• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori - PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI Periode 2013-2015) - repo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori - PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI Periode 2013-2015) - repo"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori

Penelitian tentang pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap

pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan

manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2013-2015 membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

1. Teori Stakeholder

Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas

yang beroperasi hanya untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan

manfaat bagi stakeholder-nya (shareholders, kreditor, konsumen, supplier,

pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain yang berkepentingan dengan

perusahaan) (Permatasari, 2014).

Grey et, al (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyebutkan

bahwa kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan

stakeholders, dukungan tersebut harus dicari oleh perusahaan. Dukungan

tersebut dapat dicari melalui kegiatan atau aktifitas perusahaan sehari-hari.

Pengungkapan CSR dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

menjalin hubungan dengan stakeholders-nya, sehingga semakin luas

pengungkapan CSR tersebut maka akan semakin baik dukungan dari

stakeholders. Dukungan yang baik dari stakeholders kepada perusahaan

(2)

2.Teori Legitimasi

Teori legitimasi dapat menjelaskan alasan dibalik pengungkapan

CSR oleh perusahaan, karena teori legitimasi meyakini bahwa sebuah

organisasi (khususnya perusahaan) akan mampu untuk bertahan lama dan

berkelanjutan jika komunitas disekitarnya memiliki persepsi dan

keyakinan bahwa organisasi tersebut beroperasi dalam sistem nilai yang

sama dan diterima oleh komunitas tersebut (Sari, 2013).

Teori legitimasi juga memfokuskan perusahaan terhadap

interaksinya dengan masyarakat, sehingga sebuah organisasi mampu untuk

menciptakan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang melekat pada

kegiatannya dengan norma-norma perilaku yang ada dalam sistem sosial

masyarakat dimana organisasi adalah bagian dari sistem tersebut.

3. Teori Signaling

Signalling Theory (Teori Sinyal), teori ini memberikan suatu sinyal

dimana dari pihak pengirim atau pemilik informasi berusaha memberikan

suatu informasi relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima

informasi. Kemudian pihak penerima akan menyesuaikan pengambilan

keputusannya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan secara tidak

langsung pasti juga berdampak pada stakeholders seperti karyawan,

investor, pemasok, pemerintah, konsumen, serta masyarakat sehingga

kegiatan-kegiatan tersebut menjadi perhatian dan minat dari para

(3)

dan penanam modal. Maka dari itu dirasa perlu oleh perusahaan untuk

memberi suatu informasi yang lengkap bagi para calon stakeholder

tersebut. Sehingga perusahaan melaporkan lebih dari sekedar laporan

keuangan, dengan mengungkapkan laporan tambahan yaitu pelaporan

tahunan tentang aktivitas CSR perusahaan.

4. Pengungkapan Corporate Social Responsibilty a. Definisi Corporate Social Responsibility

Tanggung jawab sosial atau pengungkapan corporate social

responsibility adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak hanya

menyediakan barang dan jasa, baik bagi masyarakat maupun dalam

mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik maupun

memberikan kontribusi secara positif terhadap kesejahteraan masyarakat

dimana mereka beroperasi.

Perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika manajemennya

memiliki visi atau kinerja operasionalnya, tidak hanya mengutamakan atas

laba atau profit perusahaan saja tetapi juga dalam menjalankan

aktivitasnya memperhatikan lingkungan yang ada di sekitarnya.

Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari

perusahaan tetapi juga ada tujuan lainnya yaitu kepedulian perusahaan

terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang

lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray

(4)

Ambadar (2008:31) dalam Kartikasari (2011) mengemukakan bahwa

fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan

tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang mulai dari politik,

ekonomi, sosial, dan budaya. Kecenderungan tersebut terus menjadi

agenda perubahan besar masyarakat dan memunculkan berbagai opini

dalam sistem sosial kemasyarakatan yang mengharapkan lebih adil dan

memberi peluang untuk mewujudkan kesejahteraan bersama yang

berkelanjutan (sustainable development).

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

adanya hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan

masyarakat (stakeholders). Perusahaan harus terus menerus berjuang untuk

mencapai kecemerlangan dengan keunggulan bersaing di pasar sebagai

hasil dari perencanaan strategis dan operasional. Dengan kata lain,

perusahaan harus dapat menciptakan strategi untuk menyampaikan produk

dan jasa mereka sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan nilai yang

lebih besar untuk pelanggan. Dauman dan Hargreaves (1992) dalam

Hasibuan (2001) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat

dibagi menjadi tiga level sebagai berikut:

1) Basic responsibility (BR)

Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama

dari suatu perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan

tersebut seperti; perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum,

(5)

tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan

dampak yang sangat serius. Usaha yang ramah lingkungan.

2) Organization responsibility (OR)

Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab perusahaan untuk

memenuhi perubahan kebutuhan ”Stakeholder” seperti pekerja,

pemegang saham, dan masyarakat disekitarnya.

3) Sociental responses (SR)

Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara

bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat

sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara

berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam

lingkungannya secara keseluruhan.

Untuk dapat menentukan ruang lingkup dari tanggung jawab sosial,

mengidentifikasi isu-isu yang relevan dan menentukan prioritasnya

terhadap tanggung jawab sosial, suatu perusahaan harus dapat mengerti

elemen dasar yang terdapat dalam tanggung jawab sosial. Di dalam

Global Reporting InitiativeGeneration 4 (GRI G4) dijelaskan 6 elemen

dasar dari praktik CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu:

a) Ekonomi

Mencakup 4 aspek yang meliputi kinerja ekonomi (economic

performance), keberadaan pasar (market presence), dampak

ekonomi tidak langsung (inderect economic impacts), Praktik

(6)

b) Lingkungan

Mencakup bahan (materials), energi (energy), air (water),

keanekaragaman hayati (biodivesity), emisi (emissions), elfuen

dan limbah (effluents andwaste), produk dan jasa (products and

services), kepatuhan (compliance), transportasi (transport),

lain-lain (overall), asesmen pemasok atas lingkungan (supllier

enviromental assesment), mekanisme pengaduan masalah

lingkungan (Environmental Grievance Mechanisms)

c) Praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja

Mencakup 9 aspek meliputi kepegawaian (Employment),

hubungan industrial (Labor/Management Relations), kesehatan

dan keselamatan kerja (Occupational Health and Safety),

pelatihan dan pendidikan (Training and Education),

keberagamaan dan kesetaraan peluang (Diversity and Equal

Opportunity), kesetaraan remunerasi perempuan dan laki-laki

(Equal Remuneration for Women and Men), asesmen pemasok

atas praktik ketenagakerjaan (Supplier Assessment for Labor

Practices), mekanisme pengaduan masalah ketenagakerjaan

(Labor Practices Grievance Mechanisms)

d) Hak asasi manusia

Mencakup 10 aspek meliputi investasi (invesment),

non-diskriminasi (nondicrimination), kebebasan berserikat dan

(7)

bergaining), pekerja anak (child labor), pekerja paksa atau

wajib kerja (forced or compulsory labor), praktik pengamanan

(security practices), hak adat (indigenous rights), asesmen

(assesstment), asesmen pemasok atas hak asasi manusia

(Supplier Human Rights Assessment), mekanisme pengaduan

masalah hak asasi manusia (Human Rights Grievance

Mechanisms).

e) Masyarakat

Mencakup 7 aspek meliputi masyarakat lokal (Local

Communities), antikorupsi (Anti-corruption), kebijakan publik

(Public Policy), anti persaingan (Anti-competitive Behavior),

kepatuhan (compliance), asesmen pemasok atas dampak pada

masyarakat (Supplier Assessment for Impacts on Society),

mekanisme pengaduan dampak terhadap masyarakat

(Grievance Mechanisms for Impacts on Society).

f) Tanggung jawab atas produk

Mencakup 5 aspek meliputi kesehatan dan keselamatan

pelanggan (Customer Health and Safety), pelabelan produk dan

jasa (Product and Service Labeling), komunikasi pemasaran

(Marketing Communications), privasi pelanggan (Customer

(8)

b. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Hendriksen dalam Nurlela dan Islahudin (2006) mendefinisikan

pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan

untuk pengoperasian optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan

ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan standar

tertentu, dan ada yang bersifat sukerala (voluntary) yang merupakan

pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari peraturan

yang berlaku.

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Ghozali

(2007:377) menunjukkan bahwa pengungkapan (disclosure) apabila

dikaitkan dengan data berarti memberikan data yang bermanfaat kepada

pihak yang memerlukan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan,

disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan

informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit

usaha.

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sangat perlu

dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai

tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari

penggunaan sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas

perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat

timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh

(9)

resources maka akan menimbulkan manfaat sosial (social benefit)

(Rosmasita, 2007).

Stakeholder pada dasarnya cepat mengendalikan atau memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi

yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder oleh

besar kecilnya power yang mereka miliki atas sumber tersebut. Power

tersebut dapat berupa kemampuan untu membatasi pemakaian sumber

ekonomi yang terbatas, misalnya, modal dan tenaga kerja, akses terhadap

media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau

kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang

dihasilkan perusahaan.

a) Untuk menarik dana investasi.

Pihak yang bertanggung jawab dalam meranking organisasi

tertentu untuk tujuan analisis portofolio menggunakan informasi dari

sejumlah sumber termasuk informasi yang dikeluarkan oleh

organisasi tersebut.

b) Untuk memenuhi persyaratan industri.

Jadi dalam sebuah perusahaan terkadang ada tekanan dari pihak

stakeholder aturan tersebut dapat mempengaruhi persyaratan

pelaporan.

c) Untuk memenangkan penghargaan pelaporan tertentu.

Ada berbagai penghargaan yang diberikan oleh beberapa Negara

(10)

yang berkaitan dengan aspek sosial dan dampak lingkungan. Banyak

organisasi berlomba-lomba memenangkan sebuah penghargaan

dengan harapan memperbaiki image positif perusahaan.

Memenangkan penghargaan memiliki implikasi positif terhadap

reputasi perusahaan di mata stakeholdernya.

Disamping itu, pertanggungjawaban sosial perusahaan

diperlukan untuk menilai apakah kegiatan perusahaan telah

memenuhi ketentuan, standar, dan peraturan yang berlaku. Misalnya

mengenai polusi, kesehatan dan keselamatan, bahaya penggunaan

bahan-bahan yang beracun, dan lain-lain. Pada saat perusahaan mulai

berinteraksi dan dekat dengan lingkungan luarnya (masyarakat),

maka berkembang hubungan saling ketergantungan dan kesamaan

minat serta tujuan antara perusahaan dengan lembaga sosial yang ada.

Interaksi ini menyebabkan perusahaan tidak bisa lagi membuat

keputusan atau kebijakan yang hanya menguntungkan pihaknya saja.

Tetapi perusahaan juga harus memikirkan kebutuhan pihak-pihak

yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder needs). Jika

tekanan dari stakeholder berpengaruh kuat terhadap kontinuitas dan

kinerja perusahaan maka perusahaan harus bisa menyusun kebijakan

sosial dan lingkungan yang terarah.

c. Likuiditas

Likuiditas menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar

(11)

likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan

perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia

Kamil dan Antonius (2012) berpendapat bahwa likuiditas

merupakan suatu indikator untuk mengukur kemampuan suatu

perusahaan entitas untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka

pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang

tersedia.

Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan memberikan

sinyal kepada perusahaan yang lain, bahwa mereka lebih baik dari

pada perusahaan lain, dengan melakukan kegiatan yang berhubungan

dengan lingkungan sosial. Sinyal tersebut dilakukan dengan cara

memberikan informasi yang lebih luas tentang tanggungjawab sosial

dan lingkungan yang mereka lakukan. Menurut Syahrir dan Suhendra

(2010) menemukan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh positif

terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan penelitian yang dilakukan

Kamil dan Antonius (2012), hasil penelitian menunjukkan bahwa

likuiditas tidak terbukti berpengaruh pada pengungkapan CSR

d. Profitabilitas

Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan entitas

dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan modal

selama periode tertentu. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat

(12)

pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga

semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar

pengungkapan informasi sosial.

Menurut Putri dan Christiawan (2014) menemukan tidak ada

hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan

pengungkapan informasi sosial dengan kepeduliannya terhadap

masyarakat (sosial).

Kamil dan Antonius (2012) berpendapat bahwa perusahaan

dengan profitabilitas yang tinggi dapat mengatasi timbulnya

biaya-biaya atas pengungkapan tanggung jawab sosial tersebut. Tingkat

profitabilitas yang semakin tinggi mencerminkan kemampuan entitas

dalam menghasilkan laba yang semakin tinggi, sehingga entitas

mampu untuk meningkatkan tanggung jawab sosial, serta melakukan

pengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam laporan keuangan

dengan lebih luas.

B. Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang terkait mengenai

pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR).

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti dan

Tahun Penelitian

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Rafika Anggraini Putri dan Yulius Jogi Christiawan (2014)

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Dan

Leverage Terhadap

Pengungkapan

(13)

Corporate Social Responsibility

Likuiditas berpengaruh negatif terhadap

pengungkapan CSR

Leverage tidak

berpengaruh terhadap pengungkapan CSR 2. Ryandi Iswandika,

Murtanto, Emma Sipayung (2012)

Pengaruh Kinerja Keuangan, Corporate

Governance, dan

Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR Likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR Solvabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR Kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR

Proporsi dewan komisaris independen tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR

Ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR

Kualitas audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR 3. Reka Maiyarni,

Susfayetti, Misni Erwati (2014)

Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan

Leverage terhadap

Pengungkapan

Corporate Social

Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR

(14)

Responsibility (CSR) Pada Perusahaan LQ-45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012

pengungkapan CSR Likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR

Leverage berpengaruh

negatif siginifikan terhadap pengungkapan CSR

4. Risky Latif Rosyadi (2015)

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,

Likuiditas, Dan Media

Exposure Terhadap

Pengungkapan

Corporate Social Responsibility

Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR

Media Exposure

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR

5. Rizkia Anggita Sari (2012)

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Corporate Social Responsibility

Disclosure Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tipe industri berpengaruh negatif terhadap CSRD

Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap CSRD

Profitabilitas berpengaruh positif terhadap CSRD

Leverage tidak

berpengaruh terhadap CSRD

Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh

(15)

6. Anastasia Indah Ayu Purnama,

Anantawikrama Tungga Atmaja, Nyoman Ari Surya Darmawan (2014)

Pengaruh Size,

Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR

Disclosure) Dalam

Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek

Indonesia Periode 2010-2013

Size perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR

Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR

Leverage berpengaruh

negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR

Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh

variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam

penelitian ini meliputi likuiditas dan profitabilitas. Sedangkan variabel

dependen adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility. Kerangka

pemikiran teoritis untuk mengembangkan hipotesis dalam penelitian ini

dapat dilihat pada gambar berikut:

H1 (+)

H2 (+)

Gambar 2.1 Model Penelitian Likuiditas (X1)

Profitabilitas (X2)

Pengungkapan

Corporate Social Responsibility

(16)

D. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Likuiditas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Likuiditas adalah ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau melunasi

hutang-hutang jangka pendeknya. Berdasarkan teori legitimasi berkeyakinan

bahwa kekuatan perusahaan yang ditunjukan rasio likuiditas tinggi

akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan tanggung jawab

sosial yang tinggi. Hal ini didasarkan bahwa kuatnya keuangan suatu

perusahaan akan cenderung memberikan informasi yang luas dari

pada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang lemah.

Menurut penelitian Rosyadi (2015) menyebutkan bahwa likuiditas

berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan CSR.

Penelitian yang dilakukan oleh Hussainey et. al. (2011)menunjukkan

bahwa terdapat hubungan positif antara likuiditas dan pengungkapan

CSR. Penelitian yang dilakukan Syahrir dan Suhendra (2010)

menemukan bahwa likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap

pengungkapan CSR.

Atas dasar alasan tersebut maka dapat diambil hipotesis

sebagai berikut:

H1 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate

(17)

2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Penelitian yang dilakukan oleh Nurkhin (2010) menunjukkan

bahwa variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan

kelengkapan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Veronica (2009) berhasil menunjukkan

adanya pengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan. Menurut Ramdhaningsih dan Utama (2013) menemukan

bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin tinggi pula tingkat

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tingkat

profitabilitas perusahaan yang semakin tinggi mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang semakin

tinggi, sehingga entitas mampu untuk meningkatkan tanggung jawab

sosial, serta melakukan pengungkapan tanggung jawab sosialnya

dalam laporan keuangan secara lebih luas. Pengaruh profitabilitas

didasarkan pada legitimacy theory yang mengakui adanya hubungan

antara kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan

perusahaan dengan profitabilitas perusahan yang bersangkutan.

Perusahaan dengan manajemen yang memiliki pengetahuan akan

mampu menciptakan profit dan akan memahami pentingnya tanggung

jawab sosial dan lingkungan, yang pada akhirnya akan diungkapkan

dalam laporan tahunan. Atas dasar alasan tersebut maka dapat diambil

(18)

H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Model Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu, untuk keperluan desain konseptual unit konversi daya kogenerasi dengan konfigurasi siklus langsung seperti pada Gambar 1 ini, maka IHX harus didesain mampu

(3) Kemampuan berpikir aljabar siswa yang memiliki gaya belajar assimilator dalam memecahkan masalah aljabar adalah mampu memenuhi 3 indikator dari 4 indikator yang

Diterapkannya teknik muddiest point di MA NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo Kudus dalam pembelajaran aqidah akhlak pada akhir pembelajaran merupakan proses timbal

Melalui kegiatan aplikatif ini, penulis hanya akan membuat sebuah sistem pengumpulan data baseline pada tingkat rumah tangga menggunakan ODK dan kemudian

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Rohaeni dan Aryati (2011) yang berjudul pengaruh konvergensi IFRS terhadap income smoothing dengan kualitas audit

Dengan adanya landasan mengenai keberadaan desa yang dapat mendirikan BUMDes tersebut seharusnya dalam peraturan yang lebih operasional seperti peraturan menteri

Bagaimana mewujudkan eksistensi manusia yang lebih manusiawi? Ini adalah sebuah pertanyaan yang mudah untuk dijawab tetapi sangat sulit untuk direalisasikan. Sebab manusia dengan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat