• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Break Even Terhadap Perencanaan Laba Pr. Kreatifa Hasta Mandiri YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Break Even Terhadap Perencanaan Laba Pr. Kreatifa Hasta Mandiri YOGYAKARTA"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BREAK EVEN TERHADAP PERENCANAAN LABA PR. KREATIFA HASTA MANDIRI

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: AULIA PUSPITA K D

06412144049

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012

(2)
(3)
(4)

PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aulia Puspita K.D

NIM : 06412144049

Program Studi : Akuntansi Fakultas : Ekonomi

Judul Tugas Akhir :“Analisis Break Even Terhadap Perencanaan Laba PR. Kreatifa Hasta Mandiri Yogyakarta”.

Dengan ini saya menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata tulisan karya ilmiah yang lazim.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, Mei 2012 Penulis

Aulia Puspita K.D NIM. 06412144049

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu mengubah keadaan mereka sendiri”

( Q.S. Ar Ra’d: 11) Setiap masalah memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda, maka berusaha bersabar dan berdo’alah dalam menyelesaikannya ( C. Adhi ) Kata impossible tidak selalu mustahil, tetapi bisa berubah menjadi

I’m possible

(Hitam Putih) Sebenarnya Allah memberikan kesabaran tiada batas, tergantung sampai seberapa kita mampu melampaui kesabaran itu ( Penulis)

PERSEMBAHAN

Alhamdulilah, segala puji hanya bagi Allah SwT, Tuhan semesta alam. Karya yang kecil ini kupersembahkan kepada: ♥ Ibu dan Bapak yang senantiasa mengiringi langkahku dengan segala daya

upaya dan do’a. Semoga ananda tidak mengecewakan Ibu dan Bapak. ♥ Eyang kakung yang selalu mendo’akan untuk keberhasilanku.

(6)

ANALISIS BREAK EVEN TERHADAP PERENCANAAN LABA PR. KREATIFA HASTA MANDIRI

YOGYAKARTA Oleh:

AULIA PUSPITA K D 06412144049

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) mengetahui tingkat penjualan yang harus dipertahankan PR. Kreatifa Hasta Mandiri agar tidak menderita rugi (2) mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dicapai pada jumlah laba yang direncanakan PR. Kreatifa Hasta Mandiri (3) mengetahui akibat perubahan elemen penentu break even tehadap perencanaan laba PR. Kreatifa Hasta Mandiri.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus pada PR. Kreatifa Hasta Mandiri Yogyakarta. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan expost facto karena variabel yang diteliti tidak dikenai suatu tindakan, perlakuan atau manipulasi, melainkan hanya meneliti dan mengungkapkan faktor-faktor yang diteliti berdasarkan keadaan yang sudah ada. Data diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi dan observasi. Analisis data menggunakan rumus break even point dan margin of safety.

PR. Kreatifa Hasta mandiri adalah perusahaan yang memproduksi rokok. Jenis produksinya yaitu rokok Rush dan rokok Exo. Hasil analisis sebagai berikut: (1) Break even point total tahun 2009 yaitu Rp.14.517.416.341,00, untuk rokok Rush Rp.9.920.234.500,00, untuk rokok Exo Rp.4.960.117.250,00. Break even point total tahun 2010 yaitu Rp.21.618.352.500,00, untuk rokok Rush RP.12.917.011.500,00, untuk rokok Exo Rp.8.385.300.364,00. Break even point total tahun 2011 yaitu Rp. 8.706,410.182,00, untuk rokok Rush RP.5.130.563.143,00, untuk rokok Exo Rp.3.482.564.073,00.(2) Margin of safety total tahun 2009 yaitu 34%, untuk rokok Rush 22%, untuk rokok Exo 46%. Margin of safety total tahun 2010 yaitu 31%, untuk rokok Rush 28%, untuk rokok exo 35%. Margin of safety total tahun 2011 yaitu 53%, untuk rokok Rush 51%, untuk rokok Exo 56%. (3) Perubahan elemen penentu break even berpengaruh terhadap perencanaan laba yaitu bila harga jual naik mengakibatkan break even point naik dan laba turun. Perubahan biaya variabel dan biaya tetap apabila naik mengakibatkan break even point naik dan laba turun sedangkan bila biaya turun break even point akan turun dan laba naik. Perusahaan menetapkan profit margin tahun 2009 sebesar 25% tingkat penjualan minimal yang harus dicapai sebesar Rp.37.200.879.375,00. Profit margin tahun 2010 sebesar 20% tingkat penjualan minimal yang harus dicapai sebasar Rp.57.648.940.000,00. Profit margin tahun 2011 sebesar 35% tingkat penjualan minimal yang harus dicapai sebesar Rp.23.942.628,00.

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Analisis Break Even terhadap Perencanaan Laba PR. Kreatifa Hasta Mandiri Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Unversitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari petunjuk, bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan untuk melaksanakan penelitian ini.

2. Dr. Sugiharsono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk menyelesaikan penelitian ini. 3. Sukirno, M.Si., Ph.D., Ketua Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk menyelesaikan penelitian ini.

4. Dhyah Setyorini M.Si., Ak., Ketua Program Studi Akuntansi yang telah memberikan izin untuk menyelesaikan penelitian ini.

5. Isroah, M.Si., Dosen Narasumber yang telah meluangkan waktu dan memberi masukan kepada penulis.

6. Dra. Sumarsih Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(8)

7. Dosen Program Studi Akuntansi, yang telah memberikan bekal ilmu yang tidak ternilai harganya kepada penulis selama belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

8. Luthfi Agus Sanusi dari pihak PR. Kreatifa Hasta Mandiri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

9. Semua pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan pada penyelesaian skripsi ini yang disebabkan oleh adanya keterbatasan data dan kemampuan yang dimiliki penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan penyelesaian penulisan pada skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi siapapun yang memerlukannya.

Yogyakarta, 29 Mei 2012 Penulis

Aulia Puspita K D NIM. 06412144049

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 3

C.Pembatasan Masalah... 4

D.Rumusan Masalah ... 4

E.Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 6

A.Kajian Teori ... 6

1. Perencanaan Laba ... 6

2. Perencanaan Sebagai Salah Satu Fungsi Manajemen ... 7

3. Analisis Break Even ... 8

4. Analisis Break Even Sebagai Alat Bantu dalam Perencanaan... 10

(10)

6. Perhitungan Break Even Point ... 11

7. Penggolongan Biaya atas Dasar Tingkah Laku ... 21

8. Margin Keamanan (margin of safety) ... 24

9. Analisis Biaya, Volume dan Laba... 25

10.Manfaat Analisis dan Hubungan Biaya, Volume dan Laba bagi Manajemen ... 25

11.Perubahan-perubahan yang Mempengaruhi Break Even ... 27

B.Penelitian yang Relevan ... 28

C.Kerangka Berpikir ... 31

D.Pertanyaan Penelitian ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN ... 34

A.Desain Penelitian ... 34

B.Definisi Operasional ... 34

C.Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

D.Metode Pengumpulan Data ... 35

E. Subjek dan Objek Penelitian ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A.Hasil Penelitian... 39

1. Data Umum ... 39

2. Data Khusus ... 51

a. Pemisahan Biaya Semi Variabel ... 52

b. Biaya Tetap Total ... 53

c. Biaya Variabel ... 54

B.Analisis Data dan Pembahasan ... 56

1. Break Even Point (BEP) ... 60

2. Margin of Safety (MOS) ... 63

3. Efek Perubahan Berbagai Faktor ... 67

(11)

b. Perubahan Biaya Tetap ... 72

c. Perubahan Harga Jual ... 78

d. Penentuan Penjualan Minimal ... 83

C.Jawaban Pertanyaan Penelitian ... 85

BAB V. PENUTUP ... 95

A.Kesimpulan ... 95

B.Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Format Laporan Laba Rugi Kontribusi ... 15

2. Produksi Dua Macam Produk ... 17

3. Laba dalam BEP Total ... 18

4. Laba Produk A Bertambah dan Produk B Tetap ... 18

5. Laba Produk B Bertambah dan Produk A Tetap ... 19

6. Keadaan Sebelum dan Sesudah Adanya Perubahan sales mix ... 19

7. Klasifikasi Biaya kedalam Biaya Tetap dan Biaya Variabel ... 53

8. Hasil Pemisahan Biaya semi Variabel tahun 2008/2009 ... 54

9. Hasil Pemisahan Biaya semi Variabel tahun 2009/2010 ... 54

10. Hasil Pemisahan Biaya semi Variabel tahun 2010/2011 ... 54

11. Realisasi Biaya Tetap tahun 2008, 2009, 2010 dan Anggaran Biaya Tetap tahun 2009, 2010, 2011 ... 55

12. Realisasi Biaya Variabel tahun 2008, 2009,2010 ... 56

13. Anggaran Biaya Variabel tahun 2009, 2010, 2011 ... 56

14. Laporan Anggaran Laba Kontribusi tahun 2009 ... 57

15. Laporan Anggaran Laba Kontribusi tahun 2010 ... 58

16. Laporan Anggaran Laba Kontribusi tahun 2011 ... 58

17. Produksi Rokok tahun 2009, 2010, 2011 ... 59

18. Produk Rokok Rawan Mengalami Kerugiaan tahun 2009, 2010, 2011 ... 66

19. Komposisi Anggaran Penjualan 2009 Sebelum Ada Perubahan ... 68

20. Anggaran Penjualan Rokok Rush Bertambah 50% dan Rokok Exo Tetap tahun 2009 ... 68

21. Anggaran Penjualan Rokok Exo Bertambah 50% dan Rokok Rush Tetap tahun 2009 ... 69

22. Keadaan Sebelum dan Sesudah sales mix tahun 2009 ... 69

23. Komposisi Anggaran Penjualan 2010 Sebelum Ada Perubahan ... 70

24. Anggaran Penjualan Rokok Rush Bertambah 50% dan Rokok Exo Tetap tahun 2010 ... 70

(13)

25. Anggaran Penjualan Rokok Exo Bertambah 50% dan Rokok Rush Tetap

tahun 2010 ... 71

26. Keadaan Sebelum dan Sesudah sales mix tahun 2010 ... 71

27. Komposisi Anggaran Penjualan 2011 Sebelum Ada Perubahan ... 72

28. Anggaran Penjualan Rokok Rush Bertambah 50% dan Rokok Exo Tetap tahun 2011 ... 72

29. Anggaran Penjualan Rokok Exo Bertambah 50% dan Rokok Rush Tetap tahun 2011 ... 72

30. Keadaan Sebelum dan Sesudah sales mix tahun 20011 ... 73

31. Perubahan Biaya Tetap Naik 10% Produk Rokok Rush 2009 ... 74

32. Perubahan Biaya Tetap Naik 10% Produk Rokok Exo 2009 ... 74

33. Perubahan Biaya Tetap Naik 8% Produk Rokok Rush 2010 ... 75

34. Perubahan Biaya Tetap Naik 8% Produk Rokok Exo 2010 ... 76

35. Perubahan Biaya Tetap Naik 18% Produk Rokok Rush 2011 ... 77

36. Perubahan Biaya Tetap Naik 18% Produk Rokok Exo 2011 ... 78

37. Anggaran Penjualan tahun 2009 Sesudah Adanya Perubahan Harga Jual Naik 7,5% ... 80

38. Anggaran Penjualan tahun 2009 Sesudah Adanya Perubahan Harga Jual Turun 7,5% ... 80

39. Anggaran Penjualan tahun 2010 Sesudah Adanya Perubahan Harga Jual Naik 7,5% ... 81

40. Anggaran Penjualan tahun 2010 Sesudah Adanya Perubahan Harga Jual Turun 7,5% ... 82

41. Anggaran Penjualan tahun 2011 Sesudah Adanya Perubahan Harga Jual Naik 7,5% ... 83

42. Anggaran Penjualan tahun 2011 Sesudah Adanya Perubahan Harga Jual Turun 7,5% ... 84

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Realisasi Penjualan tahun 2008, 2009, 2010 ... 100

2. Data Anggaran Volume Penjualan tahun 2009, 2010, 2011 ... 100

3. Data Realisasi Penjualan tahun 2008, 2009, 2010 ... 100

4. Data Anggaran Penjualan tahun 2009, 2010, 2011 ... 101

5. Data Realisasi Biaya Produksi tahun 2008, 2009, 2010 ... 102

6. Data Anggaran Biaya Produksi tahun 2009, 2010, 2011 ... 103

7. Pemisahan Biaya Listrik tahun 2008/2009 ... 104

8. Pemisahan Biaya Reparasi dan Pemeliharaan tahun 2008/2009 ... 105

9. Pemisahan Biaya Listrik tahun 2009/2010 ... 106

10.Pemisahan Biaya Reparasi dan Pemeliharaan tahun 2009/2010 ... 107

11.Pemisahan Biaya Listrik tahun 2010/2011 ... 108

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan atau laba yang dapat di pergunakan untuk kelangsungan hidup. Mendapatkan keuntungan atau laba dan besar kecilnya laba sering menjadi ukuran kesuksesan suatu manajemen. Hal tersebut didukung oleh kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang.

Manajemen dituntut untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan serta mempercepat perkembangan perusahaan. Manajemen memerlukan suatu perencanaan untuk perusahaan dalam mencapai tujuannya tersebut. Ukuran yang sering dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah dari laba yang diperoleh perusahaan.

Manajer perusahaan harus dapat membuat perencanaan secara terpadu atas semua aktivitas yang sedang maupun akan dilakukan dalam upaya mencapai laba yang diharapkan. Dalam perencanaan maupun realisasinya manajer dapat memperbesar laba melalui langkah – langkah sebagai berikut: 1. Menekan biaya operasional serendah mungkin dengan mempertahankan

tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada.

2. Menentukan tingkat harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendak

(17)

3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.

Ketiga langkah tersebut tidak dapat dilakukan secara terpisah atau sendiri-sendiri sebab ketiganya mempunyai hubungan yang erat bahkan saling berkaitan.

Salah satu perencanaan yang dibuat manajemen adalah perencanaan laba. Perencanaan laba berisikan langkah-langkah yang akan ditempuh perusahaan untuk mencapai besarnya target laba yang diinginkan. Laba merupakan tujuan utama dari perusahaan karena laba merupakan selisih antara pendapatan yang diterima (dari hasil penjualan) dengan biaya yang dikeluarkan, maka perencanaan laba dipengaruhi oleh perencanaan penjualan dan perencanaan biaya. Dalam perencanaan laba hubungan antara biaya, volume, dan laba memegang peranan yang sangat penting. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang di kehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi laba.

Perencanaan laba memerlukan alat bantu berupa analisis biaya-volume-laba. Salah satu teknik analisis biaya-volume-laba adalah analisis break even. Impas sendiri di artikan keadaan suatu usaha yang yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha di katakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya. Dengan demikian analisis break even adalah suatu alat yang di gunakan untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan (Bambang Riyanto, 2001;359). Dengan melakukan analisis

(18)

break even, manajemen akan memperoleh informasi tingkat penjualan minimal yang harus dicapai, agar tidak mengalami kerugian. Dari analisis tersebut, juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Analisis break even menyajikan informasi hubungan biaya, volume dan laba kepada manajemen. Sehingga memudahkan dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi pencapaian laba perusahaan dimasa yang akan datang.

PR Kreatifa Hasta Mandiri adalah perusahaan yang melakukan berbagai upaya ke arah peningkatan volume penjualan dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Bertolak dari latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul: ”Analisis Break Even terhadap Perencanaan Laba PR. Kreatifa Hasta Mandiri Yogyakarta”

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah:

1. Perusahaan belum efektif dalam merencanakan laba melalui break even point

2. Pemisahan biaya menjadi biaya variabel dan biaya tetap belum secara tepat

3. Tingkat break even point untuk merencanakan laba belum dihitung 4. Besar jumlah realisasi penjualan belum sama dengan anggaran penjualan

(19)

5. Perubahan elemen penentu break even point belum tentu berpengaruh terhadap perencanaan laba

6. Perusahaan belum dapat menghitung dengan tepat jumlah penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk memenuhi break even point.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah pada tingkat break even untuk merencanakan laba dan perubahan elemen penentu break even point pada PR. Kreatifa Hasta Mandiri tahun 2009, 2010, 2011, karena tingkat break even point untuk merencanakan laba belum dihitung secara terperinci.

D. Rumusan Masalah

1. Berapa penjualan yang harus dipertahankan agar PR. Kreatifa Hasta Mandiri tidak mengalami kerugian tahun 2009, 2010, 2011?

2. Berapa jumlah penjualan minimal yang harus dicapai pada jumlah laba yang direncanakan PR. Kreatifa Hasta Mandiri tahun 2009, 2010, 2011? 3. Bagaimana akibat dari perubahan elemen penentu break even point

terhadap perencanaan laba pada PR. Kreatifa Hasta Mandiri tahun 2009, 2010, 2011?

(20)

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian tahun 2009, 2010, 2011.

2. Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dicapai pada jumlah laba yang direncanakan PR. Kreatifa Hasta Mandiri pada tahun 2009, 2010, 2011.

3. Mengetahui akibat dari perubahan elemen penentu break even point terhadap perencanaan laba pada PR. Kreatifa Hasta Mandiri tahun 2009, 2010, 2011.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Sebagai referensi penelitian dalam penulisan skripsi mengenai analisis break even untuk merencanakan laba perusahaan.

2. Secara Praktis

Analisis break even dapat digunakan sebagai informasi bagi manajemen PR. Kreatifa Hasta Mandiri untuk menyusun perencanaan laba yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN

A. Kajian Teori

1. Perencanaan Laba

Manajemen perusahaan merumuskan rencana yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi. Menentukan tujuan perusahaan termasuk dalam perencanaan yang dilakukan manajemen perusahaan. Salah satu perencanaan yang dilakukan manajemen yaitu perancanaan laba.

Perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang. Perencanaan laba atau penganggaran mempunyai manfaat bagi perusahaan yaitu:

a. Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan permasalahan b. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan terhadap masalah yang dihadapi dan menanamkan kebiasaan pada organisasi untuk mengadakan telaah yang seksama sebelum mengambil suatu keputusan.

c. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba. d. Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan akhir dan rencana saling berkaitan.

e. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbaharui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala (Adolph Matz, 1992:6). Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah diperhitungkan implikasi keuangan yang dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan rugi-laba, neraca kas, dan modal kerja untuk jangka panjang juga jangka pendek.

(22)

Perencanaan laba jangka panjang merupakan proses yang berkesinambungan untuk mengambil keputusan secara sistematik dan disertai dengan perkiraan terbaik mengenai keadaan dimasa mendatang, mengorganisasikan kegiatan yang diperlukan secara sistematik untuk melaksanakan keputusan. Dengan segala laba dan pertumbuhan yang diharapkan haruslah dipecah kedalam anggaran jangka pendek, agar dapat direncanakan dan dikendalikan secara terarah. Rencana jangka panjang manajemen hanya akan tercapai jika sasaran laba jangka panjang bisa dipenuhi secara memuaskan, dan ini memerlukan pertumbuhan dan tingkat laba yang cukup tinggi dan stabil.

Perencanaan laba melibatkan kegiatan seperti penetapan tujuan dan target laba yang realistis serta cara untuk mencapainya, yang diupayakan manajemen untuk dicapai. Pada pokoknya tiga prosedur yang berbeda dapat digunakan dalam menetapkan sasaran laba:

a. Metode a priori: di mana sasaran laba yang diinginkan ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses perencanaan.

b. Metode a posteriori: di mana sasaran laba ditetapkan sesudah perencanaan, dan sasaran tersebut akan merupakan hasil perencanaan itu sendiri.

c. Metode pragmatis: di mana pihak manajemen menggunakan standar laba tertentu yang telah teruji secara empiris dan didukung oleh pengalaman. (Adolph Matz,1992:4)

2. Perencanaan sebagai Salah Satu Fungsi Manajemen

Perencanaan (planning) meliputi pemilihan serangkaian aktivitas dan spesifikasi bagaimana aktivitas tersebut akan dilaksanakan.

(23)

Perencanaan merupakan suatu fungsi yang paling mendasar yang berhubungan dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Dalam perencanaan manajemen harus mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia, dan selanjutnya memilih alternatif yang terbaik untuk memenuhi tujuan perusahaan. Manajemen perlu menyeimbangkan antara kesempatan dan kebutuhan sumber daya dalam organisasi, untuk pemilihan serangkaian aktivitas yang akan dilaksanakan.

Serangkaian perencanaan tersebut diperlukan untuk memperbaiki kinerja yang kurang, untuk menghadapi kejadian yang tidak diinginkan dan tidak diantisipasi sebelumnya serta untuk mengambil kesempatan dari perkembangan yang baru terjadi.

3. Analisis Break Even

Analisis pendapat mengenai break even point menurut Abdul Halim (1996:406) adalah “Titik break even dapat didefinisikan sebagai titik pada saat pendapatan penjualan cukup untuk menutup semua biaya produksi dan penjualan tetapi tidak ada laba yang diperoleh”. Menurut Hansen dan Mowen (2006:274) “Titik impas (break even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol”. Perusahaan mendapatkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Sedangkan menurut Henry Simamora (1999:163) “Titik impas (brek even point) adalah volume penjualan dimana jumlah pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba atau rugi bersih”. Hal tersebut dapat terjadi apabila

(24)

perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel.

Analisis break even merupakan salah satu bentuk analisis biaya, volume dan laba yang analisisnya menggunakan biaya variabel dan biaya tetap. Analisis break even digunakan untuk menentukan tingkat penjualan untuk menutup biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Analisis break even menurut Bambang Riyanto (2001:359) “Analisis break even adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan”. Sedangkan menurut Adolph Matz (1992:202) “Analisis impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan agar semua biaya yang terjadi dalam periode tersebut tertutupi”.

Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis break even adalah suatu cara atau alat atau tekhnik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi. Tujuan analisis impas adalah untuk menentukan volume penjualan dan bauran produk untuk mencapai tingkat laba yang ditargetkan atau laba sebesar nol.

Dengan mengetahui titik impasnya (break even point), manajer suatu perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan agar terhindar dari kerugian, dan diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk masa yang akan datang. Dengan mengetahui titik

(25)

impas ini, manajer juga dapat mengetahui sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan yang dipimpinnya.

4. Analisis Break Even sebagai Alat Bantu dalam Perencanaan

Menurut Handoyo Wibisono (1997:72) analisis break even dapat memberikan pedoman dalam pembuatan keputusan dan membantu manajemen dalam:

a. Pembuatan produk

Analisis break even dapat membantu menentukan banyak sedikitnya penjualan produk baru yang harus diraih agar perusahaan memperoleh laba.

b. Mempelajari pengaruh ekspansi

Ekspansi akan mengakibatkan peningkatan biaya-biaya tetap dan variabel, tetapi juga akan meningkatkan penjualan yang diharapkan. c. Proyek modernisasi dan otomatisasi

Apabila terjadi peningkatan investasi peralatan produksi yang mampu menekan biaya variabel khususnya biaya tenaga kerja langsung. Analisis break even dapat digunakan untuk menganalisis kosekuensi proyek tersebut.

Analisis break even merupakan salah satu bagian dari analisis biaya, volume dan laba. Informasi mengenai jumlah penjulan minimal dan besarnya penurunan realisasi penjualan dari rencana penjualan dalam analisis break even dibutuhkan manajemen agar perusahaan tidak menderita rugi. Manajemen membutuhkan informasi tersebut untuk mengambil keputusan dalam merencanakan laba perusahaan.

5. Dasar Asumsi Analisis Break Even

Analisis break even mempunyai beberapa asumsi yang tercermin dalam anggaran perusahaan masa yang akan datang. Dasar asumsi yang

(26)

mendasari analisis break even menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2005:58) sebagai berikut:

a. Harga jual per unit tidak berubah-ubah pada berbagai volume penjualan.

b. Perusahaan berproduksi pada jarak kapasitas yang secara relatif konstan.

c. Biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap jumlahnya tidak berubah dalam jarak kapasitas tertentu, sedangkan biaya variabel berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan perusahaan.

d. Jumlah perubahan persedaiaan awal dan persediaan akhir tidak berarti. e. Jika perusahaan menjual lebih dari satu macam produk, komposisi

produk yang dijual dianggap tidak berubah.

Analisis break even penting bagi manajemen untuk mengetahui hubungan antara biaya, volume dan laba, terutama informasi mengenai jumlah penjualan minimum dan besarnya penurunan realisasi penjualan dari rencana penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Oleh karena itu analisis break even didasarkan pada asumsi-asumsi di atas. Jika salah satu asumsi berubah, maka akan mempengaruhi posisi break even dan mempengaruhi laba perusahaan.

6. Perhitungan Break Even Point (BEP)

Break even point (BEP) dapat dihitung menggunakan metode persamaan dan metode marjin kontribusi. Kedua metode tersebut memberikan hasil yang sama .

a. Pendekatan Persamaan

Pendekatan persamaan memanfaatkan data-data dari laporan laba rugi yang disusun dengan format kontribusi. Penggunaan

(27)

presentasi dalam persamaan tersebut dapat digunakan untuk menetukan titik impas berdasarkan nilai penjualan dan bukan dalam unit. Persamaannya adalah sebagai berikut.

(Garrison, 2006 : 334) b. Pendekatan Marjin Kontribusi

Penelitian ini menggunakan pendekatan marjin kontribusi dengan alasan bahwa pendekatan marjin kontribusi memiliki kelebihan yaitu dapat menunjukan secara jelas bagaimana biaya berubah bersama dengan perubahan tingkat penjualan. Pendekatan ini jauh lebih sesuai digunakan pada perusahaan yang mempunyai jenis produk lebih dari satu macam dan menghendaki menghitung break even point tunggal sebagai keseluruhan. Hal ini sesuai dengan kondisi perusahaan yang akan diteliti.

Marjin kontribusi adalah selisih antara hasil penjualan setelah dikurangi biaya variabel. Jumlah marjin kontribusi dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dan membentuk laba. Break even point yang dicari dengan metode marjin kontribusi dicapai ketika jumlah marjin kontribusi sama besarnya dengan biaya tetap.

(28)

!

" # $ $

atau

% $

(Abdul Halim dan Bambang S, 2005: 52-53) Konsep Marjin Kontribusi dan Rasio Marjin Kontribusi adalah sebagai berikut:

1) Marjin Kontribusi (CM)

Margin kontribusi adalah perbedaan harga jual per unit dan biaya variabel per unit atau juga disebut total contribution margin yang merupakan perbedaan antara jumlah penjualan dan jumlah biaya variabel. Margin contribution merupakan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap dan memberikan laba. Berikut ini contoh format Laporan Laba/Rugi Kontribusi PT. X.

PT. X

Laporan Laba Rugi Kontribusi Tahun 2005

Tabel 1. Format Laporan Laba Rugi Kontribusi

Uraian Jumlah (Rp) Per unit (Rp) Penjualan 60.000 kg 300.000.000 5.000 Biaya variable 240.000.000 4.000 Margin kontribusi 60.000.000 1.000 Biaya tetap 40.000.000

Laba bersih 20.000.000 Sumber: Henry Simamora, 1999:163

(29)

Dari laporan laba rugi tersebut tampak bahwa margin kontribusi sebesar Rp. 60.000.000,00 merupakan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap agar memperoleh laba bersih.

2) Rasio Marjin Kontribusi (RCM)

Rasio marjin kontribusi adalah perbandingan antara marjin kontribusi (total penghasilan dikurangi biaya variabel) dengan total penghasilan/penjualan. Rumus rasio margin kontribusi adalah sebagai berikut:

! !

(Henry Simamora,1999:163) Sebagai contoh berdasarkan perhitungan diatas maka rasio margin kontribusinya adalah:

% !

&'('''('''

)''('''(''' )'*

Rasio margin kontribusi berfungsi dalam menetapkan kebijakan bisnis. Apabila rasio margin kontribusi perusahaan besar dan tingkat produksinya dibawah kapasitas maksimal maka dapat diprediksi adanya kenaikan laba operasi dari suatu kenaikan volume penjualan, sehingga perusahaan bisa mengambil kebijakan dengan lebih mempromosikan barang karena perubahan

(30)

pada laba operasi akan dihasilkan dari perubahan volume penjualan. Sebaliknya apabila dalam usaha perusahaan mempunyai rasio margin kontribusi yang kecil maka perusahaan bisa mengambil kebijakan dengan mengurangi biaya dan beban usahanya.

Efek perubahan sales mix terhadap BEP dimana salah satu asumsi dasar dalam analisis BEP bagi suatu perusahaan yang menghasilkan dua macam produk atau lebih ialah tidak adanya perubahan dalam sales mix nya. Sales mix menggambarkan pertimbangan sales revenue antara beberapa macam produk yang dihasilakan oleh suatu perusahaan. Apabila ada perubahan sales mix maka BEP secara total akan berubah. Untuk contohnya adalah sebagai berikut:

Suatu perusahaan yang menghasilkan dua macam produk yaitu produk A dan B, dimana data finansialnya adalah: Tabel 2. Produksi dua macam produk

Produk A Produk B Total

Sales: 20.000 unit 200.000 8.000 unit 200.000 400.000 BV 60% 120.000 (40%) 80.000 200.000 BT 40.000 80.000 120.000 Biaya total 160.000 160.000 320.000 Laba operasi Rp.40.000 Rp.40.000 Rp.80.000 Sumber : Bambang Riyanto, 2001: 369

Dari data tersebut diketahui bahwa:

(31)

Produk mix = 2,5:1 yaitu 20.000 : 8.000 + + )'(''','')''(''','' &''(''','' )'(''' ',-( )&'',-(''','' Sales mix A:B = 1:1

Sales produk A=./0 )&'(''' ( )'(''',''

1 ( )'(''',''

( ','' )('''

Sales produk B =./0 )&'(''' ( )'(''',''

1 ( )'(''',''

( )-,'' &(2''

Produk mix A:B = 120.000 : 4.800 = 2,5 : 1

Harga jual per unit produk A = Rp.10,00 produk B=Rp.25,00.

BEP dalam multiple produk tidak berarti bahwa masing-masing produk harus dalam keadaan break even. Dapat terjadi bahwa BEP total, suatu produk menderita kerugian dan produk lain mendapatkan keuntungan sehingga secara keseluruhan perusahaan tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian. Dari contoh diatas keuntungn dan kerugian dari kedua macam produk adalah sebagai berikut:

(32)

Tabel 3. Laba dalam BEP total

Produk A Produk B Total

Sales 120.000 120.000 240.000

BV 60% 72.000 (40%) 48.000 120.000

BT 40.000 80.000 120.000

Biaya total 12.000 128.000 240.000 Laba bersih (rugi) Rp.8.000 (Rp.40.000) Rp.0 Sumber : Bambang Riyanto, 2001: 370

Pengaruh terhadap BEP apabila ada perubahan “sales mix” a) Misalkan jumlah produk A bertambah 50% sedangkan

jumlah produk B tetap tidak berubah, maka perhitungan BEP adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Laba Produk A Bertambah dan Produk B Tetap

Produk A Produk B Total

Sales 300.000 200.000 500.000

BV 60% 180.000 (40%) 80.000 260.000

BT 40.000 80.000 120.000

Biaya total 220.000 160.000 380.000 Laba bersih Rp.80.000 Rp.40.000 Rp120.000 Sumber : Bambang Riyanto, 2001: 371

Sales mix = 1,5:1

+ )'(''','')3'(''',''

-''(''',''

( )-'(''',''

b) Misalkan jumlah produk B bertambah 50% sedangkan produk A tetap tidak berubah, maka perhitungan BEP adalah sebagai berikut:

(33)

Tabel 5. Laba Produk B Bertambah dan Produk A Tetap

Produk A Produk B Total

Sales 200.000 300.000 500.000

BV 60% 120.000 (40%) 120.000 240.000

BT 40.000 80.000 120.000

Biaya total 160.000 200.000 360.000 Laba bersih Rp.40.000 Rp100.000 Rp140.000 Sumber : Bambang Riyanto, 2001: 371

Sales mix = 1:1,5 atau 0,67:1 + )'(''','')&'(''',''

-''(''',''

( )4'(536,''

Tabel 6. Keadaaan sebelum dan sesudah adanya perubahan sales mix tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

Sebelum ada perubahan Produk A bertambah 50% Produk B bertambah 50%

Sales mix (A) 1:1 1,5: 1 0,67:1

Laba bersih Rp.80.000 Rp.120.000 Rp.140.000

% perubahan 50% 75%

BEP Rp.240.000 Rp.250.000 Rp.230.000 Sumber : Bambang Riyanto, 1997: 372

Analisis tersebut diatas menunjukan bahwa lebih baik perusahaan memperbanyak produk B, karena dengan bertambahnya produk B keuntungan lebih besar dan break even point lebih rendah.

Apabila telah menetapkan keuntungan yang diinginkan, maka perlu ditentukan berapa besarnya penjualan minimal yang harus dicapai untuk memungkinkan diperolehnya keuntungan yang diinginkan tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 1995 perusahaan

(34)

dalam keadaan brak even. Perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesr Rp.120.000,00 dan dalam tahun tersebut mempunyai penghasilan penjualan sebesar Rp. 200.000,000. Keadaan tahun 1996 diperkirakan lebih baik dan pimpinan perusahaan menetapkan target keuntungan sebesr Rp.30.000,00. Besarnya penjualan minimal yang harus dicapai oleh perusahaan tersebut adalah:

penjualan = biaya tetap + biaya variabel biaya variabel = penjualan – biaya tetap

(Bambang Riyanto. 2001:372) biaya variabel = 200.000 – 120.000 = Rp. 80.000,00

Biaya variabel dinyatakan dalam persentase dari penjualan adalah:

7 2'('''

)''('''0 ''* &'*

Setelah diketahui besarnya biaya variabel dalam persentase dari penjualan, maka dapatlah ditentukan besarnya penjualan minimal dengan cara sebagai berikut:

8 7 )'(''' 4'(''' & ' -'(''' 93 ': ; ( )-'(''',''

Jadi untuk dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp.30.000,00 perusahaan harus dapat memproduksi dan menjual sebesar Rp.250.000,00.

(35)

Dibuktikan: Penjualan Rp. 250.000,00 Biaya variabel (40%) = Rp. 100.000,00 Biaya tetap = Rp. 120.000,00 + Biaya total Rp.220.000,00 - Keuntungan Rp.30.000,00

Misalkan perusahaan menetapkan target keuntungan dinyatakan dalam profit margin sebesar 20%, maka besar penjualan minimal dapat dihitung sebagai berikut:

0 0 ( )'(''','' ',)0& ' 0 )'('''3 ',)0 ' ',30 ',) ( )'(''','' ',&0 )'(''','' 0 ( 4''(''','' Dibuktikan Penjualan Rp.300.000,00 Biaya variabel (40%) Rp.120.000,00 Biaya tetap Rp.120.000,00 Biaya total Rp.240.000,00 Keuntungan Rp.60.000,00 < ( 3'(''','' ( 4''(''',''0 ''* )'* (Bambang Riyanto, 2001:373-374)

(36)

7. Penggolongan Biaya atas Dasar Tingkah Laku a. Biaya Tetap

Semua biaya bersifat variabel dalam jangka panjang, meskipun jenis dari biaya tersebut terlihat sebagai biaya tetap. Menurut Carter dan Usry (2006:58) “Biaya tetap adalah sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun”.

Jika dalam semua aktivitas bisnis menurun sampai ke titik nol, perusahaan akan melikuidasi dan menghindari semua biaya. Untuk meningkatkan di atas kapasitas, biaya tetap harus dinaikkan untuk meningkatkan volume. Biaya tetap dan biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Besar biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi manajemen.

1) Beban tetap diskresioner (discretionary fixed cost) adalah pengeluaran atau biaya yang bersifat tetap karena kebijakan manajemen.

2) Biaya tetap terikat (commited fixed cost) adalah pengeluaran atau biaya yang membutuhkan suatu seri pembayaran selama jangka waktu yang lama.

b. Biaya Variabel

Menurut Carter dan Usry (2006:59) “Biaya variabel adalah sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional

(37)

terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proposional terhadap penurunan dalam aktivitas”.

1) Engineered Variable Costs

Engineered variable costs adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu dengan ukuran kegiatan tertentu. Contoh engineered variable costs adalah bahan baku.

2) Discretionary Variable Costs

Hampir semua biaya variabel merupakan discretionary variable costs, hal tersebut disebabkan karena discretionary variable costs tersebut bersifat variabel (Mulyadi, 2007:468-469).

c. Biaya Semi Variabel

Biaya semi variabel adalah sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel ( Carter dan Usry, 2006: 60). Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk penyediaan jasa, sedangkan unsur biaya variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.

Metode yang digunakan dalam pemisahan biaya semi variabel menurut Mulyadi sebagai berikut:

1) Metode Titik Tertinggi dan Terendah

Perkiraan fungsi biaya, dalam bentuk metode ini suatu biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan terendah di masa lalu. Selisih biaya

(38)

yang dihitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya tersebut.

2) Metode Biaya Berjaga

Metode biaya berjaga menghitung beberapa biaya yang harus tetap dikeluarkan apabila perusahaan ditutup untuk sementara, sehingga produknya sama dengan nol. Biaya ini disebut biaya berjaga, dan biaya berjaga ini merupakan bagian yang tetap.

3) Metode Kuadrat Terkecil

Metode kuadrat terkecil menganggap bahwa hubungan biaya dengan volume penjualan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regresi

0

=0 =0( =

=0> =0 >

= =0

Keterangan :

y : Variabel tidak bebas (biaya) x : Variabel bebas (volume kegiatan) a : Unsur biaya tetap

b : Unsur biaya variabel

(Abdul Halim dan Bambang Supomo, 2005:28) 8. Margin Keamanan (Margin of Safety)

Pegertian margin of safety menurut Bambang Riyanto (2001: 366) adalah sebagai berikut:

(39)

Margin of safety merupakan angka yang menunjukan jarak antara penjualan yang direncanakan atau dibudgetkan (budgedted sales) dengan penjualan pada break even. Dengan demikian maka, Margin of safety adalah juga menggambarkan batas jarak, dimana kalau berkurangnya penjualan melampaui batas jarak tersebut perusahaan akan menderita kerugian.

Margin of safety menurut Abdul Halim dan Bambang S (2005:57)“ Margin Keamanan adalah selisih antara rencana penjualan (dalam unit atau satuan uang) dengan impas (dalam unit atau satuan uang) penjualan”. Margin of safety memberikan informasi tentang seberapa jauh realisasi penjualan dapat turun dari rencana penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Penurunan realisasi penjualan dari rencana penjualan maksimum harus sebesar magin of safety agar perusahaan tidak menderita kerugian. Berikut ini rumus dari margin of safety:

? ? ? +

? 0 ''*

* ? ?

? @ ''*

Keterangan :

MS : Margin of Safety atau batas keamanan

SB : Sales Budgeted atau penjualan yang dianggarkan

SBE : Sales at Break Even atau penjualan pada saat break even (Henry Simamora, 1999:169) Perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety memberikan gambaran kepada manajemen beberapa penurunan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba.

(40)

9. Analisis Biaya, Volume dan Laba

Analisis biaya, volume dan laba berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Analisis tersebut menekankan keterkaitan antara biaya, volume penjualan, dan harga, maka semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalam analisis biaya, volume dan laba. Analisis biaya, volume dan laba bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.

Analisis hubungan biaya, volume dan laba terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi laba dapat dibuat dengan menggunakan persamaan biaya, volume dan laba sebagai berikut:

0 0 A (Abdul Halim dan Bambang Supomo, 2005:59) Keterangan :

p : Harga jual per unit produk

x : Unit produk yang dijual/yang diproduksi a : Biaya tetap total

b : Biaya variabel setiap unit produk c : Laba

10.Manfaat analisis hubungan biaya, volume dan laba bagi manajemen. Analisis biaya, volume, laba mempunyai manfaat bagi manajemen. Analisis tersebut membantu kinerja manajemen dalam

(41)

perusahaan. Beberapa manfaat penting yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Membantu pengendalian melalui anggaran. Membantu menunjukkan perubahan yang diperlukan untuk menjadikan beban selaras dengan pendapatan.

b. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan. Membantu manajemen untuk memperkirakan terhadap kesulitan dalam program penjualan. Jika penjualan secara relatif tidak cukup tinggi dibandingkan dengan biaya yang semestinya, kenyataan ini akan diperlihatkan. Dengan demikian manajemen perusahaan harus mengevaluasi teknik penjualan, latihan staf penjualan, lini produk yang dijual dalam kaitannya dengan pelanggan.

c. Menganalisis dampak perubahan volume. Dapat memberikan jawaban bagi manajemen tentang, banyaknya volume penjualan sebelum perusahaan menderita rugi, kenaikan laba jika ada kenaikan volume. d. Menganalisis harga jual dan dampak perubahan biaya. Menunjukkan

pengaruh yang terjadi atas laba akibat perubahan harga jual yang disertai oleh perubahan lainnya.

e. Merundingkan upah. Membantu manajemen menunjukan dengan cepat kemungkinan pengaruh perubahan usulan upah terhadap laba. Memberikan bantuan dalam menentukan kemungkinan penghematan dan efisiensi yang melindungi laba perusahaan.

f. Menganalisis bauran produk. Analisis biaya, volume, laba untuk menentukan produk yang harus ditingkatkan dan produk yang harus dihilangkan.

g. Menilai keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan. Memberikan sarana untuk menilai lebih dahulu usulan belanja barang modal yang dapat mengubah struktur biaya perusahaan.

h. Menganalisis margin pengaman. Berperan sebagai cadangan margin pengaman dan cara untuk mempengaruhi perubahan (Adolph Matz,1992:224).

Analisis biaya, volume, laba banyak membantu kinerja manajemen perusahaan. Karena analisis biaya, volume, laba memberikan informasi yang dibutuhkan manajemen perusahaan untuk mengambil keputusan yang berguna bagi perusahaan.

(42)

11.Perubahan - perubahan yang Mempengaruhi Break Even

Salah satu aspek yang penting dalam analisis biaya, volume dan laba adalah perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi laba. Faktor-faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisis hubungan biaya, volume dan laba antara lain biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan.

1. Perubahan total biaya tetap

Perubahan total biaya tetap mempengaruhi total biaya dan laba juga secara langsung akan mempengaruhi jumlah break even point karena biaya tetap merupakan jumlah yang harus ditutup oleh kelebihan penjualan atas biaya variabel.

2. Perubahan biaya variabel per unit

Perubahan biaya variabel per unit akan mempengaruhi total biaya dan laba perushaan. Perubahan biaya variabel per unit ini berpengaruh juga terhadap contribution margin dan break even. Biaya variabel akan berubah-ubah mengikuti jumlah produk yang akan diproduksi. 3. Perubahan harga jual per unit

Perubahan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap penerimaan pendapatan perusahaan. Penerimaan pendapatan merupakan unsur pembentuk break even point, jika besarnya break even point akan berubah maka jumlah laba akan berubah. Perubahan harga jual juga akan mempengaruhi volume penjualan.

(43)

Perubahan volume penjualan pada umumnya akan mempengaruhi total biaya dan laba perusahaan. Volume penjualan harus berdasar pada seberapa besar kapasitas produksi yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Volume produksi yang melebihi kapasitas produksi akan memberi kerugian bagi perusahaan, karena biaya yang dikeluarkan semakin besar.

5. Perubahan Komposisi Penjualan

Perusahaan yang memproduksi lebih dari satu macam barang maka analisis break even dapat diterapkan untuk seluruh barang/produk yang diproduksi dan dijual. Apabila komposisi barang yang dijual berubah maka break even secara total akan berubah juga. Perusahaan yang menjual dan memproduksi lebih dari satu jenis akan mendapatkan komposisi marjin kontribusi berbeda disebabkan komposisi penjualan yang berbeda.

B. Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian terdahulu yang dijadikan perbandingan yaitu hasil penelitian dari Eri Oktavianti W (2007) yang berjudul “Analisis Cost, Volume, Profit sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba Pada Perusahaan Tempe Murni Pedro di Yogyakarta”.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan tempe murni Pedro dengan hasil penelitian

(44)

a. Besar BEP pada perusahaan tempe murni Pedro pada tahun 2007 sebesar Rp 109.271.070,62 / 26.651,48 kg

b. Tingkat Operating Leverage tahun 2007 adalah 1.14x hal ini menunjukkan laba bersih Rp 166.248.000,00 akan meningkat 1.14x dari tingkat kenaikan volume penjualan.

c. Besar MOS Rp 776.328.929,38 / 87,66%

d. Perubahan volume penjualan tidak mempengaruhi CMR tetapi berpengaruh pada CM. perubahan laba dapat dihitung dengan menggunakan analisis tingkat operating laverage yaitu saat volume penjualan bertambah 5% maka laba akan meningkat sebesar 5,70% yaitu sebesar Rp 9.476.136,00 sehingga laba menjadi Rp 175.724.136,00 dan pada saat volume penjualan turun 5% maka laba bersih juga turun menjadi Rp 156.771.864,00

e. Perubahan harga jual pada perusahaan berdampak pada perubahan CM dan CMR.

f. Biaya dan laba mempunyai hubungan yang berbanding terbalik. Saat biaya tetap naik maka laba bersih parusahaan akan naik. Demikian juga dengan biaya variabel, pada saat biaya variabel turun maka laba bersih akan naik dan pada saat biaya variabel naik laba turun.

g. Pada tahun 2007 perusahaan Tempe Murni Pedro merencanakan laba sebesar Rp 180.000.000,00. Untuk mencapai jumlah laba yang direncanakan maka perusahaan harus mencapai tingkat penjualan sebesar Rp 949.817.767,65 atau 231.662,87 kg.

(45)

2. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kessi Purwandari (2004) yang berjudul “Analisis Biaya, Volume, Laba sebagai alat bantu manajemen dalam perencanaan laba pada UD. Sri Rejeki” diperoleh hasil bahwa UD. Sri Rejeki merupakan perusahaan yang mengolah kayu menjadi mebel berupa buffet, meja dan almari. Adapun hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa Break Even tahun 2003 sebesar Rp 232.156.850,62 atau 170 unit buffet, 157 unit meja dan 158 unit almari. MOS tahun 2003 sebesar 37,93% atau Rp 141.893.149,39 dari penjualan yang direncanakan. Laba yang direncanakan pada tahun 2003 sebesar Rp 40.000.000,00 dengan tingkat penjualan yang dicapai sebesar Rp 438.376.433,23.

3. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tati Uswatun Khasanah (2007) yang berjudul “ Analisis Break Even untuk Merencanakan Laba pada PT. Tambi Wonosobo” diperoleh hasil bahwa PT. Tambi Wonosobo merupakan perusahaan yang memproduksi teh. Jenis produksinya berupa Teh Hitam Basah dan Teh Hitam Kering. Berdasarkan analisis besarnya break even point total tahun 2007 Rp.4.002.526.300,00, untuk Teh Hitam Basah Rp.923.440.000,00, untuk Teh Hitam Kering Rp.3.585.121.000,00. Margin of safety total adalah 62% atau Rp.6.596.490.000,00. Margin of safety masing-masing produk 75% atau Rp.2.724.750.000,00, untuk Teh Hitam Basah dan 49% atau Rp.3.433.185.000,00 untuk Teh Hitam Kering. Perubahan elemen penentu break even berpengaruh terhadap perencanaan laba yaitu bila harga jual naik mengakibatkan break even turun dan laba naik. Sedangkan bila harga jual turun break even naik dan laba turun.

(46)

Perubahan biaya variabel dan biaya tetap apabila naik mengakibatkan break even naik dan laba turun sedangkan bila biaya turun break even akan turun dan laba naik. Perusahaan menetapkan profit margin sebesar 25% tingkat penjualan minimal yang harus dicapai Rp.11.699.692.000,00.

Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

a. Persamaan

1)Memiliki tujuan yang sama salah satunya yaitu untuk mengetahui pengaruh perubahan elemen break even terhadap perencanaan laba perusahaan.

2)Analisis data menggunakan rumus break even dan margin of safety. b. Perbedaan

Tempat penelitian pada peneliti terdahulu pada perusahaan Tempe Murni Pedro di Yogyakarta, UD Sri Rejeki dan PT. Tambi Wonosobo sedangkan pada peneliti yang sekarang pada PR. Kreatifa Hasta Mandiri di Yogyakarta.

C. Kerangka Berpikir

Berhasil tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dengan kesempatan di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, manajemen bertugas untuk merencanakan masa depan perusahaannya. Kegiatan pokok manajemen dalam

(47)

perencanaan perusahaan adalah pengambilan keputusan dalam pemilihan berbagai macam alternatif dan perumusan kebijaksanaan.

Laba yang diperoleh dalam suatu perusahan menjadi ukuran sukses atau tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaannya. Laba dipengaruhi tiga faktor yaitu harga produk jual, biaya dan volume penjualan. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan. Sedangkan penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi biaya.

Tiga faktor tersebut saling berkaitan sehingga di dalam perencanaan hubungan antara biaya, volume, laba memegang peranan sangat penting. Untuk memilih alternatif tindakan dan perumusan kebijakan masa yang akan datang manajemen memerlukan data untuk menilai berbagai macam kemungkinan yang berakibat pada laba.

Analisis break even merupakan salah satu bagian dari konsep analisis biaya, volume, laba. Analisis break even menitik beratkan pada tingkat penjualan minimum sesuai dengan laba yang direncanakan dan penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak menderita kerugian, sedangkan dalam analisis biaya volume laba titik berat analisisnya diletakkan pada sampai seberapa jauh perubahan biaya volume dan harga jual yang mengakibatkan laba perusahaan berubah.

Perencanaan perusahaan dapat efektif bila manajemen dapat memperkirakan bagaimana pengaruh faktor-faktor dalam analisis hubungan biaya volume laba terhadap laba perusahaan. Pembuatan angaran penghasilan

(48)

dan biaya pada setiap tahun dapat digunakan sebagai acuan bagi manajer dalam menjalankan usahanya secara nyata selama periode berjalan. Maka perencanaan laba melalui analisis break even sangat diperlukan oleh manajemen perusahaan.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Berapa break even point PR. Kreatifa Hasta Mandiri tahun 2009, 2010, 2011?

2. Berapa jumlah penjualan minimal yang harus dicapai untuk mencapai laba yang direncanakan PR. Kreatifa Hasta Mandiri tahun 2009, 2010, 2011? 3. Berapa besar margin of safety atau batas keamanan agar jumlah penjualan

PR. Kreatifa Hasta Mandiri boleh berkurang dari rencana semula sehingga perusahaan tidak menderita rugi tahun 2009, 2010, 2011?

4. Bagaimana akibat dari perubahan elemen penentu break even terhadap perencanaan laba perusahaan tahun 2009, 2010, 2011?

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus pada perusahaan. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan expost facto karena variabel yang diteliti tidak dikenai suatu tindakan, perlakuan atau manipulasi, melainkan hanya meneliti dan mengungkapkan faktor-faktor yang diteliti berdasarkan keadaan yang sudah ada.

B. Definisi Operasional 1. Perencanaan Laba

Perencanaan laba melibatkan kegiatan seperti penetapan tujuan dan target laba yang realistis serta cara untuk mencapainya, yang diupayakan manajemen untuk dicapai.

2. Break Even Point

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada PR. Kreatifa Hasta Mandiri yang beralamat di Jl. Cempaka RT 02/RW 07, Dusun Nganti, Sendangadi Mlati, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011.

(50)

D. Metode Pengumpulan Data 1. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pencatatan, pengumpulan bahan-bahan tertulis, yang mempunyai keterkaitan dengan permasalahan yang tengah peneliti amati. Data yang diperoleh dari perusahaan adalah

a. Data realisasi penjualan tahun 2008, 2009, 2010 b. Data realisasi biaya produksi tahun 2008, 2009, 2010 c. Data realisasi harga jual tahun 2008, 2009, 2010 d. Data anggaran biaya produksi tahun 2009, 2010, 2011 e. Data anggaran harga jual tahun 2009, 2010, 2011 f. Data anggaran penjualan tahun 2009, 2010, 2011

E. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini bagian Akuntansi PR. Kreatifa Hasta Mandiri Yogyakarta, sedangkan objek penelitian ini perencanaan laba dan break even point PR. Kreatifa Hasta Mandiri Yogyakarta.

F. Teknik Analisis Data

1. Untuk menentukan besarnya tingkat penjualan dalam keadaan break even dengan rumus:

(51)

atau

!

" # $ $

atau

% $

(Abdul Halim dan Bambang S, 2005: 52-53) 2. Analisis Marjin Pengaman (Margin of Safety)

? ? ? +

? 0 ''*

* ? ?

? @ ''*

Keterangan :

MS : Margin of Safety atau batas keamanan

SB : Sales Budgeted atau penjualan yang dianggarkan

SBE : Sales at Break Even atau penjualan pada saat break even (Henry Simamora, 1999:169) 3. Untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan perubahan harga

jual, biaya dan volume terhadap laba perusahaan BCDEFGHIEGCD JKFLGD

Untuk mengetahui contribution margin sebagai akibat perubahan setiap rupiah penjualan

(52)

% %

(Henry Simamora, 1999:163) Keterangan :

Rasio CM : Ratio Contribution Margin CM : Contribution Mrgin

4. Untuk menentukan penjualan minimal pada laba yang telah ditetapkan

1 A 8

%

(Bambang Riyanto, 2001:37) 5. Untuk memisahkan Biaya Tetap dan Biaya Variabel pada Biaya Semi

Variabel menggunakan Metode Kuadrat Terkecil 0

=0 =0( =

=0> =0 >

= =0

Keterangan :

y : Variabel tidak bebas (biaya) x : Variabel bebas (volume kegiatan) a : Unsur biaya tetap

b : Unsur biaya variabel

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Data Umum

a. Sejarah Berdiri Singkat PR. Kreatifa Hasta Mandiri

PR. Kreatifa Hasta Mandiri adalah perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang industri rokok, yang didirikan pada tanggal 4 April 2007. Dengan berdasarkan akta notaris Ny. Suparyatun Sutjipto, SH., No. 03 tanggal 4 April 2007. PR Kreatifa Hasta Mandiri yang berlokasi di Jl. Cempaka RT 02/RW 07, Dusun Nganti, Mlati, Sleman, Yogyakarta adalah sebuah usaha industri yang sejak awal didirikan dengan harapan perusahaan dapat berkembang dan dapat bersaing dengan perusahaan rokok lainnya. Oleh karena itu perusahaan harus dapat memperoleh keuntungan atau laba untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Awal didirikannya PR. Kreatifa Hasta Mandiri hanya menggunakan satu unit mesin maker untuk memproduksi rokok filter, sedangkan proses pengemasannya dilakukan secara manual oleh pekerja. Saat ini perusahaan telah melakukan penambahan beberapa mesin, seperti tiga unit mesin maker, dua unit mesin HLP dan dua unit mesin OPP, satu unit mesin stemper, dan satu set mesin saos serta perlengkapan lainnya. Penambahan mesin tersebut

(54)

untuk memperlancar proses produksi di PR. Kreatifa Hasta Mandiri yang siap bersaing di pasar.

b. Visi dan Misi PR. Kreatifa Hasta Mandiri 1) Visi PR. Kreatifa Hasta Mandiri

Menjadi pabrik rokok kecil terkemuka yang potensial dan menguntungkan banyak pihak.

2) Misi PR. Kreatifa Hasta Mandiri

a) Melakukan operasional pabrik secara professional dan tertib sesuai dengan kebijakan Pemerintah dengan mengutamakan pelayanan pada usaha yang menunjang perekonomian rakyat

b) Mendapatkan keuntungan atau laba sebagai tujuan perusahaan, serta melakukan perencanaan laba dengan tepat c) Memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen dengan

dukungan teknologi dan SDM yang professional c. Struktur Organisasi PR. Kreatifa Hasta Mandiri

Struktur organisasi dari PR. Kreatifa Hasta Mandiri bahwa tiap-tiap atasan mempunyai bawahan tertentu untuk melaksanakan tugas-tugas dari pekerjaan masing-masing. Seluruh wewenang dan kekuasaan berasal dari atas yang kemudian mengatur ke bagian-bagian bawahnya dan masing-masing bagian-bagian tersebut bertanggung jawab penuh pada bagian-bagian diatasnya. Struktur organisasi PR. Kreatifa Hasta Mandiri seperti tertera dalam gambar berikut:

(55)
(56)

d. Tugas Setiap Jabatan di PR. Kreatifa Hasta Mandiri 1) Tugas Direktur

a) Mengkoordinasikan dan mengendalikan semua kegiatan perusahaan

b) Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan c) Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam

hubungannya dengan dunia luar 2) Tugas Audit Internal

Auditor internal bertanggung jawab langsung kepada direktur akan tugas yang dikerjakan. Berikut tugas audit internal:

a) Memastikan bahwa Sistem Pengendalian Internal perusahaan telah memadai dan berjalan sesuai dengan ketentuan.

b) Merupakan mitra dalam penyempurnaan kegiatan pengelolaan perusahaan, memberikan nilai tambah melalui rekomendasi atas hasil audit yang dilakukannya.

c) Memberikan analisa, penilaian, rekomendasi, konsultasi dan informasi mengenai aktivitas yang diaudit

3) Tugas Kepala Bagian

Kepala Bagian dari PR. Kretifa Hasta Mandiri mempunyai tugas masing-masing. PR. Kreaatifa Hasta Mandiri

(57)

mempunyai dua Kepala Bagian yaitu Kepala Operasi dan Personalia, Kepala Pembelian dan produksi.

a) Tugas-tugas Kepala Operasi dan Personalia

(1)Membahas rencana kegiatan dan anggaran bidang operasi dan personalia bersama dengan Kepala Pembelian dan Produksi sebelum diusulkan kepada Direksi.

(2)Membahas laporan realisasi kegiatan dan anggaran operasi dan personalia bersama Kepala Pembelian dan Produksi untuk disampaikan kepada Direksi sebagai bahan pembuatan laporan tahunan.

(3)Melaksanakan keputusan Direksi dan rapat manajemen. (4)Melakukan analisis atas permohonan kredit sesuai

dengan wewenangnya.

(5)Bersama Kepala Pembelian dan Produksi melakukan review atas pengeluaran dana baik untuk biaya maupun untuk keperluan operasional lainnya.

(6)Membuat analisis pekerjaan untuk menentukan kebutuhan jumlah karyawan (khususnya di bagian Operasi dan Personalia) dan melaporkannya kepada Direksi.

(58)

(7)Menindak lanjuti hasil temuan internal/eksternal atas kebijakan maupun pelaksanan operasional khususnya di bidang operasi dan personalia yang perlu diperbaiki. (8)Mencari sumber dana dan perluasan pasar produk yang

paling menguntungkan.

(9)Mencari pinjaman dana untuk menutup kekurangan likuiditas perusahaan.

(10)Memberikan teguran dan peringatan pada Staff bagian Operasi dan Personalia yang melakukan pelanggaran atas peraturan perusahaan yang berlaku dan mengkomunikasikannya kepada Direksi.

(11)Memberikan pengarahan dan pembinaan pada Staff bagian Operasi dan Personalia sehingga dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.

(12)Bersama Kepala Pembelian dan Produksi memberi masukan kepada Direksi tentang pengangkatan, pemberhentian dan pemutasian karyawan tingkat staff dan di bawahnya.

(13)Melakukan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(14)Melakukan koordinasi dan komunikasi yang baik dengan seluruh jajaran organisasi perusahaan untuk menciptakan suatu tim kerja yang solid.

(59)

b) Tugas-tugas Kepala Pembelian dan Produksi

(1) Membahas rencana kegiatan dan anggaran bidang Pembelian dan Produksi bersama dengan Kepala Operasi dan Personalia sebelum diusulkan kepada Direksi

(2) Meminta laporan realisasi kegiatan dan anggaran dari Staff bagian Pembelian dan Produksi, dan membahasnya bersama Kepala Operasi dan Personalia untuk disampaikan kepada Direksi sebagai bahan pembuatan laporan tahunan

(3) Melaksanakan keputusan Direksi dan rapat manajemen (4) Melakukan analisis atas permohonan kebutuhan bahan

baku dan bahan lainnya sesuai dengan wewenangnya (5) Bersama Kepala Operasi dan Personalia melakukan

review atas pengeluaran dana baik untuk biaya maupun untuk pembelian bahan baku dan bahan lainnya

(6) Membuat analisis pekerjaan untuk menentukan kebutuhan jumlah karyawan (khususnya di bagian Pembelian dan Produksi) dan melaporkannya kepada Direksi

(7) Menindak lanjuti hasil temuan internal/eksternal atas kebijakan maupun pelaksanan operasional khususnya di bidang Pembelian dan Produksi yang perlu diperbaiki

(60)

(8) Memberikan teguran atau peringatan pada Staff bagian Pembelian dan Produksi yang melakukan pelanggaran atas peraturan perusahaan yang berlaku dan mengkomunikasikannya kepada Direksi

(9) Memberikan pengarahan dan pembinaan pada Staff bagian Pembelian dan Produksi sehingga dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan

(10)Bersama Kepala Operasi dan Personalia memberi masukan kepada Direksi tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan Pemutasian Karyawan tingkat Staff dan di bawahnya

(11)Memberikan penjelasan mengenai operasional perusahaan di bidang Pembelian dan Produksi pada Direksi

(12)Mempertanggungjawabkan operasional perusahaan di bagian Pembelian dan Produksi kepada Direksi

(13)Melakukan koordinasi dan komunikasi yang baik dengan seluruh jajaran organisasi perusahaan untuk menciptakan suatu tim kerja yang solid.

d) Tugas tiap Staff

Masing-masing Kepala Bagian di PR. Kreatifa Hasta Mandiri mempunyai Staff yang mempunyai tugas sesuai dengan bidang. Kepala Operasi dan Personalia membawahi

(61)

tiga staff yaitu Staff Pembukuan, Staff Penjualan dan Distribusi dan Staff Administrasi Umum. Sedangkan Kepala Pembelian dan produksi membawahi empat staff yaitu Staff Administrasi Bahan Baku, Staff Mekanik, Staff Produksi dan Staff Administrasi Gudang.

a) Tugas-tugas Staff Pembukuan

(1)Melaksanakan semua kegiatan pembukuan yang ditugaskan oleh atasannya.

(2)Menyusun dan menyampaikan rencana kerja pembukuan kepada atasannya.

(3)Memperluas pengetahuan dan meningkatkan kemampuan khususnya dalam pelaksanaan tugas akuntansi

(4)Membuat laporan keuangan secara sistematis dan berkala kepada atasannya

(5)Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya. (6)Melaksanakan tugas pembelian dan pembayaran sesuai

yang telah ditetapkan oleh atasannya. (7)Melaksanakan pedoman kerja pembukuan

(8)Menghadiri rapat bagian pembukuan dan rapat manajemen Badan Pengendalian Internal.

(9)Mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan Seksi Pembukuan kepada atasannya.

Gambar

Tabel 1. Format Laporan Laba Rugi Kontribusi
Tabel 3. Laba dalam BEP total
Tabel  5.  Laba  Produk  B  Bertambah  dan  Produk  A  Tetap
Tabel 7. Klasifikasi Biaya ke dalam biaya tetap dan biaya variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai catatan, jika kita ambil angka 8 sebagai ukuran interval kelas, maka dalam penghitungan frekuensi yang dilakukan pada langkah selanjutnya akan menyisakan beberapa data

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya

Berdasarkan Peraturan Bupati Tegal Nomor 71 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas – Daerah dan Satuan Polisi Pamong

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menerapkan strategi blended learning enriched virtual model (2) mengembangkan content digital pada mata Kuliah Komputer dan

This study compared hydro and osmo-priming to determine period needed for seed priming indicator to emerge and its effect against water stress on germination percentage of

test Tes lisan Menguraikan ontology ilmu komunikasi, memahami hakikat dari keberadaan ilmu komunikasi, apa yang menjadi objek materil dan objek formal ilmu komunikasi;

SMALL CAP / 2 nd &amp; 3 rd liner adalah saham saham yang dikategorikan yang mempunyai kapitalisasi yang kecil, cenderung mempunyai volatilitas yang tinggi dengan volume yang

Diharapkan dengan informasi ini, guru akan lebih yakin akan kemampuannya dan berusaha untuk lebih meningkatkan kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi dalam