• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Dasar dan Fungsional di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dalam Menunjang Kegiatan Penangkapan Ikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Dasar dan Fungsional di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dalam Menunjang Kegiatan Penangkapan Ikan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

55

TINGKAT PEMANFAATAN FASILITAS DASAR DAN FUNGSIONAL DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN DALAM MENUNJANG KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN

Utilization Rate of Basic and Functional Facilities at Belawan Oceanic Fishing Port to Support Operational Fishing

Fransius Try Syahputra Siahaan, Abdul Kohar Mudzakir*), Dian Ayunita NN Dewi

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah ± 50275, Telp/Fax. +6224 7474698 (email: fransius10021959@gmail.com)

ABSTRAK

PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera) Belawan yang berada di Kota Medan merupakan perikanan tangkap di Sumatera Utara yang merupakan peran penting untuk menunjang aktivitas perikanan tangkap dan pengolah, maupun pemasaran ikan di daerah tersebut. Untuk menunjang aktivitas di atas, maka PPS Belawan telah dilengkapi oleh fasilitas dasar, fungsional dan penunjang. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan fasilitas pokok dan fasilitas fungsional PPS Belawan, menganalisis tingkat pemanfaatan fasilitas pokok dan fasilitas fungsional di PPS Belawan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 di PPS Belawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan metode pengambilan sampel Purposive Sampling yaitu 10 pegawai, 10 nelayan dan 5 pemilik kapal. Analisis data yang digunakan antara lain yaitu analisa tingkat pemanfaatan fasilitas, uji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian diperoleh tingkat pemanfaatan yaitu fasilitas dasar & fungsional untuk lahan pelabuhan yaitu 68%, alur pelayaran 84%, dermaga 91%, apms dan spdn 49 % dan pabrik es 49% Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pemanfaatan lahan pelabuhan sudah termasuk kategori maksimal.

Kata Kunci : Fasilitas Dasar dan Fungsional; PPS Belawan; Tingkat Pemanfaatan.

ABSTRACT

PPS (Ocean fishing port) of Belawan in Medan which is located is the fisheries catch in North Sumatra is a vital role to support the activities of fisheries catch and processing, as well as the marketing of fish in the area. To support the activities above, the PPS Belawan has been equipped by the Basic, functional and facilities support. This research objective were to identified basic and functional facilities, analyzing the utilization rate of basic facilities in Belawan oceanic fishing port, and functional facilities in Belawan oceanic fishing port. This research held on July 2015. The method used in this research was descriptive methods which sampling method with purposive sampling. Data analysis used the rate of utilization analysis, analysis, validity and reliability test. The research results obtained utilization rate of basic facilities namely functional wetlands Harbor & i.e. 68%, Groove cruise, Pier 84% 91%, 49% and the company's spdn and ice factory 49% From the results it can be concluded that the degree of land use of the harbor already includes the maximum category.

Keywords: Basic and Function Facilities; Belawan Oceanic Fishing Port; Rate of Utilization *) Penulis penanggungjawab

1. PENDAHULUAN

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPS) Belawan merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Sumatera Utara. PPS Belawan mempunyai peran penting dalam kegiatan perikanan tangkap dan pemasarannya. PPS Belawan terletak pada posisi yang cukup strategis, yakni terletak diantara Perairan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka), Perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) dan Laut Cina Selatan, serta merupakan pintu masuk bagi kegiatan ekonomi beberapa negara di Asia.

Menurut Peraturan Menteri Nomor. PER. 08/MEN/2012 tentang Kepelabuhan Perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasan-batasan tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pada hakekatnya pelabuhan perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusaha dimana fungsi pemerintahan pada pelabuhan perikanan merupakan fungsi untuk melaksanakan

(2)

56 pengaturan, pembinaan, pengendalian, pengawasan, serta keamanan dan keselamatan operasional kapal perikanan di pelabuhan perikanan sedangkan fungsi pengusaha pada pelabuhan perikanan merupakan fungsi untuk melaksanakan pengusahaan berupa penyediaan dan pelayanan jasa kapal perikanan dan jasa terkait di pelabuhan perikanan

.

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan telah dilengkapi dengan fasilitas dasar, fungsional dan penunjang dalam kelancaran operasional pelabuhan. Fasilitas ini yang digunakan nelayan, pemilik kapal maupun pengolah dalam bersandar kapal, bongkar muat hasil tangkapan, menjual hasil tangkapan maupun mengolah hasil tangkapan.

Pengkajian masalah tingkat pemanfaatan fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan digunakan dua macam pendekatan, yaitu yang pertama dengan melihat tingkat pemanfaatan fasilitas yang dibandingkan dengan kapasitas fasilitas yang tersedia, sedangkan pendekatan kedua melihat perkembangan jumlah kapal, jumlah kunjungan kapal, dan jumlah nelayan sehubungan dengan pengaruhnya terhadap produksi ikan. Dengan demikian kita dapat melihat seberapa optimal fasilitas sarana dan prasarana pelabuhan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan fasilitas dasar dan fasilitas fungsional di PPS Belawan; 2. Menganalisis tingkat pemanfaatan fasilitas dasar di PPS Belawan; dan 3. Menganalisis tingkat pemanfaatan fasilitas fungsional di PPS Belawan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan, Sumatera Utara.

2. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data dan informasi dari Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan mengenai fasilitas-fasilitas (dasar dan fungsional) yang sudah ada dan berfungsi di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan;

2. Data dan informasi tentang jumlah kapal, jumlah nelayan, jumlah produksi dan nilai produksi yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2010-2014.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Menurut Natsir (2003) dalam

Nurdyana et. al. (2013), metode deskriptif yaitu suatu metode pengambilan data secara survey dan observasi langsung dilapangan serta melakukan pangumpulan data dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail sehingga mendapatkan gambaran yang menyeluruh sebagai hasil dari pengumpulan data dan analisis data.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah:

a. Data observasi

Observasi lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh keterangan tentang kondisi kapasitas fasilitas dasar dan fungsional serta permasalahan-permasalahanyang ada di PPS Belawan yaitu gedung TPI, dermaga dan SPDN. Berikut merupakan halhal yang perlu diamati dan dicatat terkait fasilitas antara lain, kondisi fisik, kapasitas dan ukuran fasilitas (luas, panjang, lebar dan kedalaman)

b. Wawancara

Wawancara dengan kuisoner untuk mengetahui tingkat pemanfaatan fasilitas di PPS Belawan menurut para pengguna fasilitas

c. Dokumentasi

Dokumentasi fasilitas-fasilitas yang di miliki PPS Belawan

Metode Analisis Data

1. Analisis Tingkat Pemanfaatan

Untuk mencari tingkat optimalisasi fasilitas suatu pelabuhan dapat diketahui dengan membandingkan pemanfaatan yang telah dicapai dengan kapasitas yang dimiliki oleh tiap fasilitas atau dapat dirumuskan : Tingkat pemanfaatan = x 100%

Jika dari perhitungan didapatkan :

x presentasi pemanfaatan > 100%, tingkat pendayagunaan fasilitas melampaui kondisi optimal

x presentasi pemanfaatan = 100%, tingkat pendayagunaan fasilitas mencapai kondisi optimal

x presentasi pemanfaatan < 100%, tingkat pendayagunaan fasilitas belum mencapai optimal.

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1981) dalam Yahya et. al. (2013), untuk mencari tingkat pemanfaatan dan kapasitas yang dimiliki oleh tiap fasilitas pelabuhan, baik fasilitas dasar dan fasilitas fungsional dalam perikanan tangkap sebagai berikut:

Penggunaan Fasilitas

(3)

57 1. Fasilitas Dasar

a. Alur pelayaran

¾ Kedalaman alur pelayaran (D)

D = d + S + c Dimana :

D = Kedalaman air saat LWS (m) d = Draft kapal terbesar (m)

c = Clearance atau ruang bebas antara lunas kapal dengan dasar perairan (m)

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, digunakan dasar perhitungan sebagai berikut: jika kapal bersimpangan, lebar alur adalah 3 ± 4 kali lebar kapal.

b. Panjang dermaga

L = :l + s;n x a x h

u x d

Error! Bookmark not defined. Dimana:

L = Panjang dermaga (m) d = Lama fishing trip rata-rata (jam)

l = Panjang kapal rata-rata (m) n = Jumlah kapal yang memakai dermaga rata-rata perhari s = Jarak antar kapal (m) a = Berat rata-rata kapal (ton) L= l +s n xa xh

h = Lama kapal di dermaga (jam) u = Produksi ikan per hari (ton) 2. Fasilitas Fungsional

a. Luas gedung pelelangan

G = n x p r x a Dimana :

G = Luas gedung pelelangan (m2) p = Faktordayatampungruangterhadapproduksi (ton) n = Jumlah produksi rata-rata perhari r = Frekuensi pelelangan per hari

a = rasio antara lelang dengan gedung lelang.

Untuk kapasitas aktual atau terpakai diperoleh dari hasil bagi rata-rata data produktif tahunan dengan jumlah hari dalam setahun (365 hari).

b. Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN)

Penentuan tingkat pemanfaatan fasilitas SPDN dapat di hitung dengan cara kapasitas terpasang pada instalasi BBM diperoleh dari kapasitas maksimal bahan bakar solar yang ditampung di dalam tangki BBM, sedangkan kapasitas aktualnya berdasarkan rata-rata banyaknya bahan bakar solar yang dimasukan kedalam tangki BBM per harinya.

c . Pabrik es

Menurut Nurholis (2012), untuk mengetahui kapasitas prabrik es di sebuah pelabuhan perikanan dapat menggunakan formula sebagai berikut:

K = a x produksi Dimana:

K = Kapasitas Pabrik Es

a = Konstanta yang menunjukkan lamanya hari untuk memproduksi es selama satu kali proses pembuatan yang mana, besar konstanta tersebut adalah 1,5-2.

2. Uji validitas dan uji reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk mengukur kevalid dan konsistensi dari suatu kuesioner. Menurut Santosa (2012), valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengukuran uji validitas dan reliabilitas dibagi menjadi 2 jenis responden yaitu pegawai dan nelayan. Dalam uji validitas dan reliabilitas diambil dasar pengambilan keputusan bahwa:

r hitung > r tabel = valid r hitung < r tabel = tidak valid

Cara lain untuk memberikan Interprestasi Data adalah dengan melihat Nilai Siggnifikansi (p) atau dalam SPSS biasa tercantum Sig. (2-tailed). Cara ini lebih mudah dan cepat karna tidak perlu menggunakan tabel nilai-nilai r-Pearson. Dasar pengambilan keputusan adalah:

(4)

58 Nilai p < 0,05 = valid

Nilai p > 0,05 = tidak valid

Langkah menguji reliabilitas kuesioner diambil dasar pengambilan keputusan: alpa > r tabel = konsisten

alpa > r tabel = tidak konsisten

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan terletak di kecamatan Belawan, Sumatera Utara yang secara geografis terletak pada 3,30º-3,43º LU dan 98,35º-98,44º BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan terletak pada posisi yang cukup strategis, yakni terletak diantara Perairan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka), Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan Laut Cina Selatan, serta merupakan pintu masuk bagi kegiatan ekonomi beberapa negara di Asia.

Kondisi Perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan A. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap di PPS Belawan

Jenis dan Jumlah alat tangkap perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Jenis dan Jumlah kapal di PPS Belawan No Tahun

Alat Tangkap (unit)

Jumlah Purse Seine Jaring Insang Pukat Ikan Pancing Lampara Dasar 1 2009 239 41 114 4 103 501 2 2010 230 63 133 3 127 556 3 2011 225 54 117 4 154 554 4 2012 231 57 111 3 139 541 5 2013 314 63 88 15 147 627 6 2014 167 1 61 65 172 474

Sumber: Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, 2015

Bedasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa alat tangkap yang beroperasi di PPS Belawan adalah Purse seine, jaring Insang, Pukat ikan, Pancing dan Lampara dasar. Alat tangkap yang dominan adalah Purse seine, sedangkan paling sedikit yaitu Pancing. Alat tangkap Purse seine menangkap ikan layang (Decapterus pusailus), selar (Selaroides leptolepis), tembang (Sardinella gibbosa), kembung (Rastrelliger kanagurta), tenggiri (Scomberomorus), layur (Trichiurus lepturus), tongkol (Auxis thazard), dan teri (Stolephorus commersonii). Alat tangkap Purse seinemengalami penurunan pada tahun 2010, 2011 dan 2014. Hal ini disebabkan karenapada tahun 2009, 2012 dan 2013 alat tangkap Purse seine banyak digunakan menangkap secara berlebihan yang menyebabkan stok ikan layang (Detapterus pusailus), tembang (Sardinella gibbosa), tenggiri (Scomberomorus), tongkol (Auxis Thazard), tidak beroperasi.

Jumlah alat tangkap jaring Insang tertinggi terjadi pada tahun 2013. Alat tangkap jaring Insang menurun draktis pada tahun 2014 dikarenakan beralih fungsi menjadi alat tangkap Pancing dan Lampara dasar.

Jumlah alat tangkap Pukat ikan tertinggi pada tahun 2010, hal ini disebabkan karena produksi ikan untuk alat tangkap Pukat ikan pada tahun 2008 ke 2009 meningkat dari 13.253 ton ke 20.702ton maka dari itu

pada tahun 2010 alat tangkap Pukat ikan banyak beroperasi. Produksi ikan untuk alat tangkap Pukat ikan pada tahun 2010 sekitar 22.489 ton dengan trip penangkapan sekitar 2.057. Alat tangkap Pukat ikan menurun pada tahun 2014 dikarenakan produksi ikan menurun sehingga sebagian alat tangkap Lampara dasar tidak beroperasi.

Jumlah alat tangkap Pancing tertinggi pada tahun 2014, hal ini disebabkan beralihnya alat tangkap jaring Insang dan stok ikan semakin banyak sehingga alat tangkap Pancing beroperasi. Alat tangkap paling rendah pada tahun 2012 dikarenakan produksi dan trip penangkapan pada tangkap Pancing menurun.

Jumlah alat tangkap Lampara dasar tertinggi terjadi pada tahun 2014. Pada tahun 2014 disebabkan beralihnya alat tangkap jaring Insang. Alat tangkap Lampara dasar menurun pada tahun 2009 dikarenakan trip penangkapan pada tahun 2007 ke 2008 meningkat dari 2.346 ke 3.467 sehingga pada tahun 2009 trip penangkapan Lampara dasar menurun sekitar 3.306 untuk persediaan stok ikan dilaut.

B. Jumlah dan ukuran kapal di PPS Belawan

Jumlah dan ukuran armada kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(5)

59 Tabel 2. Jenis dan Jumlah kapal di PPS Belawan

Tahun 5-10 GT 10-30 GT 30-60 GT 60-100 GT 100-200 GT Jumlah 2010 108 252 60 35 81 556 2011 90 284 54 34 74 554 2012 106 270 54 32 71 541 2013 162 200 179 26 60 627 2014 68 160 165 27 53 474

Sumber: Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan tahun 2015.

Berdasarkan Tabel 2 jumlah kapal 5-10 GT di PPS Belawan mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan rata-rata alat tangkap yang digunakan kapal 5-10 GT adalah Purse seine, Pancing, Lampara dasar dan jaring Insang. Jumlah tertinggi yaitu pada tahun 2013 sekitar 162 unit dikarenakan penggunaan alat tangkap untuk kapal 5-10 GT selalu meningkat. Jumlah terendah pada tahun 2014 dikarenakan penggunaan alat tangkap seperti Purse seine dan jaring insang menurun drastis.

Jumlah kapal 10-30 GT di PPS Belawan setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan rata-rata alat tangkap yang digunakan adalah Purse seine, Pancing, Lampara dasar dan jaring Insang. Jumlah tertinggi yaitu pada tahun 2011 penggunaan alat tangkap Pancing dan Lampara dasar meningkat. Jumlah terendah pada tahun 2014 dikarenakan penggunaan alat tangkap Purse seine dan Pancing menurun drastis.

Jumlah kapal 30-60 GT di PPS Belawan setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan rata-rata alat tangkap yang digunakan adalah Purse seine, Lampara dasar, dan Pukat ikan. Jumlah tertinggi yaitu pada tahun 2013 penggunaan alat tangkap Purse seine dan Lampara dasar meningkat. Jumlah terendah pada tahun 2011 dan 2012 dikarenakan penggunaan alat tangkap Pukat ikan menurun.

Jumlah kapal 60-100 GT di PPS Belawan setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan rata-rata alat tangkap yang digunakan adalah Purse seine, dan Pukat ikan. Jumlah tertinggi yaitu pada tahun 2010 penggunaan alat tangkap Pukat ikan meningkat. Jumlah terendah pada tahun 2013 dikarenakan menurun.

Jumlah kapal 100 ± 200 GT di PPS Belawan setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan rata-rata alat tangkap yang digunakan adalah Purse seine, dan Pukat ikan. Jumlah tertinggi yaitu pada tahun 2010 penggunaan alat tangkap Pukat ikan meningkat. Jumlah terendah pada tahun 2014 dikarenakan penggunaan alat tangkap Purse seine dan Pukat ikan menurun.

C.Jumlah kedatangan dan kunjungan kapal di PPS Belawan

Jumlah kedatangan dan kunjungan kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Jenis dan Jumlah kapal di PPS Belawan

No Tahun Kedatangan Kunjungan kapal dari luar Jumlah

1 2009 15.027 65.790 80.817 unit 2 2010 15.751 66.001 81.752 unit 3 2011 15.983 64.908 80. 891 unit 4 2012 15.796 66.281 82. 077 unit 5 2013 14.790 72.805 87.595 unit 6 2014 11.712 92.262 103. 937 unit

Sumber: Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan 2015.

Jumlah kapasitas logistik di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4. Jenis dan Jumlah kapal di PPS Belawan

Tahun Kapasitas Logistik

Air (m3) Es (Ton) Garam (Ton) Solar (kl)

2009 212. 024 93. 858 2. 367 79. 437 2010 52. 604 167. 268 552 81. 724 2011 51. 978 157. 344 620 76. 918 2012 51. 076 149. 347 613 73 .718 2013 47. 754 134. 728 545 56. 993 2014 41. 122 110. 828 411 54. 024 Jumlah 466.558 818.373 5.108 422.814 Rata-rata 76.093 135.562 851 70.469

Sumber: Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan tahun 2015.

Berdasarkan Tabel 3 dan 4, kedatangan kapal yaitu kapal yang berasal dari Belawan yang bersandar di dermaga sedangkan kunjungan kapal dari luar yang bersandar di dermaga untuk bongkar muat, membeli kebutuhan logistik, untuk memperbaiki kapal dan menunggu musim penangkapan. Kedatangan kapal di PPS

(6)

60 Belawan yang paling tinggi pada tahun 2011 mengalami peningkatan dikarenakan trip penangkapan untuk alat tangkap Lampara dasar, jaring Insang dan Pancing meningkat. Kedatangan kapal pada tahun 2014 mengalami penurunan. Kecenderungan menurun kedatangan kapal yang menurun pada tahun 2014 ini dikarenakan alat tangkap Purse seine, Pukat ikan dan jaring Insang banyak yang tidak beroperasikan.

Kebutuhan logistik untuk pembengkalan untuk melaut untuk kapal dari dalam dan kunjungan kapal dari luar yaitu berupa garam, air, es dan solar. Kebutuhan logistik setiap tahun menurun dikarenakan kapal dari belawan setiap tahunnya juga menurun tetapi berbeda untuk kunjungan kapal dari luar belawan yang setiap tahun meningkat.Kunjungan kapal yang dari luar yang bersandar di PPS Belawan tidak hanya untuk membeli kebutuhan logistic tetapi untuk bongkar muat, memperbaiki kapal dan untuk menunggu musim penangkapan.

Kunjungan kapal dari luar di PPS Belawan yang tertinggi pada tahun 2014 mengalami peningkatan dikarenakan banyaknya kunjungan kapal dari luar daerah untuk mengisi pembekalan kapal yang melaut. Jumlah kunjungan paling rendah yaitu pada tahun 2011. Kunjungan kapal yang menurun pada tahun 2011 dipengaruhi oleh cuaca dan musim yang sangat buruk di PPS Belawan yang menyebabkan kunjungan kapal yang datang ke PPS Belawan menurun.

D.Produksi dan nilai produksi

Jumlah dan ukuran armada kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Produksi Ikan di PPS Belawan Tahun

Produksi Ikan (ton)

Nilai Produksi (Rp) Produksi (Ton) Ekspor (Beku & Segar) Lokal (Segar) Olahan (Asin & Kering) 2009 57.584 10.067 35.509 12.008 1.000.699.333.355 2010 60.740 13.137 32.283 15.318 1.130.698.308.764 2011 62.980 16.073 33.254 13.653 1.377.212.439.940 2012 63.30 16.162 33.150 13.991 1.532.813.242.402 2013 56.430 14.731 30.893 10.805 1.473.541.449.796 2014 49.788 13.801 27.991 8.076 1.369.352.500.720 Jumlah 350.826 83.971 193.080 73.851 7.884.317.274.977 Rata-rata 58.471 13.995 32.180 12.308 1.314.052.879.162 Sumber: Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, 2015.

Berdasarkan Tabel 5 Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan mendistribuskan hasil tangkapan ke pasar lokal (domestik) dan ekspor. Distribusi olahan ikan asin dan kering yang paling laris di pasar lokal dan kota pulau jawa. Distribusi ikan segar dan beku diekspor ke Singapura, Cina, Amerika dan Eropa.

Produksi dan nilai produksi untuk ikan meningkat pada tahun 2009-2012 namun pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan. Pasar lokal dan ekspor ikan dilakukan oleh perusahaan yang ada di PPS Belawan. Tahun 2012 adalah puncak dari produksi dan nilai produksi untuk distribusi ekspor, lokal dan olahan dengan produksi sekitar 63.304 ton dan nilai produksi Rp. 1.532.813.242.402, selanjutnya menurun pada tahun 2013 dan 2014, penyebabnya adalah rupiah yang melemah di pasar global, produksi ikan yang diperuntukan untuk ekspor juga menurun jumlahnya dan kedatangan kapal semakin menurun. Penurunan produksi ikan untuk ekspor kemungkinan dibatasi negara untuk tujuan ekspor, permintaan yang menurun dari negara-negara tujuan ekspor dan penurunan produksi perikanan itu sendiri, kemudian adanya penurunan mutu dari ikan yang didaratkan di PPS Belawan dikarenakan biasanya ikan untuk ekspor harus memiliki mutu di atas rata-rata.

Analisis Tingkat Pemanfaatan Pelabuhan 1. Fasilitas Pokok

Fasilitas dasar yang dimiliki oleh Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Fasilitas Dasar PPS Belawan tahun 2015

No. Fasilitas Dasar Volume Satuan Keterangan 1. Lahan Pelabuhan 376.000 m2 Sudah termanfaatkan

2. Dermaga 154 x 8 m2 Sudah termanfaatkan

3. Alur pelayaran 1500 x 150 m2 Sudah termanfaatkan

4. Jetty 48 x 7 m2 Sudah termanfaatkan

5. Turap/revetment 265 m2 Sudah termanfaatkan

6. Jalan lingkungan Pelabuhan 2512 x 8 m2 Sudah termanfaatkan

7. Drainase 2.978 m2 Sudah termanfaatkan

(7)

61

2. Fasilitas Fungsional

Fasilitas fungsional yang dimiliki PPS Belawan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Fasilitas Fungsional PPS Belawan tahun 2015

No. Fasilitas Fungsional Volume Satuan Keterangan 1. Kantor Pelabuhan 852 m2 Sudah termanfaatkan 2. Kantor syabandar 200 m2 Sudah termanfaatkan

4. Transit Site 670 m2 Sudah termanfaatkan

5. Menara pengawas 30 m2 Belum termanfaatkan

6. Bengkel 3.078 m2 Sudah termanfaatkan

7. Gedung Pengolahan 250 m2 m2 Sudah termanfaatkan

8. Rambu Suar 16 m2 Sudah termanfaatkan

9. Pos Terpadu 70 m2 Sudah termanfaatkan

10. Cold Storage 11 Unit Sudah termanfaatkan

11. Bus pegawai 1 Unit Sudah termanfaatkan

12. Docking 2 Unit Sudah termanfaatkan

13. Kios BAP 12 Unit Sudah termanfaatkan

14. APMS dan SPDN 6 Unit Sudah termanfaatkan

15. Pabrik es 4 Unit Sudah termanfaatkan

Sumber : Profil Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Tahun 2015.

Analisis Tingkat Pemanfaatan Pelabuhan 1. Fasilitas Pokok

a) Lahan Pelabuhan

PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera) Belawan dibangun di Gabion Medan dengan luas area 376.000 m2. Di lahan tersebut PPS Belawan membangun beberapa fasilitas yang diperlukan nelayan sebagai menunjang penangkapan ikan seperti: Dermaga, Turap/Revetment, Jetty, Jalan Lingkungan Pelabuhan, Drainase, Kantor Pelabuhan,Kantor Pelayanan Terpadu, Gedung Pengolahan, Transit Site, Pos Terpadu, Bengkel, Kios Waserda, Balai Pertemuan Nelayan, MCK umum, Rumah Dinas Kepala Pelabuhan, Pos Jaga, Taman Pelabuhan, Mess Operator, Masjid dll.

Total penggunaan lahan Pelabuhan adalah sebesar 376.000 m2 . Tingkat pemanfaatan lahan pelabuhan di PPS Belawan sudah baik. Masih banyak lahan yang kosong yang bermanfaat untuk program pengembangan pelabuhan. Hal ini disebabkan karena Pelabuhan baru beroperasi menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan pada tanggal 1 Mei 2001 Sehingga belum dilakukan pembangunan yang berarti pada Pelabuhan dan masih banyak lahan yang belum dioptimalkan fungsinya.

b) Dermaga

Dermaga yang dimiliki oleh Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, dermaga ini dibangun pada 22 Januari 2002 dan kontruksinya terbuat dari beton. Dermaga ini dengan harapan meningkatnya kedatangan dan kunjungan kapal ke PPS Belawan untuk melakukan mengisi perbekalan dan sebagainya. Dermaga merupakan tempat kapal tambat untuk melakukan kegiatan pengisian bahan bakar minyak, air bersih dan bongkar hasil tangkapan ikan karena posisinya lebih dekat dengan Transit Site dan tangkahan.

Panjang dermaga keseluruhan di PPS Belawan adalah 154 m dengan lebar 8 m, kegiatan operasional dermaga di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan sepenuhnya masih dilakukan oleh pihak Pelabuhan mulai dari perizinan tambat labuh, mongkar hasil tangkapan, pengisian perbekalan, dll. Dari hasil perhitungan yang ada pada lampiran 3, halaman 87 dengan panjang dermaga yang ada saat ini 154 m, masih 91% yang telah tingkat termanfaatkan sangat baik, tingkat kapasitas nelayan untuk fasilitas dermaga di PPS Belawan sudah sangat besar, hal itu disebabkan sudah meningkatnya tingkat kedatangan dan kunjungan kapal di dermaga PPS Belawankedatangan dan kunjungan kapal menarik minat pemilik kapal, pihak PPS Belawan berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan fasilitas baik itu dermaga ataupun perbekalan (BBM, es, air bersih) dan berupaya untuk mendatangkan pihak swasta untuk mengelola fasilitas khususnya dermaga.

C. Alur pelayaran

Alur pelayaran merupakan hal yang sangat menentukan dalam menjamin kelancaran keluar dan masuknya kapal-kapal dari dan menuju PPS Belawan. Alur pelayaran yang di PPS Belawan yang memanfaatkan sungai Deli di sebelah timur dan barat.

Alur pelayaran di PPS Belawan 3-4 meter, sehingga untuk keseluruhan kapal-kapal yang ada di PPS Belawan bisa berlabuh di dermaga Pelabuhan. Tingkat pemanfaatan alur pelayaran 84%, untuk tingkat kapasitasnya sudah baik karena kedalaman alur pelayaran memungkinkan untuk kapal besar masuk kedalam Pelabuhan.

(8)

62

2. Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Fungsional

a. Transit Site

Transite Site di PPS Belawan tidak melakukan sistem lelang ikan sehingga hanya melalui agen ikan langsung. Sistem lelang di PPS Belawan tidak ada karena memang karena banyaknya Tangkahan, aktivitas mulai dari ikan yang sudah didaratkan masuk kedalam Tangkahan, dilakukannya penyortiran, penimbangan danaktivitas jual ikan kepada pihakkonsumen. Ikan yang sudah mendarat langsung di ambil oleh perusahan dan penjual yang lebih kecil. Kemudian, ikan tersebut di distribusikan secara domestik dan ada juga untuk ekspor ke beberapa negara, seperti : Thailand, Jepang, Amerika dan Uni-Eropa.

b. SPDN

Fasilitas suplai BBM yang ada di PPS Belawan, memiliki kapasitas yang di tampung di dalam tangki BBM sebesar SPDN di PPS Belawan sekarang ini telah di investasi oleh pihak swasta. Dimana kebutuhan bahan bakar solar yang digunakan nelayan setiap harinya 150 kl. Pemanfaatan yang telah digunakan adalah 49 %. Jangka waktu yang diberikan sebagian besar sesuai lama trip penangkapan.

c. Pabrik Es

Pabrik es yang terdapat di PPS Belawan, memiliki kapasitas yang ditampung sebesar 622 ton. Dimana nelayan membutuhkan es balok setiap harinya sebesar 303 ton. Pabrik es di PPS Belawan telah di investasi ke pihak swasta untuk bekerja sama. Pemanfaatan yang telah digunakan sebesar 49 %. Jangka waktu diberikan diberikan sebagian besar sesuai dengan lama trip penangkapan.

Analisis Tingkat Pemanfaatan Bagi Para Pengguna

Analisis ini menggunakan media kuesioner yang dibagikan ke dalam 2 jenis responden yaitu internal berupa pegawai dan eksternal berupa nelayan. Kuesioner dilakukan uji validitas dan reliabilitas agar dapat diketahui kuesioner tersebut valid atau tidak, dan konsisten atau tidak apabila diberikan kepada responden. Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk mengetahui kevalid an dan konsistensi dari suatu angket dan kuesioner. Hasil uji validitas pertanyaan tentang Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Dasar dan Fungsional di Belawan dengan mengacu pada distribusi nilai rtabel signifikasi 5% untuk 10 responden dan 10 pegawai di PPS Belawan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji Validitas Pertanyaan Responden Responden Rata-rata Korelasi Nilai r-tabel signifikasi 5% Rata-rata probalitas [Sig.(2tailed) Rata-rata Probalitas Kesimpulan Pegawai 0,753 0,632 0,018 0,05 Valid Nelayan 0,707 0,632 0,024 0,05 Valid

Pemilik kapal 0,975 0,878 0,023 0,05 Valid

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat untuk responden pegawai terdapat 14 pertanyaan. Nilai rtabel signifikansi 5% untuk 10 responden adalah 0,632. Nilai korelasi berada pada kisaran 0,635-0,864. Nilai korelasi seluruhnya lebih dari nilai rtabel signifikansi yang sehingga dikatakan valid. Ditinjau dari nilai probalitas 0,05 sehingga semua item valid dan dapat digunakan.

Responden nelayan terdapat 7 pertanyaan. Nilai rtabel signifikansi 5% untuk 10 responden adalah 0,632. Nilai korelasi berada pada kisaran 0,643-0,805. Nilai korelasi seluruhnya lebih dari nilai rtabel signifikansi yang sehingga dikatakan valid. Ditinjau dari nilai probalitas 0,05 sehingga semua item valid dan dapat digunakan.

Responden pemilik kapal terdapat 7 pertanyaan. Nilai rtabel signifikansi 5% untuk 5 responden adalah 0,878. Nilai korelasi berada pada kisaran 0,879-0,922. Nilai korelasi seluruhnya lebih dari nilai rtabel signifikansi yang sehingga dikatakan valid. Ditimjau dari nilai probalitas 0,05 sehingga semua item valid dan dapat digunakan.

Hasil uji Reabilitas pertanyaan tentang Tingkat pemanfaatan fasilitas dasar dan fungsional terhadap 10 pegawai, 10 responden nelayan dan 5 responden pemilik kapal dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji Reliabilitas Pertanyaan Pada Pegawai, Nelayan dan Pemilik Kapal Responden &URQEDFK¶V $OSKD Nilai rtabel

Signifikansi 5%

N of Items Kesimpulan

Pegawai 0,941 0,632 14 Reliabel

Nelayan 0,849 0,0632 7 Reliabel

Pemilik Kapal 0,950 0,878 7 Reliabel

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan perhitungan jumlah responden pegawai, nelayan dan pemilik kapal masing-masing adalah 10 untuk pegawai dan nelayan dan 5 untuk pemilik kapal sehingga Berdasarkan tabel distribusi nilai rtabel dengan tingkat signifikan 5% adalah 0,632 untuk pegawai, nelayan dan 0,878 untuk pemilik kapal. Kuesioner untuk pegawai mempunyai alpha sebesar 0,941, kuesioner untuk nelayan adalah 0,849 dan kuesioner untuk

(9)

63 pemilik kapal mmempunyai alpha sebesar 0,950. Dari ketiga golongan responden diatas, maka nilai alpha > r tabel, sehingga kuesioner dikatakan konsisten dan kuesioner dapat digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Nurdyana, Emylyani, Abdul Rosyid, dan Herry Boesono. 2013. Strategi Peningkatan Pemanfaatan Fasilitas Dasar dan Fungsional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegal Sari Kota Tegal. Jurnal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 2 (2): 35-45.

Nurholis, Jonny Zain, dan Syaifuddin. 2012. Study on Functional Fascilities Utilization of Bungus Fishing Port at West Sumatera Province.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=187185&val=6450&title=Study%20On%20Function al%20Facilities%20Utilization%20Of%20Bungus%20Fishing%20Port%20At%20West%20Sumatera%2 0Province. (Diakses 3 Januari 2016)

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. 08/MEN/2012 tentang Kepelabuhan Perikanan.

Santosa, Purbayu Budi dan Ashari. 2012. Analisis Statistik dengan Menggunakan Microsoft Excel dan SPSS. Andi. Yogyakarta.

Yahya, Emil, Abdul Rosyid dan Agus Suherman. 2013. Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Dasar dan Fungsional dalam Strategi Peningkatan Produksi di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal Jawa Tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 2(1):56-65.

Gambar

Tabel 1. Jenis dan Jumlah kapal di PPS Belawan  No  Tahun
Tabel 3. Jenis dan Jumlah kapal di PPS Belawan
Tabel 5. Produksi Ikan di PPS Belawan   Tahun
Tabel 9. Uji Reliabilitas Pertanyaan Pada Pegawai, Nelayan dan Pemilik Kapal  Responden  &amp;URQEDFK¶V $OSKD  Nilai rtabel

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil diatas menunjukkan bahwasanya kualitas pelayanan sangat berpengaruh terhadap kepuasan anggota travel umrah, hal ini dibuktikan dengan indikator kualitas

- direndam dalam HCl 0,1 M selama 24 jam - disaring dengan kertas saring - dicuci dengan aquades hingga bebas dari ion Cl- penambahan AgNO3 pada air pencucian sampel batang jagung

Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori lifespan of control archieve/ lingkaran kehidupan arsip yang meliputi tahap penciptaan, pengurusan dan

Dari hasil observasi diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran fiqh, al Qur’an hadis, Aqidah Akhlak, SKI dan Ba- hasa Arab kelas 3 di MI Walisongo Ngaliyan berjalan baik dan

Solusi yang ditawarkan adalah diseminasi RTH pemukiman yang meningkatkan biodiversitas flora, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang fungsi RTH, manfaat RTH dengan

Penyelesaian persamaan Schrödinger untuk potensial tertentu dapat ditemukan dengan cara mengubahnya menjadi persamaan diferensial tipe hipergeometri dengan melalui

Pada hari ini rabu tanggal 25 bulan Agustus tahun dua ribu lima belas, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ngawi telah menerima Laporan Awal Dana Kampanye Pasangan Calon Bupati dan

Diterapkannya Primary Care di UPTD Puskesmas Cisalak diharapkan untuk menciptakan kemudahan dalam menggunakan Primary Care dikalangan petugas untuk melayani pasien peserta