• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 13 Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Kondisi Pra Siklus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 13 Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Kondisi Pra Siklus"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Pra Siklus

Berdasarkan hasil yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri Ngajaran Semester II tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 25 siswa pada pembelajaran matematika, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran Matematika yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh penulis yang terdapat dalam tabel 13.

Tabel 13

Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Kondisi Pra Siklus

Berdasarkan Tabel 13 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Matematika pada kondisi prasiklus, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase, perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Dalam distribusi frekuensi nilai pada kondisi awal, perolehan nilai siswa dibagi ke dalam 5 rentang nilai. Pada rentang nilai 25-32, diperoleh oleh 1 siswa (4%). Sedangkan pada rentang 35-42, juga diperoleh oleh 6 siswa (24%). Selanjutnya, terdapat 4 siswa (16%) yang memperoleh nilai pada rentang 45-52. Pada rentang nilai 55-62 diperoleh 5 siswa

No Nilai Sebelum Tindakan

Jumlah siswa Persentase (%)

1 25 - 32 1 4 2 35 - 42 6 24 3 45 -52 4 16 4 55 -62 5 20 5 65 -72 5 20 6 75 - 82 4 16 Jumlah 25 100 Rata-rata 56 Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 25

(2)

(20%). Selanjutnya, terdapat 5 siswa (20%) yang memperoleh nilai pada rentang 65-72. Pada rentang nilai 75-82 diperoleh oleh 4 siswa (16%). Pada kondisi awal, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 56 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 25. Berdasarkan Tabel 13 distribusi frekuensi nilai pelajaran Matematika pada kondisi awal maka dapat digambarkan dalam tabel 14

Tabel 14

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar matematika Kondisi Pra Siklus

No Nilai Sebelum Tindakan

Jumlah siswa Persentase (%)

1 < 60 15 60 2 ≥ 60 10 40 Jumlah 25 100 Rata-rata 56 Nilai Tertinggi 80 Nilai Terendah 25

Berdasarkan tabel 14 bisa dilihat bahwa frekuensi nilai pelajaran Matematika materi pecahan bahwa ketuntasan belajar siswa yang memiliki nilai kurang dari 60 ada 15 siswa atau 60%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 10 siswa dengan persentase 40%. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 3.

(3)

Gambar : 3 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

Berdasarkan gambar 3 ketuntasan hasil belajar Matematika sebelum tindakan adalah 60% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 40% dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran Matematika materi pecahan pada siswa kelas 5 SD Negeri Ngajaran 03. Rendahnya hasil belajar Matematika dipengaruhi oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan ceramah dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga menimbulkan kebosanan bagi siswa dan hasil belajar Matematika juga tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan Kondisi seperti pada gambar 3 dengan ketuntasan hanya 40%, penulis merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas 5 sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan model NHT yang akan diterapkan dalam dua siklus dan setiap siklus memuat tiga kali pertemuan.

0% 20% 40% 60% Tuntas Tidak Tuntas 40% 60%

Pra Siklus

Pra Siklus

(4)

4.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam 4 langkah, diantaranya perencanaan, pelaksanan, observasi dan refleksi. Untuk lebih jelasnya berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian yang telah dilaksanakan.

4.2.1. Pelaksanaan Siklus I

a. Perencanaan

Sebelum dilakukan tindakan, maka hal-hal yang direncanakan adalah sebagai berikut:

1. Memilih dan memutuskan model pembelajaran yang perlu untuk digunakan dalam pembelajaran. Setelah dipertimbangkan, maka dipilih model pembelajaran model NHT sebagai model pembelajaran.

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) berikut media ataupun alat peraga yang direncanakan, termasuk lembar observasi pembelajaran untuk digunakan dalam pembelajaran Matematika.

3. Melakukan konsultasi dengan guru kelas, mengenai model pembelajaran yang dipilih, RPP dan media maupun alat peraga yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran, maupun lembar observasi pembelajaran, termasuk menyepakati tindakan akan dilakukan dalam 2 siklus, dimana masing-masing siklus akan dilakukan dalam 3 pertemuan.

4. Setelah mendapatkan persetujuan dengan guru kelas, dilakukan revisi dan mengecek kembali kelengkapan-kelengkapan baik RPP, media maupun alat peraga, serta lembar observasi yang akan digunakan dalam tindakan.

b. Pelaksanaan

Pertemuan 1 dilaksanakan pada Hari Sabtu 26 Maret 2016, kegiatan diawali dengan guru mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa, siswa mempersiapkan alat dan bahan belajar, kemudian melakukan absensi, memberikan

(5)

motivasi agar siswa terlibat berpartisipasi dalam belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, sebelum guru melakukan apersepsi guru meminta siswa untuk tenang karena di dalam kelas sangat ribut, setelah itu guru melakukan apersepsi: menjelaskan dan menunjukan cara menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan menggunakan buah apel, guru bertanya kepada siswa satu buah apel ini ibu pecah menjadi dua bagian jadi dua potong apel ini disebut sper berapa? Setelah siswa menjawab apersepsi guru membagi siswa kedalam kelompok masing-masing 4-5 orang. Awal nya siswa kurang tertarik dengan pembagian kelompok yang dilakukan, tapi setelah guru memberikan mereka nomor kepala kepada siswa untuk dipakai pada saat pembelajaran berlangsung, siswa merasa senang.

Kegiatan inti guru menjelaskan materi tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan. Setelah guru menyampaikan materi dan menjelaskan cara bagai mana mengerjakan penjumlahan dan pengurangan pecahan, guru memberi contoh untuk dikerjakan bersama terlebih dahulu sebelum guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok, siswa diminta untuk maju mengerjakan contoh soal yang ada di depan kelas. siswa belum terlalu antusias masih ditunjuk oleh guru baru siswa maju kedepan kelas. setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi cara penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa bersama kelompok mendikusikan tentang materi yang telah disampaikan oleh guru. Setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan soal kelompok dan gurunya berkeliling kesetiap kelompok menanyakan apakah ada yang masih mereka belum pahami setelah itu siswa bersama kelompok mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan mengamati cara penyelesaian penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa berdiskusi bersama kelompok untuk menjawab pertanyaan agar menemukan jawaban yang dianggap paling tepat, guru berkeliling untuk mengamati, serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. Guru memanggil salah satu nomor secara acak siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka, sebelum kelompok lain menanggapi guru meminta siswa

(6)

yang jawabannya berbeda untuk maju kedepan dan menuliskan atau menyampaikan pendapat mereka setelah itu guru dan siswa bersama-sama menanggapi hasil dari kelompokyang presentasi. Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru memberikan penjelasan menyeluruh tentang cara penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama. Setelah guru selesai memberikan penjelasan, guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan.

Kegiatan penutup guru membuat penegasan atau kesimpulan sekaligus meminta siswa untuk lebih belajar materi yang sama, karena ada pertemuan berikutnya. Setelah itu, guru menutup pelajaran.

Pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Senin 29 Maret 2016, kegiatan diawali dengan guru mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa, siswa mempersiapkan alat dan bahan belajar. Memberikan motivasi agar siswa terlibat berpartisipasi dalam belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru melakukan apersepsi: anak- anak apakah kalian masih ingat pembelajaran kita minggu kemarin tentang pecahan, Setelah siswa menjawab apersepsi, guru membagi siswa kedalam kelompok masing-masing 4-5 orang. Setelah mereka diminta berkelompok siswanya nampak kurang bersemangat. Guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok.

Kegiatan inti setelah siswa menjawab apersepsi yang diberikan, guru menjelaskan materi tentangcara mengurangkan dan menjumlahkan pecahan campuran berpenyebut tidak sama. Masing-masing kelompok diberi pertanyaan yang berkaitan dengan materi tentang pecahan, setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang mengurangkan dan menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama. Siswa bersama kelompok mendikusikan tentang materi yang telah disampaikan oleh guru. Pada saat mereka diminta untuk mengerjakan tugas kelompok ada sebagian kelompok yang sangat ribut, setelah diminta untuk tenang siswa diminta untuk mengerjakan soal kelompoknya kembali setelah itu siswa bersama kelompok mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan mengamati cara

(7)

penyelesaian penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama. Siswa berdiskusi bersama kelompok untuk menjawab pertanyaan agar menemukan jawaban yang dianggap paling tepat, guru berkeliling untuk mengamati, serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. Guru memanggil salah satu momor secara acak siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan pada saat siswa yang ditunjuk nomornya, siswa tersebut tidak mau untuk maju dan guru menunjuk kembali nomor yang lain. Setelah selesai mempresentasikan atau menjawab dari hasil diskusi kelompok mereka, siswa dari kelompok lain menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi. Guru memberikan umpan balik terhadap kerja siswa setelah semua kelompok selesai presentasi, guru memberikan penjelasan menyeluruh tentang cara penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama. Setelah guru selesai memberikan penjelasan, guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama.

Kegiatan penutup guru membuat penegasan atau kesimpulan sekaligus meminta siswa untuk lebih giat lagi untuk belajar. Guru juga mengingatkan siswa bahwa ada pertemuan yang akan dilaksanakan berikutnya, karena itu siswa sebaiknya lebih dahulu belajar di rumah.

Pertemuan ke tiga dilaksanakan pada hari Sabtu 2 April 2016 kegiatan diawali dengan guru mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa, siswa mempersiapkan alat dan bahan belajar. Memberikan motivasi agar siswa terlibat berpartisipasi dalam belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru melakukan apersepsi: menjelaskan tentang pengurangan dan penjumlahan bilangan asli yang sudah kita pelajari pada siklus 1 setelah siswa menjawab apersepsi, guru membagi siswa kedalam kelompok masing-masing 4-5 orang. Guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok.

Kegiatan inti setelah siswa menjawab apersepsi yang diberikan, guru menjelaskan materi tentang cara mengurangkan dan menjumlahkan bilangan asli, masing-masing kelompok diberi pertanyaan yang berkaitan dengan materi tentang pecahan, setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang mengurangkan dan

(8)

menjumlahkan bilangan asli siswa bersama kelompok mendikusikan tentang materi yang telah di sampaikan oleh guru. Setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan soal kelompok, setelah itu siswa bersama kelompok mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan mengamati cara penyelesaian penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa berdiskusi bersama kelompok untuk menjawab pertanyaan agar menemukan jawaban yang dianggap paling tepat, guru berkeliling untuk mengamati, serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. Guru memanggil salah satu momor secara acak siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka, dan siswa dari kelompok lain menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi. Guru memberi umpan balik terhadap kerja siswa setelah semua kelompok selesai presentasi, guru memberikan penjelasan menyeluruh tentang cara penjumlahan dan pengurangan bilangan asli. Setelah guru selesai memberikan penjelasan, guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan bilangan asli

Pada kegiatan penutup guru memberikan tes sebagai evaluasi, selanjutnya guru memberikan penguatan agar siswa dapat terlibat berpartisipasi dalam belajar. Guru juga mengingatkan siswa bahwa ada pertemuan yang akan dilaksanakan berikutnya, karena itu siswa sebaiknya lebih dahulu belajar di rumah.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan juga pengamatan. hal-hal yang diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran NHT, termasuk akibat menerapkan model pembelajaran NHT dalam pembelajaran Matematika. Adapun hal-hal tersebut adalah hasil belajar siswa, evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan pertemuan ke 3 pada siklus 1. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, setelah diberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran NHT.

(9)

d. Refleksi

Melalui pengamatan yang dilakukan observer, pengajar telah menerapkan pembelajaran NHT dengan baik. Pengajar dapat mengatur serta mengendalikan proses belajar mengajar. Awalnya banyak siswa yang binggung dengan pembelajaran NHT tetapi pengajar dapat mengantisipasi hal tersebut dengan cara menjadi fasilitator yang baik dan membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan. Observasi yang dilakukan pada tahap ini juga meliputi observasi respon siswa dengan cara mengamati aktivitas setiap siswa dengan menyesuaikan dengan indikator respon siswa pada lembar observasi. Berdasarkan pengamatan respon siswa yang telah dilakukan oleh observer menunjukkan sudah lebih dari separuh siswa yang memberikan respon positif dalam mengikuti pembelajaran. Namun, masih banyak siswa yang belum mengerti pembelajaran NHT walaupun siswa sudah turut serta dalam tugas belajarnya.

Dalam pembelajaran siklus I masih ada beberapa kegiatan yang dilewatkan guru seperti tidak menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, guru membimbing siswa dalam menjawab, serta belum mengkondisikan ruang kelas pada pertemuan pertama. Namun disini guru sudah memeriksa kesiapan siswa, apersepsi, berdoa, memberikan motivasi-motivasi kepada siswa untuk semangat belajar. Materi disampaikan guru dengan baik walaupun masih menggunakan campuran bahasa seperti bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia. Guru juga telah berusaha untuk memberi kesempatan siswa untuk aktif dalam bertanya dan berpendapat. Guru bersama siswa juga membuat rangkuman tentang materi pelajaran yang telah dilakukan, untuk kegiatan evaluasi dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Hasil observasi aktifitas siswa terhadap pembelajaran pada siklus I kegiatan pembelajaran yang berupa memperhatikan pembelajaran, diskusi kelompok dan penyampaian hasil diskusi. Selain itu juga kegiatan penutup. Siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik, hanya ada beberapa yang perlu diperbaiki seperti siswa lebih aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru maupun berpendapat dalam

(10)

kelompok dan merespon pembelajaran dengan baik. Didalam pembelajaran siklus I waktu yang digunakan masih belum efisien.

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas proses kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, diskusi dilakukan oleh penulis, guru kelas dan guru yang melakukan observasi. Diskusi ini dengan tujuan untuk mencari kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam pembelajaran pada siklus I dalam rangka perbaikan pada siklus II. Adapun hasilnya sebagai berikut: 1. Kelebihan

a. Guru merancang kegiatan pembelajaran dengan baik b. Percaya diri siswa mulai tumbuh

c. Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran d. Siswa mulai berani untuk menjawab 2. Kekurangan

a. Pada pertemuan pertama siswa masih kebingungan dengan model yang di terapkan dalam pembelajaran

b. Waktu yang digunakan belum efisien

c. Siswa belum menghargai pendapat yang telah diutarakan teman yang lain d. Masih takut untuk maju ke depan kelas membacakan hasil diskusi

Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan penulis beserta guru menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan selanjutnya.

4.2.2 Pelaksanaan Siklus II

a. Perencanaan

Sebelum dilakukan tindakan, maka hal-hal yang direncanakan adalah sebagai berikut:

(11)

1. Memilih dan memutuskan model pembelajaran yang perlu untuk digunakan dalam pembelajaran. Setelah dipertimbangkan, maka dipilih model pembelajaran model NHT sebagai model pembelajaran.

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut media ataupun alat peraga yang direncanakan, termasuk lembar observasi pembelajaran untuk digunakan dalam pembelajaran Matematika

3. Melakukan konsultasi dengan guru kelas, mengenai model pembelajaran yang dipilih, RPP dan media maupun alat peraga yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran, maupun lembar observasi pembelajaran, termasuk menyepakati tindakan akan dilakukan dalam 2 siklus, dimana masing-masing siklus akan dilakukan dalam 3 pertemuan.

4. Setelah mendapatkan persetujuan dengan guru kelas, dilakukan revisi dan mengecek kembali kelengkapan-kelengkapan baik RPP, media, maupun alat peraga, serta lembar observasi yang akan digunakan dalam tindakan nanti. b. Pelaksanaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin 4 April 2016, kegiatan diawali dengan guru mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa, siswa mempersiapkan alat dan bahan ajar. kemudian melakukan absensi, memberikan motivasi agar siswa terlibat berpartisipasi dalam pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran. sebelum guru melakukan apersepsi guru meminta siswa untuk tenang, setelah itu guru melakukan Apersepsi: menjelaskan dan menunjukan cara membagi bilangan pecahan dengan media roti, guru bertanya kepada siswa satu buah roti ini bisa tidak dibagi ke pada 4 orang? Setelah siswa menjawab apersepsi guru membagi siswa kedalam kelompok masing-masing 4-5 orang. setelah itu guru memberikan nomor kepala kepada masing-masing kelompok untuk dipakai pada saat pembelajaran berlangsung.

Kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan, guru member contoh untuk dikerjakan bersama terlebih dahulu sebelum guru member tugas kepada masing-masing kelompok, siswa diminta

(12)

untuk maju mengerjakan contoh soal yang ada di depan kelas. Guru meminta salah satu siswa maju kedepan untuk mengerjakan soal tersebut, setelah itu guru dan siswa mengoreksi hasil tersebut apakah pekerjaan tersebut sudah benar apa belum.

Setelah membahas hasil tersebut siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi mengali dan membagi pecahan. Siswa bersama kelompok mendikusikan tentang materi yang telah di sampaikan oleh guru. Setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan soal kelompok dan gurunya berkeliling kesetiap kelompok untuk menanyakan apakah ada yang masih mereka belum pahami, setelah itu siswa bersama kelompok mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan mengamati cara penyelesaian perkalian dan pembagian pecahan. Siswa berdiskusi bersama kelompok untuk menjawab pertanyaan agar menemukan jawaban yang dianggap paling tepat, guru berkeliling untuk mengamati, serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. Guru memanggil salah satu momor secara acak siswa yang ditunjuk nomor nya mengangkat tangan dan mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka, sebelum kelompok lain menanggapi guru meminta siswa yang jawabannya berbeda untuk maju kedepan dan menuliskan atau menyampaikan pendapat mereka setelah itu guru dan siswa bersama-sama menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi. Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru memberikan penjelasan kembali mengenai bagaimana cara penyelesaian mengali dan membagi pecahan tersebut. Setelah guru selesai memberikan penjelasan, guru bersama siswa menyimpulkan hasil penmbelajaran tentang perkalian dan pembagian pecahan.

Kegiatan penutup, guru membuat penegasan atau kesimpulan sekaligus meminta siswa untuk belajar materi yang sama, karena ada pertemuan berikutnya. Setelah itu,

Pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Sabtu 9 April 2016, kegiatan diawali dengan guru mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa, siswa mempersiapkan alat dan bahan belajar. kemudian melakukan absensi, memberikan motivasi agar siswa terlibat dalam pembelajaran. Guru menjelaskan tujuan

(13)

pembelajaran. setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru melakukan apersepsi: anak-anak apakah kalian masih ingat pembelajaran kita minggu lalu tentang mengali dan membagi pecahan, Setelah siswa menjawab apersepsi, guru membagi siswa kedalam kelompok masing-masing 4-5 orang. Setelah mereka diminta membentuk kelompok siswa langsung membentuk kelompok mereka masing-masing, setelah itu guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok.

Kegiatan inti, setelah siswa menjawab apersepsi yang diberikan, guru menjelaskan materi tentang perkalian pembagian desimal. Masing-masing kelompok diberi pertanyaan yang berkaitan dengan materi tentang pecahan, setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang perkalian dan pembagian desimal, Siswa bersama kelompok mendikusikan tentang materi yang telah di sampaikan oleh guru. Disini ada Siswa bertanya kepada guru tentang bagai mana cara penyelesaian soal yang mereka kurang pahami, setelah itu siswa bersama kelompok mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan mengamati cara penyelesaian perkalian dan pembagian decimal. Siswa berdiskusi bersama kelompok untuk menjawab pertanyaan agar menemukan jawaban yang dianggap paling tepat, guru berkeliling untuk mengamati, serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. Guru memanggil salah satu momor secara acak siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan maju kedepan untuk menyampaikan hasil pekerjaannya Setelah selesai mempresentasikan atau menjawab dari hasil diskusi kelompok mereka, siswa dari kelompok lain menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi. Guru memberikan umpan balik terhadap kerja siswa Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru memberikan penjelasan kembali tentang cara perkalian dan pembagian decimal. Setelah guru selesai memberikan penjelasan, guru bersama siswa menyimpulkan hasil penmbelajaran tentang perkalian dan pembagian desimal

Kegiatan penutup guru membuat penegasan atau kesimpulan kemudian meminta siswa untuk lebih giat lagi untuk belajar. Guru juga mengingatkan siswa bahwa ada pertemuan yang akan dilaksanakan berikutnya dan akan ada evaluasi yang akan di kerjakan siswa, karena itu siswa sebaiknya lebih dahulu belajar di rumah.

(14)

Pertemuan ke tiga dilaksanakan hari Senin 11 April 2016, kegiatan diawali dengan guru mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa, siswa mempersiapkan alat dan bahan belajar. memberikan motivasi agar siswa terlibat berpartisipasi dalam belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru melakukan apersepsi: menjelaskan tentang pengurangan dan penjumlahan bilangan asli yang sudah kita pelajari pada siklus 1 setelah siswa menjawab apersepsi, guru membagi siswa kedalam kelompok masing-masing 4-5 orang. Guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok.

Kegiatan inti, setelah siswa menjawab apersepsi yang diberikan, guru menjelaskan materi tentang cara mengali dan menjumlah kan bilangan asli, masing-masing kelompok diberi pertanyaan yang berkaitan dengan materi tentang pecahan, setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang mengali dan menjumlahkan bilangan asli. Siswa bersama kelompok mendikusikan tentang materi yang telah disampaikan oleh guru. Setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan soal kelompok, setelah selesai siswa bersama kelompok mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan mengamati cara penyelesaian mengali dan menjumlahkan pecahan. Siswa berdiskusi bersama kelompok untuk menjawab pertanyaan agar menemukan jawaban yang dianggap paling tepat, guru berkeliling untuk mengamati, serta membantu siswa yang membutuhkan bantuan. Guru memanggil salah satu nomor secara acak siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka, dan siswa dari kelompok lain menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi. Guru memberikan umpan balik terhadap kerja siswa. Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru memberikan penjelasan menyeluruh tentang cara mengali dan menjumlahkan bilangan pecahan asli. Setelah guru selesai memberikan penjelasan, guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang mengali dan menjumlahkan pecahan bilangan asli

Kegiatan penutup, guru memberikan tes sebagai evaluasi, setelah selesai evaluasi, guru memberikan penguatan agar siswa dapat terlibat berpartisipasi dalam

(15)

belajar. Guru juga mengingatkan siswa bahwa ada pertemuan yang akan dilaksanakan berikutnya, karena itu siswa sebaiknya lebih giat lagi untuk belajar di rumah, tidak hanya belajar di sekolah saja.

c. Observasi

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran NHT, termasuk akibat menerapkan model pembelajaran NHT dalam pembelajaran Matematika. Adapun hal-hal tersebut adalah hasil belajar siswa Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan pertemuanke 3 pada siklus I. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, setelah diberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran NHT.

d. Refleksi

Berdasarkan pengamatan pembelajaran NHT pada siklus II lebih kondusif dan terkendali. Sebagian besar siswa telah memberikan respon positif dalam pembelajaran NHT. Hanya ada dua siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran.

Setelah melakukan refleksi pada pembelajaran siklus I, pembelajaran di siklus II ini sudah jauh lebih baik. Dalam pembelajaran guru melakukan kegiatan sesuai dengan model pembelajaran yang dipakai dan tidak ada yang terlewatkan. Guru menyampaikan materi dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Setelah kegiatan pembelajaran guru dipertemuan ketiga memberikan rangkuman yang melibatkan siswa, guru juga memberikan evaluasi dan mengamati siswa secara teliti ketika siswa mengerjakan agar tidak terjadi kecurangan. Hasil observasi aktifitas siswa terhadap pembelajaran pada siklus II antara lain pra pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang berupa memperhatikan pembelajaran, diskusi kelompok dan penyampaian hasil diskusi. Dan melakukan kegiatan penutup.

Dalam pembelajaran siklus II siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik, siswa sudah mempersiapkan alat belajar dan menempati tempat duduk dengan rapi tanpa ditugaskan guru. siswa memperhatikan penjelasan guru tentang mata

(16)

pelajaran Matematika dengan baik dan jarang sekali siswa ngobrol dengan temannya, siswa aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru. Siswa antusias dalam berdiskusi kelompok dengan memberikan usulan tentang tugas yang dikerjakan. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi dengan jelas serta terjadi kegiatan tanya jawab dan saling menanggapi. Siswa juga membuat rangkuman materi tentang pelajaran yang telah dilakukan dengan bantuan guru dan mengerjakan evaluasi pada pertemuan ketiga.

a. Refleksi

Setelah selesai pembelajaran pada siklus II, dilaksanakan evalusi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai meteri yang telah dijelaskan guru. Hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan, nilai semua siswa sudah baik dan tercapai Kriteria Ketuntasan Minilal ( KKM ) yang telah ditentukan guru. Dalam siklus II ini guru sudah menyampaikan apersepsi, tujuan pembelajaran dan melakukan langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara baik. Pada pembelajaran siklus II. ini hambatan-hambatan di dalam pembelajaran sudah diminimalisirkan dan berkurang karena guru sudah pernah menerapkan model pembelajaran think pair and share pada siklus I.

4.3 Hasil Penelitian

Setelah melakukan pembelajaran Siklus I dan Siklus II didapatkan hasil yang disajikan dalam deskripsi data dan analisis data dengan uraian sebagai berikut:

4.3.1 Deskripsi Data 4.3.1.1 Data Siklus I

Setelah kegiatan pembelajaran siklus I dilaksanakan, maka selanjutnya guru melakukan kegiatan evaluasi hasil belajar yang disajikan dalam tabel distribusi frekwensi hasil belajar Matematika. Berdasarkan data hasil tes menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1. Kemudian dengan membuat rekap hasil nilai tersebut, dan rekap nilai itu diperoleh dengan menentukan kelas terlebih dahulu menggunakan rumus dari (Sabana dkk 2000:39):

(17)

K = 1 + 3,3 Log n (jumlah siswa). K = 1 + 3,3 Log 25

K = 1 + 3,3 . 1.39 K = 1 + 4.587

K = 5.587 dibulatkan menjadi 6.

Setelah perhitungan kelas didapatkan kemudian mencari Range dengan rumus : Range = (nilai maksimum – nilai minimum) + 1

Interval = ( ) Range = (80 – 35) + 1 = 46 Interval =( ) = = 7,6 dibulatkan menjadi = 8 Tabel 15

Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Ngajaran 03 Semester 2 tahun 2015/2016

Berdasarkan Tabel 15 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Matematika pada siklus1, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase dan juga

No Nilai Siklus I

Jumlah siswa Persentase (%)

1 35 – 42 3 12 2 43 – 50 1 4 3 51 – 58 3 12 4 59 – 66 6 24 5 67 – 74 5 20 6 75 – 82 7 24 Jumlah 25 100 Rata - rata 60 Nila tertinggi 80 Nilai terendah 35

(18)

perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Dalam distribusi frekuensi nilai pada siklus 1, perolehan nilai siswa dibagi ke dalam 6 rentang nilai. Terdapat 3 siswa (12%) yang memperoleh nilai pada rentang (35-41), pada rentang (43-49) juga diperoleh oleh 1 siswa (4%). Selanjutnya, terdapat 3 siswa (12%) yang memperoleh nilai pada rentang (51-57). Pada rentang nilai (59-65)diperoleh oleh 6 siswa (24%) dan 5 siswa (20%) yang memperoleh nilai pada rentang (67-73) selanjutnya 7 yang memperoleh nilai pada rentang (75-81) . Pada siklus 1, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 60 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 35.

4.3.1.2 Data Siklus II

Dari kegiatan evaluasi yang telah dilakukan pada pembelajaran siklus II diperoleh hasil belajar. Berdasarkan data hasil tes menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 19 Kemudian dengan membuat rekap hasil nilai tersebut, dan rekap nilai itu diperoleh dengan menentukan kelas terlebih dahulu menggunakan rumus dari (Sabana dkk 2000:39):

K = 1 + 3,3 Log n (jumlah siswa). K = 1 + 3,3 Log 25

K = 1 + 3,3 . 1.39 K = 1 + 4.587

K = 5.587 dibulatkan menjadi 6.

Setelah perhitungan kelas didapatkan kemudian mencari Range dengan rumus : Range = (nilai maksimum – nilai minimum) + 1

Interval = ( )

Range = (90 – 50) + 1 = 41

Interval =( )

(19)

Tabel 16

Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Ngajaran 03 Semester 2 tahun 2015/2016

Berdasarkan tabel 16 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Matematika pada siklus II, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase dan juga perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Dalam distribusi frekuensi nilai pada siklus II, perolehan nilai siswa dibagi ke dalam 6 rentang nilai. Terdapat 2 siswa (8%) yang memperoleh nilai pada rentang (50 – 56), pada rentang (57 – 63) juga diperoleh oleh 3 siswa (12%). Selanjutnya , terdapat 14 siswa (56%) yang memperoleh nilai pada rentang (64 – 70). Pada rentang nilai (78 – 84). diperoleh oleh 2 siswa (8%) dan 3 siswa (12%) yang memperoleh nilai pada rentang (85 – 91). Pada siklus II, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 69 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60.

4.3.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui dua tahap yaitu analisis ketuntasan dan analisis komparatif, untuk lebih jelasnya berikut uraiannya.

4.3.2.1 Analisis Ketuntasan

Pada analisis ketuntasan hasil belajar Matematika pada siklus I disajikan tabel sebagai berikut.

No Nilai Siklus II

Jumlah siswa Persentase (%)

1 50 – 56 2 8 2 57 – 63 3 12 3 64 – 70 14 56 4 71 – 77 1 4 5 78 – 84 2 8 6 85 – 91 3 12 Jumlah 25 100 Rata - rata 69 Nila tertinggi 90 Nilai terendah 60

(20)

Tabel 17

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I Siswa Kelas 5 SDN Ngajaran 03 Semester 2 Tahun 2015/2016

No Nilai Siklus I Keterangan

Jumlah siswa Persentase (%)

1 < 60 7 28 Belum Tuntas 2 ≥ 60 18 72 Tuntas Jumlah 25 100 Rata-rata 60 Nilai Tertinggi 80 Nilai Terendah 35

Berdasarkan tabel 17 terdapat 7 siswa yang belum mencapai KKM dan 18 siswa telah mencapai KKM dengan nilai maksimum 80 dan nilai minimum 35. Setelah mengetahui ketuntasan hasil belajar Matematika pada pembelajaran siklus I, berikut ini juga disajikan Tabel analisis ketuntasan siklus II untuk mengetahui peningkatan ketuntasan pada hasil belajar Matematika.

Gambar : 4 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I Siswa Kelas 5 SDN Ngajaran 03 0% 50% 100% Tuntas Tidak Tuntas

Tuntas Tidak Tuntas

Siklus I 72% 28%

(21)

Tabel 18

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II Siswa Kelas 5 SDN Ngajaran 03 Semester 2 Tahun 2015/2016

No Nilai Siklus II Keterangan

Jumlah siswa Persentase (%)

1 < 60 2 8 Belum Tuntas 2 ≥ 60 23 92 Tuntas Jumlah 25 100 Rata-rata 69 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 60

Berdasarkan tabel 18 setelah pembelajaran siklus II dilaksanakan memperoleh hasil belajar yang cukup baik dengan tingkat ketuntasan yakni, 92% siswa kelas 5 mencapai KKM yang telah ditentukan guru pada mata pelajaran Matematika.

Gambar : 5 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar matematika. Siklus II Siswa Kelas 5 SDN Ngajaran 03 0% 20% 40% 60% 80% 100% Tuntas Tidak Tuntas

Tuntas Tidak Tuntas

Siklus I 92% 8%

(22)

4.3.2.2 Analisis Komparatif

Hasil belajar siswa SDN Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada mata pelajaran Matematika masih rendah. Pembelajaran yang cenderung terpusat pada guru yang menyebabkan siswa menjadi pasif dalam mengikuti pembelajaran. Sebelum dilakukan tindakan masih terdapat 16 anak yang belum mencapai KKM yang di tentukan guru yaitu 60. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I ada 9 anak yang masih belum tercapai. Setelah melakukan refleksi dilakukan perbaikan pada pembelajaran siklus II. Pada siklus II ada 2 anak yang masih belum tercapai KKM. Perbandingan ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19

Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Ngajaran 03 Semester II Tahun 2015/2016

Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

Belum Tuntas 15 60 7 28 2 8

Tuntas 10 40 18 72 23 92

Jumlah 25 100 25 100 25 100

Adapun hasil belajar Matematika dengan model pembelajaran tipe NHT telah mencapai 92% siswa tuntas dalam mencapai KKM yang telah ditentukan oleh guru. kondisi tersebut dapat ditunjukkan pada Grafik dibawah ini.

(23)

Gambar : 6 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kelas 5 SDN Ngajaran 03 Semester II Tahun Ajaran 2015/2016

4.4 Pembahasan

Perbaikan pada penelitian tindakan adalah peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Ngajaran melalui model pembelajaran NHT. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas tindakan melalui model pembelajaran NHT, baik yang dilakukan siswa maupun yang dilakukan oleh guru dari siklus I ke siklus II. Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60, atau dikatakan tuntas adalah 10 siswa (40%) kemudian meningkat pada siklus I menjadi 18 siswa (76%) sehingga menjadi 8 siswa (32%). Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60, atau dikatakan tidak tuntas adalah 15 siswa (60%) kemudian menurun pada siklus I menjadi 7 siswa (28%). Pada siklus I siswa yang tuntas belajar ada 18 siswa (76%) lebih rendah dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai siklus I dan siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

Tuntas 40% 76% 92%

(24)

pembelajaran siklus I hal ini dapat disebabkan karena guru belum mengelola waktu pembelajaran dengan baik terutama pada kegiatan pembelajaran secara kelompok. Pada siklus I saat diskusi kelompok, kerjasama dalam kelompok kurang terjalin dengan baik karena masih terdapat anggota kelompok yang pasif dan ada pula anak yang cenderung bekerja sendiri.

Pembelajaran siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga diberikan tindakan pada siklus II yang menunjukkan peningkatan hasil belajar pada Siklus I siswa yang mendapat nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60, atau dikatakan tuntas adalah 18 siswa (76%) kemudian meningkat pada Siklus II sebesar 5 siswa (20%) sehingga menjadi 23 siswa (92%). Pada siklus I diketahui siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60, atau dikatakan tidak tuntas adalah 7 siswa (28%) kemudian menurun pada siklus II sebesar 5 siswa sehingga menjadi 2 siswa (8%). Pada siklus II siswa tuntas belajar adalah 23 siswa (92%) lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Pada siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Dengan demikian melalui penerapan model pembelajaran kooferatip tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tetapi hasil pada siklus II menunjukkan masih terdapat 2 siswa yang belum tuntas.

Setelah mendapatkan keterangan dari guru kelas dan pengamatan dari 5 siswa tersebut pada saat mengikuti proses pembelajaran maka dapat diketahui bahwa kelima siswa tersebut dalam pembelajaran sehari-hari memang memiliki kemampuan yang dibawah rata-rata dari teman-temannya dalam hal memahami materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-temannya. Selain meningkatkan ketuntasan belajar, menerapkan model pembelajaran kooferatip tipe NHT dalam pembelajaran matematika materi pecahan, juga meningkatkan kinerja guru dan aktivitas siswa. Pada siklus I, kinerja guru masuk dalam kategori cukup baik. Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II, kinerja guru meningkat menjadi baik sekali. Setelah dilaksanakan perbaikan tindakan pada siklus II, aktivitas siswa dalam

(25)

mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooferatip tipe NHT masuk dalam kategori baik sekali.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Parsiati (2010) yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numbered Heads Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada

Pelajaran Matematika Tentang Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan di Kelas 4 Semester 2 SDN Ngajaran 3 Manggarmas Kecamatan Gedong Kabupaten Grobogan Tahun pelajaran 2010/2011”. Suherlina, Emi 2014. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Selanjutnya, juga mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Yuni Winarti dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Banyumundul 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012 dan Alustina Isyuniarsih dalam sikripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2011/2012. Disimpulkan bahwa penelitian melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Matematika tentang materi pecahan. Terbukti bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara individu.

Selain mendukung empat hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan teoritis tentang model pembelajaran NHT oleh Miftahul Huda (2014:130) pada dasarnya NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

(26)

Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi. Dengan memperlakukan sintaks pembelajaran dengan tepat, dan dengan memperhatikan karakateristik siswa, kemudian dibagi tugas dan peran siswa sebagai tim asal dan tim ahli sekaligus penyelesai atas masalah yang ditemukan dalam gagasan itu, ternyata model pembelajaran NHT ini mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajararn Matematika, materi pecahan pada siswa kelas 5 SDN Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

4.3.1 Implikasi Teoritis

1. Setelah membandingkan pada teori-teori penggunaan model pembelajaran tipe NHT dengan penelitian ini didapatkan hasil yang sepaham. Kegiatan pembelajaran yang dirancang sesuai dengan standar proses maka didapatkan hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Langkah-langkah pembelajaran NHT dapat melibatkan secara aktif, membangun pengetahuan siswa, rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran Matematika kelas 4 dengan pokok bahasan pecahan.

2. Pembelajaran NHT terhadap peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SDN Ngajaran 03 pada pokok bahasan pecahan.

4.3.2 Implikasi Praktis

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat digunakan untuk meningkatkan semangat belajar siswa dengan belajar kelompok sehingga kegiatan pembelajaran menjadi menyenagkan. Semua ini tidak terlepas dari guru sebagai fasilitator yang memberikan motivasi, bimbingan dalam kegiatan diskusi kelompok.Pembelajaran NHT dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar Matematika.

Gambar

Gambar : 3 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
Gambar : 4 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I Siswa Kelas 5 SDN  Ngajaran 03 0%50%100%Tuntas Tidak Tuntas
Gambar : 5  Grafik Ketuntasan Hasil Belajar matematika. Siklus II Siswa Kelas 5  SDN Ngajaran 03 0%20%40%60%80%100%Tuntas Tidak Tuntas
Gambar : 6 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kelas 5 SDN  Ngajaran 03  Semester II Tahun Ajaran 2015/2016

Referensi

Dokumen terkait

Potret living hadis dalam pantang larang bermain di waktu Magrib ini, sesungguhnya mudah dimengerti mengingat watak agama Islam yang.. fleksibel, sehingga mampu menyatu

menurut ketentuan Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, harus membukukan selisih antara nilai Harta dikurangi dengan nilai Harta bersih yang telah

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 98 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Kearsipan Tahun 2014-2019, merupakan bentuk pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain.

Smart (2002) menyebutnya sebagai re-ordering, yakni penyusunan prioritas analisa dari yang begitu dipengaruhi oleh pemikiran strukturalis dengan tema utamanya adalah

Sedangkan pada rice cooker PF, yang menggunakan kontrol fuzzy logic menghasilkan suhu yang relatif stabil meskipun massa nasi telah berkurang, karena sistem

Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka dapat dirumuskan suatu hipotesis yaitu: Ada pengaruh lama waktu kontak antara karbon aktif yang berasal dari tempurung