PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA
DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI
Endang Kurnia Pusat teknologi Nuklir Bahan dan RadiometriBATANABSTRAK
PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSTEK NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI BANDUNG. Dalam rangka meningkatkan pelayanan keselamatan kerja di Pustek Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR)BATAN telah dilakukan identifikasi masalah yang menjadi penghambat peningkatan pelayanan keselamatan kerja. Untuk mengidentifikasikan semua masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan informasi ini sebagai rangkaian hubungan sebab akibat dilakukan dengan teknik pohon masalah, selanjutnya hubungan kausalitas antara sasaran spesifik, sasaran pokok, sasaran utama dan akibat dirumuskan dalam satu struktur yang disebut dengan pohon sasaran. Sasaran yang didapat digunakan untuk merumuskan alternatif kegiatan yang akan dilakukan. Dari beberapa alternatif kegiatan dipilih satu kegiatan dengan menggunakan kriteria: biaya, manfaat, efektivitas, efisiensi, administrasi, waktu, dan dukungan pimpinan. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebab utama belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja di PTNBR adalah belum diterapkannya Sistem Manajemen K3, dan alternatif kegiatan yang diperlukan adalah melengkapi berbagai dokumen atau prosedur Sistem Manajemen K3. Kata Kunci: keselamatan, SMK3, pohon masalahABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF SAFETY SERVICES AT NUCLEAR TECHNOLOGY CENTER FOR MATERIALS AND RADIOMETRY BANDUNG. In order to improve safety services at Nuclear Technology Center for Materials and Radiometry (NTCMR)BATAN, the lack of safety services as the core problem and their causal relationships has been identified. To identify the major cause of the core problem and their causal relationships, the tree analysis method has been applied. The output is a graphical arrangement of problems differentiated according to ’causes’ and ’effects’ related to the core problem. The problem tree is followed by an ’objective tree’. These objective then provide a basis for selecting alternative programs. From several alternatives, it was selected one program according to funding, benefit, effectivity, efficiency, administration, time, and management support. The result show that, the cause of the lack of safety services at PTNBR is the safety management has not been implemented yet, and the alternative program priority should be done is completing all safety management procedures.1. PENDAHULUAN
Dalam struktur organisasi Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR)BATAN, Sub Bidang Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja (PRKK) berada di bawah Bidang Keselamatan dan Kesehatan, merupakan struktur eselon IV, berdasarkan SK Kepala BATAN SK Ka.BATAN no.392/KA/XI/2005, mempunyai tugas melakukan kegiatan proteksi radiasi dan pengendalian keselamatan kerja1.
Menyadari bahwa keselamatan harus dijadikan prioritas utama dalam setiap aspek kegiatan yang dilakukan, sebagaimana kebijakan BATAN tentang keselamatan. Untuk mendukung komitmen memprioritaskan keselamatan, Sub Bidang PRKK berusaha selalu meningkatkan kinerja pelayanan keselamatannya.
Saat ini kinerja pelayanan keselamatan kerja belum optimal, baru pada tahap memenuhi berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh BAPETEN, IAEA maupun Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan kinerja keselamatan yang baik adalah tujuan organisasi, belum pada tingkat paradigma bahwa kinerja keselamatan dapat ditingkatkan terusmenerus.
Sub Bidang PRKK memiliki berbagai program kerja, program yang paling bermasalah dan perlu mendapat perhatian adalah optimalisasi pelayanan keselamatan kerja. Walaupun pada saat ini pelayanan keselamatan kerja sudah berjalan dengan baik, akan tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi, sehingga dapat meningkatkan budaya keselamatan organisasi dan seluruh personil PTNBR ke tingkat pemahaman atau paradigma bahwa kinerja keselamatan dapat terus ditingkatkan2.
Pada makalah ini akan dibahas berbagai faktor yang menjadi masalah belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja, selanjutnya dengan metode pohon analisis dilakukan analisis untuk menentukan hubungan kausalitas antar penyebab masalah dan penentuan prioritas kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah dimaksud.
2. METODE
2.1. Penentuan Prioritas Untuk menentukan masalah utama yang diprioritaskan untuk dipecahkan dilakukan dengan metode MGD3 menggunakan kriteria: mendesak (M), menunjukkan kepada waktu untuk segera mengambil langkah, gawat (G), menunjukkan pentingnya masalah tersebut segera diatasi, dan dampaknya (D), menunjukkan pengaruhnya masalah tersebut terhadap akibat yang ditambahkannya. Ketiga kriteria tersebut dinilai dengan menggunakan skala nilai 1 – 5 dengan ketentuan sebagai berikut:4 = Mendesak/gawat/kuat/tinggi 3 = cukup mendesak/gawat/kuat/tinggi 2 = kurang mendesak/gawat/kuat/tinggi 1 = sangat kurang mendesak/gawat/kuat/tinggi 2.2. Metode Pohon Analisis
Untuk mengidentifikasikan semua masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan informasi ini sebagai rangkaian hubungan sebab akibat dilakukan dengan teknik pohon masalah4.
Hubungan kausalitas antara sasaran spesifik, sasaran pokok, sasaran utama dan akibat dirumuskan dalam satu struktur yang disebut dengan pohon sasaran. Pohon sasaran adalah teknik untuk mengidentifikasi sasaran yang ingin diwujudkan. Pohon sasaran merupakan rangkaian sebab akibat yang pernyataannya merupakan kebalikan dari pernyataan pada pohon masalah. Semua pernyataan dari pohon masalah megandung pengertian negatif, sedangkan semua pernyataan dalam pohon sasaran mengandung pengertian positif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Penentuan Prioritas Masalah Pokok Masalah pokok belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja antara lain adalah: sarana dan prasarana keselamatan kerja belum memadai; belum diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja5,6; belum memadainya jumlah petugasProteksi Radiasi yang berkualifikasi sebagai PPR; kurangnya koordinasi dengan inspektur keselamatan, baik dari internal BATAN maupun dari luar BATAN seperti BAPETEN atau IAEA.
Dari keempat masalah pokok di atas kemudian dianalisis untuk menentukan prioritas masalah pokok dengan menggunakan kriteria MGD. Penentuan masalah pokok yang menjadi prioritas dilakukan dalam Tabel 1. Dari hasil analisis dengan menggunakan kriteria MGD terhadap empat masalah pokok, didapat urutan prioritas masalah pokok sebagai berikut: • Prioritas pertama adalah belum diterapkannya Sistem Manajemen K3; • Prioritas kedua adalah sarana dan prasarana keselamatan kerja belum memadai; • Prioritas ketiga adalah kurangnya koordinasi dengan inspektur keselamatan, baik dari internal BATAN maupun dari BAPETEN; dan • Prioritas keempat adalah belum memadainya jumlah Petugas Proteksi Radiasi
yang berkualifikasi sebagai PPR Tabel 1. Penentuan prioritas masalah pokok No Masalah Pokok Kriteria M G D Skor Prioritas 1 Sarana dan prasarana keselamatan kerja belum memadai 5 4 3 12 II 2 Belum diterapkannya Sistem Manajemen K3 5 4 4 13 I 3 Belum memadainya jumlah Petugas Proteksi Radiasi yang berkualifikasi sebagai PPR 2 4 2 8 IV 4 Kurangnya koordinasi dengan inspektur keselamatan, baik dari internal BATAN maupun dari BAPETEN 4 3 4 11 III
Dari prioritas pertama masalah pokok, yaitu belum diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan, dilakukan identifikasi penyebabnya yang merupakan masalah spesifik. Masalah spesifik adalah masalah yang merupakan penyebab langsung terjadinya masalah pokok, yang antara lain adalah: kurangnya pengetahuan staf Sub Bidang PRKK dalam memahami Sistem Manajemen Keselamatan, tidak tersedianya sumber daya dalam mempromosikan Sistem Manajemen Keselamatan, belum adanya penyempurnaan Sistem Manajemen Keselamatan, dan kurangnya motivasi staf Sub Bidang PRKK dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan. Dari keempat masalah spesifik di atas kemudian dianalisis dengan pembobotan menggunakan kriteria MGD. Penentuan masalah pokok yang menjadi prioritas dilakukan dalam Tabel 2 Tabel 2. Penentuan prioritas masalah spesifik No Masalah Spesifik Kriteria M G D Skor Prioritas 1 Kurangnya pengetahuan staf Sub Bidang PRKK dalam memahami Sistem Manajemen K3 5 4 4 13 II 2 Tidak tersedianya sumber daya dalam mempromosikan Sistem Manajemen K3 4 4 3 11 IV 3 Belum adanya penyempurnaan Sistem Manajemen K3 5 5 5 15 I 4 Kurangnya motivasi staf Sub Bidang PRKK dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 4 4 4 12 III
Dari hasil analisis dengan menggunakan kriteria MGD terhadap empat masalah spesifik, didapat urutan prioritas masalah spesifik sebagai berikut:
• Prioritas pertama adalah belum adanya penyempurnaan Sistem Manajemen K3;
• Proritas kedua adalah kurangnya pengetahuan staf Sub Bidang PRKK dalam memahami Sistem Manajemen K3;
• Prioritas ketiga adalah kurangnya motivasi staf Sub Bidang PRKK dalam menerapkan Sistem Manajemen K3; • Prioritas keempat adalah tidak tersedianya sumber daya dalam mempromosikan Sistem Manajemen K3. 3.2. Pohon Analisis Pohon masalah dari belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja di PTNBR BATAN Bandung digambarkan dalam Gambar 1.
Dalam usaha mengatasi masalah utama (belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja, masalah pokok) dan masalah spesifik diupayakan pemecahannya dengan mengubahnya menjadi sasaran. Agar akibat dapat diatasi maka sasaran utama, terpenuhinya pelayanan keselamatan kerja yang optimal, harus dicapai. Agar sasaran utama tercapai, harus diwujudkan sasaran pokok, yaitu: terpenuhinya sarana dan prasarana proteksi radiasi dan keselamatan kerja, terwujudnya penerapan Sistem Manajemen K3, tersedianya Petugas Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja yang memadai, dan terwujudnya koordinasi dengan inspektur keselamatan, baik dari internal BATAN maupun dari BAPETEN.
Agar sasaran pokok tercapai harus diupayakan pencapaian sasaran spesifik. Dengan demikian jika sasaran spesifik tercapai, yaitu: terpenuhinya pengetahuan staf dalam memahami Sistem Manajemen K3, terpenuhinya penyempurnaan Sistem Manajemen K3, terwujudnya motivasi staf dalam penerapan Sistem Manajemen K3, dan tersedianya sumber daya dalam mempromosikan Sistem Manajemen K3 maka sasaran pokok akan tercapai. Jika sasaran pokok tercapai maka sasaran utama akan tercapai, dan jika sasaran utama tercapai maka akibat akan terselesaikan. Mengingat terbatasnya sumber daya, maka tidak dapat disusun sebuah program untuk mewujudkan semua sasaran yang diidentifikasi secara lengkap. Oleh karena itu dipilih dan dianalisis cabang yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap sasaran utama dan paling relavan. Pohon sasaran agar terpenuhinya pelayanan keselamatan kerja yang optimal ditampilkan dalam Gambar 2.
Gambar 1. Pohon masalah M as al ah u ta m a M as al ah p ok ok (s eb ab ) M as al ah s pe si fik (s eb ab ) A ki ba t Belum berkembangnya budaya keselamatan di PTNBRBATAN, Bandung (baru pada tahap bahwa kinerja keselamatan yang baik adalah tujuan organisasi, belum sampai pada budaya bahwa kinerja keselamatan selalu dapat ditingkatkan) Belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja di PTNBRBATAN Bandung tahun 2005 Kurangnya koordinasi dengan Inspektur Keselamatan, baik dari internal BATAN maupun dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir Kurang memadainya jumlah Petugas Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja yang berkualifikasi Belum diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan Belum memadainya sarana dan prasarana keselamatan kerja Tidak tersedianya sumber daya dalam mempromosikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kurangnya motivasi dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 Belum adanya penyempurnaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kurangnya pengetahuan staf dalam memahami Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
A
C
D
D
C
A
B
B
1
4
2
3
Gambar 2. Pohon sasaran S as ar an s pe si fik S as ar an p ok ok S as ar an u ta m a A ki ba t Terpenuhinya pengetahuan staf dalam memahami Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terpenuhinya penyempurnaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terwujudnya koordinasi dengan Inspektur Keselamatan, baik dari internal BATAN maupun dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir Tersedianya sumber daya dalam mempromosikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terpenuhinya pelayanan keselamatan
kerja yang optimal
di PTNBRBATAN Bandung tahun 2006
Terpenuhinya sarana dan prasarana proteksi radiasi dan keselamatan kerja Terwujudnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Terwujudnya budaya keselamatan yang tinggi di PTNBRBATAN, Bandung (sudah sampai pada budaya bahwa kinerja keselamatan selalu dapat ditingkatkan, dan telah meninggalkan paradigma bahwa kinerja keselamatan yang baik saja sudah mencukupi) Terwujudnya motivasi staf dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 Tersedianya Petugas Proteksi Radiasi dan keselamatan kerja yang memadaiB
C
D
A
A
B
C
D
2
1
4
3
Untuk mencapai sasaran spesifik dirumuskan alternatif kegiatan yang akan dilakukan. Dari beberapa alternatif kegiatan dipilih satu kegiatan dengan menggunakan kriteria: biaya, manfaat, efektivitas, efisiensi, administrasi, waktu, dan dukungan pimpinan.
Penilaian terhadap kriteria waktu adalah semakin pendek waktu yang diperlukan untuk melaksanakan sesuatu kegiatan semakin tinggi nilainya. Demikian juga penilaian terhadap kriteria biaya, yakni semakin sedikit biaya yang diperlukan untuk melaksanakan sesuatu kegiatan, maka semakin besar nilainya.
Kegiatan yang akan dilakukan agar terpenuhinya penyempurnaan Sistem Manajemen K3 antara lain adalah: melaksanakan diklat tentang Sistem Manajemen K3 (A); mengirim staf Sub Bidang PRKK ke berbagai workshop atau seminar tentang Sistem Manajemen K3 (B); melengkapi berbagai prosedur yang disyaratkan oleh Sistem Manajemen K3 (C); dan melengkapi buku acuan dan data lainnya tentang keselamatan kerja (D). Dari keempat kegiatan di atas dilakukan penentuan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan dengan cara pembobotan, sebagaimana tercantum dalam Tabel 3. Tabel 3. Penentuan prioritas kegiatan No Kriteria Alternatif Kegiatan A B C D 1 2 3 4 5 6 7 Biaya Manfaat Efektivitas Efisiensi Administrasi Dukungan pimpinan Waktu 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 5 4 3 4 2 4 4 3 3 3 4 2 Jumlah 25 23 26 23 Prioritas II III I IV Dari hasil penentuan prioritas kegiatan dari Tabel 3 ternyata prioritas pertama bagi pencapaian spesifik yang harus dilakukan adalah melengkapi berbagai prosedur yang disyaratkan minimal harus ada dalam Sistem Manajemen K3. Prosedur dimaksud adalah berbagai dokumen mulai dari panduan mutu SMK3, prosedur kerja, instruksi kerja, berbagai check list dan formulir kerja .
Hubungan kausalitas antara sasaran spesifik yaitu terpenuhinya penyempurnaan Sistem Manajemen K3, dengan sasaran pokok yang diprioritaskan yaitu terpenuhinya Sistem manajemen K3, dan dengan sasaran utama, terpenuhinya pelayanan keselamatan kerja yang optimal, akan mengakibatkan terwujudnya budaya keselamatan
yang tinggi, disertai empat alternatif kegiatan Alternatif kegiatan tersebut adalah: melaksanakan pelatihan tentang Sistem Manajemen K3; mengirim staf ke berbagai workshop, melengkapi berbagai prosedur yang dipersyaratkan oleh Sistem manajemen K3; dan melengkapi buku acuan tentang Sistem manajemen K3; digambarkan dalam pohon alternatif pada Gambar 3. Gambar 3. Pohon alternatif K eg ia ta n A lte rn at if sp es ifi k A lte rn at if po ko k A lte rn at if ut am a A ki ba t Terwujudnya budaya keselamatan yang tinggi di PTNBRBATAN, Bandung (sudah sampai pada budaya bahwa kinerja keselamatan selalu dapat ditingkatkan, dan telah meninggalkan paradigma bahwa kinerja keselamatan yang baik saja sudah mencukupi) Terpenuhinya pelayanan keselamatan kerja yang optimal di PTNBRBATAN Bandung tahun 2006 Melengkapi berbagai prosedur yang disyaratkan oleh Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Melaksanakan pelatihan tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Melengkapi buku acuan dan data lainnya tentang keselamatan kerja Mengirim staf ke berbagai workshop atau seminar tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terwujudnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Terpenuhinya peyempurnaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja A B C D 2 b 1 4 3 b
4. KESIMPULAN
Belum berkembangnya budaya keselamatan di Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan RadiometriBATAN disebabkan oleh masalah belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja di Puslitbang Teknik NuklirBATAN. Setelah dilakukan analisis dengan metode pohon analisis, dan metode pembobotan, penyebab belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja di PTNBR adalah belum diterapkannya Sistem manajemen K3 yang merupakan bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang bertujuan untuk selalu meningkatkan kinerja keselamatan, dan hal ini selaras dengan manajemen mutu yang dianut PTNBR7 yaitu manajemen mutu terpadu.
Analisis lanjut dengan metode pohon alternatif menunjukkan bahwa diperlukan penyempurnaan Sistem Manajemen yang mengacu pada standar Sistem Manajemen K3 dengan cara melengkapi berbagai prosedur kegiatan yang disyaratkan minimal harus ada dalam Sistem Manajemen K3.
DAFTAR PUSTAKA
1. Keputusan Ka.BATAN No. 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN 2. International Atomic Energy Agency, Safety Culture, SAFETY SERIES No.75INSAG 4, IAEA, Vienna 1991.3.
Suparman, Djoenaedi Tamim, Kertas Kerja Perorangan, Bahan Ajar Diklat PIM IV, Lembaga Administrasi NegaraRepublik Indonesia, 20044. Pitoyo, Djoenaedi Tamim, Pola Kerja Terpadu, Bahan Ajar Diklat PIM Tingkat IV, Lembaga AdMinistrasi NegaraRepublik Indonesia, 2004
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6. Undangundang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1918) 7. P3TkN, Program Jaminan Mutu Puslitbang Teknik NuklirBATAN, nomor dokumen: PJM 04 C8B1, revisi 3, Bandung 2004.