• Tidak ada hasil yang ditemukan

Valuasi Ekonomi Sumber Daya Hutan Mangrove di Desa Tongke-Tongke Kecamatan Sinjai Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Valuasi Ekonomi Sumber Daya Hutan Mangrove di Desa Tongke-Tongke Kecamatan Sinjai Timur"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar

oleh

NUR RACHMA ANNISA 90300114117

ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2018

(2)

i

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawahini: Nama :Nur Rachma Annisa

NIM :90300114117

Tempat/TglLahir :Sinjai, 18Januari 1996 Jurusan :Ilmu Ekonomi

Fakultas :Ekonomi dan Bisnis Islam Alamat :Jl. Sultan Hasanuddin.

Judul :Valuasi Ekonomi Sumber Daya Hutan Mangrove di Desa Tongke-Tongke Kecamatan Sinjai Timur.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar dan hasil karya sendiri. Jika kemudian hari bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, atau dibuat orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi ini dang elar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 15 November 2018 Penyusun,

NurRachmaAnnisa Nim: 90300114117

(3)
(4)

ii

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atasberkah, rahmat, hidayah, dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapatmenyelesaikan Laporan Skripsi dengan judul “Valuasi Ekonomi Hutan Mangrovedi desa Tongke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai” disusun berdasarkan hasilpenelitian dilapangan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Salawat dan salam juga senantiasa kita panjatkan kepada Baginda Nabi besar Muhammad SAW yang selalu menjadipanutan, suri tauladan, dan pemberi jalan kearah yang benarbagikitasemua.

Dalam penyusunan Laporan Skripsi ini penulis banyak mendapat saran,dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yangmerupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi.

Untuk itu dalam bagian ini penulis juga ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak yang sudah memberikan bantuan, dukungan, semangat, bimbingan dan saran-saran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Rasa terimakasih ini ingin penulis sampaikan terutama kepada:

1. Kedua Orang tua saya Abd Rais Dan Emmawati yang sudah bersusah payah membesarkan dan menafkahi saya sampai sekarang, yang tidak pernah mengeluh bekerja keras banting tulang tanpa mengenal lelah, beserta ibu Emmawati yang sangat tulus memberikan kasih sayang yang tidak ada duanya di dunia, serta kesabarannya yang menyadarkan

(5)

iii

Arisandi yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, dan nasehat, pesan moral dan materi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Musafir Pabbabari, M.Si, sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar dan para Wakil Rektor serta seluruh jajarannya. 3. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi danBisnis Islam UIN Alauddin Makassar dan para Wakil Dekan.

4. Bapak Dr. Siradjuddin, S.E., M.Si dan Hasbiullah, S.E.,M.Si, selaku Ketuadan Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atassegala kontribusi, bantuan dan bimbingannnya selama ini.

5. Bapak Dr. Syaharuddin M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Bahrul Ulum Rusydi, SE.,M.Si selaku Dosen Pembimbing II dan Dr. Siradjuddin,SE., M.Si, selaku penguji I dan Dr. H. Abdul Wahab., S.E., M.Si, selaku penguji II yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikanbimbingan, petunjuk, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Untuk penguji komprehensif Bapak Dr. Siradjuddin, S.E., M.Si, Bapak Mustafa Umar, S.Ag., M.Ag., yang telahmengajarkan kepada saya bahwa dalam menuntut ilmu bukan nilai yangdiutamakan tetapi ilmunya yang lebih penting.

(6)

iv

ilmupengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Universitas IslamNegeri Alauddin Makassar.

8. Seluruh pegawai Staf Akademik, Staf Perpustakaan, Staf Jurusan IlmuEkonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan bantuandalam penulisan skripsi ini.

9. Untuk sepupuku Ana Faradillah (smoga cepat nyusul), serta tante dan omku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih atas amazing doanya.

10. Kak Nurdin yang selalu ada di saat susah maupun senang, memberikan semangat,kontribusi, keikhlasan jadi pelampiasan stres karena skripsi, serta dukungan baik moril maupun materisehingga penulis bisa menyelelesaikan penulisan skripsi ini.

11. Para sahabat yang punya kost Hijau Lestari sepotong, Nur Mar atun Sholeha, Fatmawati, Fitriani, Dewi Sartika, Irmayani, Darfiana, yang selalu memberikan masukan dalam mengerjakan skripsi.

12. Teman-teman Ilmu Ekonomi C yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya, trima kasih sudah memberikan informasi sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.

13. Teman-teman KKN angkatan 58 Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, terkhususnya desa Pa’bundukang, Sifah Fauziah, Nadya Putri, Putri (Pute), Jaitun, Musdalifah, Nurhidayah, Ashari, Hajar Aswad, dan Firman Selama 1 bulan 15 hari yang merupakan waktu berharga untuk kita saling mengenal dan berbagi pengalaman.

(7)

v terlupakan.

14. Keluarga besar H. Agus dg Bella dan St. Syamsiah dg Kebo, Bunda Sufiati Asrul, Tetta Asrul, Syifa, Kak Dodie, Kak Toto yang punya posko selama kkn, yang kebaikannya tidak bisa diukur dengan apapun, semoga Ajji Bella cepat diangkat penyakitnya, dan sehat seperti sedia kala begitupun dengan keluarga yang lain semoga selalu dalam lindungan Allah Swt.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak danpenulis secara terkhusus. Penulis juga menyadari bahwa skripsi jauh dari kesempurnaan. Dengan segenap kerendahan hati penulis berharap semoga kekurangan yang ada pada skripsi ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umunya

Gowa, 14 November 2018 Penulis,

Nur Rachma Annisa NIM: 90300114117

(8)

vi

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR TABEL ...ix

ABSTRAK ...x BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang ...1 B. Rumusan Masalah ...8 C. Tujuan Penelitian...8 D. Manfaat Penelitian...9 E. PenelitianTerdahulu ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...13

2.1 Ekosistem Mangrove...13

a. Karakteristik Mangrove ...15

b. FungsiEkosistemHutan Mangrove...15

2.2 ValuasiEkonomi ...18

2.3 KerangkaPikir...23

BAB III METODE PENELITIAN ...24

A. Jenis Penelitian ...24

B. LokasidanWaktuPenelitian...24

C. Jenis Dan Sumber Data...24

D. Populasi Dan Sampel...25

E. Teknik Pengumpulan Data ...26

F. TeknikAnalisis Data ...27

G. VariabelPenelitian Dan DefinisiOperasional...29

BAB IV PEMBAHASAN...31

A. KeadaanUmum Wilayah ...31

B. Letak Geografis dan Administrasi Daerah...31

C. Keadaan Demografi ...36

D. Sarana dan Prasarana Desa...40

E. Kesehatan ...41 F. Keagamaan...41 G. Kesehatan Sosial ...42 H. Tenaga Kerja ...43 I. Pemerintah umum ...43 J. Organisasi Kesejahteraan ...45

I. Badan permusyawaratan Desa (BPD)...45

II. PEMBAHASAN ...46

(9)

vii 2. Tingkat pendidikan...53 3. TanggunganKeluarga ...53 4. JumlahPendapatan ...54 c. ManfaatLangsung...55 d. Manfaat tidaklangsung ...59 BAB V PENUTUP...63 A. Kesimpulan ...63 B. Saran...64 DAFTAR PUSTAKA...66 LAMPIRAN... 68 RIWAYAT HIDUP ... 79

(10)

viii

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka pikir ...26

2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa...40

3. Hambatan Pertumbuhan Batang Mangrove ...58

(11)

ix

Tabel 1.Penyebaran Luas Hutan Mangrove Kecamatan Sinjai Timur

KabupatenSinjai...5

Tabel 2 Pemanfaatan HutanMangrove...7

Tabel 3 Penelitian Terdahulu ...11

Tabel 4Kepala Desa yang pernah memimpin di Desa Tongke-Tongke secaraberturut-turut ...39

Tabel 5Tata Guna Lahan...40

Tabel 6Jumlah Kepala Keluarga ...41

Tabel 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...41

Tabel 8 Tingkat Pendidikan MasyarakatDesa Tongke-tongke 2018 ...43

Tabel 9Mata Pencaharian Masyarakat Desa Tongke-tongke 2018...44

Tabel10 Jumlah Sarana dan PrasaranaDesa...45

Tabel 11 Sarana dan Prasarana Kesehatan...46

Tabel 12 Mesjid yang ada di Desa Tongke-tongke...47

Tabel 13 Perkembangan Penyandang Masalah KesejahteraanSosial ...48

Tabel 14 Tenaga Kerja Masyarakat Desa Tongke-tongke Tahun 2018...48

Tabel 15 Nama Pejabat Wilayah Administrasi Pemerintah Desa Tongke-TongkeTahun 2017 ...49

Tabel 16 Nama Ketua RW Se Desa Tongke-Tongke ...50

Tabel 17Nama Ketua RT Se Desa Tongke-Tongke...50

Tabel 18 Nama Anggota Badan Permusyawaratan Desa Tongke-Tongke...52

Tabel 19 Tingkat Umur Responden ...52

Tabel 20 Tingkat Pendidikan Responden di Lokasi Penelitian Desa Tongke-Tongke ...53

Tabel 21 Data Tanggungan KeluargaResponden...54

Tabel 22 Jumlah pendapatan perbulan responden di lokasi penelitian...55

Tabel 23 pendapatanpertahunrespondenpencarikayubakar...56

Table 24 NilaiManfaatEkonomiTangkapanIkan...57

Table 25NilaiManfaatEkonomiPencariKepiting...58

(12)

x

Nim : 90300114117

Judul : ValuasiEkonomiSumberDayaHutan Mangrove di DesaTongke-TongkeKecamatanSinjaiTimur

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai manfaat langsung, nilai manfaat tidak langsung dan nilai total ekonomi dari ekosistem hutan mangrove di Desa Tongke-tongke Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Sumber data berasal dari pemberian kuesioner, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dengan jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 50 orang, diantaranya penangkapan ikan, pencari kepiting, kayu bakar, dan bibit udang, dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan menggunakan rumus slovin dengan hasil 34 responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sejumlah masyarakat pesisir desa Tongke-tongke melakukan pemanfaatan hutan mangrove secara langsung berupa kayu bakar, pencari kepiting, penangkapan ikan dan bibit udang.Penangkapan ikanRp 300.304.2000/th, penangkapan kepiting Rp. 34.500.000/th, dan bibit udangRp. 23.000.000/th. Hasil penilaian manfaat tidak langsung dari penahan abrasiRp. 10.678.713.518/th, penahan intrusi air laut Rp. 3.748.096.000, dan pariwisata Rp. 55.000.000/tahun. Dan Perolehan total nilai ekonomi manfaat langsung dan tidak langsung dari hutan mangrove adalah sebesar Rp. 15.195.761.444/tahun

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumberdaya yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia (UNEP, 2014). Selain berperan sebagai penyangga kehidupan flora dan fauna dalam keseimbangan ekosistem, hutan juga merupakan bentuk kekayaan alam yang menjadi sumber devisa suatu negara. Memasuki era globalisasi, percepatan pertumbuhan ekonomi meningkatkan kebutuhan baik di bidang pertanian, infrastruktur, kebutuhan lahan, maupun sektor lain. Peningkatan kebutuhan tersebut menyebabkan tekanan terhadap hutan semakin tinggi. Hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem hutan yang paling produktif di dunia juga mengalami tekanan yang sama.Tindakan perluasan lahan pemukiman dan tambak di wilayah pesisir menyebabkan degradasi hutan mangrove menjadi sangat tinggi, sebagai contoh adalah berkurangnya luasan hutan mangrove dari tahun ke tahun, hal ini tidak terlepas dari ulah manusia yang kurang paham akan kelestarian dan manfaat dari hutan mangrove.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pesisir yang luas, salah satunya Kabupaten Sinjai. Kabupaten Sinjai memilki sembilan pulau kecil dengan sebutan pulau pulau sembilan, dan memiliki garis pantai sepanjang 31 km. 17 yang terdapat di daratan dan 14 yang terdapat di pulau pulau. Sepanjang garis

(14)

pantai terdapat potensi ekosistem mangrove seluas 1.351.50 ha.yang tesebar pada tiga kecamatan pesisir dengan persentase luas masing masing sebagai berikut: (1) Kecamatan Sinjai Utara seluas 254.10 ha atau 18.84%, (2) Kecamatan Sinjai Timur seluas 947.50 atau 70.02%, dan (3) Kecamatan Tellulimpoe seluas 150.50 ha atau 21.14% (Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sinjai 2016).

Valuasi ekonomi adalah suatu upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia atau tidak, maka dari itu pentingnya valuasi ekonomi harus dilakukan karena banyak orang-orang tidak mengetahui bahwa hutan mangrove mempunyai manfaat ekonomi yang besar, sehingga tidak boleh dilakukan penebangan hutan secara sembarangan. Bagi kehidupan manusia, kerusakan hutan mangrove akan menjadi bumerang baik secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian dari segi ekonomi dari ekosistem hutan mangrove ini dapat dijadikan acuan dalam hal penyusunan strategi pengelolaan terhadap wilayah pesisir khususnya kesadaran bagi masyarakat desa Tongke-tongke untuk menjaga keberadaan dan kelestarian hutan mangrove di masa yang akan datang (Harahab, 2010).

Sangat disayangkan banyak pihak-pihak yang belum menyadari keberadaan sumber daya alam yang mempunyai manfaat yang sangat besar terhadap masyarakat, sehingga tidak boleh dilakukan penebangan hutan secara sembarangan, seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S Al Baqarah/2:30 yang berbunyi:

(15)



































Terjemahnya:

Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? “ Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(Al-Baqarah Ayat 30)

Orang yang merusak lingkungan berarti telah berbuat kerusakan di muka bumi yang berdampak pada kerusakan fasilitas umum (lingkungan) yang menjadikan kebutuhan dasar hidup semua makhluk di muka bumi”. (Arie Budiaman, 2007:244)

Tindakan perluasan lahan permukiman dan tambak di wilayah pesisir menyebabkan degradasi hutan mangrove menjadi sangat tinggi mengingat mangrove memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fisik (Prasetiyo, 2013) yang meliputi pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin dan ombak, penyimpan cadangan karbon (Dharmawan dan Siregar, 2008) serta penghasil unsur.Fungsi biologis (Aksornkoae, 1993; Feller et al., 2006) yang meliputi tempat bertelur dan asuhan biota, tempat bersarang burung, maupun habitat biota laut lainnya, serta fungsi ekonomi (Prasetiyo, 2013).

Orang-orang hanya menilai hutan mangrove dari nilai guna langsungnya(direct use value) saja, sehingga banyak komponen ekologi dari hutan mangrovemenjadi

(16)

kurang mendapat perhatian di dalam pengelolaan lebih lanjut,Padahal nilai guna tidak langsung (indirect use value) dari ekosistem hutan mangrove di Sinjai sangat memberikan manfaat yang segnifikan bagi masyarakat desa Tongke-tongke.

Upaya pelestarian kembali hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan beberapa waktu lalu, telah menjadi perhatian oleh masyarakat desa Tongke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai dengan melakukan penanaman kembali terhadap hutan mangrove yang rusak melalui swadaya masyarakat. (Dinas lingkungan hidup dan kehutanan Kabupaten Sinjai)

Masyarakat desa Tongke-tongke lebih dominan memiliki mata pencaharian menjadi nelayan, itu sebabnya mereka sangat bergantung kepada laut dan keberadaan hutan mangrove ini.Hutan mangrove perlu dilihat nilai ekonominya karena berpeluang besar kepada pemerintah daerah setempat terkait pemungutan biaya tiket masuk untuk para wisatawan yang hendak menikmati keindahan hutan mangrove.

Selain itu para masyarakat pun dapat memanfaatkan kesempatan kerja yaitu membuka lahan parkir di depan rumahnya, berjualan disekitar kawasan hutan mangrove dan menyediakan sewa kamera bagi para wisatawan yang hendak mengabadikan gambar yang jelas dan jernih di kawasan hutan mangrove tersebut. Komposisi hutan mangrove sangat identik dengan keuinikannya sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan (Sapruddin dan Halidah: 214).

Adapun penyebaran luas hutan mangrove di Desa Tongke-tongke Kecamatan Sinjai Timur seperti pada tabel 1. Dibawah ini:

(17)

Tabel 1.Penyebaran Luas Hutan Bakau (Mangrove) Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

No. Nama Lokasi Desa/Keluarahan Luas (Ha)

1 Bentenge Ds. Tongke-tongke 37.50 2 Cempae Ds. Tongke-tongke 60.00 3 Babana Ds. Tongke-tongke 35.00 4 Maroanging Ds. Tongke-tongke 15.00 5 Baringeng Ds. Panaikang 36.50 6 Karosi Ds. Panaikang 20.00 6 Passahakue Ds. Pasimarannu 20.50 7 Marana Ds. Pasimarannu 15.00 8 Takkalala Ds. Sanjai 11.50

9 Ujung Kupang Ds. Sanjai 15.50

Jumlah 266.50

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sinjai 2016.

Perhitungan nilai ekonomi sumberdaya hutan mangrove adalah suatu upaya melihat manfaat dan biaya dari sumberdaya dalam bentuk moneter yang mempertimbangkan lingkungan.Wilayah pesisir memiliki nilai ekonomi tinggi, namun terancam keberlanjutannya.Dengan potensi yang unik dan bernilai ekonomi tadi maka wilayah pesisir dihadapkan pada ancaman yang tinggi pula, maka hendaknya wilayah pesisir ditangani secara khusus agar hutan mangrove di Desa Tongke-tongke ini dapat dikelola secara berkelanjutan (Kay dan Alder, 1999). Hutan mangrove yang dahulu dianggap sebagai hutan yang kurang mempunyai nilai ekonomis, ternyata merupakan sumberdaya alam yang cukup berpotensi besar sebagai sumber penghasil devisa serta sumber mata pencaharian bagi masyarakat Desa Tongke-tongke.

(18)

Pentingnya peranan maupun fungsi dari ekosistem hutan mangrove tersebut memunculkan tantangan untuk mengetahui bagaimana memberikan nilai yang komprehensif terhadap manfaat tersebut, proses penilaian dilakukan dengan memberikan harga terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh ekosistem mangrove menurut Barbier (1991), dibagi menjadi dua yaitu nilai manfaat langsung (direct use value) dan nilai mnfaat tidak langsung (indirect use value). Nilai manfaat langsung (direct use value) adalah hasil yang langsung dapat dipungut dan dimanfaatkan serta memperoleh nilai yang menambah pendapatan masyarakat.

Adapun pemanfaatan hutan mangrove Desa Tongke-tongke Kecamatan Sinjai Timur sebagai berikut:

(19)

Tabel 2. Pemanfaatan Hutan Mangrove

No. Pemanfaatan Hutan Mangrove Penjelasan

1 Obyek Wisata

Manfaat tidak langsung (indirect use value)

Masyarakat Desa Tongke-tongke pemanfaatkan obyek wisata hutan mangrove sebagai penyedia lapangan kerja dengan berjualan, membuka kafe terapung, dan memanfaatkan lahan teras perumahan sebagai area parkir bagi pengunjung. 2 Perlindungan terhadap bencana alam

nilai guna tidak langsung (indirect use value)

Hutan mangrove dapat mencegah bencana alam, karena salah satu fungsi utama hutan mangrove adalah untuk melindungi garis pantai dari abrasi dan meredam gelombang besar seperti tsunami.

3 Sumber Benih

Manfaat tidak langsung (indirect use value)

Sistem pemanfaatanberupa benih mangrove dikelola melalui kelembagaan kelompok tani bakau atau Kelompok Pelestari Sumbedaya alam di desa tongke-tongke (KPSA). Hasil Penjualan benih dikenakan retribusi hasil hutan ikutan oleh Pemerintah Kabupaten Sinjai sebesar 3% 4 Penangkapan ikan dan kepiting

Manfaat langsung (direct use value)

Potensi hutan mangrove yang telah tercipta menjadi suatu ekosistem pantai yang dapat dimanfaatkan menjadi mata pencaharian nelayan untuk menangkap ikan dan udang baik untuk di jual maupun di konsumsi

5 Pemanfaatan Kayu

Manfaat langsung (direct use value)

Pemanfaatan langsung terhadap hutan mangrove berupa kayu adalah merupakan langkah terkahir yang harus diambil. Hal ini dapat berakibat merugikan jika sistem pengawasan lemah dan tidak terkendali.

(20)

Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai manfaat ekonomi yang terdapat pada hutan mangrove di Desa Tongke-tongke.Diharapkan informasi ini dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat dalam pengelolaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa upaya pemerintah agar pengelolaan sumber daya hutan mangrove tetap terjaga terlepas dari ulah manusia agar menyadari dari kerusakan hutan mangrove di desa Tongke-tongke kecamatan Sinjai Timur?

2. Berapa nilai manfaat langsung dan manfaat tidak langsung (indirect use value), yang diperoleh dari sumberdaya hutan mangrove di desa Tongke-tongke kecamatan Sinjai Timur?

3. Berapa nilai manfaat total ekonomi, dari ekosistem sumberdaya hutan mangrove di desa Tongke-tongke kecamatan Sinjai Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengelolaan sumber daya hutan mangrove di desa tongke-tongke kecamatan Sinjai Timur menggunakan metode valuasi ekonomi. 2. Mengetahui nilai manfaat ekonomi langsung dan tidak langsungdari

hutan mangrove di desa tongke-tongke kecamatan Sinjai Timur.

3. Mengetahui nilai manfaat ekonomi total dari ekosistem hutan mangrove di desa tongke-tongke kecamatan Sinjai Timur.

(21)

C. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait diantaranya yaitu sebagai:

1. Bagi masyarakat, menjadi sumber informasi terkini mengenai kondisi hutan mangrove di Desa Tongke-tongke Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

2. Bagi pemeritah, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang potensi sumberdaya hutan mangrove dalam bentuk penyusunan konsep pengelolaan sumberdaya hutan mangrove di Desa Tongke-tongke Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

3. Bagi penulis, Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti dalam melakukan analisis masalah, khususnya dalam bidang ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan serta menerapkannya dalam kehidupan masyarakat.

D. Penelitian Terdahulu

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

No. Nama/Tahun Judul Hasil

1 Winda Desitha

Kalitouw, 2015

hutan mangrove di

Valuasi ekonomi

desa tiwoho

kecamatan wori

kabupaten

Minahasa utara

Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan kawasan ekosistem hutan mangrove Desa Tiwoho yang mempunyai luas ±62,502 ha, mempunyai nilai manfaat ekonomi total sebesar Rp. 2.316.961.823/tahun dengan penyumbang nilai manfaat terbesar adalah dari nilai manfaat tidak langsung yaitu nilai manfaat hutan mangrove sebagai penahan abrasi atau gelombang air laut. Nilai

(22)

manfaat ekonomi total ini dapat dijadikan acuan atau dasar pembanding bagi masyarakat dan pemerintah dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan mangrove yang ada. 2 Maria M.D.

Widiastuti, Novel Novri Ruata dan

Taslim Arifin/2016 Valuasi ekonomi ekosistem mangrove di wilayah pesisir kabupaten Merauke

Penelitian ini bertujuan mengetahui nilai ekonomi ekosistem mangrove di pesisir Laut Arafura meliputi 3 distrik yaitu Malind, Merauke dan Naukenjerai. Metode yang digunakan yaitu TEV (Total Economic Value) yang terdiri dari analisis nilai guna langsung menggunakan harga pasar. Nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan menggunakan benefit transfer. Nilai non guna yang terdiri dari nilai keberadaan dan nilai pewarisan

menggunakan WTP

(willingness to pay). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi hutan mangrove di kawasan pesisir pantai Laut Arafura per tahun

sebesar Rp.

213.344.656.759,00 (213 Milyar Rupiah) atau setara

dengan Rp.

21.075.240,00/ha/tahun atau setara dengan Rp. 8,6 juta rupiah per kepala keluarga. 3 Benu Olfie L. Zusana Jean Timban Rine Kaunang Fandi Ahmad/2011 Valuasi ekonomi sumberdaya hutan mangrove di desa Palaes kecamatan Likupang Barat kabupaten Minahasa Utara

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai ekonomi total hutan mangrove di Desa

Palaes sebesar

Rp10.888.218.123 per tahun,

yang

di-hitung dari manfaat langsung (Rp175.293.000 per tahun), manfaat tidak langsung (Rp10.671.627.483 per tahun)

(23)

dan manfaat pilihan (Rp.41.297.640 per tahun). Jika potensi kayu di eksploitasi didapat

keun-tungan sebesar

Rp273.617.273 per tahun. Da-pat disimpulkan bahwa jika

hutan mangrove

dipertahankan, maka keuntungan akan 39.8 kali lebih besar dibandingkan mengeksploitasi sumberdaya alam hutan mangrove Desa Palaes.

4 Yuyun Wahyuni, Eka Intan Kumala

Putri dan Sahat MH Simanjuntak/2014

Valuasi total ekonomi hutan mangrove di kawasan delta mahakam kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat empat tipe hutan mangrove yang dominan pada kawasan tersebut yaitu bakau (Rhizopora spp, api-api (Avicennia spp), pedada (Sonneratia Spp) dan nipah (Nypa Fructicans), dan mengalami penurunan fungsi (penahan abrasi, lapang pekerjaan, dan tempat tinggal) akibat berkurangnya luasan hutan mangrove. Hasilini didukung dengan perhitungan nilai ekonomi total pada tahun

2012 sebesar

Rp503.071.398.869,2. Faktor-faktor yang memengaruhi manfaat ekonomi hutan mangrove agar tetap lestari pada nilai rekreasi yaitu biayaperjalanan, umur, pekerjaan mahasiswa, dan jumlah tanggungan, sedangkan faktor yang memengaruhi keberadaan hutan mangrove yaitu pekerjaan (Swasta dan mahasiswa) dan pendapatan, sementara faktor yang berpengaruh terhadap

(24)

kelestarian bekantan yaitu pendapatan, asal dalam daerah dan luar daerah.

5 Saprudin

dan Halidah/2012

Potensi dan nilai manfaat jasa lingkungan hutan

mangrove di Kabupaten Sinjai

Sulawesi Selatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pesisir Sinjai Timur telah memanfaatkan hutan mangrove secara langsung berupa kayu, buah dan daun bakau masing-masing sebanyak 67%, 20% dan 13%. kuantifikasi dan penilaian ekonomi dari pemanfaatan fungsi sumberdaya hutan mangrove berupa manfaat kayu senilai Rp 7,85 juta/ha/th, buah bakau senilai Rp 2,04 juta/ha/th dan daun bakau senilai Rp 1,72 juta/ha/th secara keseluruhan sejumlah Rp 11,61 juta/ha/th. Perkiraan perolehan total nilai ekonomi manfaat langsung sumberdayahutan mangrove paling besar didapat dari produk kayu untuk bahan bangunan yaitu senilai Rp 847,27 juta/th, selanjutnya produk buah bakau sebagai sumber benih senilai Rp 779,28 juta/th, produk kayu bakar senilai Rp 584,80 juta/th dan paling kecil diperoleh dari daun bakau sebagai produk pakan ternak senilai Rp 292,40 juta/th.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove merupakan habitat yang sangat bermanfaat bagi banyak mahkluk hidup termasuk manusia.Seperti halnya dengan hutan pada umumnya, hutan mangrove juga berfungsi sebagai sumber produk kayu untuk bahan bangunan maupun untuk arang dan kayu bakar.Hutan mangrove juga sebagi tempat pemijahan dan pengasuhan ikan, kepiting, dan udang.Ini semua merupakan jasa lingkungan (environtmental services)yang diberikan hutan mangrove.

Menurut para ahli, Harger (1982), Hamilton & Snedaker (1984), Naamin (1990), Odumet al. (1982), dan Snedaker (1978) sependapat bahwa hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang unik, dengan berbagai macam fungsi, yaitu fungsi fisik, biologi, dan fungsi ekonomi atau produksi.

Menurut Arief (2003) kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue yang berarti tumbuhan dan grove yang berarti belukar atas hutan kecil. Kata mangrove digunakan untuk menyebut jenis pohon-pohon atau semak-semak yang tumbuh di antara batas air tinggi saat air pasang dan batas air terendah di atas rata-rata permukaan air. Sedangkan menurut Nybakken (1992:14), hutan mangrove adalah sebutan umum untuk menggambarkan suatu verietes komunitas pantai tropic yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan tumbuh dalam perairan asin.

Kustanti (2011) hutan mangrove merupakan sumberdaya alam hayati yang mempunyai berbagai keragaman potensi yang memberikan manfaat bagi

(26)

kehidupan manusia baik yang secara langsung maupun tidak langsung dan bisa dirasakan, baik oleh masyarakat yang tinggal di dekat kawasan hutan mangrove maupun masyarakat yang tinggal jauh dari kawasan hutan mangrove Selain itu mangrove menyediakan lapangan kerja langsung sekitar 0,5 juta nelayan, dan sekitar 1 juta pekerjaan di seluruh dunia tergantung pada perikanan bakau terkait, dan kepadatan penduduk tergantung pada mangrove diperkirakan sekitar 5,6 orang per meter persegi.

Menurut Piyashi Debroy dan R. Jayaraman (2012) selain perikanan tangkap, perikanan budaya juga terjadi di beberapa daerah yang kaya mangrove. Meskipun banyak manfaat disediakan oleh mangrove, mereka berada di bawah tekanan kuat dari bersaing penggunaan sumber daya, khususnya, koleksi kayu bakar, budidaya, operasi kayu chipping, konstruksi pondok, meningkat komersial kegiatan dan tuntutan perkotaan.

Sedangkan Menurut Indriyanto (2006), ekosistem merupakan suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat struktur dan fungsi, strukutur yang dimaksudkan dalam defenisi ini yakni yang berhubungan dengan keanekaragam spesies yang tinggi. Sedangkan fungsi yang dimaksud yaitu yang berhubungan dengan siklus materi dan arus energi kompenen-kompenen ekosistem.

Manfaat ekosistem mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik adalah sebagai mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi daerah yang ada di belakangnya, pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pasang tsunami, penahan lumpur, dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapat menjadi penetralisir pencemaran perairan pada batas tertentu (Lasibani dan Eni, 2009).

(27)

Manfaat lain dari ekosistem mangrove ini adalah sebagai obyek daya tarik wisata alam dan atraksi ekowisata (Sudiarta, 2006). Ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa. Ekosistem mangrove berperan penting dalam pengembangan perikanan pantai (Heriyanto dan Subiandono, 2012); karena merupakan tempat berkembang biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang, kepiting, dan udang (Kariada dan Andin, 2014; Djohan, 2007). Bagian kanopi mangrove pun merupakan habitat untuk berbagai jenis hewan darat, seperti monyet, serangga, burung, dan kelelawar (Supriharyono, 2009).

a. Karakteristik Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh pada tanah lumpur alluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Selain itu hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik, terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Egiceras, Scyphyphora dan Nypa (Soerianegara, 1987).

b. Fungsi Ekosistem hutan Mangrove

a. Fungsi fisik

Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan

(28)

angin kencang; mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat; mengolah limbah organik, dan sebagainya.

Istiyanto, Utomo dan Suranto (2003) menyimpulkan bahwa rumpun bakau (Rhizophora) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun tersebut. Hasil pengujian tersebut dapat digunakan dalam pertimbangan awal bagi perencanaan penanaman hutan mangrove bagi peredaman penjalaran gelombang tsunami di pantai.

b. Fungsi biologis

Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah.

Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana yang menjadi sumber makanan bagi banyak biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain) (Naamin, 1990).

c. Fungsi Ekologis Hutan Mangrove

Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, fungsi lainnya adalah sebagai habitat

(29)

berbagai jenis satwa liar. Keanekaragaman fauna di hutan mangrove cukup tinggi, secara garis besar dapat dibagi dua kelompok, yaitu fauna akuatik seperti ikan, udang, kerang, dan lainnya serta kelompok terestrial seperti insekta, reptilia, amphibia, mamalia, dan burung Nirarita etal., (1996).

d. Fungsi Ekonomi Hutan Mangrove

Secara garis besar mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan dan kesehatan serta lingkungan. Secara ekonomi hutan mangove yaitu:

1. Penghasil kayu, misalnya kayu bakar, arang serta kayu untuk bahan bangunan dan perabot rumah tangga.

2. Penghasil bahan baku industry, misalnya pulp, kertas, testil, makanan, obat-obatan, alcohol, kosmetik dan zat pewarna.

3. Penghasil bibit ikan, udang, kerang, telur burung dan madu.

4. Sebagai objek pariwisata, karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, adapun Fasilitas lainnya yaitu gazebo, Kantor Pengelola, Mushollah, Kios dan Play Ground, Souvenir Shop, Cafetaria, Menara Pengawas, Cottage, Dermaga Wisata Perahu, Dermaga Utama, Area Pemancingan, serta Area Pembibitan.

(30)

Besarnya peran ekosistem mangrove terhadap kehidupan dapat diamati dari keanekaragaman jenis organisme, baik yang hidup di perairan, di atas lahan, maupun ditajuk-tajuk tumbuhan mangrove serta ketergantungan manusia secara langsung terhadap ekosistem ini (Naamin dan Hardjamulia, 1991).Hutan mangrove juga merupakan kombinasi dari tanah, air, tumbuhan, binatang, dan manusia yang menghasilkan barang dan jasa (Hamilton dan Snedaker, 1984).

Bagian tanaman mangrove, termasuk batang, akar dan daun yang berjatuhan memberikan habitat bagi spesies akuatik yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove.Ekosistem ini berfungsi sebagai tempat untuk memelihara larva, tempat bertelur dan sumber pakan bagi berbagai spesies akuatik, khususnya udang dan ikan bandeng (Sikong, 1978).Selanjutnya sebagai hutan lindung pemelihara ketersediaan air, penyeimbang ekosistem, dan fungsi perlindungan lainnya. Sebagian besar hutan mangrove yang luas di Indonesia masih belum ditelusuri, yang paling umum hutan mangrove di Indonesia berada pada pantai timur Sumatra, pantai Jawa,Sulawesi, Kalimantan, dan Papua Barat (FAO,1982).

B. Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi penggunaan sumberdaya alam hingga saat ini telah berkembang pesat.Di dalam konteks ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan, perhitungan-perhitungan tentang biaya lingkungan sudah cukup banyak berkembang.

Nilai ekonomi (economic value) dari suatu barang atau jasa diukur dengan menjumlahkan kehendak untuk membayar (KUM, willingness to pay, WTP) dari banyak individu terhadap barang atau jasa yang dimaksud. Pada gilirannya, KUM

(31)

merefleksikan preferensi individu untuk suatu barang yang dipertanyakan.Jadi dengan demikian, Economic Valuation dalam konteks lingkungan hidup adalah tentang pengukuran preferensi dari masyarakat (people) untuk lingkungan hidup yang baik dibandingkan terhadap lingkungan hidup yang jelek.Valuasi merupakan fundamental untuk pemikiran pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Hal yang sangat penting untuk dimengerti adalah, apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan valuasi ekonomi.

Pada prinsipnya valuasi ekonomi bertujuan untuk memberikan nilai ekonomi kepada sumberdaya yang digunakan sesuai dengan nilai riil dari sudut pandang masyarakat. Dengan demikian dalam melakukan valuasi ekonomi perlu diketahui sejauh mana adanya bias antara harga yang terjadi dengan nilai riil yang seharusnya ditetapkan dari sumberdaya yang digunakan tersebut. Selanjutnya adalah apa penyebab terjadinya bias harga tersebut. Dalam konteks lingkungan hidup, apa yang harus dibandingkan adalah satu barang dengan harga, dan satu barang tanpa harga, misalnya ketika menentukan untuk investasi dalam pengendalian polusi, ketimbang kapasitas output ekonomi baru. Tetapi mungkin pula kita membandingkan dengan lebih dari dua barang tanpa harga (misalnya kualitas udara dan kualitas air).Dalam konteks pilihan ini diperlukan untuk memperhitungkan suatu nilai untuk barang atau jasa lingkungan.Dalam setiap kegiatan atau kebijakan selalu ditemui biaya dan manfaat sebagai akibat dari kegiatan atau kebijakan tersebut. Sebagai dasar untuk menyatakan bahwa suatu kegiatan atau kebijakan itu layak atau tidak layak diperlukan suatu penilaian atau valuasi terhadap dampak suatu kegiatan (kebijakan) terhadap lingkungan. Dampak dari suatu kegiatan dapat bersifat lagsung maupun tidak langsung, dapat juga

(32)

dampak itu dinyatakan sebagai dampak primer dan dampak sekunder.Dampak langsung atau dampak primer merupakan dampak yang timbul sebagai akibat dari tujuan utama kagiatan atau kebijkan tersebut baik itu berupa biaya maupun manfaat.

Valuasi ekonomi merupakan suatu satu cara yang digunakan untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan terlepas baik dari nilai pasar (market value) atau non pasar (non market value ). Tujuan dari studi valuasi adalah untuk menentukan besarnya Total Economic Value (TEV) pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan (Noya, 2012).

a) Nilai Ekonomi Sumberdaya

Menurut teori neoklasik, nilai ekonomi dapat dilihat dari sisi kepuasan konsumen dan keuntungan perusahaan, dengan konsep dasar yang digunakan, yaitu surplus konsumen dan surplus produsen.Sedangkan berdasarkan pandangan ecological economics tujuan penilaian tidak semata terkait dengan maksimisasi kesejahteraan individu melainkan juga terkait dengan tujuan ekologi dan keadilan distribusi.Tujuan valuasi ekonomi pada dasarnya adalah membantu pengambilan keputusan untuk menduga efisiensi ekonomi dari berbagai pemanfaatan yang mungkin dilakukan terhadap ekosistem yang ada di kawasan pesisir dan laut.

Pengertian nilai atau value, khususnya menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu.Secara umum, nilai ekonomi dapat didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya.

(33)

b) Tipologi Nilai Ekonomi Sumber Daya

Kerangka nilai ekonomi yang digunakan dalam mengevaluasi ekonomi sumberdaya alam adalah Konsep Nilai Ekonomi Total (TEV) yaitu nilai pakai langsung (direct use value), dan nilai manfat tidak langsung ( direct use value) Nilai manfaat langsung diturunkan dari pemmfaatan langsung (interaksi) antara masyarakat dengan ekosistem mangrove. Nilai manfaat tidak Iangsung didefinisikan sebagai nilai fungsi ekosistem mangrove dalam mendukung atau melindungi aktifitas ekonomi atau sering disebut sebagai jasa lingkungan.

Valuasi ekonomi adalah pemberian nilai ekonomi terhadap cadangan sumberdaya alam dan lingkungan, perubahan-perubahannya serta dampak semua kegiatan pada sumberdaya alam dan lingkungan Suparmoko, (2009:52).Nilai ekonomi total sumberdaya alam diantaranya adalah:

a. nilai guna langsung (direct use value) yaitu manfaat yang langsung diambil dari sumberdaya langsung dapat diperoleh dari suatu sumberdaya alam, nilai ini dapat diperkirakan melalui kegiatan produksi atau konsumsi seperti kayu, dan pangan bagi masyarakat sekitar.

b. nilai guna tidak langsung (indirect use value) manfaat yang diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak langsung, dapat berupa hal yang mendukung nilai guna langsung seperti plasma nutfah dan daya asimilasi limbah dari hasil kegiatan manusia oleh lingkungan seperti wisata, habitat, flora dan fauna, pencegahan erosi, penyerapan CO2, pengendalian banjir serta sebagai pengatur tata guna air.

(34)

Dalam pengelolaan lingkungan sumberdaya alam pesisir tidaklah bersifat serta merta atau latah, namun kita perlu mengkaji secara mendalam isu dan permasalahan mengenai sumberdaya yang hendak dilakukan pengelolaan. Penting atau tidaknya sumberdaya alam yang ada, potensi dan komponen sumberdaya mana yang perlu dilakukan pengelolaan dan apakah terdapat potensi dampak perusakan lingkungan, serta untung atau tidaknya sumberdaya tersebut bagi masyarakat merupakan pertimbangan penting dalam pengelolaan.

Pengelolaan sumberdaya alam yang beranekaragam, baik di daratan maupun di lautan perlu dilakukan secara terpadu dengan sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan dalam pola pembangunan berkelanjutan (Rais 1997:139).Pengelolaan sumberdaya alam pesisir dilakukan dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan yang dinamis serta tetap memelihara kelestarian kemampuan dan daya dukung lingkungan yang tersedia.

Menurut Supriharyono (2000:65), beberapa pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya alamkawasan pesisir yakni meliputi

A. pertimbangan ekonomis, Pertimbangan ekonomis menyangkut penting tidaknya untukkebutuhan masyarakat sehari-hari,penghasil barang-barang yang dapat dipasarkan, merupakan aset lokal, nasional atau internasional serta merupakan aset pariwisata yang dapat mengahasil uangselain berupa barang

B. pertimbangan dari aspek lingkungan, Pertimbangan lingkungan menyangkut stabilitas fisik pantai, lingkungan masyarakat yang unik,penyediaan stok hewan dan tumbuhan termasuk yang mempunyai

(35)

potensi untuk dimanfaatkan,pelestarian plasma nutfah, estetika dan indentitas budaya, serta apakah terjadi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh sedimentasi, konstruksi, pertanian, penebangan, penambangan, penangkapan berlebihan (overfishing), karena buangan limbah yang mengandung nutrien, dan kontaminasi oleh berbagai macam limbah.

C. Kerangka Pikir

Pemanfaatan hutan mangrove yang ada sekarang ini dirasakan belum optimal dan lestari.Usaha pemanfaatan hutan mangrove seharusnya menghitung manfaat dan biaya dari kegiatan usaha, termasuk di dalamnya menghitung nilai ekonomi dari sumberdaya hutan mangrove. Pendekatan tersebut akan menggambarkan suatu pilihan alternatif yang rasional dalam pemanfaatan sumberdaya mangrove.

Gambar 1. Kerangka Pikir

yy

Mangrove di Desa Tongke-tongke

Valuasi Nilai Ekonomi

Nilai Manfaat Langsung

(Direct Use Value) Nilai Manfaat Tidak Langsung (In direct Use Value)

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian survei, yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan Efendi, 1995). Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Tongke-tongke Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, di mana penulis memilih lokasi ini sebagai tempat penelitiannya karena kecamatan Sinjai Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki kawasan hutan mangrove yang cukup luas sebesar 947.50 Ha atau 70.02%, karena keberadaan kawasan hutan mangrove ini sudah ada sejak sebelum desa ini terbentuk dan sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar hutan mangrove, dan adapun jangka waktu untuk melakukan penelitian ini yaitu selama 1 bulan lebih.

C. Jenis danSumber Data

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh langsungdari lapangan baik melalui wawancara dengan pihak terkait, kosioner, dan observasilangsung, Sebagai

(37)

con-toh manfaat langsung dan manfaat tidak langsung

- Manfaat langsung yang diperoleh masyarakat dari hutan mangrove didaerah penelitian adalah kayu bakar, penangkapan ikan, penangkapan kepiting,serta bibit udang.

- Sedangkan manfaat tidak langsung yang diperoleh masyarakat dari ekosistem hutan mangrove di desa Tongke-tongke adalah pemecah gelombang/pelindung abrasi, penahan intrusi laut, dan nilai pariwisata.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sinjai serta melalui studi kepustakaan yaitu dengan membaca jurnal, buku yang berhubungan dengan pokok penelitian. Untuk melengkapi paparan hasil penelitian juga digunakan rujukan dan referensi dari data lain yang relevan. Adapun data yang diperlukan adalah penyebaran luas hutan mangrove dan memanfaatan hutan mangrove di Desa Tongke-tongke Kecamatan Sinjai Timur

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.Pengambilan populasi dengan kategori masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan, pencari kayu bakar, penangkap ikan, budidaya kepiting bakau dan bibit udang, yang ditetapkan sebanyak 50 populasi.

(38)

2. Sampel

Metode sampling yang digunakan adalah quoted accidental sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel yang dilakukan secara sembarang (ditujukan kepada siapa saja yang ditemui di lokasi) namun dibatasi jumlahnya. (Arief 2003)

Dalam penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin yaitu:

= + Dimana:

n: Jumlah Sampel

N: Jumlah Populasi

e: Batas Toleransi Kesalahan (Error Tolerance) jadi banyaknya sampel yang diambil adalah:

= 1 + ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙(3.1) = 1 + 5050(0,1) ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙(3.2) =1 + 5050(0,01)∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙(3.3) = 1 + 0,550 ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙(3.4) = 1,550 ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙(3.5) = 33,3 = 34

E. Teknik Pengumpulan Data

(39)

Merupakan proses pencatatan pola perilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang diteliti (Arief 2003). Tipe observasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah observasi dengan cara pengamatan langsung,dengan cara meneiliti lokasi di Desa Tongke-tongke Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

b. Metode wawancara

Merupakan metode pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau dapat dikatakan sebagai teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Metode survey yang lain adalah dengan kuesioner, merupakan metode pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan secara tertulis. (Idrus 2011)

c. Metode Dokumentasi

Merupakan proses pengabadian pola perilaku subjek dan objek tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang diteliti dengan bantuan peralatan mekanik seperti kamera dan foto.

d. Kuesioner

Yaitu tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada setiap responden utuk memperoleh informasi dari respoden berdasarkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.

(40)

F. Tekhnik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis penilaian ekonomi salah satu cara untuk melakukan valuasi ekonomi adalah dengan menghitung Nilai Ekonomi Total (Total Economic Valuation).NET atau Total Economic Value (TEV) dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut (CSERGE, 1994) :

TEV = DUV + IUV

Dimana:

TEV = Total Economic Value

DUV = Direct use value(Nilai manfaatLangsung)

IUV = Indirect use value(Nilai manfaat TidakLangsung)

Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai penggunaan (use value) dibagi lagi menjadi nilai penggunaan langsung (direct use value), dan nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value). Nilai penggunaan berhubungan dengan nilai karena responden memanfaatkannya atau berharap akan memanfaatkan di masa mendatang (Pearce dan Moran, 1994). Nilai penggunaan langsung adalah nilai yang ditentukan oleh kontribusi lingkungan pada aliran produksi dan konsumsi (Munasinghe, 1993).

Adapun indikator yang akan digunakan dalam mengukur nilai manfaat langsung (Use Value) sebagai berikut: kayu bakar, penangkap ikan, penangkapan kepiting, dan bibit udang. Sedangkan indikator yang akan digunakan dalam

(41)

mengukur nilai manfaat tidak langsung (Indirect Use Value) yaitu: penahan abrasi pantai, penahan intrusi air laut, dan nilai pariwisata.

G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Adapun variabel yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari: 1. TEV = Total econornic value

Dimana nilai ekonomi diukur dalam terminologi sebagai kesediaan membayar (willingness to pay) untuk mendapatkan komoditi tersebut. TEV ini terdiri dari Use value dan Non use value.

2. UV = Use values (Nilai Manfaat)

Yaitu suatu cara penilaian atau upaya kuantifikasi barang dan jasa sumberdaya alam dan lingkungan ke nilai uang (monetize), terlepas ada atau tidaknya nilai pasar terhadap barang dan jasa tersebut.

Use Value ini dapat menjadi:

a. DUV = Direct use value (Nilai manfaat Langsung)

Yaitu output (barang dan jasa) yang terkandung dalam suatu sumberdaya yang secara langsung dapat dimanfaatkan. Sebagai contoh: kayu bakar, penangkap ikan, budidaya kepiting, dan bibit udang.Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai total manfaat langsung yaitu sebagai berikut :

=

Keterangan: DUV = Direct use value (manfaat langsung) DUV 1 = Manfaat Langsung kayu

(42)

DUV 2 = Manfaat Langsung penangkapan Ikan DUV 3= Manfaat Langsung penangkapan Kepiting DUV 4 = Manfaat Langsung udang

b. IUV = Indirect use value (Nilai manfaat Tidak Langsung)

Manfaat tidak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya dan lingkungan. Manfaat tidak langsung hutan mangrove sebagai penahan abrasi pantai dapat diketahui dari biaya pembuatan breakwater (pemecah gelombang), penahan intrusi air laut dan nilai pariwisata.Manfaat tidaklangsung hutan mangrove sebagai penahan abrasi dapat diketahui dari biayapembuatan tanggul beton di sepanjang tepian sungai (Arif 2003)

(43)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Wilayah

Salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang masih memiliki hutan mangrove yang cukup luas terdapat di desa tongke-tongke kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.Kecamatan Sinjai Timur memliki luas 4,7 km2 yang terdiri dari 5 dusun meliputi Dusun Babana, Dusun Baccara, Dusun Bentengnge, Dusun Campae dan Dusun Maroangin.dan secara umum merupakan kawasan konservasi hutan mangrove dengan luas kurang lebih 326,612 hektar. (Dinas lingkungan hidup dan kehutanan)

B. Letak Geografis dan Administrasi Daerah

Desa Tongke-Tongke termasuk salah satu Desa di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai dan merupakan Desa hasil pemekaran dari Kelurahan PulauSinjai Timur dengan luas wilayah 4,7 Km2. Desa Tongke-Tongke berbatasan dengan :

Sebelah utara : Kelurahan Samataring Sebelah timur : Teluk Bone

Sebelah Selatan : Desa Panaikang Sebelah Barat : Desa Kaloling

Orbitasi waktu tempuh dan letak Desa Sanjai adalah : 1. Jarak dari ibu kota Kecamatan 3 Km

(44)

2. Jarak dari ibu kota Kabupaten 5 Km

SecaraTopografi Desa Tongke-Tongke merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut ± 0-500 Mdpl, dengan luas wilayah ± 4,75 Km2.

Secara Historis Tahun 1920-an Balang Dg Maketti adalah seorang yang pertama membangun Kampung dan mendirikan saoraja di Cempae, beliau merupakan salah seorang keturunan Minahan Dg Sutte, dia bersaudara sepupu dengan Arung Baringeng Mapa-pasang Dg Patappu, beliau juga yang pertama membuka lahan pertambakan di Cempae. Kata Tongke-Tongke kata Dasarnya adalah “Toke” Kata toke dipakai untuk panggilan pedagang Asal China yang tinggal di Cempae kerena terkenalnya Kampung Cempae sebagi tempat Singgahnya para toke maka orang sekitar lambat laun menyebut kampong Toke menjadi “Tongke-Tongke” yang tidak hanya dihuni warga asal China akan tetapi juga Suku Bugis. Karena letak geografis dan kondisi alamnya yang strategis sehingga tentara Jepang menjadikan Tongke-Tongke menjadi basis pertahanan terutama di daerah Bentengnge oleh tentara Jepang menjadikan pos pertahanan dan membentuk tentara HEIHO, kekalahan Jepang terhadap sekutu sehingga mengungsi ke manipi. (Profil Desa Tongke-tongke 2018).

. Pada tahun 1955-an terjadi abrasi pantai kurang lebih 15 meter pertahun dan mengancam perkampungan serta seluruh tambak di sepanjang pantai Tongke-Tongke. Tahun 1960-1962 kondisi keamanan mulai membaik, sebagian masyarakat kembali ke Tongke-Tongke menata kampungnya setelah keamanan dianggap benar-benar pulih. Maka pemerintah membagi Tongke-Tongke menjadi dua Dusun yakni Dusun Tongke-Tongke dan Dusun maroanging. Perkembangan

(45)

dan perubahan dari tahun ketahun mendorong pemerinatah untuk meningkatkan sumber daya manusia, sehingga Pada tahun 1970 pemerintah bersama masyarakat sepakat untuk mendirikan sekolah dasar.

Tahun 1970 Tongke-Tongke dilanda kemarau panjang, akibatnya masyarakat kekurangan pangan dan terpaksa makan ubi kayu dan sagu untuk mempertahankan hidupnya. Disisi lain kondisi gelombang pasang air semakin tinggi hingga mencapai 30-40 cm bahkan sampai dikolom rumah penduduk dan tahun 1980-an, abrasi pantai sangat luar biasa mengakibatkan rumah penduduk banyak yang terancam bahkan ada beberapa rumah yang harus dipindahkan untuk menghindari bencana. Karena kondisi pemukiman yang setiap tahunnya terancam abrasi maka muncul ide dari kepala lingkungan yang saat itu di jabat oleh H. Badaruddin bersama dengan beberapa tokoh masyarakat untuk melakukan penyelamatan pantai dengan cara mengumpul batu karang untuk dijadikan sebagai tanggul. Batu karang tersebut di ambil dari Desa tetangga di sekitar pulau Sembilan, pengambilan batu karang di lakukan seminggu sekali usai sholat jumat. Pengumpulan batu karang tersebut dilakukan dengan penuh semangat demi menyelamatakan lingkungan mereka dari ancaman abrasi.

Warga Tongke-Tongke ketika itu belum tahu kalau mengumpulkan batu karang dapat merusak biota laut. Ternyata upaya penyelamatan dengan pembuatan tanggul tidak berhasil, maka dilakukanlah penanaman bakau pada tahun 1980-an oleh penduduk yang umumnya berada di pesisir. Inisiatif tersebut muncul karena upaya perlindungan dengan batu karang tidak berhasil dan melihat lingkungan tetangga yang tidak kena abrasi, terhalang bakau. Pengalaman tersebut telah mendorong penduduk Tongke-Tongke yang dimotori oleh H. Badaruddin sebagai

(46)

kepala lingkungan bersama masyarakat bersepakat untuk melakukan penanaman bakau. Kegiatan penanaman bibit bakau ini berlangsung sampai tahun 1990, dan hasil penanaman tersebut tingkat pertumbuhanya cukup baik. Pada tahun 1991 terjadi musibah gempa bumi tektonik di pulau flores yang mengancam pemukiman penduduk, bencana tersebut tidak terlalu berdampak pada masyarakat Tongke-Tongke karena sebagaian rumah warga sudah terlindung oleh hutan bakau.

Perkembangan lainnya yaitu pengaspalan jalan poros samataring ke pemukiman pesisir Tongke-Tongke, keberhasilan lainya yang diterima masyarakat yaitu pengharagaan kalpataru yang diserahkan oleh Presiden Republik Indonesia (H. M. Soeharto) pada tahun 1995 kepada bapak Muh. Tayyeb sebgai ketua kelompok ACI. Pada tahun 2002 sesuai Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 76 tahun 1999 tentang Pemerintah Desa maka Tongke-Tongke yang dulunya merupakan lingkungan dari kelurahan samataring saat itu dijadikan Desa persiapan dengan Kepala Desa sementara H. Alimuddin. Desa Tongke-Tongke terdiri dari 5 Dusun yakni, Dusun Babana yang merupakan ibukota Desa, Maronging, Baccara, Bentengnge dan Cempae. Kemudian pada tanggal 8 Februari 2003 menjadi Desa definitive setelah tanggal 8 -11 Februari tahun 2003 diadakan pemilihan kepala Desa dan memilih bapak Muh. Nasri Dg lanna sebagai kepala Desa pertama di Tongke-Tongke dan dilantik pada tanggal 21 maret 2003.

Adapun nama-nama Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Tongke-tongke Kecamatan seperti pada tabel di bawah:

(47)

Tabel 4.

Kepala Desa yang pernah memimpin di Desa Tongke-Tongke secara berturut-turut:

No Nama Jabatan Periode Keterangan

1 Muhammad Nasri Kepala Desa 2003 - 2008 Definitif

2 Adri Nur Kepala Desa 2008 - 2010 Plt

3 H. Abdul Kadir Kepala Desa 2010 - 2016 Definitif

4 Drs.Rusdi.M.Si Kepala Desa 2016 Plt

5 Sirajuddin Kepala Desa 2017 - 2022 Definitif

Sumber: Profil Desa Tongke-tongke Tahun 2018 A. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan adalahsetiap bentuk campur tangan manusia terhadaplahandalamrangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual, sebagai berikut:

Tabel 5 Tata guna lahan

No. Kualifikasi Luas

1 2

1. Pemukiman 15.000

2. Perkantoran 1.000

2. Sawah Tadah hujan 2. 908,33 Are

3. Perkebunan 2.631,39 Are

4. Tambak 34.680,20 Are

5. Panjang Garis Pantai 1 Km

6. Hutan Mangrove ( Bakau ) 326.612,89 Are Sumber: profil Desa

Secaraumumiklimdi Desa Tongke-Tongke dengancurah hujan2.813,00 mm/tahun,jumlah hujanrata-rata 4bulan/tahun,suhurata-rataharian25,00 oC,tinggitempatdari permukaan laut 0,500 mdl.

(48)

Gambar 2

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

C. Keadaan Demografi

1. Kondisi penduduk

Jumlah penduduk Desa Tongke-Tongke pada tahun 2018 ada sebanyak 968 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 3.688 jiwa, yang terdiri dari 1.712 laki-laki dan 1.876 perempuan.Adapun jumlah kepala keluarga di Desa Tongke-tongke kecamatan Sinjai Timur seperti pada tabel berikut:

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA

(BERDASARKAN UU NO 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)

KEPALA SEKSI PEMBANGUNAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) LPM &BUMDES KEPALA DESA SEKRETARIS DESA Bendahara Desa KEPALA DUSUN I KEPALA DUSUN II KEPALA DUSUN III KEPALA URUSAN UMUM KEPALA URUSAN ADMINISTRASI KEPALA URUSAN KEUANGAN KEPALA SEKSI KESEJAHTERAAN KEPALA SEKSI PEMERINTAHAN KEPALA

(49)

Tabel 6

Jumlah Kepala Keluarga

Sumber: profil Desa

a. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

Tabel 7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Usia Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan 1. Usia < 7 Thn 98 101 199 2. 7 <= Usia < 19 Thn 493 449 942 3. 19 <= Usia < 56 Thn 1.037 1.065 2.102 4. Usia >= 56 Thn 184 261 445 Total 1.712 1.876 3.688

Sumber: profil Desa

Seperti yang terlihat dalam tabel di atas, menunjukan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak sekitar 1.876 Jiwa dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki sekitar 1.712 jiwa. Agar dapat mendiskripsikan lebih lengkap tentang informasi keadaan kependudukan di Desa Tongke-Tongke dilakukan identifikasi jumlah penduduk dengan menitik beratkan pada klasifikasi usia dan jenis kelamin. Sehingga akan diperoleh gambaran tentang kependudukan Desa Tongke-Tongke yang lebih komprehensif. Dari total jumlah penduduk Desa Tongke-Tongke, yang dapat dikategorikan kelompok rentan dari sisi kesehatan mengingat usia yaitu penduduk yang berusia lebih dari 56 tahun.

No Nama Dusun Jumlah KK

1 Babana 289 2 Baccara 223 3 Cempae 177 4 Maroanging 169 5 Bentengnge 110 Total 968

(50)

b. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesadaran masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya, Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan. Dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru.Dengan sendirinya akanmembantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran.

Dalam rangka memajukan pendidikan, Desa Tongke-Tongke akan secara bertahap merencanakan dan mengganggarkan bidang pendidikan baik melalui ADD, swadaya masyarakat dan sumber-sumber dana yang sah lainnya, guna mendukung program pemerintah yang termuat dalam RPJM Daerah Kabupaten Sinja. Mayoritas pendidikan pendudukDesa Tongke-Tongke sebagai berikut:

Tabel 8.

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tongke-tongke

No. Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan

1 2 3

1. Usia 3 - 7 tahun yang belum masuk TK 91 Orang 76 Orang 2. Usia 3 - 7 tahun yang sedang TK/play group 1 Orang 6 Orang 3. Usia 7 – 19 tahun yang sedang sekolah 337 Orang 306 Orang

4. Tamat SD/sederajat 641 Orang 624 Orang

5. Tamat SMP/sederajat 179 Orang 198 Orang

6. Tamat SMA/sederajat 164 Orang 161 Orang

7. Tamat D-1/Sederajat 1 Orang 3 Orang 8. Tamat D-2/sederajat 4 Orang 2 Orang 9. Tamat D-3/sederajat 3 Orang 6 Orang 10. Tamat D-4/sederajat 3 Orang 4 Orang 11. Tamat S-1/sederajat 50 Orang 94 Orang 10. Tamat S-2/sederajat 1 Orang 2 Orang Sumber : profil Desa

(51)

c. Mata pencaharian

Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Tongke-Tongke dapat teridentifikasi ke dalam beberapa bidang mata pencaharian. seperti pada tabel berikut:

Tabel 9

Mata pencaharian masyarakat Desa Tongke-tongke Tahun 2018

No. Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4

1. Ahli Pengobatan Alternatif 1 Orang - 1 Orang

2. Anggota Legislatif 1 Orang Orang 1 Orang

3. Bidan Swasta - 3 Orang 3 Orang

4. Buruh Harian Lepas 1 Orang - 1 Orang

5. Dosen Swasta 1 Orang 1 Orang 2 Orang

6. Guru Swasta 10 Orang 18 Orang 28 Orang

7. Karyawan Honorer 4 Orang 11 Orang 15 Orang

8. Karyawan Perusahaan Swasta 1 Orang - 1 Orang

9. Konsultan Manajemen dan Teknis 1 Orang - 1 Orang

10. Nelayan 554 Orang 9 Orang 563 Orang

11. Polri 3 Orang - 3 Orang

12. Penangkap kepiting 9 Orang - 9 Orang

13. Pedagang Barang Kelontong 4 Orang 10 Orang 14 Orang 14. Pegawai Negeri Sipil 39 Orang 41 Orang 80 Orang

15. Pengrajin 1 Orang 1 Orang 2 Orang

16. Pengusaha Kecil, Menengah Dan Besar

1 Orang - 1 Orang

17. Petani 139 Orang 2 Orang 141 Orang

18. Peternak - 1 Orang 1 Orang

19. Purnawirawan/Pensiunan 2 Orang 3 Orang 5 Orang

20. Seniman/Artis - 1 Orang 1 Orang

21. Tukang Jahit - 1 Orang 1 Orang

22. Tukang Kayu 1 Orang - 1 Orang

23. Wiraswasta 174 Orang 68 Orang 242 Orang

24. Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap 9 Orang 23 Orang 32 Orang Sumber: Profil Desa

Dalam pemenuhan kebutuhan mata pencaharian, masyarakat Desa Tongke-Tongke, 58% adalah sebagai Nelayan. Dimana, potensi dari Desa Tongke-Tongke

Gambar

Tabel 1.Penyebaran Luas Hutan Bakau (Mangrove) Kecamatan Sinjai  Timur Kabupaten Sinjai.
Tabel 2. Pemanfaatan Hutan Mangrove
Tabel 3. Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Kerangka Pikir
+2

Referensi

Dokumen terkait

Memohon kesediaan dari Bapak/Ibu/Saudara/i untuk kiranya dapat berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian berikut, berkaitan dengan penyusunan skripsi yang

Saya memohon atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk berpartisipasi mengisi kuesioner penelitian yang berjudul “PENGARUH STRATEGI DIFERENSIASI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN

Maka dengan ini saya mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu, Saudara/i untuk berkenaan mengisi kuesioner ini karena kebenaran dan kelengkapan jawaban yang anda berikan akan

Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas waktu yang disediakan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini..

Memohon ketersediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk dapat berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini, berkaitan dengan penyusunan skripsi yang saya lakukan dalam

Saya Farida, mahasiswi Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera, memohon bantuan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner penelitian saya yang

Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon bantuan kepada Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner sesuai dengan pernyataan-pernyataan

Saya selaku mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Program Studi Teknik Industri, memohon kesediaan Bapak/Ibu, Saudara/i untuk mengisi kuesioner yang akan