BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori
Penelitian tentang pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2015 membutuhkan kajian teori sebagai berikut:
1. Teori Stakeholder
Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas
yang beroperasi hanya untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan
manfaat bagi stakeholder-nya (shareholders, kreditor, konsumen, supplier,
pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain yang berkepentingan dengan
perusahaan) (Permatasari, 2014).
Grey et, al (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyebutkan
bahwa kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan
stakeholders, dukungan tersebut harus dicari oleh perusahaan. Dukungan
tersebut dapat dicari melalui kegiatan atau aktifitas perusahaan sehari-hari.
Pengungkapan CSR dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menjalin hubungan dengan stakeholders-nya, sehingga semakin luas
pengungkapan CSR tersebut maka akan semakin baik dukungan dari
stakeholders. Dukungan yang baik dari stakeholders kepada perusahaan
2.Teori Legitimasi
Teori legitimasi dapat menjelaskan alasan dibalik pengungkapan
CSR oleh perusahaan, karena teori legitimasi meyakini bahwa sebuah
organisasi (khususnya perusahaan) akan mampu untuk bertahan lama dan
berkelanjutan jika komunitas disekitarnya memiliki persepsi dan
keyakinan bahwa organisasi tersebut beroperasi dalam sistem nilai yang
sama dan diterima oleh komunitas tersebut (Sari, 2013).
Teori legitimasi juga memfokuskan perusahaan terhadap
interaksinya dengan masyarakat, sehingga sebuah organisasi mampu untuk
menciptakan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang melekat pada
kegiatannya dengan norma-norma perilaku yang ada dalam sistem sosial
masyarakat dimana organisasi adalah bagian dari sistem tersebut.
3. Teori Signaling
Signalling Theory (Teori Sinyal), teori ini memberikan suatu sinyal
dimana dari pihak pengirim atau pemilik informasi berusaha memberikan
suatu informasi relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima
informasi. Kemudian pihak penerima akan menyesuaikan pengambilan
keputusannya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan secara tidak
langsung pasti juga berdampak pada stakeholders seperti karyawan,
investor, pemasok, pemerintah, konsumen, serta masyarakat sehingga
kegiatan-kegiatan tersebut menjadi perhatian dan minat dari para
dan penanam modal. Maka dari itu dirasa perlu oleh perusahaan untuk
memberi suatu informasi yang lengkap bagi para calon stakeholder
tersebut. Sehingga perusahaan melaporkan lebih dari sekedar laporan
keuangan, dengan mengungkapkan laporan tambahan yaitu pelaporan
tahunan tentang aktivitas CSR perusahaan.
4. Pengungkapan Corporate Social Responsibilty a. Definisi Corporate Social Responsibility
Tanggung jawab sosial atau pengungkapan corporate social
responsibility adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak hanya
menyediakan barang dan jasa, baik bagi masyarakat maupun dalam
mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik maupun
memberikan kontribusi secara positif terhadap kesejahteraan masyarakat
dimana mereka beroperasi.
Perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika manajemennya
memiliki visi atau kinerja operasionalnya, tidak hanya mengutamakan atas
laba atau profit perusahaan saja tetapi juga dalam menjalankan
aktivitasnya memperhatikan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari
perusahaan tetapi juga ada tujuan lainnya yaitu kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang
lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray
Ambadar (2008:31) dalam Kartikasari (2011) mengemukakan bahwa
fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan
tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang mulai dari politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Kecenderungan tersebut terus menjadi
agenda perubahan besar masyarakat dan memunculkan berbagai opini
dalam sistem sosial kemasyarakatan yang mengharapkan lebih adil dan
memberi peluang untuk mewujudkan kesejahteraan bersama yang
berkelanjutan (sustainable development).
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki
adanya hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat (stakeholders). Perusahaan harus terus menerus berjuang untuk
mencapai kecemerlangan dengan keunggulan bersaing di pasar sebagai
hasil dari perencanaan strategis dan operasional. Dengan kata lain,
perusahaan harus dapat menciptakan strategi untuk menyampaikan produk
dan jasa mereka sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan nilai yang
lebih besar untuk pelanggan. Dauman dan Hargreaves (1992) dalam
Hasibuan (2001) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat
dibagi menjadi tiga level sebagai berikut:
1) Basic responsibility (BR)
Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama
dari suatu perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan
tersebut seperti; perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum,
tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan
dampak yang sangat serius. Usaha yang ramah lingkungan.
2) Organization responsibility (OR)
Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab perusahaan untuk
memenuhi perubahan kebutuhan ”Stakeholder” seperti pekerja,
pemegang saham, dan masyarakat disekitarnya.
3) Sociental responses (SR)
Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara
bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat
sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara
berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam
lingkungannya secara keseluruhan.
Untuk dapat menentukan ruang lingkup dari tanggung jawab sosial,
mengidentifikasi isu-isu yang relevan dan menentukan prioritasnya
terhadap tanggung jawab sosial, suatu perusahaan harus dapat mengerti
elemen dasar yang terdapat dalam tanggung jawab sosial. Di dalam
Global Reporting InitiativeGeneration 4 (GRI G4) dijelaskan 6 elemen
dasar dari praktik CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu:
a) Ekonomi
Mencakup 4 aspek yang meliputi kinerja ekonomi (economic
performance), keberadaan pasar (market presence), dampak
ekonomi tidak langsung (inderect economic impacts), Praktik
b) Lingkungan
Mencakup bahan (materials), energi (energy), air (water),
keanekaragaman hayati (biodivesity), emisi (emissions), elfuen
dan limbah (effluents andwaste), produk dan jasa (products and
services), kepatuhan (compliance), transportasi (transport),
lain-lain (overall), asesmen pemasok atas lingkungan (supllier
enviromental assesment), mekanisme pengaduan masalah
lingkungan (Environmental Grievance Mechanisms)
c) Praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja
Mencakup 9 aspek meliputi kepegawaian (Employment),
hubungan industrial (Labor/Management Relations), kesehatan
dan keselamatan kerja (Occupational Health and Safety),
pelatihan dan pendidikan (Training and Education),
keberagamaan dan kesetaraan peluang (Diversity and Equal
Opportunity), kesetaraan remunerasi perempuan dan laki-laki
(Equal Remuneration for Women and Men), asesmen pemasok
atas praktik ketenagakerjaan (Supplier Assessment for Labor
Practices), mekanisme pengaduan masalah ketenagakerjaan
(Labor Practices Grievance Mechanisms)
d) Hak asasi manusia
Mencakup 10 aspek meliputi investasi (invesment),
non-diskriminasi (nondicrimination), kebebasan berserikat dan
bergaining), pekerja anak (child labor), pekerja paksa atau
wajib kerja (forced or compulsory labor), praktik pengamanan
(security practices), hak adat (indigenous rights), asesmen
(assesstment), asesmen pemasok atas hak asasi manusia
(Supplier Human Rights Assessment), mekanisme pengaduan
masalah hak asasi manusia (Human Rights Grievance
Mechanisms).
e) Masyarakat
Mencakup 7 aspek meliputi masyarakat lokal (Local
Communities), antikorupsi (Anti-corruption), kebijakan publik
(Public Policy), anti persaingan (Anti-competitive Behavior),
kepatuhan (compliance), asesmen pemasok atas dampak pada
masyarakat (Supplier Assessment for Impacts on Society),
mekanisme pengaduan dampak terhadap masyarakat
(Grievance Mechanisms for Impacts on Society).
f) Tanggung jawab atas produk
Mencakup 5 aspek meliputi kesehatan dan keselamatan
pelanggan (Customer Health and Safety), pelabelan produk dan
jasa (Product and Service Labeling), komunikasi pemasaran
(Marketing Communications), privasi pelanggan (Customer
b. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Hendriksen dalam Nurlela dan Islahudin (2006) mendefinisikan
pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan
untuk pengoperasian optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan
ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan standar
tertentu, dan ada yang bersifat sukerala (voluntary) yang merupakan
pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari peraturan
yang berlaku.
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Ghozali
(2007:377) menunjukkan bahwa pengungkapan (disclosure) apabila
dikaitkan dengan data berarti memberikan data yang bermanfaat kepada
pihak yang memerlukan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan,
disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan
informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit
usaha.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sangat perlu
dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai
tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari
penggunaan sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas
perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat
timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh
resources maka akan menimbulkan manfaat sosial (social benefit)
(Rosmasita, 2007).
Stakeholder pada dasarnya cepat mengendalikan atau memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi
yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder oleh
besar kecilnya power yang mereka miliki atas sumber tersebut. Power
tersebut dapat berupa kemampuan untu membatasi pemakaian sumber
ekonomi yang terbatas, misalnya, modal dan tenaga kerja, akses terhadap
media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau
kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan.
a) Untuk menarik dana investasi.
Pihak yang bertanggung jawab dalam meranking organisasi
tertentu untuk tujuan analisis portofolio menggunakan informasi dari
sejumlah sumber termasuk informasi yang dikeluarkan oleh
organisasi tersebut.
b) Untuk memenuhi persyaratan industri.
Jadi dalam sebuah perusahaan terkadang ada tekanan dari pihak
stakeholder aturan tersebut dapat mempengaruhi persyaratan
pelaporan.
c) Untuk memenangkan penghargaan pelaporan tertentu.
Ada berbagai penghargaan yang diberikan oleh beberapa Negara
yang berkaitan dengan aspek sosial dan dampak lingkungan. Banyak
organisasi berlomba-lomba memenangkan sebuah penghargaan
dengan harapan memperbaiki image positif perusahaan.
Memenangkan penghargaan memiliki implikasi positif terhadap
reputasi perusahaan di mata stakeholdernya.
Disamping itu, pertanggungjawaban sosial perusahaan
diperlukan untuk menilai apakah kegiatan perusahaan telah
memenuhi ketentuan, standar, dan peraturan yang berlaku. Misalnya
mengenai polusi, kesehatan dan keselamatan, bahaya penggunaan
bahan-bahan yang beracun, dan lain-lain. Pada saat perusahaan mulai
berinteraksi dan dekat dengan lingkungan luarnya (masyarakat),
maka berkembang hubungan saling ketergantungan dan kesamaan
minat serta tujuan antara perusahaan dengan lembaga sosial yang ada.
Interaksi ini menyebabkan perusahaan tidak bisa lagi membuat
keputusan atau kebijakan yang hanya menguntungkan pihaknya saja.
Tetapi perusahaan juga harus memikirkan kebutuhan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder needs). Jika
tekanan dari stakeholder berpengaruh kuat terhadap kontinuitas dan
kinerja perusahaan maka perusahaan harus bisa menyusun kebijakan
sosial dan lingkungan yang terarah.
c. Likuiditas
Likuiditas menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar
likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan
perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada
saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia
Kamil dan Antonius (2012) berpendapat bahwa likuiditas
merupakan suatu indikator untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan entitas untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka
pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang
tersedia.
Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan memberikan
sinyal kepada perusahaan yang lain, bahwa mereka lebih baik dari
pada perusahaan lain, dengan melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan lingkungan sosial. Sinyal tersebut dilakukan dengan cara
memberikan informasi yang lebih luas tentang tanggungjawab sosial
dan lingkungan yang mereka lakukan. Menurut Syahrir dan Suhendra
(2010) menemukan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh positif
terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan penelitian yang dilakukan
Kamil dan Antonius (2012), hasil penelitian menunjukkan bahwa
likuiditas tidak terbukti berpengaruh pada pengungkapan CSR
d. Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan entitas
dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan modal
selama periode tertentu. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat
pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosial.
Menurut Putri dan Christiawan (2014) menemukan tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan
pengungkapan informasi sosial dengan kepeduliannya terhadap
masyarakat (sosial).
Kamil dan Antonius (2012) berpendapat bahwa perusahaan
dengan profitabilitas yang tinggi dapat mengatasi timbulnya
biaya-biaya atas pengungkapan tanggung jawab sosial tersebut. Tingkat
profitabilitas yang semakin tinggi mencerminkan kemampuan entitas
dalam menghasilkan laba yang semakin tinggi, sehingga entitas
mampu untuk meningkatkan tanggung jawab sosial, serta melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam laporan keuangan
dengan lebih luas.
B. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang terkait mengenai
pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR).
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Rafika Anggraini Putri dan Yulius Jogi Christiawan (2014)
Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Dan
Leverage Terhadap
Pengungkapan
Corporate Social Responsibility
Likuiditas berpengaruh negatif terhadap
pengungkapan CSR
Leverage tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR 2. Ryandi Iswandika,
Murtanto, Emma Sipayung (2012)
Pengaruh Kinerja Keuangan, Corporate
Governance, dan
Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR Likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR Solvabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR Kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR
Proporsi dewan komisaris independen tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR
Ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR
Kualitas audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR 3. Reka Maiyarni,
Susfayetti, Misni Erwati (2014)
Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan
Leverage terhadap
Pengungkapan
Corporate Social
Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR
Responsibility (CSR) Pada Perusahaan LQ-45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012
pengungkapan CSR Likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR
Leverage berpengaruh
negatif siginifikan terhadap pengungkapan CSR
4. Risky Latif Rosyadi (2015)
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Likuiditas, Dan Media
Exposure Terhadap
Pengungkapan
Corporate Social Responsibility
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR
Media Exposure
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR
5. Rizkia Anggita Sari (2012)
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Corporate Social Responsibility
Disclosure Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tipe industri berpengaruh negatif terhadap CSRD
Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap CSRD
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap CSRD
Leverage tidak
berpengaruh terhadap CSRD
Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh
6. Anastasia Indah Ayu Purnama,
Anantawikrama Tungga Atmaja, Nyoman Ari Surya Darmawan (2014)
Pengaruh Size,
Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR
Disclosure) Dalam
Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2013
Size perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR
Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR
Leverage berpengaruh
negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR
Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini meliputi likuiditas dan profitabilitas. Sedangkan variabel
dependen adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility. Kerangka
pemikiran teoritis untuk mengembangkan hipotesis dalam penelitian ini
dapat dilihat pada gambar berikut:
H1 (+)
H2 (+)
Gambar 2.1 Model Penelitian Likuiditas (X1)
Profitabilitas (X2)
Pengungkapan
Corporate Social Responsibility
D. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Likuiditas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Likuiditas adalah ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau melunasi
hutang-hutang jangka pendeknya. Berdasarkan teori legitimasi berkeyakinan
bahwa kekuatan perusahaan yang ditunjukan rasio likuiditas tinggi
akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan tanggung jawab
sosial yang tinggi. Hal ini didasarkan bahwa kuatnya keuangan suatu
perusahaan akan cenderung memberikan informasi yang luas dari
pada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang lemah.
Menurut penelitian Rosyadi (2015) menyebutkan bahwa likuiditas
berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan CSR.
Penelitian yang dilakukan oleh Hussainey et. al. (2011)menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif antara likuiditas dan pengungkapan
CSR. Penelitian yang dilakukan Syahrir dan Suhendra (2010)
menemukan bahwa likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR.
Atas dasar alasan tersebut maka dapat diambil hipotesis
sebagai berikut:
H1 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate
2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Penelitian yang dilakukan oleh Nurkhin (2010) menunjukkan
bahwa variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan
kelengkapan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Veronica (2009) berhasil menunjukkan
adanya pengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Menurut Ramdhaningsih dan Utama (2013) menemukan
bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin tinggi pula tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tingkat
profitabilitas perusahaan yang semakin tinggi mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang semakin
tinggi, sehingga entitas mampu untuk meningkatkan tanggung jawab
sosial, serta melakukan pengungkapan tanggung jawab sosialnya
dalam laporan keuangan secara lebih luas. Pengaruh profitabilitas
didasarkan pada legitimacy theory yang mengakui adanya hubungan
antara kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan dengan profitabilitas perusahan yang bersangkutan.
Perusahaan dengan manajemen yang memiliki pengetahuan akan
mampu menciptakan profit dan akan memahami pentingnya tanggung
jawab sosial dan lingkungan, yang pada akhirnya akan diungkapkan
dalam laporan tahunan. Atas dasar alasan tersebut maka dapat diambil
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan