• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditentukan dalam setiap organisasi dan efektivitas mempunyai arti yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditentukan dalam setiap organisasi dan efektivitas mempunyai arti yang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi dan efektivitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada kerangka acuan yang dipakai. Beberapa sarjana sosial seringkali meninjau efektivitas dari sudut kualitas kehidupan pekerja (orang yamg melakukan suatu tindakan). Rumusan mengenai efektivitas kegiatan atau program bergantu pada masalah, seberapa berhasilnya pencapaian sasaran yang dinyatakannya. Adapun pengertian efektivitas menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sasaran dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan

(2)

(

Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat 1986 (

http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-efektifitas.html/diakses tanggal 15 Juni 2013).

http://blog.wordPress.com/defenisi dan pengertian efektifitas/28 Maret/2009/diakses tanggal 15 Juni 2013)

Dari pengertian-pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan dikatakan efektivitas apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan kebutuhan.

yang menjelaskan bahwa: “Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai, makin tinggi efektivitas”.

Berdasarkan beberapa pendapat dan teori efektivitas yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktivitas perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu:

(3)

2. Tepat Sasaran 3. Tepat Waktu

4. Tercapainya Tujuan

5. Perubahan Nyata (Sustrisno, 2007:125-126)

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas tersebut efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:

1 . Pendekatan Sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran lembaga dan mengukur tingkat keberhasilan lembaga dalam sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi Official Goal dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Pendekatan Sumber

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga

(4)

harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langkah dan bernilai tinggi. Mendapatkan berbagai jenis sumber untuk memilihara sistem dari suatu lembaga merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas.

3. Pendekatan Proses

Pendekatan proses menggangap efektivitas sebagai efesien dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara koordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki oleh lembaga, yang menggambarkan tingkat efesien serta kesehatan lembaga (Camel 1989:115).

2.2 Program Pelatihan Keterampilan

Pelatihan keterampilan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performasi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau

(5)

satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Supaya efektif, pelatihan biasanya harus mencakup pengalaman belajar (Learning Experience), aktivitas-aktivitas yang terencana, dan didesain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil diindentifikasikan. Secara ideal, pelatihan harus didesain untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi, yang pada waktu yang bersamaan juga mewujudkan tujuan-tujuan dari para pekerja secara perorangan (Gomes, 2003:197).

Pelatiahan keterampilan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling dapat dilihat dan paling umum dari semua aktivitas. Para penyelenggara menyokong pelatihan karena melalui pelatihan para peserta, dalam hal ini klayen conventional akan menjadi lebih terampil, dan lebih produktif. Pelatihan lebih sebagai sasaran yang ditujukan pada upanya untuk lebih memberdayakan seseorang yang kurang berdaya dari sebelumnya, mengurangi dampak-dampak negatif yang dikarenakan kurangnya pendidikan, pengalaman yang terbatas, atau kurangnya kepercayaan diri dari klayen conventional.

Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmania seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian, klayen conventional yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil. Sedangkan Reber (dalam Syah, 2005:121) mengataka bahwa keterampilan adalah kemampuan

(6)

melakukan pola-pola tingkahlaku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.

Belajar keterampilan adalah belajar menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat saraf dan otot-otot. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmani tertentu. Dalam jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Supaya efektif, pelatihan-latihan merupakan solusi yang tepat bagi permasalahan organisasi, yakni bahwa pelatihan tersebut harus dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan keterampilan (Syah, 2005:126).

Menurut sudjana (1996:17), keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan bergerak dari yang sangat sederhana ke yang sangat kompleks. Keterampilan dapat dibedakan menjadi dau macam, yaitu psikomotor dan intelaktual. Keterampilan psikomotor antara lain adalah menggergaji, mengecat tembok, menari, mengetik. Sedangkan keterampilan intelektual ialah memecahkan soal hitungan, melakukan penelitian, membuat kesimpulan dan sebagainya. Namun, sebenarnya hampir semua keteramplan terdiri atas kedua unsur tersebut. Hanya saja ada keterampilan yang lebih menonjol unsur psikomotornya sedangkan keterampilan yang lain lebih menonjol unsure intelektualnya.

Keterampilan merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada klayen conventional untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang

(7)

bermanfaat langsung bagi kehidupan mereka. Klayen conventional melakukan interaksi dengan benda-benda produk kerajinan dan teknologi yang ada dilingkungan asrama saat pelatihan keterampilan, sehingga memperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif. Pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku klayen conventional cekat, cepat dan tepat melalui pembelajaran yang diberikan oleh instruktur.

Metode pelatihan merupakan bentuk yang dipilih dalam pelatihan yang menyediakan langsung keterampilan untuk klien conventional. Adapun prinsif umum bagi metode pelatihan harus memenuhi sebagai berikut:

a) Memotivasi klayen conventional untuk belajar keterampilan baru.

b) Memperlihatkan keterampilan-keterampilan yang diinginkan untuk dipelajari. c) Harus konsisten dengan isi, misalnya, dengan menggunakan pendekatan

interaksi untuk mengajarkan keterampilan.

2.2.1 Tujuan Program Pelatihan Keterampilan

Program pelatihan keterampilan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bekerja dan bersosialisasi di lingkungan dengan baik sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya, membantu klayen conventional untuk dapat memiliki keterampilan, membentuk karakter, sikap sopan terhadap orang lain dan menjadikan klayen agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan.

(8)

2.3. Klayen conventional

Klayen conventional adalah residen yang sudah menginjak usia remaja dan mengalami berbagai permasalahan yaitu putus sekolah, ingin mencoba-coba menggunakan narkoba, tidak memiliki keterampilan dan mengalami proses demoralisasi sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkugannya, khusunya menyangkut kehidupan para anak yang nakal dan dianggap menganut pola hidup yang sangat memalukan dan biasanya menempuh kehidupan tanpa harapan, atau bahkan bisa menjadi gila oleh tingkah lakunya sendiri. Untuk mengatasi segala permasalahan, mereka dibina di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara dengan mengadopsi metode therapeutic community dalam setiap kegiatannya menggunakan pendekatan pekerjaan sosial dan menjalanin rehabilitasi sosial berupa bimbingan sosial, mental, fisik, vokasional dan berbagai program pelatihan keterampilan yang diberikan oleh PSPP “insyaf” sehingga nantinya mereka dapat menjadi anak-anak yang terampil dengan baik.

2.4 PSPP INSYAF

Panti sosila parmadi putra “insyaf” ini adalah pusat rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan napza dengan memberi rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar, pembinaan fisik, mental sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi dan bimbingan lanjutan bagi korban penyalahgunaan napza agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam

(9)

kehidupan bermasyarakat. Korban penyalahgunaan napza dapat melaksanakan keberfungsian sosialnya yang meliputi kemapuan dalam melaksanakan peran, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah yang dihadapinya dan aktualisasi diri.

Panti rehabilitasi ini adalah panti yang memberikan program pelatihan keterampilan dalam usaha-usaha menggali potensi dan bakat para klayen. Program pelatihan keterampilan yang diberikan ialah:

1. Keterampilan desain grafis 2. Keterampilan elektronika 3. Keterampilan ngelas

4. Keterampilan perbengkelan roda dua 5. Keterampilan perbengkelan roda empat

Panti sosial rehabilitasi korban penyalahgunaan napza ini juga memberikan beberapa kaitan lainnya yaitu mendidik para klayen, antara lainnya adalah bimbingan rehabilitasi seperti, bimbingan motivasi pemangkasan sikap dan prilaku, dinamika kelompok, olah raga dan pembinaan rohani. Semuanya itu dilakukan dengan tujuan mendukung penguasaan pelatihan keterampilan dengan baik.

2.5 Kerangka Pemikiran

Seiring dengan kemajuan zaman dalam kenyataan ini penggunaan napza semakin meningkat terutama dikalang anak-anak atau remaja, sehingga timbul pelanggaran hukum yang terjadi dimasyarakat, tetapi pelanggaran hukum tersebut

(10)

atau remaja tersebut harus terpaksa menghadapi situasi yang amat rentan terhadap kekerasan baik fisik maupun emosiona yang menghancurkan martabat dan masa depat mereka.

Oleh karena itu panti sosial parmadi putra “insyaf” merupakan instansi pemerintah dan sebagai pelayanan teknis yang menampung, merawat dan membina klayen dengan baik. Panti tersebut juga memberi program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional dan bersifat berkelanjutan yang dilaksanakan setiap hari senin sampai hari jumat di panti dalam waktu yang telah ditentukan oleh panti. Pengajar program pelatihan keterampilan tersebut dilaksanakan oleh instruktur pengajar yang dipanggil dari luar panti tersebut dan penyelenggara program pelatihan keterampilan tersebut adalah Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara.

Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara menjalankan program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional dengan tujuan membantu klayen untuk memiliki keterampilan, terampil dalam satu bidang, meningkatkan pengetahuan, membentuk karakter dan sikap sopan klayen agar berperilaku baik dan lebih menghargai orang lain, membentuk hubungan dan kerjasama yang baik antara klayen, instruktur pengajar, orang tua, masyarakat dan lembaga pemberi program pelatihan keterampilan tersebut.

Melihat keefektivan program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara dapat dilihat dari beberapa

(11)

indikator yang sesuai untuk dapat mencapai keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan kegiatan, yaitu:

1. Pemahaman program, yaitu dilihat dari sejauh mana klayen conventional dapat memahami kegiatan program pelatihan keterampilan di panti sosial parmadi putra “insyaf” sumatera utara yang diberikan.

2. Tepat sasaran, yaitu dilihat dari apakah klayen conventional yang sudah diberikan pemahaman pengetahuan dan keterampilan adalah sasaran yang sesuai dengan program pelatihan keterampilan.

3. Tepat waktu, yaitu dilihat dari apakah penggunaan waktu untuk program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional di panti sosial parmadi putra “insyaf” sumatera utara dilakukan sesuai dengan yang sudah ditentukan. 4. Tercapainya tujuan, yaitu dilihat dari cara pencapaian tujuan yang ditetapkan

melalui kegiatan program pelatihan keterampilan.

5. Perubahan nyata, yaitu dilihat dari bagaimana kegiatan tersebut memberikan efek atau dampak yang baik maupun adanya perubahan nyata bagi klayen conventional.

Adapun untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, dapat dilihat pada bagan alir pemikiran berikut ini:

(12)

Bagan 1

Bagan Alir Pikir

Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara

Program pelatihan keterampilan: 1. Keterampilan mengelas 2. Keterampilan desain grafis 3. Keterampilan elektronika 4. Keterampilan perbengkelan R 2 5. Keterampilan perbengkelan R 4

Klayen Conventional

Indikator efektivitas program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional:

1. Pemahaman Program 2. Tepat Sasaran

3. Tepat Waktu

4. Tercapainya Tujuan 5. Perubahan Nyata

(13)

2.6 Defenisi Konsep dan Operasional

2.6.1 Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah batasan arti dan gambaran hubungan dari antara unsur-unsur yang ada di dalamnya (Siagian 2011:56).

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal-hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipa suatu persamaan persepsi (Silalahi, 2009:112).

Memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan di gunakan, maka peneliti membatasi konsep yang di gunakan sebagai berikut:

1. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan keberhasilan suatu program berdasarkan pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, maka tercapainya tujuan yang mengarah pada perubahan nyata yang diharapka pada program.

2. Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesain rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi.

(14)

3. Klayen conventional adalah residen yang sudah menginjak usia remaja dan mengalami berbagai permasalahan yaitu putus sekolah, ingin mencoba-coba menggunakan narkoba, tidak memiliki keterampilan dan mengalami proses demoralisasi sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkugannya. 4. Panti Sosial Parmadi putra “insyaf” ini adalah pusat rehabilitasi sosial korban

penyalahgunaan napza dengan memberikan bimbingan, rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar, pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi dan bimbingan lanjutan bagi korban penyalahgunaan napza agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidpan bermasyarakat.

2.7.2 Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, penelitian maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditunjukan dalam upanya transportasi konsep kedunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011:141).

Defenisi operasional dalam Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Klayen Konventional di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:

(15)

a. Sumber informasi responden tentang program pelatihan keterampilan. b. Tingkat pemahaman dan ketertarikan responden setelah mendapatkan

informasi tentang program pelatihan keterampilan.

c. Pengetahuan responden mengenai tujuan program pelatihan keterampilan. 2. Tepat sasaran, meliputi:

a. Pihak yang diutamakan adalah klayen conventional.

b. Anak atau remaja responde termasuk kedalam sasaran program pelatihan keterampilan.

3. Tepat waktu, meliputi:

a. Mulai kapan saudara mendapat bantuan program pelatihan keterampilan. b. Ketepatan waktu mendapatka program pelatihan keterampilan.

c. Frekuensi mendapatkan program pelatihan keterampilan. 4. Tercapainya tujuan, meliputi:

a. Meningkatkan pengetahuan klayen conventional.

b. Meningkatkan kemandirian dan keterampilan diri sendiri. c. Perlu tidaknya program pelatihan keterampilan.

5. Perubahan nyata, meliputi: a. Sikap

b. Perilaku c. Pengetahuan d. Kemampuan fisik e. Kemandirian

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat staf bagian atau departemen yang meminta barang datang untuk mengambil barang permintaannya, oleh staf bagian gudang dilakukan lagi pengecekan ulang

Pada putaran idle (1500 rpm) konsentrasi HC yang dihasilkan lebih tinggi oleh masing- masing bahan bakar bila dibangdingkan dengan putaran 4000 rpm dikarenakan

Jembatan merupakan alat penghubung yang penting dalam jaringan transportasi jalan, yang berfungsi untuk menghindari gangguan/hambatan alam atau buatan manusia.Jembatan juga

Peserta didik dalam kelompoknya masing-masing diminta berdiskusi untuk menemukan tokoh dan wataknya yang disertai bukti dalam kutipan yang terdapat dalam cerpen di

Insidensi tumor pada kelompok perlakuan ekstrak dosis 250 mg/kg BB mencapai 4/10 dalam waktu 16 minggu, artinya hanya 4 ekor tikus yang terkena tumor mamae (n=10).. Adapun

Bila diatas jalur penggalian terdapat tiang-tiang listrik, telepon, atau sarana lainnya, maka Instalatur agar mengamankannya dengan mengadakan dan memasang

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Pengembangan mobile learning bertujuan terjadi proses belajar sepanjang waktu (long life learning), peserta didik dapat lebih aktif dalam proses