PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGUKUR LUAS DAERAH PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN ALAT PERAGA PERSEGI SATUAN PADA SISWA KELAS III SD KANISIUS SENGKAN
YOGYAKARTA
Diajukan untuk Menyusun Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Stephan Gilang Adiwan Prayudha
091134194
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
vi
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
Terbanglah, jangan
berhenti bermimpi
Skripsi ini saya persembahan untuk
vii Abstrak
Gilang, Stephan. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar Mengukur Luas Daerah Persegi dan Persegi Panjang Dengan Alat Peraga Persegi Satuan Pada Siswa Kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. PGSD. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma
Peneliti melakukan observasi di kelas III SD Kanisius Sengkan. Hasil observasi menunjukkan ada permasalahan khususnya pada mata pelajaran Matematika. Permasalahan yang muncul dari observasi tersebut adalah rendahnya prestasi belajar siswa dengan materi mengukur luas persegi dan persegi panjang. Hal tersebut ditunjukkan dengan rata-rata siswa pada materi tersebut masih dibawah KKM (70,0), yaitu hanya mencapai 68,3. Peneliti berasumsi bahwa permasalahan tersebut muncul akibat siswa merasa jenuh dengan pelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meningkatkan prestasi belajar mengukur luas daerah persegi dan persegi panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan menggunakan alat persegi satuan.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Sengkan yang berjumlah 33 siswa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Ada empat kegiatan utama dalam penelitian ini yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau pengumpulan data dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan selanjutnya dianalisis menggunakan teknik kuantitatif. Pada tahap pelaksanaan peneliti membagi penelitian dalam 2 siklus.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan alat persegi satuan dapat meningkatkan prestasi belajar mengukur luas daerah dan persegi satuan siswa kelas III SD Kanisius Sengkan. Rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 68,3 pada siklus I meningkat menjadi 74,2. Pada siklus II, rata-rata siswa kembali meningkat menjadi 92,4. Berdasarkan paparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan alat persegi satuan dalam proses pembelajaran dapat meningkatan prestasi belajar siswa mengukur luas dan persegi panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan.
Abstract
Gilang, Stephan. 2014. The Increase of Study Achievement in Measuring Square and Rectangle Widht Using Unit Squares as Visual Aids to the Students of Third Grade in SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. PGSD. A Thesis. Elementary School Teacher Training Study Program. The Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University
Researcher did an observation in the third grade of SD Kanisius Sengkan. The observation showed that there was a specific problem in the Mathematic lesson. The problem seen was the low rate of students’ study achievement in measuring square and rectangle widht. The sudents’ average grade was only 68,3 which was still below the standard (70,0). The researcher assumed that the problem occurred because the students felt the lessons were unattractive. Therefore, the researcher tried to increase the study achievement in measuring square and rectangle width using unit squares as visual aids.
The subject of the research was 33 students of the third grade in SD Kanisius Sengkan. The type of the research was Classroom Action Research. There were four main activities in the research, which were the planning, application, observation, and data gathering or reflection. The data gathering technique used was a test technique followed by quantitative technique. In the application step, the researcher divided the experiment into two cycles.
The research showed that unit squares could increase the third grade students of SD Kanisius Sengkan’s study achievement in measuring square and rectangle width. The class’ average grade before the experiment was applied was 68,3. In the first cycle, the average grade increased to 74,2. In the second cycle, the average grade increased to 92,4. Based on the above explanation, the researcher concluded that the use of unit squares as visual aids in the learning process can increase the students’ study achievement in measuring square and rectangle width by the students of third grade in SD Kanisius Sengkan.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang telah
dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulisan skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak akan berhasil tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
a. Tuhan Yang Maha Esa
b. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Dharma.
c. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. , selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma
d. Bapak Drs. A Sardjana, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
e. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini dan Ibu Irine Kurniastuti, M.Psi. selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
f. Rekan-rekan guru SD Kanisius Sengkan.
x
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala masukan, kritik, saran yang
bersifat konstruktif demi kesempurnaan penyusunan laporan tugas akhir masa-masa
yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan penelitian tugas akhir ini berguna bagi
semua pihak.
Penulis
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
B. Identifikasi Masalah... 4
xii
D. Pengumpulan Data Instrumen ... 34
E. Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52
E. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 57
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 2
Tabel 3.1 Pengumpulan Data dan Instrumen ... 34
Tabel 3.2 Deskripsi Aspek... 36
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian ... 36
Tabel 3.4 Tabel Kriteria Keberhasilan ... 39
Tabel 4.1 Tabel Deskripsi Siklus 1 ... 47
Tabel 4.2 Tabel Rekap Nilai ... 50
Tabel 4.3 Perbandingan Nilai ... 53
Tabel 4.4 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 58
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Nilai Rata-Rata ... 54
Grafik 4.2 Perbandingan Nilai ... 56
Grafik 4.3 Presentase Siswa yang Mencapai KKM ... 57
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Papan Flanel ... 14
Gambar 2.2 Grafik Batang, Lingkaran, Garis... 16
Gambar 2.3 Poster ... 16
Gambar 2.4 Gambar ... 17
xiv
Gambar 2.6 Proyektor Filmstrip, Opaque, Overhead ... 19
Gambar 2.7 Alat Peraga Persegi Satuan ... 19
Gambar 2.8 Alat Peraga Persegi Satuan ... 20
Gambar 2.9 Penggunaan Persegi Satuan ... 21
Gambar 2.10 Alat dan Bahan ... 22
Gambar 2.11 Bangun Datar Persegi ... 23
Gambar 2.12 Bangun Datar Persegi ... 24
Gambar 2.13 Sisi Persegi Panjang ... 24
Gambar 2.14 Sudut Persegi Panjang ... 24
Gambar 2.15 Diagonal Persegi Panjang ... 25
Gambar 2.16 Luas Daerah Persegi ... 25
Gambar 2.17 Luas Daerah Persegi ... 26
Gambar 3.1 Model Penelitian Khemis dan Taggart ... 29
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu modal penting bangsa ini jika ingin
menjadi sebuah bangsa yang besar. Pendidikan diharapkan mampu
memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Pendidikan bertanggung jawab
atas harapan-harapan para tokoh pendahulu bangsa. Hal ini tentu bukan
menjadi tanggung jawab pendidikan menengah ke atas saja, tetapi pendidikan
di seluruh lapisan, tidak terkecuali di tingkat Sekolah Dasar (SD).
Matematika melekat di semua aspek bermasyarakat, baik ekonomi,
teknologi, pertanian, komunikasi dll. Seperti pelajaran membaca dan menulis,
matematika juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika diharapkan telah dikuasi anak sejak kecil. Oleh karena itu,
matematika adalah sebuah mata pelajaran yang dibebankan pada pendidikan di
tingkat sekolah dasar. Hal ini bertujuan agar siswa dapat sejak kecil telah
menguasai matematika dengan baik. Matematika juga diajarkan hingga ke
jenjang pendidikan perguruan tinggi.
Matematika di SD sebaiknya diajarkan dengan cara yang menarik
sehingga anak anak terdorong mempelajari matematika dengan perasaan
senang. Dalam hal ini peran guru sangat penting untuk menciptakan kegiatan
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain guru sebagai
sehingga siswa dapat belajar dan memperoleh hasil yang optimal (Isnandar,
2011:2).
Pada kenyataannya pembelajaran matematika di SD masih dilakukan
dengan metode konvensional. Metode ini ditandai guru sering menulis di papan
dan menyuruh siswa untuk mencatat. Kegiatan pembelajaran dengan metode
ceramah yang dilakukan secara terus menerus menjadikan peserta didik hanya
menghafal apa yang sudah diperolehnya. Peserta didik hanya sebagai obyek
yang dituangi materi dan materi sehingga mereka akan menjadi bosan dan
tidak tertarik dengan matematika. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap
prestasi belajar peserta didik.
Siswa di sekolah dasar dibebani berbagai kompetensi yang wajib
dicapai. Siswa kelas III SD diharapkan sudah mampu mengidentifikasi bangun
datar. Hal ini dijelaskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
untuk kelas III SD sebagai berikut:
Tabel 1.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pelajaran Matematika
kelas III SD semester 2.
4. Memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana
Kompetensi diatas merupakan beban belajar yang wajib dicapai siswa.
Guru selanjutnya diharapkan mampu memfasilitasi siswa agar mampu
menyelesaikan kompetensi diatas. Keadaan ini tentu membuat banyak guru
hanya fokus terhadap hasil belajar matematika siswa, bukan pada prosesnya.
Guru enggan melaksanakan pembelajaran dengan alat peraga maupun metode
yang lebih menyenangkan atau membantu siswa menemukan proses
belajarnya.
Seperti yang terjadi di kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta,
guru kelas mengungkapkan bahwa menurut pengamatannya siswa tampak
bosan dan tidak tertarik dengan pelajaran matematika. Siswa bosan dengan
rumus-rumus yang ada. Tentu saja hasil yang diperoleh tidak maksimal.
Misal, pada materi menghitung luas persegi dan persegi panjang hasil yang
diperoleh hanya 68,3. Hasil tersebut masih dibawah KKM sekolah ini, yaitu
70,00. Metode pembelajaran dan alat peraga adalah beberapa cara untuk
meningkatkan ketertarikan dan minat belajar siswa. Selanjutnya, peneliti
bermaksud meningkatkan ketertarikan belajar matematika siswa menggunakan
alat peraga satuan, sehingga diharapkan prestasi belajar matematika siswapun
ikut meningkat. Peneliti akan melaksanakan penelitian dengan judul
“Peningkatan Prestasi Belajar Mengukur Luas Daerah Persegi dan Persegi
Panjang Dengan Alat Peraga Persegi Satuan Pada Siswa Kelas III SD
B.Identifikasi Masalah
Pembelajaran matematika di SD masih dilakukan dengan metode
tradisional. Guru sering menulis di papan dan menyuruh siswa untuk mencatat.
Pembelajaran dengan metode ceramah dewasa ini sudah tidak menarik lagi
bagi siswa. Tidak berbeda dengan keadaan diatas, pembelajaran matematika di
SD Kanisius Sengkan juga masih menggunakan metode pembelajaran
tradisional. Hal ini tentu membuat pembelajaran membosankan dan tidak
menarik bagi siswa. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud meningkatkan
prestasi belajar mengukur luas persegi dan persegi panjang siswa kelas III SD
Kanisius Sengkan menggunakan alat persegi satuan.
C.Pembatasan Masalah
Pada pembelajaran matematika siswa kelas III SD, berbagai kompetensi
dibebankan kepada siswa untuk dikuasi. Penelitian ini hanya akan
meningkatkan salah satu kompetensi saja, dengan pertimbangan agar lebih
fokus. Penelitian hanya mengacu pada satu kompetensi saja, yaitu
meningkatkan kompetensi menghitung luas persegi dan persegi panjang pada
siswa kelas III SD.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasannya, masalah yang
1. Bagaimana menggunakan alat peraga persegi satuan untuk meningkatkan
prestasi belajar materi luas daerah persegi panjang siswa kelas III SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun pelajaran 2012/2013?
2. Seberapa tinggi peningkatan prestasi siswa setelah belajar luas daerah
persegi panjang dengan menggunakan persegi satuan?
E.Batasan Istilah
Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini,
penulis membuat batasan terhadap beberapa istilah tersebut sebagai berikut:
1. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari aktivitasnya
berinteraksi dengan lingkungannya untuk menghasilkan perubahan dalam
hidupnya.
2. Persegi panjang adalah segi empat yang sisi berhadapannya sama panjang
dan setiap sudutnya siku skiu.
3. Persegi adalah persegi panjang yang panjang sisinya sama.
4. Sifat-sifat persegi dan persegi panjang yang akan dipelajari siswa pada
penelitian ini adalah:
- Sisi-sisi yang berhadapan pada persegi dan persegi panjang sama panjang
dan sejajar.
- Salah satu sudut pada persegi dan persegi panjang adalah sudut siku-siku.
- Panjang diagonal sama panjang.
5. Alat peraga matematika menurut Djoko Iswadji adalah seperangkat benda
konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun, atau disusun secara sengaja yang
konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang ada dalam matematika (dalam
Pujiati, 2004:3)
6. Alat peraga persegi satuan adalah cetakan papan tulis berbentuk persegi dan
terbuat dari kertas karton yang digunakan untuk menghitung luas persegi
panjang.
7. Luas daerah persegi dan persegi panjang adalah banyaknya persegi satuan
yang tepat menutupi daerah persegi atau persegi panjang tersebut.
Dengan demikian yang dimaksud dengan peningkatan prestasi belajar
mengukur luas dan persegi panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan
menggunakan persegi satuan adalah sebuah penelitian yang bertujuan
meningkatkan kemampuan siswa menghitung luas bangun persegi dan persegi
panjang menggunakan cetakan papan tulis berbentuk persegi dan terbuat dari
kertas karton di SD Kanisius Sengkan.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses menggunakan alat peraga persegi
satuan untuk meningkatkan prestasi belajar materi luas persegi panjang
siswa kelas III SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui berapa peningkatan prestasi belajar siswa setelah
belajar materi luas persegi panjang dengan menggunakan alat peraga
G.Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti untuk
menggunakan alat peraga persegi satuan dalam membelajarkan materi luas
persegi panjang.
2. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah
khususnya dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi Siswa
Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika khususnya materi luas persegi panjang.
H.Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan tentang informasi umum yaitu mengenai
latar belakang penelitian, Idenfikasi masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematika penelitian
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tinjauan pustaka mengenai prestasi belajar, baik
pengertian belajar, pengertian prestasi belajar maupun indikator prestasi
sendiri. Bab ini ini juga akan menjelaskan alat peraga, baik macam-macam
beberapa hal diatas, bab ini juga akan menguraikan mengenai kerangka
berpikir dan hipotesis tindakan dari penelitian ini.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini kan menjelaskan metode penelitian yang didalam terdapat
subjek dan tempat penelitian, rencana tindakan penelitian, pengumpulan
data dan instrumen penelitian serta analisis data.
4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan hasil penelitian, baik
deskripsi pelaksanaan penelitian maupun deskripsi hasil yang diperoleh
dalam penelitian. Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan peningkatan
prestasi belajar yang diperoleh siswa setiap siklusnya.
5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan gabungan dua kata yang memiliki arti lebih
luas dari penggabungan pengertian dua kata tersebut. Prestasi belajar telah
memiliki pengertian yang berdiri sendiri. Berikut ini akan diuraikan
pengertian belajar dan pengertian prestasi belajar itu sendiri.
1. Belajar
Edward L. Walker dari Universitas Michigan mengatakan,
belajar merupakan perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman
(Walker, 1967). Menurut W. Wundt (dalam Soejanto, 1979) belajar
adalah proses berinteraksi untuk mendapatkan pengubahan dalam
kehidupan. Harold Spears (dalam Siregar, 2010) mengemukakan belajar
dengan lebih detail.
learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mau mencoba sesuatu sendiri, mendengar dan mengikuti arahan)
Belajar adalah proses kompleks yang terjadi pada semua orang
dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam
kandungan) hingga liang lahat (Siregar dkk., 2010). Menurut Syah
(dalam Aryani, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metodeyang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.
2. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb) (KBBI,
2008). Oemar Hamalik mengemukakan prestasi adalah hasil interaksi
antara beberapa faktor yang mempengaruhi baik dari dalam individu
maupun dari luar individu yang bersangkutan. Winkel menyimpulkan
bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai
oleh seseorang (Winkel, 1996). Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa
dari aktivitasnya berinteraksi dengan lingkungannya untuk menghasilkan
perubahan dalam hidupnya.
B. Alat Peraga
Pada sub bab ini akan diuraikan tentang pengertian alat peraga, jenis-jenis
1. Pengertian alat peraga
Alat peraga adalah bagian dari media pembelajaran. Kata media
berasal dari bahasa latin “Medòë’ yang berarti perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan” (Sardiman 1986:6). Gagne
(dalam Sadiman dkk.,1986:6) mengatakan media pendidikan adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar.
Faizal mendefinisikan alat peraga pendidikan sebagai instrumen
audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses
pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat siswa
dalam mendalami suatu materi (Faizal, 2010). Wijaya dan Rusyan
menyatakan bahwa yang dimaksud alat peraga pendidikan adalah media
pendidikan yang berperan sebagai perangsang belajar dan dapat
menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan
dalam meraih tujuan-tujuan belajar (Wijaya dan Rusyan, 1994).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa alat peraga
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga
dapat mendorong proses belajar pada diri siswa.
Sastradiradja (1971) mengatakan bahwa alasan penggunaan alat-alat
peraga pendidikan dalam mengajar adalah sebagai berikut:
a. Membantu murid belajar lebih banyak
b. Membantu siswa memngingat lebih lama
d. Menjadikan belajar yang lebih konkrit
e. Membawa dunia kedalam kelas
f. Memberikan pendekatan-pendekatan bayangan yang
bermacam-macam dari satu subjek yang sama
Untuk menggunakan alat peraga pembelajaran (Musiyam, 2011:50),
hendaknya memperhatikan persyaratan dalam penggunaan alat peraga
sebagai berikut:
a. Tahan lama
b. Bentuk dan warna menarik
c. Dapat menyajikan dan memperjelas konsep
d. Ukuran sesuai dengan kondisi fisik siswa
e. Fleksibel
f. Tidak membahayakan siswa
g. Mudah disimpan saat tidak digunakan
2. Macam-macam alat peraga
Berdasarkan karakteristik bentuknya, alat peraga dibagi menjadi
alat peraga tanpa proyeksi, alat peraga tiga dimensi, dan alat peraga yang
diproyeksikan. Pada sub bab ini, penulis akan lebih menguraikan alat
perga tanpa proyeksi, sedangkan alat peraga tiga dimensi dan alat peraga
yang diproyeksikan hanya akan dibahas secara sekilas.
2.1. Alat peraga tanpa proyeksi
Sejalan dengan perkembangan teknologi, pendidikan di
negara-negara yang telah maju menggunakan gambar-gambar, film, radio
pemerataan teknologi belum begitu merata, sehingga alat-alat
peraga tanpa proyeksi lebih efektif untuk pendidikan di daerah
tertentu. Keuntungan dari alat-alat peraga tanpa proyeksi adalah
mudah dalam pembuatannya. Alat peraga tanpa proyeksi atau yang
lebih kita kenal dengan alat peraga dua dimensi tidak kalah efektif
dibanding alat-alat peraga modern. Berikut ini akan diuraikan
ala-alat peraga yang tergolong tanpa proyeksi.
a. Papan tulis
Papan tulis adalah papan dengan warna hitam/kontras yang
digunakan untuk menulis atau menggambar dengan
menggunakan kapur tulis. Media ini adalah media paling
konvensional dalam sebuah pembelajaran, khususnya informasi
yang berbentuk tulisan. Dalam pemakaian alat peraga ini, guru
harus menyesuaikan dengan kebutuhan pokok bahasan juga.
Bagi guru yang tidak mempunyai keahlian tersebut, ada
berbagai alat seperti stensil papan tulis, pantograf, peta dan
cetakan papan yang dapat digunakan untuk menjelaskan pokok
bahasan tertentu ke dalam sebuah papan tulis. Untuk
menggambar sebuah bangun datar misalnya, pembuatan gambar
bangun datar dapat menggunakan cetakan papan.
b. Papan tempel dan papan flannel
Disamping papan tulis, ada juga alat peraga yang berbentuk
papan yang digunakan untuk memperagakan pokok bahasan
tergantung pada kebutuhan informasi yang akan ditempel dan
cara kerja papan. Jenis papan tempel yang lazim digunakan
untuk alat peraga adalah papan pengumuman, papan visual,
papan demonstrasi, papan listrik, papan magnet, papan pameran
dan papan bergerak.
Papan flannel juga termasuk salah satu dari papan tempel.
Hal yang membedakan dari papan flannel dengan papan tempel
lainnya adalah pada bahan pembuatnya. Informasi yang ingin
disampaikan dibuat dari bahan flannel. Pada bagian papannya
terbuat dari bahan berperekat khusus flannel atau sering disebut
dengan ambril papan. Selanjutnya, informasi yang terbuat dari
flannel tersebut dapat ditempelkan pada pada papan tersebut.
Gambar 2.1 Papan Flanel
c. Bagan
Sadiman (1986:35) menyatakan bagan/chart memiliki
bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual.
Bagan/chart membantu siswa mengerti tentang sebuah urutan
atau hirarki. Jenis-jenis bagan/chart dibedakan menjadi bahan
pohon (tree chart), bagan Arus (flow chart), bagan garis waktu
(time line chart).
d. Diagram
Untuk menerangkan sesuatu hendaknya guru
memperlihatkan benda yang sebenarnya. Akan tetapi
keterbatasan ruang ruang, keterbatasan biaya dan keterbatasan
lainnya membuat guru harus menggunakakan cara lain. Untuk
menerangkan sistem listrik atau sistem kerja mesin uap tentu
guru tidak menghadirkannya ke dalam kelas, maka guru
memerlukan sebuah alat peraga yaitu diagram.
e. Grafik
Sadiman (1986:40) mengatakan grafik adalah gambar
sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar.
Media ini berfungsi untuk menggambarkan data kuantitatif
secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan
suatu objek atau atau peristiwa yang saling berhubungan secara
singkat dan jelas. Grafik dibagi menjadi grafik lingkaran, grafik
4 5 0 90
Gambar 2.2 Grafik lingkaran, grafik batang dan grafik garis
f. Poster
Poster adalah gambar besar yang memberi tekanan pada
satu atau dua ide pokok yang dirancang kuat dengan warna dan
pesan untuk menangkap perhatian orang yang sedang melintas
di jalan agar ia berhenti dan mengamati dan kemudian ia dapat
menangkap gagasan yang berarti di dalam ingatannya. “Poster
tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu,
tetapi dia mampu pula mempengaruhi dan memotivasi tingkah
laku orang yang melihatnya.
g. Gambar
Media gambar erat hubungannya dengan indera
penglihatan. Gambar adalah “tiruan” dari aslinya yang
dituang/direkam dalam media dua dimensi. Gambar kartoon,
gambar komik, gambar seri dan gambar mati adalah jenis-jenis
gambar.
Gambar 2.4 Gambar
i. Peta dasar
Peta adalah gambar permukaan bumi secara langsung
ataupun tidak langsung mengungkapkan banyak informasi
(lokasi, luas, bentuk, persebaran penduduk, dataran, perairan,
iklim, sumber daya alam, sumber ekonomi, dan lain
sebagainya). Peta terbentuk dari kombinasi yang abstrak dari
titik-titik, garis-garis, simbol-simbol, bidang-bidang dan
Gambar 2.5 Peta Dasar
2.2. Alat peraga tiga dimensi
Alat peraga tiga dimensi adalah alat peraga yang
mempunyai bentuk sama atau hampir sama dengan benda-benda
sebenarnya. Alat peraga ini disebut alat peraga tiga dimensi
karena mempunyai ukuran tinggi, lebar dan panjang. Beberapa
alat peraga tiga dimensi yang biasa digunakan di
sekolah-sekolah dengan bahan-bahan yang ada di sekitar kita adalah
model, benda asli (object), contoh (specimen), mock-up (alat
tiruan), diorama, peta timbul, boneka, topeng, ritatoon, rotatoon,
standar lembar balik, T.T. unit, globe.
2.3. Alat peraga yang diproyeksikan
Alat peraga yang diproyeksikan merupakan alat peraga
yang telah menggunakan alat-alat teknologi. Karakteristik dari
alat peraga ini adalah terdiri dari dua alat. Alat-alat tersebut
memproyeksikan atau yang lebih kita kenal dengan proyektor.
Alat peraga yang diproyeksikan diantaranya adalah filmstrip,
slides, proyektor opaque dan proyektor everhead.
Gambar 2.6 proyektor filmstrip, proyektor opaque, proyektor
overhead
3. Alat peraga persegi satuan
Gambar 2.7 Alat peraga persegi satuan (dalam cm)
a. Fungsi Alat Peraga :
Menghitung luas daerah persegi dan persegi panjang.
b. Alat dan bahan:
Alat yang diperlukan adalah pisau, gunting, penggaris, pensil
dan pena. Selanjutnya, persiapkan bahan-bahan yang terdiri dari
c. Prinsip dan cara kerja alat ini
Prinsip kerja alat ini adalah untuk menentukan rumus luas
bangun datar persegi dan persegi panjang. Langkah pertama adalah
mempersiapkan alat peraga persegi satuan dengan bentuk seperti pada
gambar 2.1. Ukuran dari persegi satuan bermacam-macam, tetapi
biasanya selalu mewakili ukuran satuan baku misalnya 1 , 1 .
Ada dua prinsip kerja dari persegi satuan. Prinsip pertama dari alat
peraga ini adalah untuk menghitung luas sebuah bangun datar. Berikut
ini contoh penggunaan persegi satuan untuk menghitung luas sebuah
bangun persegi panjang.
Gambar 2.8 Penggunaan Persegi Satuan
Berdasarkan contoh penggunaan persegi satuan diatas, maka
60 persegi satuan yang menutupi luas bangun A. Maka dapat
disimpulkan bahwa luas bangun A adalah 60 .
Prinsip kedua dari alat peraga ini berfungsi membangun
konsep berfikir siswa mengenai rumus menghitung luas persegi dan
persegi panjang. Berikut ini contoh penggunaan alat peraga persegi
satuan untuk membuktikan rumus luas persegi maupun persegi
panjang.
Gambar 2.9 Contoh Penggunaan
Panjang : 9 satuan
lebar : 6 satuan
Luas Bangun A adalah : panjang x lebar
: 9 x 6
: 54 satuan
Kegiatan diatas menunjukkan bahwa luas bangun A jika
persegi satuan yang menutupi luas bangun hasilnya adalah sama. Hal
ini tentu menguatkan pengetahuan siswa tentang rumus persegi maupn
persegi panjang.
d. Cara membuat
Gambar 2.10 Alat dan Bahan
1) Persiapkan alat–alat dan bahan–bahan seperti yang telah pada gambar di atas
2) Ambillah selembar karton bekas.
3) Ambilah sebuah penggaris, dan buatlah sebanyak mungkin persegi
yang dapat dibuat diatas karton bekas tersebut, dengan ukuran
panjang 1cm dan lebar 1cm
4) Potonglah persegi-persegi tersebut.
6) Setelah selesai memotong persegi-persegi tersebut, ambilah kuas
dan cat. Warnai persegi-persegi tersebut agar berwarna lebih
menarik.
C. Persegi dan Persegi Panjang
Persegi dan persegi panjang adalah dua dari beberapa bangun datar.
Berikut ini adalah penjabaran mengenai pengertian persegi dan persegi
panjang.
1. Persegi
Persegi adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan
salah satu sudutnya adalah siku-siku.
Sifat-sifat persegi:
a. Sisi-sisi yang berhadapan selalu sama panjang dan sejajar
b. Kedua diagonalnya sama panjang dan saling membagi dua sama
panjang.
c. Setiap sudutnya dari persegi merupakan sudut siku-siku
d. Setiap diagonalnya berpotongan tegak lurus
Gambar 2.12 Bangun Datar Persegi Diagonal
2. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segi empat yang sisi berhadapannya sama
panjang dan setiap sudutnya adalah siku-siku
Berikut ini adalah sifat-sifat dari persegi panjang:
1) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
Gambar 2.13 Sisi dari Persegi Panjang
Dari gambar 2.10, sisi AB sama panjang dengan sisi DC,
sedangkan sisi AD sama panjang dengan sisi BC
2) Semua sudutnya adalah siku-siku
Gambar 2.14 Sudut dari Persegi Panjang
A
C
3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
4) Jumlah besar sudut-sudut yang berhadapan adalah 180 derajat
5) Diagonal-diagonal dalam persegi panajng membagi dua sama panjang
AD = CB
Gambar 2.15 diagonal dari persegi panjang
Dari gambar 2.15, diagonal AD sama panjang dengan sisi CB.
3. Luas persegi dan persegi panjang
Gambar 2.16 Luas Daerah dari Persegi
A
C
B D
A B
C
Luas persegi panjang adalah banyaknya satuan persegi yang tepat
menutupi daerah persegi panjang tersebut. Persegi memiliki panjang sisi
yang sama di gambar 2.16 .
Gambar 2.17 luas daerah dari persegi panjang
Luas persegi panjang adalah banyaknya satuan persegi yang tepat
menutupi daerah persegi panjang tersebut. Persegi panjang memiliki
panjang dan lebar, seperti yang tampak pada gambar 2.13 diatas. GH dan
IJ adalah sisi panjang. GI dan JH adalah sisi lebar. Sisi panjang dan lebar suatu persegi panjang selalu berpotongan tegak lurus.
D. Kerangka Berfikir
J. Piaget (dalam Ruseffendi, 1982) mengatakan anak umur 7 atau 8
sampai 11 atau 12 tahun berada pada periode konkrit. Pada periode tersebut,
anak mengerjakan pekerjaan-pekerjaan logis yang dapat dilakukan dengan
bantuan benda-benda konkrit. Dari penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan
I
H
bahwa siswa kelas III SD juga berada pada tahap periode konkrit. Siswa
membutuhkan hal-hal yang nyata dan dekat dengan kehidupan mereka.
Berdasarkan hasil prestasi belajar matematika di SD kanisius Sengkan
yang masih dibawah KKM, yaitu 70,00 peneliti perlu melakukan sebuah
tindakan untuk meningkatkan prestasi tersebut. Selanjutnya, atas dasar
pernyatan J. Piaget diatas, maka peneliti mempertimbangkan untuk
menggunakan alat peraga untuk membantu siswa berfikir konkrit dalam
memahami baik persegi panjang, maupun luas daerah persegi panjang. Alat
peraga yang dipilih peneliti adalah alat peraga persegi satuan.
Persegi satuan merupakan benda konkrit yang diharapkan dapat
merangsang ketertarikan siswa belajar mengenai luas persegi dan persegi
panjang. Persegi satuan juga diharapkan juga dapat pemahaman kepada siswa
bahwa ada hubungan antara persegi panjang dan persegi. Mengapa kedua
bangun datar ini memiliki bentuk hampir sama? Mengapa keduanya juga
memiliki sifat yang hampir sama? Dengan menggunakan pelaksanaan
pembelajaran menggunakan alat peraga persegi satuan, siswa diharapkan
mampu memahami yang dimaksud dengan luas daerah. Meningkatnya
ketertarikan siswa serta pemahaman siswa mengenai luas daerah persegi dan
persegi panjang siswa, diharapkan prestasi belajar siswa di akhir penelitian
meningkat.
E. Hipotesis Tindakan
Dari penjelasan dan segala hasil pemikiran yang diperoleh dari
“Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga persegi satuan dapat
meningkatkan prestasi belajar materi luas daerah persegi dan persegi panjang
siswa kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, sedangkan model
penelitian ini menggunakan model Khemis dan Taggart, yaitu sebagai berikut:
Siklus 1 Siklus 2
Gambar 3.1. Model Penelitian Khemis dan Taggart
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama
dilaksanakan dalam 2 pertemuan dan siklus kedua dilaksanakan dalam 1
pertemuan, setiap pertemuan 2 JP , alokasi waktu setiap 1 JP adalah 35
menit.
B. Subjek dan Tempat Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta semester genap Tahun Ajaran 2012/2013.
Siswa kelas III terdiri dari 33 siswa dengan jumlah 19 orang laki-laki dan 14
orang wanita. Tempat penelitian adalah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta
yang beralamat di jalan Kaliurang km 7, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan
pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 dengan objek penelitian adalah
pelajaran Matematika kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
C. Rencana Tindakan 1. Persiapan
a. Meminta izin penelitian kepada kepala sekolah SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta
b. Identifikasi masalah
c. Analisis masalah
d. Perumusan masalah
e. Perumusan hipotesis
f. Penyusunan rencana penelitian dalam siklus-siklus
g. Penyusunan silabus, RPP, LKS dan instrumen penelitian
h. Mempersiapkan persegi satuan
2. Rencana Tindakan Setiap Siklus
Penelitian yang diterapkan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan
Kelas.Pada pelaksanaannya penelitian ini dibagi dalam
siklus-siklus.Setelah dilakukan observasi awal, berikut ini tindakan-tindakan
penelitian yang dirangkum dalam siklus-siklus:
Siklus 1
Pertemuan pertama:
1) Pembelajaran dimulai dengan doa, salam, apersepsi dan motivasi
siswa
2) Mengulas pengetahuan dan pengalaman siswa menghitung luas
persegi dan persegi panjang
3) Siswa dibagi di dalam kelompok, setiap kelompok 3 orang siswa.
4) Setiap kelompok mendapatkan bahan untuk membuat persegi
satuan yang telah dipersiapkan oleh guru kelas. Bahan tersebut
dilampirkan dalam LKS
5) Setiap siswa mempersiapkan alat berupa penggaris dan gunting
yang telah diberitahukan pada pertemuan sebelumnya
6) Siswa dibantu guru membuat persegi satuan menggunakan bahan
yang dilampirkan dalam LKS
7) Siswa bekerja dalam kelompok yang dipandu Lembar Kerja Siswa
Pertemuan kedua:
1) Pembelajaran dimulai dengan doa, salam, apersepsi dan motivasi
siswa
2) Mengulas pengetahuan dan pengalaman siswa tentang prinsip luas
daerah persegi dan persegi panjang
3) Siswa dibagi dalam kelompok yang sama pada pertemuan
sebelumnya
4) Setiap kelompok mendapat Lembar Kegiatan Siswa
5) Siswa bersama kelompok memainkan permainan menghitung luas
kelompoknya. Permainan yang dimaksud adalah menghitung luas
peralatan yang dimiliki siswa, misanya adalah luas kotak makan
atau luas kotak pensil
6) Siswa bersama menyelesaikan game sesuai petunjuk dalam Lembar
Kegiatan Siswa
7) Siswa mengumpulkan hasil menghitung luas daerah persegi dan
persegi panjang menggunakan alat peraga satuan persegi.
8) Siswa bersama-sama dengan guru menghitung luas-luas daerah
persegi dan persegi panjang
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah melakukan pembelajaran sesuai
rencana tindakan.
c. Observasi
1) Mencatat temuan-temuan yang ada di dalam pembelajaran
2) Analisis dari hasil yang diperoleh siswa
d. Refleksi
1) Mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan kejadian-kejadian
khusus
2) Mendiskusikan hasil menghitung luas daerah persegi dan persegi
panjang siswa dengan guru kelas
3) Merancang dan memodifikasi siklus berikutnya
Siklus 2
a. Rencana Tindakan
2) Guru bersama siswa melakukan apersepsi dengan mengingat
kembali pengetahuan awal mengenai luas persegi panjang
3) Pembelajaran dimulai dengan doa, salam, apersepsi dan motivasi
siswa
4) Mengulas pengetahuan dan pengalaman siswa tentang prinsip luas
daerah persegi dan persegi panjang
5) Siswa dibagi dalam kelompok yang sama pada pertemuan
sebelumnya
6) Setiap kelompok mendapat Lembar Kegiatan Siswa
7) Siswa bersama kelompok memainkan permainan menghitung luas
beberapa daerah persegi dan persegi panjang sesuai urutan
kelompoknya.
8) Siswa bersama menyelesaikan game sesuai petunjuk dalam Lembar
Kegiatan Siswa
9) Siswa mengumpulkan hasil menghitung luas daerah persegi dan
persegi panjang menggunakan alat peraga satuan persegi.
10)Siswa bersama-sama dengan guru menghitung luas-luas daerah
persegi dan persegi panjang
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah melakukan pembelajaran sesuai
rencana tindakan yang ada atau merealisasikan rencana tindakan
c. Observasi
a. Mencatat temuan-temuan yang ada di dalam pembelajaran
d. Refleksi
Refleksi pada siklus ini lebih mengacu pada hasil evaluasi tindakan II.
D. Pengumpulan Data dan Instrumen
Tabel 3.1 Pengumpulan data dan Instrumen
Peubah Indikator Data Instrumen
Kemampuan
Kemampuan menghitung luas daerah persegi dan persegi panjangsiswa
adalah hal yang diteliti dalam penelitian, sedangkan nilai rata-rata menghitung
luas daerah persegi dan persegi panjang siswa menjadi indikator
penelitian.Jika nilai rata-rata menghitung luas daerah persegi dan persegi
panjang siswa meningkat, maka kemampuan menghitung luas daerah persegi
dan persegi panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan juga dianggap
meningkat.
Data hasil dari penelitian ini berjenis data kuantitatif atau berupa skor,
yang selanjutnya diubah menjadi nilai. Pengumpulan data diambil dari produk
yang berupa lembar kerja siswa, dan teknik pengumpulannya adalah sebagai
1. Kondisi Awal
Keadaan awal rata-rata kelas dengan materi menghitung luas
daerah persegi dan persegi panjang menggunakan teknik dokumentasi,
yaitu sebuah teknik yang mengambil data dari dokumentasi lembar
evaluasi kelas III tahun ajaran 2012/2013. Data tersebut merupakan hasil
pekerjaan siswa kelas III pada tahun sebelumnya yang sekarang naik ke
kelas IV. Hasil pekerjaan siswa tersebut merupakan evaluasi pelajaran
dengan materi yang sama, yaitu menghitung luas daerah persegi dan
persegi panjang. Selain itu, dari data tersebut peneliti dapat menghitung
presentase jumlah siswa yang telah mencapai KKM dan yang belum
mencapai KKM. KKM mata pelajaran matematika kelas III SD Kanisius
Sengkan adalah 70,00.
2. Kondisi Akhir
Kemampuan menghitung luas daerah persegi dan persegi
panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan diperoleh dari hasil evaluasi
yang berupa tes di siklus II. Tes tersebut menghitung luas daerah persegi
dan persegi panjang dibantu dengan sebuah alat peraga, yaitu persegi
satuan. Validitas tes menghitung luas daerah persegi dan persegi panjang
ini menggunakan Validitas Muka. Validitas jenis ini menyatakan suatu
instrumen tes valid apabila telah disetujui oleh para ahli (Nazir, 2006:149).
Dalam penelitian ini, kedalaman menguasai materi persegi panjang
meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa dan
pengetahuan, pemahaman dan penerapan saja. Berikut ini adalah deskripsi
aspek-aspek yang diambil dalam penelitian ini.
Indikator
memahami luas persegi
panjang
4 10 Pemahaman
- Menggunakan sifat-sifat
persegi panjang untuk
menyelesaikan masalah
3 10 Penerapan
Tabel 3.2 Kisi-kisi evaluasi belajar siswa pada materi luas persegi
panjang
Dalam mengambil skor, peneliti mengacu pada tabel descriptor yang
dapat dilihat di bawah ini:
Kriteria Penilaian Skor
Jika pertanyaan tidak dijawab 0
Jika dari jawaban salah dan tidak ada kaitannya dengan soal 1
Jika dari jawaban salah tetapi masih ada kaitannya dengan soal 2
Jika jawaban siswa benar tetapi tidak sempurna 8
Jika jawaban siswa sempurna 10
Tabel 3.3 Skala skoring setiap soal evaluasi
Untuk memperjelas scoring dari soal evaluasi, peneliti mencantumkan
salah soal dari evaluasi pembelajaran.
Soal nomor 4:
Hitunglah luas karpet di bawah ini menggunakan persegi satuan
Gambar 3.2 Karpet
Panjang : ……
Jadi, luas persegi panjang : panjang x lebar
: ……… x…..
: ……
Pada salah satu contoh soal diatas, siswa juga di tuntun untuk
mengerjakan secara urut. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memahami
langkah menghitung luas daerah tersebut satu persatu, dan diharapkan dapat
membekas. Selanjutnya, berikut ini deskripsi untuk membantu skoring dan
penilaian soal evaluasi.
Skor 0 : jika siswa sama sekali tidak mengerjakan soal tersebut.
Skor 1 : jika siswa mengisi titik diatas tetapi jawabannya tidak tepat
Skor 2 : jika siswa mengisi salah satu titik-titik dari soal diatas
Skor 5 : jika siswa hanya mengisi panjang dan lebar dari soal diatas
Skor 8 : jika siswa salah satu titik-titik salah atau tidak diisi atau tidak
lengkap dalam penggunaan satuan baku.
Skor 10 : jika siswa menjawab semua titik-titik dari soal dengan sempurna
Dalam penilaian dengan menggunakan skala 1-10, prestasi siwa
diklasifikasikan dalam 3 kelompok (winkel 1986:316), yaitu:
1. Prestasi siswa “baik”, jika nilai siswa lebih besar atau sama dengan 8 atau (nilai > 8)
3. Prestasi siswa kurang”, jika nilai siswa kurang dari 6 atau (nilai, 6) maka siswa tersebut mempunyai prestasi belajar rendah.
E. Analisis Data
Setelah dilakukan tindakan, kemampuan menghitung luas persegi dan
persegi panjang siswa diharapkan mengalami peningkatan. Peningkatan
kemampuan siswa dari kondisi awal hingga siklus 2 digambarkan dengan
Setelah dilakukan tindakan yang dibagi dalam 2 siklus, data hasil evaluasi
dilakukan untuk menghitung signifikansi peningkatan kemampuan
menghitung luas persegi panjang siswa menggunakan persegi satuan.Berikut
ini adalah langkah-langkah analisis data prestasi mengukur luas daerah persegi
panjang.
1. Penghitungan skor menghitung luas daerah persegi dan persegi panjang
siswa (scoring)
Jumlah skor evaluasi ang diperoleh siswa diambil berdasarkan
rubrik skor yang telah dibuat sebelumnya.
2. Penilaian
Pada tahap penilaian, jumlah skor yang diperoleh siswa diubah
menjadi nilai. Langkah merubah jumlah skor menghitung luas daerah
persegi dan persegi panjang siswa menjadi nilai menggunakan rumus
sebagai berikut:
Nilai = total skor : 10
Keterangan:
Nilai : Menunjukkan nilai yang diperoleh setiap siswa.
Total skor : Jumlah skor evaluasi menghitung luas daerah persegi
dan
persegi panjang yang diperoleh setiap siswa
3. Menghitung nilai rata-rata (mean) kelas
Sengkan, dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
∑X (jumlah nilai seluruh siswa)
Jumlah siswa
4. Uji perbedaan rata-rata prestasi siswa sebelum dan sesudah perlakuan
(mean)
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan
(meyakinkan) atau tidak pada rata-rata prestasi siswa sebelum dan sesudah
perlakuan, maka diperlukan pengujian hipotesis secara statistik dengan
menggunakan uji t. Uji tdikembangkan oleh ahli statistik dari Irlandia
yang bernama William Seely Gosset. Tahap-tahap untuk menguji hipotesis
perbedaan rata-rata prestasi siswa sebelum dan sesudah perlakuan adalah
sebagai berikut:
a) Menghitung dan .
b) Mencari standar deviasi dari distance dengan menggunakan rumus
berikut:
Keterangan:
SD = Standar Deviasi
D = Distance (selisih dari x dan y)
x = adalah nilai pada kondisi awal
y = adalah nilai pada siklus II
d) Menentukan taraf signifikansinya.
Dalam penelitian ini taraf signifikansi(α) yang dipergunakan adalah=
0,01
e) Tentukan kriteria pengujian yaitu
to> tt, maka terjadi peningkatan pada derajat kebebasan = n – 1, di
mana n
menyatakan banyak sampel.
to ≤ tt, maka penelitian tidak terjadi peningkatan pada derajat
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian didapat dari proses penelitian yang sudah dilakukan dalam
dua siklus. Berikut ini uraian pelaksanaan penelitian setiap siklus dan hasil
penelitian yang diperoleh.
1. Deskripsi pelaksanaan penelitian
a. Perencanaan
Pada bagian perencanaan penelitian ini, peneliti mempersiapkan
teknis peneliti.Adapun teknis penelitian ini adalah diawali dengan
meminta izin kepada kepala sekolah SD Kanisius Sengkan. Teknis
penelitian selanjutnya adalah membuat silabus, RPP dan instrumen
penelitian. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan alat peraga persegi
satuan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 2 minggu dan
terbagi dalam 2 siklus.Siklus I terdiri dari dua pertemuan dan
dilaksanakan pada tanggal 6 dan 7 mei 2013. Siklus II hanya terdiri satu
pertemuan dan dilaksanakan pada tanggal 9 mei 2013. Dari segi waktu
dan isi penelitian, pelaksanaan penelitian telah sesuai dengan apa yang
seluruh siswa kelas III SD Kanisius Sengkan dengan jumlah siswa 33
orang. Berikut ini rangkaian pelaksanaan kegiatan siklus I dan siklus II
Siklus 1
1) KegiatanAwal
Salam pembukaan dan doa menjadi kegiatan rutin dan setiap
kelas di SD Kanisius Sengkan. Setelah presensi, guru memberikan
apersepsi berupa pertanyaan-pertanyaan untuk dengan menggali
pengetahuan awal siswa tentang bangun datar. Siswa bersama guru
mengulang kembali pengetahuannya tentang sifat-sifat persegi dan
persegipanjang dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan.
2) KegiatanInti
Pertemuan I
a) Siswa dibagi di dalam kelompok, yang terdiri dari tiga siswa.
b) Setiap kelompok mendapatkan bahan untuk membuat persegi
satu yang telah dipersiapkan oleh guru kelas. Bahan tersebut
dilampirkan dalam LKS
c) Setiap kelompok mempersiapkan alat berupa penggaris dan
gunting yang telah diberitahukan pada pertemuan sebelumnya
d) Siswa dibantu guru membuat persegi satuan menggunakan
bahan yang dilampirkan dala LKS
e) Siswa bersama kelompok memainkan permainan menghitung
luas beberapa daerah persegi dan persegi panjang sesuai urutan
luas peralatan yang dimiliki siswa, misanya adalah luas kotak
makan atau luas kotak pensil
f) Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang luas daerah
persegi panjangpannjang menggunakan alat peraga satuan
persegi. Luas persegi panjang adalah luas seluruh permukaan
bangun yang dibatasi sisi-sisinya.
g) Siswa bersama-sama dengan guru berlatih menghitung luas-luas
daerah persegi dan persegi panjang.
Pertemuan II
a) Mengulas pengetahuan dan pengalaman siswa tentang prinsip
luas daerah persegi dan persegi panjang
b) Siswa dibagi dalam kelompok yang sama pada pertemuan
sebelumnya
c) Setiap kelompok mendapat Lembar Kegiatan Siswa
d) Siswa mengumpulkan hasil menghitung luas daerah persegi dan
persegi panjang menggunakan alat peraga satuan persegi.
e) Siswa bersama-sama dengan guru menghitung luas-luas daerah
persegi dan persegi panjang
3) Kegiatan Akhir
Di akhir kegiatan, guru memberikan apresiasi kepada siswa
memberikan hadiah pada kelompok dengan jawaban paling benar.
Setelah apresiasi, guru bersama siswa melakukan refleksi. Beberapa
menghitung luas persegi panjang. Guru juga melakukan evaluasi
pada pertemuan 2 untuk mengetahui peningkatan prestasi siswa.
Siklus II
1) Kegiatan Awal
Seperti biasa kegiatan selalu diawali dengan salam
pembukaan dan doa. Setelah presensi, guru memberikan apersepsi
dengan menggali pengetahuan siswa kembali tentang luas persegi
panjang. Selain luas persegi panjang, guru juga menggali kembali
pengetahuan siswa tentang satuan baku yang telah diajarkan di kelas
sebelumnya.
2) Kegiatan Inti
a) Setiap siswa mempersiapkan alat yang telah diberitahukan pada
pertemuan sebelumnya
b) Setiap siswa mendapat Lembar Kerja Siswa
c) Siswa dibantu guru membuat alat peraga persegi satuan yang
telah terdapat dalam LKS.
d) Setiap kelompok memberikan nama alat peraganya yang dibuat
e) Setiap siswa dibantu guru mengerjakan Lembar Kerja Siswa
f) Siswa dan guru membahas beberapa kegiatan belajar yang
terdapat dalam Lembar Kegian Siswa.
g) Siswa mendapat Lembar Evaluasi dan setiap siswa
mengerjakan Lembar Evaluasi dengan waktu yang ditentukan.
3) Kegiatan Akhir
Di akhir kegiatan, guru bersama siswa melakukan.Siswa
mengutarakan kesulitan-kesulitan yang dialami saat menghitung
luas persegi panjang. Guru juga melakukan evaluasi untuk
mengetahui peningkatan prestasi siswa. Siklus ini diakhiri dengan
salam penutup dan doa.
2. Deskripsi hasil penelitian
Pada akhir setiap siklus peneliti melakukan evaluasi pada setiap
siklus.Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa serta
untuk mengetahui jumlah siswa yang telah mencapai KKM, yaitu
70.0.Setelah dilakukan penilaian hasil prestasi setiap siswa, selanjutnya
peneliti mengelompokkan siswa dengan nilai kurang dari KKM dan siswa
dengan nilai diatas KKM. Berikut ini rekap hasil evaluasi yang telah
dicapai siswa pada siklus I dan siklus II.
12 Astri 55 √
Tabel 4.1 Rekap nilai yang dicapai siswa pada siklus I
Data diatas menunjukkan bahwa jumlah nilai yang dicapai seluruh
siswa pada siklus ini adalah 2450.Dari jumlah seluruh nilai tersebut,
kemudia peneliti menghitung nilai rata-rata siswa. Berikut ini cara
∑X (jumlah nilai seluruh siswa)
Jumlah siswa
2450
33
Nilai rata-rata (mean) kelas = 74,2
Data dari siklus I juga menunjukkan banyak siswa yang belum ,
dan sudah mencapai KKM, yaitu 14 siswa, dan 19 siswa. Berikut akan
dihitung persentasi banyak siswa yang telah mencapai KKM.
Persentasi siswa mencapai KKM :
=
= 57%
Hasil diatas menunjukkan banyak siswa yang telah mencapai KKM
ada 19 siswa atau 57%, dan 14 siswa atau 43% dari seluruh siswa belum
mencapai KKM.Banyak siswa yang telah mencapai KKM memang sudah
lebih dari separuh atau 50% dari seluruh siswa. Rata-rata yang dicapai
pada siklus I ini sudah mencapai 74,2. Hasil tersebut sudah mecapai KKM
yang ditentukan, yaitu 70,0.
Hasil yang diperoleh pada siklus I memang telah mencapai target
penelitian, tetapi penelitian ini tetap dilanjutkan ke siklus II. Hal ini Nilai rata-rata (mean) kelas =
dikarenakan perlakuan siklus I dan siklus II berbeda, sehingga tercapainya
target penelitian siklus I tidak membatasi peneliti untuk melanjutkan ke
siklus berikutnya. Berikut hasil yang telah dicapai siswa pada siklus II.
25 Wisnu 95 √
Tabel 4.2 Rekap nilai yang dicapai siswa pada siklus II
Hasil diatas menunjukkan bahwa jumlah nilai yang dicapai seluruh
siswa pada siklus II adalah 3050.Dari jumlah seluruh nilai tersebut,
kemudia peneliti menghitung nilai rata-rata siswa. Berikut ini
caramenghitung rata-rata nilai yang dicapai siswa:
∑X (jumlah nilai seluruh siswa)
Jumlah siswa
3050
33
Nilai rata-rata (mean) kelas = 92,4
Hasil yang dicapai siswa pada siklus II juga menunjukkan banyak
siswa yang belum dan sudah mencapai KKM adalah 2 siswa, dan 31 siswa. Nilai rata-rata (mean) kelas =
Berikut ini teknik menghitung persentasibanyak siswa yang telah
mencapai KKM.
Persentasi siswa diatas KKM :
=
= 93%
Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti menyimpulkan pada
siklus II ini terjadi peningkatan banyak siswa yang telah mencapai
KKM.Persentasi siswa yang telah mencapai KKM adalah 93 %, dan siswa
yang tidak mencapai KKM hanya 4 orang siswa atau 7% dari seluruh
siswa.
B. Pembahasan
Hasil penelitian baik dari siklus I maupun siklus II selanjutnya di
analisis menggunakan teknik dokumentasi. Selain itu, peneliti menganalisis
perbandingan nilai yang dicapai siswa pada kondisi awal dan kondisi pada
siklus II. Berikut ini perbandingan nilai yang dicapai siswa pada kondisi awal,
31 Anggi 70 60 100 40 30
32 Jorrel 75 90 100 10 25
33 Vincent 65 60 100 40 35
JUMLAH 2265 2450 3050
RATA-RATA 68,3 74,2 92,4
Tabel 4.3 Perbandingan nilai siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II
Data diatas menunjukkan hasil atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dari
kondisi awal, siklus I dan siklus II. Data-data tersebut menunjukkan
penurunan dan peningkatan.Dari hasil yang ditunjukkan pada siklus I,
beberapa siswa belum mengalami peningkatan secara signifikan. Jika
dibandingkan dengan kondisi awal dan dari total 33 siswa, 21 siswa telah
menunjukkan peningkatan. Hal ini berarti sudah terjadi peningkatan sebanyak
63% dari total seluruh siswa. Berikut ini hasil yang dicapai siswa pada siklus
I jika digambarkan dengan grafik:
Hasil tindakan siklus I memang telah menunjukkan peningkatan nilai
rata-rata menghitung luas persegi dan persegi panjang, walaupun belum
signifikan. Selain itu, jika melihat kembali Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) materi ini, nilai rata-rata siklus I sudah mencapai KKM yang
ditetapkan yaitu 70,0. Berikut ini beberapa hal yang menurut peneliti menjadi
kesulitan yang dialami dalam siklus I :
1. Peneliti kurang mampu menguasai kelas sehingga setiap siswa tidak
mampu menerima arahan dari peneliti dengan baik.
2. Siswa terlalu bermain-main dengan media persegi satuan
3. Beberapa siswa belum memahami hubungan menghitung luas persegi dan
persegipanjang menggunakan persegi satuan dengan menggunakan rumus.
Hal ini akan tentu membuat siswa tidak teliti dengan hasil yang telah
diperoleh. Siswa tidak mencocokkan kembali hasil menghitung luas
bangun menggunakan persegi satuan dengan menggunakan rumus.
Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti melanjutkan penelitian
pada tahap berikutnya, yaitu siklus II. Pada siklus II peneliti konsultasi dengan
guru kelas mengenai cara yang tepat agar kelas dapat dikuasai dengan baik.
Peneliti juga merubah cara penyampaian langkah pembelajaran lebih
sistematis sehingga siswa dapat secara urut menjalani langkah-langkah
pembelajaran dan tidak bermain-main sendiri. Beberapa siswa juga tampak
lamban memahami apa yang diterangkan peneliri. Peneliti menyimpulkan
bahwa siswa tersebut memerlukan perhatian dan waktu yang lebih.
Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata siswa kembali
jauh diatas KKM. Peningkatan rata-rata yang diperoleh siswa cukup tinggi,
yaitu mencapai 24,1. Jika dibandingkan dengan kondisi awal, data yang
diperoleh siswa pada siklus II juga menunjukkan 31 siswa atau 93% siswa
telah menunjukkan peningkatan. Berikut ini peningkatan nilai rata-rata
kemampuan menghitung luas persegi dan persegi panjang pada kondisi awal,
siklus I, dan II jika digambarkan dalam grafik:
Grafik 4.2 Perbandingan Nilai Awal, Siklus I, Siklus II
Jika melihat kembali pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) materi
ini, nilai rata-rata siklus II sebesar 92,4 sudah mencapai KKM yang telah
ditentukan yaitu 70,0. Berdasarkan atas pertimbangan tersebut, peneliti
memutuskan untuk tidak melanjutkan penelitian pada tahap atau siklus
berikutnya.Peneliti mengakhiri penelitian pada siklus II saja.
Peningkatan kemampuan menghitung luas persegi dan persegipanjang
mencapai KKM, yaitu 70,0. Pada kondisi awal, baru 12 atau 36% dari jumlah
seluruh siswa yang mencapai KKM. Pada siklus I, data menunjukkan adanya
peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan 19 siswa atau 57% dari jumlah
seluruh siswa yang mencapai KKM. Peningkatan kembali ditunjukkan pada
siklus II. Data dari siklus II menunjukkan 31 atau 93% dari jumlah seluruh
siswa. Berikut ini peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai KKM jika
digambarkan dalam diagram batang:
Kondisi Awal Siklus I Siklus II Presentasi jumlah siswa yang mencapai KKM
Grafik 4.3 Presentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal, siklus I dan siklus II
C. Indikator Keberhasilan Penelitian
Untuk melihat sejauh mana penelitian ini mencapai mencapai
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Berikut ini indikator keberhasilan
dari penelitian peningkatan kemampuan siswa menghitung luas persegi dan
persegi panjang menggunakan persegi satuan.
Peubah Indikator
Tabel 4.4 Indikator keberhasilan penelitian
Data diatas menunjukkan peningkatan hasil yang diperoleh siswa. Pada
kondisi awal, rata-rata kemampuan menghitung luas persegi dan persegi
panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan hanya mencapai nilai 68,3.
Rata-rata tersebut masih di bawah KKM, yaitu 70,0. Setelah dilakukan
tindakan, pada siklus I rata-rata meningkat. Dengan total nilai yang diperoleh
siswa sebesar 2450, rata-rata kelas yang berhasil dicapai adalah 74,2.
Data ini telah menunjukkan peningkatan, tetapi peneliti tetap
melanjutkan penelitian pada tahap berikutnya pada siklus II. Pada siklus II
total nilai siswa mencapai 3050, dengan rata-rata yang diperoleh sebesar 92,4.
Peneliti juga menggunakan t test untuk menghilangkan bias atau
keraguan yang timbul dari perbedaan nilai rata-rata kondisi awal dan nilai
rata-rata di akhir siklus II. Hasil yang diperoleh dari t test tersebut
menunjukkan taraf kepercayaan 99% (Nurgiyanto, Burhan). Berdasarkan
signifikan antara nilai rata-rata kondisi awal dengan nilai rata-rata pada akhir
siklus II. Hal itu juga menyatakan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menghitung luas persegi dan persegi panjang dari kondisi awal dengan akhir
siklus II.
Berdasarkan data-data dan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa alat peraga persegi satuan dapat meningkatkan prestasi belajar materi
luas daerah persegi panjang siswa kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan prestasi belajar yang pada kondisi
awal hanya pada angka 68,3 pada siklus II meningkat jauh diatas KKM yaitu
menjadi 92,4. Peningkatan yang diperoleh cukup tinggi. Selisih prestasi
belajar siswa pada kondisi awal dengan siklus II mencapai 24,1.
Dari hasil yang diperoleh, juga dapat disimpulkan bahwa hipotesis
“Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga persegi satuan dapat
meningkatkan prestasi belajar materi luas daerah persegi panjang siswa kelas
III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun pelajaran
2012/2013” diterima. Hipotesis diterima dengan bukti tercapainya KKM (70,00). Hasil yang diperoleh pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai