• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kepuasan senior market terhadap layanan jasa hotel bintang lima di Yogyakarta : studi kasus pada tamu hotel Grand Quality dan hotel Sheraton Mustika di Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis kepuasan senior market terhadap layanan jasa hotel bintang lima di Yogyakarta : studi kasus pada tamu hotel Grand Quality dan hotel Sheraton Mustika di Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Disusun oleh : Thomas Mulyadi

06 2214 006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Disusun oleh : Thomas Mulyadi

06 2214 006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

ii

Studi Kasus Pada Tamu Hotel Grand Quality Dan Hotel Sheraton Mustika di Yogyakarta

Oleh : Thomas Mulyadi NIM : 062214006

Telah Disetujui oleh :

Pembimbing I

(Drs. Alex Kahu Lantum, M.S.) Tanggal 22 Juni 2010

Pembimbing II

(4)

iii

LAYANAN JASA HOTEL BINTANG LIMA DI YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh Thomas Mulyadi NIM : 062214006

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 23 Agustus 2010

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Jabatan Nama Lengkap Tanda tangan

Ketua M.T Ernawati, S.E., M.A Sekretaris Drs. Th. Sutadi, M.B.A Anggota I Drs. Alex Kahu Lantum, M.S. Anggota II Lucia Kurniawati SPd., M.S.M Anggota III V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A.

Yogyakarta, 31 Agustus 2010

Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(5)

iv

kepandaian. Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah

kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang

pembohong.”

Kebaikan tidak ditentukan dari apa yang dapat kita berikan kepada orang lain tetapi juga dari bagaimana kita menerima

orang-orang lain

Amsal 20:3 berbunyi demikian : “ Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan

amarahnya meledak.”

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Jesus Christ Mama tercinta Papa tercinta Cece & keluarga Engku Nyoo & Family

(6)

v

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Agustus 2010 Penulis

(7)

vi

Studi Kasus Pada Tamu Hotel Grand Quality Dan Hotel Sheraton Mustika di Yogyakarta

Thomas Mulyadi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Senior market merupakan salah satu pasar yang cukup menjanjikan bagi bisnis jasa, termasuk bagi bisnis jasa hotel di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengukur kepuasan tamu lanjut usia yang menginap di hotel bintang lima di Yogyakarta. Kepuasan diukur menggunakan metode derived satisfaction dengan cara membandingkan harapan dan persepsi senior market terhadap kualitas layanan. Kualitas layanan didasarkan pada lima variabel, yaitu keterandalan, kecepatanggapan, jaminan, empati, dan fasilitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatgap antara harapan dan persepsi, dimana persepsi lebih besar daripada harapan, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden puas dengan layanan yang disediakan.

(8)

vii

Case Study on The Senior Market had stayed in Grand Quality Hotel and Sheraton Mustika Hotel in Yogyakarta

Thomas Mulyadi Faculty of Economics Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

Senior market is one of the most prospective segments to be targeted for hospitality industry, including hotel business in Indonesia. This research aims to examine senior guest satisfaction toward service quality of five star hotels in Yogyakarta. Employing derived satisfaction method, guest satisfaction was measured by comparing guests’ expectation with the perception. Five variables of service quality were used to measure the service provided, namely reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangibles. The result shows that there was a gap between senior market’s expectation and perception, in which the perception was above the expectation. Thus, it can be concluded that respondents have satisfied with the quality of service delivered.

(9)

viii

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Thomas Mulyadi

Nomor Mahasiwa : 06 2214 006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Analisis Kepuasan Senior Market Terhadap Kualitas Layanan Jasa Di Hotel Bintang lima Di Yogyakarta: Studi kasus Pada Tamu Hotel Grand Quality Dan Hotel Sheraton Mustika di Yogyakarta.Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 31 Agustus 2010

Yang menyatakan,

(10)

ix

Surga atas segala berkat, kasih serta anugrah-Nya yang senantiasa penulis rasakan dari awal sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kepuasan Senior Market Terhadap Kualitas Layanan Jasa Di Hotel Bintang Lima Di Yogyakarta”. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

(11)

x

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis selama proses perkuliahan.

6. Papa dan Mama di rumah terimakasih atas cinta kasih yang telah kalian ajarkan kepada aku hingga dapat aku terapkan saat ini.

7. Keluarga semua cece Vivi dan ko Eko semoga kita selalu rukun dan selalu ingat pesan ibu…

8. Keluarga Kutilang di Yogya terimakasih aku akan merindukan dukungan kalian lagi di Yogya.

9. Engku Nyoo dan Family yang telah mendukungku dalam segala hal termasuk materi yang telah banyak kalian berikan buat Thoma selama ini.

10. Teman-temanku Manajemen USD angkatan ‘2006….U’re the best.

11. Temen-temenku kost Yohanes, Noven, Babe, Bang Ronald, Memed, Sasa, Christian, Ryan, Moris….I Love u Guys…God Bless U all.

12. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, makasih buat dukungan, doa, dan kerjasamanya selama ini.

(12)

xi

Yogyakarta, 31 Agustus 2010 Penulis

(13)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN……….… iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK...vi

ABSTRACT………... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 7

C. Batasan Masalah ……….. 8

D. Tujuan Penelitian ……….. 9

E. Manfaat Penelitian ……… 9

BAB II LANDASAN TEORI……….... 11

A. Hotel ………. 11

B. Produk Jasa dan Pemasarannya ……… 16

C. Perilaku Konsumen ……….. 23

D. Kepuasan Konsumen ……… 26

E. Kualitas Pelayanan ……… 32

F. Harapan Konsumen ……….. 36

(14)

xiii

C. Subjek dan Objek Penelitian ………. 41

D. Variabel Penelitian ……… 41

E. Jenis dan Sumber Data ……….. 42

F. Teknik Pengumpulan Data ……… 43

G. Definisi Operasional ………. 43

H. Teknik Pengukuran Variabel ……… 46

I. Populasi dan Sampel ………. 47

J. Sampling ………... 49

K. Teknik Pengujian Instrumen ………. 49

L. Teknik Pengujian Data ………. 52

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………..……. 54

A. Grand Quality Hotel Yogyakarta ………54

B. Sheraton Mustika Hotel Yogyakarta ……….. 62

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN………...…… 69

A. Deskripsi Data ……… 69

B. Metode Pengujian Instrumen ………. 72

(15)

xiv

C. Keterbatasan ……… 94 DAFTAR PUSTAKA

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan

menyebabkan setiap perusahaan saling berpacu untuk memperluas pasar.

Harapan dari adanya perluasan pasar secara langsung adalah

meningkatnya penjualan, sehingga perusahaan akan memiliki lebih banyak

konsumen. Namun ada beberapa hal yang harus dipahami oleh perusahaan

selaku produsen, bahwa semakin banyak konsumen maka perusahaan akan

semakin sulit mengenali konsumennya secara teliti. Terutama tentang suka

atau tidaknya konsumen terhadap barang atau jasa yang ditawarkan dan

alasan yang mendasarinya.

Perusahaan yang mampu bersaing dalam pasar adalah perusahaan yang

dapat menyediakan produk atau jasa berkualitas. Sehingga perusahaan

dituntut untuk terus melakukan perbaikan terutama pada kualitas

pelayanannya. Hal ini dimaksudkan agar seluruh barang atau jasa yang

ditawarkan akan mendapat tempat yang baik di mata masyarakat selaku

konsumen dan calon konsumen. Karena konsumen dalam memilih barang

dan jasa didasari motivasi yang nantinya mempengaruhi jenis, cita rasa

barang dan jasa yang dibelinya.

Dengan adanya kualitas pelayanan yang baik di dalam suatu

perusahaan, akan menciptakan kepuasan bagi para konsumennya. Setelah

(17)

konsumen merasa puas dengan produk atau jasa yang diterimanya,

konsumen akan membandingkan pelayanan yang diberikan. Apabila

konsumen merasa benar-benar puas, mereka akan membeli ulang serta

memberi rekomendasi kepada orang lain untuk membeli di tempat yang

sama.

Salah satu kelompok usia yang saat ini mulai banyak diperhatikan oleh

para produsen adalah kelompok usia lanjut atau yang seringkali disebut

senior market. Menurut Biro Pusat Statistik Indonesia (tahun 2000),senior

market adalah orang-orang yang berusia 60 tahun ke atas. Jumlah

kelompok ini di Indonesia menunjukkan peningkatan yang sangat

signifikan di mana pada tahun 2000, jumlah penduduk usia 65 tahun ke

atas ini mencapai lebih dari 12 juta orang, dan bertambah dua kali lipat

lebih menjadi 27 juta orang hanya dalam waktu 5 tahun.

Jumlah penduduk usia lanjut diprediksikan akan terus bertambah

terlebih pada 15 sampai 20 tahun lagi, dimana hal ini secara langsung akan

memicu konsumsi produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan usia

mereka. Bahkan bagi senior market yang status sosial ekonominya

termasuk dalam golongan menengah ke atas, daya beli mereka akan tetap

relatif besar sehingga tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup meskipun

telah memasuki masa pensiun. Jenis pengeluaran yang dilakukan senior

market golongan ini tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari

mereka, melainkan mampu memenuhi kebutuhan sekunder seperti berlibur

(18)

dalam penelitian yang dilakukan Wonoseputro (dalam Koss, 1994:37)

terhadap senior market di Belanda, terungkap bahwa sebagian besar

kelompok lanjut usia di negara ini masih sehat secara fisik, memiliki

semangat hidup yang tinggi, tertarik pada produk dan jasa baru, serta yang

paling penting adalah kelompok ini memiliki pendapatan untuk membeli

produk dan jasa baru tersebut.

Di Indonesia, dapat dijumpai bahwa dalam lima tahun terakhir ini

sudah mulai banyak produsen consumer goods yang memperhatikan

kebutuhan dari senior market, contohnya adalah produsen produk susu

merek Anlene Gold, Calcimex, dan Entrasol Gold yang memang

dikhususkan menyasar segmen lanjut usia. Contoh yang lain adalah dalam

hal entertainment, salah satu stasiun televisi di Indonesia menyiarkan

acara Tembang Kenangan yang dikhususkan untuk usia dewasa

(middle-aged)dan usia lanjut.

Meskipun demikian, perkembangan produk bagi senior market di

Indonesia masih sebatas pada produk-produk yang non jasa dan belum

diimbangi dengan jasa (services). Penulis mengamati bahwa belum ada

hospitality business yang memfokuskan market-nya hanya untuk senior

market saja. Sebaliknya, sebagian besar bisnis jasa masih memberikan

perlakuan yang sama baik kepada orang-orang usia lanjut maupun kepada

konsumen lainnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Magazine of the American

(19)

lebih sering melakukan perjalanan dan menginap di hotel dalam jangka

waktu lebih lama dari pada orang yang berumur di bawah 50 tahun

(Miller, 1996:1-2).

Di luar negeri, bisnis hotel sudah lebih banyak yang menaruh perhatian

khusus terhadap kebutuhan dari senior market. Contohnya di Amerika,

Hotel Radisson memberikan paket-paket khusus untuk senior market

selama menginap di hotel. Kemudian Best Western International

menawarkan membership card untuk senior market (Koss, 1994:37).

Contoh lain adalah Econo Lodge dan Rodeway Hotel menawarkan kamar

yang didesain khusus untuk tamu usia lanjut antara lain pemasangan

lampu kamar yang lebih terang serta pesawat telepon dengan tombol tekan

yang lebih besar (Miller, 1996:1-2).

Bersamaan dengan adanya perubahan segmen yang terjadi dan adanya

perubahan perilaku manusia, maka semakin mendorong bertambahnya

permintaan akan kebutuhan pemakaian jasa hotel. Semakin bertambahnya

permintaan akan kebutuhan pemakaian jasa hotel dewasa ini mendorong

para pengusaha di bidang jasa hotel ikut bersaing untuk menawarkan

kelebihan-kelebihannya. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan untuk

mempengaruhi konsumen berupa kualitas pelayanan hotel itu sendiri yang

dapat diberikan oleh perusahaan sehingga konsumen merasa terpuaskan.

Hotel merupakan salah satu alat pengusaha yang termasuk dalam usaha

sarana pariwisata yang menyediakan fasilitas dan pelayanan konsumen

(20)

tinggal untuk sementara waktu dan dikelola secara komersial. Pada garis

besarnya, perusahaan harus berusaha untuk mengetahui apa yang menjadi

kebutuhan dan keinginan konsumen, termasuk memahami perilaku

konsumen dan hal-hal yang dapat memberi kepuasan kepada konsumen.

Menyadari hal tersebut di atas, tampak betapa pentingnya usaha

pemahaman akan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen

untuk mencapai keberhasilan pemasaran.

Pengukuran harapan dan persepsi dilakukan berdasar pada lima

dimensi kualitas layanan dari Parasuraman yaitu keterandalan (reliability)

meliputi kemampuan hotel untuk memberikan pelayanan-pelayanan yang

terbaik, kecepat-tanggapan (responsiveness) meliputi kesediaan karyawan

hotel untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat,

jaminan (assurance) meliputi sopan santun para karyawan dan

kemampuan mereka untuk membangkitkan rasa kepercayaan dan rasa

percaya konsumen , empati (empathy) yang meliputi rasa peduli dan

perhatian secara pribadi yang diberikan pada konsumen, dan bukti fisik

(tangible) meliputi penampilan gedung hotel, interior bangunan hotel dan

penampilan karyawan hotel. Lima dimensi di atas dikembangkan oleh

Pasuraman et. al. yang disebut SERVQUAL (service quality) yang

merupakan suatu alat ukur terhadap kualitas pelayanan (Tjiptono dan

Chandra, 2005:110).

Pada dasarnya kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian

(21)

dengan tingkat pelayanan yang diharapkan (expected services). Bagi

perusahaan kuncinya adalah menyesuaikan atau melebihi harapan mutu

jasa yang diinginkan konsumen.

Kepuasan konsumen akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa

dari si pemberi jasa kepada konsumen sesuai dengan apa yang

dipersepsikan konsumen. Berbagai faktor seperti : subjektivitas si pemberi

jasa, keadaan psikologis (konsumen maupun pemberi jasa), kondisi

lingkungan eksternal dan sebagainya tidak jarang turut mempengaruhi

sehingga jasa sering disampaikan dengan cara yang berbeda dengan yang

dipersepsikan oleh konsumen.

Jumlah pelanggan sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan

hidup perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan jasa, karena bagi

perusahaan jasa, pelanggan merupakan sumber pemasukan. Semakin

banyak pelanggan perusahaan, maka semakin besar pemasukan yang dapat

diraih perusahaan, sebaliknya semakin sedikit pelanggan perusahaan,

maka semakin sedikit pula pemasukan yang dapat diraih perusahaan.

Hal yang diuraikan di atas berlaku juga bagi usaha hotel. Hotel

merupakan sebuah perusahaan jasa yang tidak hanya dikenal sebagai

tempat bermalam ketika jauh dari rumah, tetapi juga dikenal karena

pelayanan yang diberikan. Walaupun gedung hotel dan fasilitasnya sangat

menunjang akan tetapi jika tidak ditunjang dengan pelayanan yang

(22)

atas dapat dilihat betapa pentingnya arti layanan bagi sebuah perusahaan

jasa hotel.

Berdasarkan data yang penulis dapat dari Badan Pusat Statistik

Indonesia yang menyatakan bahwa tingkat hunian menurut klasifikasi

Bintang di 14 Provinsi di Indonesia pada bulan November-Desember 2009

dikatakan bahwa jumlah tamu asing dan domestik yang datang menginap

di hotel berbintang terbesar ada pada hotel bintang lima, yaitu pada bulan

November sebesar 55,12% dan pada bulan Desember sebesar 57,57%.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, penulis mencoba

untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan

konsumen pada hotel bintang lima di Yogyakarta dengan judul :“Analisis

KepuasanSenior MarketTerhadap Layanan Jasa Hotel Bintang Lima

Di Yogyakarta”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, ada 3 (tiga) masalah

yang dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana harapan senior market terhadap layanan jasa di hotel

bintang lima di Yogyakarta ?

2. Bagaimana persepsi senior market terhadap layanan jasa di hotel

bintang lima di Yogyakarta ?

3. Bagaimana kepuasan senior market terhadap kualitas layanan hotel

(23)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Senior Market yang diteliti adalah mereka yang telah berusia 60 tahun

ke atas yang check out atau pulang setelah menginap di hotel bintang

lima di Yogyakarta.

2. Pengujian dalam penelitian ini hanya menggunakan 5 (lima) dimensi

kualitas layanan menurut Pasuraman (dikutip dalam Tjiptono dan

Chandra , 2005:110), yaitu :

a. Dimensitangibles, merupakan penampilan fisik fasilitas, peralatan,

personil dan material komunikasi.

b. Dimensi reliability, merupakan kemampuan untuk menampilkan

pelayanan yang dijanjikan dengan dapat diandalkan dan akurat.

c. Dimensi responsiveness, yang mengandung makna berupa

ketersediaan untuk membantu pelanggan dan menyediakan

pelayanan yang tepat.

d. Dimensi assurance, merupakan pengetahuan dan sopan santun

serta kemampuan karyawan untuk membangkitkan kepercayaan

dan kepercayaan diri.

e. Dimensi empathy, merupakan bentuk perhatian secara individual

(24)

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran

mengenai kondisi pelayanan jasa hotel terhadap konsumen. Sedangkan

tujuan khusus dari diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui harapan senior market terhadap layanan jasa di

hotel bintang lima di Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui persepsi senior market terhadap layanan jasa di

hotel bintang lima di Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui kepuasan senior market setelah mereka menginap

dan menikmati produk dan layanan di hotel bintang lima di

Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi hotel bintang lima di Yogyakarta, hasil penelitian ini dapat

membantu memberikan masukan dan pertimbangan bagi peningkatan

kualitas pelayanan yang sesuai dengan keinginan konsumen. Manfaat

lainnya adalah dapat memberikan gambaran bagi perusahaan dalam

membuat rencana dan strategi yang baik dan terarah untuk mengelola

hotel dimasa yang akan datang secara efektif dan efisien.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan

(25)

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam penulisan

karya ilmiah selanjutnya.

3. Bagi peneliti, untuk belajar menerapkan pengalaman teoritis yang

sudah didapat ketika mengikuti kuliah dengan keadaan yang

sebenarnya, sehinggga setiap mahasiswa atau penulis percaya bahwa

ilmu teoritis yang mereka kenal sangat berguna dalam penerapannya

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hotel

1. Pengertian Hotel

Menurut pengertian umum dalam surat keputusan Menteri

Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, NO. KM. 37/PW. 304/NPPT 86,

tentang pengaturan penggolongan hotel, hotel adalah suatu jenis

akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan

untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minum

serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

Menurut Biro Pusat Statistik, hotel adalah suatu usaha yang

menggunakan bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan, di

mana setiap orang dapat makan, menginap, memperoleh pelayanan,

serta menggunakan fasilitas dengan pembayaran.

Menurut SK Menteri Perhubungan RI No. SK. 241/H/70 Tahun

1970 (Darmajati, 2003:25-26), hotel adalah perusahaan yang

menyediakan jasa dalam bentuk penginapan (akomodasi) , serta

menyajikan hidangan serta fasilitas lainnya dalam hotel untuk umum,

yang memenuhi persyaratan comfortdan bertujuan komersial. Bentuk,

susunan, tata ruang, dekorasi, peralatan, perlengkapan bangunan,

akomodasi, sanitasi, estetika, keamanan dan ketenangan, serta

ketentraman yang secara umum dapat memberikan sasaran nyaman

(27)

(comfort) dan khusus kamar-kamar tamu dapat menjamin adanya

ketenangan pribadi (privasi) untuk para tamu hotel.

Menurut penulis hotel adalah usaha yang menggunakan bangunan

atau sebagian bangunan yang disediakan, di mana setiap orang dapat

makan, menginap, memperoleh pelayanan, serta menggunakan fasilitas

dengan pembayaran.

2. Penggolongan Hotel

Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan hotel adalah

sistem pengelompokan hotel-hotel ke dalam berbagai kelas atau

tingkatan, berdasarkan ukuran penilaian tertentu.

Hotel dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kriteria menurut

kebutuhannya, namun ada beberapa kriteria yang dianggap paling

lazim digunakan. Sistem klasifikasi atau penggolongan hotel di dunia

berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya.

Sebagai contoh, klasifikasi hotel di negara tertentu antara lain : ● Republik Rakyat Cina (RRC) mempergunakan klasifikasi : Tourist

Class, Standard dan Superclass Hotel

● Bulgaria, Columbia, Equador, Syria, Quwait, mempergunakan

klasifikasi : Hotel kelas 3, 2, 1 danDeluxe

● Yunani menggunakan klasifikasi : Hotel kelas A, B, C, D, E

Di Indonesia pada tahun 1970 oleh pemerintah menentukan

klasifikasi hotel berdasarkan penilaian-penilaian tertentu sebagi

(28)

● Luas Bangunan

● Bentuk Bangunan

● Fasilitas (Perlengkapan)

● Mutu Pelayanan

Namun pada tahun 1977 ternyata sistem klasifikasi yang telah

ditetapkan tersebut dianggap tidak sesuai lagi. Maka dengan Surat

Kementrian Perhubungan No. PM.10/PW. 301/Pdb – 77 tentang usaha

dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel

secara minimum didasarkan pada :

● Jumlah Kamar

● Fasilitas

● Peralatan yang tersedia

● Mutu Pelayanan

Berdasarkan pada penilaian tersebut, hotel-hotel di Indonesia

kemudian digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas hotel, yaitu :

a. Hotel Bintang 1 ( )

Klasifikasi dari hotel ini adalah :

→ Jumlah kamar standar, minimal 15 kamar

→ Kamar mandi di dalam

→Luas kamar standar, minimal 20 m2

b. Hotel Bintang 2 ( )

Klasifikasi dari hotel ini adalah :

(29)

→ Jumlah kamar suite, minimal 1 kamar

→ Kamar mandi di dalam

→ Luas kamar standar, minimal 22 m2

→Luas kamarsuite, minimal 44 m2

c. Hotel Bintang 3 ( )

Klasifikasi dari hotel ini adalah :

→ Jumlah kamar standar, minimal 50 kamar

→ Jumlah kamar suite, minimal 2 kamar

→ Kamar mandidi dalam

→ Luas kamar standar, minimal 24 m2

→Luas kamarsuite, minimal 48 m2

d. Hotel Bintang 4 ( )

Klasifikasi dari hotel ini adalah :

→ Jumlah kamar standar, minimal 50 kamar

→Jumlah kamarsuite, minimal 3 kamar

→ Kamar mandi didalam

→ Luas kamar standar, minimal 24 m2

→Luas kamarsuite, minimal 52 m2

e. Hotel Bintang 5 ( )

Klasifikasi dari hotel ini adalah :

→ Jumlah kamar standar, minimal 100 kamar

→ Jumlah kamar suite, minimal 4 kamar

(30)

→ Luas kamar standar, minimal 26 m2

→Luas kamarsuite, minimal 52 m2

Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas

tersebut, ataupun yang berada di bawah standar minimum yang

ditentukan oleh Menteri Perhubungan disebut Hotel Non Bintang.

Tujuan umum daripada penggolongan kelas hotel adalah :

● Untuk menjadi pedoman teknis bagi calon investor (penanam

modal) di bidang usaha perhotelan.

● Agar calon penghuni hotel dapat mengetahui fasilitas dan pelayanan

yang akan diperoleh di suatu hotel, sesuai dengan golongan

kelasnya.

● Agar tercipta persaingan (kompetisi) yang sehat antara pengusahaan

hotel.

● Agar tercipta keseimbangan antara permintaan (demand) dan

penawaran(supply)dalam usaha akomodasi hotel.

Pada tahun 1970-an sampai dengan tahun 2001, penggolongan

kelas hotel bintang 1 sampai dengan bintang 5 lebih mengarah ke

aspek bangunannya seperti luas bangunan, jumlah kamar dan fasilitas

penunjang hotel dengan bobot penilaian yang tinggi. Tetapi sejak

tahun 2002 berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata No. KM 3/HK 001/MKP 02 tentang penggolongan kelas

hotel, bobot penilaian aspek mutu pelayanan lebih tinggi dibandingkan

(31)

3. Fungsi dan Peranan Hotel

a. Fungsi hotel adalah sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan

tamu atau sebagai tempat tinggal sementara. Selain itu, hotel juga

dapat berfungsi seabagi sarana untuk melangsungkan upacara,

konferensi, lokakarya, dan sebagainya. Oleh karena itu, penyediaan

fasilitas hotel disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan para

tamu.

b. Peranan hotel adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan industri rakyat

2) Menciptakan lapangan kerja

3) Membantu usaha pendidikan dan latihan

4) Meningkatkan pendapatan daerah atau Negara

5) Meningkatkan devisa Negara

6) Meningkatkan hubungan antar Negara

B. Produk Jasa dan Pemasarannya

1. Pengertian Jasa

Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang dapat diberikan oleh

suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan

tidak pula berakibat pemilikan sesuatu, produksinya dapat atau tidak

dapat dipertahankan dengan produk fisik (Kotler, 2000:382 )

Produk jasa tidak dapat dilihat oleh penggunanya, tetapi dapat

(32)

produk yang berbentuk barang. Hal ini dilakukan karena karakteristik

yang berbeda antara barang dan jasa.

2. Karakteristik Jasa

Karakteristik jasa tersebut adalah (Kotler dan Susanto, 2001:605) :

a. Intangibility : Jasa adalah sesuatu yang tidak dapat disentuh dan

tidak dapat diraba atau sesuatu yang tidak dengan mudah

didefinisikan, diformulasikan atau dipahami secara rohaniah.

b. Inseparability : Umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi pada

waktu yang bersamaan. Jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru

kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara simultan.

c. Variability : Jasa bersifat sangat variabel, artinya banyak variasi

bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada siapa, dan dimana jasa

tersebut dihasilkan. Para pembeli jasa sangat peduli dengan

variabilitas yang tinggi dan sering kali mereka meminta pendapat

orang lain sebelum memutuskan untuk membeli.

d. Perishability : Produk jasa tidak dapat disimpan atau dihukum,

karena setiap peristiwa biasanya terjadi sekali dalam jangka waktu

tertentu. Hal ini tidak menjadi masalah jika permintaannya tetap

karena mudah untuk menyiapkan pelayanan terhadap permintaan

(33)

3. Penggolongan Jasa

Produk jasa dapat digolongkan dalam 2 (dua) golongan besar

secara umum (Swastha dan Irawan, 2005:7) :

a. Jasa Industri (Industrial Service)

Jasa industri ini disediakan untuk organisasi dalam bentuk yang

luas, termasuk pengolahan, pertambangan, pertanian, organisasi

non laba dan pemerintah.

b. Jasa Konsumen (Consumer Service)

Jasa ini banyak dipergunakan secara luas dalam masyarakat. Jasa

konsumsi dapat dibagi dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :

1) Jasa Konvinien

jasa konvinien adalah jasa konsumsi pembeliannya sering dan

masyarakat membelinya dengan usaha yang minimal. Lokasi

biasanya merupakan variabel pemasaran penting bagi jasa

konsumen. Dalam hal ini harga tidaklah merupakan faktor

penting dalam pembelian jasa konvinien.

2) JasaShopping

Jasa Shopping adalah jasa konsumsi yang dipilih atau dibeli

oleh masyarakat sesudah mengadakan perbandingan kualitas,

harga, dan reputasi. Konsumen membutuhkan informasi untuk

membandingkan jasa shopping sehingga komunikasi lebih

(34)

3) Jasa Spesial

Jasa spesial adalah jasa konsumsi dimana dalam pembeliannya,

pembeli harus melakukan usaha pembelian khusus dengan cara

tertentu atau dengan pembayaran yang lebih besar. Titik berat

usaha pemasaran ini harus diletakkan pada pengembangan

produk dan pemuasan konsumen. Pengembangan produk atas

jasa-jasa seperti ini dapat berarti memberikan waktu dan

perhatian kepada langganan yang memerlukannya. Yang

penting, jasa tersebut harus dilaksanakan lebih baik daripada

pesaing.

4. Pengertian Pemasaran

Beberapa ahli di bidang pemasaran memberikan pengertian dan

definisi mengenai pemasaran. Boyd (2000:4) mendefinisikan

pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan

kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui

pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan

pertukaran.

Pengertian di atas hampir sama dengan apa yang dikemukakan

Kotler (2006:13) bahwa pemasaran adalah proses sosial dan manajerial

dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka

butuhkan dan inginkan melaui penciptaan dan pertukaran produk dan

(35)

Dari definisi pemasaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pemasaran ditujukan untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan dan

keinginan manusia melalui proses pertukaran.

5. Pengertian Konsep Pemasaran

Definisi konsep pemasaran menurut Swastha dan Irawan (2005:

10) adalah suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan

kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi

kelangsungan hidup perusahaan.

Secara umum, konsep pemasaran dapat dikategorikan ke dalam

tiga unsur pokok konsep pemasaran (Swastha dan Irawan, 2005: 8-10)

yaitu:

a. Orientasi pada konsumen / pasar/ pembeli Perusahaan yang ingin

mempraktekkan orientasi ini harus:

1) Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani

dan dipenuhi.

2) Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam

penjualannya.

3) Menentukan produk dan program pemasarannya.

4) Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur,

menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku

(36)

5) Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik,

apakah menitik-beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang

murah atau model yang menarik

b. Volume penjualan yang menguntungkan

Ini merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu

dapat diperoleh melalui pemuasan konsumen. Dengan laba,

perusahaan itu dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan

kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan

yang lebih besar pada konsumen, serta dapat memperkuat kondisi

perekonomian secara keseluruhan. Laba merupakan pencerminan

dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan

kepada konsumen. Untuk memberikan kepuasan tersebut,

perusahaan menyediakan / menjual barang dan jasa yang paling

baik dengan harga yang layak.

c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran

Setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut

berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinasi untuk

memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan perusahaan

dapat direalisir. Penyesuaian dan koordinasi antara produk, harga,

saluran distribusi, dan promosi dilakukan perusahaan untuk

(37)

6. Elemen Pemasaran Jasa

Dalam pemasaran jasa harus diperhatikan mengenai

elemen-eleman yang memiliki peranan penting dalam melakukan pemasaran

jasa, karena hal ini sangat penting untuk meningkatkan penggunaan

layanan jasa.

Beberapa elemen mengenai pemasaran dalam produk jasa meliputi:

a. Sikap dan keputusan konsumen yaitu kegunaan dan nilai barang

jasa yang tersedia sesuai dengan kemampuan mereka membayar.

Maksudnya yaitu kebanyakan para konsumen melihat suatu produk

jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan mereka dan

disesuaikan dengan harga yang ditawarkan, sehingga dalam

keputusan pemakaian produk jasa tersebut didasarkan pada dua hal

tersebut.

b. Sikap dan keputusan produsen yaitu produk jasa yang dijual atau

ditawarkan dalam situasi bisnis untuk jangka panjang. Maksudnya

adalah diharapkan produk jasa yang mereka tawarkan akan

digemari oleh para konsumen untuk waktu yang cukup lama, atau

bisa bahwa produk jasa yang mereka tawarkan menjadi trend atau

pelopor untuk bisnis usaha penjualan produk.

c. Cara produsen dalam mengkomunikasikan produknya dengan

konsumen (sebelum, selama, dan setelah penjualan). Maksudnya

adalah bagaimana dan cara apa yang dilakukan oleh produsen

(38)

jasa tersebut dikenalkan oleh produsen melalui iklan di media

televisi ataupun surat kabar, serta bagaimana produsen jasa tetap

menjaga hubungan dengan para konsumennya.

C. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu-individu yang

secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan

barang-barang dan jasa-jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan

pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut (Kotler dan Armstrong,

2001: 177).

Umar (2003:3) mendefinisikan perilaku konsumen adalah

kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan,

mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk di dalamnya

proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menyusuli

penentuan kegiatan tersebut.

Mowen dan Minor (dalam Husein 2003 : 11) mengartikan perilaku

konsumen adalah suatu studi (buying unit) dan proses pertukaran yang

melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa,

pengalaman, serta ide-ide.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli menurut

Swastha D.H dan Irawan (2005 : 105-112) adalah berbeda-beda untuk

masing-masing pembeli, di samping produk yang dibeli dan saat

(39)

1. Kebudayaan

Kebudayaan adalah simbol dan fakta yang kompleks, yang

diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai

penentu dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat yang

ada. Kebiasaaan budaya secara terus-menerus akan diikuti sepanjang

mereka merasa puas. Budaya yang tidak memberikan manfaat

cenderung akan ditinggalkan dan mereka mencoba memformulasikan

kembali suatu bentuk budaya yang sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa

budaya bisa sangat stabil sepanjang waktu, namun budaya juga tidak

pernah statis.

2. Kelas Sosial

Faktor sosio-kebudayaan lain yang dapat mempengaruhi

pandangan dan tingkah-laku pembeli adalah kelas sosial. Kelas sosial

tersebut dalam masyarakat terbagi menjadi tiga yaitu golongan atas,

golongan menengah, dan golongan bawah.

3. Kelompok Referensi Kecil

Kelompok referensi kecil ini juga mempengaruhi perilaku

seseorang dalam pembeliannya, dan sering menjadi pedoman

seseorang dalam bertingkah-laku.

4. Keluarga

Selera mempunyai peranan penting dalam keinginan membeli

(40)

masing-masing anggota dapat berbuat hal yang berbeda untuk membeli

sesuatu.

5. Pengalaman

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam

bertingkah-laku. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya

dimasa lalu atau dapat dipelajari.

6. Kepribadian

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang

dapat menentukan tanggapan untuk bertingkah-laku.

7. Sikap dan Kepercayaan

Sikap dan kepercayaan merupakan faktor yang ikut mempengaruhi

pandangan dan perilaku pembelian konsumen.

8. Konsep Diri

Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya

sendiri, dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri

orang lain.

Jadi perilaku konsumen dapat disimpulkan sebagai tindakan atau

aktivitas individu dalam mendapatkan kemudian menggunakan barang dan

jasa. Tindakan yang dilakukan konsumen untuk mendapatkan serta

(41)

D. Kepuasan Konsumen

1. Konsep Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen adalah sentral dari konsep pemasaran.

Persaingan yang semakin ketat menyebabkan setiap perusahaan harus

menempatkan tujuan utamanya pada kepuasan konsumen. Kunci

utama untuk memenangkan persaingan adalah memberikan nilai dan

kepuasan kepada konsumen melalui penyampaian produk dan jasa

berkualitas dengan harga bersaing.

Menurut Wilkie (Tjiptono, 2000:24)

Kepuasan pelanggan adalah suatu tanggapan emosional pada

evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk.

Menurut Engel, J.F. (Tjiptono, 2000:24)

Kepuasan pelanggan adalah evaluasi purna beli dimana alternatif

yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan

pelanggan.

Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada

dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara

harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan.

Menurut Kotler & Armstrong (2001:46), definisi mengenai

kepuasan konsumen dapat diartikan sebagai tingkat perasaan seseorang

setelah membandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya.

Seorang konsumen dapat mengalami berbagai tingkat kepuasan.

(42)

merasa tidak puas. Sebaliknya, apabila kinerja produk melampaui

harapan, maka konsumen akan puas. Lebih lanjut, dalam memenuhi

kepuasan konsumen, Kotler & Armstrong (2001:47) berpendapat

bahwa perusahaan hendaknya lebih berusaha untuk meningkatkan

harapan konsumen dan diimbangi dengan yang dihasilkan. Perusahaan

juga harus dapat membuat konsumen merasa sangat puas, karena

konsumen yang hanya menyatakan cukup puas, masih mudah berganti

produk lain jika mendapat tawaran yang lebih baik.

Menurut Kotler seperti dikutip dalam Tjiptono (2001:35), beberapa

metode yang dapat digunakan untuk memantau dan mengukur tingkat

kepuasan konsumen adalah sebagai berikut :

a. Sistem keluhan dan saran (Complaint and Suggestion System)

Dengan metode ini, perusahaan memberikan kesempatan yang luas

kepada pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhan.

Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kepuasan pelanggannya,

setiap perusahaan baik penyedia jasa maupun manufaktur dapat

memberikan kesempatan kepada pelanggannya untuk

menyampaikan keluhan dan saran kepada perusahaan. Dengan

demikian maka perusahaan dapat memperbaiki kekurangannya

atau mungkin lebih meningkatkan pelayanannya. Media yang biasa

digunakan adalah kotak-kotak saran yang diletakkan di

(43)

b. Ghost Shopping

Adalah metode dengan memperkerjakan beberapa orang untuk

bersikap sebagai pembeli potensial terhadap produk perusahaan

dan pesaing. Ghost Shopping merupakan salah satu cara untuk

menilai kepuasan pelanggan. Dalam hal ini perusahaan menyewa

orang untuk berpura-pura sebagai pembeli guna melaporkan

pengalaman konsumen ketika membeli produk perusahaan dan

produk pesaing. Dengan demikian akan dapat disajikan masalah

yang spesifik untuk menguji apakah karyawan perusahaan

menanganinya dengan baik atau tidak.

c. Lost Customer Analysis

Dengan metode ini, perusahaan menghubungi para pelanggan yang

telah berhenti membeli atau yang telah pindah ke produk pesaing

untuk memahami mengapa hal ini terjadi. Apabila jumlah

pelanggan yang hilang semakin tinggi, maka hal ini menunjukkan

bahwa perusahaan gagal memuaskan pelanggannya.

d. Survei Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Survey)

Sistem keluhan dan saran tidak dapat dipandang bahwa telah dapat

menggambarkan secara lengkap kekecewaan pelanggan.

Perusahaan yang responsif perlu melakukan pengukuran langsung

atas kepuasan pelanggannya dengan melakukan survei secara

teratur dengan cara mengirimkan kuisioner atau menelepon

(44)

dalam mengkonsumsi atau menggunakan produk dan jasa

perusahaan. Survei kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai

cara, di antaranya :

1) Directly Reported Satisfaction

Pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan

seperti, “Ungkapkan seberapa puas saudara terhadap

pelayanan?”. Skala yang digunakan berupa : sangat tidak puas,

tidak puas, netral, puas, sangat puas.

2) Derived Satisfaction

Pertanyaan yang diajukan menyangkut 2 (dua) hal utama, yakni

besarnya harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan

besarnya kinerja yang dirasakan.

Setidaknya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menyangkut

dua hal utama, yaitu (1) tingkat harapan terhadap kinerja

produk atau perusahaan, dan (2) persepsi pelanggan kinerja

aktual produk atau perusahaan. Alternatif lain, tingkat

kepentingan masing-masing atribut dan atau tingkat kinerja.

Dengan demikian metode derived satisfaction dapat

dioperasionalkan sesuai dengan Indeks Kepuasan Pelanggan

(45)

di mana :

IKP = Indeks Kepuasan Pelanggan

IM = Derajat Kepentingan (Important Degree)

PP = Kinerja (Perceived Performance)

EP = Harapan (Expectation)

Jika hasilnya adalah positif (+) maka senior market puas

dengan sub-sub variabel pelayanan hotel yang ada. Jika

hasilnya nol (0) maka senior market juga puas tetapi berada

pada limit bawah karena kinerja sama dengan harapan. Dan

jika hasilnya negatif (-) maka senior markettidak puas dengan

sub-sub variabel pelayanan hotel yang ada.

3) Problem Analysis

Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk

mengungkapkan 2 (dua) hal pokok. Yang pertama merupakan

masalah yang dihadapi berkaitan dengan penawaran. Kedua

saran-saran untuk melakukan perbaikan.

4) Importance-performance Analysis

Dalam tehnik ini, responden diminta untuk meranking berbagai

atribut dari penawaran berdasarkan derajat kepentingan setiap

atribut tersebut.

(46)

2. Teori dan Model Kepuasan Konsumen

Ada beberapa model kepuasan konsumen yang dikemukakan oleh

Pawitra (dalam Tjiptono, 2000:30), antara lain :

a. Teori Ekonomi Mikro

Dalam teori ekonomi dasar yang digunakan oleh seorang

konsumen dalam melakukan alokasi sumber daya yang langka

adalah kondisi dimana perbandingan antara kegunaan marginal

(marginal utility) dan harga masing-masing produk akan menjadi

sama.

b. Perspektif Psikologi dari Kepuasan Konsumen

Berdasarkan perspektif psikologi, terdapat 2 (dua) model kepuasan

pelanggan, yaitu model kognitif dan model afektif.

1) Model Kognitif

Pada model ini, penilaian konsumen didasarkan pada

perbedaan antara suatu kumpulan dari kombinasi atribut yang

dipandang ideal untuk individu dan persepsinya tentang

kombinasi dari atribut yang sebenarnya.

2) Model Afektif

Model ini menyatakan bahwa penilaian konsumen individual

terhadap suatu produk atau jasa tidak semata-mata berdasarkan

perhitungan rasional, namun juga berdasarkan hubungan

subyektif, aspirasi, dan pengalaman. Fokus model afektif lebih

(47)

perasaan spesifik (apresiasi, kepuasan, keengganan, dan

lain-lain), suasana hati, dan lain-lain. Maksud dari fokus ini adalah

agar dapat dijelaskan dan diukur tingkat kepuasan suatu kurun

waktu.

c. Konsep Kepuasan Konsumen dari Perspektif TQM (Total Quality

Management)

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan

dalam menjalankan bisnis yang mencoba untuk memaksimumkan

daya saing organisasi melalui perbaikan secara berkesinambungan

atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Sistem

manajemen TQM berdasarkan pada usaha menyangkut kualitas

sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan dengan

melibatkan seluruh anggota organisasi.

E. Kualitas Pelayanan

1. Konsep Kualitas Pelayanan

Penyajian layanan yang berkualitas dipertimbangkan sebagai suatu

strategi untuk sukses dan tetap hidup dalam lingkungan persaingan saat

ini. Layanan adalah suatu kegiatan yang memberikan manfaat atau

kepuasan yang ditawarkan untuk dijual ke konsumen. Kandampully

(2000:62) menyatakan bahwa kualitas layanan memiliki peran yang

sangat penting bagi kesuksesan bisnis jasa. Dalam bisnis jasa, interaksi

(48)

sebagian besar bisnis jasa, pelanggan dituntut keterlibatan dan

partisipasinya dalam proses produksi dan konsumsi. Dengan

demikian, pelanggan memiliki kesempatan untuk menilai secara kritis

kualitas jasa yang disediakan. Pelanggan akan menilai kualitas

pelayanan dengan membandingkan antara pelayanan yang diperoleh

dengan pelayanan yang diharapkan. Karena itu, kualitas jasa

memainkan peran penting dalam memberi nilai tambah terhadap

pengalaman jasa secara keseluruhan.

Menurut Lewis dan Booms dikutip dalam Tjiptono dan Chandra

(2005:42), kualitas jasa adalah ukuran untuk mengukur seberapa baik

pelayanan yang diberikan dibandingkan dengan harapan konsumen.

Memberikan kualitas pelayanan berarti menyesuaikan dengan harapan

konsumen pada dasar yang konsisten.

Senada dengan pernyataan Lewis dan Booms, Smith dan Houston

menegaskan bahwa kepuasan terhadap pelayanan berhubungan dengan

kesesuaian atau ketidaksesuaian terhadap harapan. Smith dan Houston

mendasarkan penelitiannya kepada paradigma ketidaksesuaian, yang

mengandung arti bahwa kepuasan itu berhubungan dengan ukuran dan

langsung terarah pada pengalaman ketidaksesuaian, di mana

ketidaksesuaian berhubungan dengan pengalaman pertama seseorang

dalam menggunakan sebuah produk atau jasa (dikutip dalamTjiptono

(49)

Pelayanan yang memuaskan akan memberikan gambaran yang baik

terhadap produsen. Sebaliknya jika pelayanan yang kita berikan sangat

mengecewakan, maka kesan yang tercipta akan buruk jadinya. Kualitas

pelayanan dapat memberikan suatu dorongan yang kuat pada

pelanggan untuk membentuk suatu hubungan yang baik dengan badan

usaha. Dalam jangka panjang, hubungan tersebut mengharuskan badan

usaha untuk lebih memahami secara lebih seksama harapan serta

kebutuhan pelanggan.

Menurut Zeithaml dan Bitner (2003:84) kualitas layanan lebih

menekankan pada persepsi dari konsumen terhadap keunggulan atau

kelebihan dari sebuah jasa/pelayanan. Karena kualitas pelayanan

merupakan persepsi konsumen, maka untuk mengevaluasi kualitas

layanan, salah satu kriteria yang diterapkan adalah apakah kualitas

layanan yang diberikan sudah sesuai dengan persepsi konsumen.

Apabila tidak sesuai dengan persepsi konsumen maka dapat dikatakan

bahwa suatu layanan tidak atau kurang berkualitas. Demikian pula

sebaliknya, apabila telah sesuai dengan persepsi konsumen maka

sebuah layanan dapat dikatakan berkualitas.

2. Dimensi Kualitas Layanan

Menurut Parasuraman (dikutip dalam Tjiptono & Chandra,

2005:110) kualitas layanan dapat dikategorikan menjadi 5 dimensi

(50)

a. Berwujud (tangibles), merupakan penampilan fisik fasilitas,

peralatan, personil dan material komunikasi.

b. Keterandalan (reliability), merupakan kemampuan untuk

menampilkan pelayanan yang dijanjikan dengan dapat diandalkan

dan akurat. Yang termasuk dimensireliablityadalah:

1) Menyediakan pelayanan yang telah dijanjikan

2) Penanganan pelanggan yang dapat diandalkan

3) Memberikan pelayanan yang benar pada waktu pertama kali

4) Memberikan pelayanan sesuai dengan waktu yang telah

dijanjikan

5) Memberikan informasi kepada tamu kapan pelayanan akan

diberikan

c. Kecepat-tanggapan (responsiveness), yang mengandung makna

berupa kesediaan untuk membantu pelanggan dan menyediakan

pelayanan yang tepat. Dimensi ini meliputi:

1) Menyediakan pelayanan yang tepat bagi pelanggan

2) Kesediaan untuk membantu pelanggan

3) Kesiapan untuk merespon permintaan tamu

d. Jaminan (assurance),merupakan pengetahuan dan sopan santun

serta kemampuan karyawan untuk membangkitkan kepercayaan

dan kepercayaan diri. Dimensi jaminan ini terdiri dari:

1) Karyawan yang menanamkan kepercayaan terhadap diri

(51)

2) Membuat pelanggan merasa nyaman dalam melakukan

transaksi

3) Karyawan yang sopan

4) Karyawan yang memiliki pengetahuan untuk menjawab

pertanyaan pelanggan

e. Empati(empathy),merupakan bentuk perhatian secara individual

yang disediakan perusahaan kepada tamu; yang meliputi:

1) Memberikan perhatian secara individu kepada tamu

2) Karyawan yang memperlakukan tamu dengan penuh perhatian

3) Karyawan yang mengerti kebutuhan tamu

F. Harapan Konsumen

Harapan konsumen diyakini mempunyai peranan yang besar dalam

menentukan kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasan konsumen.

Pada dasarnya ada hubungan yang erat antara penentuan kualitas dengan

kepuasan konsumen. Dalam mengevaluasinya konsumen akan

menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan. Dengan demikian,

harapan konsumenlah yang melatar belakangi mengapa 2 (dua) organisasi

pada bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya. Dalam

konteks kepuasan konsumen, umumnya harapan merupakan perkiraan atau

keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya (Zeithaml et al.,

(52)

Harapan-harapan konsumen ini dari waktu ke waktu terus berkembang,

seiring dengan semakin banyaknya informasi yang diterima konsumen

serta semakin bertambahnya pengalaman konsumen. Harapan konsumen

dibentuk berdasarkan beberapa faktor diantaranya pengalaman dimasa

lampau, opini teman, informasi, dan juga perusahaan. Apabila jasa

minimum yang dapat ditoleransi dan yang dapat diharapkan, lalu yang

terjadi sama dengan atau bahkan melampaui harapan tersebut, maka akan

timbul kepuasan. Sebaliknya jika yang diharapkan adalah jasa ideal, maka

(53)

Segmensenior marketmenginap di hotel bintang lima di Yogyakarta

Pengukuran kepuasan dengan metodederived satisfaction

Harapan Persepsi

Dimensi Kualitas Layanan : 1. Berwujud (Tangibles)

2. Keterandalan (Reliability)

3. Kecepat-tanggapan (Responsiveness) 4. Jaminan (Assurance)

5. Empati (Empathy)

GAP

IM(PP-EP) = negatif Tidak Puas

IM (PP-EP) = nol Puas

IM (PP-EP) = positif Puas

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan gambaran singkat mengenai penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti.

Dalam kerangkan pemikiran di atas dijelaskan bahwa penulis meneliti

mengenai kepuasan senior market yang sedang check out atau pulang

setelah menginap di hotel bintang lima di Yogyakarta, metode yang

(54)

Pelanggan yang mengukur dan membandingkan besarnya harapan dengan

persepsi yang dinilai melalui 5 (lima) dimensi kualitas menurut

Parasuraman. Jika hasilnya adalah positif (+) maka senior market puas

dengan sub-sub variabel pelayanan hotel yang ada. Jika hasilnya nol (0)

maka senior market juga puas tetapi berada pada limit bawah karena

kinerja sama dengan harapan. Dan jika hasilnya negatif (-) maka senior

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta

(dalam Diah Utari, 2005:13), di mana penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan bagaimana tingkat kepuasan kelompok lanjut usia dengan

cara membandingkan antara harapan dan persepsi dari kelompok ini

terhadap layanan jasa yang disediakan oleh hotel bintang lima di

Yogyakarta.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di hotel bintang lima di Yogyakarta,

diantaranya :

a. Hotel Grand Quality Yogyakarta

Jl. Adisucipto No. 48 P.O Box 82, Yogyakarta 55281

b. Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta

Jl. Laksda Adisucipto KM 8,7 Yogyakarta 55282

(56)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilangsungkan pada tanggal 30 Maret sampai dengan 24

April tahun 2010

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah senior market yangcheck out atau pulang

setelah menginap di Hotel Grand Quality dan Hotel Sheraton Mustika

di Yogyakarta

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah variabel-variabel yang menjadi perhatian

pokok dalam penelitian. Objek pada penelitian ini adalah kepuasan

konsumen terhadap layanan jasa yang ditawarkan oleh Hotel Grand

Quality dan Hotel Sheraton Mustika di Yogyakarta

D. Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang diteliti meliputi :

1. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang tidak

bergantung pada variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah layanan jasa hotel bintang lima di Yogyakarta yang meliputi :

a) Berwujud(tangibles)

(57)

c) Kecepat-tanggapan(responsiveness)

d) Jaminan(assurance)

e) Empati(empathy)

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang

tergantung pada variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kepuasan senior market terhadap layanan jasa hotel bintang

lima di Yogyakarta.

E. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung atas objek penelitian yang

berkaitan dengan penelitian dan merupakan data utama.

Dalam penelitian ini data primer adalah data yang diperoleh dari hasil

pengisisan kuisioner dan wawancara yang diperoleh atas objek

penelitian.

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atas objek

penelitian, sumber data ini digunakan sebagai pelengkap data primer.

Dalam penelitian ini data sekunder adalah data yang diperoleh dari

studi pustaka dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan

(58)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket atau Kuisioner

Adalah metode pengumpulan data dengan cara membuat sejumlah

pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk

memperoleh sejumlah data tentang identitas dan penilaian responden

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam

menggunakan layanan jasa hotel bintang lima di Yogyakarta

2. Observasi

Adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

langsung terhadap objek yang diteliti, dalam penelitian ini ditujukan

pada konsumen yang menggunakan layanan jasa hotel bintang lima di

Yogyakarta

3. Wawancara

Metode pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung dari

pengelola hotel untuk memperoleh informasi atau keterangan yang

dibutuhkan yang berkaitan dengan keadaan hotel bintang lima di

Yogyakarta

G. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang dinyatakan dalam

kriteria atau operasi yang dapat diuji secara khusus. Dalam penelitian ini,

(59)

1. Harapan

Merupakan keinginan responden lanjut usia terhadap kualitas layanan

sebelum menginap di hotel, dimana harapan ini mencakup 5 (lima)

dimensi kualitas layanan, yaitu reliability, responsiveness, assurance,

empathy, tangible. Skala pengukuran harapan yang digunakan adalah

denganfive-point likert-scaledimana 1= sangat tidak penting, 2= tidak

penting, 3= netral, 4= penting, 5= sangat penting.

2. Persepsi

Merupakan penilaian responden lanjut usia terhadap kualitas layanan

setelah menginap di hotel, dimana persepsi ini juga mencakup 5

dimensi kualitas layanan, yaitu reliability, responsiveness, assurance,

empathy, tangible. Skala pengukuran harapan yang digunakan adalah

dengan five-point Likert-scale dimana 1= sangat tidak puas, 2= tidak

puas, 3= netral, 4= puas, 5= sangat puas.

3. Kualitas Layanan

Definisi kualitas layanan adalah ukuran untuk mengukur seberapa baik

pelayanan yang diberikan dibandingkan dengan harapan konsumen,

yang mengacu dari 5 (lima) dimensi menurut Parasuraman, yaitu :

a. Keterandalan(reliability)

Definisi operasional dari keterandalan adalah kemampuan hotel

untuk menampilkan pelayanan yang dapat diandalkan dan akurat

kepada konsumen. Indikator empirik:

(60)

2) Kemampuan menangani masalah dengan baik

3) Memberikan layanan yang benar sejak awal

b. Kecepat-tanggapan(responsiveness)

Definisi operasional dari kecepat-tanggapan adalah kesediaan atau

kesiapan karyawan dalam memberikan pelayanan yang cepat.

Indikator empirik:

1) Kesiapan merespon kebutuhan tamu

2) Kesediaan untuk membantu

c. Jaminan (assurance)

Definisi operasional dari jaminan adalah pengetahuan dan

kemampuan staf hotel untuk menumbuhkan keyakinan dan rasa

percaya diri konsumen. Indikator empirik:

1) Kesopanan dan keramahan staf

2) Kemampuan untuk menjawab pertanyaan tamu

3) Peralatan dan lingkungan yang aman dan nyaman

d. Empati(empathy)

Definisi operasional dari empati adalah berupaya untuk memahami

kebutuhan tamu hotel secara individu. Indikator empirik:

1) Perhatian staf secara individu kepada tamu

2) Memahami kebutuhan khusus tamu

(61)

e. Fasilitas fisik(tangible)

Definisi operasional dari fasilitas fisik adalah merupakan tampilan

dari fasilitas fisik, peralatan dan seluruh staf hotel. Indikator

empirik:

1) Papan penunjuk arah mudah dilihat

2) Fasilitas ekstra memadai

3) Lampu di kamar cukup terang

4) Porsi makanan cukup

5) Jadwal, informasi, dan menu mudah untuk dibaca

6) Fasilitas pengobatan yang baik

7) Pintu yang lebar untuk tamu lanjut usia yang menggunakan

kursi roda

4. Derajat Kepentingan

Derajat kepentingan adalah seberapa penting masing-masing atribut

atau karakteristik yang digambarkan dalam setiap pernyataan bagi

kepuasansenior marketterhadap layanan hotel.

H. Teknik Pengukuran Variabel

Sebelum dianalisis data perlu diukur, untuk keperluan ini peneliti

menggunakan skala angka likert, skala ini memiliki alternatif jawaban

(62)

Alternatif jawaban Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

KONSEP VARIABEL SKALA PENGUKURAN

Kepuasan Konsumen

1. Dimensi tangibles Skala interval dengan menggunakan skala likert 2. Dimensireliability Skala interval dengan

menggunakan skala likert 3. Dimensiresponsiveness Skala interval dengan

menggunakan skala likert 4. Dimensiassurance Skala interval dengan

menggunakan skala likert 5. Dimensiempathy Skala interval dengan

menggunakan skala likert

I. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah senior marketyang berusia 60 tahun ke atas yang

check out atau pulang setelah menginap di hotel bintang lima di

(63)

2. Sampel

Sampel adalah wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini

penulis mengambil 100 orang senior market yang pernah atau sedang

menginap di hotel bintang lima di Yogyakarta. Teknik pengambilan

sampel apabila populasinya tidak diketahui secara pasti, digunakan

rumus sebagai berikut (Umar, 2003:150) :

Rumus :

n=

Keterangan :

n =jumlah sampel

Z = batas luar daerah

NilaiZ adalah sebesar 1,96 angka ini didapat dari tabel tstudent

karena pada kondisi di mana nilai deviasi standar rata-rata tidak

diketahui. Maka tabel tidak berdistribusi normal langsung, sehingga

untuk jumlah populasi yang tak terbatas atau yang berjumlah besar

akan mengikuti nilai tabel Z.

E = kesalahan maksimum yang mungkin dialami.

Dengan taraf signifikansi (α) sebesar 5 % dan kesalahan

maksimum yang mungkin dialami (E) adalah sebesar 10%, sedangkan

deviasi standar rata-ratanya tidak diketahui, maka besarnya sampel

(64)

n=

n=

n= 96,04

Dengan demikian peneliti membulatkan menjadi 100 responden

untuk memudahkan penelitian.

J. Sampling

Penelitian ini menggunakan Non Random Sampling karena peneliti

menghadapi populasi yang tidak terbatas jumlahnya dan tidak ada daftar

nama anggota populasi. Dengan menggunakan teknikpurposive sampling,

di mana memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Anggota sampel ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu yang

dianggap mempunyai hubungan yang erat dengan ciri populasi.

2. Peneliti dengan sengaja menentukan anggota sampelnya berdasarkan

pengetahuannya tentang keadaan populasi.

K. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik pengujian instrumen dapat dilakukan dengan melakukan

pengujian Validitas dan Reliabilitas.

1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu

mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian yang dilakukan oleh

(65)

koefisien Korelasi Product Moment menurut Sutrisno (dalam Utari,

2005 : 29) :

di mana :

rxy = koefisien korelasi product moment

n = jumlah sampel

∑X = jumlah total skor item

∑Y = jumlah total dari nilai skor total

∑XY = jumlah hasil kali skor item dengan skor total

= jumlah kuadrat skor item

= jumlah kuadrat skor total

Untuk menentukan instrumen itu valid atau tidak maka

ketentuannya adalah sebagai berikut:

a. Jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf keyakinan 95 %, maka

instrumen tersebut dikatakan valid.

b. Jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95 %, maka

instrumen tersebut dikatakan tidak valid.

Tetapi untuk lebih memudahkan dalam pengujian ini saya

menggunakan program SPSS.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Kountour (2003:156) suatu instrumen penelitian disebut

(66)

penilaian atas apa yang diukur, jika hasil penilaian yang diberikan oleh

instrumen tersebut konsisten memberikan jaminan bahwa instrumen

tersebut dapat dipercaya.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Cronbach’s

Alpha(α) yaitu teknik pengujian reliabilitas suatu test atau angket yang

jawabannya atau tanggapannya berupa pilihan. Pilihannya dapat terdiri

dari dua pilihan atau lebih (Kountour, 2003:158).

Cronbach’s Alpha dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut

(Kountour, 2003 : 158) :

keterangan :

: Reliabilitas instrumen

N : Banyaknya butir pertanyaan

: Jumlah varian butir

: Varian total

Untuk menentukan instrumen tersebut reliabel atau tidak maka

ketentuannya adalah sebagai berikut :

a. Jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf keyakinan 95%, maka

instrumen tersebut dikatakan reliabel.

b. Jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95%, maka

instrumen tersebut dikatakan tidak reliabel.

Tetapi untuk lebih memudahkan dalam pengujian ini peneliti

(67)

L. Teknik Pengujian Data

1. Untuk menjawab masalah pertama dan kedua menggunakan analisis

persentase yang digunakan untuk mengetahui harapan, persepsi dan

lain-lain. Analisis dilakukan berdasarkan hasil jawaban yang diperoleh

dari responden.

Rumus analisis persentase menurut Sugiyono (1993:63) :

di mana :

P = jumlah Persentase

= jumlah yang akan dianalisis

= jumlah Total

2. Untuk menjawab masalah ketiga menggunakan Analisis Kepuasan

Konsumen dalam hal ini senior market. Ada beberapa cara mengukur

kepuasan pelanggan (Tjiptono, 2001:37-38)

Dalam analisis ini dipakai rumus dari Fandi Tjiptono, yaitu :

di mana :

IKP = Indeks Kepuasan Pelanggan

IM = Derajat Kepentingan (Important Degree)

PP = Kinerja (Perceived Performance)

EP = Harapan (Expectation)

IKP = IM (PP-EP)

(68)

Langkah-langkah dalam menganalisis masalah ini adalah :

a. Membuat tabel di mana kolomnya terdiri atas :

- Kolom nomor kode

- Kolom kinerja (PP)

- Kolom harapan (EP)

- Kolom derajat kepentingan (IM)

- Kolom PP-EP

- Kolom IM (PP-EP)

b. Masukkan skor harapan, kinerja dan derajat kepentingan ke dalam

masing-masing kolom.

c. Menghitung dan mengisis kolom PP-EP

d. Menghitung dan mengisi kolom IM (PP-EP)

e. Jika hasil langkah 4 adalah positif (+) maka senior market puas

dengan sub-sub variabel pelayanan hotel yang ada. Jika hasilnya

nol (0) maka senior market juga puas tetapi berada pada limit

bawah karena kinerja sama dengan harapan. Dan jika hasilnya

negatif (-) maka senior markettidak puas dengan sub-sub variabel

Gambar

Tabel V.2Karakteristik Responden Berdasarkan Kota Asal Tamu
Tabel V.4Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menginap
Tabel V.5Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Tabel V.6Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa organisasi pembelajaran berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, maka dengan demikian penulis merekomendasikan supaya

�0 = Tidak terdapat pengaruh sikap berbahasa Indonesia terhadap kemampuan berbicara akademik pada mahasiswa Fakultas Keguruan. dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh

Setelah pada bab sebelumnya diuraikan tentang pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah (X 1 ) dan Iklim Organisasi (X 2 ) terhadap Kinerja Guru (Y) Madrasah Aliyah

Three samples (no. 88, 89 and 96), which belonged to the same group, exhibited quantitative di ! erences in their composition. Indeed, the sample no. Similarly, samples no. 97)

penasehat bagi staf medik dan pimpinan rumah sakit dalam semua hal yang berkaitan dengan penggunaan obat5.  Menetapkan Formularium

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-8, 2014 ISPRS Technical Commission VIII Symposium, 09 – 12 December

Setelah kelakuan ikan dirakam selama 6 minit selepas dimasukkan ke dalam tangki novel (berukuran 13×21.5×11.5 cm), ikan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam bikar bersaiz 250 ml

Metode perbaikan dipakai hanya pada penilaian kualitas berdasarkan penggunaan bahasa alami saja menggunakan metode manual dimana kata-kata yang berpotensi