• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

30 APRIL 2004

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C

02

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK

NOMOR 06 TAHUN 2004

TENTANG

RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGANJUK,

Menimbang : a. bahwa dalam? rangka? memberikan kepastian hukum dan meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang perizinan industri dan perdagangan, maka perlu mengatur ketentuan perizinan industri dan perdagangan;

b. bahwa? untuk? mendukung terlaksananya kegiatan pelayanan perizinan di bidang industri dan perdagangan, maka ketentuan retribusi mengenai perizinan di bidang industri dan perdagangan perlu diatur dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan

Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 9 );

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-undang Nomor 3? Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3214);

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian? (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587);

6. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611 );

7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048 ); 8. Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Tahun 1997

Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3720);

9. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33,? Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817 );

10. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821 );

11. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839 );

12. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848 );

13. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3330);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1987 tentang Izin Usaha Industri (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3352);

(2)

15. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3805);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3806);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

18. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);

19. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 591 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Perdagangan.

Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN.

BAB? I KETENTUAN UMUM

Pasal?? 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah, adalah Kabupaten Nganjuk.

2. Pemerintah Daerah, adalah Pemerintah? Kabupaten Nganjuk 3. Bupati, adalah Bupati Nganjuk.

4. Pejabat, adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Kas Daerah, adalah Kas Pemerintah Kabupaten Nganjuk.

6. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

7. Badan, adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan alamat dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

8. Retribusi Perizinan Tertentu, adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Kabupaten Nganjuk dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan, atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

9. Perusahaan, adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

(3)

setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

11. Perusahaan Perdagangan, adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara terus-menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi.

12. Perusahaan Industri, adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

13. Izin Usaha Industri yang selanjutnya disingkat IUI, adalah izin untuk menjalankan kegiatan usaha dibidang industri.

14. Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disingkat SIUP, adalah Surat Izin untuk dapat melaksanakan kegiatan Usaha Perdagangan.

15. Surat Permintaan Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disingkat SP-SIUP, adalah Formulir yang diisi oleh Perusahaan yang memuat data perusahaan untuk memperoleh SIUP Kecil/Menengah/Besar.

16. Perubahan Perusahaan, adalah perubahan dalam perusahaan yang meliputi Perubahan Nama Perusahaan, Bentuk Perusahaan, Alamat Kantor Perusahaan, Nama Pemilik/Penanggungjawab, Alamat Pemilik/Penanggungjawab, NPWP, Modal dan Kekayaan Bersih (Netto), Kelembagaan, Bidang, Jenis Barang/Jasa Dagangan Utama.

17. Cabang Perusahaan, adalah Perusahaan yang merupakan unit atau bagian dari Perusahaan Induknya yang dapat berkedudukan ditempat yang berlainan, dapat bersifat berdiri sendiri atau bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas dari Perusahaan Induknya.

18. Perwakilan Perusahaan, adalah perusahaan yang bertindak mewakili kantor pusat perusahaan untuk melakukan suatu kegiatan dan pengurusnya ditentukan sesuai wewenang yang diberikan.

19. Perwakilan Perusahaan yang ditunjuk, adalah perusahaan yang diberi kewenangan bertindak untuk mewakili Kantor Pusat Perusahaan dan bukan merupakan bagian dari Kantor Pusat.

20. Barang Perniagaan atau Barang Dagangan, adalah barang perniagaan atau barang dagangan yang meliputi bahan pokok/bahan baku, bahan bangunan, bahan hasil industri dan barang dagangan lainnya yang diperdagangkan sehari-hari.

21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.

22. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Izin Usaha Industri (IUI).

23. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa denda;

24. Pemeriksaan, adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi.

25. Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Retribusi, adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 26. Pembinaan adalah rangkaian kegiatan untuk meningkatkan dan menumbuhkembangkan pada pengusaha guna

mengembangkan usahanya baik secara teknis maupun non teknis. BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi IUI dan SIUP adalah Retribusi yang dipungut atas pemberian IUI, SIUP, dan Daftar Ulang dalam rangka pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan terhadap pemilik IUI dan SIUP dalam melakukan

perniagaan maupun usahanya

(4)

(1) Obyek Retribusi adalah setiap kegiatan usaha di bidang industri dan perdagangan maupun usaha lainnya.

(2) Cabang/Perwakilan Perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha perdagangan dengan mempergunakan SIUP Perusahaan Pusat dan semua jenis Industri yang nilai investasinya dibawah Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tidak termasuk obyek retribusi.

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang atau Badan yang memiliki dan atau menggunakan tempat untuk menjalankan usaha dan perdagangan maupun usaha lainnya.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI?

Pasal 5

Retribusi IUI dan SIUP digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu. BAB? IV

JENIS IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

Pasal 6

Izin usaha industri dan perdagangan digolongkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu : a. IUI, meliputi : 1. IUI Kecil; 2. IUI Menengah; 3. IUI Besar. b. SIUP, meliputi : 1. SIUP Kecil; 2. SIUP Menengah; 3. SIUP Besar. BAB? V

KETENTUAN MEMPEROLEH IZIN

Pasal 7

(1) Setiap pendirian perusahaan industri maupun setiap perluasannya wajib memperoleh IUI. (2) tiga puluh persen) diatas kapasitas terpasang dalam izin yang dimilikinya.

(3) Perluasan Perusahaan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penambahan kapasitas produksi melebihi 30% (Semua perusahaan industri yang nilai investasinya dibawah Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tidak wajib memiliki IUI.

(5)

bulan.

Pasal 8

(1) Semua jenis industri dengan nilai investasi perusahaan sebesar Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah) sampai dengan Rp.200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki IUI Kecil.

(2) Semua jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya diatas Rp.200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.1.000.000.000,- (Satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki IUI Menengah.

(3) Semua jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya diatas Rp.1.000.000.000,- (Satu Milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki IUI Besar.

(4) Izin Perluasan Industri diberikan kepada perusahaan industri yang melakukan penambahan kapasitas produksi melebihi 30% (tiga puluh persen) diatas kapasitas produksi.

Pasal 9

(1) Setiap perusahaan yang melaksanakan usaha perdagangan wajib memiliki SIUP. (2) SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan??? kepada :

a. Perusahaan yang melakukan kegiatan Usaha Perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih seluruhnya sampai dengan Rp.200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki SIUP Kecil;

b. Perusahaan yang melakukan kegiatan Usaha Perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih seluruhnya diatas Rp.200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki SIUP Menengah;

c. Perusahaan yang melakukan kegiatan Usaha Perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih seluruhnya diatas Rp.500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki SIUP Besar.

Pasal 10

(1) Perusahaan yang melakukan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) baik karena peningkatan maupun penurunan yang dibuktikan dengan Akta Perubahan? dan atau Neraca Perusahaan wajib, memperoleh SIUP sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 9.

(2) Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP adalah :

a. Cabang/Perwakilan Perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan Usaha Perdagangan mempergunakan SIUP Perusahaan Pusat;

b. Perusahaan Kecil Perorangan yang memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. tidak berbentuk badan hukum atau persekutuan;

2. diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota keluarga/kerabat terdekat;

c. Pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima.

(3) Perusahaan yang dibebaskan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan SIUP apabila dikehendaki yang bersangkutan

Pasal? 11

IUI dan SIUP diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan atau domisili perusahaan dan berlaku diseluruh Indonesia. Pasal? 12

(1) Untuk memperoleh izin IUI dan SIUP sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 diajukan kepada Bupati atau Unit Kerja yang membidangi.

(6)

Bupati.

BAB? VI

MASA BERLAKUNYA IZIN

Pasal? 13 BAB? VI

MASA BERLAKUNYA IZIN

Pasal? 13

IUI dan SIUP berlaku untuk selamanya, sepanjang perusahaan dimaksud masih menjalankan usaha dan wajib daftar ulang/heregistrasi setiap 3 (tiga) tahun sekali.

BAB? VII

PERUBAHAN PERUSAHAAN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

Pasal? 14

(1) Perusahaan Industri yang telah memperoleh IUI apabila melakukan perubahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) kecuali modal dan kekayaan bersih (netto) selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak dilakukan perubahan, wajib mengajukan permintaan perubahan IUI kepada Dinas Daerah yang berwenang menerbitkan IUI yang bersangkutan.

(2) Perusahaan Industri yang telah memperoleh IUI apabila melakukan perubahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) yang menyangkut nilai investasi perusahaan seluruhnya ditetapkan sebagai berikut :

a. IUI Kecil yang mengadakan perubahan nilai investasi perusahaan sehingga menjadi lebih besar dari semula tetapi tidak melebihi Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib mengajukan perubahan IUI;

b. IUI Kecil, yang mengadakan perubahan nilai investasi perusahaan setelah perubahan menjadi diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan IUI Kecil menjadi IUI Menengah;

c. IUI Kecil yang mengadakan perubahan nilai investasi perusahaan setelah perubahan menjadi diatas Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan IUI Kecil menjadi IUI Besar;

d. IUI Menengah yang mengadakan perubahan investasi perusahaan sehingga menjadi lebih besar dari semula, tetapi tidak melebihi Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib mengajukan perubahan IUI;

e. IUI Menengah yang mengadakan perubahan investasi perusahaan sehingga turun menjadi dibawah Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan IUInya menjadi IUI Kecil;

f. IUI Menengah yang mengadakan perubahan investasi perusahaan sehingga investasinya menjadi diatas?????????? Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

(7)

usaha wajib mengajukan penyesuaian menjadi? IUI Besar;

g. IUI Besar yang mengadakan perubahan investasi perusahaan sehingga turun menjadi sampai dengan dibawah Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan IUInya menjadi IUI Menengah;

h. IUI Besar yang mengadakan perubahan investasi perusahaan turun menjadi sampai dengan dibawah Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan IUInya menjadi IUI Kecil.

(3) Perubahan Perusahaan Industri yang tidak termasuk dalam Pasal 1 angka 17 wajib dilaporkan secara tertulis kepada Dinas Daerah yang berwenang menerbitkan IUI yang bersangkutan tanpa mengganti atau mengubah IUI yang telah diperoleh.

(4) Dinas Daerah yang bersangkutan terhitung sejak diterimanya laporan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib mengeluarkan Surat Persetujuan Perubahan IUI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan IUI yang telah diperoleh.

Pasal? 15

(1) Perusahaan yang telah memperoleh SIUP apabila melakukan perubahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) kecuali modal dan kekayaan bersih (netto) selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak dilakukan perubahan, wajib mengajukan permintaan perubahan SIUP kepada Dinas Daerah yang berwenang menerbitkan SIUP yang bersangkutan.

(2) Perusahaan yang telah memperoleh SIUP apabila melakukan perubahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) yang menyangkut modal dan kekayaan bersih (netto) ditetapkan sebagai berikut :

a. SIUP Kecil yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersihnya (netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula tetapi tidak melebihi Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib mengajukan perubahan SIUP;

b. SIUP Kecil, yang modal dan kekayaan bersih (netto) setelah perubahan menjadi diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP Kecil menjadi SIUP Menengah;

c. SIUP Kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto) setelah perubahan menjadi diatas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP Kecil menjadi SIUP Besar;

d. SIUP Menengah yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula, tetapi tidak melebihi Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib mengajukan perubahan SIUP;

e. SIUP Menengah yang modal dan kekayaan bersih (netto) turun menjadi dibawah Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUPnya menjadi SIUP Kecil;

f. SIUP Menengah yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) sehingga menjadi diatas?????????? Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib mengajukan penyesuaian menjadi? SIUP Besar;

g. SIUP Besar yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) turun menjadi sampai dengan dibawah Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUP nya menjadi SIUP Menengah;

h. SIUP Besar yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) turun menjadi sampai dengan dibawah Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUP nya menjadi SIUP Kecil.

(3) Perubahan Perusahaan yang tidak termasuk dalam Pasal 1 angka 17 wajib dilaporkan secara tertulis kepada Dinas Daerah yang berwenang menerbitkan SIUP yang bersangkutan tanpa mengganti atau mengubah SIUP yang telah diperoleh.

(4) wajib mengeluarkan Surat Persetujuan Perubahan SIUP yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan SIUP yang telah diperoleh.

(8)

ayat (3),

BAB? VIII P E L A P O R A N

Pasal 16

(1) Perusahaan pemegang IUI Kecil yang nilai investasi perusahaan dibawah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dibebaskan dari kewajiban menyampaikan laporan.

(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) yang telah memperoleh IUI Kecil dengan nilai investasi diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyampaikan laporan kepada Bupati mengenai kegiatan usahanya setiap satu tahun sekali selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun berikutnya.

(3) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) yang telah memperoleh IUI Menengah wajib menyampaikan laporan kepada Bupati mengenai kegiatan usahanya sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun.

(4) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) yang telah memperoleh IUI Besar wajib menyampaikan laporan kepada Bupati mengenai kegiatan usahanya sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun.

(5) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan dengan jadwal sebagai berikut : a. semester Pertama selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Juli;

b. semester Kedua selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Januari tahun berikutnya. Pasal 17

(1) Perusahaan pemegang SIUP Kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto) dibawah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dibebaskan dari kewajiban menyampaikan laporan. (2) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf a yang telah memperoleh SIUP Kecil dengan

modal disetor dan kekayaan bersih diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyampaikan laporan kepada Bupati mengenai kegiatan usahanya setiap satu tahun sekali selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun berikutnya.

(3) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b yang telah memperoleh SIUP Menengah wajib menyampaikan laporan kepada Bupati mengenai kegiatan usahanya sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun.

(4) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf c yang telah memperoleh SIUP Besar wajib menyampaikan laporan kepada Bupati mengenai kegiatan usahanya sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun.

(5) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan dengan jadwal sebagai berikut : a. semester Pertama selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Juli;

b. semester Kedua selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Januari tahun berikutnya. BAB? IX

WAJIB

DAFTAR PERUSAHAAN

Pasal? 18

(9)

terhitung mulai tanggal diterbitkannya IUI dan SIUP wajib mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar Perusahaan.

(2) TDP (Tanda Daftar Perusahaan) meliputi : 1. Perseroan Terbatas ;

2. Perseroan Komanditer ; 3. Bentuk Usaha Lain ;

4. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah ; 5. Firma ;

6. Koperasi ;

7. Perusahaan Perorangan ; 8. Perusahaan Asing.

BAB? X

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 19

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan golongan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. BAB? XI

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR BESARNYA TARIF

Pasal 20

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi IUI dan SIUP adalah untuk pengganti sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian izin dalam rangka pembinaan, penataan,? pengendalian dan

pemeriksaan lapangan dalam rangka pengawasan terhadap perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha perdagangan dan industri.

BAB? XII

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 21

Besarnya tarif retribusi di bidang industri dan perdagangan ditetapkan sebagai berikut :

1. Setiap perusahaan industri wajib memiliki IUI, dengan pengenaan retribusi sebagai berikut : a. IUI Kecil sebesar? Rp.? 50.000,-? (Lima puluh ribu rupiah);????

b. IUI Menengah sebesar Rp. 100.000,-? (Seratus ribu rupiah);???????????? c. IUI Besar? sebesar? Rp. 250.000,-? (Dua ratus lima puluh ribu rupiah).???

2. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memiliki SIUP dengan pengenaan retribusi sebagai berikut :

a. SIUP Kecil sebesar?? Rp.? 50.000,-? (Lima puluh ribu rupiah); b. SIUP Menengah sebesar Rp. 100.000,-? (Seratus ribu rupiah);

(10)

3. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan perusahaannya, dengan pengenaan retribusi sebagai berikut a. Perseroan Terbatas sebesar Rp.?? 150.000,-? (Seratus? lima puluh ribu rupiah);

b. Perseroan Komanditer sebesar Rp.? 50.000,-? (Lima puluh ribu rupiah); c. Bentuk Usaha Lain sebesar Rp.?? 100.000,- ??(Seratus ribu rupiah);

d. Badan Usaha Milik Negara/ Daerah? sebesar Rp. ??100.000,- ????(Seratus ribu rupiah); e. Firma sebesar Rp.? 50.000,- ???(Lima puluh ribu rupiah);

f. Koperasi sebesar Rp. 15.000,-? (Limabelas ribu rupiah);

g. Perusahaan Perorangan sebesar Rp. 15.000,-? (Limabelas ribu rupiah);

h. Perusahaan Asing sebesar ?Rp.???? 250.000,- ??(Dua ratus lima puluh ribu rupiah). 4. Untuk heregistrasi IUI,? SIUP dan TDP dikenakan retribusi sebesar :

a. IUI :

1. Kecil sebesar Rp.?? 50.000,-?? (Lima puluh ribu rupiah); 2. Menengah sebesar? Rp. 100.000,-??? (Seratus ribu rupiah); 3. Besar sebesar? Rp. 250.000,-? (Dua ratus lima puluh ribu rupiah). b. SIUP :

1. Kecil? sebesar? Rp??? 50.000,-?? (Lima puluh ribu rupiah); 2. Menengah sebesar Rp.? 100.000,- (Seratus ribu rupiah);

3. Besar sebesar ?Rp.? 250.000,-? (Dua ratus lima puluh ribu rupiah). c. TDP :

1. Perseroan Terbatas sebesar? Rp.? 150.000,-? (Seratus? lima puluh ribu rupiah); 2. Perseroan Komanditer sebesar Rp.??? 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah); 3. Bentuk Usaha Lain sebesar ???Rp.?? 100.000,-? (Seratus ribu rupiah);

4. Badan Usaha Milik Negara / Daerah sebesar? Rp.? 100.000,- (Seratus ribu rupiah); 5. Firma sebesar Rp.??? 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah);

6. Koperasi sebesar Rp.???? 15.000,- (Limabelas ribu rupiah);

7. Perusahaan Perorangan sebesar ?Rp.???? 15.000,- (Limabelas ribu rupiah); 8. Perusahaan Asing sebesar Rp.?? 250.000,- (Dua ratus lima puluh ribu rupiah).

BAB? XIII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal? 22

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Nganjuk. BAB? XIV

SAAT RETRIBUSI TERUTANG

(11)

Saat Retribusi Terutang pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB? XV

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal? 24 (1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disetor ke Kas Daerah.

BAB? XVI

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal? 25

(1) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditentukan oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Apabila pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka wajib retribusi dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari nilai retribusi yang terutang.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Bupati. BAB? XVII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 26

(1) Pelaksanaan Penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran dengan mengeluarkan surat bayar/penyetoran atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat? teguran/peringatan atau surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.

(3) Surat bayar/penyetoran atau surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

BAB? XVIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 27

(12)

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan, keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi.

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB? XIX KEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 28

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa? setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran atau ;

b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB? XX

PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN IUI DAN SIUP

Pasal? 29 (1) IUI? dan SIUP dibekukan apabila :

a. Perusahaan tidak mengindahkan peringatan tertulis dari pejabat berwenang mengeluarkan izin sebanyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut ;

b. Sedang diperiksa di Pengadilan karena didakwa melakukan pelanggaran hukum atau tindak pidana lainnya.

(2) Selama IUI dan SIUP dibekukan perusahaan yang bersangkutan dilarang melakukan kegiatan usaha perdagangan.

(3) Jangka waktu pembekuan izin usaha bagi Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkannya penetapan izin usaha.

(4) Jangka waktu pembekuan IUI dan SIUP bagi perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b berlaku sampai dengan adanya Keputusan Pengadilan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

(5) IUI dan SIUP yang telah dibekukan dapat diberlakukan kembali apabila perusahaan dinyatakan tidak terbukti melakukan pelanggaran atau tindak pidana yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal? 30 Pencabutan IUI dan SIUP dilakukan apabila :

a. perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha melakukan perluasan tanpa memiliki izin perluasan;

b. perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha tidak menyampaikan informasi usahanya setiap 1 (satu) tahun sekali atau informasi tersebut tidak mengandung kebenaran;

c. perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha melakukan pemindahtanganan hak dan pemindahan lokasi usaha tanpa persetujuan Bupati atau pejabat yang ditunjuk;

d. tidak dipenuhinya ketentuan dalam perizinan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(13)

BAB? XXI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal? 31

(1) Pembinaan terhadap perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha dilaksanakan oleh Unit Kerja yang membidangi.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pembinaan terhadap iklim usaha, sarana usaha, pemasaran, managemen dan produksi dari perusahaan yang bersangkutan.

Pasal? 32

(1) Pengawasan terhadap perusahaan yang telah mendapat izin usaha dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Pengawasan dilakukan secara teratur terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang telah mendapat izin usaha Industri dan Perdagangan.

BAB? XXII KETENTUAN PIDANA

Pasal? 33

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 kali jumlah retribusi yang terutang.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB? XXIII

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal? 34

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan? jelas ;

b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana

di bidang retribusi daerah ;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah ;

(14)

Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ;

g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi? daerah ;

h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; i. Menghentikan penyidikan ;

j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana.

BAB? XXIV KETENTUAN PENUTUP

Pasal? 35

Hal?hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal?? 36 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nganjuk.

Ditetapkan di????? :? Nganjuk Pada tanggal?????? :? 29-04-2004 BUPATI NGANJUK d.t.o SITI NURHAYATI Diundangkan dalam lembaran daerah Kabupaten Nganjuk Nomor 02 Tahun 2004 Seri C pada tanggal 30-04-2004

(15)

PENJELASAN A T A S

PERATURAN? DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004

TENTANG

RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN I. PENJELASAN UMUM :

Bahwa dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan terutama untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya pada sektor industri dan perdagangan, maka Pemerintah Kabupaten berkewajiban melaksanakan penataan, pembinaan dan pengawasan industri, perdagangan dan perusahaan lainnya serta dalam rangka mendapatkan kepastian hukum dalam pengambilan kebijakan penerbitan IUI dan SIUP.

Oleh karena itu guna memberikan kepastian hukum dalam pengambilan kebijakan tersebut diatas maka perlu diatur dan dituangkan dalam Peraturan Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL? :? Pasal 1

??

Cukup jelas Pasal? 2 ? Cukup jelas Pasal? 3

Ayat (1) Usaha lainnya adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba, diluar :

a. Badan Hukum, termasuk di dalamnya Koperasi; b. Persekutuan;

c. Perorangan. Ayat (2) Cukup jelas.?? Pasal 4 Cukup jelas

Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9

Ayat 1 Cukup jelas Ayat 2

huruf a 4. Modal disetor adalah modal yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.

5. Kekayaan bersih adalah kekayaan perusahaan perorangan yang tercantum dalam Neraca Awal Perusahaan.

huruf b Cukup jelas huruf c Cukup jelas Pasal? 10 Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2)

huruf a Cukup jelas huruf b Cukup jelas huruf c Cukup jelas

(16)

Ayat (3) Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas

Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Penyampaian laporan mengenai kegiatan usahanya setiap satu tahun sekali selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun berikutnya adalah berkaitan dengan adanya jatuh tempo tutup buku perusahaan tanggal 30 Desember.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas

Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Dukumen lain yang dipersamakan adalah Surat Ketetapan yang mencantumkan besarnya jumlah retribusi terhutang

Ayat (3) Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas

Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Unit Asam Asetat dan Ethyl Asetat adalah merupakan pabrik pertama yang didirikan di Indonesia, sehingga produk-produk yang dihasilkan telah dapat memenuhi kebutuhan di dalam

Hal ini merupakan tantangan bisnis ke depan yang dihadapi PDAM Kota Bandung yaitu semakin tingginya permintaan baik penyediaan air bersih maupun pengolahan air kotor

kepala rumah tangga perempuan miskin di Desa Lajing Kec. Bangkalan adalah kemiskinan struktural. Yaitu adanya struktur sosial yang. menghambat kepala rumah tangga

Budaya adhokrasi identik dengan tempat kerja yang dinamis dan bersifat entrepreneurial yang membuat setiap indi- vidu di dalam organisasi bertanggung jawab dan

[r]

Data D2 yang tidak masuk pada D3 Serdos Ge lombang 20150 2 ini akan dice k kem bali pada database di PDPT untuk penyusunan data D3 Ser dos selanjutnya.. PT dapat mengusulkan dosen

For a given pitch, total current per unit layout-width of the Tri-gate transistor has only 0.60X the channel width of the standard transistor. • Need to use spacer-litho technique

Setelah dilakukan analisis dengan hukum Islam, maka peneliti menyimpulkan pelaksanaan pembagian harta bersama di dalam wilayah Pengadilan Agama Pekanbaru, dari sisi kendala