JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, PROGRAM STUDI,
DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA
Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Elisabeth Desy Yani Liku
NIM: 021334038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Juli 2007
Penulis
v
MOTO
Dalam situasi apapun harus selalu ada pengharapan
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kukerjakan dengan penuh semangat, tekun, dan kerja keras. Tapi pengerjaan skripsi ini pula tidak lepas dari rasa mengeluh, capek, bosan, dan air mata. Namun sungguh apa yang kualami itu akan menjadi pengalaman yang sangat berharga untuk langkahku kedepan.
Kupersembahkan skripsi ini untuk mereka yang senantiasa ada dihati:
Allah Bapa & Bunda Maria
Terima kasih Engkau selalu memberikan yang terbaik untukku
Nenek Toraja
Terima kasih selalu menjadi perantara doa-doaku kepada Bapa Bapak & Mama tercinta
Terima kasih untuk doa, semangat, nasihat, dan segalanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang tidak terukur… Tuhan Menyertai…….
Adik kembarku Vendra & Vendri
Terima kasih untuk ocehannya, semoga kita bisa tetap berantem…
Mbai , Mas Atot, dan ponakanku yang genit & lucu…Nindya
Terima kasih untuk doa, semangat, nasihat, & bantuan dalam bentuk apapun yang telah diberikan. Semoga Tuhan Memberkati
Mas Jefry terkasih
Doa & semangat membuat kita tetap bertahan & tidak menyerah hingga sekarang. Terima kasih untuk semuanya….
vi
ABSTRAK
JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, PROGRAM STUDI,
DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA
Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Elisabeth Desy Yani Liku Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga; (2) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi; (3) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Desember 2006-Februari 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa dari tujuh program studi yang masih aktif dan telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Jumlah populasi adalah 975 mahasiswa. Jumlah sampel penelitian adalah 258 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan proportional sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah chi kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan jiwa
kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga (2hitung = 130,37 >2tabel
= 3,84 ); (2) ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi (2hitung = 16,42 >2tabel = 12,6); (3) ada perbedaan jiwa kewirausahaan
vii
ABSTRACT
ENTREPRENEURSHIP SPIRIT OF SANATA DHARMA UNIVERSITY STUDENTS BASED ON FAMILY CULTURE, STUDY PROGRAM,
AND PARENT’S KIND OF JOB
A Case Study: Students of Sanata Dharma University
Elisabeth Desy Yani Liku Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
This research was intended to understand: (1) the difference of students entrepreneurship spirit based on family culture; (2) the difference of students entrepreneurship spirit based on study program; (3) the difference of students entrepreneurship spirit based on parent’s kind of job.
This research was done at Sanata Dharma University from December 2006 to February 2007. The data collecting methods used were both questionnaire and documentation. The population at this research was all of the active students at seven study programs that had taken entrepreneurship lecture. Total amount of the population was 975 students. The sample of this research were 258 students. The sample taking methods used both purposive sampling and proportional random sampling. The analysis data used was chi square.
The results of this research showed that: (1) there was a difference of students entrepreneurship spirit based on family culture (2count = 130,37 >2table
= 3,84); (2) there was a difference of students entrepreneurship spirit based on study program (2count = 16,42 >2table = 12,6); (3) there was a difference of
students entrepreneurship spirit based on parent’s kind of job (2count = 6,57
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kasih yang
telah melimpahkan segala rahmat, kasih, dan bimbinganNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi
ini, yaitu:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan
2. Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah
memberikan arahan dan bimbingan
3. Bpk. S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Akuntansi
dan Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan arahan dan
bimbingan
4. Bpk. L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing I yang dengan sabar
telah memberikan arahan dan bimbingan
5. Bpk. A. Heri Nugroho, S.Pd. yang dengan sabar telah memberikan arahan
dan bimbingan
6. Ibu Catur Rismiati, S.Pd, M.A. yang telah memberikan arahan dan
bimbingan
7. Bpk. Drs. Gregorius Hendra Poerwanto, M.Si. selaku Kaprodi Manajemen
yang telah memberikan izin penelitian
8. Bpk. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Ekonomi
yang telah memberikan izin penelitian
9. Bpk. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku Kaprodi Sastra Indonesia yang
telah memberikan izin penelitian
10. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Kaprodi Ilmu
ix
11. Ibu Agnes Maria Polina, S.Kom., M.Sc. selaku Kaprodi Teknik
Informatika yang telah memberikan izin penelitian
12. Ibu Christine Patramurti, S.Si., Apt., M.Si. selaku Kaprodi Farmasi yang
telah memberikan izin penelitian
13. Sekretariat Prodi Pendidikan Akuntansi. Terima kasih atas bantuannya
selama ini
14. Teman-teman PAK A angkatan 2002. Terima kasih untuk kebersamaan
dan kekompakan selama ini
15. Teman-teman PAK B & C angkatan 2002. Terima kasih untuk
kebersamaan selama ini
16. Teman-teman Prodi Manajemen, PAK, PE, Sastra Indonesia, Ilmu
Komputer, Teknik Informatika, dan Farmasi-Apoteker angkatan 2001 –
2004. Terima kasih untuk bantuannya telah berkenan mengisi kuesioner
17. Mbah-mbah, bude-bude, bule-bule, & om-om. Terima kasih untuk doa dan
bantuan yang selalu diberikan
18. Keluarga Cendana 4 dan 6. Terima kasih sudah menjadi keluarga
terbaikku selama di Yogya
19. Teman-teman Mudika Lingkungan Karang Asem & Paguyuban Lektor St.
Yohanes Krisostomus. Terima kasih untuk semua yang diberikan. Aku
dapat berkembang karena kalian
20. Bpk Gabriel Budi Halan, Ibu Fransiska Ete Kedang (Flores), dan Tante
Suster (Malang). Terima kasih untuk semua doa dan dukungan yang
diberikan
21. Bapak & Ibu Soemarno (Lampung). Terima kasih untuk doa dan restu
yang selalu diberikan
22. Br.Tadeus, Sr. Louis, Fr. Bill, Fr. Yolan. Terima kasih selalu memberikan
doa dan semangat
23. Eka meong Ikom, Olsen, Upi Teknik Elektro, Mba Sari Apoteker, Eni
Manajemen, & Sisil kecil. Terima kasih untuk bantuannya selama
x
24. Teman-teman TK, SD, SMP & SMA, khususnya Sinta & Septi. Terima
kasih untuk semangat & doa yang selalu diberikan
25. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.
Terima kasih untuk doa, bantuan, semangat, kritikan, dan semua kebaikan
yang kalian berikan selama ini. Tuhan berkati…...
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Yogyakarta, 3 Juli 2007
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Jiwa Kewirausahaan ... 9
B. Kultur Keluarga ... 14
C. Program Studi ... 17
D. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 21
E. Kerangka Teoretik ... 26
F. Perumusan Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Jenis Penelitian ... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33
xii
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 35
F. Metode Pengumpulan Data ... 40
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 41
H. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 50
A. Sejarah Perkembangan USD ... 50
B. Visi, Misi, dan Tujuan USD ... 54
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Deskripsi Data ... 56
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 67
C. Pengujian Hipotesis ... 68
D. Pembahasan ... 77
BAB VI PENUTUP ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Keterbatasan Penelitian ... 86
C. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 89
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga ... 36
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 39
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 42
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Keluaga ... 43
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r ... 44
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai C ... 49
Tabel 5.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Program Studi ... 56
Tabel 5.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua .. 57
Tabel 5.3 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa ... 59
Tabel 5.4 Kultur Keluarga pada DimensiPower Distance ... 60
Tabel 5.5 Kultur Keluarga pada DimensiIndividualism vs Collectivism ... 62
Tabel 5.6 Kultur Keluarga pada DimensiFemininity vs Masculinity ... 63
Tabel 5.7 Kultur Keluarga pada DimensiUncertainty Avoidance... 64
Tabel 5.8 Kultur Keluarga ... 66
Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas ... 67
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Homogenitas ... 68
Tabel 5.11 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Kultur Keluarga 69 Tabel 5.12 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Kultur Keluarga ... 69
Tabel 5.13 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Program Studi ... 71
Tabel 5.14 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Program Studi ... 72
Tabel 5.15 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 74
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Kuesioner ... 91
LAMPIRAN 2. Data Induk Variabel ... 96
LAMPIRAN 3. Perhitungan PAP II dan Mean, Median, Modus ... 108
LAMPIRAN 4. Perhitungan Normalitas dan Homogenitas ... 120
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan mempunyai peran yang sangat signifikan sebagai motor
penggerak perekonomian suatu negara. Perusahaan baik yang berskala besar
maupun kecil dapat memobilisasi perekonomian melalui penyerapan tenaga
kerja. Namun semenjak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun
1997, peran perusahaan tersebut semakin menurun. Hal ini dapat dilihat dari
ketidakmampuan perusahaan menjalankan proses produksi akibat
membengkaknya biaya produksi. Kenyataan tersebut selanjutnya berdampak
pada perusahaan yang terpaksa mencari sumber pendanaan eksternal, bahkan
melakukan PHK terhadap karyawannya.
Rendahnya penyerapan tenaga kerja dan PHK pada sektor formal tersebut
mengakibatkan munculnya masalah pengangguran. Pada tahun 2005 terdapat
40 juta penganggur. Kemudian diperkirakan pula ada 2 juta hingga 3 juta
pencari kerja baru lulusan sekolah yang umumnya adalah pemuda berusia
produktif (Silalahi, http:/www.sinarharapan.co.id/ ekonomi/ usaha/ 2005/
0108/ ukm3.html). Dalam situasi dan kondisi demikian, masyarakat
khususnya yang usia produktif dituntut harus mampu bersaing dalam mencari
pekerjaan. Persoalan menjadi lebih serius karena sebagian besar masyarakat
usia produktif tersebut umumnya hanya berkeinginan bekerja pada sektor
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka sangatlah penting menumbuhkan
jiwa kewirausahaan bagi masyarakat usia produktif. Menurut Suryana
(2003:1), inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir
kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Sifat berwirausaha
bukan hanya diperankan oleh pengusaha kecil, tetapi dimiliki juga oleh pihak
bukan pengusaha, seperti dosen, mahasiswa, para lulusan sekolah, dan
masyarakat lainnya. Selain sikap kreatif dan inovatif, jiwa kewirausahaan juga
ada pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan,
dan tantangan. Sutanto (2002:12) mengungkapkan bahwa jiwa kewirausahaan
dapat dicerminkan dari sikap ulet dan tangguh, dinamis, produktif, beretos
kerja keras, berani mengambil keputusan yang tepat sehingga memperkecil
resiko, jujur, dan terpercaya.
Universitas Sanata Dharma (USD) sebagai sebuah institusi pendidikan
yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terampil,
berkompetensi, dan kreatif, turut campur tangan menyikapi keadaan lapangan
pekerjaan yang semakin terbatas. Realisasinya adalah melalui pengembangan
kewirausahaan (entrepreneurship) bagi mahasiswa. Hal ini termuat dalam
rumusan visi dan misi universitas, yaitu bahwa pengembangan kaum muda
salah satunya dengan cara membantu mahasiswa menjadi manusia yang utuh,
kritis, dewasa, dan dapat berguna bagi masyarakat. Pengembangan jiwa
kewirausahaan ini dilakukan dengan menawarkan mata kuliah kewirausahaan
kewirausahaan merupakan bakat atau bawaan lahir, atau dengan kata lain
dengan sendirinya seseorang mempunyai jiwa seperti ini karena ia memang
dari keturunan yang gemar berwirausaha. Namun pandangan tersebut kurang
tepat. Jika seseorang mengikuti jejak orang tuanya untuk berwirausaha, hal
tersebut lebih banyak diperoleh dari proses belajar (http://www.republika.co.id
/korandetail.asp?id=232090&kat.id=100).
Penawaran mata kuliah kewirausahaan di tujuh program studi (prodi) di
USD, yakni prodi Manajemen, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Dunia
Usaha, Sastra Indonesia, Ilmu Komputer, Teknik Informatika, dan
Farmasi-Profesi Apoteker, dimaksudkan untuk mengembangkan dan menumbuhkan
jiwa kewirausahaan mahasiswa. Ada beberapa faktor yang diduga kuat
berhubungan dengan pembentukan jiwa kewirausahaan mahasiswa, antara
lain: kultur keluarga, pekerjaan orang tua, dan latar belakang pendidikan. Pada
dimensi kultur keluarga yang berbeda, kemungkinan jiwa kewirausahaan yang
dimiliki mahasiswa juga berbeda. Kultur keluarga dapat diklasifikasikan ke
dalam empat dimensi, yaitu: power distance, individualism/collectivism,
masculinity/femininity, dan uncertainty avoidance. Keluarga dengan dimensi
power distance yang besar akan berpengaruh pada rendahnya jiwa
kewirausahaan anak, karena otoritas orang tua terus berlangsung dalam
kehidupan anak. Sebaliknya, keluarga dengan dimensi power distance yang
kecil akan mempengaruhi jiwa anak untuk berwirausaha. Hal ini dikarenakan
adanya pembiasaan yang dilakukan orang tua agar anaknya berperilaku aktif
individualis, anak-anak belajar untuk berpikir mengenai diri mereka sendiri.
Mereka diharapkan bertanggung jawab pada setiap opini yang dibuat. Oleh
karena itu, semakin individualis maka semakin tinggi jiwa kewirausahaan
pada anak. Sebaliknya dalam budaya kolektif, hal utama yang dipegang adalah
loyalitas pada keluarga. Sifat loyal ini menjadikan kuatnya ikatan
persaudaraan, sehingga secara terus-menerus anak kurang dapat bertanggung
jawab terhadap kebutuhan keuangannya. Dalam keluarga seperti ini, jiwa
kewirausahaan pada anak kurang bisa terbentuk atau rendah. Pada dimensi
masculinity, laki-laki dan perempuan memegang nilai ketegasan, sedangkan
dalam dimensi femininity memegang nilai yang lebih lunak. Oleh karena itu
berdasarkan karakteristik jiwa kewirausahaan yang telah diungkapkan
sebelumnya, maka kultur keluarga pada dimensi masculinity akan lebih
dominan membentuk jiwa kewirausahaan anak dibandingkan pada dimensi
femininity. Keluarga dengan budaya uncertainty avoidance yang tinggi akan
berdampak pada rendahnya jiwa kewirausahaan anak, sedangkan pada tingkat
uncertainty avoidance rendah memungkinkan terbentuknya jiwa
kewirausahaan anak. Dengan mengembangkan sikap dan cara berpikir positif,
maka akan meminimalkan perasaan terancam pada sesuatu yang belum pasti.
Mahasiswa yang berada di prodi yang satu, jiwa kewirausahaannya juga
akan berbeda dengan mahasiswa yang berada pada prodi yang lain, meskipun
keduanya menawarkan mata kuliah kewirausahaan. Faktor yang dapat
mempengaruhinya antara lain: fasilitas, tenaga pengajar, dan tujuan yang telah
berwirausaha bagi mahasiswanya, baik berupa tempat usaha,
peralatan-peralatan yang diperlukan, dan izin usaha, maka memungkinkan terbentuknya
jiwa kewirausahaan. Tenaga pengajar seperti dosen pada setiap prodi juga
memiliki metode berbeda-beda dalam membekali mahasiswa untuk tertarik
berwirausaha. Ada dosen yang berpedoman pada metode ceramah saja yang
dirasa sudah cukup memadai untuk perkuliahan, ada juga dosen yang
berpedoman pada metode ceramah atau pemberian teori, kemudian dilengkapi
dengan penerapan dalam praktek di lapangan.
Rumusan tujuan yang ada pada setiap prodi yang menawarkan mata kuliah
kewirausahaan berbeda-beda. Prodi Manajemen memfokuskan misinya untuk
menyiapkan calon manajer profesional yang mampu mengelola dan
mengembangkan perusahaan/lembaga tempat ia bekerja. Prodi Pendidikan
Akuntansi bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan baik guru maupun
non guru yang profesional, serta memiliki prospek lulusan untuk bekerja di
berbagai dunia usaha. Sama halnya dengan prodi Pendidikan Akuntansi, prodi
Pendidikan Dunia Usaha bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan.
Tujuan lainnya dari prodi ini adalah menyiapkan lulusan untuk dapat
menguasai ilmu ekonomi, manajemen, kewirausahaan, perkoperasian,
akuntansi, dan praktek komputer yang memungkinkan lulusannya bekerja di
dunia usaha maupun pemerintah. Prodi Sastra Indonesia memiliki tujuan
mempersiapkan praktisi dalam bidang aplikasi bahasa dan sastra sesuai
dengan tuntutan era global dan perkembangan teknologi komunikasi yang
menguasai struktur dan mekanisme kerja komputer. Prodi Teknik Informatika
dalam salah satu rumusan tujuannya memfokuskan agar lulusannya mampu
bersikap positif dan mandiri dalam mengembangkan kemampuan ilmu teknik
yang dimilikinya dan menerapkannya secara arif dan bijaksana untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Prodi Farmasi-Profesi Apoteker
memiliki tujuan menghasilkan Apoteker yang berjiwa Pancasila, berbudi
luhur, mempunyai kemandirian dan kreativitas, memiliki keterampilan di
bidang pelayanan kefarmasian, serta memiliki tekad untuk berpartisipasi aktif
dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat. Mahasiswa yang
berada pada prodi-prodi tersebut akan memiliki jiwa kewirausahaan yang
sejalan dengan tujuan yang telah dirumuskan, jika benar-benar diarahkan dan
dipersiapkan dengan baik.
Jiwa kewirausahaan yang ada pada seseorang juga tidak terlepas dari
situasi dan kondisi dimana orang tersebut berada. Mahasiswa yang orang
tuanya berwirausaha akan lebih mempengaruhi dirinya untuk berwirausaha
pula dibandingkan jika orang tuanya tidak berwirausaha. Pada mahasiswa
yang orang tuanya berwirausaha akan selalu membiasakan anaknya
melakukan sikap-sikap, seperti tidak takut gagal, tidak cepat puas, dan selalu
berusaha lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan sifat-sifat
wirausahawan yang sukses.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk menyelidiki jiwa
kewirausahaan mahasiswa dilihat dari segi kultur keluarga, latar belakang
dalam judul “Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Ditinjau dari Kultur Keluarga, Program Studi, dan Jenis Pekerjaan Orang Tua” dan merupakan studi kasus pada mahasiswa USD yang telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan.
B. Batasan Masalah
Ada banyak faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan seseorang.
Faktor- faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai hal antara lain: kultur
keluarga, latar belakang sosial masyarakat, pekerjaan orang tua, latar
belakang pendidikan, serta adanya sarana. Penelitian ini memfokuskan pada
jiwa kewirausahaan seseorang yang ditinjau dari kultur keluarga, program
studi, dan jenis pekerjaan orang tua.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur
keluarga ?
2. Apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari
program studi ?
3. Apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa
ditinjau dari kultur keluarga ?
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa
ditinjau dari program studi ?
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa
ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua ?
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya
bagi mahasiswa yang program studinya menawarkan mata kuliah
kewirausahaan agar dapat memotivasi diri menjadi seorang wirausaha.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan
yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jiwa Kewirausahaan
1. Pengertian jiwa kewirausahaan
Jiwa merupakan sesuatu yang abstrak. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1995:416), jiwa diartikan sebagai seluruh kehidupan batin
manusia yang terjadi dari perasaan batin, pikiran, angan-angan, dsb.
Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan mempunyai sikap mental
yang berani menanggung resiko, berpikiran maju, dan berani berdiri di
atas kaki sendiri (Sutanto, 2002:12). Sikap mental ini akan membawa
seseorang untuk berkembang secara terus-menerus dalam jangka panjang.
Sejalan dengan hal tersebut, Susilo dan Soerata (2004:118) menjelaskan
bahwa kualitas mental dari seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan
meliputi :
a. Kemampuan mengorganisir
Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan mampu mengorganisir
berbagai potensi dalam dirinya, baik kekuatan maupun kelemahan,
sehingga ia memiliki keyakinan yang mantap untuk mencapai tujuan
usahanya dengan prestasi yang optimal.
b. Memiliki kemampuan dan kemauan untuk berprestasi
Kedua hal ini merupakan syarat utama yang harus dipenuhi seseorang
c. Bertindak secara aktif
Sukses merupakan tindakan positif yang berproses, dimana di
dalamnya terkandung nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan.
d. Mengembangkan sikap dan cara berpikir yang positif
Sikap dan cara berpikir yang positif akan berdampak positif pada
usaha yang dijalankan.
e. Keterampilan kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mengubah potensi
menjadi realita. Jiwa kewirausahaan yang tercermin dalam
kemampuan memimpin dapat membangun kerja sama dengan berbagai
pihak.
f. Memiliki wawasan yang luas dan pandangan ke depan
Berdasarkan analisis atas fakta bisnis yang faktual, seseorang yang
memiliki jiwa kewirausahaan mampu memprediksi dan mengantisipasi
masa depan.
g. Kemampuan membuat keputusan dan keberanian mengambil resiko
Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu untuk
membuat keputusan yang cepat dan tepat, serta berani mengambil
resiko.
h. Kemampuan menjalin kerja sama bisnis
Kemampuan menjalin kerja sama bisnis dengan berbagai pihak dapat
i. Kemampuan untuk berdiri sendiri
Tidak semata-mata mengandalkan bawahan atau orang lain
mencerminkan jiwa kewirausahaan yang mandiri.
j. Bersikap antusias
Sikap ini meliputi senyuman, keyakinan, dan konsisten yang dapat
meneguhkan tujuan yang telah ditetapkan.
k. Ulet, disiplin, dan percaya diri
Sikap ini merupakan faktor utama untuk meraih kesuksesan.
l. Bersikap optimis
Dengan bersikap optimis, seseorang dapat memandang bahwa
kegagalan dan keberhasilan merupakan peristiwa wajar yang sering
dialami dalam berwirausaha.
Dari penjelasan tersebut, akhirnya dapat disimpulkan bahwa jiwa
kewirausahaan adalah rasa percaya diri, ulet, disiplin, memiliki jiwa
kepemimpinan, mandiri, antusias, optimis, dan berpikir positif, serta
berani mengambil resiko dalam menjalankan dan mengelola suatu usaha.
2. Dimensi jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan
kemajuan dan tantangan. Menurut Suryana (2003:14), untuk dapat menjadi
seorang wirausaha yang berhasil maka seseorang harus memiliki ciri-ciri
Ciri-ciri : Watak :
a. Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan,
individualitas, dan optimis
b. Berorientasi pada tugas dan
hasil
Kebutuhan untuk berprestasi,
berorientasi laba, ketekunan dan
ketabahan, tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energik
dan inisiatif
c. Pengambilan risiko dan suka
tantangan
Kemampuan untuk mengambil
risiko yang wajar
d. Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin,
bergaul dengan orang lain, dan
menanggapi saran-saran dan kritik
e. Keorisinilan Inovatif, kreatif, dan fleksibel
f. Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan, perspektif
Selain ciri-ciri tersebut, juga menurut Suryana dalam bukunya yang
berjudul Kewirausahaan (2003) yang diringkas dari M. Scarborough,
Thomas W. Zimmerer, Vernon A. Musselman, Geoffey Meredith,
Timmons, McClelland, Steinhoff, John F. Burgess, dan Wasty Sumanto,
mengungkapkan karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan agar
a. Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk
menciptakan nilai tambah
b. Lebih menghargai prestasi daripada uang
c. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman
d. Memotivasi diri sendiri
e. Semangat untuk bersaing
f. Tegas
g. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada
alam
h. Berdaya cipta dan luwes
i. Selalu menghendaki umpan balik dengan segera
j. Selalu belajar dari kegagalan
k. Menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan
l. Bersedia menanggung resiko waktu dan uang
m. Rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukan
n. Disiplin
o. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas
p. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan
B. Kultur Keluarga
1. Pengertian kultur keluarga
Istilah kultur/budaya berasal dari ilmu antropologi. Definisi ini
pertama kali dikemukakan oleh ahli antropologi Inggris bernama Sir
Edward B.Taylor (Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, 2005:107).
Menurutnya, kebudayaan adalah keseluruhan sistem yang terdiri dari
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta
kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sementara itu, Haviland (1988:338) dalam Ralph Linton menyebut
kebudayaan sebagai warisan sosial umat manusia.
Budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan
membangun kehidupan bersama. Hofstede (1994:5) mengartikan kultur
sebagai:
…a collective phenomenon, because it is at least partly shared with people who live or lived within the same social environment, which is where it was learned. It is the collective programming of the mind which distinguishes the members of one group or category of people from another
Kultur merupakan bentuk pemrograman mental secara kolektif. Kultur
membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam
pola pikir, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok. Sebagai
bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit
berubah. Jikalau berubah, maka perubahan berlangsung secara evolutif
tersebut telah menjadi bagian dari diri para anggota kelompok, tetapi
kultur telah terkristalisasi ke dalam komunitas yang mereka bangun.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat dipahami bahwa cultureatau
kebudayaan adalah pola pikir, perasaan, tindakan, pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta kebiasaan yang
merupakan warisan sosial suatu kelompok atau komunitas yang telah
terbentuk.
Kultur dari suatu kelompok atau komunitas dapat ditemui dalam
sebuah keluarga yang merupakan kelompok sosial pertama dalam
kehidupan manusia (Gerungan, 1987:180). Dalam sebuah keluarga, pola
pikir, tindakan ataupun kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua atau
anggota keluarga lainnya memungkinkan diserap anak. Hal ini selanjutnya
akan berpengaruh sekaligus menjadi kerangka perilaku anak dalam
melakukan suatu tindakan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kultur keluarga adalah
segala macam pola pikir, perasaan, tindakan, pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta kebiasaan yang ada pada suatu
kelompok atau komunitas yang memungkinkan dapat diserap oleh
generasi berikutnya.
2. Dimensi kultur keluarga
Kultur dapat diklasifikasikan ke dalam empat tingkatan (Hofstede,
1994:14), yaitu: power distance, individualism/collectivism,
Dalam dimensi power distance terdapat ketidaksamaan penerimaan
atas kekuasaan yang didistribusikan. Hal ini dapat ditemui dalam sebuah
keluarga. Semua orang memulai pembentukan mental setelah mereka lahir
dari orang yang lebih tua dan secara terus-menerus akan membentuk
pribadi seperti pendahulunya tersebut. Indikator dimensi power distance
mencakup: kepatuhan terhadap orang tua atau anggota keluarga lain yang
lebih tua, dan ketergantungan pada orang tua. Dimensi individualism
berbeda dengan collectivism. Individualitas digambarkan sebagai orang
tinggal dalam masyarakat dimana kepentingan individu berada di atas
kepentingan kelompok. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga belajar
untuk berpikir mengenai diri mereka sendiri atau “aku”. Kolektivitas
digambarkan sebagai orang hidup dalam masyarakat dimana kepentingan
kelompok berada di atas kepentingan pribadi. Hal utama yang dipegang
dalam dimensi kolektivitas adalah loyalitas pada kelompoknya. Hal ini
berarti diharapkan adanya pembagian sumber daya diantara anggota.
Dimensi individualitas versus kolektivitas mencakup indikator: kebebasan
menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga lain, keleluasaan
untuk mandiri, keterikatan sosial satu sama lain dalam keluarga, kebutuhan
untuk komunikasi, dan perasaan yang muncul atas pelanggaran
aturan/norma tertentu.
Keluarga adalah tempat dimana kebanyakan orang menerima program
budaya pertama mereka. Keluarga mempunyai dua bagian ketidaksamaan
perbedaan tingkatan dari ketidaksamaan dalam hubungan antara orang
tua-anak sudah dijelaskan dalam dimensi power distance, sedangkan
hubungan antara suami-istri dijelaskan dalam dimensi
masculinity-femininity. Pada dimensi maskulin, laki-laki dan perempuan memegang
nilai ketegasan, sedangkan dalam dimensi feminin memegang nilai yang
lebih lunak. Aturan-aturan dalam sebuah keluarga dapat dilihat secara jelas
pada ayah dan ibu dalam mempengaruhi mental anak mereka. Oleh karena
itu, satu dimensi yang berhubungan dengan gender dipengaruhi oleh orang
tua. Indikator dimensi masculinity-femininity mencakup: peran ayah lebih
dominan, perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang kuat,
cita-cita pada anggota keluarga (laki-laki/perempuan), dan penghindaran
perbedaan. Dimensi uncertainty avoidance menunjukkan sejauh mana
pandangan anggota kelurga dalam menghadapi situasi yang tidak pasti.
Indikator dimensi ini mencakup: sikap terhadap ketidakpastian hidup, dan
penetapan aturan.
C. Program Studi
Program studi (prodi) adalah satuan pelaksana pendidikan yang bertugas
melaksanakan satuan kurikulum untuk satu keahlian tertentu. Adanya prodi
lebih menunjuk pada kekhususan penguasaan disiplin ilmu tertentu, misalnya
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
membagi prodinya menjadi tiga yakni Prodi Pendidikan Sejarah, Prodi
Dunia Usaha, dan Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Akuntansi (Insadha, 2005).
Setiap prodi mengembangkan upaya-upayanya melalui penawaran mata
kuliah. Akhir-akhir ini muncul mata kuliah baru di beberapa prodi, yakni mata
kuliah Kewirausahan. Bagi setiap prodi, baik yang berkaitan dengan ekonomi
maupun non ekonomi, mata kuliah ini dianggap sebagai sesuatu yang penting
untuk ditawarkan pada mahasiswa. Hal ini dikarenakan penawaran suatu mata
kuliah sejalan dengan tujuan yang dirumuskan oleh prodi untuk menghasilkan
lulusan yang berkompeten terhadap bidang ilmunya.
Tujuh prodi di Universitas Sanata Dharma yang menawarkan mata kuliah
kewirausahaan adalah prodi manajemen, pendidikan akuntansi, pendidikan
dunia usaha, sastra Indonesia, ilmu komputer, teknik informatika, dan
farmasi-profesi apoteker. Masing-masing prodi tersebut memiliki rumusan tujuan yang
berbeda-beda. Tujuan yang dirumuskan oleh prodi-prodi tersebut sebagai
berikut:
1. Prodi Manajemen
Prodi Manajemen memfokuskan misinya untuk menyiapkan calon manajer
profesional yang mampu mengelola dan mengembangkan
perusahaan/lembaga tempat ia bekerja dengan ciri-ciri (Insadha, 2005:36):
a. Berkepribadian matang dan berdedikasi tinggi
b. Beretika bisnis dengan tetap memperhatikan kepentingan organisasi
c. Berwawasan global dan peduli terhadap lingkungan
2. Prodi Pendidikan Akuntansi
Tujuan pendidikan dan prospek lulusan prodi ini adalah menghasilkan
tenaga kependidikan, baik guru maupun non guru yang profesional di
bidang akuntansi dan manajemen untuk sekolah menengah umum maupun
sekolah menengah kejuruan kelompok bisnis manajemen serta untuk
berbagai dunia usaha. Kompetensi lain lulusan ini adalah menguasai
prinsip dan sistem akuntansi secara manual maupun berbasis komputer,
sehingga mereka dapat bekerja di perusahaan-perusahaan nasional maupun
multinasional, perbankan, dan sebagainya (Insadha, 2005:36).
3. Prodi Pendidikan Dunia Usaha
Prodi Pendidikan Ekonomi bidang keahlian khusus Pendidikan Ekonomi
Koperasi/Pendidikan Dunia Usaha (PDU) bertujuan menghasilkan tenaga
kependidikan, baik guru maupun non guru yang profesional dibidang
ekonomi untuk Sekolah Menengah Umum maupun Sekolah Menengah
Kejuruan kelompok bisnis manajemen serta lembaga-lembaga pendidikan
lain. Tujuan lainnya adalah menyiapkan lulusan untuk dapat menguasai
ilmu ekonomi, manajemen, kewirausahaan, perkoperasian, akuntansi, dan
praktek komputer yang memungkinkan lulusannya bekerja di dunia usaha
maupun pemerintah (Insadha, 2005:35).
4. Prodi Sastra Indonesia
Tujuan pendidikan yang tersirat dalam prodi ini sebagai berikut (Insadha,
a. Menyiapkan pakar-pakar dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra
Indonesia yang memiliki kemampuan akademis yang tinggi
b. Menyiapkan praktisi dalam bidang aplikasi bahasa dan sastra sesuai
dengan tuntutan era global dan perkembangan teknologi komunikasi
yang modern
5. Prodi Ilmu Komputer
Prodi Ikom memiliki tujuan untuk menghasilkan sarjana sains yang
menguasai struktur dan mekanisme kerja komputer, sehingga dapat
membuat sistem komputer yang meliputi hardware dan software untuk
mempermudah atau mengatasi berbagai persoalan dalam dunia bisnis,
industri, pendidikan, perbankan, transportasi, dan lain-lain (Insadha,
2005:46).
6. Prodi Teknik Informatika
Rumusan tujuan prodi teknik informatika antara lain (Insadha, 2005:57):
a. Para lulusan memiliki pola pikir sistematik, logis, dan koheren, serta
secara profesional mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam
lingkungan kerjanya
b. Para lulusan mampu bersikap positif dan mandiri dalam
mengembangkan kemampuan ilmu teknik yang dimilikinya dan
menerapkannya secara arif dan bijaksana untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan masyarakat
d. Para lulusan dapat bekerja dalam bidang perancangan , pelaksanaan,
pengawasan, dan pengelolaan atas dasar konsep-konsep yang umum
dibidang teknologi jaringan komputer atau teknologi basis data
e. Para lulusan dapat meningkatkan diri sesuai dengan profesi yang
ditekuninya
f. Para lulusan memiliki bekal yang cukup untuk melanjutkan studi pada
jenjang yang lebih tinggi
7. Prodi Farmasi-Profesi Apoteker
Tujuan yang dirumuskan pada prodi ini yakni menghasilkan Sarjana
Farmasi dan Apoteker yang berjiwa Pancasila, berbudi luhur, mempunyai
kemandirian dan kreativitas, memiliki keterampilan di bidang pelayanan
kefarmasian, serta memiliki tekad untuk berpartisipasi aktif dalam
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat (Insadha, 2005:63).
D. Jenis Pekerjaan Orang Tua
1. Pengertian pekerjaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:488), pekerjaan
didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Jika
bentuk yang dilakukan bermacam-macam, maka ini disebut jenis
pekerjaan. Spillane (1982:14) mengelompokkan jabatan/pekerjaan dalam
sembilan (9) golongan antara lain:
a. Golongan A
2) Pedagang
3) Pegawai kantor
4) Pegawai sipil ABRI
5) Pemilik perusahaan / toko / pabrik / perikanan
6) Pemilik bus
7) Penggarap tanah
8) Pengawas keamanan
9) Petani pemilik tanah
10) Peternak
11) Tuan tanah
b. Golongan B
1) Buruh nelayan
2) Buruh tani
3) Petani kecil
4) Penebang kayu
c. Golongan C
1) ABRI
2) Guru SD
3) Kepala Bagian
4) Kepala kantor pos (cabang)
5) Manager perusahaan kecil
6) Pamong praja
8) Pegawai negeri (golongan IA – ID)
9) Supervisor / pengawas
d. Golongan D
2) Pensiunan
3) Tidak mempunyai pekerjaan tetap
e. Golongan E
1) Guru (SMP, SMA)
2) Juru rawat
3) Pekerja sosial
4) Kepala sekolah
5) Kontraktor kecil
6) Pegawai negeri (golongan IIA – IID)
7) Perwira ABRI
8) Wartawan
f. Golongan F
1) Buruh tidak tetap
2) Petani penyewa
3) Tukang/penarik becak
g. Golongan G
1) Ahli hukum
2) Ahli ilmu tanah/ukur tanah
3) Apoteker
5) Dokter
6) Dosen/Guru besar
7) Gubernur
8) Insinyur
9) Kepala kantor pos (pusat)
10) Kontraktor besar
11) Manager perusahaan
12) Menteri
13) Pegawai negeri (golongan IIA ke atas)
14) Pengarang
15) Peneliti
16) Penerbang
17) Perwira ABRI (Mayor/Jendral)
18) Walikota/Bupati
h. Golongan H
1) Pembantu
2) Penjual keliling
3) Tukang cuci
i. Golongan I
1) Artis/Seniman
2) Buruh tetap
3) Montir
5) Penjahit
6) Penjaga
7) Supir bus
8) Tukang kayu
9) Tukang listrik
10) Tukang mesin
Sementara itu, menurut Dewi (2004:32), pekerjaan dapat dibedakan
menjadi dua (2) jenis, yaitu:
a. Pekerjaan pokok
Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang
sebagai sumber utama dari penghasilan, yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat dari pekerjaan ini adalah
tetap.
b. Pekerjaan sampingan
Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan
oleh seseorang sebagai pekerjaan untuk memperoleh penghasilan
tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Sifat dari pekerjaan ini
adalah melengkapi pekerjaan pokok.
2. Pengertian orang tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:706), orang tua adalah
orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dsb). Dalam pengertian
sehari-hari, orang tua yang lazim disebut ayah dan ibu, memegang peranan
jawab orang tua sangat besar dalam sebuah keluarga. Dalam penelitian ini,
penulis membedakan pekerjaan orang tua menjadi dua jenis, yakni
berwirausaha dan tidak berwirausaha.
E . Kerangka Teoretik
1. Jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kutur keluarga
Keluarga adalah tempat di mana kebanyakan orang menerima program
budaya pertama mereka. Antar keluarga yang satu dengan lainnya pola
pikir, kebiasaan-kebiasaan, dan tindakan yang ditanamkan oleh anggota
keluarga (bapak, ibu, kakak, dll) kepada anaknya atau orang yang lebih
muda berbeda-beda. Kultur yang tercermin pada hal-hal demikian
memungkinkan diserap anak dan selanjutnya akan berpengaruh pada
segala hal yang dikerjakan anak, termasuk berwirausaha. Kultur dapat
diklasifikasikan ke dalam empat dimensi, yaitu: power distance,
individualism/collectivism, masculinity/femininity, dan uncertainty
avoidance.
Dimensi power distance menunjukkan tingkat dimana kekuasaan
anggota dalam keluarga didistribusikan secara berbeda. Dalam situasi
power distance yang besar, perilaku bergantung anak pada orang tua
adalah sesuatu yang diharapkan. Oleh karena itu, jiwa kewirausahaan yang
dimiliki anak rendah, karena otoritas orang tua terus berlangsung dalam
hidupnya. Sebaliknya, dalam situasi power distance yang kecil, tujuan
mengambil kontrol atas tindakan mereka sendiri. Oleh karena itu, jiwa
kewirausahaan yang dimiliki anak tinggi, karena seorang anak selalu
diharapkan oraang tuanya untuk dapat berperilaku aktif dan dapat
membuat keputusan sendiri tanpa pengaruh dari orang tuanya.
Individualitas menunjukkan suatu kelompok (keluarga) dimana
pertalian antar individu cenderung menghilang. Sementara dimensi
kolektivitas menunjukkan suatu kondisi kelompok (keluarga) dimana
individu-individu sejak lahir diintegrasikan secara kuat sehingga mereka
memiliki sifat loyal terhadap kelompoknya. Dalam budaya individualis,
anak-anak diharapkan dan didorong oleh orang tua untuk menghasilkan
opini mereka sendiri. Oleh karena itu, semakin individualis maka semakin
tinggi jiwa kewirausahaan pada anak. Orang tua bangga jika anak-anaknya
pada usia awal sudah bekerja untuk menambah uang saku sehingga dapat
memutuskan bagaimana membelanjakan uang mereka. Sebaliknya,
semakin kolektif maka semakin rendah jiwa kewirausahaan pada anak. Hal
ini disebabkan bukan hanya karena anak-anak tidak terbiasa belajar
membuat opini, tetapi juga karena budaya yang bersifat loyal dalam
membentuk sebuah kebersamaan.
Pada dimensi maskulin (masculinity), laki-laki dan perempuan
memegang nilai ketegasan, sedangkan dalam dimensi feminin (femininity)
memegang nilai yang lebih lunak. Dalam sebuah keluarga, satu dimensi
yang berhubungan dengan gender dipengaruhi oleh orang tua. Jiwa
dan tantangan (Suryana, 2003:13). Berdasarkan karakteristik tersebut,
maka pembentukkan jiwa kewirausahaan anak lebih dominan ada pada
budaya keluarga maskulin daripada feminin. Hal ini dikarenakan dengan
memegang nilai ketegasan, baik laki-laki dan perempuan belajar untuk
berambisi dan bersaing untuk sebuah tujuan. Alasan selain itu, menurut
John W. Berry, etc dalam Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi
adalah adanya penekanan terhadap tujuan-tujuan kerja, seperti ingin
memiliki penghasilan.
Dimensi uncertainty avoidance menunjukkan sejauh mana pandangan
anggota keluarga dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Keluarga
dengan budaya penghindaran ketidakpastian yang tinggi akan merasa
terancam dengan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Oleh kerena itu,
semakin tinggi dimensi uncertainty avoidancemaka semakin rendah jiwa
kewirausahaan pada anak. Sebaliknya, semakin rendah dimensi
uncertainty avoidance pada sebuah keluarga maka semakin tinggi jiwa
kewirausahaan anak, karena penghindaran ketidakpastian yang lemah
cenderung akan diperoleh perasaan yang positif dalam melihat segala
sesuatu.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara
kultur keluarga terhadap pembentukkan jiwa kewirausahaan pada
2. Jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari prodi
Banyak orang mengidentifikasikan jiwa kewirausahaan seseorang
berkaitan erat dengan latar belakang disiplin ilmu yang digelutinya. Orang
yang menggeluti bidang ekonomi identik dengan jiwa kewirausahaan.
Sebaliknya, orang yang bergelut di bidang non ekonomi dianggap menjadi
sesuatu yang mustahil untuk dapat berwirausaha. Suryana (2003:7)
mengungkapkan bahwa kewirausahaan merupakan sesuatu yang dapat
dipelajari dan diajarkan. Hal ini memberi penjelasan bahwa baik dalam
bidang ekonomi maupun non ekonomi, jika seseorang dalam masa
studinya diarahkan dan dipersiapkan untuk membangun dan
mengembangkan jiwa kewirausahaan, maka potensi itu akan tumbuh pada
pribadi seseorang. Prodi-prodi di USD yang menawarkan mata kuliah
kewirausahaan, yakni prodi Manajemen, Pendidikan Akuntansi,
Pendidikan Dunia Usaha, Sastra Indonesia, Ilmu Komputer, Teknik
Informatika, dan Farmasi-Profesi Apoteker memiliki rumusan tujuan yang
berbeda-beda. Prodi Manajemen memfokuskan misinya untuk menyiapkan
calon manajer profesional yang mampu mengelola dan mengembangkan
perusahaan/lembaga tempat ia bekerja. Prodi Pendidikan Akuntansi
bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan baik guru maupun non guru
yang profesional, serta memiliki prospek lulusan untuk bekerja di berbagai
dunia usaha. Sama halnya dengan prodi Pendidikan Akuntansi, prodi
Pendidikan Dunia Usaha bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan.
menguasai ilmu ekonomi, manajemen, kewirausahaan, perkoperasian,
akuntansi, dan praktek komputer yang memungkinkan lulusannya bekerja
di dunia usaha maupun pemerintah. Prodi Sastra Indonesia memiliki
tujuan mempersiapkan praktisi dalam bidang aplikasi bahasa dan sastra
sesuai dengan tuntutan era global dan perkembangan teknologi
komunikasi yang modern. Prodi Ilmu Komputer bertujuan menghasilkan
sarjana sains yang menguasai struktur dan mekanisme kerja komputer.
Prodi Teknik Informatika dalam salah satu rumusan tujuannya
memfokuskan agar lulusannya mampu bersikap positif dan mandiri dalam
mengembangkan kemampuan ilmu teknik yang dimilikinya dan
menerapkannya secara arif dan bijaksana untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan masyarakat. Prodi Farmasi-Profesi Apoteker memiliki tujuan
menghasilkan Apoteker yang berjiwa Pancasila, berbudi luhur,
mempunyai kemandirian dan kreativitas, memiliki keterampilan di bidang
pelayanan kefarmasian, serta memiliki tekad untuk berpartisipasi aktif
dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat. Mahasiswa
yang berada pada prodi-prodi tersebut akan memiliki jiwa kewirausahaan
yang sejalan dengan tujuan yang telah dirumuskan, jika benar-benar
diarahkan dan dipersiapkan dengan baik. Selain pengaruh tujuan yang
telah dirumuskan oleh setiap prodi, tumbuhnya jiwa kewirausahaan
seseorang juga dipengaruhi oleh faktor fasilitas dan tenaga pengajar. Prodi
yang memberikan fasilitas untuk berwirausaha bagi mahasiswanya, baik
membawa pengaruh bagi mahasiswanya untuk menumbuhkan jiwa
kewirausahaan dalam dirinya. Begitu juga dengan faktor tenaga pengajar.
Masing-masing tenaga pengajar, dalam hal ini dosen mempunyai metode
mengajar yang berbeda-beda. Ada dosen yang berpedoman pada metode
ceramah saja yang dirasa sudah cukup memadai untuk perkuliahan, ada
juga dosen yang berpedoman pada metode ceramah atau pemberian teori,
kemudian dilengkapi dengan penerapan dalam praktek di lapangan.
Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan pada setiap prodi, fasilitas, dan
tenaga pengajar seperti diungkapkan di atas, berbeda pada setiap prodi
yang menawarkan mata kuliah kewirausahaan. Hal-hal tersebut dapat
berpengaruh pada jiwa kewirausahaan dari mahasiswa yang mengikuti
mata kuliah kewirausahaan. Oleh karena itu, diduga bahwa pada prodi
yang berbeda, jiwa kewirausahaannya juga berbeda.
3. Jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua
Berwirausaha bukan merupakan sesuatu yang dapat terjadi secara
alamiah. Di dalam kenyataannya tidak dapat dihindari bahwa jiwa
kewirausahaan yang timbul dari seseorang tidak terlepas dari situasi atau
kondisi dimana orang tersebut berada. Status atau pekerjaan orang tua
dapat menjadi peranan penting untuk membentuk jiwa kewirausahaan
seseorang. Mahasiswa yang orang tuanya berwirausaha akan berdampak
pada anaknya untuk berwirausaha pula. Menurut Levi (http://www.
republika.co.id/korandetail.asp?id=232090&katid=100), kuncinya adalah
gagal, tidak cepat puas, dan selalu berusaha lebih baik daripada
sebelumnya. Sikap-sikap ini dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan
pada diri seseorang. Hal ini berbeda dengan mahasiswa yang orang tuanya
tidak berwirausaha. Mereka sebagai orang tua kurang memiliki sikap-sikap
seperti di atas, dimana dalam kehidupan sehari-harinya sikap-sikap
tersebut tidak selalu muncul dan dibiasakan pada anak. Berdasarkan
pandangan di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa mahasiswa yang orang
tuanya berwirausaha memiliki jiwa kewirausahaan yang berbeda
dibandingkan dengan mahasiswa yang orang tuanya tidak berwirausaha.
F. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoretik di atas, maka penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur
keluarga
2. Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi
3. Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari pekerjaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus
adalah penelitian terhadap jenis obyek tertentu, dimana proses pengumpulan
datanya menggunakan beberapa metode, kemudian dianalisis dan kesimpulan
yang diambil hanya berlaku pada objek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah di Universitas Sanata Dharma, Jl. Mrican,
Tromol Pos 29 dan Jl. Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta
2. Waktu Penelitian
Penelitian diadakan pada bulan Desember 2006 – Februari 2007
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah mahasiswa yang masih aktif dan telah
mengikuti mata kuliah kewirausahaan di Universitas Sanata Dharma.
2. Objek Penelitian
Objek yang diteliti ialah jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai karakteristik tertentu, yang diterapkan dalam
penelitian untuk dipelajari, dianalisis, kemudian diambil kesimpulannya.
Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh mahasiswa yang masih
aktif dan telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Populasi berjumlah
975 responden.
2. Sampel
Jumlah sampel penelitian ini ditetapkan sebanyak 258 mahasiswa.
Jumlah tersebut didasarkan pada tabel penentuan sampel dari populasi
yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 1999:81).
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan sampel, yaitu teknik
purposive sampling dan proportional random sampling. Pertimbangan
pengambilan sampel oleh peneliti adalah mahasiswa yang masih aktif dan
telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Sementara proportional
random samplingditerangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penulis menetapkan proporsi sampel yang diambil pada tiap-tiap prodi
sebesar 25% (258:1000). 1000 merupakan pembulatan dari 975
b. Penulis menetapkan jumlah sampel yang diambil pada tiap prodi
No. Prodi Jumlah mahasiswa Jumlah sampel
1. Manajemen 394 104
2. Pendidikan Akuntansi 164 43
3. Pendidikan Dunia Usaha 45 12
4. Sastra Indonesia 33 9
5. Ilmu Komputer 130 35
6. Teknik Informatika 51 13
7. Farmasi-Profesi Apoteker 158 42
E . Variabel Penelitian dan Pengukuran
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas atau independen adalah
kultur keluarga, program studi, dan jenis pekerjaan orang tua, sedangkan jiwa
kewirausahaan mahasiswa menjadi variabel terikat atau dependen.
1. Kultur keluarga
Kultur keluarga adalah segala macam pola pikir, perasaan, tindakan,
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta
kebiasaan yang ada pada suatu kelompok atau komunitas yang
memungkinkan dapat diserap oleh generasi berikutnya. Dimensi kultur
keluarga antara lain: power distance, individualism/collectivism,
masculinity/femininity, dan uncertainty avoidance. Dalam dimensi power
distance, indikatornya mencakup: kepatuhan terhadap orang tua atau
anggota keluarga lain yang lebih tua, dan ketergantungan pada orang tua.
Dimensi individualitas versus kolektivitas mencakup indikator: kebebasan
menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga lain, keleluasaan
untuk mandiri, keterikatan sosial satu sama lain dalam keluarga, kebutuhan
untuk komunikasi, dan perasaan yang muncul atas pelanggaran
Indikator dimensi masculinity-femininity mencakup: peran ayah lebih
dominan, perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang kuat,
cita-cita pada anggota keluarga (laki-laki/perempuan), dan penghindaran
perbedaan. Dimensi uncertainty avoidance indikatornya mencakup: sikap
terhadap ketidakpastian hidup, dan penetapan aturan.
Untuk lebih jelas, penulis sajikan tabel operasionalisasi sebagai berikut:
Tabel 3.1
1. Power Distance a. Kepatuhan
b. Perhatian yang
Setiap pertanyaan disediakan 4 (empat) opsi jawaban. Adapun cara
penentuan skor jawaban tersebut adalah sebagai berikut:
Pertanyaan
Positif Negatif
Jawaban Skor Jawaban Skor
Sangat setuju (SS) 4 Sangat setuju (SS) 1
Setuju (S) 3 Setuju (S) 2
Tidak setuju (TS) 2 Tidak setuju (TS) 3
Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat tidak setuju (STS) 4
2. Program studi
Program studi merupakan bagian dari fakultas dan jurusan ilmu tertentu,
dimana di dalamnya lebih menunjukkan kekhususan disiplin ilmu.
Variabel ini dikelompokkan menjadi tujuh indikator, yaitu: prodi
Manajemen, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Dunia Usaha, Sastra
Indonesia, Ilmu Komputer, Teknik Informatika, dan Farmasi-Profesi
Apoteker. Variabel program studi ini terkategorikan variabel nominal,
sehingga pemberian skor hanya bersifat membedakan dan tidak
Prodi Manajemen diberi skor 1
Prodi Pendidikan Akuntansi diberi skor 2
Prodi Pendidikan Dunia Usaha diberi skor 3
Prodi Sastra Indonesia diberi skor 4
Prodi Ilmu Komputer diberi skor 5
Prodi Teknik Informatika diberi skor 6
Prodi Farmasi-Profesi Apoteker diberi skor 7
3. Jenis pekerjaan orang tua
Pekerjaan orang tua merupakan kegiatan mencari nafkah yang dilakukan
oleh orang yang lebih tua untuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan
anaknya atau orang yang lebih muda. Dalam penelitian ini, dimensi jenis
pekerjaan orang tua digolongkan menjadi dua indikator, yaitu
berwirausaha dan tidak berwirausaha. Variabel pekerjaan orang tua ini
terkategorikan variabel nominal, sehingga pemberian skor hanya bersifat
membedakan dan tidak menunjukkan jenjang (klasifikasi).
Jenis pekerjaan orang tua yang berwirausaha diberi skor 1
Jenis pekerjaan orang tua yang tidak berwirausaha diberi skor 2
4. Jiwa kewirausahaan
Yang dimaksud jiwa kewirausahaan adalah rasa percaya diri, ulet,
disiplin, memiliki jiwa kepemimpinan, mandiri, antusiasme, optimis, dan
berpikir positif, serta berani mengambil resiko dalam menjalankan dan
mengelola suatu usaha. Dimensi jiwa kewirausahaan dalam penelitian ini
berorientasi ke masa depan, pengambilan resiko yang wajar, menyukai
tantangan dan kemajuan, berorientasi pada tugas dan hasil, kepemimpinan,
mengembangkan sikap dan cara berpikir positif, memotivasi diri sendiri,
disiplin, mengembangkan hubungan dengan orang lain, memiliki visi dan
tujuan usaha yang jelas, rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang
dilakukan, bersedia menanggung resiko waktu dan uang, dan mempunyai
semangat untuk bersaing. Untuk lebih jelas, penulis sajikan tabel
operasionalisasi sebagai berikut:
Kepercayaan diri 2, 4, 6, 9
Kreativitas, fleksibilitas, dan inovasi
1, 3, 15, 30, 32, 34
Orientasi ke masa depan 20
Keberanian mengambil
Kepemimpinan partisipatif 7, 25, 28 Sikap dan cara pikir positif 31, 33
Setiap pertanyaan disediakan 4 (empat) opsi jawaban. Adapun cara
penentuan skor jawaban tersebut adalah sebagai berikut:
Pertanyaan
Positif Negatif
Jawaban Skor Jawaban Skor
Sangat setuju (SS) 4 Sangat setuju (SS) 1
Setuju (S) 3 Setuju (S) 2
Tidak setuju (TS) 2 Tidak setuju (TS) 3
Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat tidak setuju (STS) 4
F . Metode Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Metode pengumpulan data dengan memberikan angket kepada
responden. Angket atau kuesioner ini bersifat terbuka dan tertutup. Dalam
kuesioner bersifat terbuka, responden mengisi identitas sesuai dengan
keadaan dirinya, sedangkan dalam kuesioner bersifat tertutup, responden
diminta memberi jawaban atau pendapat sesuai dengan pilihan yang telah
disediakan. Dalam penelitian ini, kuesioner adalah alat utama dalam
menghimpun data primer, yaitu untuk mengetahui jiwa kewirausahaan,
program studi, pekerjaan orang tua, dan kultur keluarga yang dimiliki
mahasiswa USD.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang diperoleh dari
catatan-catatan yang ada di Universitas Sanata Dharma. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah mahasiswa yang telah
menempuh mata kuliah kewirausahaan dan juga mengenai gambaran
G. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Untuk menguji validitas suatu instrumen, digunakan teknik korelasi
product momentdari Karl Pearson ( Suharsimi Arikunto, 2005:327):
2 2
2 2
rxy = koefisien korelasi yang dicari
N = banyaknya sampel yang diujicobakan
X = jumlah skor dalam sebaran X
Y = jumlah skor dalam sebaran X
XY hasil kali skor X dan Y untuk setiap respondenUntuk menentukan apakah butir-butir pertanyaan instrumen penelitian
valid atau tidak, maka digunakan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika nilai r hitung suatu butir pertanyaan≥ r tabelnya, maka dikatakan
bahwa butir pertanyaan tersebut adalah valid
b. Jika nilai r hitung suatu butir pertanyaan ≤r tabelnya, maka dikatakan
bahwa butir pertanyaan tersebut adalah tidak valid
Pengujian validitas terhadap butir-butir pertanyaan dilakukan dengan
komputer melalui bantuan program SPSS (Statistical Package for Social
kewirausahaan dan kultur keluarga dinyatakan valid (lihat lampiran 5
halaman 122). Berikut disajikan hasil pengujiannya:
Tabel 3.3
Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Jiwa Kewirausahaan
Variabel Pertanyaan
no.
rhitung rtabel Keterangan
Tabel 3.4
Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Kultur Keluarga
Variabel Pertanyaan
no.
rhitung rtabel Keterangan
1 0,960 0,207 Valid
Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas
instrumen (Sugiyono, 1999:111). Oleh karena itu jika instrumen valid,
maka pasti juga reliabel. Uji reliabilitas mengindikasikan bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data. Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus Alpha (Suharsimi
Arikunto, 2005:180) :
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2
b
= jumlah varians butir 2
t
= varians total
Hasil uji coba instrumen kemudian diinterpretasikan melalui tabel sebagai
berikut:
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r
Besar nilai r Interpretasi
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
< 0,200 Sangat rendah
Hasil pengujian reliabilitas pada variabel jiwa kewirausahaan dan
kultur keluarga dapat dilihat pada angka Cronbach’s Alpha sebesar 0,909
dan 0,948 (lihat lampiran 5 halaman 121). Nilai tersebut diinterpretasikan
sangat tinggi. Dengan kata lain tingkat keterandalan dari instrumen
variabel jiwa kewirausahaan dan kultur keluarga sangat tinggi, sehingga
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
H. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan
Variabel-variabel dalam penelitian ini akan dideskripsikan dengan
memberi kriteria melalui Penilaian Acuan Patokan tipe II/PAN II
(Masidjo, 1995:157). Selanjutnya akan dilakukan perhitungan rata-rata,
median, modus, standar deviasi, dll.
2. Pengujian prasyarat
a. Uji normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Apabila
data yang terjaring berdistribusi normal, maka analisis untuk pengujian
hipotesis dapat dilakukan. Untuk mengetahui normalitas suatu data
perlu dicek keberadaannya agar langkah-langkah selanjutnya dapat
dipertanggungjawabkan. Uji normalitas ini menggunakan rumus
Kolmogorov-Smirnovsebagai berikut (Singgih Santoso, 2005:406):
D = Fo(x) - F(x)
dengan keterangan :
D = deviasi atau penyimpangan
Fo(x) = distribusi frekuensi kumulatif teoritis
F(x) = distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil
dari taraf signifikansi 5% maka signifikan, artinya ada beda antara
distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga
sebaran data variabel adalah tidak normal pada taraf signifikansi 5%,
sedangkan apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan
tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi
teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal pada taraf
signifikansi 5%.
b. Uji homogenitas
Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan beberapa varians
populasi yang berdistribusi normal. Dalam uji homogenitas ini, penulis
menggunakan ujiBartlett(Sudjana, 1996:263):
ln10 = 2,3026, disebut logaritma asli dari bilangan 10
Dengan taraf nyata α 5%, hipotesis Ho ditolak jika X2 hitung ≥
X2(1-α)(k-1), dimana X2(1-α)(k-1) didapat dari daftar chi-kuadrat
dengan peluang (1-α) dan dk=(k-1).
3. Pengujian hipotesis
Asumsi dasar yang harus terpenuhi dalam Anova adalah data
berdistribusi normal dan kelompok-kelompok yang membentuk sampel
berasal dari populasi yang sama (Hartono, 2004:207). Setelah dilakukan
uji normalitas dengan menggunakan SPSS, ternyata variabel yang diteliti
tidak berdistribusi normal dan tidak homogen. Pengujian hipotesis
parametrik yaitu Anova tidak dapat dilanjutkan dan diganti dengan
statistik non parametrik, yaitu chi kuadrat. Langkah-langkah dalam uji chi
kuadrat sebagai berikut (Sudjana, 1996:278):
a. Untuk menjawab masalah pertama
1) Merumuskan hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau
dari kultur keluarga
Ha : Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari
kultur keluarga
2) Mencari nilai fh
totalK R
fh
dengan keterangan:
R jumlah baris
K jumlah kolom
3) Mencari nilai chi kuadrat (2)
fh fh
fo 2
2 ( )
dengan keterangan:
2
= chi kuadrat
fo = frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel
4) Menentukan derajat kebebasan dan tingkat kepercayaan
dk = (R-1)(K-1)
R = baris K= kolom
Kemudian ditentukan tingkat kepercayaan sebesar 95%
5) Menentukan kriteria keputusan
Ho diterima apabila 2hitung < 2tabel. Sebaliknya, jika 2hitung >
tabel
2
maka Ha diterima
6) Pengujian besarnya ketergantungan
Setelah dihitung chi kuadrat (2) dan ditemukan ada pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung C (koefisien kontingensi)
untuk dibandingkan dengan Cmaks
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen (besar
kecilnya perbedaan). Caranya yaitu dengan nilai chi kuadrat diuji
dengan koefisian kontingensi sebagai berikut:
C =
n
2 2
dengan keterangan:
C = koefisian kontingensi 2
= hasil perhitungan chi square n = jumlah sampel
Agar nilai C yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat