A. H. Nasution, yang didapatkan melalui pencacahan volume lalulintas (traffic count) di jalan tersebut. Pelaksanaan pencacahan volume lalulintas (traffic count) dilakukan secara manual dengan menghitung setiap kendaraan yang melewati pos-pos survey yang ditentukan dan dicatat pada formulir yang telah disediakan. Pencatatan volume kendaraan dilakukan berdasarkan komposisi kendaraan dan waktu per 15 menit.

c. Data volume lalulintas keluar masuk

perumahan di sepanjang Jalan Karya Wisata, yang didapatkan melalui pencacahan volume lalulintas (traffic count) di pada pintu-pintu perumahan tersebut. Pelaksanaan pencacahan volume lalulintas (traffic count) dilakukan dengan cara yang sama dengan pelaksanaan pencacahan volume lalulintas (traffic count) di Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution

2. Data sekunder, berupa :

a. Peta penggunaan lahan kawasan

studi.

b. Data-data perumahan di sepanjang

Jalan Karya Wisata, meliputi luas lahan perumahan dan jumlah rumah.

c. Data-data sekunder lainnya, seperti

Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), pertumbuhan kendaraan bermotor dan sebagainya.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Arus Lalulintas Keluar Masuk

Perumahan

Dari hasil penelitian terlihat bahwa arus lalulintas keluar masuk perumahan berfluktuasi sesuai dengan karakteristik arus lalulintas pada daerah perumahan, dimana arus lalulintas

keluar untuk menuju ke pusat-pusat kegiatan (perkantoran dan sekolah) dan berulang pada sore hari dimana mereka kembali dari pusat-pusat kegiatan tersebut.

Arus lalulintas maksimum keluar dari lokasi-lokasi perumahan terjadi pada hari Senin pagi antara pukul 6.45 – 7.45 sebesar 656,4 smp/jam, sedangkan arus lalulintas maksimum masuk ke lokasi-lokasi perumahan terjadi pada hari Rabu sore antara pukul 17.00 – 18.00sebesar 375,0 smp/jam.

Gambar 3 dan 4 memperlihatkan persentase arus lalulintas keluar masuk tersebut pada masing-masing lokasi perumahan yang disurvey.

Gambar 3. Persentase Arus Lalulintas

Maksimum Keluar dari Perumahan.

Sumber : Hasil Analisis, 2004.

Gambar 3. Persentase Arus Lalulintas

Maksimum Masuk ke Perumahan.

Sumber : Hasil Analisis, 2004.

4.2 Analisis Kapasitas Ruas Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution

Dari data pencacahan volume lalulintas (traffic

count), selanjutnya dilakukan analisis kapasitas

untuk masing-masing segmen ruas jalan dan dihitung derajat kejenuhan (Degree of

Saturation/DS), yang merupakan faktor utama

dalam penentuan tingkat kinerja jalan, yang

32.4% 26.1% 7.9% 14.1% 11.2% 8.3%

Citra Wisata Johor Indah Permai Johor Indah Permai II Vila Prima Indah Puri Katelia Griya Wisata

31.9% 25.4% 7.3% 13.6% 10.9% 11.0%

Citra Wisata Johor Indah Permai Johor Indah Permai II

(6)

menunjukkan apakah segmen jalan mempunyai masalah kapasitas atau tidak.

Dari hasil perhitungan analisis kapasitas Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution terlihat bahwa beban lalulintas pada ruas jalan tersebut masih dibawah kapasitas, seperti terlihat pada gambar 5 dan 6, walaupun pada beberapa segmen jalan telihat kecenderungan pertambahan nilai Q/C. Nilai Q/C maksimum pada ruas Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution adalah 0,89, yang terjadi pada hari Senin antara pukul 7.00 – 8.00 pada segmen antara Jl. Karya Wisata – Jl. Karya Jaya (arah timur Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution).

Gambar 5. Grafik Fluktuasi Beban Lalulintas Maksimum Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution Pada Pagi Hari.

Sumber : Hasil Analisis, 2004.

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 16.30 - 17.30 16.45 - 17.45 17.00 - 18.00 17.15 - 18.15 17.30 - 18.30 Waktu Vo l. La lu Lint as ( sm p)

Arah Timur Arah Barat Kapasitas

Gambar 6. Grafik Fluktuasi Beban Lalulintas Maksimum Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution Pada Sore Hari.

Sumber : Hasil Analisis, 2004.

Kontribusi lalulintas lokal cukup terasa terutama pada segmen III (antara persimpangan Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution dengan Jalan

Karya Wisata dan Jalan Karya Jaya). Besarnya kontribusi lalulintas lokal terhadap arus lalulintas di Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution pada saat nilai Q/C maksimum diperlihatkan pada gambar 7 dan 8.

Gambar 7. Perbandingan Arus Lalulintas Lokal dan Menerus Pada Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution Arah Jalan Brigjen Katamso Pada Saat Nilai Q/C Maksimum.

Sumber : Hasil Analisis, 2004.

Gambar 8. Perbandingan Arus Lalulintas Lokal dan Menerus Pada Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution Arah Jalan Djamin Ginting Pada Saat Nilai Q/C Maksimum.

Sumber : Hasil Analisis, 2004.

4.4 Pengaruh Peningkatan Intensitas

Bangunan Perumahan pada Kinerja Jalan

Prediksi kinerja Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution pada masa yang akan datang didapat dari hubungan prediksi jumlah penduduk, pertumbuhan kendaraan dan bangkitan lalulintas. 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 6.30 - 7.30 6.45 - 7.45 7.00 - 8.00 7.15 - 8.15 7.30 - 8.30 Waktu V ol . Lal u Li nt as (s m p)

Arah Timur Arah Barat Kapasitas

79.8% 20.2% Menerus Lokal 79.8% 20.2% Menerus Lokal

(7)

penghuni pada keenam perumahan yang disurvey, prediksi jumlah penduduk penghuni perumahan pada masa yang akan datang dihitung dengan persamaan :

Pn = P0 (1 + i)n ………..(1)

dimana :

P0 = jumlah penduduk saat ini.

Pn = jumlah penduduk tahun ke – n.

I = tingkat pertumbuhan penduduk. Prediksi volume lalulintas menerus di Jenderal Besar A. H. Nasution tanpa arus lalulintas lokal yang berasal dari permukiman disekitarnya didapat dari persamaan :

Y = 109,54 X + 1507,9 …………(2) dimana :

Y = volume lalulintas.

X = indeks tahun.

Persamaan diatas didapat berdasarkan angka pertumbuhan kendaran bermotor, dengan mengasumsikan bahwa variabel kapasitas ruas jalan adalah konstan dan tanpa menyertakan faktor jam puncak (peak hour factor/PHF). Volume lalulintas yang merupakan dasar perhitungan adalah volume lalulintas menerus pada saat nilai Q/C di Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution maksimum.

Tingkat bangkitan lalulintas dari perumahan yang digunakan untuk menghitung prediksi volume lalulintas masa yang akan datang didapat dari data kuesioner yang disebar kepada 100 responden di keenam perumahan yang disurvey. Persamaan bangkitan lalulintas dari perumahan adalah:

Oi = 0.1363 P + 16.158 ……..(3)

dimana :

Oi = bangkitan lalulintas pada jam puncak

pagi (orang/jam).

P = jumlah penghuni (jiwa).

Dari ketiga persamaan di atas, didapat prediksi kinerja Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution pada masa yang akan datang, seperti terlihat pada tabel 1.

H. Nasution.

Qtotal

Qmenerus Oi*) Arah Jalan

(smp/jam) (smp/jam) Brigjen Katamso (smp/jam) (1) (2) = pers. 13 (3) = pers. 14 (4) = 0.546 x (3) + (2) (5) 2005 2,274.7 403.3 2,678.0 0.83 2006 2,384.2 410.0 2,794.3 0.86 2007 2,493.8 416.0 2,909.8 0.90 2008 2,603.3 421.6 3,024.9 0.94 2009 2,712.8 428.0 3,140.8 0.97 Tahun Qtotal/C

*) : Perbandingan lalulintas lokal kearah Jalan Brigjen Katamso dan kearah Jalan Djamin Ginting adalah 54,6% : 45,4%.

Sumber : Hasil Analisis, 2004.

Dari hubungan tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai Q/C pada Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution, dengan tambahan arus lalulintas lokal yang hanya berasal dari perumahan di sepanjang Jalan Karya Wisata, pada 5 (lima) tahun mendatang (2009) akan mencapai nilai 0,97 dimana arus menjadi tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

1. Ruas Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution,

sebagai bagian dari jalan lingkar luar Medan (Medan Outer Ring Road) yang berfungsi sebagai jalan arteri primer, pada kenyataannya harus melayani lalulintas lokal dan juga terganggu oleh adanya kegiatan lokal di sepanjang sisi jalan. Hal ini menyebabkan penurunan kinerja jalan tersebut, dimana nilai Q/C maksimum telah mencapai 0,89 pada arah timur jalan tersebut pada saat volume lalulintas aktual 2.875 smp/jam dan kecepatan 28,87 km/jam.

2. Besarnya lalulintas lokal yang berasal dari

perumahan pada daerah selatan Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution dibanding arus lalulintas total adalah 20,2% pada arah timur dan 33,9% pada arah barat, sementara pengaruh maksimum dari permukiman terhadap kinerja (Q/C) Jalan A.H. Nasution adalah sebesar 0,11 pada arah Timur (pagi) dan 0,17 pada arah Barat (sore).

3. Pertumbuhan lalulintas menerus dan

lalulintas yang berasal dari perumahan di sepanjang Jalan Karya Wisata akan

(8)

menyebabkan nilai Q/C di ruas Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution pada 5 (lima) tahun mendatang akan mencapai nilai 0,97, dimana arus menjadi tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas (arus jenuh).

5.2 Saran-saran

1. Dengan nilai Q/C maksimum pada ruas

0,89, maka diperlukan penanganan berupa pelebaran jalur jalan hingga nilai Q/C < 0,8 dapat dicapai (Tamin, 1998), sehingga arus lalulintas akan menjadi stabil dan kecepatan dapat dikontrol.

2. Perlunya pengaturan pola pemanfaatan

lahan di sepanjang sisi jalan untuk meminimalkan konflik terhadap sistem pergerakan, misalnya dengan pembatasan kegiatan perkantoran dan perdagangan.

3. Membatasi pertumbuhan permukiman di

daerah Medan Johor dengan tetap mempertahankan strategi yang ditetapkan dalam RUTRK Medan 2005, dimana Kecamatan Medan Johor diarahkan menjadi daerah resapan air dan permukiman dengan kepadatan rendah (KDB 0,3).

4. Agar Pemerintah Kota menerapkan aturan

agar pengembang (developer) melakukan studi analisis dampak lalulintas (traffic

impact analysis) dan analisis dampak

social (social impact analysis) sebelum melakukan pengembangan/pembangunan suatu perumahan/realestat.

5. Mengingat ruas jalan lingkar (Medan

Outer Ring Road) yang ada sekarang

hanya melingkari setengah dari wilayah Kota Medan, Pemerintah Kota perlu memikirkan kembali konsep jalan lingkar ini dengan merencanakan/membangun jalan lingkar yang benar-benar melingkari seluruh wilayah Kota Medan, sehingga fungsi jalan lingkar sebagai jalan arteri primer tidak terganggu oleh arus lalulintas dan kegiatan-kegiatan lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J.A., Blunden, W.R. 1984. The

Land-Use/Transport System 2nd Edition. Pergamon Press. Sydney.

Djunaedi, A. 2003. Perencanaan Guna

Lahan/Kota dan Hubungannya dengan Perencanaan Transortasi.

www.ugm.ac.id

JICA. 2000. Pemodelan Sistem Transportasi

(Transportation System Modelling).

Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi. Medan.

Orn, H. 2002. Urban Traffic and Transport. Building Issues Vol. 12. Lund University. Lund. Sweden.

Tamin, O.Z. 1997. Perencanaan dan

Pemodelan Transportasi. ITB Press.

Bandung.

Tamin, O.Z., Nahdalina. 1998. Analisis

Dampak Lalulintas (Andall). Jurnal

Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 9

No. 3 September 1998. Bandung.

Gambar

Gambar 4.2. Penempatan Lokasi Pos Survey Pada Ruas Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution
Gambar 3 dan 4 memperlihatkan persentase arus  lalulintas keluar masuk tersebut pada  masing-masing lokasi perumahan yang disurvey
Gambar 5. Grafik Fluktuasi Beban Lalulintas  Maksimum Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution  Pada Pagi Hari

Referensi

Dokumen terkait

Dititrasi natrium thiosulfat dengan kalium iodide sampai terjadi perubahan warna kuning hamper hilang dan kemudian ditambahkan 1 ml indicator

10 Materi: (1) Reviu materi sebelumnya; (2) pelajaran 8 tentang keluarga pada masa kecil saya (chiisai toki no kazoku no koto), minna de hanashimashou, renshuu mondai

Pernyataan ilmiah yang kita gunakan dalam tulisan kita harus mencakup beberapa hal. Pertama kita harus mengidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, kita

Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri dalam rangka kerja sama ASEAN dengan Mitra Eksternal ASEAN di

Tahapan itu adalah adanya kebutuhan karena biaya kesehatan yang mahal (kebutuhan yang ada disebabkan oleh rangsangan dari dalam diri ataupun dari luar diri

Jawab : Langkah manajemen mutu positif, kita madrasah memang naungan yang islami, jadi kalau yang positif setiap kegiatan yang kita lakukan pasti bernuansa

radial, mesin bor meja 4 unit, bangku kerja, dan

Tiap-tiap saldo rekening yang tercantum dalam kolom-kolom neraca saldo digabungkan dengan angka-angka yang tercantum didalam penyesuaian dan jumlah ini kemudian dicantumkan