• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan prestasi belajar mengukur luas daerah persegi dan persegi panjang dengan alat peraga persegi satuan pada siswa kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan prestasi belajar mengukur luas daerah persegi dan persegi panjang dengan alat peraga persegi satuan pada siswa kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
274
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGUKUR LUAS DAERAH PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN ALAT PERAGA PERSEGI SATUAN PADA SISWA KELAS III SD KANISIUS SENGKAN

YOGYAKARTA

Diajukan untuk Menyusun Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Stephan Gilang Adiwan Prayudha

091134194

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

Terbanglah, jangan

berhenti bermimpi

Skripsi ini saya persembahan untuk

(7)

vii Abstrak

Gilang, Stephan. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar Mengukur Luas Daerah Persegi dan Persegi Panjang Dengan Alat Peraga Persegi Satuan Pada Siswa Kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. PGSD. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma

Peneliti melakukan observasi di kelas III SD Kanisius Sengkan. Hasil observasi menunjukkan ada permasalahan khususnya pada mata pelajaran Matematika. Permasalahan yang muncul dari observasi tersebut adalah rendahnya prestasi belajar siswa dengan materi mengukur luas persegi dan persegi panjang. Hal tersebut ditunjukkan dengan rata-rata siswa pada materi tersebut masih dibawah KKM (70,0), yaitu hanya mencapai 68,3. Peneliti berasumsi bahwa permasalahan tersebut muncul akibat siswa merasa jenuh dengan pelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meningkatkan prestasi belajar mengukur luas daerah persegi dan persegi panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan menggunakan alat persegi satuan.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Sengkan yang berjumlah 33 siswa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Ada empat kegiatan utama dalam penelitian ini yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau pengumpulan data dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan selanjutnya dianalisis menggunakan teknik kuantitatif. Pada tahap pelaksanaan peneliti membagi penelitian dalam 2 siklus.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan alat persegi satuan dapat meningkatkan prestasi belajar mengukur luas daerah dan persegi satuan siswa kelas III SD Kanisius Sengkan. Rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 68,3 pada siklus I meningkat menjadi 74,2. Pada siklus II, rata-rata siswa kembali meningkat menjadi 92,4. Berdasarkan paparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan alat persegi satuan dalam proses pembelajaran dapat meningkatan prestasi belajar siswa mengukur luas dan persegi panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan.

(8)

Abstract

Gilang, Stephan. 2014. The Increase of Study Achievement in Measuring Square and Rectangle Widht Using Unit Squares as Visual Aids to the Students of Third Grade in SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. PGSD. A Thesis. Elementary School Teacher Training Study Program. The Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University

Researcher did an observation in the third grade of SD Kanisius Sengkan. The observation showed that there was a specific problem in the Mathematic lesson. The problem seen was the low rate of students’ study achievement in measuring square and rectangle widht. The sudents’ average grade was only 68,3 which was still below the standard (70,0). The researcher assumed that the problem occurred because the students felt the lessons were unattractive. Therefore, the researcher tried to increase the study achievement in measuring square and rectangle width using unit squares as visual aids.

The subject of the research was 33 students of the third grade in SD Kanisius Sengkan. The type of the research was Classroom Action Research. There were four main activities in the research, which were the planning, application, observation, and data gathering or reflection. The data gathering technique used was a test technique followed by quantitative technique. In the application step, the researcher divided the experiment into two cycles.

The research showed that unit squares could increase the third grade students of SD Kanisius Sengkan’s study achievement in measuring square and rectangle width. The class’ average grade before the experiment was applied was 68,3. In the first cycle, the average grade increased to 74,2. In the second cycle, the average grade increased to 92,4. Based on the above explanation, the researcher concluded that the use of unit squares as visual aids in the learning process can increase the students’ study achievement in measuring square and rectangle width by the students of third grade in SD Kanisius Sengkan.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang telah

dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulisan skripsi ini

bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak akan berhasil tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

a. Tuhan Yang Maha Esa

b. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Dharma.

c. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. , selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma

d. Bapak Drs. A Sardjana, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

e. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini dan Ibu Irine Kurniastuti, M.Psi. selaku dosen penguji

yang telah memberikan saran dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

f. Rekan-rekan guru SD Kanisius Sengkan.

(10)

x

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian tugas akhir ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala masukan, kritik, saran yang

bersifat konstruktif demi kesempurnaan penyusunan laporan tugas akhir masa-masa

yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan penelitian tugas akhir ini berguna bagi

semua pihak.

Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

B. Identifikasi Masalah... 4

(12)

xii

D. Pengumpulan Data Instrumen ... 34

E. Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

E. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 57

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 2

Tabel 3.1 Pengumpulan Data dan Instrumen ... 34

Tabel 3.2 Deskripsi Aspek... 36

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian ... 36

Tabel 3.4 Tabel Kriteria Keberhasilan ... 39

Tabel 4.1 Tabel Deskripsi Siklus 1 ... 47

Tabel 4.2 Tabel Rekap Nilai ... 50

Tabel 4.3 Perbandingan Nilai ... 53

Tabel 4.4 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 58

DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Nilai Rata-Rata ... 54

Grafik 4.2 Perbandingan Nilai ... 56

Grafik 4.3 Presentase Siswa yang Mencapai KKM ... 57

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Papan Flanel ... 14

Gambar 2.2 Grafik Batang, Lingkaran, Garis... 16

Gambar 2.3 Poster ... 16

Gambar 2.4 Gambar ... 17

(14)

xiv

Gambar 2.6 Proyektor Filmstrip, Opaque, Overhead ... 19

Gambar 2.7 Alat Peraga Persegi Satuan ... 19

Gambar 2.8 Alat Peraga Persegi Satuan ... 20

Gambar 2.9 Penggunaan Persegi Satuan ... 21

Gambar 2.10 Alat dan Bahan ... 22

Gambar 2.11 Bangun Datar Persegi ... 23

Gambar 2.12 Bangun Datar Persegi ... 24

Gambar 2.13 Sisi Persegi Panjang ... 24

Gambar 2.14 Sudut Persegi Panjang ... 24

Gambar 2.15 Diagonal Persegi Panjang ... 25

Gambar 2.16 Luas Daerah Persegi ... 25

Gambar 2.17 Luas Daerah Persegi ... 26

Gambar 3.1 Model Penelitian Khemis dan Taggart ... 29

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu modal penting bangsa ini jika ingin

menjadi sebuah bangsa yang besar. Pendidikan diharapkan mampu

memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Pendidikan bertanggung jawab

atas harapan-harapan para tokoh pendahulu bangsa. Hal ini tentu bukan

menjadi tanggung jawab pendidikan menengah ke atas saja, tetapi pendidikan

di seluruh lapisan, tidak terkecuali di tingkat Sekolah Dasar (SD).

Matematika melekat di semua aspek bermasyarakat, baik ekonomi,

teknologi, pertanian, komunikasi dll. Seperti pelajaran membaca dan menulis,

matematika juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika diharapkan telah dikuasi anak sejak kecil. Oleh karena itu,

matematika adalah sebuah mata pelajaran yang dibebankan pada pendidikan di

tingkat sekolah dasar. Hal ini bertujuan agar siswa dapat sejak kecil telah

menguasai matematika dengan baik. Matematika juga diajarkan hingga ke

jenjang pendidikan perguruan tinggi.

Matematika di SD sebaiknya diajarkan dengan cara yang menarik

sehingga anak anak terdorong mempelajari matematika dengan perasaan

senang. Dalam hal ini peran guru sangat penting untuk menciptakan kegiatan

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain guru sebagai

(16)

sehingga siswa dapat belajar dan memperoleh hasil yang optimal (Isnandar,

2011:2).

Pada kenyataannya pembelajaran matematika di SD masih dilakukan

dengan metode konvensional. Metode ini ditandai guru sering menulis di papan

dan menyuruh siswa untuk mencatat. Kegiatan pembelajaran dengan metode

ceramah yang dilakukan secara terus menerus menjadikan peserta didik hanya

menghafal apa yang sudah diperolehnya. Peserta didik hanya sebagai obyek

yang dituangi materi dan materi sehingga mereka akan menjadi bosan dan

tidak tertarik dengan matematika. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap

prestasi belajar peserta didik.

Siswa di sekolah dasar dibebani berbagai kompetensi yang wajib

dicapai. Siswa kelas III SD diharapkan sudah mampu mengidentifikasi bangun

datar. Hal ini dijelaskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar

untuk kelas III SD sebagai berikut:

Tabel 1.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pelajaran Matematika

kelas III SD semester 2.

4. Memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana

(17)

Kompetensi diatas merupakan beban belajar yang wajib dicapai siswa.

Guru selanjutnya diharapkan mampu memfasilitasi siswa agar mampu

menyelesaikan kompetensi diatas. Keadaan ini tentu membuat banyak guru

hanya fokus terhadap hasil belajar matematika siswa, bukan pada prosesnya.

Guru enggan melaksanakan pembelajaran dengan alat peraga maupun metode

yang lebih menyenangkan atau membantu siswa menemukan proses

belajarnya.

Seperti yang terjadi di kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta,

guru kelas mengungkapkan bahwa menurut pengamatannya siswa tampak

bosan dan tidak tertarik dengan pelajaran matematika. Siswa bosan dengan

rumus-rumus yang ada. Tentu saja hasil yang diperoleh tidak maksimal.

Misal, pada materi menghitung luas persegi dan persegi panjang hasil yang

diperoleh hanya 68,3. Hasil tersebut masih dibawah KKM sekolah ini, yaitu

70,00. Metode pembelajaran dan alat peraga adalah beberapa cara untuk

meningkatkan ketertarikan dan minat belajar siswa. Selanjutnya, peneliti

bermaksud meningkatkan ketertarikan belajar matematika siswa menggunakan

alat peraga satuan, sehingga diharapkan prestasi belajar matematika siswapun

ikut meningkat. Peneliti akan melaksanakan penelitian dengan judul

“Peningkatan Prestasi Belajar Mengukur Luas Daerah Persegi dan Persegi

Panjang Dengan Alat Peraga Persegi Satuan Pada Siswa Kelas III SD

(18)

B.Identifikasi Masalah

Pembelajaran matematika di SD masih dilakukan dengan metode

tradisional. Guru sering menulis di papan dan menyuruh siswa untuk mencatat.

Pembelajaran dengan metode ceramah dewasa ini sudah tidak menarik lagi

bagi siswa. Tidak berbeda dengan keadaan diatas, pembelajaran matematika di

SD Kanisius Sengkan juga masih menggunakan metode pembelajaran

tradisional. Hal ini tentu membuat pembelajaran membosankan dan tidak

menarik bagi siswa. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud meningkatkan

prestasi belajar mengukur luas persegi dan persegi panjang siswa kelas III SD

Kanisius Sengkan menggunakan alat persegi satuan.

C.Pembatasan Masalah

Pada pembelajaran matematika siswa kelas III SD, berbagai kompetensi

dibebankan kepada siswa untuk dikuasi. Penelitian ini hanya akan

meningkatkan salah satu kompetensi saja, dengan pertimbangan agar lebih

fokus. Penelitian hanya mengacu pada satu kompetensi saja, yaitu

meningkatkan kompetensi menghitung luas persegi dan persegi panjang pada

siswa kelas III SD.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasannya, masalah yang

(19)

1. Bagaimana menggunakan alat peraga persegi satuan untuk meningkatkan

prestasi belajar materi luas daerah persegi panjang siswa kelas III SD

Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun pelajaran 2012/2013?

2. Seberapa tinggi peningkatan prestasi siswa setelah belajar luas daerah

persegi panjang dengan menggunakan persegi satuan?

E.Batasan Istilah

Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini,

penulis membuat batasan terhadap beberapa istilah tersebut sebagai berikut:

1. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari aktivitasnya

berinteraksi dengan lingkungannya untuk menghasilkan perubahan dalam

hidupnya.

2. Persegi panjang adalah segi empat yang sisi berhadapannya sama panjang

dan setiap sudutnya siku skiu.

3. Persegi adalah persegi panjang yang panjang sisinya sama.

4. Sifat-sifat persegi dan persegi panjang yang akan dipelajari siswa pada

penelitian ini adalah:

- Sisi-sisi yang berhadapan pada persegi dan persegi panjang sama panjang

dan sejajar.

- Salah satu sudut pada persegi dan persegi panjang adalah sudut siku-siku.

- Panjang diagonal sama panjang.

5. Alat peraga matematika menurut Djoko Iswadji adalah seperangkat benda

konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun, atau disusun secara sengaja yang

(20)

konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang ada dalam matematika (dalam

Pujiati, 2004:3)

6. Alat peraga persegi satuan adalah cetakan papan tulis berbentuk persegi dan

terbuat dari kertas karton yang digunakan untuk menghitung luas persegi

panjang.

7. Luas daerah persegi dan persegi panjang adalah banyaknya persegi satuan

yang tepat menutupi daerah persegi atau persegi panjang tersebut.

Dengan demikian yang dimaksud dengan peningkatan prestasi belajar

mengukur luas dan persegi panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan

menggunakan persegi satuan adalah sebuah penelitian yang bertujuan

meningkatkan kemampuan siswa menghitung luas bangun persegi dan persegi

panjang menggunakan cetakan papan tulis berbentuk persegi dan terbuat dari

kertas karton di SD Kanisius Sengkan.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses menggunakan alat peraga persegi

satuan untuk meningkatkan prestasi belajar materi luas persegi panjang

siswa kelas III SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2012/2013.

2. Untuk mengetahui berapa peningkatan prestasi belajar siswa setelah

belajar materi luas persegi panjang dengan menggunakan alat peraga

(21)

G.Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti untuk

menggunakan alat peraga persegi satuan dalam membelajarkan materi luas

persegi panjang.

2. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah

khususnya dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi Siswa

Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran

matematika khususnya materi luas persegi panjang.

H.Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan tentang informasi umum yaitu mengenai

latar belakang penelitian, Idenfikasi masalah, pembatasan masalah,

perumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika penelitian

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tinjauan pustaka mengenai prestasi belajar, baik

pengertian belajar, pengertian prestasi belajar maupun indikator prestasi

sendiri. Bab ini ini juga akan menjelaskan alat peraga, baik macam-macam

(22)

beberapa hal diatas, bab ini juga akan menguraikan mengenai kerangka

berpikir dan hipotesis tindakan dari penelitian ini.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini kan menjelaskan metode penelitian yang didalam terdapat

subjek dan tempat penelitian, rencana tindakan penelitian, pengumpulan

data dan instrumen penelitian serta analisis data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan hasil penelitian, baik

deskripsi pelaksanaan penelitian maupun deskripsi hasil yang diperoleh

dalam penelitian. Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan peningkatan

prestasi belajar yang diperoleh siswa setiap siklusnya.

5. BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan gabungan dua kata yang memiliki arti lebih

luas dari penggabungan pengertian dua kata tersebut. Prestasi belajar telah

memiliki pengertian yang berdiri sendiri. Berikut ini akan diuraikan

pengertian belajar dan pengertian prestasi belajar itu sendiri.

1. Belajar

Edward L. Walker dari Universitas Michigan mengatakan,

belajar merupakan perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman

(Walker, 1967). Menurut W. Wundt (dalam Soejanto, 1979) belajar

adalah proses berinteraksi untuk mendapatkan pengubahan dalam

kehidupan. Harold Spears (dalam Siregar, 2010) mengemukakan belajar

dengan lebih detail.

learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mau mencoba sesuatu sendiri, mendengar dan mengikuti arahan)

Belajar adalah proses kompleks yang terjadi pada semua orang

dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam

kandungan) hingga liang lahat (Siregar dkk., 2010). Menurut Syah

(dalam Aryani, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

(24)

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metodeyang digunakan

siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi

pelajaran.

2. Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil

yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb) (KBBI,

2008). Oemar Hamalik mengemukakan prestasi adalah hasil interaksi

antara beberapa faktor yang mempengaruhi baik dari dalam individu

maupun dari luar individu yang bersangkutan. Winkel menyimpulkan

bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai

oleh seseorang (Winkel, 1996). Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa

dari aktivitasnya berinteraksi dengan lingkungannya untuk menghasilkan

perubahan dalam hidupnya.

B. Alat Peraga

Pada sub bab ini akan diuraikan tentang pengertian alat peraga, jenis-jenis

(25)

1. Pengertian alat peraga

Alat peraga adalah bagian dari media pembelajaran. Kata media

berasal dari bahasa latin “Medòë’ yang berarti perantara atau pengantar

pesan dari pengirim ke penerima pesan” (Sardiman 1986:6). Gagne

(dalam Sadiman dkk.,1986:6) mengatakan media pendidikan adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar.

Faizal mendefinisikan alat peraga pendidikan sebagai instrumen

audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses

pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat siswa

dalam mendalami suatu materi (Faizal, 2010). Wijaya dan Rusyan

menyatakan bahwa yang dimaksud alat peraga pendidikan adalah media

pendidikan yang berperan sebagai perangsang belajar dan dapat

menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan

dalam meraih tujuan-tujuan belajar (Wijaya dan Rusyan, 1994).

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa alat peraga

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan,

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga

dapat mendorong proses belajar pada diri siswa.

Sastradiradja (1971) mengatakan bahwa alasan penggunaan alat-alat

peraga pendidikan dalam mengajar adalah sebagai berikut:

a. Membantu murid belajar lebih banyak

b. Membantu siswa memngingat lebih lama

(26)

d. Menjadikan belajar yang lebih konkrit

e. Membawa dunia kedalam kelas

f. Memberikan pendekatan-pendekatan bayangan yang

bermacam-macam dari satu subjek yang sama

Untuk menggunakan alat peraga pembelajaran (Musiyam, 2011:50),

hendaknya memperhatikan persyaratan dalam penggunaan alat peraga

sebagai berikut:

a. Tahan lama

b. Bentuk dan warna menarik

c. Dapat menyajikan dan memperjelas konsep

d. Ukuran sesuai dengan kondisi fisik siswa

e. Fleksibel

f. Tidak membahayakan siswa

g. Mudah disimpan saat tidak digunakan

2. Macam-macam alat peraga

Berdasarkan karakteristik bentuknya, alat peraga dibagi menjadi

alat peraga tanpa proyeksi, alat peraga tiga dimensi, dan alat peraga yang

diproyeksikan. Pada sub bab ini, penulis akan lebih menguraikan alat

perga tanpa proyeksi, sedangkan alat peraga tiga dimensi dan alat peraga

yang diproyeksikan hanya akan dibahas secara sekilas.

2.1. Alat peraga tanpa proyeksi

Sejalan dengan perkembangan teknologi, pendidikan di

negara-negara yang telah maju menggunakan gambar-gambar, film, radio

(27)

pemerataan teknologi belum begitu merata, sehingga alat-alat

peraga tanpa proyeksi lebih efektif untuk pendidikan di daerah

tertentu. Keuntungan dari alat-alat peraga tanpa proyeksi adalah

mudah dalam pembuatannya. Alat peraga tanpa proyeksi atau yang

lebih kita kenal dengan alat peraga dua dimensi tidak kalah efektif

dibanding alat-alat peraga modern. Berikut ini akan diuraikan

ala-alat peraga yang tergolong tanpa proyeksi.

a. Papan tulis

Papan tulis adalah papan dengan warna hitam/kontras yang

digunakan untuk menulis atau menggambar dengan

menggunakan kapur tulis. Media ini adalah media paling

konvensional dalam sebuah pembelajaran, khususnya informasi

yang berbentuk tulisan. Dalam pemakaian alat peraga ini, guru

harus menyesuaikan dengan kebutuhan pokok bahasan juga.

Bagi guru yang tidak mempunyai keahlian tersebut, ada

berbagai alat seperti stensil papan tulis, pantograf, peta dan

cetakan papan yang dapat digunakan untuk menjelaskan pokok

bahasan tertentu ke dalam sebuah papan tulis. Untuk

menggambar sebuah bangun datar misalnya, pembuatan gambar

bangun datar dapat menggunakan cetakan papan.

b. Papan tempel dan papan flannel

Disamping papan tulis, ada juga alat peraga yang berbentuk

papan yang digunakan untuk memperagakan pokok bahasan

(28)

tergantung pada kebutuhan informasi yang akan ditempel dan

cara kerja papan. Jenis papan tempel yang lazim digunakan

untuk alat peraga adalah papan pengumuman, papan visual,

papan demonstrasi, papan listrik, papan magnet, papan pameran

dan papan bergerak.

Papan flannel juga termasuk salah satu dari papan tempel.

Hal yang membedakan dari papan flannel dengan papan tempel

lainnya adalah pada bahan pembuatnya. Informasi yang ingin

disampaikan dibuat dari bahan flannel. Pada bagian papannya

terbuat dari bahan berperekat khusus flannel atau sering disebut

dengan ambril papan. Selanjutnya, informasi yang terbuat dari

flannel tersebut dapat ditempelkan pada pada papan tersebut.

Gambar 2.1 Papan Flanel

c. Bagan

Sadiman (1986:35) menyatakan bagan/chart memiliki

(29)

bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual.

Bagan/chart membantu siswa mengerti tentang sebuah urutan

atau hirarki. Jenis-jenis bagan/chart dibedakan menjadi bahan

pohon (tree chart), bagan Arus (flow chart), bagan garis waktu

(time line chart).

d. Diagram

Untuk menerangkan sesuatu hendaknya guru

memperlihatkan benda yang sebenarnya. Akan tetapi

keterbatasan ruang ruang, keterbatasan biaya dan keterbatasan

lainnya membuat guru harus menggunakakan cara lain. Untuk

menerangkan sistem listrik atau sistem kerja mesin uap tentu

guru tidak menghadirkannya ke dalam kelas, maka guru

memerlukan sebuah alat peraga yaitu diagram.

e. Grafik

Sadiman (1986:40) mengatakan grafik adalah gambar

sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar.

Media ini berfungsi untuk menggambarkan data kuantitatif

secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan

suatu objek atau atau peristiwa yang saling berhubungan secara

singkat dan jelas. Grafik dibagi menjadi grafik lingkaran, grafik

(30)

4 5 0 90

Gambar 2.2 Grafik lingkaran, grafik batang dan grafik garis

f. Poster

Poster adalah gambar besar yang memberi tekanan pada

satu atau dua ide pokok yang dirancang kuat dengan warna dan

pesan untuk menangkap perhatian orang yang sedang melintas

di jalan agar ia berhenti dan mengamati dan kemudian ia dapat

menangkap gagasan yang berarti di dalam ingatannya. “Poster

tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu,

tetapi dia mampu pula mempengaruhi dan memotivasi tingkah

laku orang yang melihatnya.

(31)

g. Gambar

Media gambar erat hubungannya dengan indera

penglihatan. Gambar adalah “tiruan” dari aslinya yang

dituang/direkam dalam media dua dimensi. Gambar kartoon,

gambar komik, gambar seri dan gambar mati adalah jenis-jenis

gambar.

Gambar 2.4 Gambar

i. Peta dasar

Peta adalah gambar permukaan bumi secara langsung

ataupun tidak langsung mengungkapkan banyak informasi

(lokasi, luas, bentuk, persebaran penduduk, dataran, perairan,

iklim, sumber daya alam, sumber ekonomi, dan lain

sebagainya). Peta terbentuk dari kombinasi yang abstrak dari

titik-titik, garis-garis, simbol-simbol, bidang-bidang dan

(32)

Gambar 2.5 Peta Dasar

2.2. Alat peraga tiga dimensi

Alat peraga tiga dimensi adalah alat peraga yang

mempunyai bentuk sama atau hampir sama dengan benda-benda

sebenarnya. Alat peraga ini disebut alat peraga tiga dimensi

karena mempunyai ukuran tinggi, lebar dan panjang. Beberapa

alat peraga tiga dimensi yang biasa digunakan di

sekolah-sekolah dengan bahan-bahan yang ada di sekitar kita adalah

model, benda asli (object), contoh (specimen), mock-up (alat

tiruan), diorama, peta timbul, boneka, topeng, ritatoon, rotatoon,

standar lembar balik, T.T. unit, globe.

2.3. Alat peraga yang diproyeksikan

Alat peraga yang diproyeksikan merupakan alat peraga

yang telah menggunakan alat-alat teknologi. Karakteristik dari

alat peraga ini adalah terdiri dari dua alat. Alat-alat tersebut

(33)

memproyeksikan atau yang lebih kita kenal dengan proyektor.

Alat peraga yang diproyeksikan diantaranya adalah filmstrip,

slides, proyektor opaque dan proyektor everhead.

Gambar 2.6 proyektor filmstrip, proyektor opaque, proyektor

overhead

3. Alat peraga persegi satuan

Gambar 2.7 Alat peraga persegi satuan (dalam cm)

a. Fungsi Alat Peraga :

Menghitung luas daerah persegi dan persegi panjang.

b. Alat dan bahan:

Alat yang diperlukan adalah pisau, gunting, penggaris, pensil

dan pena. Selanjutnya, persiapkan bahan-bahan yang terdiri dari

(34)

c. Prinsip dan cara kerja alat ini

Prinsip kerja alat ini adalah untuk menentukan rumus luas

bangun datar persegi dan persegi panjang. Langkah pertama adalah

mempersiapkan alat peraga persegi satuan dengan bentuk seperti pada

gambar 2.1. Ukuran dari persegi satuan bermacam-macam, tetapi

biasanya selalu mewakili ukuran satuan baku misalnya 1 , 1 .

Ada dua prinsip kerja dari persegi satuan. Prinsip pertama dari alat

peraga ini adalah untuk menghitung luas sebuah bangun datar. Berikut

ini contoh penggunaan persegi satuan untuk menghitung luas sebuah

bangun persegi panjang.

Gambar 2.8 Penggunaan Persegi Satuan

Berdasarkan contoh penggunaan persegi satuan diatas, maka

(35)

60 persegi satuan yang menutupi luas bangun A. Maka dapat

disimpulkan bahwa luas bangun A adalah 60 .

Prinsip kedua dari alat peraga ini berfungsi membangun

konsep berfikir siswa mengenai rumus menghitung luas persegi dan

persegi panjang. Berikut ini contoh penggunaan alat peraga persegi

satuan untuk membuktikan rumus luas persegi maupun persegi

panjang.

Gambar 2.9 Contoh Penggunaan

Panjang : 9 satuan

lebar : 6 satuan

Luas Bangun A adalah : panjang x lebar

: 9 x 6

: 54 satuan

Kegiatan diatas menunjukkan bahwa luas bangun A jika

(36)

persegi satuan yang menutupi luas bangun hasilnya adalah sama. Hal

ini tentu menguatkan pengetahuan siswa tentang rumus persegi maupn

persegi panjang.

d. Cara membuat

Gambar 2.10 Alat dan Bahan

1) Persiapkan alat–alat dan bahan–bahan seperti yang telah pada gambar di atas

2) Ambillah selembar karton bekas.

3) Ambilah sebuah penggaris, dan buatlah sebanyak mungkin persegi

yang dapat dibuat diatas karton bekas tersebut, dengan ukuran

panjang 1cm dan lebar 1cm

4) Potonglah persegi-persegi tersebut.

(37)

6) Setelah selesai memotong persegi-persegi tersebut, ambilah kuas

dan cat. Warnai persegi-persegi tersebut agar berwarna lebih

menarik.

C. Persegi dan Persegi Panjang

Persegi dan persegi panjang adalah dua dari beberapa bangun datar.

Berikut ini adalah penjabaran mengenai pengertian persegi dan persegi

panjang.

1. Persegi

Persegi adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan

salah satu sudutnya adalah siku-siku.

Sifat-sifat persegi:

a. Sisi-sisi yang berhadapan selalu sama panjang dan sejajar

b. Kedua diagonalnya sama panjang dan saling membagi dua sama

panjang.

c. Setiap sudutnya dari persegi merupakan sudut siku-siku

(38)

d. Setiap diagonalnya berpotongan tegak lurus

Gambar 2.12 Bangun Datar Persegi Diagonal

2. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah segi empat yang sisi berhadapannya sama

panjang dan setiap sudutnya adalah siku-siku

Berikut ini adalah sifat-sifat dari persegi panjang:

1) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar

Gambar 2.13 Sisi dari Persegi Panjang

Dari gambar 2.10, sisi AB sama panjang dengan sisi DC,

sedangkan sisi AD sama panjang dengan sisi BC

2) Semua sudutnya adalah siku-siku

Gambar 2.14 Sudut dari Persegi Panjang

A

C

(39)

3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar

4) Jumlah besar sudut-sudut yang berhadapan adalah 180 derajat

5) Diagonal-diagonal dalam persegi panajng membagi dua sama panjang

AD = CB

Gambar 2.15 diagonal dari persegi panjang

Dari gambar 2.15, diagonal AD sama panjang dengan sisi CB.

3. Luas persegi dan persegi panjang

Gambar 2.16 Luas Daerah dari Persegi

A

C

B D

A B

C

(40)

Luas persegi panjang adalah banyaknya satuan persegi yang tepat

menutupi daerah persegi panjang tersebut. Persegi memiliki panjang sisi

yang sama di gambar 2.16 .

Gambar 2.17 luas daerah dari persegi panjang

Luas persegi panjang adalah banyaknya satuan persegi yang tepat

menutupi daerah persegi panjang tersebut. Persegi panjang memiliki

panjang dan lebar, seperti yang tampak pada gambar 2.13 diatas. GH dan

IJ adalah sisi panjang. GI dan JH adalah sisi lebar. Sisi panjang dan lebar suatu persegi panjang selalu berpotongan tegak lurus.

D. Kerangka Berfikir

J. Piaget (dalam Ruseffendi, 1982) mengatakan anak umur 7 atau 8

sampai 11 atau 12 tahun berada pada periode konkrit. Pada periode tersebut,

anak mengerjakan pekerjaan-pekerjaan logis yang dapat dilakukan dengan

bantuan benda-benda konkrit. Dari penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan

I

H

(41)

bahwa siswa kelas III SD juga berada pada tahap periode konkrit. Siswa

membutuhkan hal-hal yang nyata dan dekat dengan kehidupan mereka.

Berdasarkan hasil prestasi belajar matematika di SD kanisius Sengkan

yang masih dibawah KKM, yaitu 70,00 peneliti perlu melakukan sebuah

tindakan untuk meningkatkan prestasi tersebut. Selanjutnya, atas dasar

pernyatan J. Piaget diatas, maka peneliti mempertimbangkan untuk

menggunakan alat peraga untuk membantu siswa berfikir konkrit dalam

memahami baik persegi panjang, maupun luas daerah persegi panjang. Alat

peraga yang dipilih peneliti adalah alat peraga persegi satuan.

Persegi satuan merupakan benda konkrit yang diharapkan dapat

merangsang ketertarikan siswa belajar mengenai luas persegi dan persegi

panjang. Persegi satuan juga diharapkan juga dapat pemahaman kepada siswa

bahwa ada hubungan antara persegi panjang dan persegi. Mengapa kedua

bangun datar ini memiliki bentuk hampir sama? Mengapa keduanya juga

memiliki sifat yang hampir sama? Dengan menggunakan pelaksanaan

pembelajaran menggunakan alat peraga persegi satuan, siswa diharapkan

mampu memahami yang dimaksud dengan luas daerah. Meningkatnya

ketertarikan siswa serta pemahaman siswa mengenai luas daerah persegi dan

persegi panjang siswa, diharapkan prestasi belajar siswa di akhir penelitian

meningkat.

E. Hipotesis Tindakan

Dari penjelasan dan segala hasil pemikiran yang diperoleh dari

(42)

“Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga persegi satuan dapat

meningkatkan prestasi belajar materi luas daerah persegi dan persegi panjang

siswa kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, sedangkan model

penelitian ini menggunakan model Khemis dan Taggart, yaitu sebagai berikut:

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 3.1. Model Penelitian Khemis dan Taggart

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama

dilaksanakan dalam 2 pertemuan dan siklus kedua dilaksanakan dalam 1

pertemuan, setiap pertemuan 2 JP , alokasi waktu setiap 1 JP adalah 35

menit.

B. Subjek dan Tempat Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD

Kanisius Sengkan Yogyakarta semester genap Tahun Ajaran 2012/2013.

Siswa kelas III terdiri dari 33 siswa dengan jumlah 19 orang laki-laki dan 14

(44)

orang wanita. Tempat penelitian adalah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

yang beralamat di jalan Kaliurang km 7, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan

pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 dengan objek penelitian adalah

pelajaran Matematika kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

C. Rencana Tindakan 1. Persiapan

a. Meminta izin penelitian kepada kepala sekolah SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta

b. Identifikasi masalah

c. Analisis masalah

d. Perumusan masalah

e. Perumusan hipotesis

f. Penyusunan rencana penelitian dalam siklus-siklus

g. Penyusunan silabus, RPP, LKS dan instrumen penelitian

h. Mempersiapkan persegi satuan

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus

Penelitian yang diterapkan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan

Kelas.Pada pelaksanaannya penelitian ini dibagi dalam

siklus-siklus.Setelah dilakukan observasi awal, berikut ini tindakan-tindakan

penelitian yang dirangkum dalam siklus-siklus:

Siklus 1

(45)

Pertemuan pertama:

1) Pembelajaran dimulai dengan doa, salam, apersepsi dan motivasi

siswa

2) Mengulas pengetahuan dan pengalaman siswa menghitung luas

persegi dan persegi panjang

3) Siswa dibagi di dalam kelompok, setiap kelompok 3 orang siswa.

4) Setiap kelompok mendapatkan bahan untuk membuat persegi

satuan yang telah dipersiapkan oleh guru kelas. Bahan tersebut

dilampirkan dalam LKS

5) Setiap siswa mempersiapkan alat berupa penggaris dan gunting

yang telah diberitahukan pada pertemuan sebelumnya

6) Siswa dibantu guru membuat persegi satuan menggunakan bahan

yang dilampirkan dalam LKS

7) Siswa bekerja dalam kelompok yang dipandu Lembar Kerja Siswa

Pertemuan kedua:

1) Pembelajaran dimulai dengan doa, salam, apersepsi dan motivasi

siswa

2) Mengulas pengetahuan dan pengalaman siswa tentang prinsip luas

daerah persegi dan persegi panjang

3) Siswa dibagi dalam kelompok yang sama pada pertemuan

sebelumnya

4) Setiap kelompok mendapat Lembar Kegiatan Siswa

5) Siswa bersama kelompok memainkan permainan menghitung luas

(46)

kelompoknya. Permainan yang dimaksud adalah menghitung luas

peralatan yang dimiliki siswa, misanya adalah luas kotak makan

atau luas kotak pensil

6) Siswa bersama menyelesaikan game sesuai petunjuk dalam Lembar

Kegiatan Siswa

7) Siswa mengumpulkan hasil menghitung luas daerah persegi dan

persegi panjang menggunakan alat peraga satuan persegi.

8) Siswa bersama-sama dengan guru menghitung luas-luas daerah

persegi dan persegi panjang

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah melakukan pembelajaran sesuai

rencana tindakan.

c. Observasi

1) Mencatat temuan-temuan yang ada di dalam pembelajaran

2) Analisis dari hasil yang diperoleh siswa

d. Refleksi

1) Mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan kejadian-kejadian

khusus

2) Mendiskusikan hasil menghitung luas daerah persegi dan persegi

panjang siswa dengan guru kelas

3) Merancang dan memodifikasi siklus berikutnya

Siklus 2

a. Rencana Tindakan

(47)

2) Guru bersama siswa melakukan apersepsi dengan mengingat

kembali pengetahuan awal mengenai luas persegi panjang

3) Pembelajaran dimulai dengan doa, salam, apersepsi dan motivasi

siswa

4) Mengulas pengetahuan dan pengalaman siswa tentang prinsip luas

daerah persegi dan persegi panjang

5) Siswa dibagi dalam kelompok yang sama pada pertemuan

sebelumnya

6) Setiap kelompok mendapat Lembar Kegiatan Siswa

7) Siswa bersama kelompok memainkan permainan menghitung luas

beberapa daerah persegi dan persegi panjang sesuai urutan

kelompoknya.

8) Siswa bersama menyelesaikan game sesuai petunjuk dalam Lembar

Kegiatan Siswa

9) Siswa mengumpulkan hasil menghitung luas daerah persegi dan

persegi panjang menggunakan alat peraga satuan persegi.

10)Siswa bersama-sama dengan guru menghitung luas-luas daerah

persegi dan persegi panjang

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah melakukan pembelajaran sesuai

rencana tindakan yang ada atau merealisasikan rencana tindakan

c. Observasi

a. Mencatat temuan-temuan yang ada di dalam pembelajaran

(48)

d. Refleksi

Refleksi pada siklus ini lebih mengacu pada hasil evaluasi tindakan II.

D. Pengumpulan Data dan Instrumen

Tabel 3.1 Pengumpulan data dan Instrumen

Peubah Indikator Data Instrumen

Kemampuan

Kemampuan menghitung luas daerah persegi dan persegi panjangsiswa

adalah hal yang diteliti dalam penelitian, sedangkan nilai rata-rata menghitung

luas daerah persegi dan persegi panjang siswa menjadi indikator

penelitian.Jika nilai rata-rata menghitung luas daerah persegi dan persegi

panjang siswa meningkat, maka kemampuan menghitung luas daerah persegi

dan persegi panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan juga dianggap

meningkat.

Data hasil dari penelitian ini berjenis data kuantitatif atau berupa skor,

yang selanjutnya diubah menjadi nilai. Pengumpulan data diambil dari produk

yang berupa lembar kerja siswa, dan teknik pengumpulannya adalah sebagai

(49)

1. Kondisi Awal

Keadaan awal rata-rata kelas dengan materi menghitung luas

daerah persegi dan persegi panjang menggunakan teknik dokumentasi,

yaitu sebuah teknik yang mengambil data dari dokumentasi lembar

evaluasi kelas III tahun ajaran 2012/2013. Data tersebut merupakan hasil

pekerjaan siswa kelas III pada tahun sebelumnya yang sekarang naik ke

kelas IV. Hasil pekerjaan siswa tersebut merupakan evaluasi pelajaran

dengan materi yang sama, yaitu menghitung luas daerah persegi dan

persegi panjang. Selain itu, dari data tersebut peneliti dapat menghitung

presentase jumlah siswa yang telah mencapai KKM dan yang belum

mencapai KKM. KKM mata pelajaran matematika kelas III SD Kanisius

Sengkan adalah 70,00.

2. Kondisi Akhir

Kemampuan menghitung luas daerah persegi dan persegi

panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan diperoleh dari hasil evaluasi

yang berupa tes di siklus II. Tes tersebut menghitung luas daerah persegi

dan persegi panjang dibantu dengan sebuah alat peraga, yaitu persegi

satuan. Validitas tes menghitung luas daerah persegi dan persegi panjang

ini menggunakan Validitas Muka. Validitas jenis ini menyatakan suatu

instrumen tes valid apabila telah disetujui oleh para ahli (Nazir, 2006:149).

Dalam penelitian ini, kedalaman menguasai materi persegi panjang

meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa dan

(50)

pengetahuan, pemahaman dan penerapan saja. Berikut ini adalah deskripsi

aspek-aspek yang diambil dalam penelitian ini.

Indikator

memahami luas persegi

panjang

4 10 Pemahaman

- Menggunakan sifat-sifat

persegi panjang untuk

menyelesaikan masalah

3 10 Penerapan

Tabel 3.2 Kisi-kisi evaluasi belajar siswa pada materi luas persegi

panjang

Dalam mengambil skor, peneliti mengacu pada tabel descriptor yang

dapat dilihat di bawah ini:

Kriteria Penilaian Skor

Jika pertanyaan tidak dijawab 0

Jika dari jawaban salah dan tidak ada kaitannya dengan soal 1

Jika dari jawaban salah tetapi masih ada kaitannya dengan soal 2

(51)

Jika jawaban siswa benar tetapi tidak sempurna 8

Jika jawaban siswa sempurna 10

Tabel 3.3 Skala skoring setiap soal evaluasi

Untuk memperjelas scoring dari soal evaluasi, peneliti mencantumkan

salah soal dari evaluasi pembelajaran.

Soal nomor 4:

Hitunglah luas karpet di bawah ini menggunakan persegi satuan

Gambar 3.2 Karpet

Panjang : ……

(52)

Jadi, luas persegi panjang : panjang x lebar

: ……… x…..

: ……

Pada salah satu contoh soal diatas, siswa juga di tuntun untuk

mengerjakan secara urut. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memahami

langkah menghitung luas daerah tersebut satu persatu, dan diharapkan dapat

membekas. Selanjutnya, berikut ini deskripsi untuk membantu skoring dan

penilaian soal evaluasi.

Skor 0 : jika siswa sama sekali tidak mengerjakan soal tersebut.

Skor 1 : jika siswa mengisi titik diatas tetapi jawabannya tidak tepat

Skor 2 : jika siswa mengisi salah satu titik-titik dari soal diatas

Skor 5 : jika siswa hanya mengisi panjang dan lebar dari soal diatas

Skor 8 : jika siswa salah satu titik-titik salah atau tidak diisi atau tidak

lengkap dalam penggunaan satuan baku.

Skor 10 : jika siswa menjawab semua titik-titik dari soal dengan sempurna

Dalam penilaian dengan menggunakan skala 1-10, prestasi siwa

diklasifikasikan dalam 3 kelompok (winkel 1986:316), yaitu:

1. Prestasi siswa “baik”, jika nilai siswa lebih besar atau sama dengan 8 atau (nilai > 8)

(53)

3. Prestasi siswa kurang”, jika nilai siswa kurang dari 6 atau (nilai, 6) maka siswa tersebut mempunyai prestasi belajar rendah.

E. Analisis Data

Setelah dilakukan tindakan, kemampuan menghitung luas persegi dan

persegi panjang siswa diharapkan mengalami peningkatan. Peningkatan

kemampuan siswa dari kondisi awal hingga siklus 2 digambarkan dengan

Setelah dilakukan tindakan yang dibagi dalam 2 siklus, data hasil evaluasi

(54)

dilakukan untuk menghitung signifikansi peningkatan kemampuan

menghitung luas persegi panjang siswa menggunakan persegi satuan.Berikut

ini adalah langkah-langkah analisis data prestasi mengukur luas daerah persegi

panjang.

1. Penghitungan skor menghitung luas daerah persegi dan persegi panjang

siswa (scoring)

Jumlah skor evaluasi ang diperoleh siswa diambil berdasarkan

rubrik skor yang telah dibuat sebelumnya.

2. Penilaian

Pada tahap penilaian, jumlah skor yang diperoleh siswa diubah

menjadi nilai. Langkah merubah jumlah skor menghitung luas daerah

persegi dan persegi panjang siswa menjadi nilai menggunakan rumus

sebagai berikut:

Nilai = total skor : 10

Keterangan:

Nilai : Menunjukkan nilai yang diperoleh setiap siswa.

Total skor : Jumlah skor evaluasi menghitung luas daerah persegi

dan

persegi panjang yang diperoleh setiap siswa

3. Menghitung nilai rata-rata (mean) kelas

(55)

Sengkan, dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

∑X (jumlah nilai seluruh siswa)

Jumlah siswa

4. Uji perbedaan rata-rata prestasi siswa sebelum dan sesudah perlakuan

(mean)

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan

(meyakinkan) atau tidak pada rata-rata prestasi siswa sebelum dan sesudah

perlakuan, maka diperlukan pengujian hipotesis secara statistik dengan

menggunakan uji t. Uji tdikembangkan oleh ahli statistik dari Irlandia

yang bernama William Seely Gosset. Tahap-tahap untuk menguji hipotesis

perbedaan rata-rata prestasi siswa sebelum dan sesudah perlakuan adalah

sebagai berikut:

a) Menghitung dan .

b) Mencari standar deviasi dari distance dengan menggunakan rumus

berikut:

Keterangan:

SD = Standar Deviasi

D = Distance (selisih dari x dan y)

x = adalah nilai pada kondisi awal

y = adalah nilai pada siklus II

(56)

d) Menentukan taraf signifikansinya.

Dalam penelitian ini taraf signifikansi(α) yang dipergunakan adalah=

0,01

e) Tentukan kriteria pengujian yaitu

to> tt, maka terjadi peningkatan pada derajat kebebasan = n – 1, di

mana n

menyatakan banyak sampel.

to ≤ tt, maka penelitian tidak terjadi peningkatan pada derajat

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian didapat dari proses penelitian yang sudah dilakukan dalam

dua siklus. Berikut ini uraian pelaksanaan penelitian setiap siklus dan hasil

penelitian yang diperoleh.

1. Deskripsi pelaksanaan penelitian

a. Perencanaan

Pada bagian perencanaan penelitian ini, peneliti mempersiapkan

teknis peneliti.Adapun teknis penelitian ini adalah diawali dengan

meminta izin kepada kepala sekolah SD Kanisius Sengkan. Teknis

penelitian selanjutnya adalah membuat silabus, RPP dan instrumen

penelitian. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan alat peraga persegi

satuan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 2 minggu dan

terbagi dalam 2 siklus.Siklus I terdiri dari dua pertemuan dan

dilaksanakan pada tanggal 6 dan 7 mei 2013. Siklus II hanya terdiri satu

pertemuan dan dilaksanakan pada tanggal 9 mei 2013. Dari segi waktu

dan isi penelitian, pelaksanaan penelitian telah sesuai dengan apa yang

(58)

seluruh siswa kelas III SD Kanisius Sengkan dengan jumlah siswa 33

orang. Berikut ini rangkaian pelaksanaan kegiatan siklus I dan siklus II

Siklus 1

1) KegiatanAwal

Salam pembukaan dan doa menjadi kegiatan rutin dan setiap

kelas di SD Kanisius Sengkan. Setelah presensi, guru memberikan

apersepsi berupa pertanyaan-pertanyaan untuk dengan menggali

pengetahuan awal siswa tentang bangun datar. Siswa bersama guru

mengulang kembali pengetahuannya tentang sifat-sifat persegi dan

persegipanjang dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan.

2) KegiatanInti

Pertemuan I

a) Siswa dibagi di dalam kelompok, yang terdiri dari tiga siswa.

b) Setiap kelompok mendapatkan bahan untuk membuat persegi

satu yang telah dipersiapkan oleh guru kelas. Bahan tersebut

dilampirkan dalam LKS

c) Setiap kelompok mempersiapkan alat berupa penggaris dan

gunting yang telah diberitahukan pada pertemuan sebelumnya

d) Siswa dibantu guru membuat persegi satuan menggunakan

bahan yang dilampirkan dala LKS

e) Siswa bersama kelompok memainkan permainan menghitung

luas beberapa daerah persegi dan persegi panjang sesuai urutan

(59)

luas peralatan yang dimiliki siswa, misanya adalah luas kotak

makan atau luas kotak pensil

f) Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang luas daerah

persegi panjangpannjang menggunakan alat peraga satuan

persegi. Luas persegi panjang adalah luas seluruh permukaan

bangun yang dibatasi sisi-sisinya.

g) Siswa bersama-sama dengan guru berlatih menghitung luas-luas

daerah persegi dan persegi panjang.

Pertemuan II

a) Mengulas pengetahuan dan pengalaman siswa tentang prinsip

luas daerah persegi dan persegi panjang

b) Siswa dibagi dalam kelompok yang sama pada pertemuan

sebelumnya

c) Setiap kelompok mendapat Lembar Kegiatan Siswa

d) Siswa mengumpulkan hasil menghitung luas daerah persegi dan

persegi panjang menggunakan alat peraga satuan persegi.

e) Siswa bersama-sama dengan guru menghitung luas-luas daerah

persegi dan persegi panjang

3) Kegiatan Akhir

Di akhir kegiatan, guru memberikan apresiasi kepada siswa

memberikan hadiah pada kelompok dengan jawaban paling benar.

Setelah apresiasi, guru bersama siswa melakukan refleksi. Beberapa

(60)

menghitung luas persegi panjang. Guru juga melakukan evaluasi

pada pertemuan 2 untuk mengetahui peningkatan prestasi siswa.

Siklus II

1) Kegiatan Awal

Seperti biasa kegiatan selalu diawali dengan salam

pembukaan dan doa. Setelah presensi, guru memberikan apersepsi

dengan menggali pengetahuan siswa kembali tentang luas persegi

panjang. Selain luas persegi panjang, guru juga menggali kembali

pengetahuan siswa tentang satuan baku yang telah diajarkan di kelas

sebelumnya.

2) Kegiatan Inti

a) Setiap siswa mempersiapkan alat yang telah diberitahukan pada

pertemuan sebelumnya

b) Setiap siswa mendapat Lembar Kerja Siswa

c) Siswa dibantu guru membuat alat peraga persegi satuan yang

telah terdapat dalam LKS.

d) Setiap kelompok memberikan nama alat peraganya yang dibuat

e) Setiap siswa dibantu guru mengerjakan Lembar Kerja Siswa

f) Siswa dan guru membahas beberapa kegiatan belajar yang

terdapat dalam Lembar Kegian Siswa.

g) Siswa mendapat Lembar Evaluasi dan setiap siswa

mengerjakan Lembar Evaluasi dengan waktu yang ditentukan.

(61)

3) Kegiatan Akhir

Di akhir kegiatan, guru bersama siswa melakukan.Siswa

mengutarakan kesulitan-kesulitan yang dialami saat menghitung

luas persegi panjang. Guru juga melakukan evaluasi untuk

mengetahui peningkatan prestasi siswa. Siklus ini diakhiri dengan

salam penutup dan doa.

2. Deskripsi hasil penelitian

Pada akhir setiap siklus peneliti melakukan evaluasi pada setiap

siklus.Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa serta

untuk mengetahui jumlah siswa yang telah mencapai KKM, yaitu

70.0.Setelah dilakukan penilaian hasil prestasi setiap siswa, selanjutnya

peneliti mengelompokkan siswa dengan nilai kurang dari KKM dan siswa

dengan nilai diatas KKM. Berikut ini rekap hasil evaluasi yang telah

dicapai siswa pada siklus I dan siklus II.

(62)

12 Astri 55 √

Tabel 4.1 Rekap nilai yang dicapai siswa pada siklus I

Data diatas menunjukkan bahwa jumlah nilai yang dicapai seluruh

siswa pada siklus ini adalah 2450.Dari jumlah seluruh nilai tersebut,

kemudia peneliti menghitung nilai rata-rata siswa. Berikut ini cara

(63)

∑X (jumlah nilai seluruh siswa)

Jumlah siswa

2450

33

Nilai rata-rata (mean) kelas = 74,2

Data dari siklus I juga menunjukkan banyak siswa yang belum ,

dan sudah mencapai KKM, yaitu 14 siswa, dan 19 siswa. Berikut akan

dihitung persentasi banyak siswa yang telah mencapai KKM.

Persentasi siswa mencapai KKM :

=

= 57%

Hasil diatas menunjukkan banyak siswa yang telah mencapai KKM

ada 19 siswa atau 57%, dan 14 siswa atau 43% dari seluruh siswa belum

mencapai KKM.Banyak siswa yang telah mencapai KKM memang sudah

lebih dari separuh atau 50% dari seluruh siswa. Rata-rata yang dicapai

pada siklus I ini sudah mencapai 74,2. Hasil tersebut sudah mecapai KKM

yang ditentukan, yaitu 70,0.

Hasil yang diperoleh pada siklus I memang telah mencapai target

penelitian, tetapi penelitian ini tetap dilanjutkan ke siklus II. Hal ini Nilai rata-rata (mean) kelas =

(64)

dikarenakan perlakuan siklus I dan siklus II berbeda, sehingga tercapainya

target penelitian siklus I tidak membatasi peneliti untuk melanjutkan ke

siklus berikutnya. Berikut hasil yang telah dicapai siswa pada siklus II.

(65)

25 Wisnu 95 √

Tabel 4.2 Rekap nilai yang dicapai siswa pada siklus II

Hasil diatas menunjukkan bahwa jumlah nilai yang dicapai seluruh

siswa pada siklus II adalah 3050.Dari jumlah seluruh nilai tersebut,

kemudia peneliti menghitung nilai rata-rata siswa. Berikut ini

caramenghitung rata-rata nilai yang dicapai siswa:

∑X (jumlah nilai seluruh siswa)

Jumlah siswa

3050

33

Nilai rata-rata (mean) kelas = 92,4

Hasil yang dicapai siswa pada siklus II juga menunjukkan banyak

siswa yang belum dan sudah mencapai KKM adalah 2 siswa, dan 31 siswa. Nilai rata-rata (mean) kelas =

(66)

Berikut ini teknik menghitung persentasibanyak siswa yang telah

mencapai KKM.

Persentasi siswa diatas KKM :

=

= 93%

Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti menyimpulkan pada

siklus II ini terjadi peningkatan banyak siswa yang telah mencapai

KKM.Persentasi siswa yang telah mencapai KKM adalah 93 %, dan siswa

yang tidak mencapai KKM hanya 4 orang siswa atau 7% dari seluruh

siswa.

B. Pembahasan

Hasil penelitian baik dari siklus I maupun siklus II selanjutnya di

analisis menggunakan teknik dokumentasi. Selain itu, peneliti menganalisis

perbandingan nilai yang dicapai siswa pada kondisi awal dan kondisi pada

siklus II. Berikut ini perbandingan nilai yang dicapai siswa pada kondisi awal,

(67)
(68)

31 Anggi 70 60 100 40 30

32 Jorrel 75 90 100 10 25

33 Vincent 65 60 100 40 35

JUMLAH 2265 2450 3050

RATA-RATA 68,3 74,2 92,4

Tabel 4.3 Perbandingan nilai siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II

Data diatas menunjukkan hasil atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dari

kondisi awal, siklus I dan siklus II. Data-data tersebut menunjukkan

penurunan dan peningkatan.Dari hasil yang ditunjukkan pada siklus I,

beberapa siswa belum mengalami peningkatan secara signifikan. Jika

dibandingkan dengan kondisi awal dan dari total 33 siswa, 21 siswa telah

menunjukkan peningkatan. Hal ini berarti sudah terjadi peningkatan sebanyak

63% dari total seluruh siswa. Berikut ini hasil yang dicapai siswa pada siklus

I jika digambarkan dengan grafik:

(69)

Hasil tindakan siklus I memang telah menunjukkan peningkatan nilai

rata-rata menghitung luas persegi dan persegi panjang, walaupun belum

signifikan. Selain itu, jika melihat kembali Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) materi ini, nilai rata-rata siklus I sudah mencapai KKM yang

ditetapkan yaitu 70,0. Berikut ini beberapa hal yang menurut peneliti menjadi

kesulitan yang dialami dalam siklus I :

1. Peneliti kurang mampu menguasai kelas sehingga setiap siswa tidak

mampu menerima arahan dari peneliti dengan baik.

2. Siswa terlalu bermain-main dengan media persegi satuan

3. Beberapa siswa belum memahami hubungan menghitung luas persegi dan

persegipanjang menggunakan persegi satuan dengan menggunakan rumus.

Hal ini akan tentu membuat siswa tidak teliti dengan hasil yang telah

diperoleh. Siswa tidak mencocokkan kembali hasil menghitung luas

bangun menggunakan persegi satuan dengan menggunakan rumus.

Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti melanjutkan penelitian

pada tahap berikutnya, yaitu siklus II. Pada siklus II peneliti konsultasi dengan

guru kelas mengenai cara yang tepat agar kelas dapat dikuasai dengan baik.

Peneliti juga merubah cara penyampaian langkah pembelajaran lebih

sistematis sehingga siswa dapat secara urut menjalani langkah-langkah

pembelajaran dan tidak bermain-main sendiri. Beberapa siswa juga tampak

lamban memahami apa yang diterangkan peneliri. Peneliti menyimpulkan

bahwa siswa tersebut memerlukan perhatian dan waktu yang lebih.

Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata siswa kembali

(70)

jauh diatas KKM. Peningkatan rata-rata yang diperoleh siswa cukup tinggi,

yaitu mencapai 24,1. Jika dibandingkan dengan kondisi awal, data yang

diperoleh siswa pada siklus II juga menunjukkan 31 siswa atau 93% siswa

telah menunjukkan peningkatan. Berikut ini peningkatan nilai rata-rata

kemampuan menghitung luas persegi dan persegi panjang pada kondisi awal,

siklus I, dan II jika digambarkan dalam grafik:

Grafik 4.2 Perbandingan Nilai Awal, Siklus I, Siklus II

Jika melihat kembali pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) materi

ini, nilai rata-rata siklus II sebesar 92,4 sudah mencapai KKM yang telah

ditentukan yaitu 70,0. Berdasarkan atas pertimbangan tersebut, peneliti

memutuskan untuk tidak melanjutkan penelitian pada tahap atau siklus

berikutnya.Peneliti mengakhiri penelitian pada siklus II saja.

Peningkatan kemampuan menghitung luas persegi dan persegipanjang

(71)

mencapai KKM, yaitu 70,0. Pada kondisi awal, baru 12 atau 36% dari jumlah

seluruh siswa yang mencapai KKM. Pada siklus I, data menunjukkan adanya

peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan 19 siswa atau 57% dari jumlah

seluruh siswa yang mencapai KKM. Peningkatan kembali ditunjukkan pada

siklus II. Data dari siklus II menunjukkan 31 atau 93% dari jumlah seluruh

siswa. Berikut ini peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai KKM jika

digambarkan dalam diagram batang:

Kondisi Awal Siklus I Siklus II Presentasi jumlah siswa yang mencapai KKM

Grafik 4.3 Presentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal, siklus I dan siklus II

C. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk melihat sejauh mana penelitian ini mencapai mencapai

(72)

yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Berikut ini indikator keberhasilan

dari penelitian peningkatan kemampuan siswa menghitung luas persegi dan

persegi panjang menggunakan persegi satuan.

Peubah Indikator

Tabel 4.4 Indikator keberhasilan penelitian

Data diatas menunjukkan peningkatan hasil yang diperoleh siswa. Pada

kondisi awal, rata-rata kemampuan menghitung luas persegi dan persegi

panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan hanya mencapai nilai 68,3.

Rata-rata tersebut masih di bawah KKM, yaitu 70,0. Setelah dilakukan

tindakan, pada siklus I rata-rata meningkat. Dengan total nilai yang diperoleh

siswa sebesar 2450, rata-rata kelas yang berhasil dicapai adalah 74,2.

Data ini telah menunjukkan peningkatan, tetapi peneliti tetap

melanjutkan penelitian pada tahap berikutnya pada siklus II. Pada siklus II

total nilai siswa mencapai 3050, dengan rata-rata yang diperoleh sebesar 92,4.

Peneliti juga menggunakan t test untuk menghilangkan bias atau

keraguan yang timbul dari perbedaan nilai rata-rata kondisi awal dan nilai

rata-rata di akhir siklus II. Hasil yang diperoleh dari t test tersebut

menunjukkan taraf kepercayaan 99% (Nurgiyanto, Burhan). Berdasarkan

(73)

signifikan antara nilai rata-rata kondisi awal dengan nilai rata-rata pada akhir

siklus II. Hal itu juga menyatakan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menghitung luas persegi dan persegi panjang dari kondisi awal dengan akhir

siklus II.

Berdasarkan data-data dan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan

bahwa alat peraga persegi satuan dapat meningkatkan prestasi belajar materi

luas daerah persegi panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan prestasi belajar yang pada kondisi

awal hanya pada angka 68,3 pada siklus II meningkat jauh diatas KKM yaitu

menjadi 92,4. Peningkatan yang diperoleh cukup tinggi. Selisih prestasi

belajar siswa pada kondisi awal dengan siklus II mencapai 24,1.

Dari hasil yang diperoleh, juga dapat disimpulkan bahwa hipotesis

“Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga persegi satuan dapat

meningkatkan prestasi belajar materi luas daerah persegi panjang siswa kelas

III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun pelajaran

2012/2013” diterima. Hipotesis diterima dengan bukti tercapainya KKM (70,00). Hasil yang diperoleh pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai

Gambar

Tabel 1.1  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pelajaran Matematika
Gambar 2.1 Papan Flanel
Gambar 2.2 Grafik lingkaran, grafik batang dan grafik garis
gambar.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Arang yang telahah dicuci arang yang telah dikeringkan. Arang aktif

interviewed including community members, displaced, demobilized children, donors, local NGOs, international NGOs, UN agencies and religious and customary leaders. An

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF CONCEPT SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KEMP BERBASIS THINK PAIR SQUARE (TPS).. Universitas

Laporan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan melipu ti realisasi dan cakupan masing -masing program. Laporan disusun secara berjenjang mulai dari Tim Pelayanan

Korowai (Analisis Semiotika Tentang Representasi Stereotip Terhadap Suku. Papua Korowai Dalam Film Lost In

7.1 Partisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan peningkatan mutu penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama yang mendukung

Tabel 3 memperlihatkan bahwa semua aplikasi limbah cair pulp kakao fermentasi 1-3 minggu menunjukkan tingkat keracunan yang berat sampai yang sangat berat

Menurut peraturan jenjang kepangkatan tersebut ditentukan sebagai berikut: (1) Golongan ruang I/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat