• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 untuk Mencapai gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 untuk Mencapai gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 untuk Mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : Desy Rikha Setyanty NIM : 4101403575

Prodi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVESITAS NEGERI SEMARANG

(2)

MIPA. Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci: Strategi Student Team Heroic Leadership, Tugas Terstruktur, Keterampilan Proses, Hasil Belajar

Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur menjadi salah satu alternatif strategi pembelajaran matematika. Pembelajaran disusun dengan diawali pemberian tugas terstruktur, dalam hal ini berbentuk modul (bisa dikerjakan di rumah) kemudian dilanjutkan dengan tatap muka di kelas diharapkan dapat mencapai tujuan lebih baik. Melihat kondisi pembelajaran matematika Bangun Ruang di SMP N 15 Semarang, diusulkan dalam penelitian ini dilaksanakan pembelajaran matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ketuntasan belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur, (2) pengaruh keterampilan proses dengan strategi tersebut terhadap hasil belajar, dan (3) apakah hasil belajar pendekatan tersebut di atas lebih abik dari pada strategi pembelajaran ekspositori.

Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII yang terdiri dari tujuh kelas SMP N 15 Semarang dengan rataan 44 peserta didik. Sampel dilakukan dengan Cluster random sampling untuk mengambil kelas eksperimen yaitu VIII G dan kelas Kontrol VIII E. Variabel bebas adalah keterampilan proses dan variabel terikat hasil belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur. Cara pengambilan data dengan lembar pengamatan dan tes. Data yang diperoleh dideskriptifkan dan diolah dengan analisis uji t satu sampel, dan analisis regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur (1) mencapai ketuntasan belajar keterampilan proses 70 dan ketuntasan hasil belajar 68, (2) keterampilan proses dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik (R2) sebesar 83,8%, dan (3) Hasil belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur lebih baik dibandingkan strategi pembelajaran ekspositori.

Saran, sistem pembelajaran di kelas sebaiknya harus memperhatikan keterampilan prosesnya. Salah satu alternatif dalam pembelajaran yang menarik dan menyenangkan adalah dengan menerapkan strategi student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur.

(3)

DENGAN STRATEGI STUDENT TEAM HEROIC LEADERSHIP DAN PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR PADA PESERTA DIDIK

KELAS VIII SMP N 15 SEMARANG

Skripsi ini telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

Hari : Rabu

Tanggal : 29 Agustus 2007

Panitia Ujian,

Ketua, Sekretaris,

Drs. Kasmadi Imam S., M.S Drs. Supriyono, M.Si

NIP. 130781011 NIP. 130815345

Pembimbing Utama Penguji Utama

Prof. Dr. YL Sukestiyarno Drs. Suhito, M.Pd.

NIP. 131404322 NIP. 130604210

Pembimbing Pendamping Anggota I

Drs. Amin Suyitno, M.Pd. Prof. Dr. YL Sukestiyarno

NIP. 130604211 NIP. 131404322

Anggota II

(4)

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2007

(5)

1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q. S. Al Insyiroh: 6);

2. Kebahagiaan datang dengan memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dan menerima apa yang tidak bisa diperbaiki (Christine Webber);

3. Kawan Sejati adalah orang yang berkata benar kepadamu (bila benar ia berkata benar dan bila salah ia berkata salah) bukan orang yang membencikan kamu yang tak tentu benarnya (Syeh Mustofa Al Ghalayini).

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Ibuku tercinta;

2. Adik-adikku tersayang;

3. Sahabat-sahabatku (Heni, Omee, dan Wiwi) yang banyak berkorban dalam membantu skripsi ini;

(6)

penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Efektivitas Pembelajaran Matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership dan Pemberian Tugas Terstruktur pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 15 Semarang” ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Semarang.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rendah hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang, 2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang, 3. Drs. Supriyono, M.Si., Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri

Semarang,

4. Prof. Dr. YL Sukestiyarno, Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi, 5. Drs. Amin Suyitno, M.Pd, Pembimbing Pendamping yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi, 6. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai

harganya selama belajar di jurusan Matematika,

7. Endang Triningsih, S. Pd. MM, Kepala SMP N 15 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian,

(7)

ketersediaannya menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini, 10.Bapak dan Ibu Guru SMP N 15 Semarang atas segala bantuan yang diberikan, 11.Ibu dan adik penulis yang telah memberikan bantuan moral dan spiritual. 12.Semua teman-temanku seperjuangan S1 Pendidikan Matematika dan semua

pihak terkait yang telah membantu penulisan penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik material maupun spiritual,

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amien.

Semarang, Juli 2007

(8)

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Penegasan Istilah... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan Skripsi ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori ... 13

B. Kerangka Berfikir ... 26

C. Hipotesis... 29

BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penentuan Objek Penelitian ... 30

(9)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 48 B. Pembahasan ... 57 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 63 B. Saran... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 65

(10)

2. Daftar Nama Kelas Eksperimen... 69

3. Daftar Nama Kelas Kontrol... 70

4. Daftar Nilai Awal Pokok Bahasan Lingkaran... 71

5. Daftar Nilai Kelas Eksperimen Pokok Bahasan Bangun Ruang.... 72

6. Daftar Nilai Kelas Kontrol Pokok Bahasan Bangun Ruang... 73

7. Data Rekap Dua Pengamat Variabel Keterampilan Proses... 74

8. Rekap Nilai Rata-Rata Dari Dua Pengamat Keterampilan Proses.. 76

9. RPP Kelas Eksperimen... 78

10.RPP Kelas Kontrol... 87

11.Kisi-Kisi Lembar Penilaian Variabel Keterampilan Proses... 93

12.Lembar Pengamatan Variabel Keterampilan Proses... 95

13.Daftar Indikator dan Pemberian Skor Variabel Keterampilan Proses... 96

14.Kisi-Kisi Soal Instrumen Uji Coba Penelitian... 104

15.Kisi-Kisi Soal Instrumen Penelitian... 106

16.Soal Tes Uji Coba Instrumen... 108

17.Soal Tes Instrumen... 110

18.Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba Instrumen... 112

19.Kunci Jawaban Soal Tes Instrumen... 116

(11)

24.Kunci Jawaban Modul Pertemuan Kedua... 138

25.Kunci Jawaban Modul Pertemuan Ketiga... 140

26.Soal-soal... 143

27.Kunci Jawaban Soal-soal... 144

28.Analisis Validitas, Daya Pembeda, dan Taraf Kesukaraan Soal... 148

29.Analisis Hasil Uji Coba... 150

30.Instrumen Soal yang Dipakai Dalam Penelitian... 151

31.Contoh Hasil Perhitungan Validitas Soal... 152

32.Contoh Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal... 153

33.Contoh Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal... 155

34.Contoh Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal... 157

35.Uji Normalitas Keadaan Awal Kelas Eksperimen... 158

36.Uji Normalitas Keadaan Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol... 159

37.Uji Normalitas Kelas Eksperimen Pokok Bahasan Bangun Ruang.. 160

38.Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol Pokok Bahasan Bangun Ruang... 161

39.Uji Homogenitas Keadaan Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol... 162

40. Uji Homogenitas Keadaan Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol..164

41. Perhitungan Uji Satu Sampel Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen... 166

(12)

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 168

44.Surat Ijin Observasi Awal Oleh Unnes... 169

45.Surat Ijin Penelitian Oleh Unnes... 170

46.Surat Penetapan Dosen Pembimbing Oleh Unnes... 171

47.Surat Keterangan Observasi Awal dan Penelitian Oleh SMP N 15 Semarang... 172

(13)

Tabel Halaman

1. Analisis Varians untuk Uji Kelinearan Regresi ……… 43

2. Ketuntasan Variabel Keterampilan Proses... 50

3. Ketuntasan Variabel Hasil Belajar... 51

4. Kelinearan Regresi... 53

5. Keberartian Regresi... 53

6. Kontribusi Keterampilan Proses Hasil Belajar... 54

7. Uji Varian... 56

8. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata... 57

9. Uji Ketuntasan Variabel Bebas dan Variabel Terikat……… 57

10.Analisis Regresi Variabel X dan Y... 59

11.Harga Kritik dari r Product Moment………. 173

12.Daftar Kritik Uji t……….. 174

13.Nilai Chi –Square………. 175

(14)
(15)

A. Latar Belakang

Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu dalam pembelajarannya, faktor keaktifan sebagai subjek belajar sangat menentukan. Peserta didik yang baik memiliki karakter bersemangat tinggi dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya atau suatu masalah dimohonkan kepadanya untuk dipecahkan, tidak harus ada pada peserta didik yang berotak cerdas/IQ tinggi. Namun, bagi peserta didik yang berkemampuan rata-rata sedang atau kurangpun dapat dilatih untuk memiliki karakter yang mampu menyelesaikan masalah.

Kecakapan hidup seseorang tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui suatu proses yang terus berlanjut. Keberlanjutan perkembangan proses kecakapan hidup atau keterampilan hidup seseorang selama proses pembelajaran sebenarnya dapat diamati. Hal ini juga berlaku bagi peserta didik, di mana perkembangan keterampilan proses seorang peserta didik selama proses pembelajaran dapat diikuti atau diamati.

Keterampilan proses merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran matematika. Mengajar dengan keterampilan

(16)

proses berarti memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Karena sebenarnya melalui pembelajaran matematika tidak semata-mata hanya menanamkan pengetahuan saja. Tetapi sangat mungkin diterapkan pembentukan sikap positif, keterampilan cermat, dan kritis.

Peserta didik SMP merupakan peralihan dari tahap operasional konkret menuju tahap operasional formal. Pelajaran matematika di sekolah merupakan pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga diperlukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan matematika agar peserta didik lebih mudah memahami konsep yang terkandung dalam setiap materi yang dipelajari. Karena sampai saat ini masih banyak kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam belajar matematika, khususnya mengenai materi pokok Kubus dan Balok. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor-faktor tertentu, seperti anggapan bahwa pembelajaran matematika sulit dan kurang diperhatikannya keterampilan proses selama pembelajaran matematika berlangsung. Sehingga hal tersebut akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.

Berdasarkan penuturan salah satu guru kelas VIII di SMP N 15 Semarang, bahwa masih banyak peserta didik kelas VIII yang kurang pemahamannya mengenai pokok bahasan kubus dan balok. Semua ini bukan semata-mata hanya kesalahan peserta didik tetapi dapat juga karena penggunaan strategi pembelajaran yang kurang tepat dan kurang diperhatikannya keterampilan proses selama pembelajaran matematika.

(17)

Pemecahan masalah merupakan kegiatan yang paling kompleks. Suatu soal dikatakan masalah bagi seorang peserta didik tetapi belum tentu menjadi masalah juga bagi peserta didik yang lain. Oleh karena itu peserta didik harus mulai diajak belajar memecahkan masalah baik secara individual maupun secara kelompok. Apabila peserta didik bekerja secara kelompok, maka upaya yang dilakukan agar dapat diterima dalam kelompoknya adalah dengan memberikan kontribusi sesuai kemampuan yang dimiliki.

Menurut Lowney (dalam Sukestiyarno, 2006:1-2), gaya kepemimpinan yang heroik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat memiliki kesadaran seperti seorang pahlawan (hero). Kesadaran itu meliputi:

1. kesadaran diri untuk mengembangkan potensi-potensi dengan

menambah keterampilan pribadi secara terus menerus;

2. kesadaran mau mencari kelemahan-kelemahan diri yang dapat dipakai sebagai titik tolak memperbaiki konsep diri;

3. kesadaran untuk mengambil manfaat dari apa yang telah dipelajari;

4. kesadaran untuk menentukan pendirian membela kebenaran sebagai

pandangan hidup yang rela berkorban;

5. kesadaran untuk menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi heroik.

Strategi pembelajaran yang biasa diterapkan guru kelas VIII di SMP N 15 Semarang adalah strategi pembelajaran ekspositori. Meskipun guru tidak terus menerus bicara, namun proses ini tetap menekankan penyampaian tekstual serta kurang mengembangkan motivasi dan kemampuan belajar

(18)

peserta didik. Strategi pembelajaran ekspositori cenderung meminimalkan keterlibatan peserta didik sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar peserta didik takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menarik. Dan dalam pembelajarannya kurang memperhatikan keterampilan proses peserta didik.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat dan menarik di mana peserta didik kooperatif, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, mengemukakan pendapat, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang heroik serta dapat meningkatkan keterampilan proses peserta didik.

Strategi Student Team Heroic Leadership adalah suatu strategi

pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpikir, menjawab, saling membantu sama lain, dan dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang heroik. Strategi ini dilakukan dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 peserta didik yang heterogen (dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin). Pada pelaksanaannya, setiap peserta didik diberi tugas terstruktur yang berupa modul yang berisi uraian materi dan soal-soal yang akan didiskusikan sebelum tatap muka di kelas (bisa dikerjakan di rumah). Pada saat tatap muka, setiap peserta didik diminta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal) yang akan diajukan/dilempar pada peserta didik kelompok lain. Peran guru pada

(19)

saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi. Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) yang diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan tersebut dipakai sebagai review untuk materi yang ditugaskan saat itu. Dan selama pembelajaran berlangsung, keterampilan proses yang ada diikuti dan diamati.

Penerapan strategi ini, diharapkan dapat menambah nuansa baru bagi pembelajaran matematika Bangun Ruang khususnya Kubus dan Balok. Agar dalam pembelajarannya, keterampilan proses yang ada dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.

Dari uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student

Team Heroic Leadership dan Pemberian Tugas Terstruktur pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 15 Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian dan pokok- pokok pemikiran tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah strategi pembelajaran student team heroic leadership yang

dilengkapi tugas terstruktur pada pembelajaran matematika bangun

ruang dapat mencapai ketuntasan belajar (keterampilan proses dan hasil belajar) peserta didik?

(20)

2. Apakah keterampilan proses strategi pembelajaran student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur pada pembelajaran matematika bangun ruang berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik?

3. Apakah hasil belajar peserta didik dengan strategi student team heroic leadership lebih baik dari pada strategi pembelajaran ekspositori pada pembelajaran matematika Bangun Ruang?

C. Penegasan Istilah

Penegasan Istilah dimaksudkan untuk memperoleh pengertian yang sama tentang istilah dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca. Istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi dengan tugas terstruktur

Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi dengan tugas terstruktur, pada penelitian ini merupakan suatu pembelajaran yang mengatur strategi dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang, Pada pelaksanaannya, setiap peserta didik diberi tugas terstruktur yang berupa modul yang berisi uraian materi dan soal-soal yang akan didiskusikan sebelum tatap muka di kelas (bisa dikerjakan di rumah). Pada saat tatap muka, setiap peserta didik diminta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal) yang akan

(21)

diajukan/dilempar pada peserta didik kelompok lain. Peran guru pada saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi. Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) yang diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan (soal) tersebut dipakai sebagai review untuk materi yang ditugaskan saat itu.

2. Bangun Ruang

Bangun ruang adalah bangun yang semua elemen pembentuknya tidak seluruhnya terletak pada sebuah bidang datar atau lengkung. Bangun ruang dapat berupa luasan dan bukan berupa luasan, misalnya spiral. Yang dibahas hanya berupa luasan saja.

Pada penelitian ini bangun ruang yang dibahas adalah Bangun Ruang Kubus dan Balok.

3. Keterampilan Proses

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan proses disini adalah suatu tuntutan proses aktif peserta didik dalam melakukan suatu kegiatan secara motorik yang merupakan pengejawantahan fungsi mental yang dilakukan oleh peserta didik dan dirancang secara sistematis strategi pembelajarannya, dari mulai rancangan awal strategi diterapkan hingga menutup stategi tersebut yang dilakukan oleh pengajar untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu secara optimal.

(22)

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, penilaian hasil belajar atau tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu pembelajaran matematika diukur dari tiga aspek yaitu aspek pemahaman konsep (peserta didik mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep), aspek penalaran dan komunikasi (peserta didik mampu memberikan alasan induktif dan deduktif juga mampu menyatakan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan), dan aspek pemecahan masalah (peserta didik mampu memahami masalah, memilih strategi penyelesaian dan menyelesaikan masalah).

Jadi yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai tes matematika dalam hal ini nilai tes aspek pemecahan masalah.

5. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar atau disebut juga daya serap adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran.

Pada penelitian ini, ketuntasan belajar yang dimaksud adalah ketuntasan belajar keterampilan proses dan hasil belajar

(23)

6. Efektivitas

Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, adanya partisipasi aktif dari anggota (Hartutik, 2006:8). Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah diperolehnya ketuntasan belajar (keterampilan proses dan hasil belajar) peserta didik, keterampilan proses strategi student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik, dan hasil belajar peserta didik dengan strategi student team heroic leadership lebih baik dari pada strategi pembelajaran ekspositori pada pembelajaran matematika Bangun Ruang.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Mengetahui apakah pembelajaran matematika bangun ruang dengan

strategi pembelajaran student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur dapat mencapai ketuntasan belajar peserta didik.

b. Mengetahui ada tidaknya pengaruh positif keterampilan proses

strategi pembelajaran student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur terhadap hasil belajar peserta didik.

c. Mengetahui apakah hasil belajar peserta didik antara strategi

(24)

terstruktur lebih baik dari pada strategi pembelajaran ekspositori pada pembelajaran matematika bangun ruang.

2 Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain sebagai berikut.

a. Bagi peserta didik

1) Dengan menggunakan strategi pembelajaran student team heroic

leadership yang dilengkapi tugas terstruktur diharapkan dapat membentuk peserta didik yang memiliki jiwa kepemimpinan kepahlawanan (heroik) secara akademik.

2) Mampu memberikan sikap positif terhadap mata pelajaran

matematika. b. Bagi guru

Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.

d. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana penggunaan strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan.

(25)

B. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari bagian awal skripsi, bagian inti skripsi, dan bagian akhir skripsi.

1. Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, halaman

pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran.

2. Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan, mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II Landasan Teori dan Hipotesis, membahas teori yang melandasi permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang diterapkan dalam skripsi, uraian materi pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III Metode Penelitian, meliputi metode penentuan objek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis hasil uji coba instrumen, dan analisis data penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasannya.

(26)

BAB V Penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran- saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Interaksi Belajar Mengajar

Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar peserta didik/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku serta kesadaran diri sebagai pribadi (Sardiman, 2006:2-3).

Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan peserta didik sebagai subjek pokoknya.

Menurut Edi Suardi (dalam Sardiman, 2006:15-17), ciri-ciri interaksi belajar mengajar, yakni memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, ditandai dengan adanya aktivitas, ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya kegiatan penilaian.

Interaksi belajar mengajar yang baik, khususnya dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi

(28)

kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar.

2. Keterampilan Proses Pembelajaran Matematika

Menurut Dimyati (2002:135), kegiatan pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri peserta didik. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai hasil dari suatu pengalaman.

Piaget (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2005) dalam

teorinya, mengatakan guru perlu mengupayakan kepada tiap-tiap peserta didik berusaha agar biasa mengembangkan diri masing-masing secara maksimal, yaitu mengembangkan kemampuan berpikir dan beraktivitas secara independen. Sedangkan menurut Vygotsky (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2005), dalam upaya untuk melakukan pembelajaran yang efektif, guru perlu mengupayakan supaya setiap peserta didik aktif berinteraksi dengan peserta didik-peserta didik lain.

Menurut Depdikbud (dalam Dimyati, 2002:138), keterampilan proses diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri peserta didik. Sedangkan menurut Syah (dalam Sukestiyarno

(29)

dan Budi Waluya, 2006:8), yang dimaksud keterampilan proses adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku proses aktif yang kompleks dan tersusun secara mulus dan sesuai dengan keadaan strategi pembelajaran yang disusun untuk mencapai hasil tertentu. Selanjutnya dijelaskan bahwa keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik saja melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan proses disini adalah suatu tuntutan proses aktif peserta didik dalam melakukan suatu kegiatan secara motorik yang merupakan pengejawantahan fungsi mental yang dilakukan oleh peserta didik dan dirancang secara sistematis strategi pembelajarannya oleh pengajar untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu secara optimal. Oleh karena itu keterampilan proses disini akan menjadi ciri kekhasan suatu rancangan strategi pembelajaran dari mulai rancangan awal strategi diterapkan, proses, akibat/dampak yang dihasilkan, hingga menutup strategi tersebut.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina, 2004:4). Sedangkan menurut Winkel (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya, 2006:6), hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai peserta didik di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Penilaian hasil belajar dilakukan sekali setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

(30)

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan mengajarnya, apakah pendekatan dan media yang digunakan mampu membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang ditetapkan (ketuntasan belajar). Tes hasil belajar yang dilakukan pada peserta didik dapat memberikan informasi sampai di mana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), setiap mata pelajaran khususnya matematika memiliki standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) untuk setiap aspek penilaian. Aspek penilaian dalam mata pelajaran matematika terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan komunikasi matematik, dan aspek pemecahan masalah. Dalam penelitian ini hasil belajar yang dinilai adalah hasil belajar aspek pemecahan masalah.

Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.

Penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam pemecahan

masalah disarankan mencakup kemampuan yang terlibat dalam proses memecahkan masalah, yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah (melaksanakan rencana

(31)

pemecahan masalah), menafsirkan hasilnya. Dari hasil karya peserta didik dalam memecahkan masalah, dapat dilihat seberapa jauh kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah ditinjau dari kemampuan- kemampuan tersebut. Penilaian dapat dilakukan secara holistik (keseluruhan) atau analitik (perbagian). Pada kenyataannya, peserta didik sering terhalang dalam memecahkan masalah karena lemahnya (tidak terbiasa) mengembangkan strategi pemecahan masalah dan kurangnya pemahaman konsep atau prosedur yang terkandung dalam penyelesaian masalah.

Indikator keberhasilan memecahkan masalah ditunjukkan oleh

kemampuan:

a. menunjukkan pemahaman masalah;

b. mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam

pemecahan masalah;

c. menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk;

d. memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat;

e. mengembangkan strategi pemecahan masalah;

f. membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah

menyelesaikan masalah yang tidak rutin. (Tim PPPG Matematika, 2005:79)

Penilaian proses pembelajaran dilakukan terus menerus pada tiap pertemuan dengan mengacu pada semua indikator yang telah ditetapkan di setiap kompetensi dasar. Dari hasil penilaian beberapa pertemuan pada

(32)

pembelajaran suatu kompetensi dasar akhirnya akan diperoleh deskripsi atau gambaran pencapaian kompetensi tiap peserta didik pada suatu kompetensi dasar yang mencakup semua indikatornya.

4. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar atau disebut juga daya serap adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran (Hartutik, 2006:20).

Pada penelitian ini, ketuntasan belajar yang dimaksud adalah ketuntasan belajar keterampilan proses dan hasil belajar peserta didik. 5. Tugas Terstruktur

Tugas ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan guru, untuk mencapai sasaran yang dituju dalam pelajaran itu, dalam hal ini adalah pembelajaran matematika Bangun Ruang.

Pada penelitian ini tugas terstruktur yang dimaksud disajikan dalam bentuk modul. Menurut Nasution (dalam Joko, 2006:28), modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul yang diberikan berisi uraian materi yang dilengkapi dengan soal latihan yang diharapkan dapat meningkatkan penalaran dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Modul ini

(33)

diberikan pada pertemuan sebelumnya sehingga peserta didik dapat mempelajarinya di rumah.

6. Strategi Pembelajaran

a. Strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur

Pendekatan (approach) pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat diadaptasikan oleh peserta didik (Suherman, 2003:6)

Strategi adalah siasat, maka strategi dalam pembelajaran matematika adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Cara membawakan pembelajaran dapat dipilih pengajar misalnya dengan cara belajar kelompok, cara belajar mandiri, belajar dengan permainan, dan sebagainya.

Pada penelitian ini, penulis memilih strategi pembelajaran

dengan nama Student Team Heroic Leadership. Student Team

merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif (pembelajaran kelompok kecil). Menurut Salvin (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya, 2006:9), menjelaskan bahwa dalam student team peserta didik ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan 4 sampai 6 orang

(34)

yang merupakan campuran menurut tingkat kerja, jenis kelamin, dan suku. Di dalam kelompok, peserta didik diberi tugas untuk berdiskusi dan pada akhirnya diberi tes secara individual untuk penjajagan. Sedangkan pengertian heroic leadership (kepemimpinan berjiwa pahlawan), menurut Lowney (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya, 2006), menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang heroik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat memiliki kesadaran seperti seorang pahlawan (hero). Sedangkan pendekatan gaya kepemimpinan menurutnya adalah gaya kepemimpinan yang melawan arus, kebanyakan model kepemimpinan kontemporer.

Kepemimpinan yang ditawarkan memandang bahwa:

1) kita semua adalah pemimpin sepanjang waktu. Terkadang

kepemimpinan dilaksanakan dengan cara langsung, dramatis, dan jelas nyata, yang lebih sering dengan cara halus, dan sulit diukur;

2) kepemimpinan muncul dari dalam bukan apa yang kita lakukan

(what we do) melainkan siapa kita (who we are). Bagi seorang pemimpin, alat kepemimpinan yang paling menarik perhatian ialah siap dirinya. Seorang pribadi yang memahami apa yang dianggapnya bernilai atau apa yang diinginkannya, dan memandang dunia secara konsisten;

3) kepemimpinan bukan suatu tindakan tetapi cara hidup.

Kepemimpinan bukan tugas yang dapat dikesampingkan sewaktu pulang rumah melainkan memerlukan suatu perilaku yang cocok

(35)

tergantung dari cara kita bertindak. Dengan kita mengetahui apa yang dianggap bernilai dan apa yang ingin dicapai, ia mengorientasikan dirinya pada lingkungan yang baru sembari berkeyakinan beradaptasi;

4) Kepemimpinan berlangsung terus menerus. Kepemimpinan pribadi

merupakan sebuah kerja tanpa akhir dan bersumber pada pemahaman diri yang tumbuh. Pemimpin yang kuat menikmati peluang untuk terus belajar tentang diri sendiri dan dunia serta menatap ke depan.

Kesadaran kepahlawanan dalam gaya kepemimpinan heroic menurut Lowney (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya, 2006:10) dijelaskan meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Kesadaran diri untuk mengembangkan potensi-potensi dengan

menambah keterampilan pribadi secara terus menerus.

2) Kesadaran mau mencari kelemahan-kelemahan diri yang dapat

dipakai sebagai titik tolak memperbaiki konsep diri.

3) Kesadaran untuk mengambil nilai manfaat dari apa yang telah

dipelajari.

4) Kesadaran untuk menentukan pendirian sebagai pandangan hidup

yang rela berkorban.

5) Kesadaran untuk menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan

(36)

Jadi pembelajaran matematika dengan strategi student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur merupakan suatu pembelajaran yang mengatur strategi dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang, Pada pelaksanaannya, setiap peserta didik diberi tugas terstruktur yang berupa modul yang berisi uraian materi dan soal-soal yang akan didiskusikan sebelum tatap muka di kelas (bisa dikerjakan di rumah). Pada saat tatap muka, setiap peserta didik diminta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal) yang akan diajukan/dilempar pada peserta didik kelompok lain. Peran guru pada saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi. Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) yang diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan tersebut dipakai sebagai review untuk materi yang ditugaskan saat itu. Pada kelompok tersebut setiap individu memerankan sebagai pemimpin yang mempunyai semangat kepahlawanan akademik. Pembelajaran dengan menerapkan strategi kepemimpinan yang heroik adalah dimulai dengan menanamkan kesadaran diri bahwa peserta didik baik dalam kelompok maupun dalam kelas supaya merasa dirinya adalah pemimpin yang mempunyai sifat heroik. Dimaksudkan bahwa setiap peserta didik merasa dirinya adalah pemimpin yang menyadari siapa dirinya dalam memilih cara hidup pandang, sadar akan dirinya mau mengembangkan potensi menambah keterampilan, melihat kelemahan, mengambil nilai

(37)

manfaat, dan kesadaran menentukan pendirian untuk menyemangati diri sendiri maupun teman.

b. Strategi pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah cara menyampaikan pembelajaran dari seorang guru kepada peserta didik di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi, dan contoh soal (Nasution, 2007).

Strategi pembelajaran ekspositori hampir sama dengan strategi

pembelajaran ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Seorang guru dalam menerapkan strategi pembelajaran ekspositori telah menyusun bahan pelajaran secara hierarkis dan sistematik, sehingga dalam pembelajaran yang terjadi adalah guru menerangkan dan peserta didik menerima.

Perbedaan antara strategi pembelajaran ekspositori dengan strategi pembelajaran ceramah adalah berkurangnya dominasi guru karena guru tidak terus-menerus berbicara. Guru dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual, menerangkan lagi kepada peserta didik apabila dirasakan banyak peserta didik yang belum paham mengenai materi. Kegiatan peserta didik tidak hanya mendengar dan mencatat. Peserta didik dalam strategi pembelajaran ekspositori menyelesaikan soal latihan dan bertanya bila belum mengerti.

(38)

c. Uraian Materi Bangun Ruang

Bangun Ruang adalah bangun yang semua elemen pembentuknya tidak seluruhnya terletak pada sebuah bidang datar atau lengkung. Bangun Ruang dapat berupa luasan dan bukan berupa luasan, misalnya spiral. Yang dibahas hanya berupa luasan saja.

Jika suatu Bangun Ruang tertutup dibatasi seluruhnya oleh segi banyak, maka Bangun Ruang itu disebut bidang banyak. Dalam penelitian ini membahas Bangun Ruang. Dan berdasarkan kurikulum yang dipakai pada peserta didik kelas VIII SMP Bangun Ruang yang dibahas adalah Kubus, Balok, Prisma, dan Limas. Namun, dalam penelitian ini lebih dikhususkan lagi mengenai Bangun Ruang yang dibahas yaitu Kubus dan Balok.

Tinjauan materi yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.

a. Nama-nama Bangun Ruang.

b. Unsur-unsur Balok dan Kubus.

1) Sisi Balok dan Kubus.

Sisi-sisi suatu Balok berbentuk persegi panjang. Sisi-sisi suatu Kubus berbentuk persegi.

(39)

2) Rusuk Balok dan Kubus

Suatu Balok memiliki tiga jenis rusuk, yaitu panjang, lebar, dan tinggi dengan ukuran yang tidak sama sedangkan kubus panjang, lebar, dan tinggi mempunyai ukuran yang sama.

3) Titik sudut Balok dan Kubus

Titik sudut merupakan titik perpotongan dari tiga buah rusuk atau lebih.

4) Diagonal, diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal Diagonal adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak dihubungkan rusuk pada sebuah bangun.

Diagonal sisi adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada sisi-sisi suatu bangun ruang.

Diaonal ruang garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dan tidak terletak pada satu sisi suatu bangun ruang. Bidang diagonal adalah bidang yang menghubungkan rusuk-rusuk yang berhadapan, sejajar, dan tidak terletak pada satu sisi suatu bangun.

c. Melukis Bangun Ruang.

1) Melukis balok dan kubus. 2) Jaring-jaring balok dan kubus. 3) Luas sisi balok dan kubus.

Untuk setiap Balok yang memiliki panjang = p, dan tinggi = t, maka:

(40)

Untuk setiap Kubus yang panjang rusuk-rusuknya s, maka: Luas seluruh sisi Kubus = 6s2

d. Menghitung Besaran-Besaran pada Bangun Ruang.

1) Volum Balok.

Pada sebuah Balok dengan panjang p, lebar l, dan tinggi t berlaku:

Volum Balok = plt

2) Volum Kubus.

Pada sebuah Kubus dengan panjang sisi α berlaku: Volum Kubus = α3

3) Menyelesaikan persoalan Balok dan Kubus yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari.

B. Kerangka Berpikir

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar berarti suatu proses mendapatkan pengetahuan sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia, sedangkan mengajar berarti proses penyampaian pelajaran oleh guru kepada peserta didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

(41)

Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik sering dihadapkan oleh berbagai masalah yang sering berganti-ganti. Oleh karena itu peserta didik. harus dibiasakan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Seluruh rangkaian dan langkah pemecahan masalah merupakan latihan dalam menghadapi segala masalah yang terjadi. Dengan adanya masalah, peserta didik dapat belajar memecahkannya. Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok merupakan materi yang mencakup kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.

Strategi student team heroic leadership merupakan strategi yang dapat

mendidik peserta didik berpikir secara sistematis, mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu masalah yang dihadapi, dapat belajar menganalisis suatu masalah serta dapat membuat peserta didik memiliki jiwa kepemimpinan yang heroik.

Pembelajaran matematika Bangun Ruang Kubus dan Balok dengan strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi tugas terstruktur akan dilakukan sebagai berikut. Pada kegiatan ini akan mencobakan suatu pembelajaran yang dapat melatih menumbuhkan semangat peserta didik untuk menyelesaikan masalah. Bentuk kegiatannya akan menerapkan prinsip kepahlawanan (heroik), di mana sifat tersebut dipresentasikan atau ditunjukkan untuk menghadapi diskusi antar kelompok menyelesaikan modul tutorial seperti tersebut di atas. Diskusi kelompok tersebut mengkompetisikan pencarian pemecahan masalah. Menurut Lowney (dalam Sukestiyarno dan Budi waluya, 2006), bahwa setiap individu adalah pemimpin sepanjang waktu, kepemimpinan muncul dari dalam, bukan apa yang dilakukan (what we do)

(42)

melainkan siapa kita (who we are), dan kepemimpinan bukan suatu tindakan tetapi cara hidup. Sedangkan gaya kepemimpian heroik adalah memiliki sifat kesadaran diri untuk menambah keterampilan, memahami kelemahan guna memperbaiki konsep diri, mengambil nilai manfaat, dan menentukan pendirian. Jiwa kepahlawanan ditunjukkan dengan menyemangati diri sendiri dan menyemangati orang lain dengan ambisi heroik.

Latihan dengan gaya kepemimpinan heroik dalam diskusi ini dikenakan pada pembahasan setiap tugas terstruktur dalam bentuk modul (bisa dikerjakan di rumah). Pembelajaran yang dilakukan dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dengan 4 atau 5 anggota. Dalam tiap kelompok akan diberi masalah berupa soal untuk dikompetensikan pada intern kelompok. Apabila masalah sudah terpecahkan maka peserta didik yang mampu harus mau berjiwa heroik, dia mau membantu mensosialisasikan ke tim kelompoknya. Setiap peserta didik bertanggung jawab dalam kelompoknya. Setiap tim ditanamkan jiwa heroik yakni sifat saling membantu dengan suka rela.

Dengan melakukan strategi pembelajaran sesuai skenario di atas diharapkan setiap peserta didik akan aktif, mandiri serta mengalami sendiri aktivitasnya. Pengamatan keterampilan proses selama pembelajaran akan tampak jelas dan dapat diamati dalam lembar pengamatan. Jika keterampilan proses seseorang menunjukkan adanya perkembangan, maka akan dapat memberikan kontribusi yang baik, yaitu peningkatan hasil belajar. Pada akhirnya apabila diberikan tes hasil belajar maka hasil belajar yang dicapai

(43)

kelas eksperimen yang menggunakan strategi student team heroic leadership diharapkan akan lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir dengan skenario seperti tersebut di atas dapatlah dimunculkan hipotesis tindakan sebagai berikut.

1. Pembelajaran matematika bangun ruang dengan strategi pembelajaran

student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur dapat mencapai ketuntasan belajar (keterampilan proses dan hasil belajar) peserta didik.

2. Keterampilan proses strategi pembelajaran student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik.

3. Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika bangun ruang

dengan strategi pembelajaran student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur lebih baik daripada strategi pembelajaran ekspositori.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Objek Penelitian

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII semester 2 SMP N 15 Semarang tahun pelajaran 2006/2007 sebanyak 308 peserta didik yang terbagi dalam 7 kelas yaitu kelas VIII A – VIII G masing-masing sebanyak 44 peserta didik.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik cluster random sampling, yaitu dari tujuh kelas yang ada diambil secara acak dua kelas. Pada penelitian ini terambil kelas VIII G dengan 44 peserta didik sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII E sebagai kelas kontrol dengan jumlah 44 peserta didik. Jumlah responden sampel dalam penelitian ini adalah 88 orang. Untuk menguji coba instrumen diambil satu kelas yang bukan anggota sampel di atas tetapi masih dalam anggota populasi. Dalam hal ini terambil kelas VIII F sebagai kelas uji coba instrument dengan jumlah 44 peserta didik.

(45)

2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Pada hipotesis 1 dan 2 (pada kelas eksperimen)

Variabel bebas: Keterampilan proses strategi pembelajaran student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur

Variabel terikat: Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika bangun ruang.

b. Pada hipotesis 3 (pada kelas eksperimen dan kelas kontrol)

Variabel bebas: Jenis strategi pembelajaran (strategi pembelajaran student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur dan strtaegi pembelajaran ekspositori).

Variabel terikat: Hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika Bangun Ruang

3. Desain Penelitian

Langkah–langkah yang dilakukan peneliti pada saat penelitian adalah sebagai berikut.

a. Menentukan sampel penelitian dari populasi normal dan homogen.

b. Menguji normalitas dan homogenitas kelas sampel dengan mengambil

nilai pokok bahasan sebelumnya yaitu pokok bahasan Lingkaran. c. Menyusun instrumen indikator keterampilan proses dan diuji validitas

(46)

d. Menyusun kisi-kisi tes uji coba (indikator hasil belajar).

e. Menyusun instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi yang ada. f. Mengujicobakan instrumen tes uji coba pada kelas yang telah dipilih

dari populasi yaitu kelas VIII F.

g. Menganalisis data hasil instrumen tes uji coba pada kelas uji coba

untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.

h. Melaksanakan pembelajaran dengan strategi student team heroic

leadership yang dilengkapi tugas terstruktur pada kelas eksperimen yaitu kelas VIII G.

i. Melaksanakan pengamatan selama pembelajaran berlangsung untuk

mengetahui keterampilan proses pembelajaran tersebut. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh dua pengamat. Nilai dari dua pengamat di rata-rata untuk mendapatkan nilai keterampilan proses.

j. Menyusun kisi-kisi tes hasil belajar.

k. Melaksanakan tes hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol yaitu kelas VIII G dan VIII E. l. Menganalisis hasil tes.

m. Menyusun hasil penelitian.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(47)

Metode observasi menggunakan lembar pengamatan keterampilan proses peserta didik untuk mengamati kegiatan peserta didik yang diharapkan muncul dalam pembelajaran matematika dengan strategi student team heroic leadership.

2. Metode Tes.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pokok bahasan Bangun Ruang yaitu dengan dilakukan tes. Data ini digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mewujudkan harapan di atas strategi pembelajaran ini berorientasi pada pemberian tugas terstruktur di luar kelas berbentuk modul, yang dilanjutkan pada pertemuan tatap muka di kelas.

Indikator pengukuran variabel-variabel di atas disajikan sebagai berikut. 1. Indikator variabel keterampilan proses.

a. Tugas dan reaksi tugas.

1) Keterampilan melaksanakan tugas belajar modul di rumah.

2) Keterampilan membuat rangkuman dari tugas yang diberikan.

3) Keterampilan membuat pertanyaan berkualitas yang dimunculkan

(jumlah pertanyaan).

(48)

5) Keterampilan menyelesaikan soal yang diberikan (jumlah jawaban soal).

6) Keterampilan menyelesaikan tugas (kedisplinan). b. Partisipasi mengawali pembelajaran.

7) Keterampilan mengikuti jalannya pembelajaran (proses kesiapan).

8) Keterampilan mengungkapkan pendapat (bertanya/menjawab

pertanyaan).

9) Keterampilan memecahkan masalah yang ada.

c. Partisipasi dalam proses pembelajaran.

10) Keterampilan bekerja sama dengan teman. 11) Keterampilan beradaptasi dengan teman.

12) Keterampilan dalam menjawab pertanyaan (kesiapan). 13) Keterampilan berperan sebagai pemimpin yang heroik. 14) Keterampilan mengatasi masalah.

15) Keterampilan berperan dalam kompetensi. 16) Keterampilan siswa dalam melontarkan kritik.

17) Keterampilan dalam memberi kesempatan teman kelompok untuk aktif

18) Keterampilan pada pembahasan masalah (konsentrasi siswa)

19) Keterampilan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (keterlibatan siswa).

20) Keterampilan dalam diskusi.

(49)

22) Keterampilan melaksanakan cara kerja sesuai dengan petunjuk.

d. Menutup jalannya pembelajaran.

23) Keterampilan merangkum hasil pembelajaran. 24) Keterampilan menutup kegiatan.

25) Keterampilan mengorganisasikan tugas berikutnya.

Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5.

2. Indikator variabel hasil belajar.

a. Mengidentifikasi bentuk-bentuk Bangun Ruang Kubus dan Balok

b. Menyebutkan unsur-unsur Kubus dan Balok: rusuk, bidang sisi,

diagonal sisi, diagonal ruang, bidang diagonal c. Melukis jaring-jaring Kubus dan Balok

d. Menghitung luas permukaan Kubus dan Balok.

e. Menghitung volum Kubus, dan Balok

Instrumen pengukuran keberhasilan indikator tersebut dilakukan dengan bentuk tes. Bentuk soal disajikan dalam bentuk uraian.

Untuk mengukur keberhasilan penelitian dengan mengukur

masing-masing variabel. Pada variabel keterampilan proses mengambil nilai ketuntasan 70 sedangkan pada variabel hasil belajar nilai ketuntasannya 68 dengan pertimbangan keterampilan proses harus lebih tinggi dari pada hasil belajar.

(50)

D. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Indikator-indikator variabel keterampilan proses akan diuji validitas isinya dengan cara mengkonsultasikan instrumen tersebut dengan para ahli yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing, sedangkan untuk variabel hasil belajar akan dilakukan validitas dan reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal

1. Langkah-langkah dalam analisis uji coba instrumen hasil belajar adalah

sebagai berikut. a. Validitas.

Untuk menentukan validitas masing-masing soal, digunakan rumus korelasi product moment, yaitu:

(

)

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

xy r

∑ ∑

− − − = Y Y N X X N Y X XY N (Arikunto, 2002:72) dengan,

X= skor soal yang dicari validitasnya; Y= skor total;

N= jumlah peserta tes.

Hasil perhitungan r dikonsultasikan pada tabel kritis rxy product moment dengan signifikansi 5 %. Jika rxy > r kritis maka butir soal tersebut valid.

b. Reliabilitas.

Rumus yang digunakan:

r11 = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −

2 2 1 1 t b n n σ σ dengan

(

)

N N X X t

= 2 2 2 σ (Arikunto, 2002:109)

(51)

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan; n = banyak item soal;

2

b

σ = jumlah varians butir; = varians total.

2

t

σ Kriteria:

1) jika 0,80 r≤ 11 ≤ 1,00 maka reliabilitas sangat tinggi; 2) jika 0,60 r≤ 11 < 0,80 maka reliabilitas tinggi;

3) jika 0,40 r≤ 11 < 0,60 maka reliabilitas sedang; 4) jika 0,20 r≤ 11 < 0,40 maka reliabilitas rendah; 5) jika 0,00 r≤ 11 < 0,20 maka reliabilitas sangat rendah.

(Slameto,1999: 215)

c. Daya beda.

Rumus yang digunakan:

⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + −

∑ ∑

=

) 1 ( t 2 2 2 1 i i n n x x ML MH (Arifin, 1991:141) Keterangan: t = uji t;

MH = rata-rata dari kelompok atas; ML = rata-rata dari kelompok bawah;

2

1

X = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok atas;

2

2

X = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok bawah; ni = 27 % x N, dengan N = jumlah peserta.

Kriteria:

(52)

d. Tingkat kesukaran soal. Rumus yang digunakan: Tingkat Kesukaran (TK) = x 100% tes peserta jumlah gagal dianggap yang tes peserta jumlah

Oleh karena skor item tidak mutlak, maka ketentuan yang benar dan yang salah juga bersifat tidak mutlak. Ketidakmutlakan tersebut dapat ditentukan oleh penguji tes sendiri (Arifin, 1991:135).

Kriteria:

1) jika TK≤ 27% maka soal termasuk mudah;

2) jika TK 28% - 72% maka soal termasuk sedang;

3) jika TK≥ 72% maka soal termasuk sukar.

2. Hasil uji coba instrumen hasil belajar adalah sebagai berikut. a. Validitas.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus korelasi product moment, maka diperoleh soal pilihan ganda yang valid adalah soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 28 halaman 148.

b. Reliabilitas.

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh harga rtabel = 1,72. Jadi rhitung > rtabel sehingga tes yang diujicobakan reliabel. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 28 halaman 148.

c. Daya beda

Setelah dilakukan analisis daya pembeda uji coba soal dalam penelitian ini, diperoleh daya pembeda signifikan pada nomor 1, 2, 4,

(53)

5, 6, 7, dan 9, sedangkan nomor 3, 8, dan 10 tidak signifikan. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 28 halaman 148.

d. Tingkat Kesukaran Soal

Setelah dilakukan analisis taraf kesukaran pada soal uji coba dalam penelitian ini, diperoleh soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dalam kategori soal sedang, soal nomor 8 dalam kategori mudah, sedangkan soal nomor 9 dan 10 dalam kategori sukar. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 28 halaman 148.

e. Penentuan Instrumen

Berdasarkan hasil perhitungan analisis validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal, maka item soal uji coba yang dipilih sebagai instrumen untuk mengambil data pada penelitian ini adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 (Pada lampiran 30 halaman 151) sedangkan soal nomor 8, 9, dan 10 adalah soal yang tidak dipakai dalam penelitian (Pada lampiran 29 halaman 150).

E. Analisis Data Penelitian

Setelah dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal, akan diperoleh instrumen terseleksi yang akan digunakan untuk pengukuran sampel penelitian. Variabel X diukur dengan lembar pengamatan. Sedangkan untuk variabel hasil belajar Y diukur dengan tes hasil belajar. Data yang terkumpul dianalisis dengan bantuan software komputer yaitu Excel dan SPSS versi 12.

(54)

1. Uji Hipotesis 1 (Pada kelas eksperimen) a. Uji Persyaratan

Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kelas tersebut berdistribusi normal atau tidak.

Rumus yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat dengan hipotesis statistik sebagai berikut.

H0 : Berdistribusi normal H1 : Tidak berdistribusi normal

(

)

= − = ℵ k 1 i i 2 i i 2 E E O dengan, 2 χ = harga Chi-Kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval Kriteria pengujian adalah:

Jika (2 )( ) dengan dk = (k-3) dan

3 k α 1 2 − − ℵ < ℵ α = 5% maka data

berdistribusi normal (Sudjana, 1996: 273). b. Uji t Satu Sampel

Hipotesis statistik yang digunakan untuk variabel keterampilan proses adalah sebagai berikut.

(55)

H1 : rata-rata hasil belajar peserta didik > 70

Hipotesis statistik yang digunakan untuk variabel hasil belajar adalah sebagai berikut.

H0 : rata-rata hasil belajar peserta didik = 68 H1 : rata-rata hasil belajar peserta didik > 68 Rumus yang digunakan:

n s X t = −μ0 dengan, t = uji t; X = rata-rata; S = simpangan baku; n = jumlah peserta didik;

o

μ = nilai yang dihipotesiskan.

Setelah diperoleh nilai t, maka akan dibandingkan dengan ttabel dan kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika thitung t≥ tabel, dengan ttabel

diperoleh dari daftar distribusi t dengan peluang (1 - α), taraf

signifikansi 5 % dan dk = (n-1) (Sudjana, 1996: 231).

2. Uji Hipotesis 2 (Pada kelas eksperimen) a. Uji Persyaratan

(56)

Langkah-langkah dalam pengujian normalitas sama dengan langkah-langkah uji normalitas pada hipotesis 1

b. Uji Regresi Linier

1). Model persamaan regresi yang digunakan:

X b a Y^ = + dengan a =

(

)

(

)

(

)(

)

(

)

− − 2 2 2 X X n XY X X Y b =

(

) (

)(

)

(

)

2 2 X X n Y X XY n

− − dengan X = variabel bebas (keterampilan proses ); Y = variabel terikat (hasil belajar);

n = banyaknya data. (Sudjana, 1996: 312) 2). Uji Kelinieran Regresi

Uji kelinieran regresi digunakan untuk menentukan apakah regresi linier yang diperoleh dari penelitian ada artinya atau tidak jika digunakan untuk membuat simpulan tentang hubungan antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y.

Untuk menguji kelinearan regresi digunakan rumus:

(

)

∑ ∑

⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − = x i 2 i 2 i n Y Y (E) JK

(57)

Tabel 1. Analisis Varian untuk Uji Kelinearan Regresi Sumber Variasi dk JK KT F Total n

2 i Y

2 i Y - Regresi (a) Regresi (b a) Residu 1 1 n - 2

(

)

n Yi 2

JKreg= JK(b a) JKres= 2 ^ i i Y Y

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −

(

)

n Yi 2

2 reg S = JK(b a) 2 res S = 2 -n Y Y 2 ^ i i

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − 2 res 2 reg S S Tuna Cocok Kekeliruan k – 2 n - k JK (TC) JK(E) 2 -k JK(TC) S2 TC = k -n JK(E) S2 e = 2 e 2 TC S S

Dari daftar di atas sekaligus didapatkan dua hasil yaitu: (1) F = 2 res 2 reg S S

untuk uji keberartian arah regresi linear sederhana Hipotesis statistik yang digunakan:

H0 : koefisien arah regresi tidak berarti H1 : koefisien arah regresi berarti

Setelah diperoleh nilai F, maka akan dibandingkan dengan Ftabel dan kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika Fhitung > Ftabel, dengan taraf signifikansi 5 % dan dk pembilang = 1 dan dk penyebut = n – 2.

(2) F = 2TC2 S S

(58)

Hipotesis statistik yang digunakan: H0 : regresi linear

H1 : regresi tak linear

Setelah diperoleh nilai F, maka akan dibandingkan dengan Ftabel dan kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika Fhitung ≥ Ftabel, dengan taraf signifikansi 5 % dan dk pembilang = k-2 dan dk penyebut = n-k.

(Sudjana, 1996: 331-332)

Jika didapat bahwa koefisien regresi berarti dan persamaan regresi benar-benar linear maka persamaan regresi dapat digunakan untuk mengukur.

c. Uji Korelasi

Hipotesis yang digunakan:

H0 : tidak ada korelasi yang signifikan antara keterampilan proses dan hasil belajar

H1 : ada korelasi yang signifikan antara keterampilan proses dan hasil belajar

Rumus yang digunakan:

1).

(

)

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

xy r

∑ ∑

− − − = Y Y N X X N Y X XY N

Kriteria pengujian adalah:

Jika rhitung < rtabel dengan α = 5% maka tidak ada korelasi yang signifikan antara keterampilan proses dan hasil belajar

(59)

2). t = 2 1 2 r n r − −

Kriteria pengujian adalah: Jika -⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ α 2 1 -1 t < thitung < ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ α 2 1 -1 t dengan dk = n – 2 danα = 5%

maka tidak ada korelasi yang signifikan antara keterampilan proses dan hasil belajar.

d. Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dapat ditunjukkan dengan koefisien determinasi yang berupa persen varians yang terjadi pada variabel Y yang dipengaruhi variabel X. Besarnya koefisien determinasi dirumuskan sebagai harga dari koefisien r2xy.

3. Uji Hipotesis 3 (Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol) a. Uji Persyaratan

1) Uji Normalitas

Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkah-langkah uji normalitas pada hipotesis 1.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai varians yang sama atau tidak.

Hipotesis yang digunakan:

H0 : Varians homogen

(60)

Rumus yang digunakan: terkecil Varians terbesar Varians F=

Kriteria pengujian adalah: Jika Fhitung< (1,2) 2 1 F v v

α dengan v1 = n1-1 (dk pembilang), dan v2 = n2-1

(dk penyebut) dan α = 5% maka data bervarians homogen. (Sudjana,

1996: 250).

b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Hipotesis yang digunakan:

H0 : rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol

H1 : rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. 1) Jika varians homogen.

Rumus yang digunakan:

(

)

(

)

2 n n S 1 n S 1 n S 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − + − = dan t = 2 1 2 1 n 1 n 1 s X X + −

Kriteria pengujian adalah:

Jika thitung< t1- αdengan dk = n1 + n2 – 2 danα = 5% maka rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol (Sudjana,1996: 243).

2) Jika varians tidak homogen t’ = 2 2 2 1 2 1 n s n s x x + − dengan

(

)

(

)

2 n n S 1 n S 1 n S 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − + − =

(61)

Kriteria pengujian adalah: Jika 2 1 2 2 1 1 w w t w t w t' + + ≥ dengan 2 2 2 2 1 2 1 1 n s w ; n s w = =

dan t1 = t1-α,(n1-1); t2 = t1-α ,(n2−1)serta taraf signifikansi 5 % maka rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol (Sudjana, 1996: 243).

(62)
(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian efektivitas pembelajaran matematika Bangun Ruang dengan pemberian tugas terstruktur dan strategi student team heroic leadership, dilaksanakan pada saat proses pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran kelas VIII semester 2 tahun pelajaran 2006/2007 yaitu pada tanggal 8, 10, 29, dan 31 Mei 2007. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dilaporkan hasil pengamatan variabel keterampilan proses, dan nilai hasil belajar untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.

1. Uji Hipotesis I (Pada kelas eksperimen) a. Uji Persyaratan

Uji Normalitas

Perhitungan uji normalitas untuk sampel dengan menggunakan data awal ulangan harian pokok bahasan Lingkaran, data dapat dilihat

pada lampiran 4 halaman 71. Diperoleh = 2,7094, dengan taraf

signifikansi sebesar 5 % dan dk = 5 diperoleh = = 7,81.

Terlihat bahwa < , hal ini berarti bahwa sampel

berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 35 halaman 158. 2 hitung χ 2 tabel χ 2 ) 5 ( 95 , 0 χ 2 hitung χ 2 tabel χ

(64)

Setelah penelitian dilaksanakan, diperoleh data hasil belajar dengan menerapkan strategi student team heroic leadership dengan pemberian tugas terstruktur. Data ini diuji normalitasnya. Dari

perhitungan diperoleh = 5,022 dengan taraf signifikansi sebesar

5 % dan dk = 3 diperoleh = = 7,81 terlihat bahwa <

, hal ini berarti bahwa data berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 37 halaman 160.

2 hitung χ 2 tabel χ 2 ) 3 ( 95 , 0 χ 2 hitung χ 2 tabel χ b. Uji t

Untuk mengukur keberhasilan penelitian dengan mengukur

masing-masing variabel dengan uji t.

1) Keterampilan Proses

Berdasar data hasil penelitian variabel keterampilan proses pada lampiran 8 halaman 76 yang diolah dengan SPSS versi 12.0 diperoleh output yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran 40 halaman 164. Untuk mendiskripsikan data output yang ada, maka penyimpulan output secara teoritis didasari pada diterima atau ditolaknya Ho dengan ketentuan seperti di bawah ini:

H0 : rata-rata keterampilan proses peserta didik = 70 H1 : rata-rata keterampilan proses peserta didik > 70

Kriteria pengujiannya adalah adalah tolak Ho jika thitung t

tabel, dengan ttabel diperoleh dari daftar distribusi t dengan peluang (1 - α), taraf signifikansi 5 % dan dk = (n-1).

Gambar

Tabel 2.  Ketuntasan Variabel Keterampilan Proses                         One-Sample Test1,54543,130 1,8636 -,569 4,296ket_prosestdfSig
Tabel 3. Ketuntasan Variabel Hasil Belajar
Tabel 5.  Keberartian  Regresi
Tabel 6.  Kontribusi Keterampilan Proses Hasil Belajar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Demikian Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) ini dibuat untuk dapat dimanfaatkan bersama baik oleh anggota perdami

Karena BUMI merupakan program produktif yang mendorong para penerima manfaatnya untuk bekerja, sebagian besar penerima manfaat BUMI adalah mereka yang

Perencanaan usahatani, adalah proses pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang akan dilakukan dalam usahatani yang akan datang, rencana-rencana usahatani

Hasil Penelitian ini menunjukkan, gaya pengasuhan authoritative orangtua tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol pada remaja, hal ini

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pasien hemiparese post stroke di RSUD dr.Moewardi Surakarta.. Penelitian

Keputusan Keluarnya Inggris dari Uni Eropa dianggap sebagai keputusan yang sangat ideal dan efektif, dalam memangkas jumlah imigran yang datang dari berbagai negara di dunia

Saya mohon Anda dapat menjawab pertanyaan dengan memberikan tanda checklist ( √) pada jawaban yang Anda pilih dan menuliskan jawaban pada tempat yang telah disediakan.. Akhir

Pengamatan terhadap hasil uji pendahuluan untuk memperoleh batas bawah dan batas atas dari konsentrasi yang akan digunakan yang menunjukkan kematian larva uji sebesar