• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 0

Arahan Kebijakan dan

Rencana Strategis

Infrastruktur Bidang

Cipta Karya

(2)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 1

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan

Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015, Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air, dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu. Arahan RPJPN untuk RPJMN bidang infrastruktur adalah sebagai berikut:

1. Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat _ 100 % akses kepada sumber-sumber air bersih

2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel _ kota tanpa permukiman kumuh

3. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang 4. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi

5. Konservasi suber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air

6. Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung

pembangunan pertanian

Sasaran umum RPJMN tahun 2015-2019 adalah pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum, sehingga indicator pencapaiannya adalah sebagai berikut:

1. Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0%

2. Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100 % 3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 % Arahan penajaman program Bidang Cipta Karya Tahun 2015 antara lain:

1. Pemenuhan program lanjutan

a. Melanjutkan upaya pemenuhan sasaran RPJMN/Renstra 2009-2014 (terutama terkait pemenuhan sasaran pembangunan rusunawa)

b. Melanjutkan program-program yang telah disepakati dalam rangka fungsionalisasi dan memenuhi komitmen program MP3EI

2. Mendukung perwujudan Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan oleh Ditjen Tata Ruang

(3)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 2 a. Mendorong pembangunan Bidang Cipta Karya yang terpadu dalam suatu

kawasan/KSK (Kawasan Strategis Kabupaten/Kota) dengan berpedoman pada RTRW yang sudah ditetapkan

b. Menyelesaikan penanganan KSK yang telah dilakukan pada tahun 2014 c. Melanjutkan penanganan pada lokasi KSK lainnya

4. Mendukung Kabupaten/Kota pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya

a. Mendukung Kabupaten/Kota responsive dan/atau dalam kondisi “kritis” pemenuhan SPM

b. Pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya pada tahun 2013 (dan perkiraan capaian tahun 2014) digunakan sebagai acuan Baseline kebutuhan program pada tahun 2015

5. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya harus selaras dengan isu-isu strategis Bidang Cipta Karya baik secara nasional maupun kewilayahan (provinsi, pulau maupun koridor pembangunan)

6. Penanganan isu strategis tersebut selanjutnya dituangkan dalam format-format Konreg yang telah ditetapkan

7. Penyusunan Usulan Program tahun 2015 harus dilihat sebagai bagian dari upaya penyusunan program tahun 2015-2019 atau RPJMN tahap ketiga

8. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya tahun 2015 mengacu pada Baseline Pendanaan sesuai perkiraan maju RKP 2014 namun tidak kaku terutama untuk usulan penanganan pada KSN (kelebihan usulan pendanaan pagu baseline dapat dituangkan sebagai inisiatif baru maupun stok program)

Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019, Arah kebijakan utama

pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Kebijakan Utama

Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu;

1. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Hal ini dicapai melalui strategi pengembangan potensi ekonomi wilayah; percepatan pembangunan konektivitas; peningkatan kemampuan

(4)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 3 SDM dan IPTEK; regulasi dan kebijakan; serta peningkatan iklim investasi dan iklim usaha.

2. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan. Pengembangan

Kawasan Perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal; melalui strategi perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN); percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni; perwujudan Kota Hijau yang berketahanan iklim dan bencana; pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya lokal; dan peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan. Sedangkan arah kebijakan pengembangan perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, melalui; (1) pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa, termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan kondisi geografisnya; (2) penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (3) pembangunan SDM, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (4) pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan; (5) pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan; (6) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi; dan (7) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota.

3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah

peningkatan keterkaitan desa-kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan dengan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi (1) perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau; (2) perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi; dan (3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat dalam peningkatan keterkaitan Kota-Desa.

4. Arah kebijakan pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan.

(5)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 4 dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan strategis, melalui strategi (1) mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal; (2) meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan; (3) meningkatkan kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan kapasitas tata kelola pemerintahan daerah; (4) mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (5) memberikan tunjangan khusus kepada tenaga penyuluh; (6) penguatan regulasi dan pemberian insentif kepada pihak swasta; (7) melakukan pembinaan terhadap daerah tertinggal; (8) mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi; dan (9) mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Adapun arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan ditujukan dalam upaya mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan dilakukan melalui pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Hal tersebut akan dicapai melalui strategi (1) pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi; (2) sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan (IPTEK); (3) pembangunan konektivitas simpul transportasi utama; (4) transformasi kelembagaan lintas batas negara; (5) peningkatan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi sarana prasarana; (6) penegasan batas wilayah negara di darat dan laut; dan (7) peningkatan kerjasama perdagangan.

5. Arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko bencana dan

meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, akan dicapai melalui strategi; internalisasi pengurangan risiko bencana; penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana.

6. Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah pengembangan

struktur tata ruang dan pengembangan pola ruang,

7. Arah kebijakan dan strategi tata kelola Pemerintahan dan Otonomi Daerah meliputi

peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah; peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah; peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.

(6)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 5 3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1. Arahan RTRWN

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk :

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan

strategis nasional, dan

f. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

1. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

1. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua

kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi

yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan

negara tetangga,

2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

(7)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 6

3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat

mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

1. Pertahanan dan keamanan,

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan

negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah

pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar

yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

2. Pertumbuhan ekonomi,

a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan

ekonomi nasional,

c) memiliki potensi ekspor,

d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam

rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam

rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

3. Sosial dan budaya

a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau

budaya nasional,

b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri

bangsa,

c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan

dilestarikan,

d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau

(8)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 7

4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis

nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c) memiliki sumber daya alam strategis nasional

d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir

punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang menimbulkan kerugian negara,

e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

g) rawan bencana alam nasional

h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak

luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel 3. 1

Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN

No Pkn Pkw

1 Kawasan Perkotaan

(Gerbangkertosusila)Malang

Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan

Tabel 3. 2

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN

Kawasan Strategis Nasional Sudut

Kepentingan Kota/Kabupaten

Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan –

Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo –

Lamongan (Gerbangkertosusila)

Ekonomi Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo,Kab. Lamongan

(9)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 8 3.1.2.2. Arahan RTRW Provinsi

A. Arahan Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah provinsi meliputi:

a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung.

Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi pemantapan, pelestarian, dan perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan lingkungan sumber daya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efekpemanasan global yang berprinsip partispasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi pada:

• Kawasan hutan lindung

Strategi :

✓ pengembangan sistem tata batas (deliniasi) persebaran hutan lindung di seluruh

wilayah Jawa Timur sehingga jelas batasan antara kawasan hutan lindung dan sekitarnya untuk meminimalkan potensi perusakan oleh masyarakat;

✓ penetapan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas daratan dalam setiap DAS

dan/atau pulau;

✓ pengembangan upaya untuk mempertahankan dan menambah luasan hutan,

terutama hutan dengan fungsi lindung;

✓ pemantapan fungsi lindung dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan; dan

✓ pengendalian perubahan fungsi kawasan hutan lindung.

• Kawasan perlindungan setempat

Strategi :

✓ penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan perlindungan setempat;

✓ pengamanan kawasan perlindungan setempat dengan prinsip konservasi;

✓ pengendalian kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan; dan

✓ peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi

lindungnya.

• Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

Strategi :

✓ penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan suaka alam, pelestarian

alam, dan cagar budaya;

✓ pemantapan perlindungan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar

budaya;

✓ mempertahankan dan peningkatan kelestarian keanekaragaman hayati yang

(10)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 9

✓ peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi

lindung kawasan; dan

✓ peningkatan keterpaduan pembangunan kawasan konservasi dengan

pembangunan wilayah, terutama peningkatan kesejahteraan dan kepedulian masyarakat disekitar kawasan konservasi.

• Kawasan rawan bencana alam

Strategi :

✓ penetapan kawasan rawan bencana alam;

✓ pengidentifikasian tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam; dan

✓ pengembangan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam.

• Kawasan lindung geologi

Strategi :

✓ menetapkan kawasan lindung geologi;

✓ mengembangkan pengelolaan kawasan cagar alam geologi;

✓ mengidentifikasi tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam geologi;

dan

✓ mengembangkan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam

geologi.

• Kawasan lindung lainnya.

Strategi :

✓ memantapkan perlindungan terumbu karang;

✓ melarang pemakaian alat atau bahan berbahaya untuk mencari ikan;

✓ merehabilitasi terumbu karang yang telah rusak; dan

✓ mengembangkan terumbu karang pada kawasan-kawasan yang potensial.

b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya.

Kebijakan pengembangan kawasan budi daya dilakukan melalui upayapengembangan kawasan budidaya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki, terutama untuk mendukung pemantapan sistem metropolitan dan sistem agropolitan dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, meliputi:

• Kawasan peruntukan hutan produksi

Strategi :

✓ mengembangkan kawasan hutan produksi dengan pemanfaatan secara lestari dan

partisipatif;

✓ membatasi alih fungsi hutan produksi untuk kegiatan di luar kehutanan; dan

✓ mengawasi pemanfaatan hutan produksi.

(11)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 10 Strategi pengembangan kawasan hutan rakyat dilakukan dengan membangun dan mengembangkan kegiatan hutan rakyat secara partisipatif.

• Kawasan peruntukan pertanian

Strategi :

✓ pemertahanan luasan sawah beririgasi termasuk lahan pertanian pangan

berkelanjutan dengan mengendalikan secara ketat alih fungsi sawah dan lahan produktif;

✓ peningkatan upaya pengelolaan untuk mengoptimalkan hasil produksipertanian;

✓ pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil produksi pertanian

melalui pengembangan agropolitan;

✓ peningkatan pemasaran yang terintegrasi dengan kawasan agropolitan;

✓ peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan untuk pengembangan

pertanian;

✓ pengembangan kemitraan antarpemangku kepentingan; dan

✓ pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan.

• Kawasan peruntukan perkebunan

Strategi :

✓ mengembangkan komoditas unggulan perkebunan di wilayah potensial dan

prospektif; dan

✓ mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perkebunan

melalui pengembangan agropolitan.

• Kawasan peruntukan peternakan

Strategi :

✓ mengembangkan komoditas unggulan peternakan besar, kecil, serta unggas di

wilayah potensial dan prospektif; dan

✓ mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil peternakan

melalui pengembangan agropolitan.

• Kawasan peruntukan perikanan

Strategi :

✓ meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan;

✓ membentuk sentra pengolahan hasil perikanan untuk mendukung pengoptimalan

pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan melalui pengembangan minapolitan;

✓ menata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan daya dukung yang

dimiliki untuk menjamin keberlangsungan ekosistem pada wilayah tersebut;

✓ pemantapan kawasan tambak garam;

(12)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 11

✓ pengoptimalan produksi garam dan peluang pengembangan serta kerja sama

produksi garam dengan investor.

• Kawasan peruntukan pertambangan

Strategi :

✓ pengidentifikasian potensi kandungan bahan tambang;

✓ peningkatan eksplorasi dan eksploitasi potensi minyak dan gas bumi dengan

berwawasan lingkungan; dan

✓ pengembangan kawasan pertambanganberdasarkan potensi bahan galian, kondisi

geologi, dan geohidrologidengan prinsip kelestarian lingkungan.

• Kawasan peruntukan industri

Strategi :

✓ pengembangan kawasan peruntukan industri yang memperhatikan keseimbangan

antara pertumbuhan wilayah, pemerataan, dan keberlanjutan;

✓ pengidentifikasian potensi pengembangan industri;

✓ pengembangan industri melalui penyediaan ruang dan didukung pengembangan

infrastruktur wilayah;

✓ pengembangan industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan di kawasan

perkotaan;

✓ pengembangan industri kecil, menengah, dan rumah tangga;

✓ pengembangan perindustrian berdasarkan prinsip keterkaitan antara kegiatan

hulu-hilir, klaster, dan sentra;dan

✓ pengembangan sarana dan prasarana pendukung industri.

• Kawasan peruntukan pariwisata

Strategi :

✓ pengidentifikasian potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan

manusia;

✓ penetapan potensi daya tarik wisata unggulan;

✓ pembentukan jalur pengembangan wisata yang terintegrasidengan

pengembangan infrastruktur wilayah;

✓ pengembangan kegiatan penunjang wisata;

✓ pelestarian tradisi atau kearifan masyarakat lokal; dan

✓ peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat dan/atau

perajin lokal untuk pengembangan pariwisata.

• Kawasan peruntukan permukiman

Strategi :

✓ pengembangan kawasan permukiman perkotaan, terutama pengembangan

(13)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 12

✓ pengembangan kawasan permukiman yang mendukung pengembangan

agropolitan di kawasan perdesaan;

✓ pengembangan penyediaan perumahan dengan pola hunian berimbang;

✓ pengembangan penyediaan perumahan untuk semua lapisan masyarakat; dan

✓ pengembangan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan dengan dukungan sarana dan prasarana permukiman yang memadai.

• Kawasan andalan

Strategi :

✓ mengakomodasi penetapan kawasan andalan di wilayah ProvinsiJawa Timur

sebagai bagian dari pengembangan kawasan andalan nasional; dan

✓ mendukung pengembangan kawasan andalan agar terintegrasi dan operasional.

• Peruntukan kawasan budi daya lainnya.

Strategi :

✓ penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan pertahanan dan

keamanan;

✓ penetapan jarak bebas aman kawasan pertahanan dan keamanan dengan guna

lahan lainnya, terutama permukiman;

✓ pengendalian pemanfaatan lahan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan

secara ketat;

✓ mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus

pertahanan dan keamanan;

✓ mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar

kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara;

✓ mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di

sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya tidak terbangun; dan

✓ turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara.

c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Kebijakan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi:

• Peningkatan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang

menjadi fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, maupun cagar alam.

(14)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 13

✓ penetapan zonasi pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir;

✓ pempertahanan dan penjagaan kelestarian ekosistem kawasan pesisir dan

pulau-pulau kecil; dan

✓ pembatasan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem di kawasan

pesisir dan pulau-pulau kecil.

• Pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Strategi :

✓ pengoptimalan pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai

kawasan permukiman, pelabuhan, dan industri;

✓ peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di kawasan pesisir dan

pulau-pulau kecil; dan

✓ peningkatan operasionalisasi perwujudan pengembangan kawasan andalan laut

melalui pengembangan produk unggulan sektor kelautan dan perikanan.

B. Arahan Pengembangan Struktur Ruang

Sistem perkotaan Provinsi Jawa Timur, meliputi:

1. PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo–

Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;

2. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan,

Bojonegoro, dan Pacitan;

3. PKWP : Pasuruan dan Batu;

4. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep,

Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan

5. Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat

kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.

Wilayah Pengembangan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas 8 (delapan). Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur beserta arahan pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut.

(15)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 14 Tabel 3. 3 Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur

No. Wilayah

Pengembangan Kabupaten/Kota Pusat Fungsi

1 Gerbangkerta susila Plus

Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep

Kota Surabaya

Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri

2 Malang Raya Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang

Kota Malang

Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri

3 Madiun dan Sekitarnya

Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi

Kota Madiun

Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri

4 Kediri dan Sekitarnya

Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung

Kota Kediri Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri

5 Probolinggo– Lumajang

Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang

Kota Probolingg o

Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan

6 Blitar Kota Blitar dan Kabupaten Blitar Kota Blitar Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata 7 Jember dan

Sekitarnya

Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo

Perkotaan Jember

Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata 8 Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Perkotaan

Banyuwang i

Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

(16)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 15 Su m be r : Pera tu ran Da era h P ro vin si J aw a Tim u r No m o r 5 TA HUN 20 12 Te ntan g R en cana Tata R u ang W ilayah P ro vins i Tahu n 2 0 11 -2 0 31

(17)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 16 Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang Bidang Cipta Karya

a. Sistem jaringan sumber daya air meliputi:

1. jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian;

2. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain

yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

3. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air minum; dan

4. pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah

provinsi serta mendukung pengelolaan sumber daya air lintas provinsi.

b. Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air baku pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pengembangan air baku pada wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

1. Wilayah Sungai Bengawan Solo meliputi:

✓ Waduk Kedung Bendo di Kabupaten Pacitan;

✓ Telaga Ngebel Dam, Waduk Bendo, Waduk Slahung, dan Bendungan

Badegan di Kabupaten Ponorogo;

✓ Bendung Gerak Bojonegoro, Waduk Nglambangan, Waduk Kedung Tete,

Waduk Pejok, Waduk Kerjo, Waduk Gonseng, Waduk Mundu, Waduk Belung, dan Bendungan Belah di Kabupaten Bojonegoro;

✓ Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung Bendo, Waduk Sonde,

Waduk Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan Genen di Kabupaten Ngawi;

✓ Waduk Kresek dan Waduk Tugu di Kabupaten Madiun;

✓ Waduk Tawun dan Waduk Ngampon di Kabupaten Tuban;

✓ Bendung Gerak Sembayat, Waduk Gondang, dan Waduk Cawak di

Kabupaten Lamongan; dan

✓ Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan;

2. Wilayah Sungai Brantas meliputi:

✓ Bendungan Genteng I, Bendungan Lesti III, Bendungan Kepanjen,

Bendungan Lumbangsari, Bendungan Kesamben, Bendungan Kunto II, dan Karangkates III, IV di Kabupaten Malang;

✓ Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek;

✓ Bendungan Beng dan Bendungan Kedungwarok di Kabupaten Jombang;

✓ Bendungan Ketandan, Bendungan Semantok, dan Bendungan Kuncir di

Kabupaten Nganjuk;

✓ Bendungan Babadan di Kabupaten Kediri; dan

✓ Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung;

(18)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 17

✓ Bendung Licin di Kabupaten Pasuruan; dan

✓ Waduk Suko, Waduk Kuripan, dan Embung Boto di Kabupaten Probolinggo;

4. Wilayah Sungai Pekalen Sampean meliputi:

✓ Waduk Taman, Embung Pace, Embung Gubri, Embung Klabang, Waduk

Tegalampel, Waduk Karanganyar, Waduk Sukokerto, Waduk Botolinggo, Embung Blimbing, dan Embung Krasak di Kabupaten Bondowoso; dan

✓ Embung Banyuputih, Embung Tunjang, Embung Wringinanom, dan Embung

Nogosromo di Kabupaten Situbondo;

5. Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri, Waduk Kedawang,

Waduk Bajulmati, Embung Bomo, dan Embung Sumber Mangaran di Kabupaten Banyuwangi;

6. Wilayah Sungai Bondoyudo Bedadung, yaitu Waduk Antrogan di Kabupaten

Jember;

7. Wilayah Sungai Kepulauan Madura meliputi:

✓ Waduk Nipah di Kabupaten Sampang;

✓ Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan;

✓ Waduk Samiran di Kabupaten Pamekasan; dan

✓ Waduk Tambak Agung di Kabupaten Sumenep.

c. Selain rencana pengembangan jaringan irigasi, juga terdapat rencana pengembangan sistem irigasi teknis yang meliputi:

1. DAS Kondang Merak di Kabupaten Malang;

2. DAS Ringin Bandulan di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung; dan

3. DAS Tengah di Kabupaten Situbondo.

d. Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional meliputi :

1. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura;

2. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah;

3. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan

4. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan.

e. Selain rencana pengembangan air baku,, terdapat rencana pengembangan WS, yaitu:

1. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;

2. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; dan

3. WS Lintas Kabupaten/Kota dalam provinsi yang meliputi:

✓ WS Welang–Rejoso;

✓ WS Pekalen–Sampean;

✓ WS Baru–Bajulmati;

(19)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 18

✓ WS Kepulauan Madura.

f. Sistem Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan :

1. Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa:

✓ Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai

Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan

✓ Sistem drainase perkotaan.

2. Rencana pengembangan TPA regional meliputi:

✓ Kabupaten Gresik yang melayani Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan

Kabupaten Gresik;

✓ Malang Raya yang melayani Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten

Malang;

✓ Mojokerto yang melayani Kota Mojokerto dan Kabupaten Mojokerto;

✓ Madiun yang melayani Kota Madiun dan Kabupaten Madiun;

✓ Kediri yang melayani Kota Kediri dan Kabupaten Kediri;

✓ Blitar yang melayani Kota Blitar dan Kabupaten Blitar;

✓ Pasuruan yang melayani Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan; dan

✓ Probolinggo yang melayani Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan GKS

Arahan pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan GKS merupakan acuan dalam mewujudkanstruktur ruang dan pola ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan GKS, yang terdiri dari (i) indikasi program utama, (ii) sumber pendanaan, (iii) instansi pelaksana, dan (iv) waktu pelaksanaan. Program utama terdiri dari (i) program utama perwujudan struktur ruang dan (ii) program utama perwujudan pola ruang. Sumber pendanaan program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan/atau kabupaten/kota, dan/atau sumber lain yang dapat dinyatakan sah menurut peraturan perundangan yang berlaku.

Instansi pelaksana terdiri atas Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan/atau masyarakat yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi badan pelaksana kerja sama pembangunan.

Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang GKS

Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap pertama (tahun 2013-2017) dan tahap kedua (tahun 2018-2022) diprioritaskan pada:

(20)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 19

✓ pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan inti sebagai pusat

pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;

✓ pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan di sekitarnya

sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional, regional, dan lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;

✓ pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi yang

meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;

✓ pengembangan, peningkatan dan pemantapan sistem jaringan energi yang

meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;

✓ pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang meliputi

jaringan teresterial dan jaringan satelit;

✓ pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air yang meliputi

sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan irigasi, dan sistem pengamanan pantai;

✓ pengembangan dan peningkatan sistem jaringan prasarana perkotaan yang

meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan

✓ pengembangan dan peningkatan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan

(21)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 20 Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap ketiga (tahun 2023-2027) dan tahap kedua (tahun 2028-2032) diprioritaskan pada:

✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan inti

sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;

✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan di

sekitarnya sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional, regional, dan lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;

✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas sistem jaringan

transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;

✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan energi yang

meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;

✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan telekomunikasi

yang meliputi jaringan teresterial dan jaringan satelit;

✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan sumber daya air

yang meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan irigasi, dan sistem pengamanan pantai;

✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan prasarana

perkotaan yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan

(22)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 21

✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan lokasi dan jalur evakuasi untuk

kawasan rawan bencana.

Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap pertama dan tahap kedua diprioritaskan pada:

✓ rehabilitasi dan revitalisasi fungsi lindung pada kawasan lindung, meliputi hutan

lindung, resapan air, pantai, sungai, waduk, mata air, kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal, RTH Kota, suaka alam dan pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, pantai berhutan bakau, rawan bencana alam, dan kawasan lindung geologi;

✓ revitalisasi dan pengembangan fungsi kawasan peruntukan permukiman;

✓ revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;

✓ perlindungan dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian;

✓ revitalisasi dan pengembangan kawasan berfungsi transportasi skala pelayanan

internasional;

✓ pemantapan kawasan pertahanan dan keamanan negara;

✓ pengembangan kawasan pendidikan dan riset, kawasan pelayanan kesehatan,

dan kawasan pelayanan sosial-budaya;

✓ pengembangan kawasan peruntukan perikanan;

✓ revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan industri;

✓ revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata; dan

✓ pemantapan kawasan hutan produksi.

Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap ketiga dan tahap keempat diprioritaskan pada:

✓ rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan, dan peningkatanfungsi lindung pada

kawasan lindung meliputi meliputi hutan lindung, resapan air, pantai, sungai, waduk, mata air, RTH Kota, suaka alam dan pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, pantai berhutan bakau, rawan bencana alam, dan kawasan lindung geologi;

✓ pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an

kembali fungsi kawasan peruntukan permukiman;

✓ pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an

kembali fungsi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;

✓ perlindungan dan peningkatan kawasan peruntukan pertanian;

✓ pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an

(23)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 22

✓ pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an

kembali fungsikawasan pendidikan dan riset, kawasan pelayanan kesehatan, dan kawasan pelayanan sosial-budaya;

✓ pemantapan kawasan peruntukan pertahanan dan kemanan negara;

✓ pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an

kembali fungsi kawasan peruntukan perikanan;

✓ pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an

kembali fungsi kawasan peruntukan industri;

✓ pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an

kembali fungsi kawasan peruntukan pariwisata; dan

✓ pemeliharaan, rehabilitasi, dan pemantapan kembali kawasan peruntuk-an

hutan produksi.

3.1.2.3. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamongan

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah seperti yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 3. 4Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

1. Kawasan Lindung 1. Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, melalui penetapan kawasan hutan di Kabupaten Lamongan dan pengamanan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan solo;

Arahan pengembangan sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan desa secara hierarki. Yang meliputi :

a. pusat pelayanan antar desa; b. pusat pelayanan setiap desa;

c. pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.

b. Kawasan perlindungan setempat, melalui perbaikan mangrove dan kawasan pesisir bagian utara Kabupaten Lamongan; c. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam,

melalui perlidungan kawasan cagar budaya yang terdapat di bagian utara berupa Makam Sunan Drajad, Monumen Van Der Wijck dan dibagian selatan berupa Makam Nyai Andongsari;

2. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

1) Pusat kegiatan perkotaan meliputi :

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terdapat di Perkotaan Lamongan yang merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila;

b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) meliputi Perkotaan Brondong-Paciran, Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang;

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi perkotaan Sukorame, perkotaan Bluluk, perkotaan Sambeng, perkotaan Mantup, perkotaan Kembangbahu, perkotaan d. Kawasan bencana alam, melalui

peningkatan kegiatan untuk penanggulangan bencana alam pada daerah yang dilalui oleh sungai Bengawan Solo; serta

(24)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 23

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

e. Kawasan lindung lainnya, melalui pengembalian rona alam yang mengalami kerusakan pada kawasan-kawasan konservasi.

Sugio, perkotaan Kedungpring, perkotaan Modo, perkotaan Pucuk, perkotaan Tikung, perkotaan Sarirejo, perkotaan Deket, perkotaan Glagah, perkotaan Karangbinangun, perkotaan Turi, perkotaan Kelitengah, perkotaan Karanggeneng, perkotaan Sekaran, perkotaan Maduran, perkotaan Laren dan perkotaan Solokuro. (2) Hierarki perkotaan meliputi :

a. perkotaan sedang meliputi Perkotaan Lamongan, Perkotaan Brondong-Paciran, dan Perkotaan Babat; b. perkotaan kecil meliputi Perkotaan Sukodadi dan

Perkotaan Ngimbang;

c. perkotaan sangat kecil meliputi Perkotaan lainnya di Kabupaten Lamongan

(3)Wilayah Pengembangan (WP) meliputi 5 (lima) WP: a. WP 1 meliputi: Kecamatan Lamongan, Kecamatan Deket,

Kecamatan Glagah, Kecamatan Tikung, Kecamatan Sarirejo, Kecamatan Karangbinangun dan Kecamatan Kembangbahu;

b. WP 2 meliputi: Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong, Kecamatan Laren dan Kecamatan Solokuro;

c. WP 3 meliputi: Kecamatan Babat, Kecamatan Sekaran, Kecamatan Maduran, Kecamatan Pucuk dan Kecamatan Kedungpring;

d. WP 4 meliputi: Kecamatan Sukodadi, Kecamatan Turi, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Kalitengah dan Kecamatan Sugio;

e. WP 5 meliputi: Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Bluluk, Kecamatan Sukorame, Kacamatan Mantup dan Kecamatan Modo.

(4) Pengembangan fasilitas kawasan perkotaan adalah : a. pada WP 1 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat

pemerintahan kabupaten, pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten, pusat kesehatan skala kabupaten, pusat pendidikan, pusat olahraga dan kesenian skala kabupaten, perlindungan sumber daya air di Sungai Bengawan Solo serta sebagai pengembangan pertambangan, pertanian, peternakan, kegiatan industri kerajinan rakyat, kegiatan perikanan dan kegiatan pariwisata dan sarana/prasarana penunjangnya;

b. pada WP 2 dengan fungsi pengembangan sebagai pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat industri besar dan strategis nasional, pusat transportasi nasional, pengembangan kawasan minapolitan, pusat pelabuhan dan industri perikanan skala regional dan nasional, pusat kegiatan pariwisata skala regional, pusat pelayanan pelabuhan barang skala regional, pusat pengembangan pendidikan, serta sebagai pengembangan kegiatan industri kerajinan rakyat, pertanian, peternakan dan pertambangan;

c. pada WP 3 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat pengembangan industri kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil pertanian, pusat perlindungan sumberdaya air di aliran sungai bengawan

2. Kawasan Budidaya

a. Kawasan hutan produksi, melalui penetapan hutan produksi di Kabupaten Lamongan seluas 33.464,40 Ha atau 18,41 % dari luas Kabupaten Lamongan.

b. Kawasan pertanian, melalui :

·Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan (sawah beririgasi teknis); · Pengembangan holtikultura unggulan; · Pengembangan sentra peternakan; serta ·Pengembangan perikanan (Minapolitan

tangkap dan budidaya).

c. Kawasan industri, melalui pengembangan industri besar di wilayah pantura, industri menengah di wilayah selatan dan home industry di wilayah utara dan selatan. d. Kawasan pariwisata, melalui :

· Pengembangan zona wisata yang terbagi dalam tiga zona yaitu Zona I di Pantura dengan pusat WBL, Zona II di wilayah tengah dengan pusat Babat Barrage; Zona III diwilayah Selatan dengan pusat di Makam Nyai Andongsari; dan

·Pengembangan wisata unggulan di Kabupaten Lamongan, yaitu : Wisata alam : Waduk Gondang di Kecamatan Sugio, Maharani Zoo dan Goa dan Wisata Bahari Lamongan (WBL) di Kecamatan Paciran, Wisata Budaya : Situs/makam Sunan Drajat dan Situs/makam Sunan Sendang Duwur di Kecamatan Paciran, Makam Joko Tingkir di kecamatan Maduran, Makam Nyai Putri Andongsari di Kecamatan Ngimbang, serta Makam Tumenggung Surajaya (Mbah Lamomg) di Kecamatan Lamongan. Wisata Minat Khusus : TPI Kranji di Desa Kranji, TPI Brondong di kecamatan Brondong, Sumber mata air panas Tepanas di Desa Kranji Kecamatan Paciran, Sumber air panas Puncakwangi di kecamatan Babat, Babat Barrage di Kecamatan Maduran, Monumen van Der Wijck di Kecamatan Brondong, Wisata Edukasi Religi desa Balun Kecamatan Turi.

e. Kawasan permukiman, melalui penyediaan rumah yang layak huni di Kabupaten Lamongan.

(25)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 24

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

solo, pengembangan jaringan transportasi darat regional, perlindungan sumber daya air di Sungai Bengawan Solo serta sebagai pengembangan kegiatan pertanian, kehutanan dan pariwisata;

d. pada WP 4 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan regional dan jasa-jasa, pusat pelayanan umum, pusat pengembangan kegiatan industri, pusat kegiatan pariwisata, pusat kegiatan pertanian, serta sebagai pengembangan pertanian, peternakan, kegiatan industri kerajinan rakyat, transportasi, kegiatan pariwisata, pengembangan jaringan transportasi skala regional, serta perlindungan sumber daya air di Sungai Bengawan Solo; e. pada WP 5 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat

pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat kegiatan pertanian, pusat pengembangan agropolitan, pengembangan kegiatan industri kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil pertanian, serta sebagai pengembangan pertanian berupa tanaman pangan dan perkebunan, peternakan, kegiatan industri kerajinan rakyat, pariwisata, kehutanan dan transportasi.

3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah meliputi:

a. rencana sistem jaringan transportasi; b. rencana sistem jaringan prasarana energi; c. rencana sistem jaringan telekomunikasi;

d. rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air; e. rencana sistem jaringan prasarana lainnya.

Tabel 3. 5

Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Lamongan (KSK) Berdasarkan RTRW Kabupaten Lamongan KAWASAN STRATEGIS

KAB./KOTA

SUDUT

KEPENTINGAN LOKASI/ BATAS KAWASAN

Kawasan Strategis Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi

a. Perkotaan Lamongan sebagai KSN

b. Lamongan Shorebase (LS) di Kecamatan Paciran sebagai KSP c. Kawasan Agroindustri Gelang Utara (Gresik – Lamongan)

dengan industri pengolahan ikan laut di Kecamatan Brondong dan Paciran sebagai KSP

d. Kawasan Kerjasama Regional segitiga emas (Tuban –

Lamongan – Bojonegoro) sebagai KSP

e. Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong di Kecamatan Brondong;

f. Kawasan wisata pantai utara Lamongan (Wisata Bahari Lamongan, Gua Maharani dan zoo, Makam Sunan Drajad, Makam Sendang Duwur dan TPI di Pantura)

g. Kawasan Pelabuhan ASDP di Kecamatan Paciran h. Kawasan agropolitan di wilayah selatan

i. Kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Babat Kawasan Strategis

Kepentingan Sosial-Budaya

Sosial-Budaya

a. Kawasan Monumen Van Der Wijck di Kecamatan Brondong b. Kawasan Makam Sunan Drajat di Kecamatan Paciran

(26)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 25

c. Kawasan Makam Sendang Duwur di Kecamatan Paciran d. Kawasan Makam Jaka Tingkir di Kecamatan Maduran

e. Kawasan Makam Nyai Ratu Andongsari di Kecamatan Ngimbang

f. Desa Balun di Kecamatan Turi Kawasan Strategis Kepentingan Penyelamatan Lingkungan Hidup Penyelamatan Lingkungan Hidup

a. kawasan DAS Bengawan Solo sebagai Kawasan Strategis Propinsi (KSP);

b. kawasan aliran sungai Bengawan Solo

c. kawasan Waduk Gondang dan Waduk Prijaten di Kecamatan Sugio

d. kawasan berhutan bakau di pantura

Tabel 3. 6

Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Lamongan Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA A Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

1 . Perwujudan Pusat Kegiatan

2.1. Membentuk Pusat Kegiatan Perkotaan secara terintegrasi dan berhirarki a. Pemantapan ibukota kabupaten

sebaga Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kabupaten Lamongan APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Bappenas, Bappeda Prov dan Kab.,Kementerian PU, DPU Prov dan Kabupaten

b. Penetapan perkotaan Pusat Wilayah Pengembangan (WP) sebagai Pusat Kegiatan Lokal Perioritas (PKLp) Perkotaan Brondong-Paciran, Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Bappenas, Bappeda Prov dan Kab., Kementerian PU, DPU Prov dan Kabupaten

c. Penetapan perkotaan kecamatan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Ibukota Kecamatan Lainnya yang tidak termasuk PKN dan PKLp APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Bappenas, Bappeda Prov dan Kab., Kementerian PU, DPU Prov dan Kabupaten

2.2.Pengembangan pusat kegiatan perkotaan.

a. Pengembangan perkotaan Lamongan sebagai pusat kegiatan pemerintahan Perkotaan Lamongan APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Kemen PU, Kemen Perhubungan, DPU Prov dan Kabupaten, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten

b. Pengembangan perkotaan Paciran-Brondong sebagai pusat industri dan perhubungan laut

Perkotaan

Paciran-Brondong

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Kemen PU, Kemen Perhubungan, Kemen Perumahan, Kemen Kelautan dan Perikanan, Kemen Perindustrian, DPU Prov dan Kabupaten, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov dan Kabupaten, Dinas Kopindag Prov dan Kabupaten

(27)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 26 USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

c. Pengembangan perkotaan Babat sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional

Perkotaan Babat

APBD Provinsi, APBD Kab

Kemen PU, Kemen Perhubungan, Kemen Perumahan, Kemen Kelautan dan Perikanan, Kemen Perindustrian, DPU Prov dan Kabupaten, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov dan Kabupaten, Dinas Kopindag Prov dan Kabupaten Kabupaten, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten, Dinas Kopindag Prov dan Kabupaten

d. Pengembangan perkotaan Ngimbang sebagai pusat pelayanan kegiatan agropolitan

Perkotaan

Ngimbang

APBD Provinsi, APBD Kab

Kemen PU, Kemen Perhubungan, Kemen Perumahan, Kemen Kehutanan, DPU Prov dan Kabupaten, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten, Dinas Kehutanan Prov dan Kabupaten

1. Perwujudan Sistem Prasarana 2.1.Transportasi

Transportasi Darat

a. Jalan nasional bebas hambatan : Gresik – Lamongan - Tuban

Kabupaten

Lamongan

APBN, APBD Prov, APBD Kab., BUMN

Kemen PU, Kemen Perhubungan, PT. Jasa Marga, DPU Prov dan Kab., Dinas Perhubungan Prov dan Kab., BPN, Bappeda Kab

b. Jalan nasional arteri Gresik – Jl.Pang.Sudirman;Jl.Pang.Sudir man – Jl. Jaksa Agung Suprapto; Jl.Jaksa Agung Suprapto – Lamongan; Lamongan – Babat; Babat – Widang Kabupaten Lamongan APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen PU, Kemen Perhubungan, DPU Prov dan Kab., BPN, Bappeda kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten

c. Jalan nasional kolektor Babat – Bojonegoro dan Gresik – Sadang-Tuban Kabupaten Lamongan APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen PU, Kemen Perhubungan, DPU Prov dan Kab., BPN, Bappeda kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten

d. Jalan Provinsi jalan kolektor Babat – Temangkar; Jl.Lamongrejo; Jl.Akhmad Dahlan; Jl.Sunan Drajad; Jl.Raya Mantup; Lamongan – Bts Kab.Mojokerto; Babat – Bts.Kab.Jombang; Jalan Lamongan- Babat; Jalan Halte (Dradah, Ngimbang dan Kambangan) Kabupaten Lamongan APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen PU, DPU Prov dan Kab., BPN, Bappeda kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten

e. Rencana pengembangan jalan antar kecamatan

Kabupaten

Lamongan

APBD Prov, APBD Kab.

DPU Bina Marga Prov dan Kab, DPU Cipta Karya Prov dan Kab, BPN, Bappeda, BPM, Dinas Perhubungan Kabupaten

f. Jalan Lingkar Selatan Panturadengan ruas jalan Kecamatan Paciran – Solokuro – Brondong Kabupaten Lamongan APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen PU, Kemen Perhubungan, DPU Prov dan Kab., BPN, Bappeda kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten

(28)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 27 USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA g. Jalan Lingkar Utara Lamongan

dengan ruas jalan Deket – Lamongan – Turi Deket – Lamongan – Turi APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen PU, Kemen Perhubungan, DPU Prov dan Kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

h. Jalan Lingkar Selatan Babat (Kecamatan Babat – Kab. Bojonegoro)

Kota Babat

APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen PU, Kemen Perhubungan, DPU Prov dan Kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

i. Memperbaiki dan meningkatkan pelayanan terminal di Perkotaan Lamongan Perkotaan Lamongan APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen Perhubungan, Kemen PU, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

j. Peningkatan kelas terminal Perkotaan Babat

APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen Perhubungan, Kemen PU, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

k. Pengembangan terminal terpadu pantura di Kecamatan paciran

Kecamatan Paciran

APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen Perhubungan, Kemen PU, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

l. Pengadaan trayek baru yang menghubungkan kecamatan Paciran dengan Kabupaten Tuban

Kabupaten

Lamongan

APBD Prov, APBD Kab.

Kemen Perhubungan, Kemen PU, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab m.Rencana pengembangan terminal barang Kecamatan Babat APBN, APBD Prov, APBD Kab., BUMN

Kemen Perhubungan, Kemen PU, PT. KAI, Dinas Perhubungan Prov dan Kab,

DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

n. Rencana pengembangan dan peningkatan terminal Kecamatan Ngimbang. APBD Kab

Kemen Perhubungan, Kemen PU, Dinas

Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov

dan Kab, BPN, Bappeda Kab

o. Pengembangan jalur angkutan bus metro rute Surabaya – Lamongan - Babat Kabupaten Lamongan APBD Prov, APBD Kab.

Kemen Perhubungan, Kemen PU, Dinas

Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov

dan Kab, BPN, Bappeda Kab

p.Pengembangan jalur perkeretaapian komuter rute Surabaya – Lamongan – Babat

Kabupaten Lamongan APBD Prov, APBD Kab.

Kemen Perhubungan, Kemen PU, PT. KAI, Dinas Perhubungan Prov dan Kab,

DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab q. Transportasi perkeretaapian · Pengembangan jalur perkeretaapian Surabaya – Gresik -Lamongan – Bojonegoro BUMN

Kemen Perhubungan, PT KAI, Dinas Perhubungan Prov dan Kab · Pengembangan jalur perkerataapian komuter Surabaya - Lamongan - Babat BUMN · Pengembangan jaringan kereta api ganda

Surabaya - Lamongan – Babat - Jombang

(29)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 28 USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA · Pengembangan stasiun kereta

api Perkotaan Lamongan BUMN · Konservasi jalur perkeretaapian mati Jalur Babat– Jombang; Babat– Tuban Transportasi Laut b. Pengembangan pelabuhan umum yaitu pelabuhan Lamongan Shorebase (LS) Kecamatan Paciran APBD Kab., APBD Prov., APBN

Kemen Perhubungan, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, Swasta

Transportasi Udara

Relokasi Bandar Udara Juanda Kabupaten

Lamongan

APBN, APBD Prov, APBD Kab dan Swata

Kemen PU, Kemen Perhubungan, Dinas

Perhubungan Prov dan Kab 2.2. Prasarana Energi

a. Pengembangan sistem

interconected Jawa – Bali Pulau Jawa-Bali BUMN PLN b. Pengembangan jaringan pipa

minyak dan gas bumi Bunder – Lamongan; Lamongan – Babat; Babat –Bojonegoro; Gresik – Sadang – Widang; APBN, APBD Prov, APBD Kab dan Swata

Kemen ESDM, Dinas ESDM Prov, Bappeda, Bag. Perekonomian, BPMD Kab c. Pengembangan SUTET Kec.Ngimbang – Modo – Kedungpring – Kec.Babat BUMN PLN d. Pengembangan SUTT

Kec.Babat-Pucuk – Sukodadi - Lamongan BUMN PLN e. pengembangan Gardu Induk

PLN 500 KV Kecamatan Ngimbang BUMN PLN f. Pengembangan Gardu Induk PLN

150 KV Kecamatan Paciran BUMN PLN 2.3. Prasarana Telekomunikasi a. Penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) secara bersama-sama Kabupaten Lamongan Swasta Swasta b. Pembangunan

teknologi telekomunikasi pada wilayah - wilayah terpencil

Kabupaten Lamongan Swasta Swasta 2.4. Prasarana Sumber Daya Air

a. Sumberdaya air lintas Provinsi Sungai bengawan Solo dan Floodway

APBD Kab, APBD Prov dan APBN

Kemen PU, Dinas PU Pengairan Prov dan Kabupaten

b. Normalisasi DAS Bengawan Solo Kabupaten

Lamongan APBD Kab, APBD Prov dan APBN c. Penataan Sistem

Jaringan Bengawan Jero

Kabupaten Lamongan APBD Kab d. Rehabilitasi Kali Corong Kab. Lamongan –

Kab. Gresik APBD Kab, APBD Prov dan APBN 2.5. Prasarana Lainnya a. TPA Kabupaten Lamongan APBD Prov, APBD-Kab

Kemen PU, Kemen LH, DPU CK dan TR Prov dan Kab, BLH Prov dan Kab b. Tempat pengelolaan limbah

industri B3 dan non B3

Kabupaten Lamongan APBD Prov, APBD-Kab

(30)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 29 USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA B Perwujudan Pola Ruang

1. Perwujudan Kawasan Lindung 1.1. Kawasan Perlindungan setempat a. Perlindungan setempat sempadan pantai; Kecamatan Paciran Kecamatan Brondong APBN, APBD Prov, APBD Kab., BUMN, Swasta

Kemen Kelautan dan Perikanan, Kemen LH, Kemen PU, Kemen Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov dan Kab, BLH Prov dan

Kab, DPU Prov dan Kab, Dinas Pertanian dan Kehutanan Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

b. Perlindungan setempat sempadan sungai; Sepanjang aliran sungai APBN, APBD Prov, APBD Kab. Perhutani

c. Perlindungan Waduk dan embung, dibatasi untuk pariwisata dan menghindari bangunan radius pengamanan kawasan dan mengutamakan vegetasi yang memberikan perlindungan waduk dan embung; Kabupaten Lamongan APBN, APBD Prov, APBD Kab., Perhutani

d. Perlindungan mata air Kabupaten

Lamongan

APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Perhutani 1.2. Pemantapan kawasan Cagar Budaya

a. Memelihara nilai dan fungsinya sebagai peninggalan sejarah, objek penelitian dan pariwisata Monumen Van Der Wijck di Kecamatan Brondong, Makam Sunan Drajad di Kecamatan Paciran, Makam Sendang Duwur di Kec.Paciran, Makam Joko Tingkir di Kecamatan Maduran, Makam Nyai Ratu Andongsari di Kec. Ngimbang, Desa Balun di Kec.Turi, situssitus lain

APBN, APBD Prov, APBD Kab., BUMN, Swasta

Kemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab b. Pelaksanaan kerjasama pengelolaan kawasan Kabupaten Lamongan APBN, APBD Prov, APBD Kab., BUMN, Swasta

Bappenas, Bappeda Prov dan Kab

1.3. Kawasan Rawan Bencana Alam a. Perlindungan kawasan rawan

gelombang pasang Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen PU, BNPB, DPU Prov dan Kab, BPBD Prov dan Kab, Bappeda b. Perlindungan kawasan rawan

banjir Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Glagah, Karangbinangun, Turi dan Deket

APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Gambar

Gambar  3.1  Konsep  Pembangunan  Permukiman  dan  Infrastruktur  Perkotaan  Kawasan Pengembangan Permukiman Nelayan Blimbing Brondong
Gambar 3. 2 Konsep Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan  Kawasan Pengembangan Permukiman Sekitar Pasar Babat
Gambar 3. 3 Konsep Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kawasan  Pengembangan Permukiman Padat Made Raya
Tabel Garis Sempadan Saluran Irigasi/Drainase
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan

SISTEM DTMF SEBAGAI PENGENDALI JARAK JAUH PADA RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS ALAT PENGHANCUR SAMPAH ORGANIK PENGHASIL PUPUK PADAT.. (2016 : xvii + 65halaman + 46gambar

Hubungan Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Intensi Menggunakan Alat Kontrasepsi Setelah Kelahiran Anak Pertama pada Wanita Usia Subur yang

4 Menurut Sanafiah Faisal yang dikutip oleh Spradly mengemukakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sumber informasi sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Pada lansia hal yang menjadi sumber stres bisa berupa : kondisi fisik yang semakin menurun sehingga tidak sekuat pada masa muda dulu dan seringkali diikuti dengan

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi pendidikan terutama yang menyangkut

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.

Sales promotion kartu kredit yang memiliki cara pandang optimistis akan memandang suatu penolakkan yang diterima dari calon nasabahnya adalah karena calon nasabahnya