i
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR
IPA SISWA KELAS V SD NEGERI SELOMULYO
MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh :
Viviana Desiani
NIM: 101134069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Bapak Sukamto Lexy Wibowo Yohanes Berchman dan Ibu Srini Maria Margaretha
Mas Antonius Dony Cahyadi, Mbak Eva Laura Tungga Devi, Mbak Irene Widiastuti.
v
HALAMAN MOTTO
“Everything will be okay in the end, if it’s not okay, it’s not the end”
-Patrick Star-
“It’s nice to be important, but it’s more important to benice.’
- John Cassis -
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur."
viii
ABSTRAK
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA
KELAS V SD NEGERI SELOMULYO MENGGUNAKAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Oleh:
Viviana Desiani (101134069) Universitas Sanata Dharma
2014
Minat dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN Selomulyo masih rendah. Peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas V SDN Selomulyo dengan tujuan untuk mengetahui: 1) penggunaan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan minat belajar IPA siswa kelas V SDN Selomulyo; 2) penggunaan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN Selomulyo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Selomulyo yang berjumlah 29 siswa. Objek penelitian adalah peningkatan minat dan prestasi belajar IPA menggunakan pendekatan kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan persentase siswa yang berminat dari kondisi awal 30,17% menjadi 69,06% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 80,75% pada siklus II. Jumlah siswa yang termasuk dalam kategori minimal cukup berminat juga meningkat dari kondisi awal 44,82% menjadi 66,67% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 87,93% pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar siswa belum mengalami peningkatan pada siklus I. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal 55% dengan nilai rata-rata kelas 73,00. Pada siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM tidak mencapai target dan nilai rata-rata kelas turun menjadi 68,00. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus II dengan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 83% dan nilai rata-rata kelas 79. Jadi, penggunaan pendekatan kontekstual pada penelitian ini meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN Selomulyo.
ix ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF INTEREST AND LEARNING SCIENCE ACHIEVEMENT OF STUDENTS GRADE V IN SDN SELOMULYO USING
CONTEXTUAL APPROACH use of contextual approach to increase the interest in learning science of grade V students in SDN Selomulyo; 2) the use of contextual approach to improve
students’ achievement on learning science of grade V students in SDN Selomulyo.
Data collection techniques of this research were observation, interviews, questionnaires and documentation.
This research was conducted in two cycles which each cycles consisted of 3 classroom meetings, in which one meeting took 2x35 minutes. The subject of this research was the fifth grade student in SDN Selomulyo which consisted of 29 students. The object of this research was the improvement of interest and achievement on learning science using contextual approach. The result showed that there was increasing percentage of interested students from former condition which was 30,17% became 69,06% in the first cycle and increased to 80.75% in the second cycle. The number of students who were categorized as low interest also increased from baseline 44,82% to 66.67% in the first cycle and increased to 87.93 % in the second cycle . Improved student achievement has not experienced an increase in first cycle. The number of students who achieved KKM on the initial conditions was 55 % with class average score 73.00. In the first cycle, the number of students who achieved KKM did not reach the target and the class average score decreased to 68.00. Students’ achievement had increased in the second cycle. It was shown by the number of students who achieved KKM increased to 83% and the class average score was 79. Therefore, the use of
contextual approach in this study increased students’ interest and achievement on learning science of fifth grade students in SDN Selomulyo .
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala berkat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR
IPA SISWA KELAS V SD NEGERI SELOMULYO MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL” ini dengan baik. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikannya dengan baik. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk selama proses penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai.
3. Ibu Supriyati Basuki Rahayu, S.Pd selaku Kepala SDN Selomulyo, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian bagi peneliti. 4. Ibu Sri Sumiyati, S.Pd selaku guru kelas V SDN Selomulyo, yang telah
xi
5. Bapak Sukamto Lexy Wibowo Yohanes Berchmans dan Ibu Srini Maria Margaretha selaku orang tua peneliti yang selalu memberikan dorongan semangat, motivasi, dan doa tiada henti bagi peneliti.
6. Kedua kakak peneliti Mas Antonius Dony Cahyadi dan Mbak Irene Widiastuti atas dorongan semangat yang diberikan.
7. Andreas Widiyanto, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, nasehat, semangat, dan perhatian yang diberikan kepada peneliti.
8. Teman kelompok payung SCL, Feti, Tika, Nia, Ipuk, Ida, Bertha, Vita, Lukita, Siska, Apri, Nova, Zulfan, Muchlis, Zega, yang bersama-sama berjuang dan saling mendukung dalam menyusun skripsi.
9. Teman-teman “Paradhe”.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu, mendukung, dan mendoakan peneliti dalam menyusun skripsi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan oleh sebab itu peneliti menerima dengan senang hati kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber dalam belajar melakukan pemahaman serta meningkatkan pengetahuan yang digunakan sebagai acuan dan pegangan bagi pembaca.
Yogyakarta, 26 Mei 2014 Peneliti
xii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSUTUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40
A. Jenis Penelitian ... 40
xiii
C. Rencana Tindakan ... 43
D. Indikator dan Pengukurannya ... 48
E. Teknik Pengumpulan Data ... 50
F. Instrumen Pengumpulan Data... 53
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 64
H. Indeks Kesukaran... 85
I. Teknik Analisis Data ... 91
J. Jadwal Penelitian ... 94
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 95
A. Hasil Penelitian ... 95
1. Gambaran Umum Penelitian Tindakan Kelas ... 95
a. Siklus I ... 95
b. Siklus II ... 102
2. Hasil Minat Siswa ... 107
a. Hasil Minat Siswa Berdasarkan Observasi ... 107
b. Hasil Minat Siswa Berdasarkan Kuesioner ... 112
3. Hasil Prestasi Belajar IPA ... 120
B. Pembahasan ... 127
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 144
A. Kesimpulan ... 144
B. Keterbatasan ... 145
C. Saran ... 146
DAFTAR REFERENSI ... 147
xiv
3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Sebelum Validasi ... 57
3.6 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 59
3.7 Kisi- Kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 60
3.8 Rubrik Penilaian Psikomotorik Siklus I ... 61
3.9 Rubrik Penilaian Psikomotorik Siklus II... 62
3.10 Rubrik Penilaian Afektif Siklus I ... 63
3.11 Rubrik Penilaian Afektif Siklus II... 64
3.12 Hasil Validitas Konstrak Kuesioner Minat ... 66
3.13 Kisi-Kisi Kuesioner Minat setelah Validasi ... 67
3.14 Hasil Validitas Isi Silabus Siklus I ... 69
3.15 Hasil Validitas Isi Silabus Siklus II ... 70
3.16 Hasil Validitas Isi RPP Siklus I ... 72
3.17 Hasil Validitas Isi RPP Siklus II ... 73
3.18 Hasil Validitas Isi Soal Evaluasi Siklus I ... 75
3.19 Hasil Validitas Isi Soal Evaluasi Siklus II ... 76
3.20 Hasil Validitas Konstruk Soal Evaluasi Siklus I ... 79
3.21 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I Setelah Uji Validitas ... 80
3.22 Hasil Validitas Konstruk Soal Evaluasi Siklus II ... 81
3.23 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II Setelah Uji Validitas ... 82
3.24 Koefisien Reliabilitas ... 83
3.25 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Minat ... 84
3.26 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 84
3.27 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 85
3.28 Kriteria Indeks Kesukaran... 85
3.29 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Evaluasi Siklus I ... 87
xv
3.31 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Evaluasi Siklus II ... 89
3.32 Kisi-Kisi Indeks Kesukaran Soal Evaluasi Siklus II ... 90
3.33 Skor Jawaban Kuesioner ... 91
3.34 Rentang Nilai Tiap Kategori Minat ... 92
3.35 Jadwal Penelitian ... 94
4.1 Kondisi Awal Hasil Observasi Minat Belajar Siswa ... 108
4.2 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Siklus I ... 109
4.3 Ketercapaian Minat Siswa Siklus I Berdasarkan Observasi ... 109
4.4 Target Minat Siswa Siklus II berdasarkan Observasi ... 110
4.5 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Siklus II ... 110
4.6 Ketercapaian Minat Siswa Siklus II Berdasarkan Observasi ... 111
4.7 Kondisi Awal Minat Siswa Berdasarkan Kuesioner ... 113
4.8 Hasil Kuesioner Minat Siswa pada Siklus I ... 115
4.9 Ketercapaian Minat Siswa Siklus I Berdasarkan Kuesioner ... 117
4.10 Target Minat Siswa Siklus II berdasarkan Kuesioner ... 117
4.11 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siswa Siklus II ... 118
4.12 Ketercapaian Minat Siswa Siklus II Berdasarkan Observasi ... 119
4.13 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I ... 121
4.14 Ketercapaian Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 122
4.15 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II ... 123
4.16 Ketercapaian Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 124
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1. Indikator Minat ... 18
2.2. Literature Map ... 37
3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Taggart ... 41
4.1. Grafik Peningkatan Minat Siswa berdasarkan Observasi ... 112
4.2. Grafik Peningkatan Minat Siswa berdasarkan Kuesioner ... 120
4.3. Grafik Siswa yang Mencapai KKM ... 125
4.4. Grafik Nilai Rata-Rata Kelas ... 125
4.5. Hasil Kuesioner Siswa untuk Indikator 1 ... 131
4.6. Siswa menunjukkan sikap ceria saat pembelajaran ... 132
4.7. Hasil Kuesioner Siswa untuk Indikator 2 ... 133
4.8. Siswa memperhatikan penjelasan guru ... 134
4.9. Hasil Kuesioner Siswa untuk Indikator 3 ... 134
4.10. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran ... 135
4.11. Hasil Kuesioner Siswa untuk Indikator 4 ... 136
4.12. Siswa mempresentasikan kartupedia ... 137
4.13. Contoh Hasil Kartupedia Siswa ... 137
4.14. LAS Siklus I ... 138
4.15. LAS Siklus II ... 139
4.16. Hasil Evaluasi Siswa Siklus I ... 140
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Ijin Melakukan Penelitian dan Selesai Penelitian ... 151
2. Instrumen Pembelajaran Sebelum Validasi ... 155
3. Instrumen Pembelajaran Setelah Validasi ... 201
4. Contoh-contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 279
5. Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran ... 305
6. Output SPSS untuk Uji Validitas & Reliabilitas ... 308
7. Hasil Validitas Isi (Content Validity) ... 315
8. Hasil Observasi Minat Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II 322
9. Data Kuesioner Minat Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II . 329 10. Daftar Nilai Kognitif Siswa pada Kondisi Awal ... 336
11. Daftar Nilai Kognitif Siswa pada Siklus 1 & 2 ... 341
12. Data Analisis Hasil Observasi ... 344
13. Daftar Nilai 3 Aspek Siswa pada Siklus 1 & 2 ... 351
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, pemecahan masalah dan batasan pengertian.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan modal utama dalam memajukan bangsa dan negara. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea 4 tertulis “ .... untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia ....”. Pernyataan tersebut berarti bahwa pemerintah
Indonesia memiliki kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya melalui pendidikan. Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Salah satu program pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia adalah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun. Pendidikan 9 tahun dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) yang ditempuh selama 6 tahun dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ditempuh selama 3 tahun. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan terbawah dari Sistem Pendidikan Nasional.
Nasional Pendidikan Pasal 6 ayat (1) antara lain agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi; pelajaran estetika; serta pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan (BSNP, 2006:7).
Suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mengaktifkan siswa didahului dengan membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut (Rusman, 2010:13). Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto,2003:57). Slameto juga mengungkapkan bahwa suatu kegiatan yang diminati oleh siswa akan mendapatkan perhatian lebih dari siswa yang disertai rasa senang. Pernyataan tersebut berlaku pula dalam pembelajaran, apabila siswa memiliki minat pada suatu pelajaran, maka ia dapat memfokuskan segala perhatiannya sehingga prestasi belajarnya juga akan meningkat.
baru yang ditunjukkan dengan bertanya kepada guru. Rata-rata siswa yang menunjukkan minat belajar IPA pada observasi pertama adalah 27,59%.
Observasi yang kedua dilakukan oleh peneliti pada tanggal 27 September 2013 untuk lebih mengetahui keadaan siswa. Proses pembelajaran IPA pada saat observasi kedua tidak jauh berbeda seperti pada observasi pertama. Guru menjelaskan materi kepada siswa dan kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal di LKS. Hasil observasi kedua menunjukkan bahwa terlihat ada 13 dari 29 siswa (44,83%) yang menunjukkan rasa senang, 9 siswa (31,03%) menunjukkan perhatian saat pelajaran IPA, 11 siswa (37,93%) terlibat selama pembelajaran IPA, dan 5 siswa (17,24%) berinisiatif mencari informasi baru yang ditunjukkan dengan bertanya kepada guru. Rata-rata siswa yang menunjukkan minat belajar IPA pada observasi kedua adalah 32,76%. Jadi, rata-rata dari kedua hasil observasi menunjukkan bahwa sebanyak 30,17% dari jumlah siswa menunjukkan minat belajar IPA.
Peneliti juga melakukan wawancara pada tanggal 30 September 2013 dengan guru kelas V untuk mengetahui penyebab kurangnya minat siswa pada pelajaran IPA. Hasil wawancara dengan guru kelas V SD Selomulyo memberikan informasi bahwa minat siswa dalam memperhatikan pembelajaran tidak berlangsung lama. Guru kelas menjelaskan bahwa minat siswa dalam mengikuti pelajaran IPA masih kurang. “Siswa itu kalau memperhatikan ya memperhatikan, tapi itu hanya bertahan 10 – 15 menit saja. Setelah itu mereka sudah tidak bisa
kelas V belum terlibat aktif selama pembelajaran. Siswa yang berinisiatif untuk maju ke depan kelas saat diminta oleh guru masih jarang. Siswa harus ditunjuk oleh guru untuk maju mengerjakan soal sesuai yang diminta oleh guru. Peneliti selanjutnya bertanya tentang inisiatif siswa dalam mencari informasi baru yang berasal dari sumber lain. Guru menjelaskan bahwa siswa harus disuruh terlebih dahulu oleh guru untuk mencari. Siswa kurang berinisiatif untuk mencari informasi-informasi baru yang berasal dari sumber lain.
Wawancara juga dilakukan oleh peneliti dengan siswa kelas V SDN Selomulyo pada tanggal 4 Oktober 2013. Siswa memberikan jawaban “Ngantuk mbak kalau pelajaran tu, ndengerin guru nerangke terus,”(komunikasi pribadi, 4 Oktober 2013) ketika peneliti memberikan pertanyaan tentang IPA serta minat mereka dalam mengikuti proses pembelajaran. Jawaban siswa tersebut secara jelas memberikan informasi bahwa siswa mengantuk jika diminta mendengarkan penjelasan guru. Siswa menginginkan proses pembelajaran yang tidak hanya menggunakan metode ceramah. Ada pula siswa yang memberikan tanggapannya, “bosen mbak, habis diterangke mesti disuruh nggarap soal” (komunikasi pribadi,
4 Oktober 2013). Jawaban siswa tersebut dapat diartikan bahwa siswa merasa bosan karena setelah guru menjelaskan materi, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal. Hasil wawancara dengan siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang berminat pada pelajaran IPA dan cara mengajar guru yang menggunakan metode ceramah.
Kuesioner diberikan kepada siswa untuk memperoleh data minat belajar IPA. Hasil analisis kuesioner menunjukkan bahwa siswa yang termasuk pada kategori minimal cukup berminat adalah sebesar 44,82%.
Data yang diperoleh dari dokumentasi nilai siswa kelas V SDN Selomulyo menunjukkan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pelajaran IPA 2011/2012 dan 2012/2013 adalah 75. Siswa yang dinyatakan tuntas adalah siswa yang memiliki nilai lebih dari 75 atau sama dengan 75. Berdasarkan dokumentasi data nilai IPA tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 siswa kelas V SDN Selomulyo memiliki prestasi yang rendah. Siswa yang mencapai KKM pada semester 1 tahun ajaran 2011/2012 adalah 42% dengan nilai rata-rata kelas 72 dan pada semester 2 sebanyak 80% dengan nilai rata-rata kelas 78. Pada semester 1 tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 68% siswa mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas 80 dan pada semester 2 sebanyak 32% siswa memenuhi KKM dengan nilai rata-rata kelas 67. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai prestasi belajar siswa selama 4 semester pada tahun ajaran 2011/2012 sampai dengan 2012/2013 pada mata pelajaran IPA adalah 73 dengan persentase 55% siswa yang mencapai KKM.
atau hal-hal yang nyata dalam pembelajaran seperti yang diungkapkan pada teori Piaget bahwa siswa usia 11 tahun atau kelas V SD memasuki tahap operasional konkret yang ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan benda yang nyata (Suparno, 2012:70).
Konsep pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat dan prestasi siswa salah satunya adalah konsep Student Centered Learning (SCL). Konsep pembelajaran ini dipilih karena SCL memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam beraktivitas, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang dipelajarinya di kelas (Widharyanto, 2002:63). Konsep pembelajaran SCL terdiri dari beberapa jenis pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Problem Based Learning (PBL), Inkuiri, dan pendekatan kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Priyatmojo (2010:54) menjelaskan bahwa melalui Problem Based Learning (PBL) dapat mendorong siswa untuk belajar mencari informasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Inkuiri juga merupakan bagian dari konsep SCL. Hanafiah (2012:71) menjelaskan bahwa inkuiri merupakan pembelajaran yang prosesnya mengikuti metodologi sains dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pembelajaran bermakna. Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu konsep SCL selain PBL dan inkuiri. Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan belajar yang mendorong
dimiliki oleh siswa dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Riyanto, 2009:161)
Peneliti memilih menggunakan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam memecahkan masalah peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Selomulyo. Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dipilih oleh peneliti karena pendekatan
ini terbukti meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa seperti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yesiana (2012), Damayanti (2010), dan Azizah (2012). Penelitian tentang IPA juga telah dilakukan oleh Marlina (2009). Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian melalui penelitian tindakan kelas (PTK) tentang penggunaan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan minat dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil penelitian diharapkan dapat berpengaruh pada peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sehingga kompetensi dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penggunaan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam upaya meningkatkan minat belajar mata
2. Bagaimana penggunaan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran IPA siswa kelas V SDN Selomulyo tahun pelajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui proses pelaksanaan penggunaan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam upaya meningkatkan minat
belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Selomulyo tahun pelajaran 2013/2014.
2. Mengetahui proses pelaksanaan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Selomulyo tahun pelajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah disampaikan, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat membantu guru untuk menambah inspirasi dalam melakukan penelitian tindakan kelas khususnya penggunaan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Selomulyo pada mata pelajaran IPA.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat menambah dokumen hasil penelitian yang digunakan sebagai referensi bagi perpustakaan sehingga dapat dijadikan bahan bacaan yang menginspirasi pihak sekolah dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN Selomulyo.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru tentang penelitian tindakan kelas khususnya penggunaan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPA Kompetensi Dasar 4.1 siswa kelas V SDN Selomulyo semester 1 tahun ajaran 2013/2014.
E. Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan minat dan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Materi pembelajaran dibatasi pada
dasar 4.1) mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya misalnya benang, kain dan kertas; dan 4.2) menyimpulkan hasil penyelidikkan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
F. Batasan Istilah
Peneliti mencantumkan batasan pada pengertian untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap judul penelitian. Batasan istilah dalam penelitian adalah:
1. Minat adalah perasaan senang dan tertarik yang menetap pada siswa terhadap suatu obyek atau bidang studi maupun pokok bahasan tertentu yang dapat diukur menggunakan empat indikator.
2. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian siswa yang diperoleh dari proses belajar dan diukur berdasarkan hasil tes.
3. Student Centered Learning (SCL) adalah konsep pembelajaran yang
mengajak siswa untuk aktif di dalam kelas, belajar berdasarkan pengalamannya sendiri dan aktivitas yang dilakukan siswa dilaksanakan secara berkelompok.
bertanya, inkuiri, komunitas belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya.
5. Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran di sekolah yang mempelajari tentang alam semesta melalui pengamatan, menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran untuk mendapat kesimpulan.
13 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II pada penelitian ini akan membahas tentang empat sub bab utama yaitu kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
A. Kajian Pustaka
Sub bab ini membahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yaitu teori belajar Piaget, minat, prestasi belajar, Student Centered Learning (SCL), pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan siswa sekolah dasar.
1. Teori Belajar Piaget
pikiran orang dewasa. Mereka lebih menonjolkan sikap egosentrisnya, yaitu kesulitan dalam melihat sudut pandang orang lain.
Tahap ketiga berlangsung pada anak usia 7-11 tahun yang disebut tahap operasional konkret. Anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkret. Mereka sudah dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi masih belum mengetahui jika berbuat kesalahan. Pada tahap ini anak telah dapat melakukan klasifikasi, pengelompokkan, dan pengaturan masalah tetapi masih sebatas tahu saja dan belum sepenuhnya mengetahui adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Tahap yang terakhir adalah tahap operasional formal yang berlangsung mulai 11 tahun sampai dewasa. Orang muda mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis menurut rancangan yang murni abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini anak sudah dapat menarik generalisasi secara mendasar serta bekerja secara efektif, sistematis, dan proporsional.
saraf, fisik, pengalaman anak dengan lingkungan, interaksi sosial dan cara anak mengembangkan self- regulasi untuk pencapaian keseimbangan dalam pemikiran. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD yang kurang lebih berusia 11 tahun dan masuk pada tahap operasional konkret. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa pada tahap ini anak sudah dapat berpikir logis namun masih terbatas pada benda-benda konkret. Penelitian ini dilakukan untuk siswa kelas V SDN Selomulyo menggunakan benda-benda konkret agar lebih mudah untuk dipahami oleh siswa.
2. Minat
a. Pengertian Minat
bahwa minat merupakan rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek.
Peneliti merumuskan pengertian minat berdasarkan beberapa pendapat tersebut. Pengertian minat adalah perasaan senang seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tanpa ada suruhan. Aktivitas yang dilakukan merupakan keinginan dalam diri karena adanya perasaan senang untuk melakukannya. Minat dalam belajar ditumbuhkan melalui perasaan senang pada mata pelajaran yang dipelajari tersebut.
b. Faktor Pendorong Minat
Esti (2002:365) mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk menarik minat dalam pembelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Belajar yang dilakukan oleh siswa dihubungkan dengan minat siswa. Pengalaman belajar yang sering dilakukan siswa menunjukkan minat siswa pada hal tersebut. Guru mengusahakan pembelajaran melibatkan pengalaman belajar yang diminati siswa. Guru sebaiknya mengetahui minat masing-masing siswanya agar dapat melaksanakan proses pembelajaran yang diminati oleh siswa.
membuat siswa merasa bosan. Jadi, kesimpulan yang didapat dari beberapa cara peningkatan minat di atas adalah minat tumbuh dari perasaan senang yang dialami oleh siswa sendiri. Minat siswa juga dapat tumbuh melalui peran dari guru. Guru sebaiknya dapat membuat siswa selalu merasa senang dalam belajar. Cara yang dapat digunakan oleh guru salah satunya adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlomba bersama siswa lain untuk mendapatkan hasil yang baik
c. Indikator Minat
Mardapi (2008:112) mengungkapkan bahwa ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat dalam pembelajaran yaitu siswa memiliki usaha untuk memahami, membaca buku yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, ada kemauan untuk bertanya saat berlangsungnya pembelajaran di kelas, baik bertanya pada teman atau orang lain, terlibat aktif dalam proses belajar serta bersungguh-sungguh saat mengerjakan soal di kelas. Indikator minat yang lain disampaikan pula oleh Slameto (2010:180) yang mengungkapkan bahwa suatu minat dapat diekspresikan melalui kestabilan dalam memperhatikan secara terus menerus yang disertai dengan rasa senang serta dapat dimunculkan melalui partisipasi dalam melakukan suatu aktivitas.
para ahli tentang indikator minat tersebut, peneliti menurunkannya ke dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1. Indikator Minat
Peneliti dapat merumuskan berdasarkan uraian mengenai indikator minat tersebut bahwa siswa yang memiliki minat adalah siswa yang memiliki indikator sebagai berikut:
mengikuti pelajaran, dan adanya pengakuan dari siswa bahwa ia menyukai materi atau mata pelajaran tersebut.
2) Perhatian yang ditujukan pada proses belajar mengajar. Perhatian yang ditunjukkan siswa meliputi perhatian pada seluruh proses pembelajaran, menyimak penjelasan guru, siswa tidak melamun saat guru menjelaskan, dan siswa berkonsentrasi penuh pada saat pelajaran berlangsung.
3) Keterlibatan siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keterlibatan ini meliputi, siswa aktif mencatat penjelasan guru pada saat pelajaran berlangsung, siswa aktif menjawab pertanyaan dari guru, siswa ikut melakukan percobaan dalam kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan kelompok, siswa mengerjakan tugas yang diberikan, dan siswa menanggapi penjelasan guru.
4) Inisiatif yang dilakukan oleh siswa, meliputi: siswa belajar tanpa adanya paksaan dari orang lain, siswa membaca atau mencari materi dari sumber lain selain di buku cetak, siswa mau mempelajari kembali materi yang sudah diajarkan, siswa bertanya hal-hal lain yang berkaitan dengan materi, siswa tertarik untuk melakukan percobaan pada saat pembelajaran berlangsung, dan siswa membuat ringkasan tanpa diminta guru mengenai materi yang telah dipelajari.
3. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar
procedures (whether in the laboratory or in the natural environments) as
distinguished from changes by factor not attributable to training” (hal.4). Hal ini
berarti bahwa belajar adalah proses dari suatu ativitas berasal atau dikenakan melalui prosedur pelatihan (baik di laboratorium atau dalam lingkungan alam) yang dibedakan dari perubahan oleh faktor yang tidak timbul dari pelatihan.
Muhibbin (2008:63) menjelaskan belajar merupakan suatu kegiatan berproses dan termasuk unsur sangat mendasar dalam pelaksanaan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suyono dan Hariyanto (2011:9) mengemukakan belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian. Belajar mulai dari tidak tahu menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan.
Kesimpulan yang diperoleh dari pengertian-pengertian di atas yaitu bahwa belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan dengan cara melakukan aktivitas mental dan psikis. Aktivitas belajar dilakukan melalui interaksi aktif dengan lingkungan sekitar. Proses memperoleh pengetahuan tidak hanya mulai dari yang tidak tahu menjadi tahu, melainkan juga memperbaiki sikap dan meningkatkan keterampilan.
b. Pengertian Prestasi Belajar
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang dapat mengakibatkan perubahan dalam diri seseorang hasil dari aktivitas dalam belajar. Hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan prestasi yang diperoleh siswa karena telah mencapai tujuan belajar.
Kusumah dan Dwitagama (2009:153) mengemukakan pendapatnya bahwa prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditunjukkan melalui angka atau nilai yang diberikan oleh guru. Kesimpulan yang diperoleh dari pengertian prestasi belajar di atas yaitu prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar yang diukur dari hasil tes. Prestasi belajar juga merupakan salah satu hal yang diperlukan untuk melihat keberhasilan siswa dalam memahami materi yang telah diberikan oleh guru.
4. Student Centered Learning (SCL)
Overby (2011:109) mendefinisikan Student Centered Learning (SCL) sebagai berikut:
“the concept of student-centered learning is to bring the classroom and
student to life. The teacher is considered a „guide on the side‟, assisting and
guiding student to meet the goal that have been made by students and the
teachers.”
Silberman dalam Widharyanto (2002:63) mengungkapkan bahwa SCL adalah pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk aktif dalam melakukan aktivitas yang menggali ide-ide, pemecahan masalah dan penerapan apa yang telah dipelajari. Suyatno (2009:8) juga menjelaskan bahwa SCL merupakan pembelajaran yang mengorientasikan siswa pada situasi bermakna, kontekstual, nyata, dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi siswa dalam mengembangkan materi pelajaran sekaligus keterampilan dalam memecahkan masalah.
Dello Lacovo (dalam Wang, 2011:157) menjelaskan bahwa “Student Centered Learning methods, such us small group work, discovery methods, and
project-based inquiries.” Penjelasan Dello Lacovo tersebut memiliki arti bahwa SCL adalah suatu pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam menemukan pengetahuan siswa dan dalam menghasilkan suatu produk tertentu.
Peneliti dapat menyimpulkan pengertian SCL berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas. Pengertian SCL adalah suatu konsep pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif di dalam kelas. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dilaksanakan secara berkelompok dan siswa belajar berdasarkan dari pengalamannya sendiri. SCL juga dapat membantu siswa untuk berpikir kritis terhadap suatu permasalahan.
a. Karakterisitik Konsep Student Centered Learning (SCL)
mengeksplorasi bidang ilmu yang diminati oleh siswa secara bertanggungjawab, dan membangun pengetahuan siswa melalui proses pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif, kooperatif, kontekstual dan mandiri. Selain itu, Priyatmojo (2010:7) juga menjelaskan karakteristik SCL menjadi 4 yang meliputi: (1) pembelajar dewasa yang aktif (mentally not physically), interaktif, mandiri, bertanggung jawab atas pembelajarannya, mampu belajar beyond the classroom, dan memiliki jiwa pembelajar sepanjang hayat; (2) adanya keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan segenap potensinya, mengeksplorasi dan mentransformasi ilmu pengetahuan; (3) pembelajaran yang bersifat kolaboratif, kooperatif dan kontekstual; (4) alih fungsi guru dari sumber utama ilmu pengetahuan menjadi fasilitator. Jadi, karakteristik SCL membiasakan siswa untuk terbiasa belajar secara aktif, mandiri, mampu bekerjasama dengan orang lain serta tidak selalu bergantung kepada guru.
menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran yang bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan dari guru.
b. Jenis Pembelajaran Berdasarkan Konsep Student Centered Learning (SCL) Konsep SCL merupakan salah satu pembelajaran inovatif. Konsep ini terdiri dari beberapa jenis pembelajaran inovatif. Pendekatan tersebut diantaranya adalah Problem Based Learning (PBL), Inkuiri, dan pendekatan kontekstual atau
Contextual Teaching and Learning (CTL).
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berguna untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu seperti meningkatkan keterampilan intelektual dan investigatif, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri dalam menginvestigasi masalah yang dialami dalam kehidupan nyata (Sugiyanto, 2010:156). PBL dapat mendorong siswa untuk belajar mencari informasi ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, belajar mandiri, dan mengembangkan interaksi siswa di dalam kelas secara optimal (Priyatmojo, dkk, 2010:54).
materi yang dipelajari siswa dengan keadaan sebenarnya yang dialami oleh siswa serta mendorong antara pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pemilihan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam penelitian ini dikarenakan ada beberapa kelebihan yang dimiliki
pendekatan CTL. Kelebihan yang dimiliki pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) salah satunya adalah memiliki tujuh
komponen utama yaitu, konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik. Inkuiri merupakan salah satu dari tujuh komponen utama pendekatan kontekstual. Konstruktivisme juga merupakan komponen pendekatan kontekstual yang menjelaskan bahwa adanya usaha untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pelajaran yang akan dipelajari. Pengetahuan yang telah dimiliki merupakan masalah nyata yang telah dihadapi oleh siswa dan hal tersebut merupakan salah satu bagian dalam PBL. Jadi, lingkup pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih luas karena mencakup inkuiri dan PBL.
5. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Pengertian Pendekatan Kontekstual
dan mengalami. Hasil pembelajaran yang diharapkan dengan konsep tersebut adalah kebermaknaan bagi siswa.
Komalasari (2011:7) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara. Tujuan dari pembelajaran tersebut adalah untuk menemukan makna dari materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan kehidupan yang dialami siswa. Rusman (2011:187) menguatkan pendapat Komalasari bahwa CTL merupakan usaha yang digunakan oleh guru untuk mengaktifkan siswa dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengkaitkannya dengan dunia nyata. Peneliti dapat menyimpulkan pengertian CTL berdasarkan pendapat para ahli. Jadi, pengertian CTL adalah cara belajar yang digunakan oleh guru untuk mengajarkan siswa dengan cara pengaitan materi ajar dengan dunia nyata agar pembelajaran lebih bermakna.
b. Komponen Pendekatan CTL
Riyanto (2009:171) mengemukakan pendapatnya tentang tujuh komponen utama pembelajaran efektif pada CTL, yaitu: konstruktivisme (Contructivisme), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Comunity), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian otentik
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Komponen yang pertama adalah konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan CTL bahwa pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Siswa harus dibiasakan untuk mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
2) Menemukan (Inquiry)
Komponen yang kedua adalah menemukan. Menemukan (Inquiry) merupakan proses menemukan yang termasuk kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Siklus inkuiri meliputi: (1) Observation (pengamatan); (2) Questioning (bertanya); (3) Hipotesis; (4) Data gathering (mengumpulkan data); dan (5) Conclusion (menyimpulkan). Pada tahap ini siswa diajak untuk melaksanakan sejauh mungkin dapat menemukan semua materi yang diajarkan.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah: (1) merumuskan masalah, (2) mengamati atau melakukan observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan, bagan, tabel, atau karya lainnya, dan (4) mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau orang lain. Asas menemukan dan berpikir sistematis dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan rasional siswa.
3) Bertanya (Questioning)
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya memiliki tujuh kegunaan untuk siswa diantaranya: (1) menggali informasi; (2) mengecek pemahaman siswa; (3) membangkitkan respon siswa; (4) mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa; (5) memfokuskan perhatian siswa; (6) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; (7) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. CTL mendorong siswa agar selalu memiliki sifat ingin tahu sehingga semakin banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari siswa.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Komponen yang keempat adalah masyarakat belajar. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Praktik masyarakat belajar dalam pembelajaran di kelas terwujud dalam: (1) pembentukan kelompok kecil; (2) pembentukan kelompok besar; (3) mendatangkan ahli ke kelas; (4) bekerja dengan kelas sederajat; (5) bekerja kelompok dengan kelas diatasnya; dan (6) bekerja dengan masyarakat.
5) Pemodelan (Modeling)
digunakan oleh guru dapat berupa ilustrasi, media, benda sebenarnya atau bahkan narasumber.
6) Refleksi (Reflection)
Komponen yang keenam adalah refleksi. Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Biasanya refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran dan realisasinya dapat berupa pernyataan langsung, catatan atau jurnal buku siswa, kesan dan saran siswa, diskusi maupun hasil karya.
7) Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Komponen yang ketujuh adalah penilaian otentik (Authentic Assessment). Assessment merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Karakteristik authentic assessment meliputi: (1) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (2) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3) yang diukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta; (4) berkesinambungan; (5) terintegrasi; dan (6) dapat digunakan sebagai feed back. CTL mengharapkan penilaian secara objektif, yaitu benar-benar menilai kemampuan yang dimiliki setiap siswa.
6. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Hakikat IPA
kejadian-kejadian yang ada di alam dan agar dapat hidup di alam. Darmojo (dalam Samatowa, 2010:3) juga mengatakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.
Webster (dalam Liem, 2007:15) mengungkapkan bahwa sains merupakan suatu cabang ilmu yang berkaitan dengan pengamatan dan pengelompokkan fakta-fakta yang mengutamakan pembentukan atau formulasi kuantitatif dari hukum-hukum umum yang dapat diverifikasi dengan menggunakan pendekatan induktif dan hipotesis. Trianto (2010:137) menjabarkan hakikat IPA menjadi 3 bagian yaitu (1) IPA sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; (2) IPA sebagai keterampilan proses yang terdiri dari mengamati, mengukur, mengklasifikasi, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data dan membuat laporan penelitian; dan (3) IPA sebagai dimensi sikap yaitu keyakinan, pendapat, nilai-nilai yang dipertahankan seseorang ketika mencari pengetahuan baru.
b. Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan IPA juga diungkapkan oleh Iskandar (2007:17) yaitu: (1) IPA berguna bagi suatu bangsa karena kesejahteraan material suatu bangsa banyak tergantung pada kemampuan bangsa dalam bidang IPA dan IPA merupakan dasar teknologi; (2) IPA adalah mata pelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir kritis; dan (3) IPA adalah bagian dari kebudayaan bangsa karena kehidupan semakin lama akan semakin banyak dipengaruhi hasil-hasil IPA.
Peneliti dapat menyimpulkan tujuan IPA berdasarkan pendapat di atas. Jadi, IPA berguna bagi siswa baik dalam konsep dan pengaplikasian kehidupan sehari-hari. IPA diperlukan oleh siswa Sekolah Dasar karena berperan dalam tercapainya tujuan pendidikan SD. IPA juga berguna bagi pengembangan bangsa terutama dalam bidang teknologi. Kesejahteraan bangsa secara tidak langsung dibantu dengan adanya IPA. Siswa juga dapat membiasakan berpikir kritis dengan bantuan IPA.
7. Siswa Sekolah Dasar
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”.
Susanto (2013:78) menjelaskan bahwa siswa usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional konkret. Siswa pada tahapan ini mulai menunjukkan perilaku belajar berkembang. Perilaku berkembang tersebut ditandai 5 ciri yaitu: (1) anak mulai memandang dunia secara objektif; (2) anak mampu memahami peristiwa-peristiwa konkret; (3) anak dapat menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya; (4) anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat; dan (5) anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, pendek, lebar, luas, sempit, ringan, dan berat. Jadi, pengertian siswa sekolah dasar berdasarkan pernyataan di atas adalah anggota masyarakat berusia mulai dari 7 tahun dan berada pada tahapan operasional konkret yang berusaha untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. B. Hasil Penelitian yang Relevan
Peneliti memaparkan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Salah satu penelitian yang relevan adalah penelitian oleh Marlina (2009) yang berjudul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA pada Pokok Bahasan Indra dengan Penggunaan Alat Peraga di SD Negeri 1 Dekso Kulon Progo Kelas
IV Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011/2012”. Tujuan dari penelitian ini untuk
prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA dengan penggunaan alat peraga kelas IV SD Negeri 1 Dekso semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Dekso.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan minat dan prestasi belajar IPA dilakukan dengan cara menggunakan alat peraga. Tindakan dilakukan dengan menggunakan alat peraga berupa gambar dan puzzle. Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan minat yang implikasinya terhadap aktivitas siswa. Pada observasi awal diperoleh data nilai siswa yang memenuhi KKM hanya 20% dari KKM 65. Pada siklus I target KKM 60% yang ditentukan belum tercapai karena hanya mencapai 42,11%. Sedangkan, pada siklus II pemenuhan KKM yang ditargetkan 65% sudah terlampaui karena mencapai 68,42%.
Yesiana (2012) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika Materi Pecahan Menggunakan Pendekatan CTL
pada Siswa Kelas IVA SD Kanisius Ganjuran Semester 2 Tahun Pelajaran
2011/2012”. Tujuan dari penelitian ini adalah unutk mengetahui penggunaan
meningkat lagi menjadi 13,95. Selain itu, nilai rata-rata siswa sebelum mendapat tindakan pendekatan CTL adalah 55,75 dengan persentase yang mencapai KKM yaitu 52,78%. Pada siklus I diperoleh hasil nilai rata-rata siswa menjadi 69,01 dengan persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 80,95% dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat signifikan menjadi 77,04 dengan persentase 85,71%.
Damayanti (2010) juga telah melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Keterampilan Melakukan Operasi Perkalian dan Pembagian Pada
Pecahan Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Bagi
Siswa Kelas V SD Tarakanita Ngembesan Tahun Ajaran 2009/2010”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pendekatan CTL dapat meningkatkan keterampilan melakukan operasi perkalian dan pembagian pecahan pada siswa kelas V SD Tarakanita Ngembesan tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah (1) penguatan kembali konsep perkalian, (2) meningkatkan keterampilan perkalian, (3) penguatan kembali konsep pembagian, dan (4) meningkatkan keterampilan pembagian.
memperoleh nilai di atas KKM dan meningkat sebesar 78,57%. Kondisi awal pada peningkatan keterampilan pembagian menunjukkan bahwa 42,85% siswa memperoleh nilai di atas KKM dan mengalami peningkatan sebesar 85,71%. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan keterampilan dalam melakukan operasi perkalian dan pembagian pada pecahan.
Azizah (2012) juga melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Pendekatan Kontekstual Materi
Menjumlahkan dan Mengurangkan Berbagai Bentuk Pecahan pada Siswa Kelas
VA SD N Adisucipto 1 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas VA SD N Adisucipto 1 menggunakan pendekatan kontekstual materi menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus.
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas VA SD N Adisucipto 1 pada materi menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan.
Gambar 2.2. Literature Map
C. Kerangka Berpikir
IPA adalah mata pelajaran yang tidak bisa jika hanya melalui hafalan saja. Belajar IPA akan lebih bermakna jika melakukan percobaan-percobaan, khususnya pada materi bahan penyusun benda dan sifatnya. Siswa akan lebih
Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD N Selomulyo Menggunakan Konsep SCL Pendekatan CTL
mudah memahami materi tersebut apabila disediakan benda-benda nyata yang ada di sekitar. Pembelajaran IPA di kelas V SDN Selomulyo masih belum menggunakan percobaan-percobaan sehingga minat siswa dalam mengikuti pelajaran masih rendah. Minat siswa yang rendah dalam mengikuti pelajaran menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah. Minat dan prestasi belajar siswa yang rendah dapat diatasi menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL. Pendekatan kontekstual atau CTL adalah pendekatan belajar yang lebih menekankan pada kegiatan pembelajaran dengan cara mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata yang dekat dengan siswa. Pendekatan kontekstual atau CTL memiliki tujuh komponen yang dapat memfasilitasi siswa dalam memproses pengetahuannya secara mandiri. Pengetahuan tersebut tidak sepenuhnya berasal dari guru secara langsung, namun siswa harus membangun sendiri pengetahuannya sedikit demi sedikit melalui percobaan atau melakukan sendiri sampai memperoleh pemahaman. Siswa yang terbiasa memperoleh pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau CTL, terbiasa pula untuk melakukan aktivitas berpikir tingkat tinggi dan akan memperoleh kebermaknaan dalam pembelajaran.
yang dilakukannya maka dapat menjadi harapan bahwa minat dan prestasi belajar siswa akan meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian relevan, dan kerangka berpikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan minat belajar IPA materi bahan penyusun benda dan sifatnya pada siswa kelas V SD N Selomulyo semester 1 tahun ajaran 2013/2014. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan tujuh komponen dalam pendekatan kontekstual melalui kegiatan yang meningkatkan minat siswa. Ketujuh komponen CTL tersebut adalah konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik.
40 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab III membahas tentang jenis penelitian yang dilakukan, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas, indeks kesukaran, analisis data, indikator keberhasilan, serta jadwal penelitian.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Trianto (2011:13) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam istilah bahasa Inggris Classroom Action Research adalah penelitian yang dilakukan pada suatu kelas untuk mengetahui tindakan akibat dari tindakan yang diterapkan kepada subjek penelitian di kelas tersebut. PTK bertujuan untuk meningkatkan dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di dalam kelas serta meningkatkan relevansi pendidikan dan sasaran akhirnya untuk meningkatkan mutu pendidikan (Taniredja, 2010:21). PTK juga memiliki tujuan untuk menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru.
Susilo (2007:19) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan melalui empat langkah utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Langkah tersebut sering juga disebut dengan siklus. Siklus diakhiri dengan evaluasi yang di tandai dengan perbaikan yang dilakukan di siklus selanjutnya.
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Skema penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Taggart
(Sumber: Arikunto,2006:93)
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) adalah tahap awal dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Tahap ini menjelaskan mengenai apa, di mana, mengapa, kapan, oleh siapa, dan bagaimana penelitian tindakan kelas diadakan. Tahap perencanaan ini mengharuskan guru untuk mengetahui masalah yang akan diteliti melalui identifikasi masalah, kemudian dari identifikasi masalah tersebut guru melakukan analisa masalah dan menyusun hipotesis tindakan. Tahap perencanaan juga perlu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian seperti lembar kerja siswa, lembar penilaian, lembar evaluasi bagi kegiatan pembelajaran dan lain-lain.
Pengamat bertugas sebagai peneliti, kemudian guru dan siswa adalah yang diteliti. Sanjaya (2006:59) menyatakan bahwa penelitian kolaboratif adalah penelitian yang paling mungkin dilakukan karena peneliti masih berstatus sebagai mahasiswa dan belum memiliki kelas sendiri.
2. Pelaksanaan (acting)
Pelaksanaan adalah implementasi yang berasal dari perencanaan tindakan sudah dibuat. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan segala yang sudah dipersiapkan oleh peneliti dalam perencanaan. Guru dalam pelaksanaan penelitian membuat suasana yang sedemikian rupa agar terlihat alami namun peneliti juga masih bisa melakukan pengamatan. Kaitan antara perencanaan dan pelaksanaan harus diperhatikan dan dilaksanakan agar ada sinkronisasi dan kesesuaian.
3. Pengamatan (observating)
Pengamatan adalah aktivitas melihat dan mengamati yang sudah direncanakan dan diterapkan dalam penelitian. Pengamatan memiliki tujuan mendapatkan data kuantitatif maupun kualitatif. Data dapat berupa tulisan maupun rekaman video hasil pembelajaran. Hal yang diamati adalah cara guru dalam melakukan tindakan yang sudah disusun pada perencanaan.
4. Refleksi (reflecting)
B. Setting Penelitian
Setting penelitian meliputi subjek penelitian, objek penelitian, waktu
penelitian, dan tempat penelitian. 1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SDN Selomulyo kelas V tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 29 siswa. Kelas terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran IPA materi sifat dan bahan penyusun benda
siswa kelas V SDN Selomulyo tahun ajaran 2013/2014. 3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti selama 10 bulan mulai dari September 2013 sampai Juni 2014. Tahap pelaksanaan yang direncanakan terdapat dalam jadwal kegiatan penelitian.
4. Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di SD Negeri Selomulyo yang terletak di Sembung, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta 55581.
C. Rencana Tindakan
adalah proses belajar mengajar serta percobaan. Kegiatan pertemuan ketiga adalah evaluasi belajar untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa pada pertemuan pertama dan kedua.
1. Persiapan
Tahap awal penelitian ini adalah mengajukan permohonan ijin kepada kepala SD Negeri Selomulyo untuk mengadakan penelitian terhadap siswa kelas V. Peneliti selanjutnya melakukan observasi untuk mengetahui kondisi yang terjadi di dalam kelas. Observasi dilakukan untuk memperoleh data minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas mengenai kondisi siswa saat proses belajar mengajar di kelas, masalah-masalah yang dihadapi guru saat proses belajar mengajar dan solusi yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut. Data yang diperoleh digunakan oleh peneliti untuk menganalisis masalah yang dihadapi siswa dan mulai menyusun rencana penelitian. Peneliti mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok lalu menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), soal-soal evaluasi, rubrik penilaian, serta menyusun kuesioner minat belajar. Peneliti bertindak sebagai guru dalam melaksanakan pembelajaran yang telah disusun dalam penelitian.
a. Rencana Tindakan setiap Siklus
1) Siklus I a) Perencanaan
Peneliti menyusun silabus, RPP, LAS dan soal evaluasi, mempersiapkan bahan ajar, media, masalah kontekstual dan membagi siswa dalam kelompok. Perangkat pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya divalidasi oleh 3 orang ahli yaitu dosen, kepala sekolah dan guru. Peneliti meminta siswa untuk mengisi kuesioner minat siswa pada pelajaran IPA sebelum memulai pelajaran pada siklus I. Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, setiap pertemuan memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran. Materi yang diajarkan pada siklus I yaitu tentang bahan dan sifatnya. Pembelajaran pada siklus I menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL dengan melakukan percobaan kemudian dilanjutkan pemaparan hasil diskusi dalam kelompok. Peneliti berperan sebagai guru dalam penelitian siklus I.
b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Siklus pertama dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 JP pada masing-masing pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti dan didampingi oleh guru mitra. Uraian pelaksanaan tindakan siklus I secara umum adalah sebagai berikut:
Tanya jawab mengenai benda-benda di sekitar (meja, kursi, lemari, penggaris, buku, dan lain-lain) terbuat dari bahan apa (kayu, kertas, plastik dan lain-lain)? (Konstruktivisme)
gambar yang sama kemudian berdiskusi mengenai bahan penyusun dari benda tersebut. (Komunitas Belajar)
Siswa mencari benda-benda lain di sekitar sekolah dan mencari informasi tentang bahan penyusun dari benda-benda tersebut. (Bertanya)
Siswa mengidentifikasi sifat-sifat dari bahan penyusun suatu benda dengan melengkapi LAS. (Inkuiri)
Siswa memberikan contoh-contoh benda berdasarkan sifat bahan penyusunnya dalam kehidupan sehari-hari. (Pemodelan)
Siswa mengisi lembar refleksi yang telah dipersiapkan guru. (Refleksi) c) Observasi
Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui minat siswa selama mengikuti pelajaran dengan lembar pengamatan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi ini dilakukan oleh 3 mitra peneliti yang mengikuti proses pembelajaran dari awal hingga akhir. Ketiga observer mitra peneliti mendapatkan lembar pengamatan dan dilakukan briefing sebelum pelajaran dimulai.
d) Refleksi
sehingga perlu dilakukan siklus II. Siklus II dilakukan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya agar target dapat tercapai. 2) Siklus II
a) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini sama halnya seperti pada siklus I. Peneliti menyusun silabus, RPP, LAS dan soal evaluasi, mempersiapkan bahan ajar, media, masalah kontekstual dan membagi siswa dalam kelompok. Perangkat pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya divalidasi oleh 3 orang ahli yaitu dosen, kepala sekolah dan guru. Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, setiap pertemuan memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran. Materi yang diajarkan pada siklus II yaitu perubahan sifat benda. Pembelajaran pada siklus II menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL dengan melakukan percobaan kemudian dilanjutkan pemaparan hasil diskusi dalam kelompok. Peneliti berperan sebagai guru dalam penelitian ini sama seperti pada penelitian siklus I.
b) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 JP pada masing-masing pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti dan didampingi oleh guru mitra. Berikut uraian pelaksanaan tindakan siklus II secara umum:
Siswa dibagi ke dalam kelompok (Komunitas Belajar)
Siswa mencari benda-benda lain di sekitar sekolah dan mencari informasi tentang bahan penyusun dari benda-benda tersebut. (Bertanya)
Siswa mengidentifikasi sifat-sifat dari bahan penyusun suatu benda dengan melengkapi LAS. (Inkuiri)
Siswa memberikan contoh-contoh benda berdasarkan sifat bahan penyusunnya dalam kehidupan sehari-hari. (Pemodelan)
Siswa mengisi lembar refleksi yang telah dipersiapkan guru. (Refleksi) c) Observasi
Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui minat siswa selama mengikuti pelajaran dengan lembar pengamatan yang telah disusun oleh peneliti dan digunakan pada siklus I. Observasi yang dilakukan pada siklus II secara garis besar sama dengan observasi yang dilakukan pada siklus I.
d) Refleksi
Peneliti mengidentifikasi hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran siklus II. Refleksi yang dilakukan pada siklus II dilakukan dengan mengolah data hasil evaluasi, observasi, dan angket untuk dibandingkan dengan data awal dan hasil capaian siklus I. Hasil refleksi siklus II digunakan sebagai hasil akhir penelitian yang dilakukan.
D. Indikator Keberhasilan dan Pengukuran
guru kelas V SDN Selomulyo karena guru lebih mengetahui keadaan siswa dan karakteristik siswa. Tabel 3.1 menjelaskan indikator dan pengukuran penelitian mulai dari kondisi awal, siklus I dan siklus II.
Tabel 3.1
masih tergolong rendah ditunjukkan dari jumlah siswa yang mencapai KKM terdapat 55% dengan nilai rata-rata kelas 73,00.
Target yang ditentukan oleh peneliti digunakan sebagai indikator keberhasilan dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA. Peneliti menentukan target melalui diskusi bersama guru kelas yang sudah mengetahui karakteristik siswa. Target dalam peningkatan minat pada siklus I merupakan persentase siswa yang berminat sebesar 45% dengan jumlah siswa yang termasuk dalam kategori minimal cukup berminat sebesar 55%. Prestasi belajar siswa pada siklus I memiliki target yang digunakan sebagai indikator keberhasilan yaitu jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 65% dengan nilai rata-rata kelas 75.
Target siklus I yang telah ditentukan pada kenyataannya masih belum dapat tercapai sepenuhnya. Target yang masih belum tercapai pada siklus I yaitu prestasi belajar siswa (lihat selengkapnya pada Bab IV). Peneliti kemudian melanjutkan penelitian ke siklus II dan menyusun target untuk siklus II.
E. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data melalui kuesioner, kegiatan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Bagian ini akan menjelaskan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti.
1. Pengamatan atau observasi