BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Penelitian yang akan dilakukan kali ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot–faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2014. Variabel yang digunakan Warnida yaitu Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Price Earning Ratio Dan Ukuran Perusahaan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Warnida (2012) adalah terletak pada periode tahun penelitian yaitu 2012-2014, dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan perusahaan, likuiditas dan solvabilitas. Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sektor perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai 2014.. Agen diberi wewenang oleh principal untuk mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai operasional perusahaa sehingga agen mempunyai banyak informasi dibandingkan dengan principal.
2.1.2 Opini Audit
Auditing yang berlaku umum yang diterapkan oleh IAI, Auditor diharuskan menyampaikan kepada pemakai laporan mengenai iformasi penting yang menurut auditor perlu diungkapkan (standar pelaporan). Opini Audit merupakan pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor dalam menilai kewajaran penyajian laporan keuangan klien yang diauditnya.
Ada lima Opini Audit yang dikeluarkan oleh auditor atas laporan keuangan audit yaitu pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),
pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan (unqualified opinion with explanatory languange), pendapat wajar dengan pengecualian
(qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion), dan menolak memberikan pendapat.
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa
laporan Keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan audit yang paling
dibutuhkan semua pihak, baik oleh klien pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini
terpenuhi:
a. Semua laporan neraca, laporan laba – rugi, laporan perubahan ekuitas, dan
b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor.
c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor dan auditor telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tiga standar lapangan.
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan Audit.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified
opinion report with explanatory language)
Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf
penjelasan atau modifikasi kata - kata dalam laporan audit baku adalah : a. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian auditor menyatakan bahwa
pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi:
a. Lingkup audit yang dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting / tidak dapat
memperoleh informasi penting yang berbeda diluar kekuasaan klien auditor. c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan.
d. Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion repor)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan
Prinsip Berterima Umum.
5. Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report)
Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor menyatakan bahwa ia menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika ia tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan ini memberikan pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi yang independen dalam hubungannya dengan klien.
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar yaitu, pendapat yang tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidak wajaran laporan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena tidak independen.
2.1.3 Going Concern
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek, masalah going concern terbagi menjadi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (definisi) likuiditas, definisi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian yang terus menerus, prospek pendapatanyang meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian yang lemah atas operasi (Januarti, 2007 dealam Ira Kristiana).
2.1.4 Opini Audit Going Concern
hidup perusahaan dalam menjalankan oprasinya pada masa mendatang. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah beruhubungan dengan ketidak mampuan suatu usahaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain. (PSA NO.30) SPAP (PSA NO 30) menyatakan bahwa auditor harus mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang mendalam tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun dari satu tanggal laporan keuangan auditan dengan cara sebagai berikut :
a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilakukan pada saat perencanaan audit, mengumpulkan bukti, dan menyelesaikan audit dan mengidentifikasi kondisi serta peristiwa yang apabila dipertimbangkan secara menyeluruh, menunjukan alasan adanya keraguan yang mendalam mengenai kemampuan entitas dan untuk melanjutkan usaha selama periode yang wajar. Mungkin diperlukan informasi tambahan tentang kondisi dan peristiwa semacam itu. Berikut bukti-bukti yang sesuai untuk mendukung informasi yang dapat membantu mengurangi keraguan auditor. Mungkin diperlukan informasi tambahan tentang kondisi dan peristiwa semacam itu, berikut bukti – bukti yang sesuai untuk mendukung informasi yang dapat membantu
b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:
1. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
2. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.
c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia memiliki kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat.
d. Jika manajemen memiliki rencana tersebut langkah selanjutnya yang harus dilakukan auditor adalah menyimpulkan efektifitas rencana tersebut.
1. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.
2. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian.
3. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan
2.1.5 Pertumbuhan perusahaan
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya (Rudyawan dan Badera,
2009). Penelitian ini menggunakan rasio pertumbuhan penjualan sebagai proxy dari pertumbuhan perusahaan.Rasio pertumbuhan penjualan dipakai untuk mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi
ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Setyarno 2006, dalam Warnida).
Rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan dapat going concern. Penjualan yang terus meningkat akan memberikan peluang untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi
rasio pertumbuhan penjualan maka semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Sebaliknya, perusahaan
dengan pertumbuhan penjualan yang negatif mengindikasikan akan mengalami kebangkrutan sehingga tidak dapat melanjutkan kegiatan
operasinya sehingga kemungkinan mendapatkan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan asset perusahaan. Pertumbuhan perusahaan yang
cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan
digunakan untuk ekspansi.potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pembangunan.Semakin besar R&D cost-nya
maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001 dalam Arma 2013).
2.1.6 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan
untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya, untuk mengukur ini biasanya digunakan angka rasio sebagai berikut: a. Modal Kerja
Modal kerja merupakan selisih antara total aktiva dan hutang lancar. Jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini dimiliki oleh
perusahaan ini menjadi penelitian kreditor jangka pendek, karena angka ini menunjukan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dana jangka panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali jangka pendek. semakin besar
angka modal kerja, maka semakin besar pula tingkat proteksi kreditor jangka pendek akan dilunasi tepat waktu (Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).
b. Current ratio
Current ratio adalah elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan
Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan asumsikan semua aktiva lancar benar-benar harus dibayar dan diasumsikan semua hutang lancar benar-benar
harus dibayar (Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).
Pada rasio ini, pos persediaan dan pasekot biaya dikeluarkan dari total
aktiva lancar yang likuid saja yang akan dibagi dengan utang lancar (Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).
c. Quick Ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat
memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada persediannya (Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002)
2.1.7. Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajiban seandainya perusahaan jika likuidasi (Warnida, 2011). Rasio solvabilitas diukur menggunakan Debt to Equaity Ratio yg merupakan total
hutang dan total ekuitas (Warnida, 2011) a. Debt to Equaty Ratio
Dalam rangka mengukur, fokus perhatian kreditor jangka panjang terutama ditunjukan pada prospek laba dari perkiraan arus kas.Meskipun demikian mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan
keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik
Dengan demikian, Debt to Equity ini juga dapat memberikan gambaran mempunyai struktur modal yang dimiliki pleh perusahaan, sehingga dapat
dilihat tingkat rasio tertagihnya suatu utang. b. Time Inters Earned
Time Interst Earned adalah untuk mengukur kemampuan operasi
perusahaan dalam memberikan proteksi kepada digunakan time interst earned kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar bunga, digunakan time
interst earned.
2.2.8 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh kualitas audit, pertumbuhan perusahaan, likuiditas dan solvabilitas terhadap kecenderungan opini
going concern
Kerangka pemikiran yang diajukan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
H1 (-) H2 (-) H3 (+) Pertumbuhan Perusahaan
Likuiditas
Solvabilitas
2.2 Perumusan Hipotesis
2.2.1 Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya (Rudiawan, 2009 dalam Kristiana, 2012). Penelitian ini menggunakan rasio pertumbuhan penjualan sebagai proxy dari pertumbuhan perusahaan.Rasio pertumbuhan penjualan dipakai untuk
mengukur
seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Setyarno dalam Kristiana).
Rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan dapat going concern. Penjualan yang terus meningkat akan memberikan peluang untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio penjualan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Sebaliknya, perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang
negatif mengindikasikan akan mengalami kebangkrutan sehingga tidak dapat melanjutkan kegiatan operasinya sehingga kemungkinan mendapatkan opini audit nongoing concern. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut :
H1: pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern
Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan asset lancar yang dimilikinya (Warnida 2011), dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Quick Ratio Karena persediaan kemunginan dapat mengalami kerusakan, atau hilang sehingga tidak dapat digunakan untuk melunasi hutang kepada kreditor. Makin kecil Quick Ratio maka perusahaan kurang likuid sehingga dapat melunasi kewajiban
lancarnya.Karena itu, auditor kemungkinan memberikan opini audit going concern. Hal ini dapat dijelaskan bahwa makin kecil likuiditas, perusahaan
kurang likuid karena banyak kredit macet sehingga opini audit harus memberikan keterangan mengenai going concern. Sebaiknya semakin besar likuiditas, perusahaan semakin mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya (Warnida, 2011). Menurut Warnida (2011), mengatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
H2 : Rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini udit going concern
2.3.3 Pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap opini audit going concern
Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya seandainya likuiditas (Warnida, 2011). semakin tinggi nilai solvabilitas ratio, maka perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban
dapatmenimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Halini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit goingconcern.Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
Menurut Warnida (2011), mengatakan bahwa rasio solvabilitas
berpengaruh signifikan positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: