HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI GAMBAR ORANG DENGAN FAKTOR-FAKTOR KEPRIBADIAN 16 PF
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Reni Nurhayati NIM : 079114049
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI GAMBAR ORANG DENGAN FAKTOR-FAKTOR KEPRIBADIAN 16 PF
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Reni Nurhayati NIM : 079114049
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
“ Ji k a k i t a i n g i n m e r a i h se su a t u , m a k a k o n e k si k a n
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tulisan ini kupersembahkan untuk :
Allah S.W.T. yang selalu memberiku petunjuk hidup.
Kedua orangtuaku yang sangat kusayangi dan kucintai
Kedua adikku yang sangat kusayangi Seseorang yang selalu mencintaiku Seluruh keluarga
vii
HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI GAMBAR ORANG
DENGAN FAKTOR-FAKTOR KEPRIBADIAN 16 PF
Reni Nurhayati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat validasi Draw-A-Person (DAP) menggunakan 16 PF sebagai prediktornya. Data yang digunakan merupakan orang yang sama-sama mengikuti tes seleksi kerja, seabanyak 200 orang. Peneliti mengambil data tersebut dari Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi (P2TKP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menganalisis data dengan menggunakan dua tahap, yaitu analisis faktor dan analisis regresi. Tahap awal peneliti menentukan berapa banyak faktor yang dapat diekstrak pada dimensi Draw-A-Person (DAP) dengan menggunakan analisis faktor. Sebelum mempertimbangkan reliabilitas, dari hasil analisis faktor didapatkan 10 faktor yang dapat diekstrak sedangkan setelah mempertimbangkan reliabilitas didapatkan 8 faktor. Selanjutnya Faktor 16 PF dihubungan dengan 10 faktor dan 8 faktor DAP dengan menggunakan analisis regresi. Pada faktor DAP yang belum mempertimbangkan reliabilitas, analisis regresi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Faktor Q3 dengan Faktor IX (b = 0,072 , p = 0,005) dan Faktor Q4 dengan Faktor I (b = - 0,054 , p = 0,000). Sedangkan untuk Faktor DAP yang sudah mempertimbangkan reliabilitas, analisis regresi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Faktor Q3 dengan Faktor VII (b = 0,069, p = 0,006) dan Faktor Q4 dengan Faktor I (b = - 0,061, p = 0,001).
viii
CORRELATION BETWEEN EKSPRESION PICTURE OF PEOPLE WITH PERSONALITY FACTORS OF 16 PF
Reni Nurhayati
ABSTRACT
The purpose of this research was to investigate validation of Draw-A-Person (DAP) using 16 PF as the criterion. Data were 200 individuals that altendiy employee selection. Researcher took data from Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi (P2TKP) Sanata Dharma University Yogyakarta. Analyses were conducted in two phase. They were factor analysis and regression analysis. First, there were ten (10) Factors extracted in Factor Analysis phase before looked reliable, but after looked reliable were find eight (8) Factors. Second, Factors of 16 PF were each regressed on 10 Factors and 8 Factors of DAP using regression technique. Regression analysis on 10 Factors indicated that there were significant correlation between Factor of Q3 with Factor of IX (b = 0,072 , p = 0,005) and between Factor of Q4 with Factor of I (b = - 0,054 , p = 0,000). And then, regression analysis on 8 Factors indicated that there were significant correlation between Factor of Q3 with Factor of VII (b = 0,069, p=0,006) and Factor of Q4 with Factor of I (b = -0,061, p=0,001).
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Allah S.W.T. atas curahan rahmat dan kasih
sayangNya yang diberikan sehingga penilitian dan penyusunan skripsi dengan judul:
“ Hubungan antara Ekspresi Gambar Orang dengan Faktor-Faktor Kepribadian 16
PF” dapat diselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Psikologi (S. Psi.) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tujuan lain dari
penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui keterkaitan Faktor 16PF dengan
dimensi Draw A-Person (DAP).
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memotivasi dan memberi saran hingga selesainya skripsi ini, terutama kepada:
1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
2. Bapak Agung Santoso, S. Psi, M. A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu memberikan waktu, saran, bimbingan, kesabaran, kepercayaan, semangat
dan keramahannya kepada saya untuk mengerjakan penelitian ini. Senang
rasanya, akhirnya saya bisa merealisasikan sebagian kecil mimpi bapak.
3. Ibu Titik Kristiyani, M. Psi. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas
xi
juga mengucapkan terimaksih karena ibu telah bersedia mempercayakan kepada
saya untuk menjadi koordinator “KERANG”.
4. Bapak Heri Widodo, M. Psi. selaku Pemimpin P2TKP yang memberikan izin
untuk pengambilan data di P2TKP, memberikan dukungan dalam pengerjaan
skripsi dan motivasi yang membuat saya yakin, “Bahwa dengan SEMANGAT
dan KEYAKINAN, kita bisa merealisasikan hal yang diragukan oleh orang
lain”.
5. Ibu MM. Nimas Eki S., S. Psi., Psi., M. Si., selaku dosen pembimbing akademik.
Terimaksih untuk saran dan konsultasi untuk kemajuan akademis saya.
6. Terimakasih kepada Ibu A. Tanti Arini, S. Psi., M. Si. untuk konsultasi dan
sharingnya mengenai alat-alat tes.
7. Para Psikolog : Ibu Agnes Indar E,, S. Psi., Psi., M. Si. dan Mbak Tya yang telah
meluangkan waktu untuk mensupport, konsultasi dan membantu menjawab skala
penelitian ini.
8. Semua dosen pengampu di Fakultas Psikologi yang telah memebrikan banyak
ilmu. Semoga semain berkualitas dan total dalam membimbing mahasiswanya.
9. Ibu Dra. Rr. Tri Siti Nurhayati, ibu tercinta dan tersayang yang selalu
memberikan doa, perhatian, dukungan, motivasi, dan cintanya, sehingga penulis
memiliki motivasi dan kekuatan yang kuat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih bu, kedisiplinan yang ibu ajarkan sangat bermanfaat bagi
xii
10.Bapak Kol. Kes. Drs. Sudarmadi, bapak tersayang dan tercinta yang selalu
memberikan doa, dukungan spiritual, motivasi serta “insight” yang mampu
memberikan kekuatan dan energi bagi penulis untuk dapat menyelesaiakan
berbagai macam tugas dengan baik, totalitas, dan sungguh-sungguh.
11.Kedua adikku, Devi Damayanti dan Avianti Nurwidarmadi yang selalu
memberikan kesegaran ketika kepenatan datang menghadang dengan
kekonyolan dan kelucuan kalian, terimaksih juga untuk doa dan dukungannya
ya. You are my the best sisters.
12.Abang Rama yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, doa,
insight dan kesabarannya untuk selalu memberikan masukan yang baik dan memberiku kesempatan untuk bertumbuh dewasa. Bang terimkasih banyak
untuk sharing skripsi de ya.
13.Sahabatku Valentina W.U., Wini Kis A., Adelbertus, Rangga, I Putu Ardika
Yana, Adit terimaksih untuk dukungan, petualangan seru selama masa kuliah,
serta masa sedih dan suka sebagai mahasiswa. Teman-teman angkatan 2007
yang akan selalu kuingat.
14.Teman-teman ANATEMA, terimakasih untuk dukungan dan kepercayaan
kalian.
15.Mas Gandung, Bu Nani, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Doni atas keramahan dan
semua bantuannya selama ini di bidang Fakultas psikologi.
16.Teman KKN XL Kelompok 18 kaligondang: Mbak Iyuth, Aji Temaji, Desta,
xiii
kekompakan di masa KKN sampai saat ini, kalian memberikanku insight indah untuk tetap tegar.
17.Teman-teman P2TKP yang memberikan support dan memberikan indahnya
kekompakan dan kedekatan kita semua.
18.Semua teman-teman asistenku 2009, terimaksih karena kalian telah meluangkan
waktu untuk membantu mbak memasukkan data. Tanpa kalian, mbak bakalan
lebih lama nich masukin data.
19.Teman-teman “KERANG” terimakasih untuk pengertian dan dukungan kalian.
20.Sermadakar Legowo dan Sermadakar Ari terimaksih untuk dukungan dan
kekocakan kalian.
21.Seluruh Crew RAKA (RADIO KARBOL) Fm AAU, terimakasih untuk pengertian kalian semua.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis menerima segala bentuk saran dan kritik dari berbagai pihak demi
kesempurnaan tulisan ini. Atas segala perhatiannya, penulis mengucapkan
terimakasih.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
xv
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. PERUMUSAN MASALAH ... 5
C. TUJUAN PENELITIAN ... 5
D. MANFAAT PENELITIAN ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Draw-A-Person (Menggambar Orang) ... 7
1. Sejarah Draw-A-Person Test ... 7
2. Prosedur Draw-A-Person Test ... 8
3. Cara Interpretasi Draw-A-Person ... 9
4. Kelebihan dan Kelemahan Draw-A-Person ... 22
B. The Sixteen Personality Factor Questionnaire (16 PF ... 23
1. Sejarah 16 PF ... 23
2. Prosedur 16 PF... 25
3. Faktor-Faktor dalam 16 PF ... 27
4. Cara Interpretasi 16 PF ... 39
C. Hubungan Antara Dimensi DAP dengan Faktor 16 PF ... 42
D. Pertanyaan penelitian ... 43
BAB III METODE PENELITIAN ... 44
A. Jenis Penelitian ... 44
B. Variabel Penelitian ... 44
C. Definisi Operasional ... 45
xvi
2. The Sixteen Personality Factor Questionnaire (16 PF ... 48
D. Subjek Penelitian ... 49
E. Metode Pengumpulan Data ... 50
F. Metode Analisa Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Orientasi Kancah ... 52
B. Prosedur dan Pelaksanaan penelitian ... 52
C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi ... 54
1. Analisis Sebelum Mempertimbangkan Reliabilitas ... 54
2. Analisis Setelah Mempertimbangkan Reliabilitas ... 69
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 85
1. Reliabilitas Jawaban Dua Psikolog ... 85
2. Analisis Faktor ... 86
3. Hasil Regresi ... 89
E. Kelemahan Penelitian ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 99
A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Nilai KMO MSA ... 55
Tabel 4.2 Faktor Draw-A-Person (DAP ... 60
Tabel 4.3 Nilai Korelasi Dimensi DAP pada Dua Psikolog ... 69
Tabel 4.4 Nilai KMO MSA ... 72
Tabel 4.5 Faktor Draw-A-Person ... 77
Tabel 4.6 Dimensi dengan Reliabilitas Kurang Baik ... 86
xviii
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tes Grafis merupakan salah satu tes proyektif yang sampai saat ini masih
sering digunakan di. Indonesia. Tes Grafis masih menjadi salah satu alat tes andalan
psikolog-psikolog di Indonesia untuk kepentingan asesmen, baik di bidang industri
dan organisasi, pendidikan, maupun klinis. Di bidang industri dan organisasi serta
klinis, Tes Grafis merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengetahui
gambaran diri seseorang. Di bidang pendidikan, Tes Grafis ini digunakan untuk
membantu dalam pelaksanaan bimbingan karir dan membantu anak didik dalam
pemilihan bidang studi yang saat ini mulai dilihat dari faktor kepribadiannya.
Walaupun penggunaan Tes Grafis ini tergolong tinggi, ternyata tes ini masih
menjadi bahan pembicaraan beberapa psikolog mengenai validitasnya. sehingga
dikhawatirkan, tes ini sudah tidak dapat untuk digunakan mengukur kepribadian
seseorang (Etikawati, komunikasi pribadi, 10 Mei 2010). Hal ini juga didukung oleh
pendapat beberapa tokoh yang ditulis di dalam review jurnal yaitu Tes Grafis secara umum kurang valid dan kurang reliabel (Glyn V. Thomas & Richard P. Jolle, 1998).
Tes Grafis yang peka terhadap kecenderungan kepribadian seseorang secara
personal adalah DAP (Etikawati, komunikasi pribadi, 10 Mei 2010). BAUM
misalnya, hanya mengungkap fungsi okupasi individu dan Tes HTP yang hanya
mengungkap tentang pola keluarga individu. Dapat disimpulkan bahwa DAP
memiliki kemampuan menyeluruh untuk melihat bagaimana subjek menghadapi
stimulus yang ada di hadapannya dan di sekitarnya (Hooker & McAdams, 2003).
Menurut Machover, DAP juga mampu mengungkap beberapa hal yang terkait
dengan subjek secara spesifik, antara lain : umur, sekolah, ambisi, karakteristik
kepribadian, kehidupan serta perilaku di dalam kehidupan keluarga pada subjek
yang menggambar (Groth-Marnat, 1984). Melengkapi pernyataan Machover, Sidney
Levy menambahi bahwa DAP juga dianggap mampu mengungkap simbol ekspresi
atau ekspresi yang dituangkan subyek pada hasil gambarannya (Edwin&Bellak,
1950).
Tes Grafis memiliki beberapa kelemahan yang dapat menggangu validitas
penggunaannya. Kelemahan yang pertama adalah hasil Tes Grafis yang didapatkan
sangat tergantung pada situasi psikologis testee. Misalnya Tes Grafis diberikan pada
subjek yang sedang mengalami masalah, maka hasil tes yang dapat dibaca adalah
bagian pola subjek sewaktu menghadapi masalah dan bukan merupakan pola
kepribadian yang utuh pada subjek. Jika masalah yang kedua ini diinterpretasi oleh
orang belum memiliki pengalaman dan belum memiliki jam terbang yang tinggi,
pada saat itu saja tanpa memperhatikan kondisi subjek yang sesungguhnya
(Etikawati, wawancara pribadi, 10 Mei 2010). Kelemahan yang kedua adalah tes ini
bersifat subjektif, sehingga jika hasil tes ini diinterpretasi oleh orang yang belum
banyak memiliki jam terbang dan belum banyak memiliki pengalaman dalam
menginterpretasi Tes Grafis maka hasilnya akan menjadi kurang valid (Groth-Marnat
, 1984).
Berdasarkan kelemahan DAP yang kedua, maka peneliti akan melakukan
penelitian untuk memberi alternatif metode skoring pada DAP. Alternatif ini
diharapkan dapat mengisi obyektivitas penilaian untuk DAP. Penilaian ini dilakukan
dengan cara menggunakan ekspresi gambar pada DAP untuk mengungkap traits / sifat pada seseorang (Hooker&McAdams, 2003). Ekspresi gambar tersebut didapat
dari melihat dan menginterpretasi dimensi DAP. Dimensi pada DAP ini
dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama adalah kelompok dimensi-dimensi
berdasarkan Eksekusi, meliputi penempatan gambar, ukuran figur, tipe garis,
hapusan yang ada pada gambar, dan shading pada gambar. Dimensi yang kedua
adalah dimensi berdasarkan Fungsional, meliputi ukuran kepala, keadaan rambut, keadaan alis, keadaan mata, ukuran telinga, ukuran hidung, bentuk mulut, ukuran
leher, ukuran lengan, ukuran tangan, bentuk jari tangan, ukuran kaki, dan keadaan
jari kaki (Machover, 1965).
Skor dimensi DAP dari penilaian dua psikolog kemudian dikorelasikan. Skor
beberapa dimensi. Faktor DAP ini selanjutnya dikorelasikan dengan faktor-faktor 16
PF. Hal ini bertujuan untuk mencari dimensi mana yang berkorelasi dengan faktor
tertentu dari 16 PF. Dimensi yang berkorelasi tentu akan diinterpretasi sama seperti
faktor 16 PF terkait.
Alasan pertama peneliti menggunakan 16 PF (The Sixteen Personality Factor Questionnaire) pada penelitian ini karena mampu mengungkap sifat seseorang (Hooker&McAdams, 2003). Alasan kedua peneliti memilih 16 PF karena tes ini
memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan yang pertama, 16 PF memiliki validitas
konstruk yang tinggi. Salah satu contoh pembuktian ini adalah dengan adanya
hubungan yang kuat dari hasil studi mengenai korelasi antara 16 PF yang dilakukan
Boyle (1989) yang mempelajari hubungan korelasi 16 PF dengan skala Eysenck dan
Comrey, Dancer dan Woods (2007) menghubungkan dengan FIRO-B , dan beberpa penelitian yang dilakukan oleh Carnivez dan Allen (2005), H.E.P. Cattel (1996),
Conn dan Rieke (1994) serta Gerbing dan Tuley (1991) yang menghubungkan
antara skala 16 PF dengan skala NEO-PI.
Keunggulan yang kedua, 16 PF memiliki Factorial Validity yang baik. Satu hal yang penting mengenai sumber validitas 16 PF adalah adanya study factor-analytic
mengenai sifat dasar dan umum pada bermacam-macam sampel orang. (e.g. Boyle,
1989; Carnivez and Allen, 2005; H.E.P. Cattell,1996). Salah satu buktinya adalah
penelitian yang dilakukan Hofer et al (1997) yang menguatkan bahwa 16 PF mampu
bahwa struktur faktor pada 16 PF dapat digunkan pada sampel orang yang berbeda
gender (Boyle, 2004).
Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
hubungan ekspresi gambar orang dengan faktor-faktor kepribadian yang ada pada 16
PF.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah dimensi-dimensi penilaian DAP mampu mengungkap traits / sifat seseorang pada faktor 16 PF?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dimensi-dimensi
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memperkaya ranah Tes Grafis pada umumnya dan
Tes DAP pada khususnya, dengan memberikan kontribusi kegunaan 16 PF
untuk kebijakan penggunaan Tes DAP dalam kegiatan pengetesan.
2. Manfaat Praktis
Apabila dimensi pada Tes DAP mampu mengungkap traits seseorang
yang ada pada Faktor 16 PF, maka hal ini bisa menjadi salah satu alternatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DRAW-A-PERSON (MENGGAMBAR ORANG)
1. Sejarah Draw-A-PersonTest (Tes Menggambar Orang)
Florence Goodenought di tahun 1920 (dalam The Draw-A-Person Catalogue for Interpretative Analysis. 1963) merupakan orang yang menemukan skala dasar intelegensi dengan menggunakan gambar yang dikenal dengan
sebutan DAP (Draw-A-Person Test). Dia memperkenalkan bagaimana gambar dapat mencerminkan perkembangan intelektual pada anak-anak yang
menggambar dan menunjukkan perkembangan skala yang digunakan untuk
menskoring umur mental penggambar/subjek. Goodenought juga mencoba untuk mengembangkan dengan menggunakan gambar untuk mempelajari kepribadian
seseorang. Beberapa ahli yang memiliki pengetahuan mengenai gambar
proyektif, seperti Machover mencoba untuk mengembangkan penelitian
Goodenought, yaitu dengan cara mengulang interpretasi dari hipothesis sebelumnya dengan menggunakan latar belakang teori dinamika kepribadian
untuk menyelidiki subjek (Urban, 1968).
2. Prosedur Draw-A-PersonTest (Tes Menggambar Orang)
Teknik administrasi yang digunakan Tes DAP yaitu dengan cara meminta
subjek untuk menggambar orang. Subjek diberi kertas, yang diutamakan
Machover adalah 8,5” X 11” , pensil HB, dan penghapus karet. Instruksi yang
diberikan adalah “Gambarlah orang”. Selama proses menggambar tersebut tester
melakukan observasi pada subjek tanpa mengganggu proses berlangsungnya tes.
Hasil observasi kemudian dicatat Tester pada sehelai kertas. Hal yang perlu
dicatat tester mencakup data pribadi subjek serta pertanyaan-pertanyaan subjek
sebelum menggambar, urutan bagian-bagian tubuh yang digambar subjek, dan
komentar-komentar yang secara spontan dilontarkan oleh subjek. Ketika subjek
masih memiliki waktu tes untuk menghasilkan dua buah gambar, maka tester
bertugas memberikan instruksi berikut “Sekarang gambarlah pria” atau “sekarang gambarlah wanita”. Hal ini berbeda apabila subjek hanya memiliki
waktu sedikit untuk membuat satu gambar, maka alangkah baiknya subjek
menggambar figur yang sesuai dengan jenis kelaminnya sendiri (Machover,
1987).
Pengalaman tester (orang yang memberikan / menyajikan tes) dalam
memberikan instruksi akan mempengaruhi subjek memahami perintah
pelaksanaan tes yang disampaikan tester. Subjek juga bertugas menjelaskan
bahwa gambar tidak dinilai dari keahlian menggambar, usaha subjek dalam
menggunakan kalimat :”Tugas ini tidak ada hubungan dengan kemampuan
menggambar. Saya tertarik pada cara anda berusaha menggambar orang”. Jika
subjek menghilangkan suatu bagian penting dari tubuh gambarannya,, maka
subjek dapat didorong untuk mencoba menggambar bagian tersebut setelah tester
mencatat bagian-bagian yang tidak digambar tersebut. Hal ini bertujuan untuk
melihat mengapa subjek tidak mau menggambar bagian tersebut (Machover,
1987).
3. Cara Interpretasi Draw-A-PersonTest (Tes Menggambar Orang)
Konsep-konsep yang mendasari teknik-teknik analisis gambar DAP
dikembangkan dengan cara meneliti ribuan gambar dalam konteks klinis.
Metodenya menggunakan metode proyektif dari analisis kepribadian dan teori
psikoanalisa. Secara garis besar, prinsip-prinsip pada analisis gambar dibuat
berdasarkan penelitian mengenai tipe-tipe klinis. Dimana ciri-ciri grafis pada
tipe klinis tertentu mendapat penekanan. Langkah pelaksanaanya dengan cara
mengumpulkan gambar-gambar yang telah ada, kemudian dicatat secara
terperinci meliputi data pribadi dan riwayat klinis serta digunakan untuk meneliti
ciri-ciri grafis tertentu (Machover,1987). Prinsip dasar dalam menginterpretasi
DAP adalah dengan memperhatikan dimensi-dimensi yang ada pada gambar
subjek. Hal ini dikarenakan masing-masing dimensi DAP memiliki arti yang
Figur yang digambar adalah orang yang bersangkutan dan kertas
diibaratkan sebagai lingkungannya. Proses menggambar figur manusia untuk
subjek, baik disadari maupun tidak disasari merupakan suatu masalah
diproyeksikan diri ke dalam semua arti tubuh dan sikap yang ditampilkan dalam
gambaran tubuh pada gambar subjek. Dengan kata lain, figur ini merupakan
suatu gambaran pada individu yang menggambarnya (Machover, 1965).
Interpretasi DAP menggunakan dimensi yang ada pada gambar subjek
(Machover,1965). Berikut adalah interpretasi dimensi yang digunakan di dalam
skala DAP yang dibuat oleh peneliti. Dimensi ada dua bagian, :
a. Eksekusi
Penentuan dimensi DAP dengan memperhatikan tata letak dan tata gambar pada
gambar yang dibuat subjek di kertas.
1.) Lokasi Gambar atau Penempatan Gambar
2.) Ukuran Figur
Ukuran figure yang kecil memiliki makna percaya diri yang kecil. ukuran figure
yang besar memiliki makna percaya diri yang besar.
3.) Kualitas Garis
Kualitas garis yang kabur memiliki makna antara lain kurang berani tampil,
cemas, depresi, dan tidak pasti. Kualitas garis yang jelas memiliki makna
menentang kekuasaan, penuntut, dan dorongan bermusuhan yang dinampakkan.
Kualitas garis tunggal memiliki makna memiliki rasa nyaman dan aman. Kualitas
garis bertumpuk memiliki makna rasa cemas, tidak tetap, dan rasa tidak nyaman.
Kualitas garis yang terputus-putus memiliki makna sifat yang takut / malu-malu.
Kualitas garis yang menyambung memiliki makna sifat tegas dan sifat yang tidak
terbatas.
4.) Hapusan
Semakin banyak hapusan pada gambar memiliki makna kurang memiliki rasa
percaya diri, sebaliknya yaitu sedikitnya hapusan memiliki makna memiliki rasa
percaya diri yang baik.
5.) Shading
Shading yang berlebihan memiliki makna antara lain psikotis, tidak tetap,
b. Fungsional
Dimensi yang dipilih berdasarkan fungsional memiliki makna bahwa
penentuan dimensi DAP itu dengan memperhatikan manfaat dan fungsi dari
anggota tubuh yang berada pada gambar orang yang digambar oleh subjek.
1.) Kepala
Gambar kepala agak besar memiliki makna antara lain intelegensi yang kurang,
terlalu membanggakan intelek, ada kemungkinan gangguan organis, kurang
masak dalam introspeksi atau fantasi, dan simtom-simtom somatic pada kepala.
Gambar kepala terlalu besar memiliki makna tendensi aspirasi lebih besar dari
kemampuan. Gambar kepala yang mengecil memiliki makna antara lain adanya
kesadaran diri dan merasa malu.
2.) Rambut
Gambar rambut yang sangat kurang memiliki makna tendensi castrasi kompleks (Levy). Gambar rambut dilebihkan memiliki makna erotis protes atau kemungkinan ada konflik. Gambar rambut berantakan memiliki makna sifat
kekacauan pada individu tersebut. Gambar rambut rapi memiliki makna sifat
tertata pada individu tersebut. Gambar rambut berombak memiliki makna cara
berpikir seseorang yang cenderung berputar-putar. Gambar rambut lurus memiliki
makna cara berpikir yang simple dan tidak terlalu rumit. Gambar rambut yang
gambar rambut yang ditutupi memiliki makna sifat introvert dan ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh seseorang.
3.) Alis
Gambar alis pendek memiliki makna kurang mampu melihat suatu hal dengan
cermat dan seksama. Gambar alis panjang memiliki makna mampu melihat suatu
hal dengan cermat dan seksama. Gambar alis berantakan memiliki makna kuang
memiliki kesopanan. Gambar alis teratur memiliki makna kesopanan.
4.) Mata
Gambar mata tertutup memiliki makna antara lain keengganan memperhatikan
sekitar, kemungkinan suka bertengkar, tendensi ketidak senangan, paranoid atau
kompensasi dalam pergaulan karena merasa malu terhadap konflik yang dialami.
Gambar mata terbuka memiliki makna keinginan untuk memperhatikan sekitar.
Gambar mata besar memiliki makna antara lain unsure agresif, bermusuhan dan
mengancam, atau bersemangat. Gambar mata kecil memiliki makna ingin
mencampakkan dunia luar.
5.) Telinga
Gambar telinga tidak jelas memiliki makna keraguan atau kesadaran diri goncang.
Gambar telinga jelas memiliki makna kapastian atau keyakinan. Gambar telinga
daya kritik kurang atau peka terhadap kritik. Gambar telinga kecil memiliki
makna antara lain penolakan terhadap kritik atau menolak pendapat orang lain.
6.) Hidung
Gambar hidung pendek memiliki makna kurangnya keinginan / hasrat akan
kejantanan, sedangkan gambar hidung panjang memiliki makna sebaliknya.
Gambar hidung yang besar memiliki makna memiliki sikap merendahkan atau
memandang hina pada orang lain, gambar hidung yang kecil memiliki makna
yang sebaliknya.
7.) Mulut
Gambar mulut yang tidak jelas memiliki makna antara lain penolakan terhadap
kebutuhan afektif, depresi atau kontak verbal yang terganggu. Gambar mulut yang
jelas memiliki makna kebutuhan tergantung. Gambar mulut yang tertutup
memiliki makna antara lain menutup diri, menolak ketergantungan atau menekan
permusuhan. Gambar mulut yang terbuka memiliki maknacenderung dependensi.
8.) Leher
Gambar leher yang tidak jelas memiliki makna ketidakmatangan atau kekurangan
kontrol atas dorongan-dorongan. Gambar leher yang jelas memiliki makna adanya
kesadaran akan dorongan-dorongan fisik. Gambar leher kecil memiliki makna
penggabungan impuls yang baik. Gambar leher yang pendek memiliki makna
antara lain sifat memanjakan dirir sendiri atau perwujudan dorongan yang tidak
terkendali. Gambar leher yang panjang memiliki makna antara lain hysteria
karena adanya hambatan di dalam menelan atau ada masalah di dalam mengontrol
rasa marah.
9.) Lengan
Gambar lengan pendek memiliki makna ambisi kemauan lemah atau banyak
mengharapkan bantuan. Gambar lengan panjang memiliki makna ambisius dan
usaha untuk sukses atau mengaharapkan kasih sayang dan perhatian. Gambar
lengan yang menjauhi tubuh memiliki makna tidak memiliki ketegangan, gambar
lengan yang mendekati tubuh memiliki makna sebaliknya.
10.) Tangan
Gambar tangan yang kabur memiliki makna antara lain perasaan tidak pasti dalam
kontak sosial, perasaan tidak mampu, atau permusuhan. Gambar tangan yang jelas
memiliki makna agresi yang diarahkan keluar. Gambar tangan kecil memiliki
makna kurang percaya diri di dalam produktifitas atau kontak sosial. Gambar
tangan besar memiliki makna antara lain usaha yang kuat atau ingin memperbaiki
11.) Jari Tangan
Gambar jari tangan yang pendek memiliki makna agresi yang overt. Gambar jari tangan yang panjang memiliki makna agresi yang covert atau regresi. Gambar jari tangan yang tumpul memiliki makna sifat yang mudah menyerang atau agresif
yang kekanak-kanakan. Gambar jari tangan yang runcing memiliki makna agresi
yang overt atau paranoid.
12.) Kaki
Gambar kaki kecil memiliki makna antara lain tertekan, control kaku terhadap
seksualitas, atau ketergantungan pada orang lain. Gambar kaki besar memiliki
makna kebutuhan yang besar akan rasa aman atau butuh banyak dorongan.
Gambar kaki panjang memiliki makna antara lain berhubungan dengan seksualitas
pria, mengharapkan kebebasan atau depresif.
13.) Jari Kaki
Gambar jari kaki yang jelas memiliki makna agresif, sedangkan gambar jari kaki
yang tidak jelas memiliki makna sebaliknya.
Dimensi yang disebutkan di atas merupakan sebagian besar dari dimensi yang
digunakan untuk menginterpretasi DAP. Ada beberapa dimensi yang belum
a. Lokasi gambar
Lokasi gambar di kanan atas memiliki makna memiliki pandangan negatif pada
diri sendiri atau agresif. Lokasi gambar di bawaah sebelah kiri memiliki makna
depresif.
b. Kualitas garis
Kualitas garis yang konsisten memiliki makna penyesuaian yang baik. Kualitas
garis tipis memiliki makna ada hambatan berhubungan dengan lingkungan, dan
biasanya Nampak schizoid. Garis seperti gergaji memiliki makna kecemasan, control motorik rendah atau kurang dapat mencapai keseimbangan.
Coretan-coretan yang berfluktuasi memiliki makna merasa tegang. Coretan-Coretan-coretan yang
horizontal memiliki makna antara lain menekankan fantasi, sifat
kewanita-wanitaan, atau merasa dirinya lemah.
c. Kepala
Kepala digambar akhir memiliki makna antara lain konflik dalam hubungan
manusiawi atau mungkin ada kesulitan bicara. Gambar kepala aneh memiliki
makna identifikasi feminism berhubungan dengan narsistik dan
obsesif-kompulsif. Kepala yang bentuknya coret memiliki makna adanya kelainan
d. Rambut
Rambut pada bagian tengah memiliki makna antara lain identifikasi feminism
berhubungan dengan narsistik dan obsesif kompulsif. Penempatan rambut yang
tidak tepat memiliki makna tekanan atau tuntutan kejantanan. Rambut jambang
atau jenggot memiliki makna menggambarkan kekuatan atau kejantanan.
e. Mata
Diberi kaca mata memiliki makna kompensasi dalam pergaulan karena merasa
malu terhadap konflik yang dialami. Mata juling memiliki makna pikiran kacau.
Bulu mata yang panjang memiliki makna antara lain genit, suka membujuk, atau
suka memamerkan diri.
f. Hidung
Hidung yang tampaknya cacat memiliki makna antara lain merasa ada ketegasan
dari sifat kewanitaan atau merasakan kebutuhan akan menegaskan sifat
kewanitaan. Lubang dan cuping hidung memiliki makna agresi yang primitif.
g. Mulut dan Bibir
Mulut mencibir memiliki makna menghina orang lain, atau agresif. Mulut bulat
memiliki makna cenderung feminism. Mulut yang cekung lekuk memiliki makna
ketidakmatangan psikoseksual atau butuh perhatian. Giginya kelihatan memiliki
h. Telinga
Telinga digambar akhir memiliki makna antara lain konflik dalam hubungan
manusiawi atau mungkin ada kesulitan bicara. Gambar telinga kurang tekanan
memiliki makna antara lain penolakan terhadap kritik, menolak pendapat orang
lain, menghindari halusinasi pendengaran, atau lebih umum pada orang lanjut
usia.
i. Tubuh atau badan
Menekankan pinggul memiliki makna dorongan-dorngan homoseksual.
Penekanan pada pantat memiliki makna kecenderungan homoseksual. Puser
memiliki makna ketergantungan.
j. Leher
Gambar leher satu dimensi memiliki makna kurang mampu mengontrol dorongan
nafsu. Meghilangkan pangkal leher memiliki makna sering membiarkan
dorongan-dorongan dengan konrtol yang tidak cermat.
k. Pundak
Pundak persegi memiliki makna kaku dan permusuhan. Pundak yang sisi tak
seimbang dengan bagian lain memiliki makna antara lain ketidakseimbangan
emosi, konflik pada seksualitas, atau kurang yakin pada kemampuan
l. Lengan
Lengan dilipat memiliki makna usaha Nampak kuat, ambivalensi, atau
bermusuhan dengan seksualitas. Lengan seperti sayap memiliki makna lemah
atau ada hambatan sosial. Lengan yang Nampak meraih memiliki makna
melaksanakan in teraksi sosial.
m. Tangan dan jari
Tangan yang dekat genital memiliki makna perhatian pada seksual, atau menolak
terhadap rangsangan seksual. Jari yang disertai kuku memiliki makna agresif
dalam bentuk motorik, keahlian pekerjaan tangan lemah. Tangan yang
disembunyikan memiliki makna kesukaran dalam hubungan interpersonal.
n. Alat perlengkapan
Senjata apai, pisau memiliki makna rasa bermusuhan, agresifitas. Yo-yo memiliki
makna ketidakmatangan.
o. Pakaian
Pakaian yang detail dan terperinci memiliki makna kecenderungan homoseksual.
Pakaian minim sekali memiliki makna pemujaan terhadap fisik, introvert,
p. Perhiasan
Perhiasan yang mencolok memiliki makna mencari perhatian, menunjukkan
penyesuaian yang psikopatik. Dasi yang dikenakan memiliki makna sering
dihubungkan dengan agresi seksual yang dimunculkan, hasrat kewanitaan. Saku
baju atau celana memiliki makna ketergantungan terhadap sikap keibuan. Ikat
pinggang memiliki makna control diri. Kancing baju memiliki makna
ketergantungan maternal. Tongkat memilik makna merasa tidak mampu,
dorongan kejantanan.
q. Kaki
Kaki yang dihilangkan memiliki makna perasaan tidak mampu, kurang aktif,
tertekan. Gambar kaki secara symbol memiliki makna traumatis, control diri
secara impulsive. Digambar bersilangan memiliki makna ambivalensi. Kaki
ditonjolkan memakai sepatu memiliki makna tendensi infantil (bagi orang
dewasa). Kaki digambar sangat teliti memiliki makna obsesif.
Jika ditarik kesimpulan, maka dapat dikatakan bahwa dari banyaknya dimensi
yang sudah ada, maka peneliti menggunakan 35 dimensi DAP. Keputusan
peneliti mengambil jumlah ini dikarenakan keterbatasan peneliti dalam mengolah
data. Hal ini membuat peneliti memilih dimensi yang dapat memiliki range
4. Kelemahan dan Kelebihan Draw-A-PersonTest (Tes Menggambar Orang)
Kekurangan Draw-A-Person Test (Tes Menggambar Orang) diantaranya yang pertama, jika tes ini dipegang oleh interpreter yang kurang memiliki
pengalaman serta jam terbang yang tinggi dalam menggunakan tes ini, maka
hasil interpretasinya kurang valid. Hal ini dikarenakan hasil interpretasi yang
didapatkan kurang sensitive dalam menangkap hal yang ada pada gambar
tersebut. Kekurangan yang kedua adalah sangat tergantung pada situasi
psikologis atau perasaan pada saat seseorang itu menggambar. (Etikawati,
Komunikasi pribadi, 10 Mei 2010). DAP juga memiliki kekurangan yang lain,
antara lain : administrasi dan instruksi dalam pemberian skor belum konsisten,
masih lemahnya data statistika untuk mendukung observasi klinis pada DAP,
norma untuk interpretasi masih belum jelas dan tidak sistematis, dan pemberian
scoring masih kurang objektif (Groth-Marnath, 1984).
Tes ini juga memiliki kelebihan diantaranya kelebihan yang pertama, tes ini
dapat terhindar dari facking(pemberian data yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya) karena manusia itu akan cenderung menggambar gambaran
sesuai bawaan kepribadian mereka masing-masing. Kepribadian antar individu
itu berbeda satu dengan yang lain. Kelebihan yang kedua adalah jika gambar
dipegang oleh interpreter yang sudah memiliki banyak pengalaman serta jam
cukup sensitif dalam menginterpretasi gambar (Etikawati, Komunikasi pribadi,
10 Mei 2010).
B.THE SIXTEEN PERSONALITY FACTOR QUESTIONNAIRE (16 PF)
The Sixteen Personality Factor Questionnaire (16 PF) yang meliputi rentang ukuran pada kepribadian orang normal dan menjadi efektif bila meiliki variasi dalam
penempatannya agar bisa digunakan untuk assessmen pada keseluruhan kebutuhan
seseorang. Ciri 16 PF yaitu tergantung pada usia, hal ini juga didukung pada
penelitian dengan menggunakan analisis faktor yang fokus pada penemuan unsur
struktur dasar pada kepribadian (Cattel, 1957, 1973). Selain cirri 16 PF, penemuan
enam belas rentang ciri kepribadian pada orang normal merupakan pengembangan
variasi pada faktor “Big Five” (Cattel,, 1957, 1970).
a. Sejarah 16PF
Kuesioner 16 PF ini dikembangkan dari perspektif yang unik yaitu pencarian
ilmiah untuk mencoba menemukan elemen struktur dasar kepribadian. 16 PF
merupakan skala kepribadian, dan yang diungkap adalah traits. Traits merupakan salah satu bentuk kepribadian yang lebih mengungkap kebiasaan seseorang yang
bersifat konsisten dan perilaku seseorang saat menghadapi situasi-situasi yang ada di
hadapannya (Hooker&McAdams, 2003). Penelitian Raymond Cattel mengenai
hasilnya dapat dilihat langsung oleh orang). Tahun 1905, ia menyaksikan hasil
menakjubkan, dari munculnya listrik, telepon, mobil, pesawat terbang, dan
obat-obatan. Ia ingin menerapkan metode ilmiah untuk area yang belum dipetakan pada
kepribadian manusia. Hal ini bertujuan untuk menemukan elemen dasar kepribadian
pada seseorang. Ia percaya bahwa karakteristik manusia seperti kreativitas,
otoritarianisme, altruisme, atau keterampilan dalam memimpin orang lain dapat
diprediksi dari karakter kepribadian dasar. Psikologi agar bisa maju sebagai ilmu,
juga dibutuhkan teknik pengukuran dasar kepribadian. Dengan demikian, melalui
faktor-analisis sebagai alat baru yang kuat untuk mengidentifikasi dimensi yang
mendasari fenomena kompleks dari Cattell, dapat dipercayai bahwa dimensi dasar
kepribadian dapat ditemukan dan kemudian diukur (Boyle,2004).
Tujuan awal Cattell dalam penelitian ini adalah untuk menyelidiki
aspek-aspek universal dari kepribadian. Cattell melakukan penelitiannya di Laboratorium
University of Illionis bersama peneliti dari berbagai negara yang kemudian melanjutkan penelitian mereka di luar negeri. Penelitian kerjasama ini merupakan
kolaboratif penelitian yang dilakukan dengan rekan-rekan di seluruh dunia, negara-negara tersebut: Jepang (Akira Ishikawa dan Bien Tsujioka), Jerman (Pawlik Kurt
dan Schneewind Klaus), India (S. Kapoor), Afrika Selatan (Coulter Malcolm),
(Frank Warburton Inggris, Anak Dennis), dan Swiss Karl (Delhees). Sejak publikasi
pertamanya di tahun 1949, telah muncul revisi yang paling baru menjadi 16 PF edisi
mengembangkan dan memperbaharui, konten item diperhalus dan pengumpulan
norma, sampel baru yang besar. Kolam item termasuk item yang terbaik dari lima
bentuk sebelumnya. Produk tersebut telah mengalami empat kali proses revisi,
Proses ini dilakukan berulang-ulang dengan menggunakan sampel besar. Proses
tersebut menghasilkan instrumen yang lebih pendek, item sederhana dengan bahasa
diperbarui, format jawaban yang lebih standar, dan tidak bias budaya. Psikometri
yang digunakan ditingkatkan dengan melaksanakan standarisasi yang berisi lebih
dari 10.000 subjek (Boyle,2004).
Kuesioner 16PF yang diakui secara Internasional, sehingga harus segera
diterjemahkan dan diadaptasi ke banyak bahasa lainnya. Sejak publikasi pertamanya
di tahun 1949, instrumen ini telah diadaptasi menjadi 35 bahasa di seluruh dunia. Ini
tidak hanya sebagai terjemahan, tetapi kuesioner ini diadaptasi dengan hati-hati
sesuai budaya yang melibatkan norma-norma baru, reliabilitas dan validitas
penelitian di setiap negara baru. Pengenalan administrasi berbasis Web pada tahun 1999 diakui secara Internasional. Pengguna dapat dengan mudah mengakses
administrasi dan mencetak laporan dalam bahasa yang berbeda-beda, menggunakan
norma-norma setempat (Boyle,2004).
b. Prosedur 16PF
Semua bentuk 16 PF dapat digunakan untuk administrasi pada situasi
signifikan dari hasil yang telah ditunjukkan antara kedua prosedur. Otomatis
baru-baru ini diperkenalkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat membuktikan untuk
menggabungkan kenyamanan dan keuntungan dari kedua prosedur: impersonalitas
dan ekonomi administrasi kelompok dengan "hubungan" pribadi dari perhatian
individu. Administrator di sini berbicara kepada subjek dari rekaman, yang dapat
dikiirimkan dari headphone di bilik tes pribadi, dan subjek merespon secara privasi
pada lembar jawabannya. Rekaman dapat dengan mudah didengarkan menggunakan
headphone. Hal ini juga menyingkirkan kesulitanb membaca. Walaupun demikian,
hal yang terbaik adalah dibaca oleh subjek (Cattell, Eber, Tatsuoka, 1970).
Pada situasi khusus yaitu orang yang memiliki kecerdasan rendah maka
jawaban oralnya dapat direkam dan tanggapannya dapat dibuat pada lembar jawaban
standar. Buklet tes memiliki lembar jawaban tercetak di halaman belakang tetapi
lembar jawaban yang terpisah juga tersedia, hal ini untuk menjaga buku utuh dalam
penggunaan berulang kali. Dalam penggunaannya terkadang perlu untuk
membiarkan jawaban subjek pada form itu sendiri. Hal ini umumnya masih
ekonomis waktu untuk mentransfer jawaban oleh petugas ke lembar jawaban atau
kartu IBM sebelum dicetak. Lembar jawaban bisa dicetak menggunakan tangan,
menggunakan mesin pemindaian optik, atau dengan komputer lalu dipindahkan ke
c. Faktor-Faktor dalam 16PF
1) Faktor A
Faktor A terdiri dari dua skor yaitu Low Score yang disebut Sizothymia (A-) dan High Score yang disebut Affectothymia (A+). Pada Sizothymia (A-) ada beberapa karakteristik yang tergolong di dalamnya, antara lain suka mengkritik,
selalu berpandangan pada ide yang dimiliki, suka bekerja sendiri, memiliki
pendekatan intelektual yang keras, dan tidak menyukai kompromi. Reserver, Detached, Critical, aloof, dan Stiff merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Karakteristik yang tergolong di dalam Affectothymia (A+) antara lain suka bergabung di dalam kegiatan kelompok, suka berhubungan dengan orang lain,
tidak suka mengkritik, mampu mengingat nama orang, sedikit tergantung pada
ketelitian kerja dan lebih senang melakukan perjumpaan “sambil lalu”.
Warmhearted, outgoing, easygoing, dan participating merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
2) Faktor B
Faktor B yang terdiri dari Low Score yaitu Low Intelligence ( B-) dan High Score yaitu High Intelligence (B+). Pada Low Intelligence (B-) memiliki beberapa karakteristik yang tergolong di dalamnya, antara lain kapasitas mental yang
pengaturan atau pengorganisasian, tidak mampu mempertimbangkan sesuatu, dan
berhenti berusaha. Crystallized, Power Measure, dan Dull merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Karakteriatik yang berada di High Intelligence( B+), antara lain kapasitas mental secara umum tergolong tinggi, memiliki wawasan yang banyak, mampu
mempertimbangkan dengan baik, dan tekun. Crystallized, Power Measure, dan
Bright merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
3) Faktor C
Faktor C terdiri dari Low Score yang disebut Emotional Instability atau
Ego Weakness (C-) dan Higher Ego Strength (C+). Ada beberapa karakteriatik yang tergolong di dalam Emotional Instability atau Ego Weakness (C-) antara lain mudah tersinggung yang dikarenakan sesuatu maupun seseorang, merasa tidak
puas dengan suatu situasi; keluarganya; pembatasan dalam hidupnya; serta
kesehatannya, dan merasa tidak mampu mengatasi hidupnya. Affected by Feelings, Emotionally Less Stable, Easily Upset, dan Changeable merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Higher Ego Strength (C+) terdapat beberapa karakteristik yang berada di dalamnya, antara lain emosi yang dimiliki sudah masak, tenang, tidak mudah
dalam menghadapi kesulitan. Emotionally Stable, Mature, Faces Reality, dan
Calm merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
4) Faktor D
Faktor D adalah faktor yang sumber sifatnya jelas pada anak-anak, serta
sedikit berbeda pada remaja dan konsekuen dimasukkan pada childhood personality scales tetapi tidak berada di 16PF dikarenakan terjadi di HSPQ. Faktor ini terdiri dari dua skor yaitu Low Score yang disebut Phlegmatic Temprament (D-) dan High Score yang disebut Excitability (D+). Karakteristik yang tergolong di dalam Phlegmatic Temprament (D-) antara lain mampu menahan nafsu, puas terhadap diri sendiri, tenang serta hati-hati, tidak mudah
iri hati, dan tidak mudah gelisah (Cattell et al., 1970).
Karakteristik yang terdapat pada Excitability (D+) antara lain gelisah tidur, mudah terganggu dari kerja; kebisingan; kesulitan yang hakiki, terluka
serta marah jika tidak diberikan posisi penting, dan mudah bereaksi secara
emosional (Cattell et al., 1970).
5) Faktor E
Faktor E terdiri dari dua skore, antara lain Low Score yaitu
perhatian, ekspresive, mampu menyesuaikan diri, dan rendah hati. Obedient, Mild, Easily Led, Docile, dan Accomodating merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Ascendance (E+) terdiri dari beberapa karakteristik, antara lain assertive, tidak tergantung, bersungguh-sungguh, dan suka menentang.
Assertive, Aggressive, Competitive dan Stubborn merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
6) Faktor F
Faktor F memiliki Low Score yang disebut Desurgency (F-) dan High Score yaitu Surgency (F+). Desurgency (F-) memiliki beberapa karakteristik yang berada di dalamnya, antara lain pendiam, oang yang fokus, tidak
komunikatif, dan orang yang suka berhati-hati serta cenderung lambat. Sober, Taciturn, dan Serious merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Beberapa karakteristik yang tergolong di dalam Surgency (F+), antara lain senang bicara, senang bersorak, cenderung ekspresive, cenderung siap
7) Faktor G
Faktor G terdiri dari Low Score yang disebut Low Superego Strength
atau Lack of Acceptance of Group Moral Standards (G-) dan High Score yaitu
Superego Strength atau Character (G+). Mudah berubah-ubah, mudah berhenti berusaha, cenderung ceroboh, kuang memiliki semangat yang kuat, acuh pada
orang lain, dan sabar pada diri sendiri merupakan beberapa karakteristik yang
berada di didalam Low Superego Strength atau Lack of Acceptance of Group Moral Standards (G-). Disregards Rules dan Expedient merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Beberapa karakteristik yang tergolong di dalam High Score yaitu
Superego Strength atau Character (G+),antara lain cenderung tekun serta gigih, bertanggungjawab, disiplin dalam emosional, konsisten, cenderung
berhati-hati serta teliti, dan memperhatikan standar moral dan peraturan yang
ada. Conscientious, Persistent, Moralistic, dan Staid merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
8) Faktor H
memilih memiliki satu sedikit teman dekat daripada berkumpul dalam
kelompok besar, dan tidak mampu menjaga kontak dengan semua yang ada di
sekitarnya. Shy, Timid, Restrained, dan Threat-sensitive merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Parmia (H+) memiliki beberapa karakteristik, antara lain merasa bebas untuk ikut berpartisipasi, menyukai keramahan, suka bertemu dengan orang,
periang, dan aktif. Adventurous, “Thick-skinned,” dan Socially Bold
merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al.,
1970).
9) Faktor I
Faktor I terdiri dari Low Score yang disebut Harria (I-) dan High Score
yaitu Premsia (I+). Harria (I-) memiliki beberapa karakteristik, antara lain maskulin, menyukai hal-hal yang praktis, cenderung dewasa, memiliki
solidaritas kelompok, dan realistis.Thought-minded dan Rejects Illusions
merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al.,
1970).
Beberapa karakteristik yang berada pada Premsia (I+ ), antara lain menyukai perjalanan serta pengalaman, cenderung labil, kurang realistis,
Dependent, dan Overprotected merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
10) Faktor J
Low Score yang disebut Zeppia (J-) dan High Score yaitu Coasthenia (J+) merupakan bagian dari Faktor J. Zeppia (J-) memiliki beberapa karakteristik, antara lain senang berada di dalam kelompok, senang
memperhatikan, penuh semangat, dan menerima keadaan standar yang biasa
(Cattell et al., 1970).
Coasthenia (J+) memiliki karakteristik, antara lain cenderung memikirkan kesalahnnya serta bagaimana menghindari masalah tersebut,
memelihara rasa lelah ketika bangun di pagi hari, cenderung curang, dan
memperlihatkan kepribadian yang berbeda ketika berada di dalam
keolompok. Faktor J merupakan faktor yang tidak dimasukkan ke dalam skala
16PF tetapi factor ini penting di dalam HSPQ. Factor ini melengkapi
deskripsi dari sumber sifat primer. Penelitian membuktikan satu dari beberapa
pola sulit untuk diinterpretasikan dari sifatnya (Cattell et al., 1970).
11) Faktor L
Faktor L memiliki dua skore, antara lain Low Score yang disebut
suka member toleransi serta pemahaman, dan tidak menaruh curiga,
merupakan beberapa karakteristik yang dimiliki Alaxia (L-). Trusting, Accepting, dan Conditions merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Protension (L+) juga memiliki beberapa karakteristik, antara lain senag dengan hal yang berkitan dengan dogma, cenderung curiga pada
gangguan, senang diam ketika mengalami frustasi, dan kejam. Suspecting dan
Jealous merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
12) Faktor M
Low Score yang disebut Praxernia (M-) dan High Score yaitu Autia (M+) adalah skore yang dimiliki Faktor M. Praxernia (M-) memiliki beberapa karakteristik, antara lain menyukai hal yang praktis, fokus pada
hasil, mudah bosan, menyukai hal yang realistis, dan bersungguh-sungguh.
Practical dan Has “Down to Earth” Concerns merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Autia (M+) memiliki beberapa karakteristik, antara lain memiliki ide, tertarik dengan seni; teori; dasar keprcayaan, imaginative, dan memiliki
13) Faktor N
Faktor N memiliki dua skor yaitu Low Score biasa yang disebut
Naivete (N) dan High Score yaitu Shrewdness (N+). Naivete (N-) memiliki beberapa karakteristik, antara lain kagok pada dunia sosial, orangnya tidak
begitu jelas, emosionilnya hangat, spontan serta natural, memiliki selera yang
sederhana, kurang memiliki insight diri, dan kurang terampil dalam
menganalisis suatu sebab. Forthright dan Unpretentious merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Pada Shrewdness (N+) terdapat beberapa karakteristik, antara lain memiliki dasar sosial, menyukai hal yang berkaitan dengan hal eksak
(misalnya berhitung), pengertian terhadap diri sendir maupun dengan orang
lain, ambisius, tegas, dan pandai. Astute dan Worldly merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
14) Faktor O
Low Score yang disebut Unstroubled Adequacy (O-) dan High Score
yaitu Guilt Proneness (O+) merupakan bagian dari Faktor O. Unstroubled Adequacy (O-) memiliki beberapa karakteristik, antara lain percaya pada diri sendiri, ulet serta tabah, cenderung tenang, bijaksana, tida begitu terbuka,
Secure, dan Complacent merupakan karakteristik yang tertera di lembar
grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Pada Guilt Proneness (O+) memiliki beberapa karakteristik, antara lain mudah khawatir, mudah tertekan, mudah tersentuh, memiliki pengertian
yang kuat pada orang lain, cermat, dan cenderung suka sendiri. Apprehensive, Self-reproaching, Insecure, Worrying, dan Troubled merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
15) Faktor Q1
Faktor Q. Faktor ini merupakan faktor yang tidak terlihat di dalam
perilaku dan mungkin dapat diketahui banyak mengalami “mental interior” atau mental dalam, dimana peletakkannya di luar nilai subjek pada respon
pertanyaan. Faktor Q1 memiliki dua skore, yaitu Low Score yang disebut Conservatism of Temprament (Q1-) dan High Score yaitu Radicalism (Q1+).
Conservatism of Temprament (Q1-) memiliki beberapa karakteristik, antara
lain sukadengan hal yang berhubungan dengan hemat, mengormati suatu ide,
dan sulit untuk bertoleransi. Conservative, Respecting Established Ideas, dan
Tolerant of Traditional Difficulties merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
Radicalism (Q1+) memiliki beberapa karakteristik, antara lain suka
menganalisis, dan suka berpikir bebasis. Experimenting, Liberal, Analytical,
dan Free-thinking merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
16) Faktor Q2
Faktor Q2 memiliki dua skore, antara lain Low Score yaitu Group Dependency (Q2-) dan High Score yang disebut Self-Sufficiency (Q2+). Group
Dependency (Q2-) memiliki beberapa karakteristik, antara lain senang hidup
di dalam kelompok, tergantung pada izin sosial, dan mengikuti kebiasaan
adat. Sociably Group Dependent dan A “Joiner” dan Sound Follower
merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al.,
1970).
Pada Self-Sufficiency (Q2+) memiliki beberapa karakteristik, antara
lain lebih senang mengambil keputusan dan senang menjadi sumber. Self-sufficient, Resourceful,dan Prefers Own Decisions merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
17) Faktor Q3
Faktor Q3 memiliki dua skore, antara lain Low Score yang disebut Low Self-Sentiment Integration (Q3-) dan High Score yaitu High Strength of
Self-Sentiment (Q3+). Low Self-Sentiment Integration (Q3-) terdiri dari
kurang terbuka pada peraturan sosial. Uncontrolled, Lax, Follows Own Urges, dan Careless of Social Rules merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
High Strength of Self-Sentiment (Q3+) memiliki beberapa
karakteristik, antara lain setuju pada karakter respon sosial, memiliki control
diri, tekun, memiliki pemikiran ke masa depan, penuh perhatian dengan orang
lain, teliti, dan menghormati tata cara serta reputasi sosial. Controlled, Exacting, Will Power, Socially Precise, Compulsive, dan Following Self-image merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
18) Faktor Q4
Low Score yang disebut Low Ergic Tension (Q4-) dan High Score
yaitu High Ergic Tension (Q4+) merupakan skore yang ada pada Faktor Q4.
Cenderung santai, tenang, cenderung lamban, kurang melakukan pencegahan,
dan senang menyusun sesuatu merupakan beberapa karakter yang dimiliki
Low Ergic Tension (Q4-). Relaxed, Tranquil, Torpid, Unfrustrated,dan
Composed merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
High Ergic Tension (Q4+) memiliki beberapa karakteristik, antara lain
mudah lelah, dan cenderung suka bertingkah. Tense, Frustrated, Driven, Overwrought, dan Fretful merupakan karakteristik yang tertera di lembar grafik 16 PF (Cattell et al., 1970).
d. Cara Interpretasi 16PF
Secara umum 16PF memungkinkan subjek untuk menandai jawaban mereka,
baik di lembar jawaban scorable-tangan atau lembar jawaban scorable-mesin.
Scoring kemudian dapat dilakukan dengan manual atau dengan bantuan mesin
scoring. Saat ini tersedia lembar jawaban opscan yang digunakan dalam ujian. Penggunaan alat tersebut memiliki beberapa keuntungan penting bagi pengguna
tes. Keuntungan yang paling jelas adalah penghematan waktu dan akurasi,
karena skor dihitung secara detail / teliti. Hal ini memiliki kecenderungan untuk
meningkatkan proses penilaian. Penggunaan layanan komputer memiliki
keuntungan tambahan nilai-nilai deskriptif, prediktif, dan berbagai diagnostik
yang dapat dilaporkan secara bersamaan ketika sebuah lembar jawaban diproses
kemudian data dapat disimpan untuk penelitian selanjutnya (Cattell et al., 1970).
Secara manual, 16 PF diskor dengan menggunakan kunci manual. Pada kunci
manual, biasanya terdapat dua warna yaitu merah dan hijau yang digunakan
untuk menentukan skor jawaban. Jika jawaban subjek sesuai pada kunci yang
terdapat tanda merah maka mendapat skor satu, sedangkan Jika jawaban subjek
selanjutnya menjumlahkan skor pada masing-masing item yang tergolong pada
faktor yang sama pada Faktor 16 PF. Setelah ditemukan jumlah skore pada
masing-masing faktor, kemudian dicari angka normanya kemudian digambar
grafik dari skor norma tersebut. Angka norma dan grafik inilah yang digunakan
psikolog maupun praktisi untuk diinterpretasi dalam mengungkap traits
seseorang (Cattell et al., 1970).
Saat ini terdapat enam laporan interpretasi yang berbeda pada 16 PF.
Perbedaan yang pertama adalah The Personal Career Developmental Profile
merupakan gaya laporan narative yang paling canggih dan tersedia di area
pertumbuhan pribadi dan pengembangan atau karir / konseling kejuruan. Hal ini
dirancang untuk dibagikan secara langsung dengan klien , PCD yang unik
menggambarkan kualitas, keterampilan, tema pekerjaan, dan kepentingan hidup
secara jelas dan gaya paragraph yang langsung. PCDP merupakan gaya laporan
16PF yang paling serbaguna.
Perbedaan yang kedua adalah The Karson Clinical Report yang dikembangkan oleh Dr Samuel Karson, psikolog, psikiater, psikiatri dan pekerja
sosial yang mudah dalam menggunakan laporan pada analisis yang mendalam
dalam dinamika kepribadian pada bahasa klinis. Fitur laporan mencakup narasi,
ditulis dengan ringkas, gaya kompak, memberikan gambaran lengkap dari
skor pada lima area penting: karakter kepribadian primer, tanda-tanda klinis dan
sindrom, pola interpersonal, faktor kognitif, dan pola kebutuhan. Lebih dari
sekedar laporan awal, hasil interpretasi memberikan informasi penting yang
dibutuhkan untuk diagnosis dan pengobatan (Cattell et al., 1970).
Perbedaan yang ketiga adalah The Marriage Counseling Report
merupakan hal yang unik diantara interpretasi layanan yang dimiliki IPAT, sejak
gabungan profiles af acouple diolah untuk mengeksplorasi kekuatan dan masalah dalam hubungan tahap dewasa. MCR ini sangat ideal untuk konseling
prematarital, program pengayaan pernikahan dan konseling pasangan bermasalah.
Perbedaan yang keempat yaitu The Narrative Scoring Report
menyediakan laporan lengkap untuk setiap individu, termasuk deskripsi dari
semua karakteristik kepribadian yang signifikan serta kejuruan dan perbandingan
yang penting dalam kerja konseling.
Perbedaan yang kelima yaitu The 16PF Single-Page Report adalah hal yang paling singkat dari semua penilaian individu dan laporan interpretatif untuk
Perbedaan yang terakhir yaitu yang keenam adalah specialized reports
merupakan laporan untuk seleksi personel dalam bidang hukum, manager, dan
laporan untuk digunakan dalam managemen stress, managemen waktu, dan
setting pada keamanan yang tersedia (Cattell et al., 1970).
C. HUBUNGAN ANTARA DIMENSI-DIMENSI DAP DENGAN
FAKTOR-FAKTOR 16 PF
DAP (Draw-A-Person) memiliki beberapa dimensi yang digunakan untuk menginterpretasi gambar. Dimensi yang sudah ada antara lain lokasi gambar, lokasi
gambar meliputi peletakkan posisi gambar tersebut pada kertas apakah berada di
atas, di tengah, di bawah, di kanan, di kiri atau kombinasi beberapa posisi tersebut.
Dimensi yang kedua adalah kualitas garis yang meliputi tebal-tipis goresan garis
pada kertas. Dimensi bagian selanjutnya adalah dimensi yang berada pada
bagian-bagian tubuh manusia yaitu besar-kecilnya kepala, ada-tidaknya rambut,
suram-tentramnya wajah, tebal-tipisnya alis, besa-kecilnya mata, jelas-tidaknya gambar
hidung, besar-kecilnya mulut, besar-kecilnya telinga, adanya penekanan atau tidak
pada gambar dagu, jelas-tidaknya gambar jakun, besar-kecilnya gambar badan atau
tubuh, panjang-pendeknya leher. Dimensi yang berikutnya adalah dimensi yang
berada pada alat gerak yatu jelas-tidaknya gambar lengan, jelas-tidaknya gambar
panjang-pendeknya paha, teliti-tidaknya menggambar lutut, dan lengkap-tidaknya gambar
kaki.
Studi ini bersifat eksloratif. Peneliti tidak menentukan terlebih dahulu dimensi mana yang akan berhubungan dengan Faktor tertentu dari 16 PF. Peneliti
akan malakukan serangkaian analisis yang melibatkan tiap Faktor 16 PF. Hal ini
untuk melihat dimensi-dimensi mana yang dapat mengungkap traits pada Faktor 16 PF.
Masing-masing dimensi DAP (Draw-A-Person) yang sudah ada tersebut akan dikorelasikan dengan masing-masing faktor yang ada pada 16 PF, antara lain faktor
A, faktor B, faktor C, faktor E, faktor F, faktor G, faktor H, faktor I, faktor L, faktor
M, faktor N, faktor O, faktor Q1, faktor Q2, faktor Q3, dan faktor Q4. Hal ini
dilakukan untuk mencari hubungan yang ada pada masing-masing dimensi DAP
(Draw-A-Person) yang dapat mengungkap traits pada masing-masing faktor 16 PF.
D. PERTANYAAN PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif yang jenisnya adalah
penelitian korelasioanal. Penelitian korelasional merupakan dasar membuat suatu
prediksi. Hubungan antara beberapa variabel yang terjadi diakses dengan tujuan
mengidentifikasikan hubungan.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah seseuatu yang menjadi sarana penyelidikan dan sesuatu itu
menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun tingkatannya (Hadi, 2000). adapun
variable-variabel yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian adalah :
1. Variabel Prediktor : Dimensi–dimensi dalam DAP (Draw-A-Person)
2. Variabel Kriterium : Faktor-faktor 16PF (The Sixteen Personality Factor
Questionnaire).