• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visi & Misi Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Sumba Timur Tahun BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Visi & Misi Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Sumba Timur Tahun BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I PENDAHULUAN

Suksesi kepemimpinan daerah di era demokrasi langsung sejak bergulirnya reformasi politik di tahun 1998, menjadi momentum yang menggairahkan bagi masyarakat yang semakin sadar akan kontribusi dan konsekuensi pilihannya dalam memilih pemimpin daerahnya. Periodisasi kepemimpinan yang dibatasi undang-undang melahirkan pemimpin sesuai dengan semangat zaman pada ruang dan waktu yang begitu dinamis. Tampilnya sosok pemimpin yang diharapkan masyarakat dapat menyelesaikan berbagai persoalan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang demikian kompleks, menjadi kerinduan tidak terbendung setiap kali panggung pemilukada digelar. Momentum pemilukada serentak tahun 2020 yang diikuti 270 Kabupaten/Kota, termasuk Kabupaten Sumba Timur di tengah pandemi global Covid-19, tidak menyurutkan kegembiraan pesta demokrasi yang akan digelar pada tanggal 9 Desember 2020, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan.

Merujuk pada tahapan pembangunan jangka panjang Kabupaten Sumba Timur Tahun 2005-2025, maka periodisasi kepemimpinan saat ini memasuki tahapan keempat atau tahapan terakhir periode ini. Pada posisi seperti ini jelas begitu besar harapan perubahan yang diharapkan masyarakat akan terjadi, sehingga tag kesejahteraan yang diusung pada setiap pagelaran pemilukada tidak menjadi utopis. Perjuangan pemimpin sebelumnya pada tiga periode yang telah dilalui jelas masih meninggalkan berbagai permasalahan, seperti masih tingginya angka kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, besarnya angka pengangguran, kinerja birokrasi yang belum profesional yang terlihat dari kurangnya kreativitas dan inovasi birokrasi dalam memberikan pelayanan baik terhadap publik maupun internal lembaga pemerintah, hingga kuantitas dan kualitas infrastruktur dasar yang belum memadai, di samping prestasi yang telah diukir tentunya. Hal ini membutuhkan strategi dan pendekatan yang memungkinkan terjadinya percepatan di berbagai bidang kehidupan dan berbagai sektor pembangunan, di bawah kepemimpinan yang kuat dan mengenal karakter masyarakat dan daerah Kabupaten Sumba Timur dalam suatu gerakan dan langkah bersama yang berpadu dengan denyut nadi dan hati seluruh masyarakat yang merindukan terjadinya perubahan. Perubahan yang dimaksudkan tidaklah sekedar mengejar target perubahan angka statistik semata tetapi lebih substansial dari pada itu adalah kesadaran pentingnya perubahan mental,

(3)

karakter dan perilaku mengejar ketertinggalan tanpa menjadi orang asing di negeri sendiri. Artinya kekayaan sumber daya dan kearifan lokal yang mumpuni, menjadi modal penggerak menciptakan keunggulan komparatif dan kompetitif, dengan melibatkan seluruh komponen pelaku pembangunan baik pemerintah, masyarakat dan dunia usaha untuk satu hati bertekad bergerak bersama dengan tidak mengedepankan perbedaan sebagai penghalang, tetapi justru sebagai energi pendorong.

Berangkat dari latar belakang sebagaimana dikemukakan di atas, kondisi dan realitas yang dihadapi Kabupaten Sumba Timur serta kesempatan yang dimiliki masyarakat untuk menentukan pilihannya sesuai hati nuraninya pada tanggal 9 Desember 2020, dokumen ini diajukan dengan judul “SEHATI BERGERAK MENUJU PERUBAHAN” . Tulisan ini memuat visi, misi, strategi dan agenda prioritas Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati lima tahun ke depan, sebagai persyaratan yang tidak hanya bersifat adminstratif tetapi juga merupakan gagasan komitmen yang didorong oleh rasa cinta dan semangat pengabdian sebagai anak bangsa. SEHATI tidak saja merupakan akronim dari visi Sejahtera, Harmoni dan Tertib

yang dipasarkan kepada publik, tetapi sekaligus merupakan jargon pasangan bakal calon untuk memperjuangkan dan memenangkan hati rakyat, memberikan amanahnya kepada Drs.Khristofel Praing,Msi dan David Melo Wadu,ST untuk memimpin Kabupaten Sumba Timur tercinta pada periode 2021-2025.

(4)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAN POTENSI DAERAH

Pengenalan terhadap kondisi daerah penting untuk mengetahui karakteristik wilayah dan berbagai potensi sumber daya yang tersedia, sebagai modal dasar pembangunan. Informasi yang relevan dan penting disajikan untuk menyelaraskan dengan berbagai permasalahan, visi dan misi kepala daerah, dan strategi serta program priotitas yang diajukan.

2.1. Aspek Geografis dan Demografis

Kabupaten Sumba Timur adalah salah satu kabupaten dari 22 kabupaten/kota di Provinsi NTT yang berada di Pulau Sumba, dengan letak astronomis antara 119045120052 BT dan 901610020 LS. Luas wilayah daratan Kabupaten Sumba Timur 700.050 Ha yang tersebar pada 1 (satu) pulau utama (Pulau Sumba) dan 3 (tiga) pulau kecil yaitu Pulau Salura yang sudah berpenghuni dan Pulau Mengkudu dan Pulau Nuha yang belum berpenghuni. Berdasarkan posisi geografis Kabupaten Sumba Timur memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Utara berbatasan dengan Selat Sunda  Selatan berbatasan dengan Lautan Hindia  Timur berbatasan dengan Laut Sabu

 Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah

Kabupaten Sumba Timur merupakan wilayah kepulauan dan pesisir dengan luas wilayah laut sekitar 8.373,51 km2 dan panjang garis pantai mencapai 433,6 km, yang terbentang dari pesisir Utara, pesisir Timur dan pesisir Selatan dari wilayah Kabupaten Sumba Timur. Karakteristik fisik seperti ini menjadikan Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi besar di sektor kelautan dan perikanan. Sekitar 40 % luas Sumba Timur merupakan daerah yang berbukit-bukit terjal terutama di daerah bagian Selatan, dimana lereng-lereng bukit tersebut adalah lahan yang subur sementara di bagian Utara berupa dataran yang berbatu yang kurang subur. Sebagian besar lahan didominasi padang rumput savana yang dimanfaatkan masyarakat sebagai padang penggembalaan ternak khususnya kuda dan sapi. Tampilan bukit yang jalin menjalin, dengan ternak yang merumput menampilkan panorama alam yang unik dan indah. Kondisi alam yang berbukit-bukit dengan padang savana yang luas, meskipun

(5)

terlihat kering dan gersang karena singkatnya musim hujan yaitu hanya 4 (empat) bulan pada bulan Januari-April, namun wilayah ini menutrisi lahan di bagian lembahnya yang meskipun tidak merupakan hamparan yang luas tapi menjadi spot-spot yang sangat subur untuk pertanian.

Wilayah administrasi Kabupaten Sumba Timur terdiri dari 22 wilayah kecamatan dan 156 Desa/Kelurahan. Terdapat 8 (delapan) kecamatan yang masuk perbatasan negara di laut yang meliputi Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Wula Waijelu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, Kecamatan Katala Hamulingu, dan Kecamatan Lewa Tidahu. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1.

Peta Administrasi Kabupaten Sumba Timur

Luas masing-masing kecamatan sebagaimana ditampilkan pada tabel 2.1. Tabel 2.1.

Luas Wilayah Kabupaten Sumba Timur Menurut Kecamatan

NO. KECAMATAN LUAS WILAYAH/AREA KM2 HEKTAR % (1) (2) (3) (4) (5) 1. 2. 3. 4. Lewa

Nggaha Ori Angu Lewa Tidahu Katala Hamu Lingu

281,1 286,4 322,1 453,1 28.110 28.640 32.210 45.310 4,02 4,09 4,60 6,47

(6)

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Tabundung Pinu Pahar Paberiwai Karera Matawai La Pawu Kahaungu Eti Mahu Ngadu Ngala Pahunga Lodu Wula Waijelu Rindi Umalulu Pandawai Kambata Mapambuhang Kota Waingapu Kambera Haharu Kanatang 514,4 246,6 199,7 334,6 405,4 475,1 196,6 207,9 349,8 221,3 366,5 307,9 412,6 412,7 73,8 52 601,5 279,4 51.440 24.660 19.970 33.460 40.540 47.510 19.660 20.790 34.960 22.130 36.650 30.790 41.260 41.270 7.380 5.200 60.150 27.940 7,35 3,52 2,85 4,78 5,79 6,79 2,81 2,97 5 3,16 5,24 4,40 5,89 5,90 1,05 0,74 8,59 3,99 Sumba Timur 7000,5 700.050 100

Wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Haharu yakni 8,59 % dari luas wilayah kabupaten, diikuti oleh Kecamatan Tabundung sebesar 7,35 %, Kecamatan Kahaungu Eti sebesar 6,79 % dan Katala Hamulingu 6,47 % .

Dari sisi demografis, jumlah penduduk Kabupaten Sumba Timur berjumlah 255.601 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebesar 130.925 jiwa dan perempuan sebesar 124.676 dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 36.51 per km2. Agama yang dianut oleh masyarakat Sumba Timur meliputi agama Islam, Kristen Khatolik, Kristen Protestan, Hindu/Budha dan aliran lainnya termasuk aliran kepercayaan Marapu yang merupakan kepercayaan lokal. Mayoritas masyarakat Kabupaten Sumba Timur menganut agama Kristen Protestan yaitu 179.199 jiwa atau 71,79 % dari jumlah keseluruhan penduduk. Tabel 2.2. memperlihatkan komposisi penduduk menurut agama dan kepercayaan yang dianut.

Tabel 2.2.

Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2019

NO. AGAMA/KEPERCAYAAN JUMLAH ORANG %

(1) (2) (3) (4) 1. 2. Islam Katolik 15.249 23.282 6,10 9,32

(7)

3. 4. 5.

Kristen Protestan Hindu/Budha

Aliran Lainnya (Marapu)

179.199 399 31.476 71,79 0,16 12,61 Sumber : Sumba Timur Dalam Angka,2019

Hal yang menarik dari data penduduk berdasarkan agama yang dianut adalah besarnya jumlah penganut aliran kepercayaan Marapu yaitu menempati posisi kedua setelah penganut agama Kristen Protestan. Marapu sebagai kepercayaan lokal masyarakat Sumba Timur telah ada sejak zaman sebelum Indonesia merdeka dan memberi pola pada entitas sosiokultural masyarakat Sumba. Pengakuan negara terhadap eksistensi penganut aliran kepercayaan Marapu dalam memenuhi hak konstitusional, adalah perjuangan panjang yang menorehkan hasil keberpihakan terhadap kaum marginal sesuai Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016. Hal ini memungkinkan mereka untuk memperoleh akses terhadap sumber daya dan pelayanan publik sebagaimana penganut agama dan kepercayaan lainnya.

Keberadaan penganut aliran kepercayaan asli masyarakat Sumba Timur yang masih cukup besar, memberi nuansa dan warna tradisi yang unik dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Nilai-nilai tradisi yang masih kental melahirkan produk budaya yang tidak hanya menarik investasi di sektor pariwisata, tetapi juga memperkaya karakter masyarakatnya dan sumber inspirasi nilai-nilai keutamaan yang mempererat kesatuan dan persatuan bangsa di tengah kemajemukan.

Dari sisi mata pencaharian penduduk, meskipun memiliki potensi yang cukup besar di sektor kelautan dan perikanan, dan memiliki keindahan alam yang mempesona hingga terpilih sebagai The Best Beautiful Island in the World oleh majalah Focus terbitan Jerman, namun sebagian besar masyarakat lebih mengandalkan sektor pertanian yaitu pertanian lahan kering. Sesuai dengan kondisi alamnya yang tandus dan kering dimana lahan terluas adalah berupa padang rumput savana seluas 206.295 Ha, yang dimanfaatkan masyarakat untuk penggembalaan ternak maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat Sumba Timur adalah petani peternak. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat dapat dilihat pada tabel 2.3 dan jenis lapangan pekerjaan utama sebagaimana ditampilkan pada tabel 2.4.

Tabel 2.3.

Jenis dan Luas Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Sumba Timur

NO. JENIS PEMANFAATAN LAHAN LUAS (HA)

(1) (2) (3) 1. 2. Sawah Tegalan 26.275 46.379

(8)

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ladang Perkebunan

Privat Wood Land

Padang rumput savana Hutan Negara Tidak diusahakan Lainnya 31.134 32.148 32.971 206.295 25.498 95.770 53.351 Tabel 2.4.

Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2018

NO. LAPANGAN USAHA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH TOTAL

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan

47.189 32.298 79.487

2. Pertambangan & Penggalian, Pengadaan Listrik, Gas dan Air

2.587 394 2981

3. Industri Pengolahan 2.966 6.751 9.717

4. Konstruksi 4.673 122 4.795

5. Perdagangan 6.538 6.095 12.633

6. Transportasi dan Pergudangan 2.690 651 3.341

7. Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan; dan Jasa Perusahaan

1.053 108 1.161

8. Administrasi Pemerintahan 3.174 687 3.861

9. Jasa Pendidikan dan Kesehatan 2.990 5.759 8.749

10. Jasa Lainnya 412 1.171 1.583

JUMLAH 74.272 54.036 128.308

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Amanah konstitusi Republik Indonesia tentang pemenuhan hak-hak rakyat untuk menciptakan kesejahteraan adalah kunci utama yang harus dipegang secara konsisten oleh para pemimpin dari level pusat hingga daerah-daerah, jika tidak ingin gagal memimpin di ranah kekuasaan yang sejatinya bersumber dari rakyat. Konsep negara kesejaheraan (welfare state)

(9)

menjadi penggerak berperan dan berfungsinya negara dalam memberikan pelayanan, mendistribusikan dan memberikan akses yang adil dan merata terhadap berbagai sumber daya, memberi jaminan kepastian keberpihakan negara terhadap rakyatnya karena negara hadir dan dihadirkan untuk rakyat. Kehadiran negara dalam mengisi dan mengatasi berbagai ruang yang berpotensi terjadinya ketimpangan, ketidakadilan, kemiskinan, kebodohan, dan seterusnya akan memberikan legitimasi terhadap kekuasaan yang diamanahkan.

Kesejahteraan masyarakat merupakan suatu kondisi yang ingin dicapai dalam proses bernegara dan berpemerintahan, yang ukurannya tidak hanya mencakup aspek ekonomi tetapi lebih luas dari itu yaitu bagaimana ia mampu mengaktualisasikan kapasitas dirinya sebagai manusia yang bermartabat atau mengutip yang dikemukakan oleh Nussbaum dan Sen oleh Sunaryo dalam bukunya Etika Berbasis Kebebasan bahwa “kualitas hidup manusia ditentukan oleh sejauh mana seseorang dapat mencapai sesuatu yang dianggap bernilai atau yang disebut

dengan kapabilitas”(2017,81). Kondisi ini dapat dicapai jika masyarakat tidak bodoh,

tertinggal dan miskin tetapi dapat menikmati hasil-hasil pembangunan sebagai insan yang merdeka, kemerdekaan yang sesungguhnya, karena masyarakat tidak berada pada posisi terintimidasi oleh negara.

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat yang tidak hanya mencakup aspek ekonomi tetapi aspek sosial sekaligus adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Capaian IPM Kabupaten Sumba Timur mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2018 adalah 64,65 yang dapat digambarkan pada diagram 2.1.

63,22 64,19 64,65 62,5 63 63,5 64 64,5 65 P E R K E M B A N G A N I P M K A B U PAT E N S U M B A T I M U R TA H U N 2 0 1 6 - 2 0 1 8 2016 2017 2018

(10)

Jika dilihat capaian komponen-komponen pembentuk IPM yaitu Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran per Kapita dari tahun 2016-2018 adalah sebagai berikut :

Angka Harapan Hidup masyarakat Sumba Timur terus meningkat mengindikasikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, artinya pelayanan, fasilitas dan kesadaran masyarakat akan hidup yang sehat semakin baik. Demikian pula dengan Angka Harapan Lama Sekolah yang pada tahun 2018 berada pada angka 12,8 tahun artinya rata-rata anak usia 7 tahun yang masuk jenjang pendidikan formal pada tahun 2018 memiliki peluang untuk bersekolah selama 12,8 tahun yaitu setara dengan Diploma I.

Pada angka rata-rata lama terlihat kondisi yang masih memprihatinkan meskipun terjadi kenaikan dari tahun ke tahun yaitu 6,48 tahun pada tahun 2016 yang meningkat menjadi 6,73 tahun pada tahun 2017 dan menjadi 6,74 pada tahun 2018, namun hal ini menginformasikan bahwa kualitas sumber daya manusia Kabupaten Sumba Timur masih memprihatinkan karena sebagian besar masyarakatnya hanya tamat Sekolah Dasar dari komitmen Wajib Belajar 12 tahun yaitu hingga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pengeluaran per kapita masyarakat Sumba Timur dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan namun masih tergolong sangat rendah yaitu sebesar Rp.9.351.000 pada tahun 2018, dari Rp.9.093.00 pada tahun 2017 dan Rp.9.004.000 pada tahun 2016. Jika dilihat rata-rata pengeluaran per bulan pada tahun 2018 hanya berada pada angka Rp.779.250 rupiah.

64 1 2 ,3 6 ,4 8 9 ,0 0 4 6 4 ,1 2 1 2 ,7 9 6 ,7 3 9 ,0 9 3 6 4 ,4 5 12 ,8 6 ,7 4 9 ,3 5 1 A N G K A H A R A P A N H I D U P H A R A P A N L A M A S E K O L A H ( T A H U N ) R A T A - R A T A L A M A S E K O L A H ( T A H U N ) P E N G E L U A R A N P E R K A P I T A ( R I B U R U P I A H )

KO MPO N EN IPM K AB UPAT EN SUMBA T IMUR TAH UN 2016 -2018 2018 2016 2017 2016 2016 2017 2018 2016 2018 2018

(11)

Ditarik lagi pada kondisi kemiskinan dengan garis kemiskinan sebesar Rp.331.295,- untuk pengeluaran bahan makanan dan bukan makanan, terdapat 30,13 % berada pada kriteria penduduk miskin yaitu sebesar 76.800 orang miskin. Suatu kondisi yang paradoks jika disandingkan dengan potensi luar biasa yang dimiliki kabupaten ini, sehingga terpilih sebagai pulau terindah di dunia namun tidak seindah kemampuan masyarakat untuk menikmati dan merasakan hasil-hasil pembangunan yang terlihat masih timpang.

2.3. Potensi Daerah

Gambaran umum daerah dapat menggambarkan berbagai potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Sumba Timur dan menjadi modal penggerak utama percepatan pembangunan daerah. Hal ini dapat dijelaskan secara rasional karena karakteristik dan potensi keunikan yang dimiliki Sumba Timur di berbagai sektor, memiliki nilai investasi yang tinggi jika dikelola dengan benar karena meningkatkan daya saing daerah. Potensi yang dimiliki Kabupaten Sumba Timur dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pertanian lahan kering, potensi Kabupaten Sumba Timur untuk pertanian lahan kering adalah potensi yang dapat diandalkan karena memungkinkan kekayaan keragaman produksi pertanian, yang kini belum dioptimalkan karena terjadinya pergeseran dan perubahan pola perilaku dan budaya petani dari lahan kering ke lahan basah untuk memenuhi kebutuhan beras. Produksi pangan lokal seperti jagung dengan varitas lokal, sorghum, ubi-ubian seperti Litang, dan Iwi menjadi tergeser karena desakan konsumsi beras yang dibudayakan dan melahirkan ketidakpercayaan diri terhadap produksi dan konsumsi pangan lokal.

2. Perikanan dan kelautan, dengan garis pantai yang panjang dan terpaan sinar matahari yang melimpah memungkinkan berkembangnya potensi kelautan dan perikanan, memungkinkan keragaman dan melimpahnya hasil produksi, seperti perikanan tangkap, rumput laut dan produk olahannya.

3. Peternakan, dengan luasnya padang penggembalaan ternak dan tersedianya lahan untuk tumbuh dan berkembangnya budi daya pakan ternak adalah peluang menjadi gudang ternak baik skala regional maupun nasional.

4. Pariwisata, dengan keindahan alam, dan keunikan entitas sosial budaya masyarakatnya serta berbagai peninggalan arkeologis memiliki daya tarik yang tinggi untuk mendatangkan devisa.

5. Perkebunan dan kehutanan yang spesifik daerah kering menghasilkan berbagai komoditi perkebunan dan kehutanan yang memiliki daya saing yang tinggi seperti jambu mente,

(12)

kemiri, dan berbagai produk kayu berkualitas seperti jati, gaharu dan cendana yang termasuk komoditi langka namun dapat dibudidayakan dengan baik di Kabupaten Sumba Timur.

6. Besarnya jumlah penduduk dan angkatan kerja.

7. Pluralisme masyarakat dari berbagai aspek dengan tingkat toleransi dan kerukunan yang tinggi, memungkinkan terjadinya iklim yang kondusif untuk investasi.

BAB III

MASALAH DAN TANTANGAN

Penggagas teori Negara Kesejahteraan, Prof.Mr.R.Kranenburg mengungkapkan bahwa

“Negara harus secara aktif mengupayakan kesejahteraan, bertindak adil yang dapat dirasakan seluruh masyarakat secara merata dan seimbang, bukan mensejahterakan golongan

tertentu tapi seluruh rakyat”. Suksesi kepemimpinan dari waktu ke waktu mengemban

tanggung jawab ini, yang secara kuantitatif terbaca pada capaian angka statistik yang ditargetkan, dan secara kualitatif terlihat pada pola peran dan partisipasi masyarakat dalam memberi makna pada sistem kekuasaan yang terbangun.

Berdasarkan data evaluasi pencapaian target RPJMD Kabupaten Sumba Timur Tahun 2016-2021, terlihat berbagai pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawab pemegang tongkat estafet periode kepemimpinan daerah tahun 2021-2025 dengan belum tercapainya target kinerja sesuai indikator yang ditetapkan yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1.

(13)

Menyimak angka capaian tersebut, ada sejumlah permasalahan mendasar dan tantangan yang dihadapi Kabupaten Sumba Timur pada lima tahun ke depan yaitu :

(14)

2.1. Stagnasi Makro Ekonomi

Gambaran ekonomi Kabupaten Sumba Timur sebagaimana dideskripsikan dari rerata laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 2016-2016 berada pada angka 5,05 %. Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah menjadi gambaran menyeluruh bagi pertumbuhan produksi riil sektor-sektor PDRB. Sektor pertanian masih mendominasi kontribusi PDRB yaitu sebesar 25,45 %, meskipun terjadi perubahan pada sektor-sektor lainnya seperti listrik dan gas, jasa keuangan dan asuransi serta konstruksi. Hal ini mengindikasikan kemampuan upaya percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat masih belum optimal.

Selain itu kondisi global maupun nasional akibat covid-19 cukup terganggu baik dari aspek produksi maupun konsumsi. Pembatasan sosial berskala besar membawa perubahan terhadap pola perilaku dunia usaha dalam merespon permintaan dan penawaran (supply and

demand). Hal ini berdampak terhadap skala produksi maupun kemampuan atau daya beli

konsumen dikarenakan pemangkasan tenaga kerja di berbagai sektor riil (real sector). Namun demikian, situasi ini melahirkan peluang dan tantangan tersendiri dalam memanfaatkan teknologi digital yang kembali menggairahkan dunia usaha di tengah musibah pandemi. Permasalahan yang dihadapi kini, bergesernya perilaku dunia usaha dari model bisnis tradisional ke online marketplace dengan memanfaatkan teknologi digital belum diikuti dengan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni, masyarakat dan pelaku bisnis masih banyak yang gagap teknologi. Selain itu acuan aturan, etika dan moral pelaku bisnis belum lengkap sehingga berpotensi terjadinya berbagai pelanggaran yang merugikan baik masyakat maupun dunia usaha itu sendiri.

2.2. Stagnasi Kemandirian Daerah

Konsep kemandirian daerah mengacu kepada sejauh mana kemampuan daerah membiayai dirinya sendiri, disinilah salah satu point penting dari konsep otonomi daerah. Tingkat ketergantungan daerah Kabupaten Sumba Timur terhadap pemerintah pusat dalam membangun daerah masih tinggi. Artinya aktivitas pembangunan ekonomi belum mampu memberi nilai tambah (value added) yang bermakna terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Ketergantungan akut terhadap sumber dana pusat ini menunjukkan bahwa masih banyak sektor riil dan strategis yang belum dikelola secara optimal, pola yang terbangun masih terpaku pada pola memanfaatkan atau konsumtif dari pada menghasilkan atau produktif. Sumber daya yang melimpah dan dapat mempercepat ketertinggalan belum dikelola secara optimal dan inovatif sehingga daya saing daerah menjadi stagnan. Lebih jelasnya tentang

(15)

kemampuan Pendapatan Asli Daerah dalam membiayai pembangunan daerah dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2.

Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah (Dana Perimbangan) Tahun : 2016-2018 NO TAHUN PAD (RP) DANA PERIMBANGAN (RP) KONTRIBUSI PAD THD PENDAPATAN DAERAH (DANA PERIMBANGAN) 1. 2016 68.222.357.517 897.062.773.691 7,60 % 2. 2017 98.205.464.854 861.868.679.078 11,39 % 3. 2018 75.375.668.000 818.499.753.000 9,21 %

Sumber : Sumba Timur Dalam Angka, diolah.

Data yang ditampilkan pada tabel 3.2, memperlihatkan kemampuan nyata daerah dalam membiayai dirinya sendiri, kemampuan yang masih rendah ditunjukkan dengan rata-rata kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah khususnya dana perimbangan yaitu sebesar 9,4 %. Dengan demikian indikator kemandirian daerah masih sangat rendah, karena 90,6 % masih menggantungkan nasibnya kepada pemerintah pusat untuk membangun daerah.

Potret struktur APBD Kabupaten Sumba Timur yang menampilkan kontribusi dana perimbangan dibandingkan dengan kompetensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberi ruang otokritik yang harus dimaknai secara jujur bahwa kerja belum cukup keras, daya kreativitas mengungkit sumber-sumber pendapatan belum dipersembahkan secara optimal dan inovasi belumlah diupayakan karena sumber daya manusia yang masih terbatas dalam mengaplikasikan iptek, sebuah kejujuran terbuka diperlukan untuk memampukan upaya meningkatkan kepercayaan dan harga diri pemerintah daerah dalam memaknai otonomi daerah. 2.3. Masih Tingginya Tingkat Kemiskinan

Kemiskinan pada hakekatnya adalah pengingkaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan, jika dipersandingkan dengan karunia sumber daya yang melimpah di satu sisi namun negara tidak mampu memberikan kehidupan layak secara manusiawi. Angka kemiskinan Kabupaten Sumba Timur berada pada posisi 30,13 % yaitu 76.804 orang, dengan garis kemiskinan Rp.331.295 (Sumba Timur Dalam Angka,2019). Relevan dengan data kemiskinan tersebut, berdasarkan Perpres 63/2020 yang memasukkan tingginya angka kemiskinan sebagai salah satu indikator, Kabupaten Sumba Timur ditetapkan sebagai Daerah Tertinggal tahun 2020-2024 bersama 12 Kabupaten lainnya di NTT yaitu Kabupaten Sumba Barat, Kupang, TTS, Belu, Alor, Lembata, Rote Ndao, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Manggarai Timr, Sabu

(16)

Raijua dan Malaka. Predikat ini ditetapkan setiap 5 tahun sekali berdasarkan kriteria nasional, mencakup perekonomian masyarakat, SDM, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas dan karakteristik daerah. Meskipun secara statistik angka kemiskinan terlihat menurun yaitu dari angka 31,43 % pada tahun 2016, kemudian menjadi 31,03 % pada tahun 2017 dan 30,13 % pada tahun 2018, namun penurunan angka ini belumlah signifikan jika dibandingkan dengan banyaknya program, kegiatan, dan dana yang telah digelontorkan dari berbagai sumber baik APBN, APBD, bantuan luar negeri maupun sumber dana lainnya untuk memerangi kemiskinan.

Eksekusi PP Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal jelas berkonsekuensi pada kejujuran untuk mengakui masih banyak yang harus dibenahi terkait pelayanan dasar yang harus dipenuhi pemerintah untuk mencapai kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Berbagai kebijakan, program dan kegiatan yang ditujukan untuk upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, hendaknya benar-benar mendapatkan pendampingan yang optimal sehingga intervensi yang dilakukan menjadi tepat sasaran.

Kemiskinan hendaknya dapat didefenisikan secara operasional sesuai karakteristik masyarakat dan daerah Sumba Timur yang unik dan berbeda dari daerah lainnya. Dengan demikian diharapkan kita dapat bergeser ke tahapan yang lebih esensial dari sekadar memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan yaitu kondisi masyarakat yang memiliki kemampuan untuk menentukan dan memutuskan pilihan-pilihan terbaik dalam menentukan masa depannya. Dengan kata lain terbentuknya masyarakat yang memiliki kapabilitas yaitu kemampuan untuk mencapai sesuatu yang bernilai dalam hidupnya, suatu model pembangunan yang memerdekakan, dimana partisipasi yang ditampilkan masyarakat baik berupa dukungan maupun tuntutan didasarkan pada kesadaran dan pemahaman akan peran dan fungsi warga terhadap negara.

2.4. Rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Faktor sumber daya manusia sebagai titik sentral penggerak pembangunan jelas sangat menentukan kemampuan daerah mengejar ketertinggalan dan memposisikan diri seirama dan harmonis dengan kemajuan yang dicapai secara global, nasional maupun regional. Gelombang perubahan yang demikian keras melanda seluruh aspek kehidupan akan melahirkan keputusasaan kolektif dikarenakan ketidakmampuan mensikapi peluang maupun tantangan dan mengatasi kelemahan dan ancaman perubahan. Investasi sumber daya manusia yang berkualitas adalah jawaban tepat dan merupakan komitmen yang tidak boleh terputus oleh

(17)

riuhnya kepentingan mengejar kekuasaan dan meminggirkan kesempatan rakyat membangun kemampuan dirinya menjadi manusia yang bermartabat.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumba Timur menunjukkan terjadinya peningkatan dari tahun ke tahun yang meliputi aspek ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Posisi Kabupaten Sumba Timur yang berada pada peringkat kelima setelah Kabupaten Nagekeo pada posisi keempat, Kabupaten Ende pada posisi ketiga, Kabupaten Ngada pada posisi kedua dan Kabupaten Kupang pada posisi pertama, menunjukkan prestasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi ini tidak serta merta membius kita, karena kondisi paradoksal yang terjadi dengan tingginya angka kemiskinan jelas merupakan tantangan berat, mengingat implikasi kemiskinan terhadap kualitas sumber daya manusia secara substansial.

Beberapa persoalan terkait kualitas sumber daya manusia dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tingginya angka pengangguran terbuka (3,14 %).

2. Rendahnya kualitas tenaga kerja.

3. Rendahnya tingkat pendapatan dengan distribusi perdesaan dan perkotaan yang kurang seimbang.

4. Tingginya angka putus sekolah.

5. Rendahnya angka rata-rata lama bersekolah yaitu masih berada pada angka 6,74 tahun, jadi sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat masih tamat SD.

6. Tingginya angka stunting (Sumba Timur termasuk dalam 100 Kabupaten prioritas intervensi penanganan stunting oleh pemerintah pusat tahun 2018) dan berada pada posisi ke-13 dari 22 kabupaten/kota di Propinsi NTT yaitu sebesar 39,3 %.

7. Masih tingginya kematian ibu dan bayi.

8. Tingginya kasus gizi buruk 2018 : 135 kasus

9. Belum optimalnya perlindungan perempuan, anak dan kelompok rentan serta berkebutuhan khusus lainnya.

10.Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap PHBS.

11.Masih kurang dan belum meratanya tenaga pendidik dan tenaga kesehatan.

12.Meningkatknya penyandang masalah kesejahteraan sosial dan kriminalitas.

(18)

Akses masyarakat terhadap infrastruktur dasar di Kabupaten Sumba Timur, sebagaimana kondisi umum yang terjadi di kabupaten lainnya di Propinsi NTT hingga saat ini masih terbatas baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kebijakan pemerintah pusat mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal dengan peningkatan pembangunan infrastruktur dasar, menjadi angin segar yang harus disikapi dengan motivasi meningkatkan daya guna dan nilai tambah terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Ketersediaan infrastruktur dasar seperti jaringan jalan, jembatan, irigasi, informasi dan telekomunikasi, kelistrikan, air bersih dan sanitasi, pengolahan limbah, lembaga keuangan, jaringan tata niaga, fasilitas pendidikan dan kesehatan masih harus ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya sehingga pembangunan tidak berjalan di tempat karena dapat mendorong masuknya investasi.

2.6. Tata kelola pemerintahan belum optimal

Harapan terjadinya perubahan besar pelayanan pemerintah kepada masyarakat di era otonomi daerah bukanlah harapan tanpa dasar, karena otonomi daerah akan lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, sehingga berbagai pelayanan yang dibutuhkan masyarakat menjadi lebih cepat dipenuhi, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pemerintahan lokal berpotensi lebih demokratis karena memiliki kapasitas untuk bertanggungjawyaab

(responsiveness) dan representatif (representativeness) dalam mewujudkan good governance.

Good governance merujuk pada suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid

dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif.

Birokrasi adalah representasi hadirnya negara dalam melayani kebutuhan dan memenuhi hak- hak warganya. Persoalan mendasar yang masih dihadapi Kabupaten Sumba Timur dalam tata kelola pemerintahan adalah masih rendahnya kemampuan aparatur birokrasi dalam menterjemahkan kebijakan politis ke dalam kebijakan teknis administratif dalam bentuk program dan kegiatan, yang memungkinkan terwujudnya visi dan misi pembangunan sebagai akuntabilitas terhadap publik. Keberhasilan pemerintah dalam memperoleh legitimasi dapat tercapai jika tuntutan masyarakat dan kebijakan pemerintah berada dalam dua garis yang berpotongan sehingga kesejahteraan tidak menjadi sesuatu yang utopis.

Profesionalisme aparatur untuk menampilkan kinerja yang berkualitas dalam memberikan pelayanan yang lebih tanggap, lebih baik, lebih transparan, lebih cepat, dan lebih murah baik di bidang pelayanan internal yaitu memenuhi kebutuhan instansi pemerintah maupun ekstrnal yaitu pelayanan langsung masyarakat, menjadi kebutuhan riil dan segera.

(19)

Berkaitan dengan pelayanan langsung kepada masyarakat, cerita lama yang selalu berulang dalam setiap episode pergantian kekuasaan harus diputuskan, sehingga pemerintah tidak hanya sibuk dengan dirinya sendiri dan membiarkan rakyat terpuruk sendiri bertarung mempertahankan hidupnya di tengah himpitan ekonomi yang semakin berat. Hal ini penting mengingat terjadinya berbagai perubahan dan musibah besar secara global yaitu pandemi covid-19 yang turut mempersulit kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan membutuhkan penanganan pemerintah yang responsif, kreatif dan inovatif untuk segera keluar dari mata rantai masalah ini.

(20)

7

BAB III

VISI, MISI, STRATEGI DAN AGENDA PEMBANGUNAN PERIODE 2021-2026

Memperhatikan berbagai permasalahan yang masih dihadapi Kabupaten Sumba Timur sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka disusunlah visi, misi, strategi dan agenda pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2021-2026 yaitu sebagai berikut : 3.1. VISI

“SUMBA TIMUR SEJAHTERA, HARMONI DAN TERTIB DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA”

Visi yang diusung paket Khristofel Praing dan David Melo Wadu pada pemilihan umum Kepala Daerah periode 2021-2026, dirangkum dalam tagline SEHATI mengandung hakekat kesatuan langkah, tekad dan komitmen pada seluruh aspek dan elemen kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk mewujudkan masyarakat Sumba Timur yang sejahtera, harmoni dan tertib, sebagaimana dijabarkan berikut ini :

(21)

Sejahtera merupakan suatu kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat yang produktif dan mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak dan berkelanjutan

(life-sustaining basic human needs) dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya lokal sebagai

penggerak utama.

Harmoni mengandung makna keselarasan dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Terwujudnya tatanan kehidupan yang demokratis, serasi dan selaras dengan nilai-nilai luhur dan karakter bangsa Indonesia yang mengikat keutuhan dalam mozaik kebhinekaan.

Tertib menggambarkan kinerja berpemerintahan yang inklusif dan berkeadilan, berlandaskan pada norma, kaidah dan hukum dalam mewujudkan stabilitas, pemerataan dan pembangunan berkelanjutan.

3.2. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas maka ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022-2026 sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan produktivitas Masyarakat, Pemerintah dan Dunia Usaha dalam mengelola dan mengembangkan berbagai sumber daya ekonomi, sosial, politik dan budaya secara terpadu dan berkelanjutan sehingga mampu mandiri dan bermartabat.

Tujuan : Terwujudnya kemandirian masyarakat dan daerah yang berkelanjutan. Sasaran :

1.1. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkeadilan. 1.2. Meningkatnya daya saing daerah.

1.3. Meningkatnya kualitas kesehatan. 1.4. Meningkatnya kualitas pendidikan. 1.5. Meningkatnya kualitas tenaga kerja 1.6. Meningkatnya kualitas infrastruktur 1.7. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup. 1.8. Menurunnya angka kemiskinan.

1.9. Menurunnya angka pengangguran

(22)

2. Mewujudkan tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis dan berkarakter.

Tujuan : Terwujudnya keseimbangan dan harmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Sasaran :

2.1. Meningkatnya kerukunan antar umat beragama dan penganut kepercayaan.

2.2. Meningkatnya ketahanan sosial dengan mengembangkan karakter dan kearifan lokal.

2.3. Meningkatnya transparansi terhadap data dan informasi publik. 2.4. Meningkatnya partisipasi politik.

2.5. Meningkatnya keadilan dan kesetaraan gender.

3. Meningkatkan kinerja pemerintahan yang inklusif dan berkeadilan

Tujuan : Terwujudnya ketertiban umum dan meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik.

Sasaran :

3.1. Meningkatnya kinerja birokrasi yang profesional.

3.2. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam bela negara dan menjaga ketertiban umum.

3.3. Meningkatnya penegakan dan perlindungan hukum dan HAM.

3.3. STRATEGI

Strategi yang merupakan pendekatan secara keseluruhan dan berkaitan dengan pelaksanaan gagasan dan eksekusi dari kebijakan pembangunan Kabupaten Sumba Timur dalam kurun waktu 2021-2026 yaitu :

1. Peningkatan produktivitas sektor-sektor unggulan yaitu pertanian, perikanan, dan peternakan terintegrasi pariwisata, dengan pemanfaatan iptek dan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup.

2. Pola kemitraan Pemerintah, Masyarakat & Dunia Usaha 3. Pembangunan karakter dan etos kerja

4. Peningkatan akses masyarakat terhadap infrastruktur dasar 5. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan

(23)

3.4. AGENDA PEMBANGUNAN

1. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan 2. Peningkatan kualitas SDM

3. Penataan dan pengembangan infrastruktur dasar 4. Reformasi Birokrasi

5. Penegakan Hukum dan HAM

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1.

Strategi dan Agenda Prioritas

Agenda pembangunan tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam progam-program prioritas sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.1.

(24)
(25)

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi penerapan Model Regresi Logistik dalam menganalisis adopsi teknologi pertanian yang datanya bersifat kualitatif dengan peubah

Hasil dari penelitian Pengembangan Media Kalkulator Ajaib Materi Perkalian Pada Siswa Kelas III MI Al-Azhaar Bandung Tulungagung memenuhi kriteria valid dengan hasil uji ahli

Selain itu, menurut Kasmir (2011) bahwa rata-rata current ratio yang baik jika lebih dari 200%, namun perusahaan otomotif dan komponen memiliki nilai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan pengembangan karir secara simultan dan parsial berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT PLN

Panitia pelaksana kegiatan Rapat Koordinasi Wilayah Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia Sumbagsel tahun 2016 dimandatkan kepada Politeknik Negeri Lampung

Presentase kerusakan produk digunakan untuk melihat presentase kerusakan produk pada tiap sub-group (tanggal).. Dari diagram diatas terdapat tiga titik yang berada diluar

Guru sejarah dapat mengembangkan pembelajaran sejarah lokal dengan pendekatan biografis, seperti nilai-nilai budaya bahari Sultan Ageng Tirtayasa.. Hal ini dapat menumbuhkan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa." Sedangkan definisi perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)