Pelatihan Pendidik Pengobatan TB-HIV
Buku Pedoman untuk Pelatih
Disusun oleh
Chris W. Green
© Yayasan Spiritia 2014
Pendahuluan
Beberapa penelitian membuktikan bahwa orang yang hidup dengan HIV-AIDS (Odha) yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai infeksinya bertahan hidup lebih lama, dengan mutu hidup yang lebih baik. Hal ini semakin benar dengan tersedianya obat antiretroviral, yang dapat menekankan virus di dalam darahnya sampai tingkat yang tidak terdeteksi bila dipakai semestinya. Sebaliknya, bila Odha tidak mengetahui cara kerja obat ini, dan tidak mengerti dampak dari ketidakpatuhan terhadap terapi, obat ini dapat menjadi sia-sia untuk Odha. Lagi pula, resistansi yang timbul pada tingkat individu dapat menyebar melalui perilaku berisiko, sehingga munculnya resistansi pada tingkat populasi, dengan dampak yang sangat buruk pada kesehatan masyarakat.
Oleh karena ini, Spiritia didesak agar menyusun modul pelatihan pendidik pengobatan HIV-AIDS ini untuk dipakai oleh dan untuk anggota jaringan dukungan sebaya untuk Odha di Indonesia. Diharapkan modul ini dapat menjadi dasar untuk mengenal sebagian besar topik yang sering menjadi bahan diskusi oleh teman Odha yang ingin tahu mengenai infeksinya dan bagaimana penyakitnya dapat diobati. Lebih penting lagi, diharapkan informasi yang diberikan dapat dipakai untuk mendorong kepatuhan terhadap obat, dan menjadi alat untuk memberi semangat pada Odha yang memakai obat tersebut, atau
mempertimbangkan penggunaannya.
Lagi pula, semakin jelas bahwa koinfeksi dengan TB sangat meningkatkan risiko pada kehidupan Odha. Oleh karena itu, pengendalian TB pada Odha, termasuk pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan, harus mendapatkan perhatian yang lebih tinggi dalam pelatihan ini. Pada modul pelatihan yang disusun sebelumnya, hanya ada satu sesi yang membahas masalah TB-HIV. Dengan revisi ini, ditambah sesi yang membahas dasar TB, pengobatan TB, dan upaya untuk mengurangi beban TB pada Odha.
Sebaliknya, ada beberapa topik yang tidak lagi dimasukkan pada modul ini, termasuk GIPA, Hak Asasi Manusia, dan HIV Stop di Sini. Namun topik ini tetap tersedia dari Spiritia.
Modul pelatihan pendidik pengobatan yang pertama pada awal disusun berdasarkan program pelatihan “All About Antiretrovirals”, yang dikembangkan untuk dipakai dalam pelatihan para perawat di KwaZulu Natal, Afrika Selatan. Kami ingin mengucapkan terima kasih banyak pada Marcus McGilvray dan Nicola Willis, penyusun modul tersebut. Bagian baru yang membahas TB disusun berdasarkan Pelatihan
Nasional Tanzania mengenai TB/HIV untuk Petugas Layanan Kesehatan, dan disesuaikan dengan bantuan dari dr. Ratih Pahlesia, Subdit TB, PP&PL Kemenkes RI. Kami mengucapkan terima asih banyak pada dr. Ratih atas waktu yang disediakan untuk menyempurnakan modul tersebut.
Kami di Spiritia berharap agar modul ini dapat dipakai oleh kelompok dukungan sebaya untuk Odha di Indonesia, sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai HIV dan terapinya. Buku ini dapat dipakai oleh fasilitator, atau untuk belajar sendiri. Bila dipakai untuk melatih kelompok, pelatihan dapat dilakukan dengan kegiatan 4-5 hari penuh, atau modul demi modul, misalnya sekali seminggu. Setelah dilakukan pelatihan dalam bentuk apa saja, kami berharap kelompok yang memakainya dapat memberi laporan singkat pada Spiritia, yang menjelaskan bagaimana dipakai, dan hasil dari pelatihan termasuk masukan untuk memperbaiki modul atau pedoman.
Silakan juga mengubah modul atau pedoman ini sesuai dengan kebutuhan. Kami hanya minta agar Spiritia ditunjukkan sebagai pembentuk aslinya.
Seperti dengan versi sebelumnya, Spiritia menganggap modul ini sebagai ‘pekerjaan dalam
perkembangan’, yang harus diperbarui dan disesuaikan berdasarkan perubahan pada keadaan epidemi HIV-AIDS di Indonesia, dan peningkatan dalam ketersediaan pengobatan untuk menghadapinya. Pasti juga ada bagian yang tidak jelas, atau bahkan salah. Kami sangat mengharapkan para pendidik yang memakai bahan ini akan memberi masukan dan usulan pada Spiritia agar modul ini dapat disempurnakan.
Chris W. Green Yayasan Spiritia Maret 2012
Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
Pendahuluan ... 2
Daftar Isi ... 3
Terms of Reference ... 5
Persiapan untuk Pelatihan ... 6
Agenda ... 7
Evaluasi Hari ... 8
Evaluasi Akhir Pelatihan ... 9
Tes Prapelatihan ... 10
Modul: Prakata ... 12
Presentasi ... 12
Tugas Kepatuhan ... 16
Modul: Dasar HIV ... 18
Presentasi ... 18
Materi Dasar HIV 1: Siklus Hidup HIV ... 22
Materi Dasar HIV 2: Stadium Klinis HIV pada Orang Dewasa dan Remaja ... 23
Pelatihan Pelajaran ... 24
Pelatihan Pelajaran: Siklus Hidup HIV ...26
Modul: Dasar ART ...27
Presentasi ... 27
Materi Dasar ART 1: ARV yang Tersedia di Indonesia ... 33
Materi Dasar ART 2: Cara Kerja ARV ... 34
Pelatihan Pelajaran ... 35
Modul: Dasar TB ... 37
Presentasi ... 37
Pelatihan Pelajaran ... 44
Modul: Dasar OAT ...46
Presentasi ... 46
Materi Dasar OAT: Obat Anti-TB yang Dipakai di Indonesia ... 51
Pelatihan Pelajaran ... 52
Modul: Efek Samping ... 54
Presentasi ... 54
Materi Efek Samping: ARV, Obat Anti-TB dan Efek Sampingnya ... 60
Pelatihan Pelajaran ... 61 Modul: Resistansi ... 64 Presentasi ... 64 Pelatihan Pelajaran ... 70 Modul: Kepatuhan ...72 Presentasi ... 72
Materi Kepatuhan 1: Cara Menjelaskan Dampak bila Kita Tidak Tepat pada Waktu ... 79
Materi Kepatuhan 2: Interaksi antara Metadon dan Beberapa Obat Lain ... 81
Pelatihan Pelajaran ... 82
Modul: HIV pada Anak ... 85
Presentasi ... 85
Pelatihan Pelajaraan ... 90
Modul: ART & Anak ... 91
Presentasi ... 91
Materi ART & Anak: Stadium WHO untuk bayi dan anak yang terinfeksi HIV ... 99
Pelatihan Pelajaran ... 100
Modul: TB pada Anak ...102
Presentasi ... 102
Materi TB pada Anak: Sistem skor gejala dan pemeriksaan penunjang TB ... 106
Pelatihan Pelajaran ... 107
Modul: HIV & Perempuan ...108
Presentasi ... 108
Pelatihan Pelajaran ... 114
Modul: Infeksi Oportunistik ... 115
Presentasi ... 115
Pelatihan Pelajaran ... 122
Modul: HIV & Hepatitis ... 123
Presentasi ... 123
Materi HIV & Hepatitis 1: Alur Diagnosis Hepatitis B ... 131
Materi HIV & Hepatitis 2: Alur Pengobatan Hepatitis B ... 131
Materi HIV & Hepatitis 3: Alur Pengobatan Hepatitis C ... 132
Pelatihan Pelajaran ... 133
Modul: Perawatan Komprehensif ... 134
Presentasi ... 134
Modul: Gizi terkait ART & TB ...136
Presentasi ... 136
Materi Gizi terkait ART & TB 1: Panduan Manajemen Gejala ... 141
Materi Gizi terkait ART & TB 2: Karbohidrat, Protein dan Lemak ...142
Materi Gizi terkait ART & TB 3: Vitamin dan Mineral Penting ...143
Modul: Penjagaan Kesehatan ... 144
Presentasi ... 144
Modul: Tiga I ... 149
Presentasi ... 149
Materi Tiga-I: Formulir Skrining TB pada Odha ... 152
Pelatihan Pelajaran ... 153
Modul: Infeksi Menular Seksual ... 154
Presentasi ... 154
Modul: Pembelajaran Orang Dewasa ... 158
Presentasi ... 158
Materi Pembelajaran Orang Dewasa: Sikap Orang Dewasa ...164
Modul: Tugas Pelatih ...165
Presentasi ... 165
Modul: Advokasi ... 172
Presentasi ... 172
Tes Pascapelatihan ... 176
Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
Terms of Reference
Pelatihan Pendidikan Pengobatan
Latar Belakang
Di Indonesia, lebih dari 9.000 orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Odha) pernah mulai terapi antiretroviral (ART – terapi untuk menekankan pembuatan HIV) pada Juni 2007, dengan obat yang disediakan dengan subsidi penuh oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Depkes). Pada awal, obat tersedia di 25 rumah sakit di 17 kota, tetapi jumlah rumah sakit rujukan AIDS itu sudah ditambah menjadi lebih dari 237 di 33 provinsi. Saat ini, lima jenis obat dari dua golongan antiretroviral tersedia sebagai rejimen lini pertama, sementara ada tiga jenis obat lagi tersedia sebagai rejimen lini kedua, untuk mereka yang mengalami kegagalan pada rejimen lini pertama. Walau begitu, lebih dari 2.000 Odha sudah meninggal dunia setelah mulai ART, dan lebih dari 1.200 Odha lain kehilangan atau berhenti
penggunaannya.
Sebenarnya, ada banyak Odha yang sudah mulai terapi tetapi masih belum mengerti secara jelas mengenai semua aspek pengobatannya, termasuk dampak dari kepatuhan, efek samping, dan kombinasi obat, atau bagaimana menjangkau obat tersebut. Ada laporan bahwa banyak Odha memakai obat tanpa mengikuti pedoman walaupun diberi tahu mengenai ini oleh dokter. Tambahan, kita harus sadar bahwa jumlah dokter yang mempunyai pengetahuan, pengalaman dan keterampilan untuk menangani terapi ini sangat terbatas di semua daerah di Indonesia, dan kebanyakannya mempunyai waktu yang sangat terbatas untuk membahas dengan pasiennya.
Hasil yang tidak dapat dielakkan dari semua tantangan ini adalah ketidakpatuhan, perkembangan resistansi, kegagalan terapi, dan risiko pada kesehatan masyarakat akibat penularan jenis virus yang resistan.
Satu cara yang penting untuk mengurangi kemungkinan masalah ini akan terjadi dan meningkatkan keefektifan terapi untuk Odha adalah untuk melibatkan sebaya, keluarga dan komunitas, untuk mendukung Odha tersebut dengan pengetahuan dan keterampilan.
Tujuan Utama
y Tingkatkan mutu hidup Odha, melalui peningkatan akses pada pengobatan bermutu untuk HIV dan pada informasi untuk meningkatkan tingkat keberhasilannya
Tujuan Pelatihan
y Tingkatkan pengetahuan dan keterampilan Odha dan komunitas yang terpengaruh mengenai ART y Libatkan Odha dan komunitas yang terpengaruh dalam dukungan pada Odha yang mulai ART y Dorong Odha untuk memulai ART dengan penuh percaya diri
y Sediakan modul pelatihan pendidikan pengobatan yang dapat dipakai oleh peserta untuk melakukan pelatihan sejenis pada kelompoknya atau lembaganya
Kriteria Peserta
Diharapkan peserta yang akan hadir di pelatihan pendidik pengobatan ini untuk memenuhi beberapa kriteria tertentu, antara lain:
1. Peserta sudah mempunyai pemahaman/pengetahuan penuh tentang dasar HIV; 2. Peserta minimal mempunyai sedikit pengetahuan tentang pengobatan HIV;
3. Peserta tertarik belajar tentang pengobatan HIV dan bersedia membagi pengetahuannya kepada anggota kelompoknya dan Odha di daerahnya; dan
Persiapan untuk Pelatihan
Modul pelatihan ini adalah untuk kursus lima hari. Jumlah peserta ideal adalah 16 (min. 12, maks. 18).
Fasilitasi
Modul ini dirancang untuk dikajikan oleh sedikitnya dua fasilitator. Dengan ini, ada perbedaan dalam pola dan kecepatan pelatihan. Hal ini juga membagi beban. Misalnya, satu fasilitator dapat membawa satu sesi,
kemudian yang berikut dibawa oleh fasilitator lain. Dengan ini, satu fasilitator dapat membidik pada
tanggapan dari peserta, sedangkan yang kedua bertindak sebagai pembantu, dan menulis jawaban pada papan. Karena ada cukup banyak materi yang harus diangkat, fasilitator harus mengamati waktu dan bergerak melalui sesi secara efisien, sekali pun memberi cukup waktu agar peserta dapat melakukan kegiatan dan membahas masalah penting yang muncul.
Selain modul yang ada di pedoman ini, diharapkan dapat dilakukan beberapa sesi penunjang dengan narasumber dari luar – lihat Agenda pada halaman berikut.
Persiapan
Sebelum pelatihan dimulai, bacalah modul ini secara hati-hati untuk memastikan:
y apa yang harus dilakukan pada setiap unsur
y mengapa harus dilakukan
y bagaimana dilakukan
y siapa akan menyampaikan setiap unsur pelatihan
Ruang Pelatihan
Jika mungkin, meninjau ruang pelatihan sebelum hari pertama pelatihan.
Pada Hari H, datanglah sedikitnya 45 menit sebelum pelatihan dijadwalkan, agar membuat ruangannya nyaman dan agar dapat istirahat sejenak sebelum mulai kerja.
Karena pelatihan ini mengangkat materi yang cukup rumit, sebaiknya disediakan meja dan kursi, atau kursi kuliah, untuk peserta. Bentuk terbaik adalah dengan menyusunnya sebagai sepertiga lingkaran – lihat gambar. Jangan biarkan ada kursi kosong. Bila ada peserta yang tidak hadir, keluarkan kursi kosong. Dengan ini, dapat menghindari kesadaran bahwa ada sesuatu yang hilang. Tujuan ini adalah untuk membentuk rasa kesatuan dan kebersamaan dalam kelompok.
Aturkan agar peserta tidak duduk di tempat yang sama setiap hari. Minta mereka pindah, dan duduk di sebelah orang lain setiap hari. Hal ini akan meningkatkan interaksi dan sharing.
Alat-Alat/Materi
Bahan/alat yang dibutuhkan untuk melakukan pelatihan ini:
y alat (komputer + proyektor (InFocus) + layar) dan PowerPoint, serta pointer laser
y papan tulis
y beberapa helai kertas yang besar/kertas plano/flipchart
y spidol untuk papan tulis
y lakban/isolasi
Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
y binder untuk buku peserta, serta materi (catatan: jawaban sebaiknya ditahan dan hanya disebarkan pada
akhir sesi yang bersangkutan)
y buku kecil dan lembaran informasi Spiritia
Kegiatan Penunjang
Setiap hari sebaiknya dibuka dengan doa, serta kegiatan ‘Apa kabar pagi ini’ (selain hari pertama). Setelah itu, ada baik bila diambil beberapa menit untuk membahas pertanyaan dari hari sebelumnya, baik yang ditulis pada evaluasi hari, maupun yang diajukan secara lisan oleh peserta.
Beberapa sesi lengkap dengan Pelajaran Pelatihan, dengan pertanyaan untuk dijawab secara individu atau oleh sub-kelompok setelah diskusi. Juga ada beberapa studi kasus, yang bermaksud untuk merangsang pikiran oleh peserta.
Setiap kali setelah makan siang dan rehat kopi dilakukan energizer (permainan, “agar badan bergerak”), dan juga untuk meningkatkan rasa kebersamaan antara peserta. Kegiatan ini dapat membutuhkan 10-15 menit tiga kali sehari.
Setiap hari ditutup dengan doa, yang didahului dengan acara ‘Kesan hari ini’ (kecuali hari terakhir).
Pada setiap hari setelah sesi Dasar HIV, peserta dibagi untuk meragakan kembali siklus hidup HIV di depan kelas. Kalau pelatihan lima hari, setiap awal hari 3-4 peserta diminta meragakannya; bila pelatihan hanya tiga hari, dilakukan juga setelah makan siang, agar semua peserta diberi kesempatan untuk melakukannya. Dengan metode ini, diharapkan peserta dapat lebih memahami dan mengingat siklus hidup HIV, serta merasa lebih percaya diri untuk menyampaikan pada kelompoknya sendiri.
Agenda
Acara Waktu
Pembukaan/Perkenalan 30 Menit
Prakata/Informasi sebagai Terapi 30 Menit
Kesepakatan Belajar 15 Menit
Tes Prapelatihan 30 Menit
Dasar HIV 105 Menit
Dasar ART 105 Menit
Dasar TB 105 Menit
Dasar OAT 75 Menit
Efek Samping 105 Menit
Resistansi 75 Menit
Kepatuhan 105 Menit
HIV pada Anak 60 Menit
ART & Anak 75 Menit
TB pada Anak 45 Menit
HIV & Perempuan 75 Menit
Infeksi Oportunistik 90 Menit
HIV & Hepatitis 75 Menit
Perawatan Komprehensif 30 Menit
Gizi terkait ART-TB 45 Menit
Penjagaan Kesehatan 30 Menit
Tiga-I 45 Menit
Infeksi Menular Seksual & HIV 40 Menit Hak Pasien & Dokter/Perawat* 40 Menit
Pencegahan Positif* 60 Menit
Pemberlajaran Orang Dewasa 45 Menit
Tugas Pelatih 60 Menit
Advokasi 30 Menit
Tinjauan/Evaluasi/Penutup 60 Menit
Tes Pascapelatihan 30 Menit
Total 1715 Menit
Tanggal: 1. Sesi hari ini menarik:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
2. Sesi hari ini bermutu tinggi:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
3. Sesi hari ini memenuhi harapan saya:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
4. Sesi hari ini memberi materi yang baru untuk saya:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
5. Waktu yang disediakan hari ini dipakai secara efektif:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
6. Pembicara hari ini menarik:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
7. Materi hari ini jelas:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
8. Sesi yang paling berguna untuk saya: 9. Sesi yang paling tidak berguna untuk saya: 10: Saya ingin penjelasan tambahan mengenai:
11. Saya ingin mendapatkan jawaban pada pertanyaan yang berikut: a.
b.
c.
12: Komentar lain:
Evaluasi Hari
Evaluasi Akhir Pelatihan Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
Evaluasi Akhir Pelatihan
1. Sesi umumnya menarik:Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
2. Sesi umumnya bermutu tinggi:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
3. Sesi umumnya memenuhi harapan saya:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
4. Sesi umumnya memberi materi yang baru untuk saya:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
5. Waktu yang disediakan umumnya dipakai secara efektif:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
6. Pembicara umumnya menarik:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
7. Materi umumnya jelas:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
8. Fasilitas tempat pelatihan cukuk baik:
Sangat tak setuju Tak setuju Tidak tahu Setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5
9. Sesi yang paling berguna untuk saya: 10. Sesi yang paling tidak berguna untuk saya:
11: Saya akan bertindak seperti berikut sebagai hasil dari pelatihan ini:
Catatan: Untuk setiap pertanyaan, hanya ada satu jawaban yang benar. 1. Sel yang mana menjadi sasaran utama HIV untuk replikasi?
F Sel darah merah F Sel limfosit-B
F Sel CD4
F Sel DNA
F Tidak tahu
2. Setelah terinfeksi HIV, rata-rata Odha yang tidak memakai ART akan berlanjut ke masa AIDS setelah: F 3 minggu-3 bulan
F 18 bulan F 7-10 tahun F 15-20 tahun F Tidak tahu
3. Sebutkan tiga golongan antiretroviral yang dipakai di ART lini-1 dan lini-2
1: _____________________ 2: _____________________ 3: _____________________
4. Terapi antiretroviral sebaiknya dimulai: F Saat jumlah CD4 menjadi 350 F Saat jumlah CD4 menjadi 200 F Setelah sakit berat
F Waktu limfosit total di atas 2000 F Tidak tahu
5. Odha sebaiknya tidak mulai ART bila dia belum siap:
F Benar F Tidak benar F Tidak tahu
6. Mual dan sakit kepala adalah efek samping dari:
F AZT
F INH
F Nevirapine
F Umum untuk semua ARV/OAT
F Tidak tahu
7. Sebaiknya Odha tidak diberi tahu mengenai efek samping agar dia tidak takut memakainya:
F Benar F Tidak benar F Tidak tahu
8. Hasil tes cepat non-reaktif pada anak berusia 12 bulan berarti: F Bayi mungkin dalam masa jendela
F Status HIV-nya baru dapat dipastikan pada usia 18 bulan F Bayi pasti tidak terinfeksi HIV
F Bayi pasti tidak terinfeksi HIV, asal tidak disusui oleh ibu terinfeksi HIV F Tidak tahu
9. Odha sebaiknya tidak menjadi hamil:
F Benar F Tidak benar F Tidak tahu
10. Kemungkinan bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV-positif akan menjadi terinfeksi HIV, bila tidak ada intervensi dan bila bayinya diberi ASI adalah:
F 1-5% F 5-10% F 30-40% F 75-100% F Tidak tahu
Tes Prapelatihan
Tes Prapelatihan Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
11. Untuk menghindari terjadi resistansi, sebaiknya kita: F Pakai 1 jenis ARV saja
F Pakai 2 jenis ARV bersama F Pakai 3 jenis ARV bersama
F Tidak pakai lebih dari 5 pil per hari F Tidak tahu
12. Kepatuhan berarti kita: F Pakai obat yang benar
F Pakai obat pada waktu yang benar F Pakai obat dengan cara benar F Semua di atas
F Tidak tahu
13. Untuk menghindari resistansi, kita sebaiknya tidak lupa memakai obat lebih dari: F 3 kali seminggu
F 5 kali sebulan F 3 kali sebulan
F Tidak boleh lupa sama sekali F Tidak tahu
14. Sebaiknya pemberian ART untuk bayi terinfeksi HIV ditunda sampai usia lebih dari satu tahun:
F Benar F Tidak benar F Tidak tahu
15. TB pada Odha dengan jumlah CD4 yang sangat rendah: F Kemungkinan mengakibatkan batuk berdahak yang BTA+
F Menyebabkan hasil rontgen dada yang sangat spesifik/mudah dilihat F Sering kali di luar paru
F Jarang menjadi aktif F Tidak tahu
16. Infeksi oportunistik hanya terjadi bila jumlah CD4:
F Di bawah 100
F Di bawah 200
F Di bawah 300
F Apa pun
F Tidak tahu
17. ARV bentuk sirup adalah formulasi terbaik untuk bayi dengan HIV:
F Benar F Tidak benar F Tidak tahu
18. Pernyataan mana yang berikut mengenai TB TIDAK benar?
F Penularan umumnya terjadi dengan menghirup hasil bersin/batuk orang terinfeksi aktif F TB paling umum berpengaruh pada paru
F Diagnosis TB harus ditegaskan dengan rontgen dada F Orang dapat terinfeksi TB tanpa mengalami penyakit TB F Tidak tahu
19. Infeksi TB menimbulkan masalah untuk Odha, karena: F TB adalah penyebab kematian kebanyakan Odha F Pengobatan TB pada Odha lebih rumit
F HIV berlanjut lebih cepat pada Odha dengan TB F Semua di atas
F Tidak tahu
20. Ada vaksin untuk mencegah TB pada orang dewasa:
Yayasan Spiritia
Apa artinya ‘terapi’?
“Usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit” Bukan “usaha medis...”!
Tidak “menyembuhkan” Yayasan Spiritia
Informasi sebagai Terapi
Program Pelatihan Pendidik Pengobatan
Yayasan Spiritia
Modul: Prakata
Tujuan Modul
Modul ini menjadi pengantar pada pelatihan, termasuk tujuan dan susunan acara.
Setelah mengikuti modul ini, peserta harus mampu:
Menggambarkan konsep terapi sebagai informasi
Menyebutkan alasan kita bicara mengenai TB terkait HIV
Mengenal tujuan pelatihan
Menjelaskan peranan pendidik pengobatan
1. Perkenalkan diri serta pengalaman Anda.
Perkenalkan sesi ini sebagai prakata pada pelatihan pendidik pengobatan. Sesi ini akan memperkenalkan konsep bahwa informasi adalah sejenis terapi. Konsep ini mendasari seluruh pelatihan pendidik pengobatan. Kemudian sesi akan menyampaikan tujuan pelatihan, dan tugas pendidik pengobatan. Dorong peserta agar mengajukan pertanyaan kapan saja.
2. Kemungkinan peserta belum pernah mendengar anggapan bahwa informasi adalah terapi. Minta peserta mengusulkan definisi terapi. Jelaskan bahwa terapi adalah upaya apa saja yang dapat menyamankan seorang yang sakit. Terapi tidak terbatas pada usaha medis, dan tidak juga hanya bertujuan untuk menyembuhkan. Jadi, pengertian terapi lebih luas daripada hanya sekadar pengobatan atau perawatan.
Presentasi
Waktu yang dibutuhkan
Presentasi:
30 menit
Diskusi:
Modul - Prakata Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
Yayasan Spiritia
Apakah terapi hanya fisik?
Terbatas pada pil, bedah, jamu, pijat?
Semua ini didukung oleh informasi
Tanpa informasi:
Bagaimana kita tahu ada terapi baru? Apakah terapi itu efektif?
Untuk gejala apa? Di mana tersedia? Bagaimana diperoleh? Harganya?
Yayasan Spiritia
Paham, ingat & tanya
Informasi ≠Pengertian
Pasien yang benar-benar paham keadaan, penyakit, pengobatan, serta pilihannya akan bertahan hidup jauh
lebih lama daripada pasien ‘ya Dok’ Mengerti≠Mengingat
Tahu ada informasi, dan di mana mencarinya
Cara terbaik untuk dapat informasi: tanya! Yayasan Spiritia
Informed consent
Artinya informed consent: kita mempunyai informasi yang cukup dan tepat untuk mengambil keputusan
yang baik
Wajib untuk semua bentuk tindakan medis
Efek samping, harga, takaran, tujuan, dll.
Yayasan Spiritia
Informasi, Terapi Pertama & Utama
Bukan sekadar pengetahuan
Harus dalam bentuk dan bahasa yang cocok, pada waktu dibutuhkan
Terapi untuk muram, depresi, ketakutan
3. Kita cenderung menganggap terapi sebagai sesuatu yang fisik: pil, jamu, pijat, akupunktur. Jarang kita dengar informasi dianggap sebagai terapi. Namun informasi melatarbelakangi semua bentuk terapi lain. Tanpa informasi, bagaimana kita dapat mengerti tentang berbagai terapi yang ada? Apakah terapi itu efektif? Untuk gejala apa? Di mana terapi itu tersedia? Bagaimana kita memperolehnya? Berapa harganya? Sebagian jawaban akan disampaikan pada pelatihan ini, jadi pelatihan ini terapi informasi.
4. Terapi informasi bukan sekadar pengetahuan. Contoh: Bila kita dites HIV-positif, banyak pertanyaan muncul: Apa itu AIDS? Apa bedanya dengan HIV? Apakah saya akan segera meninggal? Bagaimana kelanjutannya? Bagaimana penularannya? Apa pengobatannya? Gejalanya apa? Pantas kita merasa muram atau takut; kita tidak dapat bayangkan masa depan. Apa pengobatan untuk depresi ini, ketakutan ini? Bukan obat, bukan pengobatan medis, tetapi jawaban terhadap pertanyaan kita. Informasi, dengan bentuk dan bahasa yang dapat kita pahami dan pada waktu kita perlukan.
5. Informasi berkaitan dengan ‘informed consent’. Bagaimana kita dapat mengambil keputusan terbaik tanpa informasi yang lengkap dan benar? Walau kita cenderung hanya mengaitkan informed consent dengan tes HIV, informed consent seharusnya wajib untuk semua bentuk tindakan medis. Apakah kita cukup tahu tentang maksudnya, efek sampingnya, harganya, kesulitan untuk memakainya, dll., supaya kita dapat dengan tenang hati memutuskan untuk menerima terapi ini. Terapi informasi harus selalu mendahului terapi obat.
6. Informasi tidak sama dengan pengertian. Namun penelitian sering menunjukkan bahwa pasien yang benar-benar mengerti keadaannya akan bertahan hidup jauh lebih lama daripada pasien yang sekadar ‘percaya’ pada dokternya. Mengerti juga tidak sama dengan mengingat. Dengan tersedianya semakin banyak informasi, mustahil kita mengingat semuanya. Kita harus tahu bahwa ada informasi dan di mana mencarinya. Cara terbaik untuk memperoleh informasi adalah dengan pertanyaan. Tidak ada ‘pertanyaan tolol’ sehubungan dengan kesehatan kita sendiri. Kita punya hak untuk mendapatkan informasi.
Yayasan Spiritia
Sumber informasi
Buku kecil Spiritia Lembaran Informasi Milis WartaAIDS Situs Web Spiritia
http://spiritia.or.id – Forum – Tanya-Jawab Yayasan Spiritia
Tujuan pelatihan
TujuanMenurunkan risiko kematian pada Odha akibat TB dan meningkatkan mutu hidup mereka.
Hasil yang diharapkan:
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Odha dan komunitas yang terpengaruh mengenai HIV-TB. Odha melakukan deteksi dini (early diagnosis) sehingga dapat dilakukan pengobatan TB lebih awal (early treatment);
Jejaring layanan TB dengan layanan HIV dikembangkan dan dikuatkan di wilayah masing-masing.
7. Ada berbagai sumber informasi, seperti ditunjukkan di sini. Untuk yang dapat berbahasa Inggris, jelas ada banyak sumber informasi lain. Bila ada pertanyaan, dapat dikirim ke milis WartaAIDS. Situs web Spiritia menyediakan dua pilihan: ada forum dan juga ada layanan tanya-jawab. Kita juga dapat menyampaikan pertanyaan ke teman-teman di Spiritia melalui telepon.
8. Kita mengikuti ‘Pelatihan Pendidik Pengobatan HIV dan TB; mengapa kita secara khusus membahas TB, dan bukan (misalnya) hepatitis? Seperti kita akan melihat, berkat ART, infeksi HIV mulai dikendalikan, dan kita kemungkinan tidak akan meninggal karena infeksinya; Tetapi tetap ada kemungkinan kita dapat meninggal karena TB, penyebab utama kematian Odha. TB umumnya dapat disembuhkan. Tetapi penanggulangan TB semakin rumit, dengan versi TB yang tidak dapat diobati sama sekali. Jadi penting kita dan anggota kelompok lebih paham dampak kedua infeksi.
9. Dengan latar belakang itu mengenai terapi
informasi, kita mungkin lebih paham mengenai tujuan pelatihan. Bacakan tujuan satu per satu, dan minta pertanyaan atau pendapat peserta. Apakah tujuan ini mencerminkan harapan peserta sendiri dari pelatihan ini? Minta peserta mengingat tujuan ini dan pada akhir pelatihan coba menilai apakah tujuan dicapai.
10. Terkait dengan tujuan adalah bagaimana kita melihat peranan dan tugas kita sebagai pendidik pengobatan. Minta peserta mengajukan pikirannya mengenai ini. Jelaskan bahwa kita bukan dokter, bukan ahli, dan kita sebaiknya membangun hubungan erat dengan dokter. Bila ragu, selalu usulkan Odha untuk periksa ke dokter. Minta peserta membagi pengalaman mengenai ini.
Yayasan Spiritia
Peranan pendidik pengobatan
Sumber informasimengenai pengobatan untuk anggota kelompok/komunitas Dorong kepatuhan terhadap ART/OAT Advokasi Pemantauan Perantaradengan petugas layanan kesehatan
Penting kita sadar terhadap keterbatasan kita! Yayasan Spiritia
HIV & TB
Mengapa kita bicarakan TB? HIV mulai dikendalikan
• Berkat ART, harapan hidup Odha serupa dengan masyarakat lain
• …asal TB dikendalikan juga
TB penyebab kematian utama untuk Odha
• Namun umumnya TB dapat disembuhkan
TB semakin rumit
• Ada versi TB yang tidak dapat diobati
Modul - Prakata Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
Yayasan Spiritia
Apa yang dapat kita lakukan…?
Kebanyakan sesi akan berakhir dengan pertanyaan ini Pendapat kalian penting!
Suara kita sebagai komunitas sangat kuat. Kita dapat berpengaruh...
Yayasan Spiritia
Susunan acara
Lihat paket informasi
Cukup padat, tetapi diusahakan interaktif Dapat melakukan sesi tambahan pada malam hari
Bila tidak paham, tanya!
Tidak ada pertanyaan yang salah atau bodoh!
11. Pada pelatihan ini, kami akan memakai bahasa dan istilah yang mungkin agak asing untuk beberapa peserta. Sebagian ini disebabkan karena beberapa topik sulit disederhanakan, tetapi juga karena kita harus mampu berbicara dengan dokter, dan harus siap menjelaskan artinya pada pasien. Bila kita mengharapkan kita akan dihargai oleh dunia kedokteran, penting kita berbicara dengan bahasanya. Bila ada istilah baru, coba cari di daftar istilah. Dan jangan ragu mengajukan pertanyaan kapan saja bila tidak mengerti. Satu istilah yang mungkin membingungkan adalah ‘kuman’. Kita mengartikan kuman sebagai makhluk apa saja yang dapat
menimbulkan infeksi, walau secara resmi (menurut KBBI), kuman berarti bakteri TB.
12. Jelaskan bahwa susunan acara ada di paket informasi. Memang programnya cukup padat, dan tidak semuanya akan langsung ditangkap. Kita tidak mungkin menjadi ‘ahli’ dalam 4 hari. Bila diperlukan, kami siap melakukan sesi tambahan tentang topik apa saja pada malam. Juga jangan ragu mengajukan pertanyaan, baik dalam sesi, maupun pada waktu istirahat. Sekali lagi, hanya ada satu jenis pertanyaan yang bodoh: pertanyaan yang tidak ditanyakan! Yayasan Spiritia
Bahasa dan istilah
Masalah cukup rumit
Sulit dijelaskan secara singkat/sederhana Kadang dipakai istilah kedokteran
Agar kita dapat berhubungan dengan dokter Rujuk pada Lembaran Informasi (LI) dan Daftar Istilah (LI 999)
Tidak semuanya akan dipahami sepenuhnya Jangan ragu mengajukan pertanyaan
13. Setiap sesi akan ditutup dengan pertanyaan: Apa yang dapat kita lakukan...? Biasanya pertanyaan ini akan dilemparkan pada peserta, untuk mendapatkan masukkan dari kita semua mengenai bagaimana kita dapat mengubah keadaan, agar tujuan kita untuk “tingkatkan mutu hidup Odha melalui peningkatan akses pada pengobatan bermutu untuk HIV dan pada informasi untuk meyakinkan suksesnya” dapat dicapai.
Tugas Kepatuhan
Tujuan pelatihan
Membuka pikiran peserta mengenai kesulitan dengan memakai obat antiretroviral sesuai dengan
jadwal. Catatan: bila kebanyakan peserta sudah memakai terapi antiretroviral (ART), mungkin
pelatihan ini dapat dilewatkan
Bentuk pelatihan
Peserta diminta memakai ‘pil’ dengan jadwal sama dengan jadwal untuk terapi antiretroviral
rejimen Duviral + efavirenz
Sebelum pelatihan, sediakan dua kantong plastik serupa yang dipakai oleh apotek untuk pil, serta
etiket yang dapat ditempel pada kantong, seperti berikut:
NAMA:
TGL:
OBAT:
X SEHARI TABLET/KAPSUL/BUNGKUS
SEBELUM/SESUDAH MAKAN
Cari permen yang dapat meniru pil Duviral (mis. ‘Frozz’ yang berwarna putih) dan yang dapat
meniru efavirenz (mis. ‘Ricola’ yang berwarna kuning). Isi satu kantong per peserta dengan dua
‘Duviral’ untuk setiap hari dan satu kantong per peserta dengan satu ‘efavirenz’ untuk setiap hari.
Juga sediakan formulir Tugas Kepatuhan seperti halaman berikut.
Bagikan kedua kantong serta formulir pada masing-masing peserta. Jelaskan tujuan, dan bahwa
‘pil’ hanya permen, bukan obat benar. Jelaskan bahwa peserta baru mulai ‘ART’, dan ini resep
pertama dari dokter. Tanya pada peserta apakah mereka jelas mengenai apa yang mereka harus
lakukan. Pastikan pertanyaan berikut dibahas:
Berapa pil harus dipakai?
Jadwal (dua kali sehari atau per 12 jam)? Apakah ada kelonggaran pada jadwal? Apakah ada aturan makan?
Apa yang harus lakukan bila dosis terlupa?
Apa yang harus dilakukan bila merasa sakit setelah memakainya?
Sebelum penutupan pada hari terakhir, minta peserta kembalikan formulir yang diisi. Membahas
kepatuhan, tanyakan pada peserta apakah mereka menghadapi kesulitan, dan coba menilai
apakah formulir diisi secara jujur (pasti sebagian hanya diisi pas sebelum harus dikembalikan,
seperti dapat dilihat dari tulisan). Tanyakan apakah pelatihan ini bermanfaat.
Modul - Prakata Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
Yayasan Spiritia
PELATIHAN PENDIDIK PENGOBATAN
TUGAS KEPATUHAN
Teman-teman,
Salah satu tujuan pelatihan Pendidik Pengobatan adalah untuk meningkatkan pemahaman kita
mengenai konteks sosial terkait HIV, serta kesulitan yang dihadapi oleh Odha dengan memakai
terapi antiretroviral (ART).
Untuk memudahkan pemahaman kita mengenai masalah kepatuhan
±
salah satu faktor dalam
mencapai keberhasilan dari penggunaan ART
±
kami mengajak kita semua mengikuti tugas
praktek di bawah.
Terima kasih
TUGAS
Anda diberikan dua paket yang diisi permen yang mewakili obat dalam rejimen Anda.
Anda diminta mengikuti rejimen berdasarkan aturan yang tercantum serupa dengan resep yang
diberikan pada Odha yang memakai ART, yang ditulis di etiket pada masing-masing paket.
Setiap kali
PHPDNDLµREDW¶WXOLVMDPQ\DSDGDWDEHOGLEDZDK%LODOXSDLVLWDQGDµ;¶,VLODK
dengan jujur!
Anda boleh memutuskan jam penggunaan obat, asal sesuai dengan etiket meminum obat.
0XODLSHQJJXQDDQµREDW¶EHVRNSDJL
TABEL PENGGUNAAN OBAT
Hari
1 Hari
2 Hari
3 Hari
4 Hari
5
Duviral
pagi
Duviral malam
Efavirenz malam
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
RNA
Apa itu HIV?
Virus yang merusak kekebalan manusia Seperti semua virus, HIV harus masuk sel lain untuk replikasi H I V Human Immunodeficiency Virus
HIV adalah retrovirus dan bahan genetiknya, RNA, harus diubah menjadi DNA saat replikasi
Yayasan Spiritia
Dasar HIV
Program Pelatihan Pendidik Pengobatan Marcus McGilvray & Nicola Willis Diterjemahkan dan disesuaikan oleh Yayasan Spiritia
Modul: Dasar HIV
Tujuan Modul
Modul ini meninjau informasi dasar mengenai HIV, siklus hidupnya, dan stadium penyakit
Setelah mengikuti modul ini, peserta harus mampu:
Menggambarkan dasar dari infeksi HIV dan dampaknya pada sistem kekebalan tubuh
Menyampaikan informasi mengenai perjalanan klinis infeksi HIV pada anggota kelompok
Membahas sistem untuk menggolongkan tahap penyakit berdasarkan stadium infeksi HIV
Menjelaskan beda antara HIV dan AIDS
1. Perkenalkan diri serta pengalaman Anda. Perkenalkan sesi ini dengan ringkasan mengenai isinya. Untuk mengerti peranan pengobatan untuk HIV, kita harus memahami dasar dari HIV terlebih dahulu. Sesi ini menjadi landasan untuk kebanyakan sesi, jadi penting untuk dipahami dengan baik. Jelaskan bahwa sesi ini tidak membahas masalah yang sangat dasar, misalnya bagaimana HIV menular dan tidak menular, yang seharusnya sudah diketahui oleh peserta. Dorong peserta agar mengajukan pertanyaan kapan saja.
2. HIV adalah virus. Semua virus sangat sederhana, tidak dapat bereplikasi atau menggandakan diri tanpa bantuan dari sel lain. Jadi, seperti semua virus, HIV harus masuk ke sel lain untuk bereplikasi. HIV adalah anggota golongan virus yang disebut retrovirus. Bahan genetiknya disimpan dalam bentuk RNA, yang harus diubah atau diterjemahkan menjadi DNA untuk
dipadukan pada DNA sel induk. Virus juga mengandung beberapa enzim, jenis protein, yang dibutuhkan untuk membuat virus baru. Enzim ini dapat dianggap sebagai pembantu dalam produksi virus.
Presentasi
Waktu yang dibutuhkan:
Presentasi:
75 menit
Diskusi:
30 menit
Modul - Dasar HIV Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Sel CD4 adalah sel darah putih yang membawa reseptor CD4 pada permukaannya
HIV memakai sel CD4 untuk replikasi
HIV & sistem kekebalan tubuh
Sel CD4 diserang HIV Reseptor CD4 dipakai oleh HIV
untuk mengikat pada sel (seperti
kuncidan gembok)
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Sistem melindungi tubuh terhadap serangan dari benda asing
Bakteri, Virus, Parasit, Jamur Sistem ganda
Sistem kekebalan innate(pembawaan lahir) Sistem kekebalan acquired(didapat setelah lahir)
Antibodidibentuk terhadap benda asing yang masuk
Sistem kekebalan tubuh diaktifkanoleh satu jenis sel darah putih yang disebutsel CD4
Sistem kekebalan tubuh
Bakteri
Virus
Parasit
Jamur
3. DNA dapat dianggap seperti pedoman yang mengandung instruksi untuk membuat sel baru. Namun pedoman ini disimpan dalam retrovirus sebagai RNA, bukan DNA. Informasi di RNA dan DNA sama, tetapi dalam ‘bahasa’ lain. Diumpamakan orang asing mau menyuruh pembantu membersihkan lantai, tapi tidak tahu apa itu ‘floor’ dalam bahasa Indonesia. Dia cari kata itu dalam kamus, dan catat hasilnya: ‘lantai’. Mudah sekali, tetapi bisa terjadi kesalahan pada waktu mencari kata, atau waktu menulis versi bahasa Indonesia. Akibat kesalahan ini akan dibahas nanti di sesi ‘Resistansi’.
4. Sistem kekebalan tubuh melindungi kita terhadap benda asing yang menyerang kita, termasuk bakteri, virus, parasit dan jamur. Gambar tidak berskala, dan virus sangat kecil (1/10.000mm) sehingga hanya dapat terlihat dengan mikroskop yang canggih. Ada dua bagian pada sistem kekebalan tubuh. Kita mempunyai bagian pertama, yang disebut sebagai ‘innate immune system’, sejak kita lahir, terdiri terutama dari kulit, melindungi dari benda dalam lingkungan kita. Bagian kedua disebut sebagai ‘acquired immune system’, terbentuk dalam tahun pertama kehidupan kita berdasarkan ‘pengalaman’ dari serangan kuman, atau sebagai hasil dari vaksinasi. Sistem ini membentuk antibodi terhadap kuman, yang menandai kuman agar dimakan oleh sel lain. Saat kuman masuk tubuh, sistem ini diaktifkan untuk melawannya oleh sejenis sel darah putih yang disebut sel CD4.
5. Seperti dibahas, HIV harus masuk pada sel untuk replikasi. Sasaran utama HIV adalah sel CD4 itu. Nama CD4 diberikan karena sel ini membawa reseptor CD4 pada permukaannya. Reseptor ini adalah sejenis protein, dan HIV mencari reseptor CD4. Bila bertemu, HIV mengikat pada reseptor CD4 seperti kunci dan gembok. Fotonya adalah sel CD4 yang diperbesarkan; benda berbentuk bola berwarna merah adalah HIV yang terikat. (CD=’Cluster of
Differentiation’ atau ‘kelompok perbedaan’.) Yayasan Spiritia
Yayasan Spiritia
DNA, RNA?
DNA adalah pedoman untuk membuat sel baru. Informasi di RNA dan DNA adalah sama, hanya dalam ‘bahasa’ lain.
Kalau terjadi kesalahan ketika mengubah atau
menerjemahakan RNA menjadi DNA, dampak dapat serius... Walaupun mudah memakai kamus seperti ini, bisa terjadi kesalahan
Contohnya, di kamus bahasa Inggris > Indonesia, kita cari:
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
HIV
3.DNA virus dipadukan pada DNA sel induk dengan integrase
Siklus hidup HIV
4.Membuat unsur virus
2.Reverse transcriptase
membuat DNA dari RNA virus
Sel CD4
1.Ikat pada sel CD4 induk, keluar isi
6.Virus baru keluar, siklus diulang
5. Virus baru dirakit dengan protease
6. Tunjukkan virus, dengan sampul, enzim & RNA, serta sel CD4. Penting kita memahami ke-6 langkah dalam siklus hidup HIV agar paham dampak ARV pada HIV. 1) HIV mengikat pada sel CD4,
memasukkan RNA & enzim ke dalam sel. 2) RNA virus diubah menjadi DNA dengan bantuan enzim reverse transcriptase. 3) DNA virus dipadukan dalam DNA sel dalam inti sel dengan bantuan enzim
integrase. 4) Jutaan unsur virus baru dibuat memakai ‘alat’ sel induk. 5) Unsur dirakit menjadi virus baru dengan bantuan enzim protease. 6) Virus baru dikeluarkan dari sel & mencari sel CD4 baru untuk replikasi. Proses keluar dari sel juga menghancurkan sel. Lihat Materi Dasar HIV 1.
7. Grafik ini menunjukkan kelanjutan infeksi pada beberapa bulan pertama (masa infeksi akut). Segera setelah virus masuk ke aliran darah kita, HIV mulai replikasi secara cepat, dan viral load meloncat tajam (garis merah). Oleh karena itu, banyak sel CD4 dihancurkan, dan jumlah sel CD4 turun drastis (garis biru). Setelah beberapa minggu, sistem kekebalan mulai membentuk antibodi terhadap HIV (garis hijau), dan antibodi ini membunuh virus, sehingga viral load mulai menurun dan CD4 meningkat kembali. Antibodi baru dapat terdeteksi setelah beberapa minggu (masa jendela). Pada masa ini, viral load dan daya menular paling tinggi.
8. Grafik ini menunjukkan kelanjutan infeksi setelah infeksi akut. Tahap ini biasanya mulai dengan masa tanpa gejala, yang bertahan rata-rata 7-10 tahun dan dapat jauh lebih lama. Selama masa ini viral load meningkat pelan-pelan, sementara jumlah CD4 terus-menerus merosot. HIV bereplikasi terus dengan puluhan miliar virus dibuat dan juga kemudian mati setiap hari. Kemudian viral load mulai meningkat tajam, sementara jumlah CD4 menurun di bawah 200, yang mendefinisikan AIDS. IO mulai muncul. Akhirnya, viral load menjadi sangat tinggi dan jumlah CD4 dapat menjelang nol.
9. Tes HIV mencari antibodi, yang baru dibentuk setelah masa jendela, jadi pada orang baru terinfeksi, hasil tes baru akan reaktif setelah 3 minggu hingga 3 bulan. Tes CD4 hitung jumlah sel CD4 dalam contoh darah, untuk mencermin kesehatan sistem kekebalan: >500 dianggap normal. Karena balita punya lebih banyak sel CD4, dengan semakin berumur semakin rendah, persentase CD4 (CD4% – persentase sel CD4 banding jumlah semua sel darah putih atau limfosit) mengganti jumlah CD4 mutlak: >25% adalah normal. Tes viral load (VL) mengukur jumlah virus dalami darah. Semakin HIV bereplikasi, VL menjadi semakin tinggi. VL menunjukkan lajunya infeksi HIV: semakin tinggi, semakin cepat laju infeksi.
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Kelanjutan penyakit
Lambat laun: viral load meningkat jumlah CD4 menurun AIDS terjadi 7-10 tahun setelah terinfeksi Yayasan Spiritia Yayasan SpiritiaTes terkait HIV
Tes antibodi dipakai untuk diagnosis
– Tergantung pada masa jendela
– Hasil reaktif pada bayi terpajan HIVwaktu lahir Tingkat kerusakan sistem kekebalan tubuh diukur dengan jumlah CD4
– Nilai normaluntuk dewasa: 500 ke atas – Untuk anak, persentase CD4(CD4%) lebih baik
• Nilai normal: 25% ke atas
Tes viral load ukur laju kerusakan dengan alat PCR
– Juga dapat dipakai untuk diagnosis HIVpada bayi
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Awal infeksi – dewasa
Viral loadmeningkattajam, terus turun
Jumlah CD4menuruntajam, terus naik
Antibodi baru terdeteksi setelah beberapa minggu Viral load paling tinggi waktu
Modul - Dasar HIV Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
10. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, lambat laun HIV menghancurkan sel CD4 dan sistem kekebalan tubuh menjadi semakin rusak. Sistem kekebalan tubuh kita bertugas untuk melindungi kita terhadap infeksi. Namun karena kerusakan akibat HIV, sistem kekebalan tidak lagi mampu menyerang infeksi yang seharusnya dapat ditangani, bahkan dengan bantuan obat. Infeksi ini mengambil ‘kesempatan’ disebabkan oleh sistem kekebalan yang lemah, dan karena itu disebut sebagai ‘infeksi oportunistik’, atau IO. Jelaskan bahwa akan ada sesi khusus mengenai IO nanti.
11. WHO membentuk sistem untuk menggolongkan tahap penyakit berdasarkan tanda & gejala dalam 4 stadium (lihat Materi Dasar HIV 2): 1-tanpa gejala, dapat berlangsung bertahun-tahun; 2-penyakit ringan (mis. ruam, infeksi kulit, demam, herpes, infeksi saluran pernapasan); 3-penyakit sedang (mis. TB paru, diare kronis, kandidiasis mulut, kehilangan berat badan lebih dari 10%); 4-penyakit berat (mis. PCP, limfoma, TB luar paru, kehilangan berat badan yang parah (wasting)). Sistem ini memberi gambar mengenai beratnya penyakit & prognosis. Dokter menentukan stadium Odha pada setiap pemeriksaan. Daftar penyakit dalam setiap stadium berbeda untuk anak (lihat Materi Dasar HIV 3).
12. HIV dan AIDS berbeda! HIV adalah virus penyebab kelemahan sistem kekebalan. Karena sistem kekebalan melemah, tubuh menjadi rentan terhadap IO. Adalah kumpulan IO yang disebabkan oleh kehilangan kekebalan yang disebut sebagai AIDS. Seseorang dapat terinfeksi HIV bertahun-tahun sebelum sistem kekebalannya cukup rusak sehingga muncul IO dan kemudian AIDS. Berkat ART, kita sebetulnya tidak akan sampai ke AIDS, asal kita didiagnosis dan mulai ART secara dini. Sekali kita dianggap AIDS, kita AIDS untuk seumur hidup, walau kita pakai ART dan tidak mengalami IO lagi. Jadi istilah AIDS sebetulnya tidak relevan lagi, hanya dibutuhkan untuk statistik.
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Infeksi oportunistik
Lambat laun HIV membunuh semakin banyak sel CD4 Dengan jumlah CD4 semakin menurun, infeksi mengambil ‘opportunity’ atau
‘kesempatan’ karena lemahnya sistem kekebalan tubuh, yang mengakibatkan
infeksi oportunistik
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
A
cquired
I
mmune
D
eficiency
S
yndrome
Infeksi oportunistik(IO) adalah tanda dan gejala terkait infeksi HIV
Saat sistem kekebalan tubuh kita cukup rusak sehingga IO ini terjadi, kita dianggap AIDS
Istilah dipakai untuk kepentingan kesehatan masyarakat – Patokan untuk laporan kasus
Sekali kita dianggap AIDS, kasus dimasukkan pada statistik – Status ini tidak diubah walau kita sehat kembali
Jadi istilah AIDS tidak penting buat kita sebagai individu
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Stadium klinis infeksi HIV
Stadium klinis 1: Asimptomatik/tanpa gejala Stadium klinis 2: Penyakit ringan
Stadium klinis 3: Penyakit sedang Stadium klinis 4: Penyakit berat (AIDS)
Materi Dasar HIV 1: Siklus Hidup HIV
HIV beredar dalam aliran darah. Sel CD4 adalah macam sel darah putih, jadi juga ada di aliran
darah.
1. HIV mencari sel CD4 dan mengikat pada reseptor CD4 pada permukaannya, seperti kunci
dengan gembok. Setelah memadukan dengan selaput sel, HIV mengosongkan bahan genetiknya
(RNA virus) dan enzim dalam sel.
2. Kode genetik HIV (RNA) harus diubah menjadi DNA agar dapat dipadukan pada DNA sel
CD4. Perubahan ini dilakukan dengan bantuan dari enzim reverse transcriptase.
3. DNA HIV disatukan pada DNA sel dengan bantuan oleh enzim integrase.
4. Waktu sel CD4 siap replikasi, seharusnya dibuat sel CD4 yang sama,. Namun karena bahan
genetiknya dibajak oleh HIV, bukan sel CD4 yang dibuat, melainkan unsur HIV.
5. Unsur HIV kemudian dirakit untuk membuat virus baru. Proses ini tergantung pada enzim
protease.
6. Virus baru mendesak ke luar sel, masuk kembali ke aliran darah. Dalam proses ini, sel CD4
dihancurkan. Virus yang baru ini kemudian menular sel CD4 lain, dan siklus berulang.
Informasi lebih lanjut:
Lihat juga Lembaran Informasi Spiritia 400 ‘Siklus Hidup HIV’ dan 403‘Terapi Antiretroviral’.
Yayasan SpiritiaYayasan Spiritia
HIV
3.
DNA virus dipadukan pada DNA sel induk dengan integraseSiklus hidup HIV
4.
Membuat unsur virus2.
Reverse transcriptase membuat DNA dari RNA virusSel CD4
1.
Ikat pada sel CD4 induk, keluar isi6.
Virus baru keluar, siklus diulang5.
Virus baru dirakitModul - Dasar HIV Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
Materi Dasar HIV 2: Stadium Klinis HIV pada Orang Dewasa dan
Remaja
Stadium Klinis 1 Asimtomatis
Tidak ada gejala
Limfadenopati Generalisata Persisten (PGL)
Stadium Klinis 2 Penyakit ringan
Penurunan berat badan bersifat sedang yang tidak diketahui penyebabnya (<10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Infeksi saluran pernapasan yang berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media, faringitis) Herpes zoster
Keilitis angularis (luka di sekitar bibir) Ulkus mulut yang berulang
Ruam kulit berupa papel yang gatal (Papular pruritic eruption/PPE) Dermatitis seboroik
Infeksi jamur pada kuku
Stadium Klinis 3 Penyakit sedang
Penurunan berat badan bersifat berat yang tidak diketahui penyebabnya (>10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya selama lebih dari 1 bulan Demam menetap yang tidak diketahui penyebabnya
Kandidiasis pada mulut yang menetap Oral hairy leukoplakia
Tuberkulosis paru
Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia, empiema, meningitis, piomiositis, infeksi tulang atau sendi, bakteremia, penyakit inflamasi panggul yang berat)
Stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis
Anemia yang tidak diketahui penyebabnya (<8g/dl), neutropenia (<0.5 x 109/l dan/atau trombositopenia kronis
(<50 x 109/l)
Stadium Klinis 4 Penyakit berat (AIDS)
Sindrom wasting HIV
Pneumonia Pneumocystis jiroveci Pneumonia bakteri berat yang berulang
Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, genital, atau anorektal selama lebih dari 1 bulan atau viseral di bagian mana pun)
Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis trakea, bronkus atau paru) Tuberkulosis ekstrapulmoner
Sarkoma Kaposi
Penyakit sitomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain, tidak termasuk hati, limpa dan kelenjar getah bening)
Toksoplasmosis di sistem saraf pusat Ensefalopati HIV
Pneumonia kriptokokus ekstrapulmoner, termasuk meningitis Infeksi mikobakteri non tuberkulosis yang menyebar
Leukoensefalopati multifocal progresif (PML) Kriptosporidiosis kronis
Isosporiasis kronis
Mikosis diseminata (histoplasmosis, kokidiomikosis) Septisemia yang berulang (termasuk salmonela nontifoid) Limfoma (serebral atau Sel-B non-Hodgkin)
Karsinoma serviks invasif Leishmaniasis diseminata atipikal
Pelatihan Pelajaran
A. Pertanyaan
1. Sel yang mana menjadi sasaran utama HIV untuk replikasi?
Sel CD4, yaitu sel yang membawa reseptor CD4 pada permukaannya. Sel tersebut adalah salah
satu jenis sel darah putih, dan bertugas untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh bila tubuh
terserang oleh kuman.
2. Mengapa HIV ‘membutuhkan’ sel CD4?
Seperti semua virus, HIV tidak dapat bereplikasi sendiri. Untuk bereplikasi, HIV membutuhkan
‘alat’ dari sel lain. HIV harus masuk sel CD4 dan memakai ‘alat’ dalam sel itu untuk bereplikasi,
dengan demikian dapat membuat virus baru.
3. Apa dampak dari serangan HIV pada sel CD4?
Sel CD4 mempunyai peranan penting dalam koordinasi sistem kekebalan tubuh. Waktu HIV
memakai sel CD4 untuk replikasi, virus itu juga menghancurkan sel CD4 tersebut. Dengan
demikian, sistem kekebalan tubuh dilemahkan dan tidak mampu lagi melawan infeksi. Bila HIV
tidak diobati, sistem kekebalan tubuh menjadi semakin lemah, infeksi oportunistik muncul dan
Odha dianggap AIDS. Akhirnya terjadi kematian.
4. Apa yang dimaksud dengan masa tanpa gejala?
Masa tanpa gejala adalah masa waktu orang terinfeksi HIV tetapi belum mengalami tanda dan
gejala terkait HIV. Rata-rata masa ini berlangsung 7-10 tahun, tetapi dapat lebih lama – atau
lebih singkat.
5. Dengan memakai Pelatihan Pelajaran: Siklus Hidup HIV di bawah ini, jelaskan apa yang
terjadi pada langkah 1-6.
Jawaban ada pada Materi Dasar HIV 1: Siklus Hidup HIV
Teman sebaya mengharapkan penjelasan dari pendidik pengobatan mengenai keadaannya. Agar
teman kita dapat percaya dengan kita, dan akan mendapatkan informasi yang jelas dan tepat,
adalah penting kita mampu menjawab pertanyaannya. Peranan ini dirancang untuk memberikan
keterampilan pada pendidik pengobatan untuk menjawab pertanyaan yang umum diajukan oleh
teman Odha mengenai keadaannya.
Membagi peserta menjadi empat kelompok kecil dan memberikan sebuah pertanyaan pada
masing-masing kelompok kecil. Minta masing-masing kelompok membahas pertanyaan dan
memutuskan cara terbaik untuk menanggapi pertanyaan. Kemudian minta masing-masing
kelompok melaporkan kembali pada kelompok besar melalui bermain peran, dengan satu peserta
mengambil peran sebagai Odha yang mengajukan pertanyaan dan satu peserta memberi jawaban.
Peserta mungkin mempunyai cara sendiri untuk menjelaskan mengenai HIV pada Odha, tetapi
usulan diberikan di bawah sebagai contoh.
B. Main Peranan
Pertanyaan Umum
1. Apa beda antara HIV dan AIDS?
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh kita. Waktu HIV masuk ke tubuh kita,
kita dianggap ‘terinfeksi HIV’ atau ‘HIV-positif ’. Tetapi hal ini tidak berarti kita AIDS. Kita
biasanya tetap sehat selama bertahun-tahun sebelum gejala atau tanda mulai muncul, atau kita
mengalami masalah kesehatan. Namun lambat laun HIV menyebabkan semakin banyak
Modul - Dasar HIV Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
seharusnya ditangani oleh sistem kekebalan tubuh. Infeksi ini disebut infeksi oportunistik (IO).
Bila kita mengalami IO tertentu, kita dianggap AIDS.
Istilah AIDS terutama dipakai untuk kepentingan kesehatan masyarakat, sebagai patokan untuk
laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala dan/atau status kekebalan, kita
dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini tidak diubah walau kita menjadi sehat
kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS tidak penting buat kita sebagai individu.
2. Bagaimana HIV membuat saya sakit?
Waktu kuman masuk ke tubuh kita, mereka biasanya diserang oleh sistem kekebalan tubuh kita,
sehingga kita tidak menjadi sakit. HIV adalah sejenis virus, juga kuman, tetapi berbeda dengan
kuman lain, HIV menyerang sistem kekebalan tubuh. Dengan kata lain, HIV menghancurkan
sistem yang justru seharusnya menyerang infeksi dalam tubuh kita.
HIV melakukan hal ini dengan memakai sel yang ada di sistem kekebalan tubuh, yang disebut
sebagai sel CD4, untuk replikasi. Dengan cara ini, HIV membuat banyak virus baru, tetapi
dalam proses tersebut, sel CD4 dihancurkan. Akibat kekurangan sel CD4, sistem kekebalan
tubuh menjadi semakin lemah dan tidak mampu lagi melindungi kita terhadap infeksi.
3. Apa tes darah yang harus saya lakukan?
Ada berbagai jenis tes darah yang harus kita lakukan setelah kita diketahui terinfeksi HIV. Salah
satu dapat memberi gambaran mengenai kelanjutan infeksi dalam tubuh kita. Bila tersedia, tes
CD4 adalah yang paling baik untuk mengukur tingkat kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.
Hasilnya menunjukkan jumlah sel CD4 dalam darah. Bila sistem kekebalan tubuh masih sehat,
jumlah CD4 di atas 500. Jumlah CD4 turun terus; bila menjadi di bawah 200, kita dianggap
AIDS, dan sebaiknya kita sudah memakai terapi antiretroviral dan/atau profilaksis terhadap
infeksi oportunistik.
Tes viral load mengukur jumlah virus yang ada di darah, dan memberi gambaran yang lebih
jelas mengenai kelanjutan infeksi. Namun tes ini sulit terjangkau dan sangat mahal. HIV kita
dapat ditangani dengan baik walaupun kita tidak dapat melakukan tes CD4 atau viral load.
4. Apa yang akan terjadi pada saya setelah diketahui saya HIV-positif?
Setiap orang berbeda. Banyak orang tetap sehat selama bertahun-tahun, sedangkan orang lain
dapat menjadi sakit dengan berbagai infeksi secara lebih cepat. Yang paling penting adalah
untuk berusaha agar tetap sehat selama mungkin. Ada beberapa upaya yang kita dapat lakukan,
termasuk hidup positif, makan teratur, gizinya baik, olahraga, tidur teratur, dan periksa ke
dokter secara berkala. Berjagalah untuk tidak menularkan orang lain dengan melakukan
hubungan seks dengan kondom, dan tidak memakai jarum suntik bergantian bila kita memakai
narkoba suntikan. Kita mungkin diberikan obat untuk mencegah munculnya infeksi tertentu. Dan
sebaiknya kita mulai pakai terapi antiretroviral waktu dibutuhkan.
Pelatihan Pelajaran: Siklus Hidup HIV
Apa yang terjadi pada setiap langkah dalam siklus hidup HIV? Isi boks atau tulis di bawah…
Yayasan SpiritiaHIV
3.
Siklus hidup HIV
4.
2.
Sel CD4
1.
6.
5.
Modul - Dasar ART Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Apa itu ARV?
Obat yang dipakai untukmengobati IO; untukmerangsang kekebalan;
ataujamu
Obat yang dipakai untuk langsung melawan HIV
Dibandingkan
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Dasar ART
Program Pelatihan Pendidik Pengobatan Marcus McGilvray & Nicola Willis Diterjemahkan dan disesuaikan oleh Yayasan Spiritia
Modul: Dasar ART
Tujuan Modul
Modul ini membahas dasarnya terapi antiretroviral (ART), termasuk cara kerja ARV, kriteria
untuk mulai, dan ARV yang tersedia saat ini di Indonesia.
Setelah mengikuti modul ini, peserta harus mampu:
Menggambarkan cara kerja obat ARV, dampak ARV dan ART pada penyakit HIV pada
anggota kelompok
Menyebutkan kriteria untuk mulai ART
Menjelaskan tantangan besar terkait penggunaan ART
1. Perkenalkan diri serta pengalaman Anda.
Perkenalkan sesi ini dengan ringkasan mengenai isinya. Dahulu AIDS disebut sebagai penyakit yang tidak ada obat. Sekarang ada obat, tetapi
penggunaannya tidak mudah. Untuk mendukung dampingan kita, kita harus mengerti cara kerjanya. Sesi ini tidak akan membahas ART untuk anak; topik itu akan dibahas pada sesi berikut. Dorong peserta agar mengajukan pertanyaan kapan saja.
2. Ada berbagai istilah dan singkatan yang dipakai
waktu kita bicara mengenai ‘obat anti-HIV’. Tanyakan pada kelompok apa beda ARV dan ART? Penting kita membedakan antara ARV dan obat lain yang umumnya dipakai oleh Odha. Pengobatan untuk IO dipakai untuk mengobati infeksi tertentu yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh kita melemah. Obat ini antara lain termasuk antibiotik dan antijamur. Obat ini sangat penting, tetapi tidak melawan HIV secara langsung. Odha kadang juga memakai perangsang kekebalan (obat untuk meningkatkan jumlah CD4, mis. IL-2) dan jamu, tetapi pengobatan ini juga tidak langsung melawan HIV.
Presentasi
Waktu yang dibutuhkan:
Presentasi:
75 menit
Diskusi:
30 menit
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Fungsi ART
ART mengubah HIV dari penyakit yang mematikan menjadi “penyakit kronis” Penyakit yang menahun…
…yang sulit “disembuhkan” …tetapidapat dikendalikan
…seperti: – Diabetes – Darah tinggi – Asma – Skizofrenia – TB Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
3 golongan ARV
NRTI–penghambat nukleosida/nukleotida mis. AZT, 3TC, FTC, ABC, ddI, d4T, tenofovir (TDF)
dan
NNRTI–penghambat non-nukleosida mis. efavirenz, nevirapine
Menghambat pekerjaan Reverse Transcriptase untuk mengubah RNA virus menjadi DNA pada langkah awalreplikasi
PI–protease inhibitormis. lopinavir, ritonavir
Menghambat pekerjaan Protease dalam perakitan dan pematangan virus baru agar menjadi menular penuh padalangkah akhirreplikasi
Masing-masing golongan bekerja pada langkah dan dengan cara berbeda, untuk mencegah replikasi HIV dalam sel CD4
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
HIV
3.DNA virus dipadukan pada DNA sel induk dengan integrase
Cara kerja HIV
4.Membuat unsur virus
2.Reverse transcriptase
membuat DNA dari RNA virus
Sel CD4
1.Ikat pada sel CD4 induk, keluar isi
6.Virus baru keluar, siklus diulang
5. Virus baru dirakit dengan protease Yayasan Spiritia
Yayasan Spiritia
Bagaimana ART kendalikan HIV?
ART mengurangi kemampuan replikasi HIV
Replikasi HIV
Oleh karena ini, tubuh menjadi
lebih mampu melawan infeksi Tanggapan
Kekebalan
dengan demikian meningkatkan mutu hidup dan mengurangi angka kesakitan
dan kematian akibat HIV
3. HIV dulu dikenal sebagai penyakit dikaitkan dengan
kerusakan yang semakin berat pada kesehatan Odha setelah IO mulai terjadi. Dengan penggunaan ART, walaupun HIV tidak akan diberantas dari tubuh, infeksi tidak lagi berlanjut pada kematian, tetapi menjadi penyakit kronis yang stabil. Jelaskan bahwa istilah ‘kronis’ dalam dunia kesehatan berarti bersifat menahun, dibedakan dengan yang bersifat tiba-tiba (akut), bukan ‘parah’ seperti sering dipakai dalam bahasa sehari-hari. Membahas contoh penyakit kronis, yang dapat dikendalikan dengan obat. Sekarang HIV dapat menjadi sama – ART dapat mengendalikan virus, dan memungkinkan Odha melangsungkan hidup yang normal.
4. Ingatlah, setelah HIV bereplikasi dalam sel CD4, sel
tersebut dihancurkan dengan akibat sistem kekebalan tubuh menjadi semakin lemah. Jadi, dengan
mengurangi kemampuan replikasi HIV, ART dapat ‘mengendalikan’ infeksi HIV dan oleh karena itu melindungi sistem kekebalan terhadap kerusakan. Dengan sistem kekebalan menjadi pulih dan
dilindungi, kita mampu melawan infeksi seperti orang HIV-negatif. Tujuan utama ART adalah untuk
mengurangi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh, dan memulihkannya untuk waktu yang lama. Sebagai hasil, morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) terkait HIV berkurang dan mutu hidup Odha diperbaiki.
5. Untuk mengerti cara kerja ARV, kita harus
memikirkan kembali pada keenam langkah dalam siklus hidup HIV. Minta peserta merujuk pada Materi Dasar HIV 1 di Modul 1. Tanyakan apakah ada peserta yang siap menjelaskan langkah dalam siklus hidup HIV.
6. Minta peserta menyebut nama ARV. Catat di
papan dalam 3 kolom – NRTI, NNRTI, PI. Jelaskan artinya kolom. 3 golongan adalah NRTI (nucleoside/ nucleotide reverse transcriptase inhibitor), NNRTI (non nucleoside reverse transcriptase inhibitor), serta PI (protease inhibitor), bekerja dengan cara berbeda untuk menghambat replikasi HIV dalam sel CD4. Obat ini menghambat 2 dari 3 enzim: reverse transcriptase, dibutuhkan pada awal untuk membuat DNA dari RNA virus, & protease, dibutuhkan pada akhir untuk merakit unsur virus menjadi virus matang. Lihat Materi Dasar
Modul - Dasar ART Program Pelatihan Pendidik Pengobatan: Pedoman Pelatih
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
TIDAK
Apakah semua Odha membutuhkan ART?
Tergantung pada:
Status kekebalan(jumlah CD4) dan/atau
Gejala klinis(stadium penyakit)
Tetapi yang paling penting, kita harus SIAP
pakai ART! Yayasan Spiritia
Yayasan Spiritia
Protease inhibitor (PI) mencegah perakitan akhir dan pematangan virus baru dalam sel
Cara kerja PI
Sel CD4 HIV
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Cara kerja NNRTI
Penghambat non-nukleosida (NNRTI) mengikat pada reverse transcriptase dan menghambat
perkerjaannya, sehingga DNA tidak dibuat
Sel CD4 HIV
7. Jelaskan lagi siklus hidup HIV. Tunjukkan langkah
yang melibatkan reverse transcriptase dalam membuat DNA dari RNA virus. Enzim ini dihambat oleh NRTI, sehingga walau DNA dibuat, tidak dapat dipadukan pada DNA sel. NRTI meniru (menjadi analog untuk) bagian DNA, dan mengganti bagian yang benar, sehingga DNA yang dibuat adalah cacat dan tidak berfungsi, yang ditunjuk dengan warna DNA diubah dari kuning menjadi merah. Rujuk ke Materi
Dasar ART 2.
8. NNRTI juga bekerja pada awal siklus, dengan
menghambat reverse transcriptase, tetapi harus ditekankan pada peserta bahwa golongan ini bekerja dengan cara berbeda dengan NRTI. NNRTI mengikat pada enzim reverse transcriptase dan dengan demikian mencegah pekerjaannya, sehingga DNA tidak dibuat sama sekali. Namun hasilnya sama: pembuatan DNA dari RNA dihambat sehingga DNA (instruksi untuk membuat virus baru) tidak dapat dipadukan pada DNA sel CD4, dengan akibat virus baru tidak dapat dibuat. Rujuk ke Materi Dasar ART 2.
9. Tinjau kembali langkah dalam siklus hidup HIV yang
melibatkan enzim protease. Enzim ini dibutuhkan untuk merakit virus baru dari unsur yang dibuat oleh sel CD4. Tanpa protease, virus yang baru tidak dapat dibuat. PI menghambat perakitan virus yang baru oleh protease pada langkah akhir dalam siklus hidup HIV. Rujuk ke Materi Dasar ART 2.
10. Tanya apakah semua Odha butuh ART. Ada
banyak kesalahpahaman mengenai hal ini. Pertanyaan yang sering muncul adalah: “Mengapa dokter tidak langsung meresepkan ART bila dampaknya begitu besar?” Kebutuhan akan ART tergantung pada tahap infeksi HIV, yang ditandai oleh 2 petunjuk: Jumlah CD4 yang menunjukkan tingkat kerusakan pada sistem kekebalan; & stadium penyakit HIV yang dinilai dengan melihat gejala klinis. Tanya apa definisi stadium infeksi. Keberadaan IO menunjukkan bahwa sistem kekebalan tidak mampu berfungsi semestinya. Namun yang paling penting Odha harus siap mulai ART: bila belum siap (walau sakit), sebaiknya ART ditunda sehingga benar-benar siap.
Yayasan Spiritia Yayasan Spiritia
Cara kerja NRTI
Penghambat nukleosida/nukleotida (NRTI) mengikat pada bagian DNA baru yang sedang dibentuk oleh reverse transcriptase, sehingga DNA cacat
HIV