1
PENGARUH MENTAL ARITMATIKA SEMPOA TERHADAP
KREATIVITAS ANAK DI SEMPOA KREATIF
KABUPATEN PONOROGO
SKRIPSI
OLEH:
LANNY MUSTIKA DWI CAHYANTI
NIM: 210613101
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
ABSTRAK
Mustika Dwi Cahyanti, Lanny. 2017. Pengaruh Mental Aritmatika Sempoa
terhadap Kreativitas Anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Kurnia Hidayati, M.Pd.
Kata Kunci: Mental Aritmatika Sempoa dan Kreativitas.
Penelitian ini diadakan dengan latar belakang bahwa pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Pendidikan tak hanya dalam kegiatan formal, namun dapat diperoleh dalam kegiatan nonformal. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Sempoa kreatif adalah salah satu lembaga nonformal yang menerapkan metode mental aritmatika dengan menggunakan alat bantu sempoa. Salah satu tujuan mental aritmatika adalah untuk meningkatkan kreativitas anak. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata.
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu (1) Bagaimana kemampuan mental aritmatika sempoa anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo? (2) Bagaimana kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo? (3) Adakah pengaruh mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, datanya berupa angka-angka dan menggunakan teknik regresi sederhana. Perhitungannya menggunakan rumus regresi linier sederhana. Adapun jumlah populasinya adalah semua siswa Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 60 anak. Untuk sampel penelitian ini mengambil seluruh jumlah populasi berjumlah 60 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan penilaian skala Guttman.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa
dan negara. Kemajuan suatu negara bergantung kepada cara kebudayaan cara
tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan
hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota
masyarakatnya.1
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikn Nasional (UU
Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tegas
sekali disampaikan UU Sisdiknas tersebut bahwa tujuan diselenggarakannya
pendidikan adalah agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang
ada dalam dirinya.2
1
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:PT Rineka Cipta, cet.3, 2009), 6.
2
Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia sendiri terbagi dalam tiga
jalur utama; yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan
informal. Sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 26m
ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Lebih lanjut dalam ayat 2 dijelaskan
pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik (warga
belajar) dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.3
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya,
sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.4
Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah
berkembang demikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi
manapun, termasuk masyarakat Indonesia telah sedikit banyak telah menikmati
buah karya ilmu pengetahuan, seni dan teknologi. Pada dasarnya ilmu
pengetahuan, seni dan teknologi akan terus berkembang sejalan dengan
perkembangan manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat majunya sebuah
3
Irmala Jelita, “Evaluais Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal di Panti Asuhan Uswatun Hasanah Samarinda”, Vol 03, Nomor 03 (2015), 66.
4
peradaban. Dengan potensi yang diberikan Tuhan, manuisa terus
mengembangkan diri dan membangun peradabannya. Melalui ilmu pengetahuan
manusia dapat memperbaiki kekurangannya dan menciptakan hal-hal baru yang
berdaya guna dalam kehidupan masyarakat banyak.5
Namun pada kenyataannya, tidak semua orang mau berpikir dan bekerja
keras. Tidak semua orang berani berkhayal dan mewujudkan khayalannya. Tidak
semua orang mau berkarya meskipun dicerca. Tidak semua orang punya
keinginan untuk selalu maju dan meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa
pencari pengetahuan yang besar.6 Untuk memecahkan persoalan yang dihadapi sebagai upaya mencapai kemajuan memerlukan kemampuan kreatif.7 Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan
intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan
baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan dan membangkitkan ide-ide
yang tidak terduga.8
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata.9 Menurut Supriadi kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
5
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak (Jakarta: Kencana, 2010), 3.
6Ibid.,
4.
7
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 192.
8
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning (Bandung: Kaifa, 2010), 214.
9
gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.10 Sedangkan menurut Cameron, kreativitas adalah ciptaan alami kehidupan.
Menciptakan berarti menyadari potensi terdalam kita, dan dengan melakukannya
kita memperkaya potensi masyarakat, memperkaya konteks yang kita tempat.11 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang kreatif
mendapat rangsangan (dengan melihat, mendengar dan bergerak) akan lebih
berpeluang lebih cerdas dibanding dengan sebaliknya.12 Secara kodrati, manusia dalam proses belajarnya terlebih dahulu memanfaatkan belahan otak kiri. Dalam
tingkat pengembangan isi bahan pelajaran, pendidik perlu merangsang
pemanfaatkan otak belahan kanan dengan menggunakan strategi yang dapat
mengoptimalkan kerja belahan otak kanan, salah satunya adalah utuk
mengembangkan kreativitas anak. Karena dalam kehidupan ini juga dituntut
kreativitas yang sangat beragam bidangnya, yang tak bisa diperoleh hanya dari
sekolah formal saja.13
Salah satu usaha untuk mengembangkan kreativitas anak adalah dengan
memanfaatkan media pembelajaran. Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
10
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:PT Rineka Cipta, cet.3, 2009), 13.
11
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning (Bandung: Kaifa, 2010), 213.
12
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak (Jakarta: Kencana, 2010), 27.
13
siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.14
Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar. Media sendiri memiliki ciri-ciri umum yang salah satunya
adalah media sebagai perangkat keras yaitu sesuatu yang dapat dilihat, didengar
atau diraba dengan panca indera.15
Penggunaan media pembelajara adalah salah satu usaha untuk
merangsang kreativitas anak. Bahkan lembaga-lembaga pendidikan non formal
kini banyak yang memanfaatkan media pembelajaran sebagai komponen utama
dalam rangkaian kegiatannya. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan media
sempoa.
Sempoa adalah alat hitung tradisional dari Asia Timur, seperti Cina,
Korea, Taiwan dan Jepang. Ditemukan lebih kurang 1800 tahun yang lalu dan
mempunyai inti kerja menaik turunkan biji sempoa secara nyata.16 Sempoa bermanfaat untuk Meningkatkan kreativitas anak, salah satu pemicu kreativitas
14
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2013), 19-20.
15Ibid.,
6.
16 Makalah Treining Guru Sempoa
anak adalah dengan sering menggunakan otak kanan. Dalam menghitung
menggunakan mental, anak harus mampu membayangkan gerakan manik-manik.
Dengan sering melatih mental, maka anak menjadi terbiasa menggunakan daya
khayalnya atau imajinasinya, dan kreativitas anak semakin berkembang.
Walaupun manusia menikmati manfaat yang ditimbulkan melalui
perkembangan seni, sains dan teknologi, serta menyadari pentingnya memelihara
nilai-nilai kreativitas, bukan berarti tidak ada masalah. Salah satu masalah
muncul karena kita tidak mengatahui bagaimana menjaga dan memelihara
potensi kreatif ini sehingga salah jalan dalam melakukan pendidikan. Banyak
persoalan yang muncul menyangkut pengembangan potensi manusia melalui
pendidikan. Orang tuanya menyadari anaknya harus mengenyam pendidikan
tinggi, namun akhirnya mengabaikan kebutuhan alami mereka.
Demikian juga lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan lebih
banyak melakukan kegiatan-kegiayan yang berorientasi pada pengembangan
akademik dan menjejali siswa dengan berbagai data dan informasi yang lebih
mendominasi pada perkebangan otak kiri. Pendidikan menjadi bersifat verbalistis
dan mekanistis, dimana anak lebih banyak mengenal dan menghafal serangkaian
kata-kata dan istilah serta rumusan angka dan simbol-simbol, tanpa memahami
makna pendidikan yang diharapkan dapat memelihara generasi yang cerdas,
kreatif, mandiri, berkepribadian, dan percaya diri.17
Peneliti memilih lokasi penelitian di Sempoa Kreatif Kabupaten
Ponorogo karena didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan,
keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Di Sempoa Kreatif
Kabupaten Ponorogo merupakan lembaga nonformal yang memanfaatkan
perkembangan otak kanan, namun kreativitas anak masih tergolong rendah.
Dengan pemilihan lokasi ini peneliti berharap menemukan hal-hal yang
bermakna dan baru.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH MENTAL ARITMATIKA
SEMPOA TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI SEMPOA KREATIF
KABUPATEN PONOROGO”
B. Batasan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah seperti diuraikan sebelumnya, maka
dalam penelitian ini permasalahan akan dibatasi pada rendahnya kreativitas anak
di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.
17
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan mental aritmatika sempoa anak di Sempoa Kreatif
Kabupaten Ponorogo?
2. Bagaimana kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo?
3. Adakah pengaruh mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas
anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan mental aritmatika sempoa anak di Sempoa
Kreatif Kabupaten Ponorogo.
2. Untuk mengetahui kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.
3. Untuk mengetahui pengaruh mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas
anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama:
1. Secara teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menguji ada tidaknya
regresi/pengaruh antara mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap
b. Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian
yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai pengaruh
mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak.
2. Secara praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas anak
dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam kegiatan sempoa kreatif.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk
meningkatkan kreativitas anak dalam kegiatan sempoa kreatif.
c. Bagi lembaga Sempoa Kreatif
Sebagai bahan masukan untuk melakukan langkah baik untuk
mengembangkan kreativitas anak dalam kegiatan sempoa kreatif.
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan pengetahuan dan lebih memperdalam tentang
pembelajaran yang merangsang kreativitas anak.
F. Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan ini dibagi menjadi beberapa bab, dimana
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan diakhiri sistematika pembahasan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang deskripsi teori, atau telaah pustaka, kerangka kerangka
berpikir yang meliputi, pengertian mental aritmatika, manfaat mental
aritmatika pada anak, sejarah dan pengertian sempoa, bagian-bagian
sempoa, pengertian kreativitas, ciri-ciri kreativitas, dan
perkembangan kreativitas, telaah hasil penelitian terdahulu, kerangka
berpikir dan pengajuan hipotesis.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrumen
pengumpulan data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis
data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data,
pengolahan data yang ditemukan kemudian dianalisis sesuai dengan
data yang diperoleh atau pengajuan hipotesis yang dihitung melalui
statistik, kemudian menginterpretasikan terhadap hasil analisis data
BAB V : PENUTUP
Merupakan bab terakhir dan semua rangkaian pembahasan dari bab
BAB II
LANDASAN TEORI, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU,
KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.Landasan Teori
1. Mental Aritmatika
a. Pengertian Mental Aritmatika
Bagi banyak orang mendengar mental aritmetics (atau jika
diterjemahkan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia adalah aritmatika
mental) mungkin adalah hal baru. Istilah ini mulai populer di Indonesia
seiring dengan masuknya pendidikan mental aritmatika itu.
Mental aritmatika selama ini sering diidentikan dengan sempoa
padahal sebenarnya sangat berbeda. Mental yang berarti pikiran dan
aritmatika yang berarti berhitung. Jadi secara harfiah mental aritmatika
adalah berhitung menggunakan pikiran atau tanpa alat bantu. Misalnya,
kalkulator, komputer, pena, abacus, melainkan semata-mata hanya
menggunakan otak kita atau sempoa bayangan.18
Mental aritmatika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan
eksakta yang telah terbukti dan sangat berguna sebagai dasar pengembangan
kerangka dan cara berpikir seorang anak. Mental aritmatika dapat digunakan
untuk mengoptimalkan fungsi otak seorang anak, sehingga dapat
menghitung cepat hanya dengan pemikiran otak saja.19
Mental Aritmatika Sempoa adalah suatu program pengajaran untuk
mengoptimalkan fungsi otak sebelah kanan dengan menggunakan azas
aritmatika penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan pangkat
dua dengan alat bantu Sempoa pada tahap awal, kemudian beralih pada
sempoa bayangan.20
Awal dari operasi perhitungan aritmetika menggunakan sempoa
adalah dengan cara menaik turunkan biji sempoa dengan tangan secara
nyata. Kemudian proses perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan cara
membayangkan saja, yaitu menaikturunkan biji sempoa di dalam imajinasi.
Proses perhitungan seperti ini menjadi metode yang dikenal dengan Mental
Aritmet ika. Pada metode ini, sempoa hanya digunakan sebagai alat bantu
awal dan selanjutnya dapat melakukan perhitung di luar kepala.
Di dalam Mental Aritmatika, sempoa yang digunakan adalah
sempoa yang berpola 1 - 4. Sempoa jenis ini ditemukan sebagai alat yang
sedikit kendalanya untuk dibayangkan dalam memori otak manusia
dibandingkan sempoa berpola 2 - 5. Jika menggunakan sempoa berpola 2 -
5 akan sulit membayangkan angka tertentu, misalnya sepuluh (10). Angka
19 Dadi Rosadi & Dani, “Aplikasi Ajar Mental Aritmatika”, Computech & Bisnis, 4 (Desember, 2010), 132.
tersebut dalam sempoa berpola 2 - 5 dapat digambarkan dengan tiga
alternatif, dengan dua biji di atas yang bernilai lima, atau satu di atas
(bernilai lima) dan lima biji di bawah, atau dengan satu biji di tiang
berikutnya yang mewakili puluhan. Sedangkan sempoa berpola 1 - 4
mempunyai alternatif angka yang hanya satu saja. Dengan demikian sempoa
berpola 2 - 5 tidak dapat dibayangkan dengan mudah, karena
alternatif-alternatif tersebut menyulitkan memori siswa.21
b. Manfaat pendidikan Mental Aritmatika pada Anak
Ada lima hal penting yang akan didapat dari belajar mental
aritmatika, yaitu:
1) Keseimbangan otak kiri dan otak kanan. Selama ini, kita (dalam hal anak)
dalam berhitung hanya menggunakan otak kiri saja, dengan belajar
mental aritmatika anak dirangsang untuk menggunakan otak kanan.
Karena menghitung dalam mental aritmatika, anak membayangkan
manik-manik berjalan. Dan otak kanan lah yang berfungsi untuk
membayangkan gerakan manik-manik tersebut.
2) Meningkatkan kreativitas anak, salah satu pemicu kreativitas anak adalah
dengan sering menggunakan otak kanan. Dalam menghitung
menggunakan mental, anak harus mampu membayangkan gerakan
manik-manik. Dengan sering melatih mental, maka anak menjadi terbiasa
menggunakan daya khayalnya atau imajinasinya, kreativitas anak
semakin berkembang.
3) Meningkatkan konsentrasi belajar.
Mental aritmatika sangat membutuhkan konsentrasi yang baik, karena
tanpa konsentrasi yang baik tidak akan didapat hasil yang benar dan
maksimal. Jadi seorang anak akan selalu berkonsentrasi dan tidak ingin
konsentrasinya buyar. Semakin sering digunakan, konsentrasi akan
semakin meningkat.
4) Menambah Kepercayaan Diri
Seorang anak yang berusia 8 tahun dapat menjumlahkan puluhan bahkan
ratusan dengan cepat dan tepat, hal tersebut akan menambah rasa percaya
diri si anak ketika bersosialisasi dengan orang lain.
5) Mengembangkan diri dalam jangka panjang, mental aritmatika akan
membentuk karakter manusia yang inovatif, suka tantangan, berkreasi
serta tidak mudah putus asa.
Selain itu, terdapat manfaat pendidikan mental aritmatika bagi
masa depan anak, yaitu:
a. Lebih cepat menghitung dalam negosiasi bisnis.
b. Lebih cepat dalam menganalisa laporan-laporan dalam angka, misalnya:
neraca, laba dan rugi, biaya penjualan dan lain-lain.
c. Anak menjadi lebih percaya diri, lebih tekun dan lebih kreatif dalam
d. Anak menjadi lebih siap dalam menghadapi setiap persaingan yang ketat
di era milenium.22
2. Sempoa
a. Sejarah dan Pengertian Sempoa
Sempoa telah digunakan berabad-abad sebelum dikenalnya sistem
bilangan Hindu Arab sampai sekarang masih digunakan pedagang di
berbagai belahan dunia seperti Tiongkok. Asal usul sempoa sulit diacak
karena alat hitung yang mirip-mirip sempoa banyak dikenal di berbagai
kebudayaan di dunia. Konon sempoa sudah ada di Babilonia dan Tiongkok
sekitar tahun 2400 SM dan 300 SM. Orang zaman kuno menghitung dengan
membuat garis-garis dan meletakkan batu-batu di atas pasir yang merupakan
bentuk awal dari berbagai macam variasi sempoa.
Sempoa atau sipoa atau dekak-dekak adalah alat kuno untuk
menghitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi
manik-manik yang dapat digeser-geserka. Sempoa digunakan untuk
melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan (+), pengurangan (-),
perkalian (x) dan pembagian (:). Dalam bahasa Inggris, sempoa dikenal
dengan nama abacus. Penggunaan kata abacus sudah dimulai sejak tahun
1387, meminjam dalam bahasa latin abakos yang berasal dari kata abax yang dalam bahasa Yunani berarti “Tabel perhitungan”.
Sempoa adalah alat hitung tradisional dari Asia Timur, seperti Cina,
Korea, Taiwan dan Jepang. Ditemukan lebih kurang 1800 tahun yang lalu
dan mempunyai inti kerja menaik turunkan biji sempoa secara nyata.
Walaupun sempoa berkembang di timur Asia, namun menurut salah satu
sumber abacus paling tua didunia ditemukan di Mesopotamia kepulauan
Salamis dan hiroglif Firaun di Mesir.
Saat itu, manusia menciptakannya dari butiran-butiran dari tanah
untuk menggantikan setiap jari dan dibuat jalur atau galur di tanah untuk
menggantikan tangan sebagai pangkal jari. Butiran-butiran tanah inilah yang
dalam bahasa Yunani disebut aba yang kemudian terkenal dengan istilah
abacus. Sedangkan dalam perhitungan orang Arab atau dunia Islam sejak
abad ke-7, mereka menggunakan alat hitung butiran dari batu atau biji-biji
korma (tasbih). Dengnan demikian dapat disimpulkan bahwa sempoa adalah
alat bantu sementara, sehingga suatu saat sempoa itu tidak akan digunakan
lagi.23
b. Sempoa Sebagai Media yang Manusiawi
Sebenarnya Sempoa bukanlah wajah yang terlalu baru,
keberadaannya lebih lama dibandingkan alat hitung kalkulator. Alat ini
sudah jauh-jauh abad telah digunakan sebagian bangsa di muka Bumi.
Bangsa Cina merupakan salah satu bangsa yang menjadikan alat Sempoa di
kenal di dunia. Walaupun banyak nama yang diberikan pada alat tersebut
(seperti: Cipoa, Sokoban maupun Abakus), Abakus merupakan nama
internasionalnya. Pada perkembangannya, Abakus mengalami inovasi
bentuk dan cara penggunaannya.
Semula pembagian bilahnya terisi 2 butir (limaan) dan 5 butir
(satuan) disesuaikan menjadi I butir (limaan) dan 4 butir (satuan). Sedangkan
cara penggunaannya, semula diletakkan secara vertikal (terhadap tubuh)
dengan penggerakan butir ke kanan dan ke kirim diubah sebaliknya
diletakkan horisontal dengan pergerakkan ke atas dan ke bawah. Adanya
inovasi yang sepintas kecil, Abakus mengalami evolusi yang cukup
mengagumkan. Akhir-akhir ini, di Indonesia Abakus dikenalkan sebagai
Sempoa yang merupakan akronim metoda pembelajaran hitung aritmatika
yang ada di dalamnya.24
c. Bagian-bagian Sempoa
Gambar 2.1
Bagian-bagian sempoa
Gambar 2.2
Nilai manik-manik sempoa
Gambar 2.3
Nilai manik-manik sempoa 1 sampai 9
d. Pengaturan Manik-manik pada Soroban atau Sempoa
Dalam perhitungan dengan soroban anda harus menggunakan ibu jari
(jempol) dan telunjuk. Jika ingin menunjukkan suatu nilai anda hanya perlu
menaikkan atau menurunkan manik-manik hingga menyentuh balok (bingkai
sempoa). Bila anda menaikkan satu manik-manik Bumi (manik-manik yang
terletak di bawah tiang pembatas) sampai menyentuh bingkai sempoa berarti
anda memberikan nilai 1 (satu). Dan jika anda menaikkan 3 manik-manik
bumi hingga menyentuh tiang pembatas maka anda menunjukkan nilai 3
(tiga). Nah, kalau anda hendak membuat nilai 5, maka Anda akan
langit sampai menyentuh tiang pembatas. Berikut adalah nil ai manik-manik
2, 4, dan 5 dalam sempoa:25
Gambar 2.4
Nilai manik-manik sempoa 2, 4 dan 5
e. Melengkapi Nilai pada Soroban atau Sempoa
Ketika berhitung menggunkan sempoa, Anda harus berhati-hati dalam
menggerakkan manik-manik dan tidak bersikap ceroboh. Jika Anda bertindak
demikian, maka Anda perlu mencermati dua hal yang berhubungan dengan
angka angka 5 dan 10. Pada angka 5 anda dapat menggunakan dua kelompok
untuk melengkapi nomor 4 dan 1, serta 2 dan 3. Pada angka 10, Anda
melibatkan lima kelompok guna melengkapi nomor 9 dan 1, 8 dan 2, 7 dan 3,
6 dan 4 serta 5 dan 5. Nah supaya Anda lebih mudah melakukan penjumlahan,
pengurangan,perkalian dan pembagian perhatikan uraian berikut secara
seksama.26
25
Dwi Sunar Prasetyono, Panduan Lengkap Jarimatika (Jogjakarta: Diva Press, 2009). 261.
26
a)Penjumlahan
Penjumlahan adalah menggabungkan dua kelompok (himpunan).
Penjumlahan adalah salah satu operasi aritmatika dasar. Penjumlahan
merupakan ketrampilan yang dibutuhkan anak-anak untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman nyata dari pengalaman
anak sehari hari dengan penjumlahan dapat diajarkan kepada anak dalam
bahasa simbol penjumlahan (+).27
Berikut contoh penjumlahan menggunakan sempoa:
4 + 8 = 12
Caranya, Anda harus memberikan nilai 4 pada batang B, lalu tambahkan
nilai 8. Karena tongkat B tidak bisa menunjukkan nilai 8, maka Anda mesti
melengkapi nilai 8 dengan 10, yakni 2. Oleh karena itu, Anda harus
mengurangi nilai 2 dari 4 pada batang B, kemudian berikan nilai 1 puluhan
pada batang A, sehingga Anda akan memperoleh nilai 12 dengan ungkapan
lain, 4 + 8 = 12 menjadi 4 – 2 + 10 = 12.28
Parwoto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2007), 192.
28
b) Pengurangan
Jika pada operasi penjumlahan dilakukan penggabungan dua
kelompok himpunan, maka pada operasi pengurangan dilakukan
pengambilan kelompok baru, yaitu pembentukan kelompok baru. Misalnya
dari kelompok A yang beranggotakan 6 orang akan dibentuk kelompok
baru yang terdiri dari 2 orang, maka banyaknya anggota kelompok A yang
tertinggal hanya 4 orang.29
Berikut contoh pengurangan dengan sempoa:
11 – 7 = 4
Caranya, Anda mesti mengatur bilangan 11 pada tongkat A dan B, lalu
kurangi 7. Karena tongkat B hanya mempunyai nilai 1, maka harus
melengkapi bilangan 7 dengan 10, yaitu 3. Selanjutnya, Anda mengurangi
angka 1 bernilai puluhan pada batang , kemudian tambahkan angka 3 guna
melengkapi batang B, yang sama dengan 5, jadi, 11 – 7 = 4 menjadi 11 –
Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar (Jakarta: Depdiknas,2006), 30.
30
c) Perkalian
Perkalian merupakan proses aritmatika dasar dimana satu bilangan
dilipatgandakan sesuai dengan bilangan pengalinya. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang.
Operasi perkalian seperti operasi bilangan lainnya, perkalian
berguna untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata. Oleh karena itu,
pengenalan operasi perkalian sebaiknya dimulai dari situasi dalam
kehidupan sehari-hari.31
Supaya Anda terampil menyelesaikan soal-soal perkalian dengan
sempoa, Anda harus mengetahui hasil perkalian hingga 9 x 9 = 81. Anda
juga perlu mengetahui posisi angka pada perkalian. Misalnya, 6 x 3 = 18.
Disisni, angka 6 menunjukkan perkalian, 3 sebagai kelipatan, dan 18
sebagai hasil. Cermatilah contoh berikut:
Contoh:
34 x 7 = 238
Untuk menyelesaikan soal ini, Anda harus memosisikan batang H sebagai
satuan. Disini, ada satu bilangan sebagai kelipatan dan dua bilangan yang
menunjukkan perkalian. Anda mesti menghitung angka pada tiga batang
dari kanan ke kiri, yang akan berakhir pada batang E. Anda perlu
mengusahakan agar angka pertama dalam perkalian terdapat pada batang E.
31
Dan, bilangan satuan akan menempati batang H. Perhatikan
langkah-langkah berikut:
1) Aturlah bilangan pengali 34 pada batang E dan F, serta kelipatan 7 pada
batang B.
Langkah 1:
34 X 7 = 238
Gambar 2.7 Nilai Sempoa 34 dan 7
A B C D E F G H I
2) Kalikan angka 4 pada batang F dengan angka 7 pada batang B.
Kemudian, tambahkan hasilnnya (28) pada batang G dan H. Pada tahap
ini, anda akan memperoleh angka 3 pada batabf E, serta bilangan 28
pada batang G dan H.
Gambar 2.8 Nilai Sempoa 3, 7 dan 28
3) Kalikan angka 3 pada batang E dengan angka 7 pada batang B, sehingga
menghasilkan bilangan 21. Selanjutnya, tambahkan hasilnya pada
batang F dan G. Disini, anda akan mendapatkan bilangan 238 pada
batang F, G dan H.32
Gambar 2.9 Nilai Sempoa 238
A B C D E F G H I
d) Pembagian
Pembagian adalah mencari beberapa banyak bilangan, suatu
bulangan dapat dibagi habis dengan bilangan lain. Pembagian adalah
konsep matematika yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah
mereka mempelajari operasi penjumlahan, pengurangan dan perkalian.33 Sebagaimana perkalian, ada berbagai metode yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan operasi pembagian denagn sempoa. Meskipun
metode yang dijelaskan saat ini sering disebut metode modern, namun
sebenarnya tidak benar-benar baru. Metode tersebut telah digunkan di
Jepang selama bertahun-tahun. Dalam pembagian, Anda perlu mengetahui
32
Dwi Sunar Prasetyono, Panduan Lengkap Jarimatika (Jogjakarta: Diva Press, 2009). 278.
33
posisi angka dengan benar. Misalnya, 6 ÷ 3 = 2, disini, 6 bertindak sebagai
angka yang dibagi, 3 adalah pembagi dan 2 adalah hasil bagi. Ketika anda
mengoprasikan pembagian pada sempoa, anda perlu mengatur posisi
angka. Angka yang dibagi diletakkan disebelah kanan, sedangkan angka
pembagi di sisi kiri.
Dengan sempoa, anda bisa melakukan operasi pembagian. Saat
membagi angka. Anda perlu mencermati bahwa hasil pembagian yang
berupa angka terbesar adalah kurang dari atau sama dengan angka yang
sesuai pembagi. Anda harus menempatkan hasil bagi pada dua batang
sebelah kiri dari angka yang dibagi. Pada gambar 2.10, hasil pembagian
ditunjukkan oleh manik-manik yang terletak pada dua batang di sisi kiri
dari pembagi.34
Gambar 2.10
Letak manik-manik dalam pembagian
Dua batang disebelah kiri
34
Gambar 2.11
Letak manik-manik dalam pembagian
Satu batang di sisi kiri
Apabila angka pembagi lebih besar daripada angka yang dibagi maka anda
mesti menempatkan angka pertama dalam hasil bagi di samping angka
yang dibagi (anturan II). Pada gambar 2.11 angka yang dibagi 4 lebis besar
ketimbang angka yang dibagi 2. Dalam pembagian, sebaiknya anda
menggunakan batang sebelah kiri. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
berikut:
Contoh 1:
951 ÷ 3 = 317
Agar anda bisa menyelesaikan soal tersebut, cermatilah langkah-langkah
ini:
1) Aturlah manik-manik sedemikian rupa, sehingga menunjukkan bilangan
951 pada batang F, G dan H. Sementara itu, bilangan pembagi 3
Gambar 2.12
Letak manik-manik dalam pembagian 951 ÷ 3
A B C D E F G H I
2) Usahakan agar pembagi 3 pada batang A lebih kecil daripada pembagi
9 pada batang F. Disini, bilangan pertama pada hasil pembagian
ditempatkan di dua batang sebelah kiri batang D (aturan I). Angka
pembagi 3 terdapat pada batang A dan 9 pada batang F. Selanjutnya,
aturlah hasil bagi 3 pada batang D. Kalikan hasil bagi 3 dengan 3, lalu
kurangi hasilnya dengan angka 9 padda batang F. Selanjutnya, aturlah
hasil bagi 3 dengan 3, lalu kurangi hasilnya dengan angka 9 pada
batang F. Saat itu, anda akn menyisakan 3 hasil pembagian pada batang
D, sedangkan sisanya (51) ditunjukkan oleh manik-manik batang G dan
H (gambar 2.13).
Gambar 2.13
Letak manik-manik dalam pembagian 951 ÷ 3
3) Bagikan angka 3 pada batang A dengan angka 5 pada batang G. Karena
angka pembagi lebih kecil daripada hasil pembagian, maka tempatkan
hasi bagi 1 pada batang E., sedangkan sisa hasil pembagian 21 tampak
pada batang G dan H (gambar 2.14).
Gambar 2.14
Letak manik-manik dalam pembagian 951 ÷ 3
A B C D E F G H I
4) Bagikan angka 3 pada batang A dengan angka 21 pada batang G dan H,
Kemudian aturlah hasil bagi 7 pada batang F. Selanjutnya kalikan hasil
bagi 7 dengan angka 3 pada batang A. Pada tahap ini, hasil bagi 21
ditunjukkan oleh manik-manik pada batang G dan H, serta
menghasilkan jawaban 317 pada batang D, E dan F (gambar 2.15).35 Gambar 2.15
Letak manik-manik nilai 317
A B C D E F G H I
35
3. Kreativitas
a. Pengertian kreativitas
Menurut istilah, kreativitas diartikan imajinasi, keaslian, beda
pendapat, pendapat baru, ilham, petualangan, penjajahan dan
penganugerahan. Secara proses pengembangan potensial, kreativitas
dimaksud sebagai proses menjadi peka terhadap masalah-masalah,
kekurangan-kekurangan, kesenjangan dalam unsur pengetahuan yang hilang,
ketidakharmonisan dan membuat pemecahan masalah dan
mengkomunikasikan hasilnya.36
Menurut Supriadi, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata
yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.37 Kreativitas juga sering digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis serta banyak ide dan
gagasan. Orang kreatif melihat hal yang sama, tetapi melalui cara berpikir
yang berbeda. Kemampuan menggabungkan sesuatu yang belum pernah
tergabung sebelumnya dan menemukan ide pemecahan yang baru.38
Berpikir lebih kreatif tidak akan lahir secara tiba-tiba tanpa adanya
kemampuan. Keingin tahuan yang tinggi dan diikuti dengan ketramapilan
dalam membaca. Seperti yang diungkapkan oleh Porter & Hernacki bahwa
36 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), 191-192.
37 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak (Jakarta: Kencana, 2010), 27.
“seseorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba
-coba bertualang serta intuitif”.39
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas merupakan suatu proses individu yang melahirkan gagasan,
proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif,
estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan deferensiasi yang
berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.40 Terdapat beberapa jenis kreativitas, yaitu:
1. Kreativitas sebagai bentuk pembelajaran adalah seorang anak mampu
menjelaskan dan menginterpretasikan konsep-konsep abstrak dengan
melibatkan skil-skil seperti keingintahuan, kemampuan menemukan,
eksplorasi, pencarian kepastian dan antusiasme yang semuanya
metupakan kualitas yang sangat besar yang terdapat pada anak.
2. Representasi adalah kreativitas melibatkan pengungkapan atau
pengekspresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai macam
cara untuk melakukannya, misalnya melalui seni ekspresif.
3. Produktivitas adalah kreativitas yang meelibatkan pembuatan yang
menggunakan imajinasi, penciptaan, merangkai, mengarang, skil musik,
pertunjukan, perencanaan, mengonstruksikan, membangun skil-skil
teknologisdan keluaran skala besar ataupun kecil.
39 Ibid., 163
4. Originalitas adalah jenis kreativitas yang berkaitan dengan membuat
koneksi atau keterkaitan yang tidak biasa, gagasan-gagasan yang
terasingkan, yang sebelumnya tidak saling terhubung.
5. Berpikir kreatif atau menyelesaikan masalah adalah aspek kreativitas
yang menjangkau sampai ke luar batas seni ekspresif sehingga
mencangkup semua bidang kehidupan.
6. Alam semesta atau ciptaan alam adalah jenis kreativitas yang
berhubungan dengan sumber kreasi, inspirasi, suasana hati, sumber
dorongan, energi kreatif, kekaguman, ketakjuban, apresiasi akan
keindahan, kesadaran akan tatanan alam, pro-kreasi, siklus hidup dan
mati, pertumbuhan, pertanian, makhluk hidup, karena proses kreatif
melibatkan interaksi emosional antara individu dan lingkungan.41
b. Ciri-ciri Kreativitas
Secara umum, ciri-ciri orang yang kreatif antara lain: bebas dalam
berpikir dan bertindak, menyukai hal-hal yang rumit dan baru, mempunyai
rasa humor yang tinggi, kurang dogmatisdan lebih realitas. Ciri-ciri
kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan
nonkognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran
dan elaborasi. Sedangkan nonkognitif diantaranya motivasi sikap dan
kepribadian kreatif.42
Ciri-ciri kreativitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelancaran adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan. Semakin
banyak peluang yang didapat, maka semakin banyak peluang untuk
mendapatkan ide-ide yang bagus. Kelancaran merupakan kemampuan
yang dimiliki oleh anak untuk dapat memberikan jawaban lebih dari satu
jawaban, mampu melahirkan banyak ide dan gagasan, timbulnya
pertanyaan dalam fikiran anak, serta timbulnya berbagai macam cara
dalam memecahkan masalah.43 Selanjutnya kelancaran ini dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
a) Wordfluency, yaitu anak dapat menghasilkan sejumlah kata-kata dari
gambar yang anak hasilkan.
b) Associational fluency, yaitu anak dapat menghasilkan sejumlah
gambar atau bentuk yang berkaitan dengan suatu hal, dapat berbentuk
sebuah ide, pemberian judul atau pemberian arti dari suatu hal berupa
kemampuan berfikir mengenai kebalikan atau mendekati
kebalikannya
c) exspressional fluency, yaitu anak dapat menghasilkan suatu gambar
hasil dari kelancaran dalam mengepresikan gagsan, pikiran, ide atau
42 Ibid., 15
pemecahan masalah dalam bentuk gambar atau gabungan gambar
yang di hasilkannya
d) Ideational fluency, yaitu anak dapat menghasilkan sejumlah ide
dengan cepat yang sesuai dengan fungsi dan kegunaan yang diminta.
Gagasan atau ide yang di hasilkan anak itu dapat berupa kata tunggal
ataupun komplek, dapat berupa pemberian judul atau gambar, cerita, dan
ungkapan kalimat-kalimat pendek merupakan keasatuan dari hasil
pemikiran. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa anak
yang kreatif akan memiliki kelancaran dalam menciptakan suatu
kreativitas, baik itu kelancaran dalam menghasilkan kata-kata, artinya
anak dengan mudah dan cepat tanpa ada hambatan mereka bisa
menjelaskan dengan bahasa tentang apa yang mereka tulis, mereka
gambar atau yang mereka sfikirkan.
2. Keluwesan adalah adalah kemampuan untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Fleksibelitas
merupakan kemampuan anak untuk dapat menghasilkan gagasan,
jawaban, yang bervariasi, serta memiliki kemampuan untuk melihat
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dalam hal ini anak dapat
mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran dan biasanya
penekanannya pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. 44
44
Jadi tidak semata-semata banyak jawaban yang diberikan yang
menentukan kualitas seseorang, tapi juga ditentukan oleh mutu dari
jawaban. Fleksibilitas ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Spontaneus flexsibility, yaitu anak dapat menyelesaikan
bermacam-macam variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan dan
keterpaksaan.
b) Adaptive flexsibility, yaitu anak harus ditekankan dalam
mengepresikan masalah, tahap-tahap pemecahan masalah atau
pendekatan masalah.
Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa anak yang kreatif
adalah anak yang fleksibel, baik itu dalam berbuat maupun dalam
berfikir. Anak yang dikatakan fleksibel dalam berfikir apabila ia bisa diri
dengan situasi, misalanya saja, ketika dalam menyelesaikan sebuah
permainan fuzzle ia tidak bisa menyusun dengan cepat, maka dengan
sendiri akan mengubah metode atau cara menyelesaikannya, ia tidak akan
menggunakan cara yang sudah ada, tapi muncul idea tau pemikiran
baru.45
3. Keaslian adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan
cara-cara yang asli, tidak klise. Keaslian merupakan kemampuan anak untuk
menghasilkan ide-ide yang luar biasa, jarang ditemui dan unik, serta dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang baru,
45
walaupun sesuangguhnya yang diciptakan itu tidak perlu berupa hal-hal
yang baru sama sekali, tapi merupakan gabungan atau kombinasi dari
yang sudah ada sebelumnya.46
4. Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci.
Keterperincian yaitu kemampuan anak dalam mengembangkan suatu
gagasan, produk atau hasil karya untuk menambah atau memperinci
secara detail dari objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih
menarik. Keterperincian juga dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, menghasilkan produk
serta menambah dan memperinci agar lebih melengkapi.
5. Redefinisi adalah kemampuan meninjau suatu persoalan berdasarkan
perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang
banyak. Maksudnya orang kreatif bisa melihat sesuatu dari sudut pandang
lain dan bisa membuat definisi berbeda terhadap suatu hal ataupun
kemampuan seseorang dalam merespon sesuatu yang unik.47
Adapun menurut rumusan yang dikeluarkan oleh diknas tahun
2007, bahwa indikator siswa yang memiliki kreativitas
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
2. Sering menayakan pertanyaan yang berbobot.
46
Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2009), 247.
3. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.
5. Mempunyai dan menghargai rasa keindahan.
6. Mempunyai pendapat sendiri dan dan dapat mengungkapkannya, tidak
terpengaruh oleh orang lain.
7. Memiliki rasa humor tinggi.
8. Mempunyai daya imajinasi yang kuat.
9. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berada dari orang lain (orisinal).
10.Dapat bekerja sendiri.
11.Senang mencoba hal-hal baru.
12.Mampu mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi).48
c. Perkembangan Kreativitas
Perkembangan kreativitas menjadi bagian integral dari proses
perkembangan kognitif. Ketika memasuki usia dini, perkembangan kognitif
anak memperlihatkan kecenderungan suasana intuitif. Semua perbuatan
rasionalnya tidak banyak memperoleh dukungan dari pemikiran, melainkan
sangat kuat dipengaruhi oleh perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap
yang diperoleh dari orang dewasa, dan lingkungan sekitarnya.
Ciri dominan masa ini, anak tampil sangat egosentris sehingga
seringkali mengalami masalah ketika berinteraksi dalam lingkungannya.
Termasuk dengan orang tuanya. Kemampuan mengembangkan kreativitas
sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan
berkemampuan memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, dengan
tingkat jangkauan tertentu.49
Ada dua pandangan tentang kreativitas, yaitu kreativitas genius dan
kreativitas hasil penelitian terbaru. Pertama, pandangan yang disebut
kreativitas genius. Menurut pandangan ini, tindakan kreatif dipandang
sebagai ciri-ciri mental yang langka, yang dihasilkan oleh individu luar biasa
berbakat melalui penggunaan pemikiran yang luar biasa, cepat dan spontan.
Pandangan ini mengatakan bahwa kreativitas tidak dapat dipengaruhi oleh
pembelajaran dan kerja kreatif, tetapi lebih merupakan suatu kejadian
tiba-tiba daripada suatu proses panjang sampai selesai seperti dilakukan dalam
sekolah. Jadi, dalam pandangan ini ada batasan untuk menerapkan kreatifitas
dalam dunia pendidikan.
Kedua, pandangan yang merupakan pandangan baru kreatifitas
yang mucul dari penelitian-penelitian terbaru bertentangan dengan
pandangan geinus. Pandangan ini menyatakan bahwa kretaifitas berkaitan
erat dengan pemahaman yang mendalam, fleksibel didalam isi dan sikap,
sehingga dapat dikaitkan dengan kerja dalam periode panjang yang disetai
perenungan.50
Adapun faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas
anak, yaitu:
1. Kepekaan dalam melihat lingkungan.
2. Kebebasan dalam melihat lingkungan/bertindak.
3. Komitmen kuat untuk maju dan berhasil.
4. Optimis dan berani ambil resiko.
5. Ketekunan untuk berlatih.
6. Hadapi masalah sebagai tantangan.
7. Lingkungan yang kondusif, tidak kaku dan otoriter.
Namun sebaliknya, selain faktor pendorong terdapat beberapa
faktor yang menghambat kreativitas anak, yaitu:
1. Malas berfikir, bertindak, berusaha dan melakukan sesuatu.
2. Impulsif.
3. Anggap remeh karya orang lain.
4. Mudah putus asa, cepat bosan dan tidak tahan uji.
5. Cepat puas.
6. Tak berani tanggung resiko.
7. Tidak percaya diri.
8. Tidak disiplin.51
4. Pengaruh Mental Aritmatika Sempoa terhadap Kreativitas Anak
Mental Aritmatika Sempoa adalah suatu program pengajaran untuk
mengoptimalkan fungsi otak sebelah kanan dengan menggunakan azas
aritmatika penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan pangkat
dua dengan alat bantu Sempoa pada tahap awal, kemudian beralih pada
sempoa bayangan.52
Salah satu pemicu kreativitas anak adalah dengan sering
menggunakan otak kanan. Dalam menghitung menggunakan mental, anak
harus mampu membayangkan gerakan manik-manik. Dengan sering melatih
mental, maka anak menjadi terbiasa menggunakan daya khayalnya atau
imajinasinya, kreativitas anak semakin berkembang.53
B.Telaah hasil Penelitian Terdahulu
Hasil telaah pustaka yang dilakukan penulis sebelumnya yang ada
kaitannya dengan variabel yang diteliti antara lain:
Dalam karya ilmiah yang ditulis oleh Lia rahmadiani yustina, Sukarti dan
RR. Indahria sulistyarini yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Sempoa terhadap
Minat Belajar Matematika pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar” dengan hasil
penelitian sebagai berikut:
51Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan Paikem (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 155-156.
52 Sessi Rewetty Rivilla dan Hadijah, “Pelaksanaan Kokurikuler Mental Aritmatika Sempoa di SDN Landasan Ulin Barat 1 Banjarbaru”, Pendidikan, Volume IV, Nomor 02 (Juli, 2014), 457.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan skor minat belakjar
matematika antara subyek yang telah mengikuti pelatihan sempoa dengan subyek
yang tidak mengikuti pelatihan sempoa. Berdasarkan uji hipotesis selisih skor pre
test dengan post test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
didapatkan nilai t = 5.179 dengan nilai p = 0.000 (p < 0.05). Hal ini berarti ada
pengaruh positif pelatihan sempoa terhadap minat belajar matematika, dimana
sebelum mengikuti pelatihan sempoa minat belajar matematikanya lebih rendah
dibanding setelah mengikuti pelatihan sempoa.54
Dalam skripsi yang ditulis oleh Lilis Ayuningtiyas yang berjudul
“Kontribusi Lingkungan Pendidikan terhadap Perkembangan Kreativitas
Siswa Kelas IV dan V SDN I Prembun Kecamatan Prembun Kabupaten
Kebumen Tahun Ajaran 2012/2013” dengan hasil penelitian sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan pendidikan (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat)
memberikan kontribusi positif sebesar 49,4% dan signifikan terhadap
perkembangan kreativitas siswa kelas IV dan V SDN 1 Prembun Kecamatan
Prembun Kabupaten Kebumen.
1. Lingkungan pendidikan yang berupa lingkungan keluarga memberikan
kontribusi positif sebesar 14,604% dan signifikan terhadap perkembangan
kreativitas siswa kelas IV dan V SDN 1 Prembun Kecamatan Prembun
Kabupaten Kebumen.
2. Lingkungan pendidikan yang berupa lingkungan sekolah memberikan
kontribusi positif sebesar 22,760% dan signifikan terhadap perkembangan
kreativitas siswa kelas IV dan V SDN 1 Prembun Kecamatan Prembun
Kabupaten Kebumen. Lingkungan sekolah merupakan faktor yang paling besar
dalam memberikan kontribusinya terhadap perkembangan kreativitas siswa
kelas IV dan V SDN 1 Prembun Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen.
3. Lingkungan pendidikan yang berupa lingkungan masyarakat memberikan
kontribusi positif sebesar 12,611% dan signifikan terhadap perkembangan
kreativitas siswa kelas IV dan V SDN 1 PrembunKecamatan Prembun
Kabupaten Kebumen.55
Dalam karya ilmiah yang ditulis oleh Irma Nurmalasari yang berjudul
“Pengaruh Media Sempoa terhadap Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas di SDN 2 Karangrejo Tulungagung Tahun Ajaran
2012/2013” dengan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan media sempoa terhadap
kreativitas siswa pada siswa yang menggunakan sempoa dan siswa yang 81
tidak menggunakan sempoa di kelas II SDN 2 Karangrejo tahun ajaran
2012/2013 dengan nilai empirik sebesar 3,952 dan lebih besar dari t teoritik
sebesar 2,074 padataraf signifikansi 5%.
2. Ada pengaruh yang signifikansi dalampenggunaan media sempoa terhadap
hasil belajar matematika siswa pada siswa yang menggunakan sempoa dan
siswa yang tidak menggunakan sempoa dikelas II SDN 2 Karangrejo tahun
ajaran 2012/2013 dengan nilai empirik sebesar 3,608 dan lebih besar dari t
teoritik sebesar 2,074 pada taraf signifikansi 5%.56
Perbedaan dari kedua penelitian tersebut adalah terletak pada variabel
dependen dalam karya ilmiah yang ditulis oleh Lia rahmadiani yustina yaitu
tentang minat belajar, sedangkan dalam skripsi yang ditulis oleh Lilis
Ayuningtiyas dan Irma Nurmalasari variabel dependen memiliki kesamaan yakni
tentang kreativitas anak. Perbedaan selanjutnya terdapat pada variabel independen,
dalam karya ilmiah yang ditulis oleh Lia rahmadiani yustina dan Lia rahmadiani
yustina yaitu tentang Sempoa, sedangkan dalam skripsi yang ditulis oleh Lilis
Ayuningtiyas membahas tentang lingkungan pendidikan.
Namun dari ke tiga penelitian diatas terdapat persamaan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yakni dalam variabel independen yang
membahas tentang sempoa dan variabel dependen tentang kreativitas anak.
C.Kerangka Berpikir
Berangkat dari landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka kerangka
penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jika mental aritmatika sempoa berjalan dengan baik, maka kreativitas anak di
Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo juga akan baik.
2. Jika mental aritmatika sempoa berjalan kurang baik, maka kreativitas anak di
Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogojuga kurang baik.
D.Pengajuan Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hypo = kurang dari, dan thesis = pendapat.
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan atau pendapat yang masih kurang karena
masih harus dibuktikan.57 Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap
rumusan masalah penelitian, sebelum jawaban yang empirik.58
Karena hipotesis merupakan kebenaran yang bersifat sementara dan perlu
dibuktikan dengaan penelitian lebih lanjut, maka peneliti mengajukan Hipotesis
nihil (H0) dan Hipotesis alternative (Ha) sebagai berikut:
57 Tukiran Taniterdja & Hidayati Mustafidah, Penelitin Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), 24.
1. H0: ada pengaruh mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak di
Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.
2. Ha: tidak ada pengaruh mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel. Variabel adalah
suatu atribut atau sifat, atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya.59
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
analisis regresi atau pengaruh. Rancangan penelitian ini terdiri dari dua variabel
yaitu variabel independen (yang mempengaruhi) dan variabel dependen (yang
dipengaruhi). Veriabel independen dalam penelitian ini adalah mental aritmatika
sempoa, sedangkan variabel dependennyaadalah kreativitas anak.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuhan.60 Dengan demikian, yang dimaksud dengan populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah
59 Ibid.,
109.
60
banyak dan luas.61 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di sempoa kreatif Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 60 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan
menggunakan teknik tertentu. Sampel juga berarti sebagian dari populasi, atau
kelompok kecil yang diamati.62
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa. peneliti
menggunakan teknik sampling Nonprobability sampling, yaitu sampel jenuh.
Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.63
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian berupa pedoman observasi, diuji coba terlebih
dahulu untuk mengamati perilaku subyek sampel yang komparabel dan prosedur
yang terstandar sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yang
sesungguhnya.64
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
61
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif (bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2014), 137.
62
Tukiran Taniterdja & Hidayati Mustafidah, Penelitin Kuantitatif..., 34.
63
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif,..., 161.
64
1. Data tentang kemampuan mental aritmatika sempoa siswa di Sempoa Kreatif
Kabupaten Ponorogo.
2. Data tentang kreativitas siswa di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.
Tabel 3.1
1. Kemampuan menjumlah, mengurang, mengalikan dan membagi bilangan dengan bantuan media sempoa.
2. Kemampuan menjumlah, mengurang, mengalikan dan membagi bilangan dengan metode sempoa bayangan.
Variabel Y/Variabel
dependen: Kreativitas anak
1. Keluwesan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan masalah.
2. Keaslian dalam mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise.
3. Elaborasi (kemampuan menguraikan sesuatu secara terinci).
4. Kelancaran menghasilkan banyak gagasan. 5. Redefinisi (kemampuan meninjau sesuatu
persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan yang diketahui orang banyak).
Indikator indikator tersebut akan dijabarkan menjadi beberapa instrumen
yang berupa pernyataan untuk mengukur kemampuan mental aritmatika dan
kreativitas anak. Instrumen tersebut akan diuji cobakan pada responden. Setelah
diujikan, instrumen tersebut akan diuji validitas dan reliabilitasnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya.65 Dalam rangka
65
memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Kuisioner (Angket)
Angket atau kuisioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau
cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak secara langsung
bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya
juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau
direspon oleh responden dalam penelitian kuantitatif, penggunaan angket atau
kuisioner adalah yang paling sering ditemui karena jika dibuat secara intensif
dan teliti, angket mempunyai keunggulan jika dibanding dengan alat
pengumpul data lainnya.66
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Adapun jenis angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup, yaitu kuisioner
yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban yang tersedia. Instrumen
digunakan untuk mengukur variabel mental aritmatika sempoa dan kreativitas
anak. Instrumen tersebut menggunakan skala Guttman.67
66
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), 76.
67
Dalam penelitian ini, angket akan diberikan kepada sejumlah sampel
siswa Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan dalam mental aritmatika sempoa dan kreativitas siswa.
Untuk mendapatkan data mengenai mental aritmatika sempoa dan
kreativitas anak, peneliti menggunakan metode angket langsung, yaitu angket
dijawab oleh responden yang telah ditentukan oleh peneliti. Dalam penelitian
ini yang dijadikan objek adalah siswa Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo
dengan jumlah 60 anak.
Dari indikator-indikator dan variabel yang telah ditentukan dapat
dijadikan item pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut:
Untuk jawaban positif skornya adalah:
a. Ya : 1
b. Tidak : 0
Untuk jawaban negatif skornya adalah:
a. Ya : 0
b. Tidak : 1
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
pengelompokkan data berdasarkan variabel dan data responden, mentabulasi data
hiptesis yang telah diajukan. Langkah ini diperlukan karena tujuan dari analisis
data adalah menyususn dan menginterpretasikan data (kuantitatif) yang sudah
diperoleh.68
Karena dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, maka teknik analisis
data menggunakan statistic. Adapun analisa data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Validitas berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan.
Dalam penelitian, keabsahan sering dikaitkan dengan instrumen atau alat
ukur. Uji validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu evaluasi.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih
mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas yang rendah.69
Salah satu cara untuk menentukan validitas alat ukurnya adalah
dengan menggunakan korelasi Product Moment dengan simpangan yang
dikemukakan oleh Karl Person seperti berikut:
rxy = 𝑁 ∑𝑋𝑌 − ∑𝑋 Aplikasi (Jakarta: Grafindo Persada, 2013), 170.
69
Keterangan:
rxy = angka index korelasi Product Moment
∑X = jumlah seluruh nilai X
∑Y = jumlah seluruh nilai Y
∑XY = jumlah hasil perkalian nilai X dan nilai Y
N = jumlah sampel.70
Untuk uji validitas, peneliti mengambil sampel sebanyak 27
responden dengan menggunakan 20 dan 60 item instrumen. Bila harga
korelasi dibawah 0,381 dikatakan butir instrumen tidak valid, maka dapat
disimpulkan bahwa butir instrumen dikatakan valid apabila harga rhitung
besarnya lebih dari 0,381.
Dari hasil perhitungan validitas item instrumen mental aritmatika
sempoa ada 60 butir soal terdapat 45 butir soal dinyatakan valid. Untuk
mengetahui skor jawaban angket uji validitas dapat dilihat di lampiran 2 pada
halaman 94.
70
Tabel 3.2
Rekapitulasi Uji Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Mental Aritmatika Sempoa
No Item "r" hitung "r" kritis Keterangan
Sedangkan untuk hasil perhitungan validitas item instrumen
variabel kreativitas anak ada 20 butir soal terdapat 17 butir soal dikatakan
valid. Untuk mengetahui skor jawaban angket uji validitas dapat dilihat di
lampiran 5 pada halaman 102.
Tabel 3.3
Rekapitulasi Uji Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Kreativitas Anak
No Item "r" hitung "r" kritis Keterangan
1 0,426 0,381 Valid
Nomor-nomor soal yang dianggap valid tersebut kemudian dipakai untuk
pengambilan data dalam penelitian ini. Dengan demikian, butir soal
instrumen dalam penelitian ini ada 45 soal untuk variabel mental aritmatika
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang
sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga.71
Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis reliabilitas
instrumen ini menggunakan teknik Alpha yang dianalisis dengan rumus
Cronbach di bawah ini:
Adapun secara terperinci hasil perhitungan reliabilitas instrumen
dapat dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
71
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., 154.
72
a. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Mental Aritmatika Sempoa
reliabilitas instrumen mental aritmatika sempoa sebesar 1,018. Kemudian dikonsultasikan dengan “r” tabel pada taraf signifikan 5%
adalah sebesar 0.381. Karena “r” hitung lebih dari “r” tabel, yaitu
1,018 > 0,381, maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel.
b. Perhitungan Reliabiitas Instrumen Kreativitas Anak