Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
PENGAMATAN KONTAMINASI JAMUR PADA
RUMPUT LAPANGAN DAN DAUN GLIRISIDIA YANG
DIAWETKAN DENGAN CARA AMONIASI
HELMY HAMIDBalai Penelitian Temak, PO. Box 221, Bogor 16002
RINGKASAN
Rumput lapangan dan daun glirisidia dapat diawetkan dengan cara amoniasi . Cara ini dapat disederhanakan dengan menambahkan urea pada bahan dalam kantong plastik tertutup . Dalam keadaan lembab (kadar air 60 - 70%) urea terhidrolisis menjadi amoniak yang bersifat fungistatik dan menghambat pertumbuhan jamur .
Percobaan pengawetan dilakukan dengan penambahan urea 0 ; 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 ; 3,0 dan 3,5% dan kadar air bahan 60 - 70% untuk rumput lapangan . Sedangkan untuk daun glirisidia kadar airnya adalah 70%, perlakuannya dibagi dua . Pertama urea langsung ditambahkan dan dicampur sampai homogen, sedangkan yang kedua penambahan urea dilarutkan dalam air kemudian disemprotkan pada bahan dan dicampur sampai homogen .
Pengamatan kontaminasi jamur selama 12 minggu menunjukkan bahwa rumput lapangan terkontaminasi jamur pada penambahan urea 0 - 1,5% dengan kadar air 60% . Pada kadar air yang lebih tinggi yaitu 70% rumput lapangan terkontaminasi jamur pada penambahan urea 0 - 2% . Sedangkan pada daun glirisidia kontaminasi jamur terjadi pada penambahan urea 0 - 3,5% tanpa penambahan air . Sedangkan pada daun glirisidia yang sengaja ditambahkan air kontaminasi jamur terjadi pada penambahan urea 0 -1,5% .
PENDAHULUAN
Sebagai negara tropis dengan curah hujan yang tinggi, Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang sangat potensial sebagai hijauan pakan ternak . Permasalahan klasik yang selalu terjadi dalam penyediaan hijauan pakan di Indonesia adalah produksinya yang tidak tetap setiap tahun . Pada musim hujan produksi hijauan sangat tinggi bahkan melimpah, sebaliknya pada muslin kemarau produksinya rendah dan sering terjadi kekurangan . Untuk mengatasi keadaan seperti ini perlu dilakukan tindakan penyimpanan pada saat produksi tinggi untuk dipakai pada musim kemarau .
Pengawetan hijauan pakan adalah salah satu teknologi alternatif untuk memenuhi kebutuhan ternak . Dengan teknik pengawetan diharapkan kebutuhan hijauan pakan tidak terganggu dan tidak tergantung pada musim . Berdasarkan kadar aimya, dikenal dua cara pengawetan hijauan, yaitu pengawetan dalam bentuk kering yang
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
Cara pengawetan yang akan dilakukan dalam percobaan ini adalah dalam bentuk basah (kadar air tinggi) . Salah satu masalah pengawetan dalam bentuk basah adalah kontaminasi jamur. Kontaminasi ini dapat diatasi dengan penambahan bahan yang bersifat fungistatik tetapi residunya harus aman bagi ternak . Urea merupakan pilihan karena penambahannya mudah dilakukan dan mudah diperoleh serta residunya dapat dipakai sebagai sumber nitrogen .
Rumput lapangan dan daun glirisidia dalam keadaan segar dapat diawetkan dengan gas amoniak yang bersifat fungistatik . Cara ini dapat disederhanakan dengan penambahan urea yang akan terhidrolisis menjadi amoniak dalam kondisi tertutup dan lembab . Rumput lapangan dan daun glirisidia dipilih karena kedua bahan ini lebih tersedia di daerah kering .
Percobaan ini merupakan percobaan pendahuluan yaitu dengan pengamatan kontaminasi jamur untuk menentukan tingkat penambahan urea pada rumput lapangan dan daun glirisidia, disamping itu diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya .
BAHAN DAN CARA KERJA
Bahan : Rumput lapangan, daun glirisidia, urea dan air sulingAlat : Wadah plastik, kantong plastik transparan, sprayer, pompa vakum, karet dan tali plastik
Perlakuan
Rumput lapangan yang diperoleh dari kebun Balitnak dipotong-putong kira-kira 3 cm dan dibiarkan dalam ruang terbuka selama 2 - 3 hari untuk menurunkan kadar airnya sampai 60 - 70% . Dibuat perlakuan dengan penambahan urea mulai dari 0 ; 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 ; 3,0 ; dan 3,5% (w/w ; 500 gr) pada rumput lapangan dengan kadar air 60 dan 70% . Setiap perlakuan dicampur sampai homogen dan dimasukkan ke dalam kantong plastik, dimampatkan dengan bantuan pompa vakum dan diikat kuat . Selanjutnya diamati pertumbuhan jamur setiap minggu selama 12 minggu .
Daun glirisidia segar yang diperoleh dari kebun Balitnak dipisahkan darii rantingnya dan dibiarkan dalam ruang terbuka selama 2 - 3 hari untuk menurunkan kadar airnya sehingga mencapai 60 - 70% . Dibuat perlakuan dengan penambahan urea mulai dari 0 ; 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 ; 3,0 ; dan 3,5% (w/w ; 500 gr) . Percobaan kemudian dibagi dua : pertama urea langsung dicampurkan dengan daun glirisidia dengan kadar air 70% dan yang kedua urea yang ditambahkan dilarutkan dengan air (penambahan air 10% dari total bahan) dan disemprotkan pada daun glirisidia dengan kadar air 60% menggunakan alat penyemprot sampai homogen . Kadar air kedua perlakuan adalah sama yaitu 70%, selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong plastik, dimampatkan dengan bantuan pompa vakum dan diikat kuat . Diamati pertumbuhan jamurnya secara visual selama 21 hari .
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan adalah dengan cara visual yaitu pengamatan dengan mata telanjang pada bahan yang diawetkan berdasarkan jumlah bintik putih yang tumbuh di seluruh bagian . Cara pengamatan ini sangat mudah dan cepat namun mempunyai kelemahan dalam ketelitiannya karena bergantung pada ketajaman mata serta angka-angka yang dihasilkan merupakan angka-angka kasar .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan kontaminasi jamur berdasarkan tingkat penambahan urea 0 sampai 3,5% pada rumput lapangan dengan kadar air 60 dan 70% selama penyimpanan
12 minggu dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 .
Tabel di bwah ini menunjukkan bahwa selama penyimpanan 12 minggu kontaminasi jamur pada rumput lapangan dengan kadar air 60% dapat terjadi pada tingkat penambahan urea 0 - 1,5%, sedangkan pada kadar air yang lebih tinggi yaitu 70% kontaminasi jamur terjadi pada penambahan urea 0 - 2% . Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas jamur meningkat dengan meningkatnya kadar air (kelembaban) . Pengamatan ini didukung oleh pendapat Sundstol dan Coxworth (1984) bahwa tingkat kelembaban yang lebih tinggi dari 70% akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar akibat pertumbuhan jamur .
Tabel 1 . Pengamatane kontaminasi jamur pada rumput lapangan dengan kadar air 60
Pengamatan berdasarkan % visual
Pengamatan kontaminasi jamur pada daun glirisidia menunjukkan pola yang berbeda dengan rumput lapangan, yaitu seperti diperlihatkan pada tabel dibawah ini .
Minggu Penambahan urea (%)
0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 1 2 - - - -2 6 2 - - - -3 8 3 1 - - - - -4 12 6 3 - - - - -5 18 8 6 - - - - -6 20 12 10 - - - - -7 24 17 12 1 - - - -8 32 20 17 2 - - - -9 38 24 20 4 - - - -10 40 28 22 6 - - - -11 45 31 26 8 - - - -12 51 35 29 10 - - -
-Tabel 2 . Pengamatan' kontaminasi jamur pada rumput lapangan dengan kadar air 70%
Pengamatan berdasarkan % visual
Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1999
Tabel 3 . Pengamatan' kontaminasi jamur pada daun glirisidia tanpa penambahan air' (kadar air 70%)
Pengamatan berdasarkan % visual b Urea langsung dicampur dengan bahan dengan kadar air70%
Tabel 4, menunjukkan bahwa kontaminasi jamur pada daun glirisidia tanpa penambahan air sudah terjadi pada hari ke-7 bahkan pada penambahan urea yang relatif tinggi yaitu 3,5% . Hal ini mungkin karena permukaan daun glirisidia yang khas sehingga tidak menimbulkan kelembaban yang cukup di permukaannya untuk menghidrolisis urea menjadi amoniak yang bersifat fungistatik dan selanjutnya tidak dapat menghambat pertumbuhan jamur .
Sebaliknya pada daun glirisidia yang sengaja ditambahkan air kontaminasi jamur terjadi pada penambahan urea dibawah 1,5% selama penyimpanan 21 hari . Dari kedua perlakuan diatas, nyata sekali bahwa penambahan air sangat berpengaruh untuk membantu terjadinya hidrolisis urea menjadi amoniak sebagai penghambat pertumbuhan jamur .
Hari Penambahan urea (% )
0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 1 2 1 - - - -2 6 2 - - - -3 15 4 2 1 - - - -4 25 8 5 4 1 - - -5 30 12 9 7 3 1 - -6 32 18 12 10 6 4 1 -7 35 23 18 14 11 7 3 1
Minggu Penambahan urea (% )
0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 1 3 1 - - - -2 10 4 2 - - - - -3 16 8 5 - - - - -4 22 11 8 - - - - -5 30 22 15 - - - -6 33 27 20 - - - -7 38 30 23 4 - - - -8 42 34 26 8 - - - -9 46 37 30 23 4 - - -10 50 40 32 13 4 - - -11 55 43 36 14 5 - - -12 62 46 39 16 6 - -
-Sundstol, F . and Coxworth, E .M ., 1984 . Ammonia Treatment . Dalam : -Sundstol, F . and Owen, E . (editors) . Straw And Other Fibrous by-product as Feed . Development in Animal and Veterinary Sciences . 14 : 196 - 247 .
Tamboesai, E .M, 1989 . Pengawetan Rumput Setaria Dengan Bahan Kimia Fungistatik . Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam . Universitas Indonesia . Thorlacius, S .0, and Robertson, J .A, 1984 . Effectiveness of Anhydrous Ammonia as a
Preservative for High-Moisture Hay . Can. J . Anim . Sci ., 64 : 867 -880 . Tabel 4 . Pengamatana kontaminasi jamur pada daun glirisidia dengan
penambahan air' (kadar air 70%)
a
Pengamatan berdasarkan % visual
bUrea dilarutkan dengan air 10% (w/w) sehingga kadar air akhir 70%
KESIMPULAN
Kontaminasi jamur terjadi pada tingkat penambahan urea dibawah 1,5% pada rumput lapangan dengan kadar air 60%, sedangkan pada kadar air 70% kontaminasi jamur terjadi pada tingkat penambahan urea dibawah 2% .
Kontaminasi jamur pada daun glirisidia tanpa penambahan air terjadi pada semua tingkat penambahan urea (0 - 3,5%), sedangkan yang sengaja ditambahkan air kontaminasi jamur terjadi pada tingkat penambahan urea dibawah 1,5% .
DAFTAR BACAAN
Ashar . N, 1992 . Penggemukan Sapi Potong Dengan Jerami Padi Amoniasi, Sinar Tani . Chuzaemi . S, 1986 . Pengaruh Urea Amoniasi Terhadap Komposisi Kimia dan Nilai
Gizi Jerami Padi Untuk Sapi Peranakan Ongole . Universitas Gajah Mada, Yogyakarta .
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
Hari Penambahan urea (%)
0 1 0,5 1 1,0 1 1,5 1 2,0 1 2,5 1 3,0 1 3,5 2 5 - -4 20 - -8 38 - -12 42 4 - -16 48 6 - -18 52 8 1 -21 55 10 2
-LokakaryaFungsional Non Peneliti 1999
William, P .E .V ., Inns, G .M . and Brewer, A ., 1984 . Ammonia Treatment via
Hydrolisis of Urea . I . Effect of Dry Matter and Urea Concentration of Rate of Hydrolisis of Urea . Anim. Feed . Sci . Tecnol ., 11 : 103 - 113 .
Wina . E ., 1991 . Gamal (Glirisidia sepium) dan pemanfaatannya . Balai Penelitian
Ternak . Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. . Departemen