• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MENTAL ARITMATIKA SEMPOA TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI SEMPOA KREATIF KABUPATEN PONOROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MENTAL ARITMATIKA SEMPOA TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI SEMPOA KREATIF KABUPATEN PONOROGO"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MENTAL ARITMATIKA SEMPOA TERHADAP

KREATIVITAS ANAK DI SEMPOA KREATIF

KABUPATEN PONOROGO

SKRIPSI

OLEH:

LANNY MUSTIKA DWI CAHYANTI

NIM: 210613101

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

(2)

ABSTRAK

Mustika Dwi Cahyanti, Lanny. 2017. Pengaruh Mental Aritmatika Sempoa

terhadap Kreativitas Anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas

Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Kurnia Hidayati, M.Pd.

Kata Kunci: Mental Aritmatika Sempoa dan Kreativitas.

Penelitian ini diadakan dengan latar belakang bahwa pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Pendidikan tak hanya dalam kegiatan formal, namun dapat diperoleh dalam kegiatan nonformal. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Sempoa kreatif adalah salah satu lembaga nonformal yang menerapkan metode mental aritmatika dengan menggunakan alat bantu sempoa. Salah satu tujuan mental aritmatika adalah untuk meningkatkan kreativitas anak. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata.

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu (1) Bagaimana kemampuan mental aritmatika sempoa anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo? (2) Bagaimana kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo? (3) Adakah pengaruh mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, datanya berupa angka-angka dan menggunakan teknik regresi sederhana. Perhitungannya menggunakan rumus regresi linier sederhana. Adapun jumlah populasinya adalah semua siswa Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 60 anak. Untuk sampel penelitian ini mengambil seluruh jumlah populasi berjumlah 60 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan penilaian skala Guttman.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa

dan negara. Kemajuan suatu negara bergantung kepada cara kebudayaan cara

tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan

hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota

masyarakatnya.1

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikn Nasional (UU

Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tegas

sekali disampaikan UU Sisdiknas tersebut bahwa tujuan diselenggarakannya

pendidikan adalah agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang

ada dalam dirinya.2

1

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:PT Rineka Cipta, cet.3, 2009), 6.

2

(4)

Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia sendiri terbagi dalam tiga

jalur utama; yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan

informal. Sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 26m

ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat. Lebih lanjut dalam ayat 2 dijelaskan

pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik (warga

belajar) dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.3

Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang

memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya

secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya,

sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.4

Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah

berkembang demikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi

manapun, termasuk masyarakat Indonesia telah sedikit banyak telah menikmati

buah karya ilmu pengetahuan, seni dan teknologi. Pada dasarnya ilmu

pengetahuan, seni dan teknologi akan terus berkembang sejalan dengan

perkembangan manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat majunya sebuah

3

Irmala Jelita, “Evaluais Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal di Panti Asuhan Uswatun Hasanah Samarinda”, Vol 03, Nomor 03 (2015), 66.

4

(5)

peradaban. Dengan potensi yang diberikan Tuhan, manuisa terus

mengembangkan diri dan membangun peradabannya. Melalui ilmu pengetahuan

manusia dapat memperbaiki kekurangannya dan menciptakan hal-hal baru yang

berdaya guna dalam kehidupan masyarakat banyak.5

Namun pada kenyataannya, tidak semua orang mau berpikir dan bekerja

keras. Tidak semua orang berani berkhayal dan mewujudkan khayalannya. Tidak

semua orang mau berkarya meskipun dicerca. Tidak semua orang punya

keinginan untuk selalu maju dan meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa

pencari pengetahuan yang besar.6 Untuk memecahkan persoalan yang dihadapi sebagai upaya mencapai kemajuan memerlukan kemampuan kreatif.7 Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan

intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan dan membangkitkan ide-ide

yang tidak terduga.8

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu

yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata.9 Menurut Supriadi kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa

5

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak (Jakarta: Kencana, 2010), 3.

6Ibid.,

4.

7

Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 192.

8

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning (Bandung: Kaifa, 2010), 214.

9

(6)

gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.10 Sedangkan menurut Cameron, kreativitas adalah ciptaan alami kehidupan.

Menciptakan berarti menyadari potensi terdalam kita, dan dengan melakukannya

kita memperkaya potensi masyarakat, memperkaya konteks yang kita tempat.11 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang kreatif

mendapat rangsangan (dengan melihat, mendengar dan bergerak) akan lebih

berpeluang lebih cerdas dibanding dengan sebaliknya.12 Secara kodrati, manusia dalam proses belajarnya terlebih dahulu memanfaatkan belahan otak kiri. Dalam

tingkat pengembangan isi bahan pelajaran, pendidik perlu merangsang

pemanfaatkan otak belahan kanan dengan menggunakan strategi yang dapat

mengoptimalkan kerja belahan otak kanan, salah satunya adalah utuk

mengembangkan kreativitas anak. Karena dalam kehidupan ini juga dituntut

kreativitas yang sangat beragam bidangnya, yang tak bisa diperoleh hanya dari

sekolah formal saja.13

Salah satu usaha untuk mengembangkan kreativitas anak adalah dengan

memanfaatkan media pembelajaran. Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap

10

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:PT Rineka Cipta, cet.3, 2009), 13.

11

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning (Bandung: Kaifa, 2010), 213.

12

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak (Jakarta: Kencana, 2010), 27.

13

(7)

siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan

sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi

pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa

meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,

memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.14

Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang

mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang

siswa untuk belajar. Media sendiri memiliki ciri-ciri umum yang salah satunya

adalah media sebagai perangkat keras yaitu sesuatu yang dapat dilihat, didengar

atau diraba dengan panca indera.15

Penggunaan media pembelajara adalah salah satu usaha untuk

merangsang kreativitas anak. Bahkan lembaga-lembaga pendidikan non formal

kini banyak yang memanfaatkan media pembelajaran sebagai komponen utama

dalam rangkaian kegiatannya. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan media

sempoa.

Sempoa adalah alat hitung tradisional dari Asia Timur, seperti Cina,

Korea, Taiwan dan Jepang. Ditemukan lebih kurang 1800 tahun yang lalu dan

mempunyai inti kerja menaik turunkan biji sempoa secara nyata.16 Sempoa bermanfaat untuk Meningkatkan kreativitas anak, salah satu pemicu kreativitas

14

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2013), 19-20.

15Ibid.,

6.

16 Makalah Treining Guru Sempoa

(8)

anak adalah dengan sering menggunakan otak kanan. Dalam menghitung

menggunakan mental, anak harus mampu membayangkan gerakan manik-manik.

Dengan sering melatih mental, maka anak menjadi terbiasa menggunakan daya

khayalnya atau imajinasinya, dan kreativitas anak semakin berkembang.

Walaupun manusia menikmati manfaat yang ditimbulkan melalui

perkembangan seni, sains dan teknologi, serta menyadari pentingnya memelihara

nilai-nilai kreativitas, bukan berarti tidak ada masalah. Salah satu masalah

muncul karena kita tidak mengatahui bagaimana menjaga dan memelihara

potensi kreatif ini sehingga salah jalan dalam melakukan pendidikan. Banyak

persoalan yang muncul menyangkut pengembangan potensi manusia melalui

pendidikan. Orang tuanya menyadari anaknya harus mengenyam pendidikan

tinggi, namun akhirnya mengabaikan kebutuhan alami mereka.

Demikian juga lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan lebih

banyak melakukan kegiatan-kegiayan yang berorientasi pada pengembangan

akademik dan menjejali siswa dengan berbagai data dan informasi yang lebih

mendominasi pada perkebangan otak kiri. Pendidikan menjadi bersifat verbalistis

dan mekanistis, dimana anak lebih banyak mengenal dan menghafal serangkaian

kata-kata dan istilah serta rumusan angka dan simbol-simbol, tanpa memahami

(9)

makna pendidikan yang diharapkan dapat memelihara generasi yang cerdas,

kreatif, mandiri, berkepribadian, dan percaya diri.17

Peneliti memilih lokasi penelitian di Sempoa Kreatif Kabupaten

Ponorogo karena didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan,

keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Di Sempoa Kreatif

Kabupaten Ponorogo merupakan lembaga nonformal yang memanfaatkan

perkembangan otak kanan, namun kreativitas anak masih tergolong rendah.

Dengan pemilihan lokasi ini peneliti berharap menemukan hal-hal yang

bermakna dan baru.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH MENTAL ARITMATIKA

SEMPOA TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI SEMPOA KREATIF

KABUPATEN PONOROGO”

B. Batasan Masalah

Bertolak dari identifikasi masalah seperti diuraikan sebelumnya, maka

dalam penelitian ini permasalahan akan dibatasi pada rendahnya kreativitas anak

di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

17

(10)

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan mental aritmatika sempoa anak di Sempoa Kreatif

Kabupaten Ponorogo?

2. Bagaimana kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo?

3. Adakah pengaruh mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas

anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kemampuan mental aritmatika sempoa anak di Sempoa

Kreatif Kabupaten Ponorogo.

2. Untuk mengetahui kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

3. Untuk mengetahui pengaruh mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas

anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama:

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menguji ada tidaknya

regresi/pengaruh antara mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap

(11)

b. Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian

yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai pengaruh

mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak.

2. Secara praktis

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas anak

dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam kegiatan sempoa kreatif.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk

meningkatkan kreativitas anak dalam kegiatan sempoa kreatif.

c. Bagi lembaga Sempoa Kreatif

Sebagai bahan masukan untuk melakukan langkah baik untuk

mengembangkan kreativitas anak dalam kegiatan sempoa kreatif.

d. Bagi peneliti

Menambah wawasan pengetahuan dan lebih memperdalam tentang

pembelajaran yang merangsang kreativitas anak.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan ini dibagi menjadi beberapa bab, dimana

(12)

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan diakhiri sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Berisi tentang deskripsi teori, atau telaah pustaka, kerangka kerangka

berpikir yang meliputi, pengertian mental aritmatika, manfaat mental

aritmatika pada anak, sejarah dan pengertian sempoa, bagian-bagian

sempoa, pengertian kreativitas, ciri-ciri kreativitas, dan

perkembangan kreativitas, telaah hasil penelitian terdahulu, kerangka

berpikir dan pengajuan hipotesis.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrumen

pengumpulan data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis

data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data,

pengolahan data yang ditemukan kemudian dianalisis sesuai dengan

data yang diperoleh atau pengajuan hipotesis yang dihitung melalui

statistik, kemudian menginterpretasikan terhadap hasil analisis data

(13)

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab terakhir dan semua rangkaian pembahasan dari bab

(14)

BAB II

LANDASAN TEORI, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU,

KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Landasan Teori

1. Mental Aritmatika

a. Pengertian Mental Aritmatika

Bagi banyak orang mendengar mental aritmetics (atau jika

diterjemahkan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia adalah aritmatika

mental) mungkin adalah hal baru. Istilah ini mulai populer di Indonesia

seiring dengan masuknya pendidikan mental aritmatika itu.

Mental aritmatika selama ini sering diidentikan dengan sempoa

padahal sebenarnya sangat berbeda. Mental yang berarti pikiran dan

aritmatika yang berarti berhitung. Jadi secara harfiah mental aritmatika

adalah berhitung menggunakan pikiran atau tanpa alat bantu. Misalnya,

kalkulator, komputer, pena, abacus, melainkan semata-mata hanya

menggunakan otak kita atau sempoa bayangan.18

Mental aritmatika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan

eksakta yang telah terbukti dan sangat berguna sebagai dasar pengembangan

kerangka dan cara berpikir seorang anak. Mental aritmatika dapat digunakan

(15)

untuk mengoptimalkan fungsi otak seorang anak, sehingga dapat

menghitung cepat hanya dengan pemikiran otak saja.19

Mental Aritmatika Sempoa adalah suatu program pengajaran untuk

mengoptimalkan fungsi otak sebelah kanan dengan menggunakan azas

aritmatika penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan pangkat

dua dengan alat bantu Sempoa pada tahap awal, kemudian beralih pada

sempoa bayangan.20

Awal dari operasi perhitungan aritmetika menggunakan sempoa

adalah dengan cara menaik turunkan biji sempoa dengan tangan secara

nyata. Kemudian proses perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan cara

membayangkan saja, yaitu menaikturunkan biji sempoa di dalam imajinasi.

Proses perhitungan seperti ini menjadi metode yang dikenal dengan Mental

Aritmet ika. Pada metode ini, sempoa hanya digunakan sebagai alat bantu

awal dan selanjutnya dapat melakukan perhitung di luar kepala.

Di dalam Mental Aritmatika, sempoa yang digunakan adalah

sempoa yang berpola 1 - 4. Sempoa jenis ini ditemukan sebagai alat yang

sedikit kendalanya untuk dibayangkan dalam memori otak manusia

dibandingkan sempoa berpola 2 - 5. Jika menggunakan sempoa berpola 2 -

5 akan sulit membayangkan angka tertentu, misalnya sepuluh (10). Angka

19 Dadi Rosadi & Dani, “Aplikasi Ajar Mental Aritmatika”, Computech & Bisnis, 4 (Desember, 2010), 132.

(16)

tersebut dalam sempoa berpola 2 - 5 dapat digambarkan dengan tiga

alternatif, dengan dua biji di atas yang bernilai lima, atau satu di atas

(bernilai lima) dan lima biji di bawah, atau dengan satu biji di tiang

berikutnya yang mewakili puluhan. Sedangkan sempoa berpola 1 - 4

mempunyai alternatif angka yang hanya satu saja. Dengan demikian sempoa

berpola 2 - 5 tidak dapat dibayangkan dengan mudah, karena

alternatif-alternatif tersebut menyulitkan memori siswa.21

b. Manfaat pendidikan Mental Aritmatika pada Anak

Ada lima hal penting yang akan didapat dari belajar mental

aritmatika, yaitu:

1) Keseimbangan otak kiri dan otak kanan. Selama ini, kita (dalam hal anak)

dalam berhitung hanya menggunakan otak kiri saja, dengan belajar

mental aritmatika anak dirangsang untuk menggunakan otak kanan.

Karena menghitung dalam mental aritmatika, anak membayangkan

manik-manik berjalan. Dan otak kanan lah yang berfungsi untuk

membayangkan gerakan manik-manik tersebut.

2) Meningkatkan kreativitas anak, salah satu pemicu kreativitas anak adalah

dengan sering menggunakan otak kanan. Dalam menghitung

menggunakan mental, anak harus mampu membayangkan gerakan

manik-manik. Dengan sering melatih mental, maka anak menjadi terbiasa

(17)

menggunakan daya khayalnya atau imajinasinya, kreativitas anak

semakin berkembang.

3) Meningkatkan konsentrasi belajar.

Mental aritmatika sangat membutuhkan konsentrasi yang baik, karena

tanpa konsentrasi yang baik tidak akan didapat hasil yang benar dan

maksimal. Jadi seorang anak akan selalu berkonsentrasi dan tidak ingin

konsentrasinya buyar. Semakin sering digunakan, konsentrasi akan

semakin meningkat.

4) Menambah Kepercayaan Diri

Seorang anak yang berusia 8 tahun dapat menjumlahkan puluhan bahkan

ratusan dengan cepat dan tepat, hal tersebut akan menambah rasa percaya

diri si anak ketika bersosialisasi dengan orang lain.

5) Mengembangkan diri dalam jangka panjang, mental aritmatika akan

membentuk karakter manusia yang inovatif, suka tantangan, berkreasi

serta tidak mudah putus asa.

Selain itu, terdapat manfaat pendidikan mental aritmatika bagi

masa depan anak, yaitu:

a. Lebih cepat menghitung dalam negosiasi bisnis.

b. Lebih cepat dalam menganalisa laporan-laporan dalam angka, misalnya:

neraca, laba dan rugi, biaya penjualan dan lain-lain.

c. Anak menjadi lebih percaya diri, lebih tekun dan lebih kreatif dalam

(18)

d. Anak menjadi lebih siap dalam menghadapi setiap persaingan yang ketat

di era milenium.22

2. Sempoa

a. Sejarah dan Pengertian Sempoa

Sempoa telah digunakan berabad-abad sebelum dikenalnya sistem

bilangan Hindu Arab sampai sekarang masih digunakan pedagang di

berbagai belahan dunia seperti Tiongkok. Asal usul sempoa sulit diacak

karena alat hitung yang mirip-mirip sempoa banyak dikenal di berbagai

kebudayaan di dunia. Konon sempoa sudah ada di Babilonia dan Tiongkok

sekitar tahun 2400 SM dan 300 SM. Orang zaman kuno menghitung dengan

membuat garis-garis dan meletakkan batu-batu di atas pasir yang merupakan

bentuk awal dari berbagai macam variasi sempoa.

Sempoa atau sipoa atau dekak-dekak adalah alat kuno untuk

menghitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi

manik-manik yang dapat digeser-geserka. Sempoa digunakan untuk

melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan (+), pengurangan (-),

perkalian (x) dan pembagian (:). Dalam bahasa Inggris, sempoa dikenal

dengan nama abacus. Penggunaan kata abacus sudah dimulai sejak tahun

1387, meminjam dalam bahasa latin abakos yang berasal dari kata abax yang dalam bahasa Yunani berarti “Tabel perhitungan”.

(19)

Sempoa adalah alat hitung tradisional dari Asia Timur, seperti Cina,

Korea, Taiwan dan Jepang. Ditemukan lebih kurang 1800 tahun yang lalu

dan mempunyai inti kerja menaik turunkan biji sempoa secara nyata.

Walaupun sempoa berkembang di timur Asia, namun menurut salah satu

sumber abacus paling tua didunia ditemukan di Mesopotamia kepulauan

Salamis dan hiroglif Firaun di Mesir.

Saat itu, manusia menciptakannya dari butiran-butiran dari tanah

untuk menggantikan setiap jari dan dibuat jalur atau galur di tanah untuk

menggantikan tangan sebagai pangkal jari. Butiran-butiran tanah inilah yang

dalam bahasa Yunani disebut aba yang kemudian terkenal dengan istilah

abacus. Sedangkan dalam perhitungan orang Arab atau dunia Islam sejak

abad ke-7, mereka menggunakan alat hitung butiran dari batu atau biji-biji

korma (tasbih). Dengnan demikian dapat disimpulkan bahwa sempoa adalah

alat bantu sementara, sehingga suatu saat sempoa itu tidak akan digunakan

lagi.23

b. Sempoa Sebagai Media yang Manusiawi

Sebenarnya Sempoa bukanlah wajah yang terlalu baru,

keberadaannya lebih lama dibandingkan alat hitung kalkulator. Alat ini

sudah jauh-jauh abad telah digunakan sebagian bangsa di muka Bumi.

Bangsa Cina merupakan salah satu bangsa yang menjadikan alat Sempoa di

kenal di dunia. Walaupun banyak nama yang diberikan pada alat tersebut

(20)

(seperti: Cipoa, Sokoban maupun Abakus), Abakus merupakan nama

internasionalnya. Pada perkembangannya, Abakus mengalami inovasi

bentuk dan cara penggunaannya.

Semula pembagian bilahnya terisi 2 butir (limaan) dan 5 butir

(satuan) disesuaikan menjadi I butir (limaan) dan 4 butir (satuan). Sedangkan

cara penggunaannya, semula diletakkan secara vertikal (terhadap tubuh)

dengan penggerakan butir ke kanan dan ke kirim diubah sebaliknya

diletakkan horisontal dengan pergerakkan ke atas dan ke bawah. Adanya

inovasi yang sepintas kecil, Abakus mengalami evolusi yang cukup

mengagumkan. Akhir-akhir ini, di Indonesia Abakus dikenalkan sebagai

Sempoa yang merupakan akronim metoda pembelajaran hitung aritmatika

yang ada di dalamnya.24

c. Bagian-bagian Sempoa

Gambar 2.1

Bagian-bagian sempoa

(21)

Gambar 2.2

Nilai manik-manik sempoa

Gambar 2.3

Nilai manik-manik sempoa 1 sampai 9

d. Pengaturan Manik-manik pada Soroban atau Sempoa

Dalam perhitungan dengan soroban anda harus menggunakan ibu jari

(jempol) dan telunjuk. Jika ingin menunjukkan suatu nilai anda hanya perlu

menaikkan atau menurunkan manik-manik hingga menyentuh balok (bingkai

sempoa). Bila anda menaikkan satu manik-manik Bumi (manik-manik yang

terletak di bawah tiang pembatas) sampai menyentuh bingkai sempoa berarti

anda memberikan nilai 1 (satu). Dan jika anda menaikkan 3 manik-manik

bumi hingga menyentuh tiang pembatas maka anda menunjukkan nilai 3

(tiga). Nah, kalau anda hendak membuat nilai 5, maka Anda akan

(22)

langit sampai menyentuh tiang pembatas. Berikut adalah nil ai manik-manik

2, 4, dan 5 dalam sempoa:25

Gambar 2.4

Nilai manik-manik sempoa 2, 4 dan 5

e. Melengkapi Nilai pada Soroban atau Sempoa

Ketika berhitung menggunkan sempoa, Anda harus berhati-hati dalam

menggerakkan manik-manik dan tidak bersikap ceroboh. Jika Anda bertindak

demikian, maka Anda perlu mencermati dua hal yang berhubungan dengan

angka angka 5 dan 10. Pada angka 5 anda dapat menggunakan dua kelompok

untuk melengkapi nomor 4 dan 1, serta 2 dan 3. Pada angka 10, Anda

melibatkan lima kelompok guna melengkapi nomor 9 dan 1, 8 dan 2, 7 dan 3,

6 dan 4 serta 5 dan 5. Nah supaya Anda lebih mudah melakukan penjumlahan,

pengurangan,perkalian dan pembagian perhatikan uraian berikut secara

seksama.26

25

Dwi Sunar Prasetyono, Panduan Lengkap Jarimatika (Jogjakarta: Diva Press, 2009). 261.

26

(23)

a)Penjumlahan

Penjumlahan adalah menggabungkan dua kelompok (himpunan).

Penjumlahan adalah salah satu operasi aritmatika dasar. Penjumlahan

merupakan ketrampilan yang dibutuhkan anak-anak untuk memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman nyata dari pengalaman

anak sehari hari dengan penjumlahan dapat diajarkan kepada anak dalam

bahasa simbol penjumlahan (+).27

Berikut contoh penjumlahan menggunakan sempoa:

4 + 8 = 12

Caranya, Anda harus memberikan nilai 4 pada batang B, lalu tambahkan

nilai 8. Karena tongkat B tidak bisa menunjukkan nilai 8, maka Anda mesti

melengkapi nilai 8 dengan 10, yakni 2. Oleh karena itu, Anda harus

mengurangi nilai 2 dari 4 pada batang B, kemudian berikan nilai 1 puluhan

pada batang A, sehingga Anda akan memperoleh nilai 12 dengan ungkapan

lain, 4 + 8 = 12 menjadi 4 – 2 + 10 = 12.28

Parwoto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2007), 192.

28

(24)

b) Pengurangan

Jika pada operasi penjumlahan dilakukan penggabungan dua

kelompok himpunan, maka pada operasi pengurangan dilakukan

pengambilan kelompok baru, yaitu pembentukan kelompok baru. Misalnya

dari kelompok A yang beranggotakan 6 orang akan dibentuk kelompok

baru yang terdiri dari 2 orang, maka banyaknya anggota kelompok A yang

tertinggal hanya 4 orang.29

Berikut contoh pengurangan dengan sempoa:

11 – 7 = 4

Caranya, Anda mesti mengatur bilangan 11 pada tongkat A dan B, lalu

kurangi 7. Karena tongkat B hanya mempunyai nilai 1, maka harus

melengkapi bilangan 7 dengan 10, yaitu 3. Selanjutnya, Anda mengurangi

angka 1 bernilai puluhan pada batang , kemudian tambahkan angka 3 guna

melengkapi batang B, yang sama dengan 5, jadi, 11 – 7 = 4 menjadi 11 –

Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar (Jakarta: Depdiknas,2006), 30.

30

(25)

c) Perkalian

Perkalian merupakan proses aritmatika dasar dimana satu bilangan

dilipatgandakan sesuai dengan bilangan pengalinya. Secara sederhana

dapat dikatakan bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang.

Operasi perkalian seperti operasi bilangan lainnya, perkalian

berguna untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata. Oleh karena itu,

pengenalan operasi perkalian sebaiknya dimulai dari situasi dalam

kehidupan sehari-hari.31

Supaya Anda terampil menyelesaikan soal-soal perkalian dengan

sempoa, Anda harus mengetahui hasil perkalian hingga 9 x 9 = 81. Anda

juga perlu mengetahui posisi angka pada perkalian. Misalnya, 6 x 3 = 18.

Disisni, angka 6 menunjukkan perkalian, 3 sebagai kelipatan, dan 18

sebagai hasil. Cermatilah contoh berikut:

Contoh:

34 x 7 = 238

Untuk menyelesaikan soal ini, Anda harus memosisikan batang H sebagai

satuan. Disini, ada satu bilangan sebagai kelipatan dan dua bilangan yang

menunjukkan perkalian. Anda mesti menghitung angka pada tiga batang

dari kanan ke kiri, yang akan berakhir pada batang E. Anda perlu

mengusahakan agar angka pertama dalam perkalian terdapat pada batang E.

31

(26)

Dan, bilangan satuan akan menempati batang H. Perhatikan

langkah-langkah berikut:

1) Aturlah bilangan pengali 34 pada batang E dan F, serta kelipatan 7 pada

batang B.

Langkah 1:

34 X 7 = 238

Gambar 2.7 Nilai Sempoa 34 dan 7

A B C D E F G H I

2) Kalikan angka 4 pada batang F dengan angka 7 pada batang B.

Kemudian, tambahkan hasilnnya (28) pada batang G dan H. Pada tahap

ini, anda akan memperoleh angka 3 pada batabf E, serta bilangan 28

pada batang G dan H.

Gambar 2.8 Nilai Sempoa 3, 7 dan 28

(27)

3) Kalikan angka 3 pada batang E dengan angka 7 pada batang B, sehingga

menghasilkan bilangan 21. Selanjutnya, tambahkan hasilnya pada

batang F dan G. Disini, anda akan mendapatkan bilangan 238 pada

batang F, G dan H.32

Gambar 2.9 Nilai Sempoa 238

A B C D E F G H I

d) Pembagian

Pembagian adalah mencari beberapa banyak bilangan, suatu

bulangan dapat dibagi habis dengan bilangan lain. Pembagian adalah

konsep matematika yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah

mereka mempelajari operasi penjumlahan, pengurangan dan perkalian.33 Sebagaimana perkalian, ada berbagai metode yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan operasi pembagian denagn sempoa. Meskipun

metode yang dijelaskan saat ini sering disebut metode modern, namun

sebenarnya tidak benar-benar baru. Metode tersebut telah digunkan di

Jepang selama bertahun-tahun. Dalam pembagian, Anda perlu mengetahui

32

Dwi Sunar Prasetyono, Panduan Lengkap Jarimatika (Jogjakarta: Diva Press, 2009). 278.

33

(28)

posisi angka dengan benar. Misalnya, 6 ÷ 3 = 2, disini, 6 bertindak sebagai

angka yang dibagi, 3 adalah pembagi dan 2 adalah hasil bagi. Ketika anda

mengoprasikan pembagian pada sempoa, anda perlu mengatur posisi

angka. Angka yang dibagi diletakkan disebelah kanan, sedangkan angka

pembagi di sisi kiri.

Dengan sempoa, anda bisa melakukan operasi pembagian. Saat

membagi angka. Anda perlu mencermati bahwa hasil pembagian yang

berupa angka terbesar adalah kurang dari atau sama dengan angka yang

sesuai pembagi. Anda harus menempatkan hasil bagi pada dua batang

sebelah kiri dari angka yang dibagi. Pada gambar 2.10, hasil pembagian

ditunjukkan oleh manik-manik yang terletak pada dua batang di sisi kiri

dari pembagi.34

Gambar 2.10

Letak manik-manik dalam pembagian

Dua batang disebelah kiri

34

(29)

Gambar 2.11

Letak manik-manik dalam pembagian

Satu batang di sisi kiri

Apabila angka pembagi lebih besar daripada angka yang dibagi maka anda

mesti menempatkan angka pertama dalam hasil bagi di samping angka

yang dibagi (anturan II). Pada gambar 2.11 angka yang dibagi 4 lebis besar

ketimbang angka yang dibagi 2. Dalam pembagian, sebaiknya anda

menggunakan batang sebelah kiri. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh

berikut:

Contoh 1:

951 ÷ 3 = 317

Agar anda bisa menyelesaikan soal tersebut, cermatilah langkah-langkah

ini:

1) Aturlah manik-manik sedemikian rupa, sehingga menunjukkan bilangan

951 pada batang F, G dan H. Sementara itu, bilangan pembagi 3

(30)

Gambar 2.12

Letak manik-manik dalam pembagian 951 ÷ 3

A B C D E F G H I

2) Usahakan agar pembagi 3 pada batang A lebih kecil daripada pembagi

9 pada batang F. Disini, bilangan pertama pada hasil pembagian

ditempatkan di dua batang sebelah kiri batang D (aturan I). Angka

pembagi 3 terdapat pada batang A dan 9 pada batang F. Selanjutnya,

aturlah hasil bagi 3 pada batang D. Kalikan hasil bagi 3 dengan 3, lalu

kurangi hasilnya dengan angka 9 padda batang F. Selanjutnya, aturlah

hasil bagi 3 dengan 3, lalu kurangi hasilnya dengan angka 9 pada

batang F. Saat itu, anda akn menyisakan 3 hasil pembagian pada batang

D, sedangkan sisanya (51) ditunjukkan oleh manik-manik batang G dan

H (gambar 2.13).

Gambar 2.13

Letak manik-manik dalam pembagian 951 ÷ 3

(31)

3) Bagikan angka 3 pada batang A dengan angka 5 pada batang G. Karena

angka pembagi lebih kecil daripada hasil pembagian, maka tempatkan

hasi bagi 1 pada batang E., sedangkan sisa hasil pembagian 21 tampak

pada batang G dan H (gambar 2.14).

Gambar 2.14

Letak manik-manik dalam pembagian 951 ÷ 3

A B C D E F G H I

4) Bagikan angka 3 pada batang A dengan angka 21 pada batang G dan H,

Kemudian aturlah hasil bagi 7 pada batang F. Selanjutnya kalikan hasil

bagi 7 dengan angka 3 pada batang A. Pada tahap ini, hasil bagi 21

ditunjukkan oleh manik-manik pada batang G dan H, serta

menghasilkan jawaban 317 pada batang D, E dan F (gambar 2.15).35 Gambar 2.15

Letak manik-manik nilai 317

A B C D E F G H I

35

(32)

3. Kreativitas

a. Pengertian kreativitas

Menurut istilah, kreativitas diartikan imajinasi, keaslian, beda

pendapat, pendapat baru, ilham, petualangan, penjajahan dan

penganugerahan. Secara proses pengembangan potensial, kreativitas

dimaksud sebagai proses menjadi peka terhadap masalah-masalah,

kekurangan-kekurangan, kesenjangan dalam unsur pengetahuan yang hilang,

ketidakharmonisan dan membuat pemecahan masalah dan

mengkomunikasikan hasilnya.36

Menurut Supriadi, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata

yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.37 Kreativitas juga sering digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis serta banyak ide dan

gagasan. Orang kreatif melihat hal yang sama, tetapi melalui cara berpikir

yang berbeda. Kemampuan menggabungkan sesuatu yang belum pernah

tergabung sebelumnya dan menemukan ide pemecahan yang baru.38

Berpikir lebih kreatif tidak akan lahir secara tiba-tiba tanpa adanya

kemampuan. Keingin tahuan yang tinggi dan diikuti dengan ketramapilan

dalam membaca. Seperti yang diungkapkan oleh Porter & Hernacki bahwa

36 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), 191-192.

37 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak (Jakarta: Kencana, 2010), 27.

(33)

“seseorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba

-coba bertualang serta intuitif”.39

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses individu yang melahirkan gagasan,

proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan deferensiasi yang

berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.40 Terdapat beberapa jenis kreativitas, yaitu:

1. Kreativitas sebagai bentuk pembelajaran adalah seorang anak mampu

menjelaskan dan menginterpretasikan konsep-konsep abstrak dengan

melibatkan skil-skil seperti keingintahuan, kemampuan menemukan,

eksplorasi, pencarian kepastian dan antusiasme yang semuanya

metupakan kualitas yang sangat besar yang terdapat pada anak.

2. Representasi adalah kreativitas melibatkan pengungkapan atau

pengekspresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai macam

cara untuk melakukannya, misalnya melalui seni ekspresif.

3. Produktivitas adalah kreativitas yang meelibatkan pembuatan yang

menggunakan imajinasi, penciptaan, merangkai, mengarang, skil musik,

pertunjukan, perencanaan, mengonstruksikan, membangun skil-skil

teknologisdan keluaran skala besar ataupun kecil.

39 Ibid., 163

(34)

4. Originalitas adalah jenis kreativitas yang berkaitan dengan membuat

koneksi atau keterkaitan yang tidak biasa, gagasan-gagasan yang

terasingkan, yang sebelumnya tidak saling terhubung.

5. Berpikir kreatif atau menyelesaikan masalah adalah aspek kreativitas

yang menjangkau sampai ke luar batas seni ekspresif sehingga

mencangkup semua bidang kehidupan.

6. Alam semesta atau ciptaan alam adalah jenis kreativitas yang

berhubungan dengan sumber kreasi, inspirasi, suasana hati, sumber

dorongan, energi kreatif, kekaguman, ketakjuban, apresiasi akan

keindahan, kesadaran akan tatanan alam, pro-kreasi, siklus hidup dan

mati, pertumbuhan, pertanian, makhluk hidup, karena proses kreatif

melibatkan interaksi emosional antara individu dan lingkungan.41

b. Ciri-ciri Kreativitas

Secara umum, ciri-ciri orang yang kreatif antara lain: bebas dalam

berpikir dan bertindak, menyukai hal-hal yang rumit dan baru, mempunyai

rasa humor yang tinggi, kurang dogmatisdan lebih realitas. Ciri-ciri

kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan

nonkognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran

(35)

dan elaborasi. Sedangkan nonkognitif diantaranya motivasi sikap dan

kepribadian kreatif.42

Ciri-ciri kreativitas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kelancaran adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan. Semakin

banyak peluang yang didapat, maka semakin banyak peluang untuk

mendapatkan ide-ide yang bagus. Kelancaran merupakan kemampuan

yang dimiliki oleh anak untuk dapat memberikan jawaban lebih dari satu

jawaban, mampu melahirkan banyak ide dan gagasan, timbulnya

pertanyaan dalam fikiran anak, serta timbulnya berbagai macam cara

dalam memecahkan masalah.43 Selanjutnya kelancaran ini dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

a) Wordfluency, yaitu anak dapat menghasilkan sejumlah kata-kata dari

gambar yang anak hasilkan.

b) Associational fluency, yaitu anak dapat menghasilkan sejumlah

gambar atau bentuk yang berkaitan dengan suatu hal, dapat berbentuk

sebuah ide, pemberian judul atau pemberian arti dari suatu hal berupa

kemampuan berfikir mengenai kebalikan atau mendekati

kebalikannya

c) exspressional fluency, yaitu anak dapat menghasilkan suatu gambar

hasil dari kelancaran dalam mengepresikan gagsan, pikiran, ide atau

42 Ibid., 15

(36)

pemecahan masalah dalam bentuk gambar atau gabungan gambar

yang di hasilkannya

d) Ideational fluency, yaitu anak dapat menghasilkan sejumlah ide

dengan cepat yang sesuai dengan fungsi dan kegunaan yang diminta.

Gagasan atau ide yang di hasilkan anak itu dapat berupa kata tunggal

ataupun komplek, dapat berupa pemberian judul atau gambar, cerita, dan

ungkapan kalimat-kalimat pendek merupakan keasatuan dari hasil

pemikiran. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa anak

yang kreatif akan memiliki kelancaran dalam menciptakan suatu

kreativitas, baik itu kelancaran dalam menghasilkan kata-kata, artinya

anak dengan mudah dan cepat tanpa ada hambatan mereka bisa

menjelaskan dengan bahasa tentang apa yang mereka tulis, mereka

gambar atau yang mereka sfikirkan.

2. Keluwesan adalah adalah kemampuan untuk mengemukakan

bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Fleksibelitas

merupakan kemampuan anak untuk dapat menghasilkan gagasan,

jawaban, yang bervariasi, serta memiliki kemampuan untuk melihat

masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dalam hal ini anak dapat

mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran dan biasanya

penekanannya pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. 44

44

(37)

Jadi tidak semata-semata banyak jawaban yang diberikan yang

menentukan kualitas seseorang, tapi juga ditentukan oleh mutu dari

jawaban. Fleksibilitas ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Spontaneus flexsibility, yaitu anak dapat menyelesaikan

bermacam-macam variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan dan

keterpaksaan.

b) Adaptive flexsibility, yaitu anak harus ditekankan dalam

mengepresikan masalah, tahap-tahap pemecahan masalah atau

pendekatan masalah.

Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa anak yang kreatif

adalah anak yang fleksibel, baik itu dalam berbuat maupun dalam

berfikir. Anak yang dikatakan fleksibel dalam berfikir apabila ia bisa diri

dengan situasi, misalanya saja, ketika dalam menyelesaikan sebuah

permainan fuzzle ia tidak bisa menyusun dengan cepat, maka dengan

sendiri akan mengubah metode atau cara menyelesaikannya, ia tidak akan

menggunakan cara yang sudah ada, tapi muncul idea tau pemikiran

baru.45

3. Keaslian adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan

cara-cara yang asli, tidak klise. Keaslian merupakan kemampuan anak untuk

menghasilkan ide-ide yang luar biasa, jarang ditemui dan unik, serta dapat

diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang baru,

45

(38)

walaupun sesuangguhnya yang diciptakan itu tidak perlu berupa hal-hal

yang baru sama sekali, tapi merupakan gabungan atau kombinasi dari

yang sudah ada sebelumnya.46

4. Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci.

Keterperincian yaitu kemampuan anak dalam mengembangkan suatu

gagasan, produk atau hasil karya untuk menambah atau memperinci

secara detail dari objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih

menarik. Keterperincian juga dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk

memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, menghasilkan produk

serta menambah dan memperinci agar lebih melengkapi.

5. Redefinisi adalah kemampuan meninjau suatu persoalan berdasarkan

perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang

banyak. Maksudnya orang kreatif bisa melihat sesuatu dari sudut pandang

lain dan bisa membuat definisi berbeda terhadap suatu hal ataupun

kemampuan seseorang dalam merespon sesuatu yang unik.47

Adapun menurut rumusan yang dikeluarkan oleh diknas tahun

2007, bahwa indikator siswa yang memiliki kreativitas

1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

2. Sering menayakan pertanyaan yang berbobot.

46

Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2009), 247.

(39)

3. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.

4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.

5. Mempunyai dan menghargai rasa keindahan.

6. Mempunyai pendapat sendiri dan dan dapat mengungkapkannya, tidak

terpengaruh oleh orang lain.

7. Memiliki rasa humor tinggi.

8. Mempunyai daya imajinasi yang kuat.

9. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang

berada dari orang lain (orisinal).

10.Dapat bekerja sendiri.

11.Senang mencoba hal-hal baru.

12.Mampu mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan

elaborasi).48

c. Perkembangan Kreativitas

Perkembangan kreativitas menjadi bagian integral dari proses

perkembangan kognitif. Ketika memasuki usia dini, perkembangan kognitif

anak memperlihatkan kecenderungan suasana intuitif. Semua perbuatan

rasionalnya tidak banyak memperoleh dukungan dari pemikiran, melainkan

sangat kuat dipengaruhi oleh perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap

yang diperoleh dari orang dewasa, dan lingkungan sekitarnya.

(40)

Ciri dominan masa ini, anak tampil sangat egosentris sehingga

seringkali mengalami masalah ketika berinteraksi dalam lingkungannya.

Termasuk dengan orang tuanya. Kemampuan mengembangkan kreativitas

sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan

berkemampuan memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, dengan

tingkat jangkauan tertentu.49

Ada dua pandangan tentang kreativitas, yaitu kreativitas genius dan

kreativitas hasil penelitian terbaru. Pertama, pandangan yang disebut

kreativitas genius. Menurut pandangan ini, tindakan kreatif dipandang

sebagai ciri-ciri mental yang langka, yang dihasilkan oleh individu luar biasa

berbakat melalui penggunaan pemikiran yang luar biasa, cepat dan spontan.

Pandangan ini mengatakan bahwa kreativitas tidak dapat dipengaruhi oleh

pembelajaran dan kerja kreatif, tetapi lebih merupakan suatu kejadian

tiba-tiba daripada suatu proses panjang sampai selesai seperti dilakukan dalam

sekolah. Jadi, dalam pandangan ini ada batasan untuk menerapkan kreatifitas

dalam dunia pendidikan.

Kedua, pandangan yang merupakan pandangan baru kreatifitas

yang mucul dari penelitian-penelitian terbaru bertentangan dengan

pandangan geinus. Pandangan ini menyatakan bahwa kretaifitas berkaitan

erat dengan pemahaman yang mendalam, fleksibel didalam isi dan sikap,

(41)

sehingga dapat dikaitkan dengan kerja dalam periode panjang yang disetai

perenungan.50

Adapun faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas

anak, yaitu:

1. Kepekaan dalam melihat lingkungan.

2. Kebebasan dalam melihat lingkungan/bertindak.

3. Komitmen kuat untuk maju dan berhasil.

4. Optimis dan berani ambil resiko.

5. Ketekunan untuk berlatih.

6. Hadapi masalah sebagai tantangan.

7. Lingkungan yang kondusif, tidak kaku dan otoriter.

Namun sebaliknya, selain faktor pendorong terdapat beberapa

faktor yang menghambat kreativitas anak, yaitu:

1. Malas berfikir, bertindak, berusaha dan melakukan sesuatu.

2. Impulsif.

3. Anggap remeh karya orang lain.

4. Mudah putus asa, cepat bosan dan tidak tahan uji.

5. Cepat puas.

6. Tak berani tanggung resiko.

7. Tidak percaya diri.

8. Tidak disiplin.51

(42)

4. Pengaruh Mental Aritmatika Sempoa terhadap Kreativitas Anak

Mental Aritmatika Sempoa adalah suatu program pengajaran untuk

mengoptimalkan fungsi otak sebelah kanan dengan menggunakan azas

aritmatika penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan pangkat

dua dengan alat bantu Sempoa pada tahap awal, kemudian beralih pada

sempoa bayangan.52

Salah satu pemicu kreativitas anak adalah dengan sering

menggunakan otak kanan. Dalam menghitung menggunakan mental, anak

harus mampu membayangkan gerakan manik-manik. Dengan sering melatih

mental, maka anak menjadi terbiasa menggunakan daya khayalnya atau

imajinasinya, kreativitas anak semakin berkembang.53

B.Telaah hasil Penelitian Terdahulu

Hasil telaah pustaka yang dilakukan penulis sebelumnya yang ada

kaitannya dengan variabel yang diteliti antara lain:

Dalam karya ilmiah yang ditulis oleh Lia rahmadiani yustina, Sukarti dan

RR. Indahria sulistyarini yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Sempoa terhadap

Minat Belajar Matematika pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar” dengan hasil

penelitian sebagai berikut:

51Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan Paikem (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 155-156.

52 Sessi Rewetty Rivilla dan Hadijah, “Pelaksanaan Kokurikuler Mental Aritmatika Sempoa di SDN Landasan Ulin Barat 1 Banjarbaru”, Pendidikan, Volume IV, Nomor 02 (Juli, 2014), 457.

(43)

Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan skor minat belakjar

matematika antara subyek yang telah mengikuti pelatihan sempoa dengan subyek

yang tidak mengikuti pelatihan sempoa. Berdasarkan uji hipotesis selisih skor pre

test dengan post test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

didapatkan nilai t = 5.179 dengan nilai p = 0.000 (p < 0.05). Hal ini berarti ada

pengaruh positif pelatihan sempoa terhadap minat belajar matematika, dimana

sebelum mengikuti pelatihan sempoa minat belajar matematikanya lebih rendah

dibanding setelah mengikuti pelatihan sempoa.54

Dalam skripsi yang ditulis oleh Lilis Ayuningtiyas yang berjudul

Kontribusi Lingkungan Pendidikan terhadap Perkembangan Kreativitas

Siswa Kelas IV dan V SDN I Prembun Kecamatan Prembun Kabupaten

Kebumen Tahun Ajaran 2012/2013” dengan hasil penelitian sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

lingkungan pendidikan (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat)

memberikan kontribusi positif sebesar 49,4% dan signifikan terhadap

perkembangan kreativitas siswa kelas IV dan V SDN 1 Prembun Kecamatan

Prembun Kabupaten Kebumen.

1. Lingkungan pendidikan yang berupa lingkungan keluarga memberikan

kontribusi positif sebesar 14,604% dan signifikan terhadap perkembangan

(44)

kreativitas siswa kelas IV dan V SDN 1 Prembun Kecamatan Prembun

Kabupaten Kebumen.

2. Lingkungan pendidikan yang berupa lingkungan sekolah memberikan

kontribusi positif sebesar 22,760% dan signifikan terhadap perkembangan

kreativitas siswa kelas IV dan V SDN 1 Prembun Kecamatan Prembun

Kabupaten Kebumen. Lingkungan sekolah merupakan faktor yang paling besar

dalam memberikan kontribusinya terhadap perkembangan kreativitas siswa

kelas IV dan V SDN 1 Prembun Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen.

3. Lingkungan pendidikan yang berupa lingkungan masyarakat memberikan

kontribusi positif sebesar 12,611% dan signifikan terhadap perkembangan

kreativitas siswa kelas IV dan V SDN 1 PrembunKecamatan Prembun

Kabupaten Kebumen.55

Dalam karya ilmiah yang ditulis oleh Irma Nurmalasari yang berjudul

Pengaruh Media Sempoa terhadap Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas di SDN 2 Karangrejo Tulungagung Tahun Ajaran

2012/2013” dengan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan media sempoa terhadap

kreativitas siswa pada siswa yang menggunakan sempoa dan siswa yang 81

tidak menggunakan sempoa di kelas II SDN 2 Karangrejo tahun ajaran

(45)

2012/2013 dengan nilai empirik sebesar 3,952 dan lebih besar dari t teoritik

sebesar 2,074 padataraf signifikansi 5%.

2. Ada pengaruh yang signifikansi dalampenggunaan media sempoa terhadap

hasil belajar matematika siswa pada siswa yang menggunakan sempoa dan

siswa yang tidak menggunakan sempoa dikelas II SDN 2 Karangrejo tahun

ajaran 2012/2013 dengan nilai empirik sebesar 3,608 dan lebih besar dari t

teoritik sebesar 2,074 pada taraf signifikansi 5%.56

Perbedaan dari kedua penelitian tersebut adalah terletak pada variabel

dependen dalam karya ilmiah yang ditulis oleh Lia rahmadiani yustina yaitu

tentang minat belajar, sedangkan dalam skripsi yang ditulis oleh Lilis

Ayuningtiyas dan Irma Nurmalasari variabel dependen memiliki kesamaan yakni

tentang kreativitas anak. Perbedaan selanjutnya terdapat pada variabel independen,

dalam karya ilmiah yang ditulis oleh Lia rahmadiani yustina dan Lia rahmadiani

yustina yaitu tentang Sempoa, sedangkan dalam skripsi yang ditulis oleh Lilis

Ayuningtiyas membahas tentang lingkungan pendidikan.

Namun dari ke tiga penelitian diatas terdapat persamaan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti yakni dalam variabel independen yang

membahas tentang sempoa dan variabel dependen tentang kreativitas anak.

(46)

C.Kerangka Berpikir

Berangkat dari landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka kerangka

penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jika mental aritmatika sempoa berjalan dengan baik, maka kreativitas anak di

Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo juga akan baik.

2. Jika mental aritmatika sempoa berjalan kurang baik, maka kreativitas anak di

Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogojuga kurang baik.

D.Pengajuan Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hypo = kurang dari, dan thesis = pendapat.

Hipotesis merupakan suatu kesimpulan atau pendapat yang masih kurang karena

masih harus dibuktikan.57 Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap

rumusan masalah penelitian, sebelum jawaban yang empirik.58

Karena hipotesis merupakan kebenaran yang bersifat sementara dan perlu

dibuktikan dengaan penelitian lebih lanjut, maka peneliti mengajukan Hipotesis

nihil (H0) dan Hipotesis alternative (Ha) sebagai berikut:

57 Tukiran Taniterdja & Hidayati Mustafidah, Penelitin Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), 24.

(47)

1. H0: ada pengaruh mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak di

Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

2. Ha: tidak ada pengaruh mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel. Variabel adalah

suatu atribut atau sifat, atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya.59

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan

analisis regresi atau pengaruh. Rancangan penelitian ini terdiri dari dua variabel

yaitu variabel independen (yang mempengaruhi) dan variabel dependen (yang

dipengaruhi). Veriabel independen dalam penelitian ini adalah mental aritmatika

sempoa, sedangkan variabel dependennyaadalah kreativitas anak.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuhan.60 Dengan demikian, yang dimaksud dengan populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah

59 Ibid.,

109.

60

(49)

banyak dan luas.61 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di sempoa kreatif Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 60 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan

menggunakan teknik tertentu. Sampel juga berarti sebagian dari populasi, atau

kelompok kecil yang diamati.62

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa. peneliti

menggunakan teknik sampling Nonprobability sampling, yaitu sampel jenuh.

Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel.63

C. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian berupa pedoman observasi, diuji coba terlebih

dahulu untuk mengamati perilaku subyek sampel yang komparabel dan prosedur

yang terstandar sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yang

sesungguhnya.64

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

61

Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif (bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2014), 137.

62

Tukiran Taniterdja & Hidayati Mustafidah, Penelitin Kuantitatif..., 34.

63

Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif,..., 161.

64

(50)

1. Data tentang kemampuan mental aritmatika sempoa siswa di Sempoa Kreatif

Kabupaten Ponorogo.

2. Data tentang kreativitas siswa di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

Tabel 3.1

1. Kemampuan menjumlah, mengurang, mengalikan dan membagi bilangan dengan bantuan media sempoa.

2. Kemampuan menjumlah, mengurang, mengalikan dan membagi bilangan dengan metode sempoa bayangan.

Variabel Y/Variabel

dependen: Kreativitas anak

1. Keluwesan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan masalah.

2. Keaslian dalam mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise.

3. Elaborasi (kemampuan menguraikan sesuatu secara terinci).

4. Kelancaran menghasilkan banyak gagasan. 5. Redefinisi (kemampuan meninjau sesuatu

persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan yang diketahui orang banyak).

Indikator indikator tersebut akan dijabarkan menjadi beberapa instrumen

yang berupa pernyataan untuk mengukur kemampuan mental aritmatika dan

kreativitas anak. Instrumen tersebut akan diuji cobakan pada responden. Setelah

diujikan, instrumen tersebut akan diuji validitas dan reliabilitasnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya.65 Dalam rangka

65

(51)

memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Kuisioner (Angket)

Angket atau kuisioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau

cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak secara langsung

bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya

juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau

direspon oleh responden dalam penelitian kuantitatif, penggunaan angket atau

kuisioner adalah yang paling sering ditemui karena jika dibuat secara intensif

dan teliti, angket mempunyai keunggulan jika dibanding dengan alat

pengumpul data lainnya.66

Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Adapun jenis angket yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup, yaitu kuisioner

yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban yang tersedia. Instrumen

digunakan untuk mengukur variabel mental aritmatika sempoa dan kreativitas

anak. Instrumen tersebut menggunakan skala Guttman.67

66

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), 76.

67

(52)

Dalam penelitian ini, angket akan diberikan kepada sejumlah sampel

siswa Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan dalam mental aritmatika sempoa dan kreativitas siswa.

Untuk mendapatkan data mengenai mental aritmatika sempoa dan

kreativitas anak, peneliti menggunakan metode angket langsung, yaitu angket

dijawab oleh responden yang telah ditentukan oleh peneliti. Dalam penelitian

ini yang dijadikan objek adalah siswa Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo

dengan jumlah 60 anak.

Dari indikator-indikator dan variabel yang telah ditentukan dapat

dijadikan item pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut:

Untuk jawaban positif skornya adalah:

a. Ya : 1

b. Tidak : 0

Untuk jawaban negatif skornya adalah:

a. Ya : 0

b. Tidak : 1

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah

pengelompokkan data berdasarkan variabel dan data responden, mentabulasi data

(53)

hiptesis yang telah diajukan. Langkah ini diperlukan karena tujuan dari analisis

data adalah menyususn dan menginterpretasikan data (kuantitatif) yang sudah

diperoleh.68

Karena dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, maka teknik analisis

data menggunakan statistic. Adapun analisa data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Validitas berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan.

Dalam penelitian, keabsahan sering dikaitkan dengan instrumen atau alat

ukur. Uji validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu evaluasi.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih

mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid

berarti memiliki validitas yang rendah.69

Salah satu cara untuk menentukan validitas alat ukurnya adalah

dengan menggunakan korelasi Product Moment dengan simpangan yang

dikemukakan oleh Karl Person seperti berikut:

rxy = 𝑁 ∑𝑋𝑌 − ∑𝑋 Aplikasi (Jakarta: Grafindo Persada, 2013), 170.

69

(54)

Keterangan:

rxy = angka index korelasi Product Moment

∑X = jumlah seluruh nilai X

∑Y = jumlah seluruh nilai Y

∑XY = jumlah hasil perkalian nilai X dan nilai Y

N = jumlah sampel.70

Untuk uji validitas, peneliti mengambil sampel sebanyak 27

responden dengan menggunakan 20 dan 60 item instrumen. Bila harga

korelasi dibawah 0,381 dikatakan butir instrumen tidak valid, maka dapat

disimpulkan bahwa butir instrumen dikatakan valid apabila harga rhitung

besarnya lebih dari 0,381.

Dari hasil perhitungan validitas item instrumen mental aritmatika

sempoa ada 60 butir soal terdapat 45 butir soal dinyatakan valid. Untuk

mengetahui skor jawaban angket uji validitas dapat dilihat di lampiran 2 pada

halaman 94.

70

(55)

Tabel 3.2

Rekapitulasi Uji Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Mental Aritmatika Sempoa

No Item "r" hitung "r" kritis Keterangan

(56)

Sedangkan untuk hasil perhitungan validitas item instrumen

variabel kreativitas anak ada 20 butir soal terdapat 17 butir soal dikatakan

valid. Untuk mengetahui skor jawaban angket uji validitas dapat dilihat di

lampiran 5 pada halaman 102.

Tabel 3.3

Rekapitulasi Uji Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Kreativitas Anak

No Item "r" hitung "r" kritis Keterangan

1 0,426 0,381 Valid

Nomor-nomor soal yang dianggap valid tersebut kemudian dipakai untuk

pengambilan data dalam penelitian ini. Dengan demikian, butir soal

instrumen dalam penelitian ini ada 45 soal untuk variabel mental aritmatika

(57)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang

sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat

dipercaya juga.71

Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis reliabilitas

instrumen ini menggunakan teknik Alpha yang dianalisis dengan rumus

Cronbach di bawah ini:

Adapun secara terperinci hasil perhitungan reliabilitas instrumen

dapat dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

71

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., 154.

72

(58)

a. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Mental Aritmatika Sempoa

reliabilitas instrumen mental aritmatika sempoa sebesar 1,018. Kemudian dikonsultasikan dengan “r” tabel pada taraf signifikan 5%

adalah sebesar 0.381. Karena “r” hitung lebih dari “r” tabel, yaitu

1,018 > 0,381, maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel.

b. Perhitungan Reliabiitas Instrumen Kreativitas Anak

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2 Nilai manik-manik sempoa
Gambar 2.4 Nilai manik-manik sempoa 2, 4 dan 5
Gambar 2.5 Penjumlahan 4 + 8 = 12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data tentang kesehatan mental warga binaan wanita (kasus non narkoba) di lapas anak pekanbaru mengalami perubahan yang cukup berpengaruh

Adapun hasilnya adalah (1) Bimbingan orang tua anak kelas IA Madrasah Diniyah Carangrejo Sampung Ponorogo dalam kategori sedang dengan prosentase 66,67% atau

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian anak reterdasi mental di SDLB Negeri Bangkinang

Lailatul Maghfiroh, 2022: Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif terhadap Pemecahan Masalah Barisan dan Deret Aritmatika Siswa Kelas X di MAN 2

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa siswi kelas VIII di SMPN 2 Sukorejo Ponorogo memiliki minat belajar dengan kategori cukup dengan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Peran Keluarga Dalam Memandirikan Anak Retardasi Mental di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado dikategorikan baik dengan

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa siswi kelas VIII di SMPN 2 Sukorejo Ponorogo memiliki minat belajar dengan kategori cukup dengan prosentase 61,53 %.. Kecerdasan

Tingkat pemahaman potensi ancaman bencana di Kabupatan Ponorogo siswa SMA Negeri 2 ponorogo berada di kategori sangat tinggi pada aspek pemahaman siswa untuk: 1 mengidentifikasi jenis