• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jiwa kewirausahaan mahasiswa Universitas Sanata Dharma ditinjau dari kultur keluarga, program studi, dan jenis pekerjaan orang tua : studi kasus pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Jiwa kewirausahaan mahasiswa Universitas Sanata Dharma ditinjau dari kultur keluarga, program studi, dan jenis pekerjaan orang tua : studi kasus pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma - USD Repository"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, PROGRAM STUDI,

DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA

Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Elisabeth Desy Yani Liku

NIM: 021334038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Juli 2007

Penulis

(5)

v

MOTO

Dalam situasi apapun harus selalu ada pengharapan

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kukerjakan dengan penuh semangat, tekun, dan kerja keras. Tapi pengerjaan skripsi ini pula tidak lepas dari rasa mengeluh, capek, bosan, dan air mata. Namun sungguh apa yang kualami itu akan menjadi pengalaman yang sangat berharga untuk langkahku kedepan.

Kupersembahkan skripsi ini untuk mereka yang senantiasa ada dihati:

Allah Bapa & Bunda Maria

Terima kasih Engkau selalu memberikan yang terbaik untukku

Nenek Toraja

Terima kasih selalu menjadi perantara doa-doaku kepada Bapa Bapak & Mama tercinta

Terima kasih untuk doa, semangat, nasihat, dan segalanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang tidak terukur… Tuhan Menyertai…….

Adik kembarku Vendra & Vendri

Terima kasih untuk ocehannya, semoga kita bisa tetap berantem…

Mbai , Mas Atot, dan ponakanku yang genit & lucu…Nindya

Terima kasih untuk doa, semangat, nasihat, & bantuan dalam bentuk apapun yang telah diberikan. Semoga Tuhan Memberkati

Mas Jefry terkasih

Doa & semangat membuat kita tetap bertahan & tidak menyerah hingga sekarang. Terima kasih untuk semuanya….

(6)

vi

ABSTRAK

JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, PROGRAM STUDI,

DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA

Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Elisabeth Desy Yani Liku Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga; (2) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi; (3) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Desember 2006-Februari 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa dari tujuh program studi yang masih aktif dan telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Jumlah populasi adalah 975 mahasiswa. Jumlah sampel penelitian adalah 258 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan proportional sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah chi kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan jiwa

kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga (2hitung = 130,37 >2tabel

= 3,84 ); (2) ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi (2hitung = 16,42 >2tabel = 12,6); (3) ada perbedaan jiwa kewirausahaan

(7)

vii

ABSTRACT

ENTREPRENEURSHIP SPIRIT OF SANATA DHARMA UNIVERSITY STUDENTS BASED ON FAMILY CULTURE, STUDY PROGRAM,

AND PARENT’S KIND OF JOB

A Case Study: Students of Sanata Dharma University

Elisabeth Desy Yani Liku Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

This research was intended to understand: (1) the difference of students entrepreneurship spirit based on family culture; (2) the difference of students entrepreneurship spirit based on study program; (3) the difference of students entrepreneurship spirit based on parent’s kind of job.

This research was done at Sanata Dharma University from December 2006 to February 2007. The data collecting methods used were both questionnaire and documentation. The population at this research was all of the active students at seven study programs that had taken entrepreneurship lecture. Total amount of the population was 975 students. The sample of this research were 258 students. The sample taking methods used both purposive sampling and proportional random sampling. The analysis data used was chi square.

The results of this research showed that: (1) there was a difference of students entrepreneurship spirit based on family culture (2count = 130,37 >2table

= 3,84); (2) there was a difference of students entrepreneurship spirit based on study program (2count = 16,42 >2table = 12,6); (3) there was a difference of

students entrepreneurship spirit based on parent’s kind of job (2count = 6,57

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kasih yang

telah melimpahkan segala rahmat, kasih, dan bimbinganNya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi

ini, yaitu:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan

arahan dan bimbingan

2. Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah

memberikan arahan dan bimbingan

3. Bpk. S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Akuntansi

dan Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan arahan dan

bimbingan

4. Bpk. L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing I yang dengan sabar

telah memberikan arahan dan bimbingan

5. Bpk. A. Heri Nugroho, S.Pd. yang dengan sabar telah memberikan arahan

dan bimbingan

6. Ibu Catur Rismiati, S.Pd, M.A. yang telah memberikan arahan dan

bimbingan

7. Bpk. Drs. Gregorius Hendra Poerwanto, M.Si. selaku Kaprodi Manajemen

yang telah memberikan izin penelitian

8. Bpk. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Ekonomi

yang telah memberikan izin penelitian

9. Bpk. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku Kaprodi Sastra Indonesia yang

telah memberikan izin penelitian

10. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Kaprodi Ilmu

(9)

ix

11. Ibu Agnes Maria Polina, S.Kom., M.Sc. selaku Kaprodi Teknik

Informatika yang telah memberikan izin penelitian

12. Ibu Christine Patramurti, S.Si., Apt., M.Si. selaku Kaprodi Farmasi yang

telah memberikan izin penelitian

13. Sekretariat Prodi Pendidikan Akuntansi. Terima kasih atas bantuannya

selama ini

14. Teman-teman PAK A angkatan 2002. Terima kasih untuk kebersamaan

dan kekompakan selama ini

15. Teman-teman PAK B & C angkatan 2002. Terima kasih untuk

kebersamaan selama ini

16. Teman-teman Prodi Manajemen, PAK, PE, Sastra Indonesia, Ilmu

Komputer, Teknik Informatika, dan Farmasi-Apoteker angkatan 2001 –

2004. Terima kasih untuk bantuannya telah berkenan mengisi kuesioner

17. Mbah-mbah, bude-bude, bule-bule, & om-om. Terima kasih untuk doa dan

bantuan yang selalu diberikan

18. Keluarga Cendana 4 dan 6. Terima kasih sudah menjadi keluarga

terbaikku selama di Yogya

19. Teman-teman Mudika Lingkungan Karang Asem & Paguyuban Lektor St.

Yohanes Krisostomus. Terima kasih untuk semua yang diberikan. Aku

dapat berkembang karena kalian

20. Bpk Gabriel Budi Halan, Ibu Fransiska Ete Kedang (Flores), dan Tante

Suster (Malang). Terima kasih untuk semua doa dan dukungan yang

diberikan

21. Bapak & Ibu Soemarno (Lampung). Terima kasih untuk doa dan restu

yang selalu diberikan

22. Br.Tadeus, Sr. Louis, Fr. Bill, Fr. Yolan. Terima kasih selalu memberikan

doa dan semangat

23. Eka meong Ikom, Olsen, Upi Teknik Elektro, Mba Sari Apoteker, Eni

Manajemen, & Sisil kecil. Terima kasih untuk bantuannya selama

(10)

x

24. Teman-teman TK, SD, SMP & SMA, khususnya Sinta & Septi. Terima

kasih untuk semangat & doa yang selalu diberikan

25. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.

Terima kasih untuk doa, bantuan, semangat, kritikan, dan semua kebaikan

yang kalian berikan selama ini. Tuhan berkati…...

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, 3 Juli 2007

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Jiwa Kewirausahaan ... 9

B. Kultur Keluarga ... 14

C. Program Studi ... 17

D. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 21

E. Kerangka Teoretik ... 26

F. Perumusan Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

(12)

xii

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 35

F. Metode Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 50

A. Sejarah Perkembangan USD ... 50

B. Visi, Misi, dan Tujuan USD ... 54

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Deskripsi Data ... 56

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 67

C. Pengujian Hipotesis ... 68

D. Pembahasan ... 77

BAB VI PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Keterbatasan Penelitian ... 86

C. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga ... 36

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 39

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 42

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Keluaga ... 43

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r ... 44

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai C ... 49

Tabel 5.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Program Studi ... 56

Tabel 5.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua .. 57

Tabel 5.3 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa ... 59

Tabel 5.4 Kultur Keluarga pada DimensiPower Distance ... 60

Tabel 5.5 Kultur Keluarga pada DimensiIndividualism vs Collectivism ... 62

Tabel 5.6 Kultur Keluarga pada DimensiFemininity vs Masculinity ... 63

Tabel 5.7 Kultur Keluarga pada DimensiUncertainty Avoidance... 64

Tabel 5.8 Kultur Keluarga ... 66

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas ... 67

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Homogenitas ... 68

Tabel 5.11 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Kultur Keluarga 69 Tabel 5.12 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Kultur Keluarga ... 69

Tabel 5.13 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Program Studi ... 71

Tabel 5.14 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Program Studi ... 72

Tabel 5.15 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 74

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Kuesioner ... 91

LAMPIRAN 2. Data Induk Variabel ... 96

LAMPIRAN 3. Perhitungan PAP II dan Mean, Median, Modus ... 108

LAMPIRAN 4. Perhitungan Normalitas dan Homogenitas ... 120

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan mempunyai peran yang sangat signifikan sebagai motor

penggerak perekonomian suatu negara. Perusahaan baik yang berskala besar

maupun kecil dapat memobilisasi perekonomian melalui penyerapan tenaga

kerja. Namun semenjak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun

1997, peran perusahaan tersebut semakin menurun. Hal ini dapat dilihat dari

ketidakmampuan perusahaan menjalankan proses produksi akibat

membengkaknya biaya produksi. Kenyataan tersebut selanjutnya berdampak

pada perusahaan yang terpaksa mencari sumber pendanaan eksternal, bahkan

melakukan PHK terhadap karyawannya.

Rendahnya penyerapan tenaga kerja dan PHK pada sektor formal tersebut

mengakibatkan munculnya masalah pengangguran. Pada tahun 2005 terdapat

40 juta penganggur. Kemudian diperkirakan pula ada 2 juta hingga 3 juta

pencari kerja baru lulusan sekolah yang umumnya adalah pemuda berusia

produktif (Silalahi, http:/www.sinarharapan.co.id/ ekonomi/ usaha/ 2005/

0108/ ukm3.html). Dalam situasi dan kondisi demikian, masyarakat

khususnya yang usia produktif dituntut harus mampu bersaing dalam mencari

pekerjaan. Persoalan menjadi lebih serius karena sebagian besar masyarakat

usia produktif tersebut umumnya hanya berkeinginan bekerja pada sektor

(16)

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka sangatlah penting menumbuhkan

jiwa kewirausahaan bagi masyarakat usia produktif. Menurut Suryana

(2003:1), inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir

kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Sifat berwirausaha

bukan hanya diperankan oleh pengusaha kecil, tetapi dimiliki juga oleh pihak

bukan pengusaha, seperti dosen, mahasiswa, para lulusan sekolah, dan

masyarakat lainnya. Selain sikap kreatif dan inovatif, jiwa kewirausahaan juga

ada pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan,

dan tantangan. Sutanto (2002:12) mengungkapkan bahwa jiwa kewirausahaan

dapat dicerminkan dari sikap ulet dan tangguh, dinamis, produktif, beretos

kerja keras, berani mengambil keputusan yang tepat sehingga memperkecil

resiko, jujur, dan terpercaya.

Universitas Sanata Dharma (USD) sebagai sebuah institusi pendidikan

yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terampil,

berkompetensi, dan kreatif, turut campur tangan menyikapi keadaan lapangan

pekerjaan yang semakin terbatas. Realisasinya adalah melalui pengembangan

kewirausahaan (entrepreneurship) bagi mahasiswa. Hal ini termuat dalam

rumusan visi dan misi universitas, yaitu bahwa pengembangan kaum muda

salah satunya dengan cara membantu mahasiswa menjadi manusia yang utuh,

kritis, dewasa, dan dapat berguna bagi masyarakat. Pengembangan jiwa

kewirausahaan ini dilakukan dengan menawarkan mata kuliah kewirausahaan

(17)

kewirausahaan merupakan bakat atau bawaan lahir, atau dengan kata lain

dengan sendirinya seseorang mempunyai jiwa seperti ini karena ia memang

dari keturunan yang gemar berwirausaha. Namun pandangan tersebut kurang

tepat. Jika seseorang mengikuti jejak orang tuanya untuk berwirausaha, hal

tersebut lebih banyak diperoleh dari proses belajar (http://www.republika.co.id

/korandetail.asp?id=232090&kat.id=100).

Penawaran mata kuliah kewirausahaan di tujuh program studi (prodi) di

USD, yakni prodi Manajemen, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Dunia

Usaha, Sastra Indonesia, Ilmu Komputer, Teknik Informatika, dan

Farmasi-Profesi Apoteker, dimaksudkan untuk mengembangkan dan menumbuhkan

jiwa kewirausahaan mahasiswa. Ada beberapa faktor yang diduga kuat

berhubungan dengan pembentukan jiwa kewirausahaan mahasiswa, antara

lain: kultur keluarga, pekerjaan orang tua, dan latar belakang pendidikan. Pada

dimensi kultur keluarga yang berbeda, kemungkinan jiwa kewirausahaan yang

dimiliki mahasiswa juga berbeda. Kultur keluarga dapat diklasifikasikan ke

dalam empat dimensi, yaitu: power distance, individualism/collectivism,

masculinity/femininity, dan uncertainty avoidance. Keluarga dengan dimensi

power distance yang besar akan berpengaruh pada rendahnya jiwa

kewirausahaan anak, karena otoritas orang tua terus berlangsung dalam

kehidupan anak. Sebaliknya, keluarga dengan dimensi power distance yang

kecil akan mempengaruhi jiwa anak untuk berwirausaha. Hal ini dikarenakan

adanya pembiasaan yang dilakukan orang tua agar anaknya berperilaku aktif

(18)

individualis, anak-anak belajar untuk berpikir mengenai diri mereka sendiri.

Mereka diharapkan bertanggung jawab pada setiap opini yang dibuat. Oleh

karena itu, semakin individualis maka semakin tinggi jiwa kewirausahaan

pada anak. Sebaliknya dalam budaya kolektif, hal utama yang dipegang adalah

loyalitas pada keluarga. Sifat loyal ini menjadikan kuatnya ikatan

persaudaraan, sehingga secara terus-menerus anak kurang dapat bertanggung

jawab terhadap kebutuhan keuangannya. Dalam keluarga seperti ini, jiwa

kewirausahaan pada anak kurang bisa terbentuk atau rendah. Pada dimensi

masculinity, laki-laki dan perempuan memegang nilai ketegasan, sedangkan

dalam dimensi femininity memegang nilai yang lebih lunak. Oleh karena itu

berdasarkan karakteristik jiwa kewirausahaan yang telah diungkapkan

sebelumnya, maka kultur keluarga pada dimensi masculinity akan lebih

dominan membentuk jiwa kewirausahaan anak dibandingkan pada dimensi

femininity. Keluarga dengan budaya uncertainty avoidance yang tinggi akan

berdampak pada rendahnya jiwa kewirausahaan anak, sedangkan pada tingkat

uncertainty avoidance rendah memungkinkan terbentuknya jiwa

kewirausahaan anak. Dengan mengembangkan sikap dan cara berpikir positif,

maka akan meminimalkan perasaan terancam pada sesuatu yang belum pasti.

Mahasiswa yang berada di prodi yang satu, jiwa kewirausahaannya juga

akan berbeda dengan mahasiswa yang berada pada prodi yang lain, meskipun

keduanya menawarkan mata kuliah kewirausahaan. Faktor yang dapat

mempengaruhinya antara lain: fasilitas, tenaga pengajar, dan tujuan yang telah

(19)

berwirausaha bagi mahasiswanya, baik berupa tempat usaha,

peralatan-peralatan yang diperlukan, dan izin usaha, maka memungkinkan terbentuknya

jiwa kewirausahaan. Tenaga pengajar seperti dosen pada setiap prodi juga

memiliki metode berbeda-beda dalam membekali mahasiswa untuk tertarik

berwirausaha. Ada dosen yang berpedoman pada metode ceramah saja yang

dirasa sudah cukup memadai untuk perkuliahan, ada juga dosen yang

berpedoman pada metode ceramah atau pemberian teori, kemudian dilengkapi

dengan penerapan dalam praktek di lapangan.

Rumusan tujuan yang ada pada setiap prodi yang menawarkan mata kuliah

kewirausahaan berbeda-beda. Prodi Manajemen memfokuskan misinya untuk

menyiapkan calon manajer profesional yang mampu mengelola dan

mengembangkan perusahaan/lembaga tempat ia bekerja. Prodi Pendidikan

Akuntansi bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan baik guru maupun

non guru yang profesional, serta memiliki prospek lulusan untuk bekerja di

berbagai dunia usaha. Sama halnya dengan prodi Pendidikan Akuntansi, prodi

Pendidikan Dunia Usaha bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan.

Tujuan lainnya dari prodi ini adalah menyiapkan lulusan untuk dapat

menguasai ilmu ekonomi, manajemen, kewirausahaan, perkoperasian,

akuntansi, dan praktek komputer yang memungkinkan lulusannya bekerja di

dunia usaha maupun pemerintah. Prodi Sastra Indonesia memiliki tujuan

mempersiapkan praktisi dalam bidang aplikasi bahasa dan sastra sesuai

dengan tuntutan era global dan perkembangan teknologi komunikasi yang

(20)

menguasai struktur dan mekanisme kerja komputer. Prodi Teknik Informatika

dalam salah satu rumusan tujuannya memfokuskan agar lulusannya mampu

bersikap positif dan mandiri dalam mengembangkan kemampuan ilmu teknik

yang dimilikinya dan menerapkannya secara arif dan bijaksana untuk

memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Prodi Farmasi-Profesi Apoteker

memiliki tujuan menghasilkan Apoteker yang berjiwa Pancasila, berbudi

luhur, mempunyai kemandirian dan kreativitas, memiliki keterampilan di

bidang pelayanan kefarmasian, serta memiliki tekad untuk berpartisipasi aktif

dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat. Mahasiswa yang

berada pada prodi-prodi tersebut akan memiliki jiwa kewirausahaan yang

sejalan dengan tujuan yang telah dirumuskan, jika benar-benar diarahkan dan

dipersiapkan dengan baik.

Jiwa kewirausahaan yang ada pada seseorang juga tidak terlepas dari

situasi dan kondisi dimana orang tersebut berada. Mahasiswa yang orang

tuanya berwirausaha akan lebih mempengaruhi dirinya untuk berwirausaha

pula dibandingkan jika orang tuanya tidak berwirausaha. Pada mahasiswa

yang orang tuanya berwirausaha akan selalu membiasakan anaknya

melakukan sikap-sikap, seperti tidak takut gagal, tidak cepat puas, dan selalu

berusaha lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan sifat-sifat

wirausahawan yang sukses.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk menyelidiki jiwa

kewirausahaan mahasiswa dilihat dari segi kultur keluarga, latar belakang

(21)

dalam judul “Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Ditinjau dari Kultur Keluarga, Program Studi, dan Jenis Pekerjaan Orang Tua” dan merupakan studi kasus pada mahasiswa USD yang telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan.

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan seseorang.

Faktor- faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai hal antara lain: kultur

keluarga, latar belakang sosial masyarakat, pekerjaan orang tua, latar

belakang pendidikan, serta adanya sarana. Penelitian ini memfokuskan pada

jiwa kewirausahaan seseorang yang ditinjau dari kultur keluarga, program

studi, dan jenis pekerjaan orang tua.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur

keluarga ?

2. Apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari

program studi ?

3. Apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari

(22)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa

ditinjau dari kultur keluarga ?

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa

ditinjau dari program studi ?

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa

ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua ?

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya

bagi mahasiswa yang program studinya menawarkan mata kuliah

kewirausahaan agar dapat memotivasi diri menjadi seorang wirausaha.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan

yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian jiwa kewirausahaan

Jiwa merupakan sesuatu yang abstrak. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1995:416), jiwa diartikan sebagai seluruh kehidupan batin

manusia yang terjadi dari perasaan batin, pikiran, angan-angan, dsb.

Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan mempunyai sikap mental

yang berani menanggung resiko, berpikiran maju, dan berani berdiri di

atas kaki sendiri (Sutanto, 2002:12). Sikap mental ini akan membawa

seseorang untuk berkembang secara terus-menerus dalam jangka panjang.

Sejalan dengan hal tersebut, Susilo dan Soerata (2004:118) menjelaskan

bahwa kualitas mental dari seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan

meliputi :

a. Kemampuan mengorganisir

Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan mampu mengorganisir

berbagai potensi dalam dirinya, baik kekuatan maupun kelemahan,

sehingga ia memiliki keyakinan yang mantap untuk mencapai tujuan

usahanya dengan prestasi yang optimal.

b. Memiliki kemampuan dan kemauan untuk berprestasi

Kedua hal ini merupakan syarat utama yang harus dipenuhi seseorang

(24)

c. Bertindak secara aktif

Sukses merupakan tindakan positif yang berproses, dimana di

dalamnya terkandung nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan.

d. Mengembangkan sikap dan cara berpikir yang positif

Sikap dan cara berpikir yang positif akan berdampak positif pada

usaha yang dijalankan.

e. Keterampilan kepemimpinan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mengubah potensi

menjadi realita. Jiwa kewirausahaan yang tercermin dalam

kemampuan memimpin dapat membangun kerja sama dengan berbagai

pihak.

f. Memiliki wawasan yang luas dan pandangan ke depan

Berdasarkan analisis atas fakta bisnis yang faktual, seseorang yang

memiliki jiwa kewirausahaan mampu memprediksi dan mengantisipasi

masa depan.

g. Kemampuan membuat keputusan dan keberanian mengambil resiko

Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu untuk

membuat keputusan yang cepat dan tepat, serta berani mengambil

resiko.

h. Kemampuan menjalin kerja sama bisnis

Kemampuan menjalin kerja sama bisnis dengan berbagai pihak dapat

(25)

i. Kemampuan untuk berdiri sendiri

Tidak semata-mata mengandalkan bawahan atau orang lain

mencerminkan jiwa kewirausahaan yang mandiri.

j. Bersikap antusias

Sikap ini meliputi senyuman, keyakinan, dan konsisten yang dapat

meneguhkan tujuan yang telah ditetapkan.

k. Ulet, disiplin, dan percaya diri

Sikap ini merupakan faktor utama untuk meraih kesuksesan.

l. Bersikap optimis

Dengan bersikap optimis, seseorang dapat memandang bahwa

kegagalan dan keberhasilan merupakan peristiwa wajar yang sering

dialami dalam berwirausaha.

Dari penjelasan tersebut, akhirnya dapat disimpulkan bahwa jiwa

kewirausahaan adalah rasa percaya diri, ulet, disiplin, memiliki jiwa

kepemimpinan, mandiri, antusias, optimis, dan berpikir positif, serta

berani mengambil resiko dalam menjalankan dan mengelola suatu usaha.

2. Dimensi jiwa kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan

kemajuan dan tantangan. Menurut Suryana (2003:14), untuk dapat menjadi

seorang wirausaha yang berhasil maka seseorang harus memiliki ciri-ciri

(26)

Ciri-ciri : Watak :

a. Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan,

individualitas, dan optimis

b. Berorientasi pada tugas dan

hasil

Kebutuhan untuk berprestasi,

berorientasi laba, ketekunan dan

ketabahan, tekad kerja keras,

mempunyai dorongan kuat, energik

dan inisiatif

c. Pengambilan risiko dan suka

tantangan

Kemampuan untuk mengambil

risiko yang wajar

d. Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin,

bergaul dengan orang lain, dan

menanggapi saran-saran dan kritik

e. Keorisinilan Inovatif, kreatif, dan fleksibel

f. Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan, perspektif

Selain ciri-ciri tersebut, juga menurut Suryana dalam bukunya yang

berjudul Kewirausahaan (2003) yang diringkas dari M. Scarborough,

Thomas W. Zimmerer, Vernon A. Musselman, Geoffey Meredith,

Timmons, McClelland, Steinhoff, John F. Burgess, dan Wasty Sumanto,

mengungkapkan karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan agar

(27)

a. Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk

menciptakan nilai tambah

b. Lebih menghargai prestasi daripada uang

c. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman

d. Memotivasi diri sendiri

e. Semangat untuk bersaing

f. Tegas

g. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada

alam

h. Berdaya cipta dan luwes

i. Selalu menghendaki umpan balik dengan segera

j. Selalu belajar dari kegagalan

k. Menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan

l. Bersedia menanggung resiko waktu dan uang

m. Rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukan

n. Disiplin

o. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas

p. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan

(28)

B. Kultur Keluarga

1. Pengertian kultur keluarga

Istilah kultur/budaya berasal dari ilmu antropologi. Definisi ini

pertama kali dikemukakan oleh ahli antropologi Inggris bernama Sir

Edward B.Taylor (Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, 2005:107).

Menurutnya, kebudayaan adalah keseluruhan sistem yang terdiri dari

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta

kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.

Sementara itu, Haviland (1988:338) dalam Ralph Linton menyebut

kebudayaan sebagai warisan sosial umat manusia.

Budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan

membangun kehidupan bersama. Hofstede (1994:5) mengartikan kultur

sebagai:

…a collective phenomenon, because it is at least partly shared with people who live or lived within the same social environment, which is where it was learned. It is the collective programming of the mind which distinguishes the members of one group or category of people from another

Kultur merupakan bentuk pemrograman mental secara kolektif. Kultur

membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam

pola pikir, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok. Sebagai

bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit

berubah. Jikalau berubah, maka perubahan berlangsung secara evolutif

(29)

tersebut telah menjadi bagian dari diri para anggota kelompok, tetapi

kultur telah terkristalisasi ke dalam komunitas yang mereka bangun.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat dipahami bahwa cultureatau

kebudayaan adalah pola pikir, perasaan, tindakan, pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta kebiasaan yang

merupakan warisan sosial suatu kelompok atau komunitas yang telah

terbentuk.

Kultur dari suatu kelompok atau komunitas dapat ditemui dalam

sebuah keluarga yang merupakan kelompok sosial pertama dalam

kehidupan manusia (Gerungan, 1987:180). Dalam sebuah keluarga, pola

pikir, tindakan ataupun kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua atau

anggota keluarga lainnya memungkinkan diserap anak. Hal ini selanjutnya

akan berpengaruh sekaligus menjadi kerangka perilaku anak dalam

melakukan suatu tindakan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kultur keluarga adalah

segala macam pola pikir, perasaan, tindakan, pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta kebiasaan yang ada pada suatu

kelompok atau komunitas yang memungkinkan dapat diserap oleh

generasi berikutnya.

2. Dimensi kultur keluarga

Kultur dapat diklasifikasikan ke dalam empat tingkatan (Hofstede,

1994:14), yaitu: power distance, individualism/collectivism,

(30)

Dalam dimensi power distance terdapat ketidaksamaan penerimaan

atas kekuasaan yang didistribusikan. Hal ini dapat ditemui dalam sebuah

keluarga. Semua orang memulai pembentukan mental setelah mereka lahir

dari orang yang lebih tua dan secara terus-menerus akan membentuk

pribadi seperti pendahulunya tersebut. Indikator dimensi power distance

mencakup: kepatuhan terhadap orang tua atau anggota keluarga lain yang

lebih tua, dan ketergantungan pada orang tua. Dimensi individualism

berbeda dengan collectivism. Individualitas digambarkan sebagai orang

tinggal dalam masyarakat dimana kepentingan individu berada di atas

kepentingan kelompok. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga belajar

untuk berpikir mengenai diri mereka sendiri atau “aku”. Kolektivitas

digambarkan sebagai orang hidup dalam masyarakat dimana kepentingan

kelompok berada di atas kepentingan pribadi. Hal utama yang dipegang

dalam dimensi kolektivitas adalah loyalitas pada kelompoknya. Hal ini

berarti diharapkan adanya pembagian sumber daya diantara anggota.

Dimensi individualitas versus kolektivitas mencakup indikator: kebebasan

menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga lain, keleluasaan

untuk mandiri, keterikatan sosial satu sama lain dalam keluarga, kebutuhan

untuk komunikasi, dan perasaan yang muncul atas pelanggaran

aturan/norma tertentu.

Keluarga adalah tempat dimana kebanyakan orang menerima program

budaya pertama mereka. Keluarga mempunyai dua bagian ketidaksamaan

(31)

perbedaan tingkatan dari ketidaksamaan dalam hubungan antara orang

tua-anak sudah dijelaskan dalam dimensi power distance, sedangkan

hubungan antara suami-istri dijelaskan dalam dimensi

masculinity-femininity. Pada dimensi maskulin, laki-laki dan perempuan memegang

nilai ketegasan, sedangkan dalam dimensi feminin memegang nilai yang

lebih lunak. Aturan-aturan dalam sebuah keluarga dapat dilihat secara jelas

pada ayah dan ibu dalam mempengaruhi mental anak mereka. Oleh karena

itu, satu dimensi yang berhubungan dengan gender dipengaruhi oleh orang

tua. Indikator dimensi masculinity-femininity mencakup: peran ayah lebih

dominan, perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang kuat,

cita-cita pada anggota keluarga (laki-laki/perempuan), dan penghindaran

perbedaan. Dimensi uncertainty avoidance menunjukkan sejauh mana

pandangan anggota kelurga dalam menghadapi situasi yang tidak pasti.

Indikator dimensi ini mencakup: sikap terhadap ketidakpastian hidup, dan

penetapan aturan.

C. Program Studi

Program studi (prodi) adalah satuan pelaksana pendidikan yang bertugas

melaksanakan satuan kurikulum untuk satu keahlian tertentu. Adanya prodi

lebih menunjuk pada kekhususan penguasaan disiplin ilmu tertentu, misalnya

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

membagi prodinya menjadi tiga yakni Prodi Pendidikan Sejarah, Prodi

(32)

Dunia Usaha, dan Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Akuntansi (Insadha, 2005).

Setiap prodi mengembangkan upaya-upayanya melalui penawaran mata

kuliah. Akhir-akhir ini muncul mata kuliah baru di beberapa prodi, yakni mata

kuliah Kewirausahan. Bagi setiap prodi, baik yang berkaitan dengan ekonomi

maupun non ekonomi, mata kuliah ini dianggap sebagai sesuatu yang penting

untuk ditawarkan pada mahasiswa. Hal ini dikarenakan penawaran suatu mata

kuliah sejalan dengan tujuan yang dirumuskan oleh prodi untuk menghasilkan

lulusan yang berkompeten terhadap bidang ilmunya.

Tujuh prodi di Universitas Sanata Dharma yang menawarkan mata kuliah

kewirausahaan adalah prodi manajemen, pendidikan akuntansi, pendidikan

dunia usaha, sastra Indonesia, ilmu komputer, teknik informatika, dan

farmasi-profesi apoteker. Masing-masing prodi tersebut memiliki rumusan tujuan yang

berbeda-beda. Tujuan yang dirumuskan oleh prodi-prodi tersebut sebagai

berikut:

1. Prodi Manajemen

Prodi Manajemen memfokuskan misinya untuk menyiapkan calon manajer

profesional yang mampu mengelola dan mengembangkan

perusahaan/lembaga tempat ia bekerja dengan ciri-ciri (Insadha, 2005:36):

a. Berkepribadian matang dan berdedikasi tinggi

b. Beretika bisnis dengan tetap memperhatikan kepentingan organisasi

c. Berwawasan global dan peduli terhadap lingkungan

(33)

2. Prodi Pendidikan Akuntansi

Tujuan pendidikan dan prospek lulusan prodi ini adalah menghasilkan

tenaga kependidikan, baik guru maupun non guru yang profesional di

bidang akuntansi dan manajemen untuk sekolah menengah umum maupun

sekolah menengah kejuruan kelompok bisnis manajemen serta untuk

berbagai dunia usaha. Kompetensi lain lulusan ini adalah menguasai

prinsip dan sistem akuntansi secara manual maupun berbasis komputer,

sehingga mereka dapat bekerja di perusahaan-perusahaan nasional maupun

multinasional, perbankan, dan sebagainya (Insadha, 2005:36).

3. Prodi Pendidikan Dunia Usaha

Prodi Pendidikan Ekonomi bidang keahlian khusus Pendidikan Ekonomi

Koperasi/Pendidikan Dunia Usaha (PDU) bertujuan menghasilkan tenaga

kependidikan, baik guru maupun non guru yang profesional dibidang

ekonomi untuk Sekolah Menengah Umum maupun Sekolah Menengah

Kejuruan kelompok bisnis manajemen serta lembaga-lembaga pendidikan

lain. Tujuan lainnya adalah menyiapkan lulusan untuk dapat menguasai

ilmu ekonomi, manajemen, kewirausahaan, perkoperasian, akuntansi, dan

praktek komputer yang memungkinkan lulusannya bekerja di dunia usaha

maupun pemerintah (Insadha, 2005:35).

4. Prodi Sastra Indonesia

Tujuan pendidikan yang tersirat dalam prodi ini sebagai berikut (Insadha,

(34)

a. Menyiapkan pakar-pakar dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra

Indonesia yang memiliki kemampuan akademis yang tinggi

b. Menyiapkan praktisi dalam bidang aplikasi bahasa dan sastra sesuai

dengan tuntutan era global dan perkembangan teknologi komunikasi

yang modern

5. Prodi Ilmu Komputer

Prodi Ikom memiliki tujuan untuk menghasilkan sarjana sains yang

menguasai struktur dan mekanisme kerja komputer, sehingga dapat

membuat sistem komputer yang meliputi hardware dan software untuk

mempermudah atau mengatasi berbagai persoalan dalam dunia bisnis,

industri, pendidikan, perbankan, transportasi, dan lain-lain (Insadha,

2005:46).

6. Prodi Teknik Informatika

Rumusan tujuan prodi teknik informatika antara lain (Insadha, 2005:57):

a. Para lulusan memiliki pola pikir sistematik, logis, dan koheren, serta

secara profesional mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam

lingkungan kerjanya

b. Para lulusan mampu bersikap positif dan mandiri dalam

mengembangkan kemampuan ilmu teknik yang dimilikinya dan

menerapkannya secara arif dan bijaksana untuk memenuhi tuntutan

kebutuhan masyarakat

(35)

d. Para lulusan dapat bekerja dalam bidang perancangan , pelaksanaan,

pengawasan, dan pengelolaan atas dasar konsep-konsep yang umum

dibidang teknologi jaringan komputer atau teknologi basis data

e. Para lulusan dapat meningkatkan diri sesuai dengan profesi yang

ditekuninya

f. Para lulusan memiliki bekal yang cukup untuk melanjutkan studi pada

jenjang yang lebih tinggi

7. Prodi Farmasi-Profesi Apoteker

Tujuan yang dirumuskan pada prodi ini yakni menghasilkan Sarjana

Farmasi dan Apoteker yang berjiwa Pancasila, berbudi luhur, mempunyai

kemandirian dan kreativitas, memiliki keterampilan di bidang pelayanan

kefarmasian, serta memiliki tekad untuk berpartisipasi aktif dalam

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat (Insadha, 2005:63).

D. Jenis Pekerjaan Orang Tua

1. Pengertian pekerjaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:488), pekerjaan

didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Jika

bentuk yang dilakukan bermacam-macam, maka ini disebut jenis

pekerjaan. Spillane (1982:14) mengelompokkan jabatan/pekerjaan dalam

sembilan (9) golongan antara lain:

a. Golongan A

(36)

2) Pedagang

3) Pegawai kantor

4) Pegawai sipil ABRI

5) Pemilik perusahaan / toko / pabrik / perikanan

6) Pemilik bus

7) Penggarap tanah

8) Pengawas keamanan

9) Petani pemilik tanah

10) Peternak

11) Tuan tanah

b. Golongan B

1) Buruh nelayan

2) Buruh tani

3) Petani kecil

4) Penebang kayu

c. Golongan C

1) ABRI

2) Guru SD

3) Kepala Bagian

4) Kepala kantor pos (cabang)

5) Manager perusahaan kecil

6) Pamong praja

(37)

8) Pegawai negeri (golongan IA – ID)

9) Supervisor / pengawas

d. Golongan D

2) Pensiunan

3) Tidak mempunyai pekerjaan tetap

e. Golongan E

1) Guru (SMP, SMA)

2) Juru rawat

3) Pekerja sosial

4) Kepala sekolah

5) Kontraktor kecil

6) Pegawai negeri (golongan IIA – IID)

7) Perwira ABRI

8) Wartawan

f. Golongan F

1) Buruh tidak tetap

2) Petani penyewa

3) Tukang/penarik becak

g. Golongan G

1) Ahli hukum

2) Ahli ilmu tanah/ukur tanah

3) Apoteker

(38)

5) Dokter

6) Dosen/Guru besar

7) Gubernur

8) Insinyur

9) Kepala kantor pos (pusat)

10) Kontraktor besar

11) Manager perusahaan

12) Menteri

13) Pegawai negeri (golongan IIA ke atas)

14) Pengarang

15) Peneliti

16) Penerbang

17) Perwira ABRI (Mayor/Jendral)

18) Walikota/Bupati

h. Golongan H

1) Pembantu

2) Penjual keliling

3) Tukang cuci

i. Golongan I

1) Artis/Seniman

2) Buruh tetap

3) Montir

(39)

5) Penjahit

6) Penjaga

7) Supir bus

8) Tukang kayu

9) Tukang listrik

10) Tukang mesin

Sementara itu, menurut Dewi (2004:32), pekerjaan dapat dibedakan

menjadi dua (2) jenis, yaitu:

a. Pekerjaan pokok

Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang

sebagai sumber utama dari penghasilan, yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat dari pekerjaan ini adalah

tetap.

b. Pekerjaan sampingan

Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan

oleh seseorang sebagai pekerjaan untuk memperoleh penghasilan

tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Sifat dari pekerjaan ini

adalah melengkapi pekerjaan pokok.

2. Pengertian orang tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:706), orang tua adalah

orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dsb). Dalam pengertian

sehari-hari, orang tua yang lazim disebut ayah dan ibu, memegang peranan

(40)

jawab orang tua sangat besar dalam sebuah keluarga. Dalam penelitian ini,

penulis membedakan pekerjaan orang tua menjadi dua jenis, yakni

berwirausaha dan tidak berwirausaha.

E . Kerangka Teoretik

1. Jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kutur keluarga

Keluarga adalah tempat di mana kebanyakan orang menerima program

budaya pertama mereka. Antar keluarga yang satu dengan lainnya pola

pikir, kebiasaan-kebiasaan, dan tindakan yang ditanamkan oleh anggota

keluarga (bapak, ibu, kakak, dll) kepada anaknya atau orang yang lebih

muda berbeda-beda. Kultur yang tercermin pada hal-hal demikian

memungkinkan diserap anak dan selanjutnya akan berpengaruh pada

segala hal yang dikerjakan anak, termasuk berwirausaha. Kultur dapat

diklasifikasikan ke dalam empat dimensi, yaitu: power distance,

individualism/collectivism, masculinity/femininity, dan uncertainty

avoidance.

Dimensi power distance menunjukkan tingkat dimana kekuasaan

anggota dalam keluarga didistribusikan secara berbeda. Dalam situasi

power distance yang besar, perilaku bergantung anak pada orang tua

adalah sesuatu yang diharapkan. Oleh karena itu, jiwa kewirausahaan yang

dimiliki anak rendah, karena otoritas orang tua terus berlangsung dalam

hidupnya. Sebaliknya, dalam situasi power distance yang kecil, tujuan

(41)

mengambil kontrol atas tindakan mereka sendiri. Oleh karena itu, jiwa

kewirausahaan yang dimiliki anak tinggi, karena seorang anak selalu

diharapkan oraang tuanya untuk dapat berperilaku aktif dan dapat

membuat keputusan sendiri tanpa pengaruh dari orang tuanya.

Individualitas menunjukkan suatu kelompok (keluarga) dimana

pertalian antar individu cenderung menghilang. Sementara dimensi

kolektivitas menunjukkan suatu kondisi kelompok (keluarga) dimana

individu-individu sejak lahir diintegrasikan secara kuat sehingga mereka

memiliki sifat loyal terhadap kelompoknya. Dalam budaya individualis,

anak-anak diharapkan dan didorong oleh orang tua untuk menghasilkan

opini mereka sendiri. Oleh karena itu, semakin individualis maka semakin

tinggi jiwa kewirausahaan pada anak. Orang tua bangga jika anak-anaknya

pada usia awal sudah bekerja untuk menambah uang saku sehingga dapat

memutuskan bagaimana membelanjakan uang mereka. Sebaliknya,

semakin kolektif maka semakin rendah jiwa kewirausahaan pada anak. Hal

ini disebabkan bukan hanya karena anak-anak tidak terbiasa belajar

membuat opini, tetapi juga karena budaya yang bersifat loyal dalam

membentuk sebuah kebersamaan.

Pada dimensi maskulin (masculinity), laki-laki dan perempuan

memegang nilai ketegasan, sedangkan dalam dimensi feminin (femininity)

memegang nilai yang lebih lunak. Dalam sebuah keluarga, satu dimensi

yang berhubungan dengan gender dipengaruhi oleh orang tua. Jiwa

(42)

dan tantangan (Suryana, 2003:13). Berdasarkan karakteristik tersebut,

maka pembentukkan jiwa kewirausahaan anak lebih dominan ada pada

budaya keluarga maskulin daripada feminin. Hal ini dikarenakan dengan

memegang nilai ketegasan, baik laki-laki dan perempuan belajar untuk

berambisi dan bersaing untuk sebuah tujuan. Alasan selain itu, menurut

John W. Berry, etc dalam Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi

adalah adanya penekanan terhadap tujuan-tujuan kerja, seperti ingin

memiliki penghasilan.

Dimensi uncertainty avoidance menunjukkan sejauh mana pandangan

anggota keluarga dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Keluarga

dengan budaya penghindaran ketidakpastian yang tinggi akan merasa

terancam dengan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Oleh kerena itu,

semakin tinggi dimensi uncertainty avoidancemaka semakin rendah jiwa

kewirausahaan pada anak. Sebaliknya, semakin rendah dimensi

uncertainty avoidance pada sebuah keluarga maka semakin tinggi jiwa

kewirausahaan anak, karena penghindaran ketidakpastian yang lemah

cenderung akan diperoleh perasaan yang positif dalam melihat segala

sesuatu.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara

kultur keluarga terhadap pembentukkan jiwa kewirausahaan pada

(43)

2. Jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari prodi

Banyak orang mengidentifikasikan jiwa kewirausahaan seseorang

berkaitan erat dengan latar belakang disiplin ilmu yang digelutinya. Orang

yang menggeluti bidang ekonomi identik dengan jiwa kewirausahaan.

Sebaliknya, orang yang bergelut di bidang non ekonomi dianggap menjadi

sesuatu yang mustahil untuk dapat berwirausaha. Suryana (2003:7)

mengungkapkan bahwa kewirausahaan merupakan sesuatu yang dapat

dipelajari dan diajarkan. Hal ini memberi penjelasan bahwa baik dalam

bidang ekonomi maupun non ekonomi, jika seseorang dalam masa

studinya diarahkan dan dipersiapkan untuk membangun dan

mengembangkan jiwa kewirausahaan, maka potensi itu akan tumbuh pada

pribadi seseorang. Prodi-prodi di USD yang menawarkan mata kuliah

kewirausahaan, yakni prodi Manajemen, Pendidikan Akuntansi,

Pendidikan Dunia Usaha, Sastra Indonesia, Ilmu Komputer, Teknik

Informatika, dan Farmasi-Profesi Apoteker memiliki rumusan tujuan yang

berbeda-beda. Prodi Manajemen memfokuskan misinya untuk menyiapkan

calon manajer profesional yang mampu mengelola dan mengembangkan

perusahaan/lembaga tempat ia bekerja. Prodi Pendidikan Akuntansi

bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan baik guru maupun non guru

yang profesional, serta memiliki prospek lulusan untuk bekerja di berbagai

dunia usaha. Sama halnya dengan prodi Pendidikan Akuntansi, prodi

Pendidikan Dunia Usaha bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan.

(44)

menguasai ilmu ekonomi, manajemen, kewirausahaan, perkoperasian,

akuntansi, dan praktek komputer yang memungkinkan lulusannya bekerja

di dunia usaha maupun pemerintah. Prodi Sastra Indonesia memiliki

tujuan mempersiapkan praktisi dalam bidang aplikasi bahasa dan sastra

sesuai dengan tuntutan era global dan perkembangan teknologi

komunikasi yang modern. Prodi Ilmu Komputer bertujuan menghasilkan

sarjana sains yang menguasai struktur dan mekanisme kerja komputer.

Prodi Teknik Informatika dalam salah satu rumusan tujuannya

memfokuskan agar lulusannya mampu bersikap positif dan mandiri dalam

mengembangkan kemampuan ilmu teknik yang dimilikinya dan

menerapkannya secara arif dan bijaksana untuk memenuhi tuntutan

kebutuhan masyarakat. Prodi Farmasi-Profesi Apoteker memiliki tujuan

menghasilkan Apoteker yang berjiwa Pancasila, berbudi luhur,

mempunyai kemandirian dan kreativitas, memiliki keterampilan di bidang

pelayanan kefarmasian, serta memiliki tekad untuk berpartisipasi aktif

dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat. Mahasiswa

yang berada pada prodi-prodi tersebut akan memiliki jiwa kewirausahaan

yang sejalan dengan tujuan yang telah dirumuskan, jika benar-benar

diarahkan dan dipersiapkan dengan baik. Selain pengaruh tujuan yang

telah dirumuskan oleh setiap prodi, tumbuhnya jiwa kewirausahaan

seseorang juga dipengaruhi oleh faktor fasilitas dan tenaga pengajar. Prodi

yang memberikan fasilitas untuk berwirausaha bagi mahasiswanya, baik

(45)

membawa pengaruh bagi mahasiswanya untuk menumbuhkan jiwa

kewirausahaan dalam dirinya. Begitu juga dengan faktor tenaga pengajar.

Masing-masing tenaga pengajar, dalam hal ini dosen mempunyai metode

mengajar yang berbeda-beda. Ada dosen yang berpedoman pada metode

ceramah saja yang dirasa sudah cukup memadai untuk perkuliahan, ada

juga dosen yang berpedoman pada metode ceramah atau pemberian teori,

kemudian dilengkapi dengan penerapan dalam praktek di lapangan.

Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan pada setiap prodi, fasilitas, dan

tenaga pengajar seperti diungkapkan di atas, berbeda pada setiap prodi

yang menawarkan mata kuliah kewirausahaan. Hal-hal tersebut dapat

berpengaruh pada jiwa kewirausahaan dari mahasiswa yang mengikuti

mata kuliah kewirausahaan. Oleh karena itu, diduga bahwa pada prodi

yang berbeda, jiwa kewirausahaannya juga berbeda.

3. Jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua

Berwirausaha bukan merupakan sesuatu yang dapat terjadi secara

alamiah. Di dalam kenyataannya tidak dapat dihindari bahwa jiwa

kewirausahaan yang timbul dari seseorang tidak terlepas dari situasi atau

kondisi dimana orang tersebut berada. Status atau pekerjaan orang tua

dapat menjadi peranan penting untuk membentuk jiwa kewirausahaan

seseorang. Mahasiswa yang orang tuanya berwirausaha akan berdampak

pada anaknya untuk berwirausaha pula. Menurut Levi (http://www.

republika.co.id/korandetail.asp?id=232090&katid=100), kuncinya adalah

(46)

gagal, tidak cepat puas, dan selalu berusaha lebih baik daripada

sebelumnya. Sikap-sikap ini dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan

pada diri seseorang. Hal ini berbeda dengan mahasiswa yang orang tuanya

tidak berwirausaha. Mereka sebagai orang tua kurang memiliki sikap-sikap

seperti di atas, dimana dalam kehidupan sehari-harinya sikap-sikap

tersebut tidak selalu muncul dan dibiasakan pada anak. Berdasarkan

pandangan di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa mahasiswa yang orang

tuanya berwirausaha memiliki jiwa kewirausahaan yang berbeda

dibandingkan dengan mahasiswa yang orang tuanya tidak berwirausaha.

F. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoretik di atas, maka penulis merumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur

keluarga

2. Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi

3. Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari pekerjaan

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus

adalah penelitian terhadap jenis obyek tertentu, dimana proses pengumpulan

datanya menggunakan beberapa metode, kemudian dianalisis dan kesimpulan

yang diambil hanya berlaku pada objek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah di Universitas Sanata Dharma, Jl. Mrican,

Tromol Pos 29 dan Jl. Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Penelitian diadakan pada bulan Desember 2006 – Februari 2007

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah mahasiswa yang masih aktif dan telah

mengikuti mata kuliah kewirausahaan di Universitas Sanata Dharma.

2. Objek Penelitian

Objek yang diteliti ialah jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari

(48)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai karakteristik tertentu, yang diterapkan dalam

penelitian untuk dipelajari, dianalisis, kemudian diambil kesimpulannya.

Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh mahasiswa yang masih

aktif dan telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Populasi berjumlah

975 responden.

2. Sampel

Jumlah sampel penelitian ini ditetapkan sebanyak 258 mahasiswa.

Jumlah tersebut didasarkan pada tabel penentuan sampel dari populasi

yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 1999:81).

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan sampel, yaitu teknik

purposive sampling dan proportional random sampling. Pertimbangan

pengambilan sampel oleh peneliti adalah mahasiswa yang masih aktif dan

telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Sementara proportional

random samplingditerangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penulis menetapkan proporsi sampel yang diambil pada tiap-tiap prodi

sebesar 25% (258:1000). 1000 merupakan pembulatan dari 975

b. Penulis menetapkan jumlah sampel yang diambil pada tiap prodi

(49)

No. Prodi Jumlah mahasiswa Jumlah sampel

1. Manajemen 394 104

2. Pendidikan Akuntansi 164 43

3. Pendidikan Dunia Usaha 45 12

4. Sastra Indonesia 33 9

5. Ilmu Komputer 130 35

6. Teknik Informatika 51 13

7. Farmasi-Profesi Apoteker 158 42

E . Variabel Penelitian dan Pengukuran

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas atau independen adalah

kultur keluarga, program studi, dan jenis pekerjaan orang tua, sedangkan jiwa

kewirausahaan mahasiswa menjadi variabel terikat atau dependen.

1. Kultur keluarga

Kultur keluarga adalah segala macam pola pikir, perasaan, tindakan,

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta

kebiasaan yang ada pada suatu kelompok atau komunitas yang

memungkinkan dapat diserap oleh generasi berikutnya. Dimensi kultur

keluarga antara lain: power distance, individualism/collectivism,

masculinity/femininity, dan uncertainty avoidance. Dalam dimensi power

distance, indikatornya mencakup: kepatuhan terhadap orang tua atau

anggota keluarga lain yang lebih tua, dan ketergantungan pada orang tua.

Dimensi individualitas versus kolektivitas mencakup indikator: kebebasan

menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga lain, keleluasaan

untuk mandiri, keterikatan sosial satu sama lain dalam keluarga, kebutuhan

untuk komunikasi, dan perasaan yang muncul atas pelanggaran

(50)

Indikator dimensi masculinity-femininity mencakup: peran ayah lebih

dominan, perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang kuat,

cita-cita pada anggota keluarga (laki-laki/perempuan), dan penghindaran

perbedaan. Dimensi uncertainty avoidance indikatornya mencakup: sikap

terhadap ketidakpastian hidup, dan penetapan aturan.

Untuk lebih jelas, penulis sajikan tabel operasionalisasi sebagai berikut:

Tabel 3.1

1. Power Distance a. Kepatuhan

(51)

b. Perhatian yang

Setiap pertanyaan disediakan 4 (empat) opsi jawaban. Adapun cara

penentuan skor jawaban tersebut adalah sebagai berikut:

Pertanyaan

Positif Negatif

Jawaban Skor Jawaban Skor

Sangat setuju (SS) 4 Sangat setuju (SS) 1

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Tidak setuju (TS) 2 Tidak setuju (TS) 3

Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat tidak setuju (STS) 4

2. Program studi

Program studi merupakan bagian dari fakultas dan jurusan ilmu tertentu,

dimana di dalamnya lebih menunjukkan kekhususan disiplin ilmu.

Variabel ini dikelompokkan menjadi tujuh indikator, yaitu: prodi

Manajemen, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Dunia Usaha, Sastra

Indonesia, Ilmu Komputer, Teknik Informatika, dan Farmasi-Profesi

Apoteker. Variabel program studi ini terkategorikan variabel nominal,

sehingga pemberian skor hanya bersifat membedakan dan tidak

(52)

Prodi Manajemen diberi skor 1

Prodi Pendidikan Akuntansi diberi skor 2

Prodi Pendidikan Dunia Usaha diberi skor 3

Prodi Sastra Indonesia diberi skor 4

Prodi Ilmu Komputer diberi skor 5

Prodi Teknik Informatika diberi skor 6

Prodi Farmasi-Profesi Apoteker diberi skor 7

3. Jenis pekerjaan orang tua

Pekerjaan orang tua merupakan kegiatan mencari nafkah yang dilakukan

oleh orang yang lebih tua untuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan

anaknya atau orang yang lebih muda. Dalam penelitian ini, dimensi jenis

pekerjaan orang tua digolongkan menjadi dua indikator, yaitu

berwirausaha dan tidak berwirausaha. Variabel pekerjaan orang tua ini

terkategorikan variabel nominal, sehingga pemberian skor hanya bersifat

membedakan dan tidak menunjukkan jenjang (klasifikasi).

Jenis pekerjaan orang tua yang berwirausaha diberi skor 1

Jenis pekerjaan orang tua yang tidak berwirausaha diberi skor 2

4. Jiwa kewirausahaan

Yang dimaksud jiwa kewirausahaan adalah rasa percaya diri, ulet,

disiplin, memiliki jiwa kepemimpinan, mandiri, antusiasme, optimis, dan

berpikir positif, serta berani mengambil resiko dalam menjalankan dan

mengelola suatu usaha. Dimensi jiwa kewirausahaan dalam penelitian ini

(53)

berorientasi ke masa depan, pengambilan resiko yang wajar, menyukai

tantangan dan kemajuan, berorientasi pada tugas dan hasil, kepemimpinan,

mengembangkan sikap dan cara berpikir positif, memotivasi diri sendiri,

disiplin, mengembangkan hubungan dengan orang lain, memiliki visi dan

tujuan usaha yang jelas, rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang

dilakukan, bersedia menanggung resiko waktu dan uang, dan mempunyai

semangat untuk bersaing. Untuk lebih jelas, penulis sajikan tabel

operasionalisasi sebagai berikut:

Kepercayaan diri 2, 4, 6, 9

Kreativitas, fleksibilitas, dan inovasi

1, 3, 15, 30, 32, 34

Orientasi ke masa depan 20

Keberanian mengambil

Kepemimpinan partisipatif 7, 25, 28 Sikap dan cara pikir positif 31, 33

(54)

Setiap pertanyaan disediakan 4 (empat) opsi jawaban. Adapun cara

penentuan skor jawaban tersebut adalah sebagai berikut:

Pertanyaan

Positif Negatif

Jawaban Skor Jawaban Skor

Sangat setuju (SS) 4 Sangat setuju (SS) 1

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Tidak setuju (TS) 2 Tidak setuju (TS) 3

Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat tidak setuju (STS) 4

F . Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Metode pengumpulan data dengan memberikan angket kepada

responden. Angket atau kuesioner ini bersifat terbuka dan tertutup. Dalam

kuesioner bersifat terbuka, responden mengisi identitas sesuai dengan

keadaan dirinya, sedangkan dalam kuesioner bersifat tertutup, responden

diminta memberi jawaban atau pendapat sesuai dengan pilihan yang telah

disediakan. Dalam penelitian ini, kuesioner adalah alat utama dalam

menghimpun data primer, yaitu untuk mengetahui jiwa kewirausahaan,

program studi, pekerjaan orang tua, dan kultur keluarga yang dimiliki

mahasiswa USD.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang diperoleh dari

catatan-catatan yang ada di Universitas Sanata Dharma. Metode ini

digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah mahasiswa yang telah

menempuh mata kuliah kewirausahaan dan juga mengenai gambaran

(55)

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Untuk menguji validitas suatu instrumen, digunakan teknik korelasi

product momentdari Karl Pearson ( Suharsimi Arikunto, 2005:327):

2 2



2 2

rxy = koefisien korelasi yang dicari

N = banyaknya sampel yang diujicobakan

X = jumlah skor dalam sebaran X

Y = jumlah skor dalam sebaran X

XY  hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden

Untuk menentukan apakah butir-butir pertanyaan instrumen penelitian

valid atau tidak, maka digunakan ketentuan sebagai berikut :

a. Jika nilai r hitung suatu butir pertanyaan≥ r tabelnya, maka dikatakan

bahwa butir pertanyaan tersebut adalah valid

b. Jika nilai r hitung suatu butir pertanyaan ≤r tabelnya, maka dikatakan

bahwa butir pertanyaan tersebut adalah tidak valid

Pengujian validitas terhadap butir-butir pertanyaan dilakukan dengan

komputer melalui bantuan program SPSS (Statistical Package for Social

(56)

kewirausahaan dan kultur keluarga dinyatakan valid (lihat lampiran 5

halaman 122). Berikut disajikan hasil pengujiannya:

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Jiwa Kewirausahaan

Variabel Pertanyaan

no.

rhitung rtabel Keterangan

(57)

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Kultur Keluarga

Variabel Pertanyaan

no.

rhitung rtabel Keterangan

1 0,960 0,207 Valid

Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas

instrumen (Sugiyono, 1999:111). Oleh karena itu jika instrumen valid,

maka pasti juga reliabel. Uji reliabilitas mengindikasikan bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data. Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus Alpha (Suharsimi

Arikunto, 2005:180) :

(58)

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2

b

 = jumlah varians butir 2

t

 = varians total

Hasil uji coba instrumen kemudian diinterpretasikan melalui tabel sebagai

berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r

Besar nilai r Interpretasi

0,800 – 1,000 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

< 0,200 Sangat rendah

Hasil pengujian reliabilitas pada variabel jiwa kewirausahaan dan

kultur keluarga dapat dilihat pada angka Cronbach’s Alpha sebesar 0,909

dan 0,948 (lihat lampiran 5 halaman 121). Nilai tersebut diinterpretasikan

sangat tinggi. Dengan kata lain tingkat keterandalan dari instrumen

variabel jiwa kewirausahaan dan kultur keluarga sangat tinggi, sehingga

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

H. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan

(59)

Variabel-variabel dalam penelitian ini akan dideskripsikan dengan

memberi kriteria melalui Penilaian Acuan Patokan tipe II/PAN II

(Masidjo, 1995:157). Selanjutnya akan dilakukan perhitungan rata-rata,

median, modus, standar deviasi, dll.

2. Pengujian prasyarat

a. Uji normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Apabila

data yang terjaring berdistribusi normal, maka analisis untuk pengujian

hipotesis dapat dilakukan. Untuk mengetahui normalitas suatu data

perlu dicek keberadaannya agar langkah-langkah selanjutnya dapat

dipertanggungjawabkan. Uji normalitas ini menggunakan rumus

Kolmogorov-Smirnovsebagai berikut (Singgih Santoso, 2005:406):

D = Fo(x) - F(x)

dengan keterangan :

D = deviasi atau penyimpangan

Fo(x) = distribusi frekuensi kumulatif teoritis

F(x) = distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil

dari taraf signifikansi 5% maka signifikan, artinya ada beda antara

distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga

sebaran data variabel adalah tidak normal pada taraf signifikansi 5%,

sedangkan apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan

(60)

tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi

teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal pada taraf

signifikansi 5%.

b. Uji homogenitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan beberapa varians

populasi yang berdistribusi normal. Dalam uji homogenitas ini, penulis

menggunakan ujiBartlett(Sudjana, 1996:263):

ln10 = 2,3026, disebut logaritma asli dari bilangan 10

Dengan taraf nyata α 5%, hipotesis Ho ditolak jika X2 hitung ≥

X2(1-α)(k-1), dimana X2(1-α)(k-1) didapat dari daftar chi-kuadrat

dengan peluang (1-α) dan dk=(k-1).

3. Pengujian hipotesis

Asumsi dasar yang harus terpenuhi dalam Anova adalah data

berdistribusi normal dan kelompok-kelompok yang membentuk sampel

berasal dari populasi yang sama (Hartono, 2004:207). Setelah dilakukan

uji normalitas dengan menggunakan SPSS, ternyata variabel yang diteliti

tidak berdistribusi normal dan tidak homogen. Pengujian hipotesis

(61)

parametrik yaitu Anova tidak dapat dilanjutkan dan diganti dengan

statistik non parametrik, yaitu chi kuadrat. Langkah-langkah dalam uji chi

kuadrat sebagai berikut (Sudjana, 1996:278):

a. Untuk menjawab masalah pertama

1) Merumuskan hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau

dari kultur keluarga

Ha : Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari

kultur keluarga

2) Mencari nilai fh

  

total

K R

fh  

dengan keterangan:

R jumlah baris

K jumlah kolom

3) Mencari nilai chi kuadrat (2)

fh fh

fo 2

2 (  )

dengan keterangan:

2

= chi kuadrat

fo = frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel

4) Menentukan derajat kebebasan dan tingkat kepercayaan

dk = (R-1)(K-1)

(62)

R = baris K= kolom

Kemudian ditentukan tingkat kepercayaan sebesar 95%

5) Menentukan kriteria keputusan

Ho diterima apabila 2hitung < 2tabel. Sebaliknya, jika 2hitung >

tabel

2

 maka Ha diterima

6) Pengujian besarnya ketergantungan

Setelah dihitung chi kuadrat (2) dan ditemukan ada pengaruh

antara variabel independen terhadap variabel dependen, maka

langkah selanjutnya adalah menghitung C (koefisien kontingensi)

untuk dibandingkan dengan Cmaks

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen (besar

kecilnya perbedaan). Caranya yaitu dengan nilai chi kuadrat diuji

dengan koefisian kontingensi sebagai berikut:

C =

n

2 2

 

dengan keterangan:

C = koefisian kontingensi 2

 = hasil perhitungan chi square n = jumlah sampel

Agar nilai C yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat

Gambar

Tabel 3.1Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga
Tabel 3.2Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan
Tabel 3.3Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Jiwa Kewirausahaan
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesungguhnya pasar saham pada masa 1870 dan 1900 sering didominasi oleh persaingan yang besar-besaran, perserikatan, merger anntara raja-raja dibidang rel

pandangan dunia tersebut dalam struktur teks dan struktur sosialnya. Pada kajian sastra bandingan telah dilakukan penelitian dengan objek yang. berbeda, tetapi tidak mengungkapkan

Undang- undang kepariwisataan yang bersifat nasional dan menyeluruh sangat diperlukan sebagai dasar hukum dalam rangka pembinaan dan penyelenggaraan kepariwisataan, khususnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sedikit memberikan gambaran kapada perusahaan mengenai tanggapan dari konsumen terhadap toko yang menggunakan iklan mural, sehingga

Berdasarkan latar belakang tersebut, batasan masalah yang disajikan pada penulisan ini adalah untuk menyelesaikan masalah pemrograman non linear khususnya pemrograman kuadratik

14.2 Terhadap Dokumen Isian Kualifikasi terlambat yang disampaikan melalui pos/jasa pengiriman, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kantor Penanaman Modal Daerah membuka sampul luar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal yakni ada empat faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap tindak pidana

oeruoertNu,r