PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU
NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG
TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU,
Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
b. bahwa Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarbaru Nomor 01 Tahun 2014 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarbaru sudah tidak sesuai dengan perkembangan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana maksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarbaru;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II
Banjarbaru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3822);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5189);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82)Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246);
10. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316);
11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568);
12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
13. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 245,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5678);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tatatertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 22);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
19. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 10 Tahun
2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarbaru (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2008 Nomor 10) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan KeduaAtas Peraturan Daerah Kota
Banjarbaru Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarbaru (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2014 Nomor 17, Tambahan Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Nomor 14);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA
BANJARBARU TENTANG TATA TERTIB DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU. BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan DPRD ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kota Banjarbaru.
2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur Pemerintah
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disingkat DPRD adalah
DPRD Kota Banjarbaru.
4. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Selatan.
5. Walikota adalah Walikota Banjarbaru.
6. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Banjarbaru.
7. Ketua Pengadilan Negeri adalah Ketua Pengadilan Negeri Banjarbaru.
8. Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil-wakil Ketua DPRD Kota
9. Anggota DPRD adalah Anggota DPRD Kota Banjarbaru yang diresmikan dan telah mengucapkan sumpah/janji berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Alat Kelengkapan DPRD terdiri dari Komisi, Badan Musyawarah, Badan
Anggaran, Badan Pembentukan Peraturan Daerah, Badan Kehormatan, dan Alat Kelengkapan lainnya.
11. Fraksi adalah wadah berhimpun anggota DPRD dalam satu partai politik
atau lebih.
12. Komisi adalah pengelompokan Anggota DPRD Kota Banjarbaru secara
fungsional berdasarkan tugas-tugas yang ada di DPRD Kota Banjarbaru.
13. Badan Musyawarah adalahBadan Musyawarah DPRD Kota Banjarbaru.
14. Badan Anggaran adalah Badan Anggaran DPRD Kota Banjarbaru.
15. Badan Pembentukan Peraturan Daerah adalah Badan Pembentukan
Peraturan Daerah DPRD Kota Banjarbaru
16. Badan Kehormatan adalahAlat Kelengkapan DPRD Kota Banjarbaru
yang dibentuk oleh DPRD Kota Banjarbaru bertugas untuk meneliti dan memeriksa serta merekomendasikan pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota DPRD.
17. Panitia Khusus yang selanjutnya disebut (PANSUS) adalah Panitia yang
dibentuk untuk pembahasanRaperda dan hal yang bersifat khusus.
18. Reses adalah kegiatan anggota DPRD untuk menjaring aspirasi
masyarakat di daerah pemilihan masing-masing.
19. Kode Etik DPRD, selanjutnya disebut Kode Etik adalah norma yang
wajib dipatuhi oleh setiap anggota DPRD selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat dan kehormatan, citra dan kredibilitas DPRD.
20. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kota Banjarbaru.
21. Kunjungan Kerja adalah Kunjungan Kerja DPRD Kota Banjarbaru.
22. Rapat DPRD adalah Rapat-Rapat DPRD Kota Banjarbaru.
23. Masa Sidang adalah waktu kegiatan Anggota DPRD Kota Banjarbaru
yang dilakukan di dalam gedung DPRD Kota Banjarbaru.
24. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disebut APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
25. Sekretariat DPRD adalah unsur staf sebagai pendukung pelaksanaan
tugas kewajiban Pimpinan dan Anggota DPRD.
26. Sekretaris DPRD adalah pejabat perangkat daerah yang memimpin
Sekretariat DPRD.
27. Komisi Pemilihan Umum Daerah, selanjutnya disingkat KPUD adalah
Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Banjarbaru.
28. Badan Pemeriksa Keuangan, selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga
negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
29. Hari adalah hari kerja.
BAB II
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN DPRD Pasal 2
(1) Keanggotaan DPRD diresmikan dengan Keputusan Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah Pusat.
(3) Anggota DPRD adalah pejabat daerah Kota Banjarbaru.
(4) Masa Jabatan Anggota DPRD adalah 5 (lima) tahun terhitung mulai
tanggal 9 Oktober 2014 sampai dengan tanggal 9 Oktober 2019 dan berakhir bersamaan pada saat Anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Pasal 3
(1) DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kota Banjarbaru.
(2) DPRD dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya
berkedudukan sebagai mitra yang sejajar dengan pemerintah daerah. BAB III
FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG DPRD Bagian Kesatu
Fungsi Pasal 4
(1) DPRD mempunyai fungsi :
a. pembentukan peraturan daerah b. anggaran; dan
c. pengawasan.
(2) Fungsi pembentukan peraturan daerah diwujudkan dalam membentuk Peraturan Daerah, bersama Walikota.
(3) Fungsi Anggaran diwujudkan dalam membahas dan menyetujui Rancangan APBD bersama Walikota.
(4) Fungsi Pengawasan diwujudkan dalam mengawasi pelaksanaan Peraturan Daerah dan APBD.
(5) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di daerah.
Bagian Kedua Tugas dan Wewenang
Pasal 5 (1) DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
a. membentuk peraturan daerah bersama Walikota;
b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah yang diajukan oleh Walikota;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah
dan anggaran pendapatan dan belanja daerah;
d. mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Walikota
dan/atau Wakil Walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;
e. memilih Wakil Walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil
f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian Internasional di daerah;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama Internasional
yang dilakukan oleh pemerintah daerah;
h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Walikota dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah
lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;
j. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
k. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. BAB IV
PERESMIAN, MASA KEANGGOTAAN DAN PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN DPRD
Pasal 6
(1) Jumlah Anggota DPRD sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.
(2) Keanggotaan DPRD diresmikan dengan keputusan gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat sesuai dengan laporan komisi pemilihan umum yang disampaikan melalui walikota.
(3) Anggota DPRD yang baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama bertepatan dengan berakhirnya masa jabatan 5 (lima) tahun anggota DPRD yang lama.
(4) Dalam hal terdapat anggota DPRD yang baru tidak dapat mengucapkan
sumpah/janji bertepatan dengan berakhirnya masa jabatan 5 (lima) tahun anggota DPRD yang lama, masa jabatan anggota DPRD dimaksud berakhir bersamaan dengan masa jabatan anggota DPRD yang mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama.
(5) Dalam hal tanggal berakhirnya masa jabatan anggota DPRD jatuh pada
hari libur atau hari yang diliburkan, pengucapan sumpah/janji dilaksanakan hari berikutnya sesudah hari libur atau hari yang diliburkan dimaksud.
Pasal 7
(1) Anggota DPRD sebelum memangku jabatannya, mengucapkan
sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua pengadilan negeri dalam rapat paripurna istimewa DPRD.
(2) Dalam hal ketua pengadilan negeri berhalangan, pengucapan
sumpah/janji anggota DPRD dipandu oleh wakil ketua pengadilan negeri.
(3) Dalam hal wakil ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berhalangan, pengucapan sumpah/janji anggota DPRD dipandu oleh hakim senior pada pengadilan negeri yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri.
(4) Anggota DPRD yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (4), mengucapkan sumpah/janji dipandu oleh ketua atau wakil ketua DPRD dalam rapat paripurna istimewa DPRD.
(5) Anggota DPRD pengganti antarwaktu sebelum memangku jabatannya,
mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh ketua atau wakil ketua DPRD dalam rapat paripurna istimewa DPRD.
Pasal 8
(1) Pengucapan sumpah/janji anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, didampingi oleh rohaniawan sesuai dengan agamanya masing-masing.
(2) Dalam pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota DPRD yang beragama :
a. Islam, diawali dengan frasa “Demi Allah”;
b. Protestan dan Katolik, diakhiri dengan frasa “Semoga Tuhan menolong
saya”;
c. Budha, diawali dengan frasa “Demi Allah Budha, diawali dengan frasa
“Demi Hyang Adi Budha” dan
d. Hindu, diawali dengan frasa “Om Atah Paramawisesa”.
(3) Setelah mengakhiri pengucapan sumpah/janji, anggota DPRD
menandatangani berita acara pengucapan sumpah/janji. Pasal 9
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 adalah sebagai berikut: “Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan;
bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 10
(1) Tatacara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dan pasal 9 terdiri dari tata urutan acara, tata pakaian dan tata tempat.
(2) Tata urutan acara untuk pelaksanaan pengucapan sumpah/janji anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pembukaan rapat oleh pimpinan DPRD;
b. mendengarkan dan/atau menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia
Raya;
c. pembacaan keputusan peresmian pemberhentian dan pengangkatan
anggota DPRD oleh sekretaris DPRD;
d. pengucapan sumpah/janjianggota DPRD, dipandu olehketua
pengadilan negeri;
e. penandatanganan berita acara sumpah/janji anggota DPRD secara
simbolis oleh satu orang dari masing-masing kelompok agama danketua pengadilan;
f. pengumuman pimpinan sementara DPRD oleh sekretaris DPRD;
g. serah terima pimpinan DPRD dari pimpinan lama kepada pimpinan
sementara secara simbolis dengan penyerahan palu pimpinan;
h. sambutan pimpinan sementara DPRD;
i. sambutan walikota;
j. pembacaan doa;
k. penutupan oleh pimpinan sementara DPRD; dan
l. penyampaian ucapan selamat.
(3) Tata pakaian yang digunakan dalam acara pengucapan sumpah/janji
anggota DPRD meliputi :
a. Ketua Pengadilan Negeri menggunakan pakaian sesuai ketentuan dari
instansi yang bersangkutan;
b. Walikota menggunakan pakaian sipil lengkap dengan peci nasional;
c. Anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji menggunakan
pakaian sipil lengkap dengan peci nasional bagi pria dan wanita menggunakan pakaian nasional; dan
d. Undangan bagi anggota TNI/POLRI menggunakan pakaian dinas
upacara, undangan sipil menggunakan pakaian sipil lengkap dengan peci nasional bagi pria dan wanita menggunakan pakaian nasional.
(4) Tata tempat dalam acara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD
meliputi:
a. pimpinan DPRD duduk di sebelah kiri walikota dan ketua pengadilan
negeri atau pejabat yang ditunjuk di sebelah kanan walikota;
b. anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji duduk di
tempat yang telah disediakan;
c. setelah pengucapan sumpah/janji pimpinan sementara DPRD duduk
di sebelah kiri walikota;
d. pimpinan DPRD yang lama dan ketua pengadilan negeri atau pejabat
yang ditunjuk duduk di tempat yang telah disediakan;
e. sekretaris DPRD duduk di belakang pimpinan DPRD;
f. para undangan dan anggota DPRD lainnya duduk di tempat yang telah
disediakan; dan
BAB V PELAKSANAAN HAK Bagian Kesatu Hak DPRD Pasal 11 (1) DPRD mempunyai hak : a. interpelasi; b. angket; dan c. menyatakan pendapat.
(2) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Walikota mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
(3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan Walikota atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
Paragraf Kesatu Hak Interpelasi
Pasal 12
(1) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a
diusulkan oleh paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada
Pimpinan DPRD, disusun secara singkat, jelas, dan ditandatangani oleh para pengusul serta diberikan Nomor Pokok oleh Sekretariat DPRD.
(3) Usul sebagaimana dimaksud ayat (2) disertai dengan dokumen
sekurang-kurangnya memuat :
a. materi kebijakan dan atau pelaksanaan kebijakkan pemerintah
daerah; dan
b. alasan permintaan keterangan. Pasal 13
(1) Usul meminta keterangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (2),
oleh Pimpinan DPRD disampaikan pada Rapat Paripurna DPRD.
(2) Dalam Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), para
pengusul diberi kesempatan menyampaikan penjelasan lisan atas usul permintaan penjelasan tersebut.
(3) Pembicaraan mengenai sesuatu usul meminta keterangan dilakukan
a. anggota DPRD lainnya melalui fraksi; dan
b. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota DPRD
(4) Keputusan persetujuan atau penolakan terhadap usul permintaan
keterangan kepada Walikota ditetapkan dalam Rapat Paripurna.
(5) Selama usul permintaan keterangan DPRD belum memperoleh
keputusan, para pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik kembali usulannya
(6) Usul sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (2) menjadi hak
interpelasi DPRD apabila mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri lebih dari 1/2 (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.
Pasal 14
(1) Walikota dapat hadir memberikan keterangan tertulis terhadap
permintaan keterangan Anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dalam Rapat Paripurna DPRD.
(2) Apabila walikota tidak dapat hadir untuk memberikan penjelasan tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka walikota dapat menugaskan pejabat terkait untuk mewakilinya.
(3) Setiap anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan atas penjelasan
tertulis Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(4) Terhadap penjelasan tertulis Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), DPRD dapat menyatakan pendapatnya.
(5) Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud ayat (4) disampaikan
secara resmi oleh DPRD kepada Walikota.
(6) Pernyataan pendapat DPRD atas keterangan Walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), dijadikan bahan untuk DPRD dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan untuk Walikota dijadikan bahan dalam penetapan pelaksanaan kebijakan.
Paragraf Kedua Hak Angket
Pasal 15
(1) Hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b
diusulkan oleh paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Pimpinan DPRD yang ditandatangani oleh para pengusul dan diberikan nomor pokok oleh Sekretariat DPRD.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak angket DPRD
apabila mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.
Pasal 16
(1) DPRD memutuskan menerima atau menolak usul hak angket
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1).
(2) Dalam hal DPRD menerima usul hak angket sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), DPRD membentuk panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD dengan keputusan DPRD.
(3) Dalam hal DPRD menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), usul tersebut tidak dapat diajukan kembali. Pasal 17
(1) Panitia angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2), dalam
melakukan penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3), dapat memanggil pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat di daerah, yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui masalah yang diselidiki untuk memberikan keterangan dan untuk meminta menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang diselidiki.
(2) Pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat yang
dipanggil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan DPRD kecuali ada alasan yang sah menurut ketentuan peraturan.
(3) Dalam hal pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga
masyarakat di daerah telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut sebanyak 3 (tiga) kali dalam masing-masing jarak waktu perpanggilan minimal 3 hari kerja tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), DPRD dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
Panitia angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPRD paling lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuknya panitia angket.
Pasal 19
(1) Apabila hasil penyelidikan yang dilaporkan panitia angket sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 diterima oleh DPRD dan ada indikasi tindak pidana, DPRD menyerahkan penyelesaiannya kepada aparat penegak hukum sesuai ketentuan perundang-undangan.
(2) Apabila hasil penyidikan Walikota dan atau Wakil Walikota berstatus
sebagai terdakwa, Menteri Dalam Negeri memberhentikan sementara Walikota dan/atau Wakil Walikota dari jabatannya.
(3) Apabila Walikota dan/atau Wakil Walikota berdasarkan putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dinyatakan terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang diancam pidana 5 (lima) tahun atau lebih, Menteri Dalam Negeri memberhentikan Walikota dan/atau Wakil Walikota dari jabatannya.
Paragraf Ketiga
Hak Menyatakan Pendapat Pasal 20
(1) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1) huruf c diusulkan oleh paling sedikit 8 (delapan) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta penjelasannya
disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD, dengan disertai daftar nama dan tanda tangan para pengusul serta diberi Nomor Pokok oleh Sekretariat DPRD.
(3) Usul pernyataan pendapat tersebut, oleh Pimpinan DPRD disampaikan
dalam Rapat Paripurna DPRD setelah mendapat pertimbangan dari Badan Musyawarah
(4) Dalam Rapat Paripurna DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), para
pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atas usul pernyataan pendapat tersebut.
(5) Pembicaraan mengenai sesuatu usul pernyataan pendapat dilakukan
dengan memberi kesempatan kepada :
a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui Fraksi;
b. walikota untuk memberikan pendapat; dan
c. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota
dan pendapat Walikota.
(6) Usul pernyataan pendapat sebelum memperoleh Keputusan DPRD,
pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik kembali usulnya.
(7) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak menyatakan
pendapat DPRD apabila mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.
(8) Apabila DPRD menerima usul pernyataan pendapat, Keputusan DPRD
dapat berupa :
a. pernyataan pendapat;
b. sarana penyelesaiannya; dan
c. peringatan.
Bagian Kedua Hak Anggota DPRD
Pasal 21 Anggota DPRD mempunyai hak :
a. Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah;
b. Mengajukan pertanyaan;
c. Menyampaikan usul dan pendapat;
d. Memilih dan dipilih;
f. Imunitas;
g. Mengikuti orientasi dan pendalaman tugas;
h. Protokoler; dan
i. Keuangan dan administratif.
Paragraf Kesatu
Hak Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah Pasal 22
(1) Setiap anggota DPRD mempunyai hak mengajukan rancangan peraturan daerah.
(2) Usul prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Pimpinan DPRD dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah disertai penjelasan secara tertulis dan diberikan Nomor Pokok oleh Sekretariat DPRD.
(3) Usul prakarsa dimaksud ayat (2) oleh pimpinan DPRD disampaikan kepada Badan Pembentukan Peraturan Daerah untuk dilakukan pengkajian.
(4) Berdasarkan hasil pengkajian Badan Pembentukan Peraturan Daerah DPRD, Pimpinan DPRD menyampaikan kepada rapat paripurna DPRD. (5) Dalam Rapat Paripurna, para pengusul diberi kesempatan memberikan
penjelasan atas usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(6) Pembicaraan mengenai sesuatu prakarsa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada :
a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan; b. Walikota untuk memberikan pendapat;
c. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para Anggota dan pendapat Walikota.
(7) Usul prakarsa sebelum diputuskan menjadi inisiatif DPRD, para pengusul berhak mengajukan perubahan dan atau mencabutnya kembali.
(8) Rapat Paripurna DPRD memutuskan menerima atau menolak usul prakarsa menjadi inisiatif DPRD.
(9) Tatacara pembahasan Rancangan Peraturan Daerah atas inisiatif DPRD mengikuti ketentuan yang berlaku dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah atas inisiatif Walikota.
Paragraf Kedua
Hak Mengajukan Pertanyaan Pasal 23
(1) Setiap Anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan kepada Pemerintah
Daerah berkaitan dengan fungsi tugas dan wewenang DPRD baik secara lisan maupun tertulis.
(2) Jawaban terhadap pertanyaan anggota DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diberikan secara lisan atau secara tertulis dalam tenggang waktu yang disepakati bersama
Paragraf Ketiga
Hak Menyampaikan Usul dan Pendapat Pasal 24
(1) Setiap Anggota DPRD dalam rapat DPRD berhak mengajukan usul dan
pendapat baik kepada Pemerintah Daerah maupun kepada Pimpinan DPRD.
(2) Usul dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
dengan memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun, dan kepatutan sesuai kode etik DPRD.
Paragraf Keempat Hak Memilih dan Dipilih
Pasal 25
Setiap Anggota DPRD berhak untuk memilih dan dipilih menjadi anggota atau pimpinan dari alat kelengkapan DPRD.
Paragraf Kelima Hak Membela Diri
Pasal 26
(1) Setiap Anggota DPRD berhak membela diri terhadap dugaan melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan, Kode Etik dan Peraturan Tata Tertib DPRD.
(2) Hak membela diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sebelum pengambilan keputusan oleh Badan Kehormatan. Paragraf Keenam
Hak Imunitas Pasal 27
(1) Anggota DPRD mempunyai hak imunitas.
(2) Anggota DPRD tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena
pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPRD ataupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPRD.
(3) Anggota DPRD tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan,
pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPRD maupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPRD.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal
anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf Ketujuh
Hak Mengikuti Orientasi dan Pendalaman Tugas Pasal 28
Setiap Anggota DPRD berhak mengikuti orientasi dan pendalaman tugas berupa diklat-diklat, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Sekretariat DPRD Kabupaten/Kota, partai politik, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lainnya.
Paragraf Kedelapan
Hak Protokoler, Keuangan dan Administrasi Pasal 29
Hak protokoler, keuangan, dan administratif pimpinan dan anggota DPRD mengacu pada Peraturan Daerah dan Peraturan Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 30
(1) Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak keuangan dan administratif.
(2) Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
(3) Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pimpinan dan anggota DPRD berhak memperoleh tunjangan yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan daerah.
(4) Pengelolaan keuangan dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan oleh sekretariat DPRD sesuai dengan peraturan pemerintah.
BAB VI
KEWAJIBAN ANGGOTA DPRD Pasal 31
Anggota DPRD mempunyai kewajiban :
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan menaati peraturan perundang-undangan;
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok,
dan golongan;
e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
g. menaati tata tertib dan kode etik;
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;
j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat;
dan
k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada
konstituen di daerah pemilihannya. BAB VII FRAKSI – FRAKSI
Pasal 32
(1) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi serta tugas dan wewenang
DPRD serta hak dan kewajiban anggota DPRD, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD.
(2) Setiap anggota DPRD harus menjadi anggota salah satu fraksi.
(3) Setiap fraksi di DPRD beranggotakan paling sedikit 3 (tiga) orang.
(4) Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau lebih dapat membentuk 1 (satu) Fraksi.
(5) Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), anggotanya dapat bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan.
(6) Dalam hal tidak ada satupun partai politik yang memenuhi persyaratan
untuk membentuk fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka dibentuk fraksi gabungan.
(7) Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat
(6) paling banyak 2 (dua) fraksi.
(8) Partai Politik sebagimana dimaksud pada ayat (4) dan (5) harus
mendudukan anggotanya dalam 1 (satu) fraksi
(9) Fraksi sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai sekretariat.
(10) Sekretariat DPRD menyediakan sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna
kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperhatikan kemampuan APBD.
Pasal 33
Fraksi-fraksi dapat memberikan pertimbangan kepada Pimpinan DPRD mengenai hal-hal yang dianggap perlu, berkenaan dengan bidang tugas DPRD, diminta atau tidak diminta.
BAB VIII
ALAT KELENGKAPAN DPRD Bagian Kesatu
Umum Pasal 34 (1) Alat kelengkapan DPRD terdiri atas:
a. Pimpinan;
b. Badan Musyawarah;
d. Badan Pembentukan Peraturan Daerah ;
e. Badan Anggaran;
f. Badan Kehormatan; dan
g. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat
paripurna.
(2) Kepemimpinan alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat kolektif dan kolegial.
(3) Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh sekretariat. Bagian Kedua
Pimpinan Pasal 35
(1) Pimpinan DPRD terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang wakil
ketua.
(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai
politik berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPRD.
(3) Ketua DPRD ialah anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang
memperoleh kursi terbanyak pertama di DPRD.
(4) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh
kursi terbanyak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ketua DPRD ialah anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh suara terbanyak.
(5) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh
suara terbanyak sama sebagaimana dimaksud pada ayat (4), penentuan ketua DPRD dilakukan berdasarkan persebaran wilayah peroleh suara partai politik yang lebih luas secara berjenjang.
(6) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh
kursi terbanyak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wakil ketua DPRD ialah anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh suara terbanyak kedua, ketiga, dan/atau keempat.
(7) Apabila masih terdapat kursi wakil ketua DPRD yang belum terisi
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), maka kursi wakil ketua diisi oleh anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua.
(8) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh
kursi terbanyak kedua sama, wakil ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditentukan berdasarkan urutan hasil perolehan suara terbanyak.
(9) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh
kursi terbanyak kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (7), penentuan wakil ketua DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara partai politik yang lebih luas secara berjenjang.
Pasal 36
(1) Partai politik yang berhak mengisi kursi pimpinan DPRD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) menyampaikan 1 (satu) orang calon pimpinan DPRD kepada pimpinan sementara DPRD untuk diumumkan dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD sebagai calon pimpinan DPRD.
(2) Pimpinan sementara DPRD menyampaikan nama calon pimpinan DPRD
kepada gubernur melalui walikota untuk diresmikan pengangkatannya.
(3) Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebelum
memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji di gedung DPRD setempat yang dipandu oleh ketua pengadilan negeri.
(4) Dalam hal pengucapan sumpah/janji di gedung DPRD setempat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena alasan tertentu tidak dapat dilaksanakan, pengucapan sumpah/janji pimpinan DPRD dapat dilaksanakan di tempat lain.
(5) Dalam hal ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berhalangan, pengucapan sumpah/janji pimpinan DPRD dipandu oleh wakil ketua pengadilan negeri.
(6) Dalam hal wakil ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud ayat
(5) berhalangan, pengucapan sumpah/janji pimpinan DPRD dipandu oleh hakim senior pada pengadilan negeri yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri.
Paragraf Kesatu Tugas Pimpinan DPRD
Pasal 37
(1) Pimpinan DPRD mempunyai tugas :
a. memimpin sidang DPRD dan menyimpulkan hasil sidang untuk
diambil keputusan;
b. menyusun rencana kerja pimpinan dan mengadakan pembagian kerja
antara ketua dan wakil ketua;
c. melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan
agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPRD;
d. menjadi juru bicara DPRD;
e. melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD;
f. mewakili DPRD dalam berhubungan dengan lembaga/instansi lainnya;
g. mengadakan konsultasi dengan walikota dan pimpinan
lembaga/Instansi pemerintah lainnya sesuai dengan keputusan DPRD.
h. mewakili DPRD di pengadilan;
i. melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi
atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
j. menyusun rencana anggaran DPRD bersama sekretariat DPRD yang
pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna; dan
k. menyampaikan laporan kinerja pimpinan DPRD dalam rapat paripurna
DPRD yang khusus diadakan untuk itu.
(2) Pelaksanaan tugas pimpinan DPRD dilakukan secara kolektif dan
kolegial.
(3) Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD berhalangan sementara kurang dari 30 (tiga puluh) hari, pimpinan DPRD mengadakan musyawarah untuk menentukan salah satu pimpinan DPRD untuk melaksanakan tugas pimpinan DPRD yang berhalangan sementara sampai dengan pimpinan yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas kembali.
(4) Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD berhalangan sementara lebih
dari 30 (tiga puluh) hari, partai politik asal pimpinan DPRD yang berhalangan sementara mengusulkan kepada pimpinan DPRD salah seorang anggota DPRD yang berasal dari partai politik tersebut untuk melaksanakan tugas pimpinan DPRD yang berhalangan sementara.
(5) Berhalangan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
adalah situasi dan kondisi yang menyebabkan unsur pimpinan DPRD tidak dapat melaksanakan tugasnya. Tidak termasuk berhalangan sementara apabila anggota dan/atau pimpinan DPRD dikenai pemberhentian sementara sebagai anggota dan/atau pimpinan DPRD.
Pasal 38
(1) Pimpinan DPRD memegang pimpinan sehari-hari dan bertugas penuh di DPRD.
(2) Wakil ketua DPRD membantu ketua DPRD dalam memimpin DPRD. (3) Apabila salah satu pimpinan DPRD berhalangan, maka tugas
kewajibannya dilakukan oleh pimpinan DPRD yang lainnya.
(4) Dalam menjalankan tugasnya pimpinan DPRD dibantu oleh sekretariat DPRD.
Paragraf Kedua Pimpinan Sementara
Pasal 39
(1) Dalam hal pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat
(1) belum terbentuk, DPRD dipimpin oleh pimpinan sementara DPRD dengan tugas pokok memimpin rapat-rapat DPRD, memfasilitasi pembentukan fraksi, memfasilitasi penyusunan peraturan DPRD tentang tata tertib, dan memroses penetapan pimpinan DPRD definitif.
(2) Pimpinan sementara DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas seorang ketua dan seorang wakil ketua yang berasal dari dua partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD dan memperoleh rekomendasi dari Partai Politiknya.
(3) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh
kursi terbanyak sama, ketua dan wakil ketua sementara DPRD ditentukan secara musyawarah oleh wakil partai politik bersangkutan yang ada di DPRD.
(4) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
mencapai kesepakatan, ketua dan wakil ketua sementara DPRD berasal dari partai politik berdasarkan urutan perolehan suara dalam pemilihan umum.
Paragraf Ketiga
Pemberhentian Pimpinan DPRD Pasal 40
(1) Masa jabatan pimpinan DPRD terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji Pimpinan dan berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan keanggotaan DPRD.
(2) Pimpinan DPRD berhenti dari jabatannya sebelum berakhir masa
jabatannya karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;
c. diberhentikan sebagai anggota DPRD sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan; dan
d. diberhentikan sebagai pimpinan DPRD.
(3) Pimpinan DPRD diberhentikan dari jabatannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d apabila yang bersangkutan :
a. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPRD berdasarkan
keputusan Badan Kehormatan; dan
b. diusulkan oleh Partai Politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD berhenti dari jabatannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), anggota pimpinan lainnya menetapkan salah seorang di antara pimpinan untuk melaksanakan tugas pimpinan yang berhenti sampai dengan ditetapkannya pimpinan pengganti yang definitif.
(5) Dalam hal ketua dan para wakil ketua berhenti secara bersamaan, tugas
pimpinan DPRD dilaksanakan oleh pimpinan sementara. Pasal 41
(1) Usul pemberhentian pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41 ayat (3) huruf b dilaporkan dalam rapat paripurna oleh pimpinan DPRD lainnya.
(2) Pemberhentian pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD.
(3) Pemberhentian pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan keputusan DPRD. Pasal 42
(1) Keputusan DPRD tentang usulan pemberhentian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 ayat (3) disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada gubernur melalui walikota untuk peresmian pemberhentiannya.
(2) Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan
berita acara rapat paripurna DPRD. Pasal 43
(1) Pengganti pimpinan DPRD yang berhenti sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 berasal dari partai politik yang sama dengan pimpinan DPRD yang berhenti.
(2) Calon pengganti pimpinan DPRD yang berhenti diusulkan oleh pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk diumumkan dalam rapat paripurna DPRD dan ditetapkan dengan keputusan DPRD.
(3) Pimpinan DPRD mengusulkan peresmian pengangkatan calon pengganti
pimpinan DPRD kepada gubernur melalui walikota. Pasal 44
(1) Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), sebelum
memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji di gedung DPRD setempat yang dipandu oleh ketua pengadilan negeri.
(2) Dalam hal pengucapan sumpah/janji di gedung DPRD setempat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena alasan tertentu tidak dapat dilaksanakan, pengucapan sumpah/janji pimpinan DPRD dapat dilaksanakan di tempat lain.
(3) Dalam hal ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berhalangan, pengucapan sumpah/janji pimpinan DPRD dipandu oleh wakil ketua pengadilan negeri.
(4) Dalam hal wakil ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) berhalangan, pengucapan sumpah/janji pimpinan DPRD dipandu oleh hakim senior pada pengadilan negeri yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri.
Bagian Ketiga Badan Musyawarah
Pasal 45
(1) Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat
tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD.
(2) Badan Musyawarah terdiri atas unsur Pimpinan,Komisi dan
utusanFraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan paling banyak 1/2 (setengah)dari jumlah Anggota DPRD.
(3) Susunan keanggotaan Badan Musyawarah ditetapkan dalam Rapat
Paripurna setelah terbentuknya Pimpinan DPRD, Komisi-komisi, Badan Anggaran dan Fraksi-fraksi
(4) Ketua dan Wakil-wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Pimpinan
Badan Musyawarah merangkap anggota.
(5) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan
Musyawarah dan bukan sebagai anggota
(6) Keanggotaan Badan Musyawarah paling lama dapat diubah setiap dua
setengah tahun.
Pasal 46 (1) Badan Musyawarah bertugas :
a. menetapkan agenda DPRD untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu)
masa persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian rancangan peraturan daerah, dengan tidak mengurangi kewenangan rapat paripurna untuk mengubahnya;
b. memberikan pendapat kepada pimpinan DPRD dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD;
c. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat
kelengkapan DPRD yang lain untuk memberikan
keterangan/penjelasan mengenai pelaksanaan tugas masing-masing;
d. menetapkan jadwal acara rapat DPRD;
e. memberi saran/pendapat untuk memperlancar kegiatan;
f. merekomendasikan pembentukan panitia khusus;
g. menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD;
h. memutuskan pilihan mengenai isi risalah apabila timbul perbedaan
pendapat;
i. memberikan saran pendapat kepada Pimpinan DPRD untuk
melancarkan kegiatan;
j. merekomendasikan pembentukan alat kelengkapan DPRD lainnya;
k. melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna
kepada Badan Musyawarah.
(2) Setiap Anggota Badan Musyawarah wajib mengadakan konsultasi dengan
Fraksi-fraksi sebelum mengikuti rapat Badan Musyawarah dan menyampaikan pokok-pokok hasil rapat Badan Musyawarah kepada Fraksi.
Bagian Keempat Komisi - Komisi
Pasal 47
(1) Komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan
dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD.
(2) Setiap Anggota DPRD kecuali Pimpinan DPRD, wajib menjadi anggota
salah satu Komisi.
(3) Jumlah Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 3 (tiga)
Komisi.
(4) Jumlah anggota setiap Komisi diupayakan sama.
(5) Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Komisi, dipilih dari dan oleh anggota
Komisi dan dilaporkan dalam rapat paripurna DPRD.
(6) Penempatan Anggota DPRD dalam Komisi-Komisi dan perpindahan ke
Komisi lain didasarkan atas usul Fraksi dan dapat dilakukan setiap awal tahun anggaran.
(7) Keanggotaan dalam komisi diputuskan dalam rapat paripurna DPRD
atas usul fraksi pada awal tahun anggaran.
(8) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan sekretaris komisi ditetapkan
paling lama 2½ (dua setengah) tahun.
(9) Anggota DPRD pengganti antarwaktu menduduki tempat anggota komisi
yang digantikan.
Pasal 48 (1) Komisi sesuai bidangnya bertugas :
a. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan
b. melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah dan rancangan keputusan DPRD;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan
APBD sesuai dengan ruang lingkup tugas komisi;
d. membantu Pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian
masalah yang disampaikan Walikota dan/atau masyarakat kepada DPRD
e. menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi
masyarakat;
f. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat didaerah
g. melakukan kunjungan kerja Komisi yang bersangkutan atas
persetujuan Pimpinan DPRD;
h. mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat;
i. mengajukan usul kepada Pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang
lingkup bidang tugas masing-masing Komisi; dan
j. memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil
pelaksanaan tugas komisi.
(2) Uraian tugas komisi sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas akan diatur lebih lanjut oleh masing-masing komisi sepanjang tidak bertentangan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 49 (1) Komisi DPRD terdiri dari :
a. komisi I
b. komisi II; dan
c. komisi III
(2) Pembidangan masing-masing Komisi adalah :
a. komisi I membidangi Hukum,Pemerintahan dan Kesra meliputi
Pemerintahan Ketertiban umum, Kependudukan/KB,
Penerangan/Pers, Hukum dan perundang-undangan,
Kepegawaian/Aparatur Negara, Perijinan, Sosial dan Politik, Organisasi Masa, Pertanahan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pendidikan,Kepemudaan dan Olahraga, Ketenagakerjaan, Agama, Sosial, Kesehatan, Bappeda, dan Peranan Wanita.
b. komisi II membidangi tugas-tugas Ekonomi dan Keuangan meliputi
Perekonomian, Perdagangan, Perindustrian, Logistik, Koperasi, Pariwisata, Keuangan Daerah, Perpajakan, Retribusi, Perbankan, Perusahaan Daerah, Perusahaan Patungan, Dunia Usaha dan Penanaman Modal.
c. komisi III membidangi tugas-tugas Pembangunan meliputi Pekerjaan
Umum, Tata Kota, Pertamanan, Kebersihan, Pertambangan dan Energi, Perumahan Rakyat, Lingkungan Hidup, Perhubungan, Pertanian/Peternakan, Kehutanan, dan Pengadaan Pangan.
Bagian Kelima
Badan Pembentukan Peraturan Daerah Pasal 50
(1) Badan Pembentukan Peraturan Daerah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap, dibentuk dalam rapat Paripurna DPRD.
(2) Susunan dan keanggotaan Badan Pembentukan Peraturan Daerah dibentuk pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang.
(3) Anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah terdiri dari utusan Fraksi, dan diusulkan oleh fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota yang mencerminkan keterwakilan Komisi-Komisi.
(4) Pimpinan Badan Pembentukan Peraturan Daerah terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua.
(5) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan Pembentukan Peraturan Daerah dan bukan sebagai anggota.
(6) Ketua dan Wakil Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah dipilih dari dan oleh anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah.
(7) Masa keanggotaan Badan Pembentukan Peraturan Daerah ditetapkan paling lama dua setengah tahun.
(8) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerahyang digantikan.
(9) Pimpinan Badan Pembentukan Peraturan Daerah tidak diperkenankan rangkap jabatan pada salah satu pimpinan alat kelengkapan DPRD.
Pasal 51
Badan Pembentukan Peraturan Daerah bertugas :
a. menyusun rancangan program Badan Pembentukan Peraturan Daerah yang memuat daftar urutan dan prioritas rancangan peraturan daerah beserta alasannya untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD; b. melakukan koordinasi untuk penyusunan program Badan Pembentukan
Peraturan Daerahantara DPRD dan pemerintah daerah menyiapkan rancangan peraturan daerah usul DPR berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;
c. melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan peraturan daerah yangdiajukan anggota, komisi dan/atau gabungan komisi sebelum rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRD.
d. memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang diajukan oleh anggota, komisi dan/atau gabungan komisi, di luar prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan atau di luar rancangan peraturan daerah yang terdaftar dalam program legislasi daerah.
e. meneliti dan mengevaluasi Peraturan Daerah yang sedang berlaku untuk dikaji efektifitas dan kesesuaiannya dengan peraturan perundangan yang berlaku bersama-sama dengan Komisi terkait.
f. mengkaji dan menelaah rancangan peraturan daerah yang berasal dari
Walikota dan DPRD sebelum memasuki tahap pembahasan
g. menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas sebagaimana pada pasal 51 ayat(1) dan (2) kepada Pimpinan DPRD.
h. membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaanDPRD baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh komisi padamasa keanggotaan berikutnya.
Bagian Keenam Badan Anggaran
Pasal 52
(1) Badan Anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. (2) Anggota Badan Anggaran terdiri atas Pimpinan, Ketua Komisidan utusan
fraksi yang diusulkan oleh masing-masing fraksi dengan
mempertimbangkan keanggotaannya dalam tiap-tiap komisi dan paling banyak 1/2 (setengah) darijumlah anggota DPRD.
(3) Ketua dan Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua Badan Anggaran merangkap Anggota.
(4) Susunan keanggotaan, Ketua dan Wakil Ketua Badan Anggaran ditetapkan dalam Rapat Paripurna.
(5) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan Anggaran bukan anggota.
(6) Penempatan anggota DPRD dalam badan anggaran dan perpindahannya ke alat kelengkapan DPRD lainya didasarkan atas usul fraksi dan dapat dilakukan pada awal tahun anggaran.
(7) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota Badan Anggaran yang digantikan.
(8) Masa keanggotaan Badan Anggaran dapat diubah pada setiap tahun. Pasal 53
(1) Badan Anggaran bertugas :
a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD
kepada Walikota dalam mempersiapkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selambat-lambatnya 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
b. memberikan saran dan pendapat kepada Walikota dalam
mempersiapkan penetapan, perubahan dan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna;
c. memberikan saran dan pendapat kepada DPRD mengenai Pra
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, perubahan, dan realiasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang telah disampaikan oleh Walikota;
d. memberikan saran dan pendapat terhadap rancangan perhitungan
anggaran yang disampaikan oleh Walikota kepada DPRD;
e. menyusun anggaran belanja DPRD dan memberikan saran terhadap
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Anggaran menyelenggarakan fungsi :
a. pengumpulkan data dan informasi untuk bahan pembahasan
Rancangan APBD, Rancangan Perubahan APBD dan Rancangan realisasi APBD;
b. penetapan skala prioritas kegiatan dan anggaran bersama Walikota
berupa plafon anggaran tertinggi untuk masing-masing usulan program dan kegiatandi setiap SKPD ( KUA/PPAS) ;
c. pembahasan RKA SKPD dilaksanakan di masing-masing Komisi
sesuai dengan tupoksi;
d. pelaksanaan pembahasan rancangan APBD, Rancangan Perubahan
APBD, dan Rancangan realisasi APBD bersama-sama Walikota dan atau dengan satuan kerja terkait Pemerintah Daerah;
e. penyusunan Rancangan Anggaran Belanja DPRD;
f. perumusan hasil pembahasan berupa saran dan pendapat.
Bagian Ketujuh Badan Kehormatan
Paragraf Kesatu Pasal 54
(1) Badan Kehormatan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat
tetap dan dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan DPRD.
(2) Pembentukan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan keputusan DPRD
(3) Anggota Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berjumlah 3 (tiga) orang yang dipilih dari dan oleh Anggota DPRD.
(4) Pimpinan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdiri atas seorang Ketua dan Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Kehormatan.
(5) Anggota Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD berdasarkan usul dari masing-masing Fraksi.
(6) Masa tugas anggota Badan Kehormatan paling lama 2 ½ (dua setengah)
tahun.
(7) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota Badan
Kehormatan yang digantikan.
(8) Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh
Sekretariat yang secara fungsional dilaksanakan oleh Sekretariat DPRD.
(9) Pimpinan Badan Kehormatan tidak diperkenankan rangkap jabatan pada
salah satu pimpinan alat kelengkapan DPRD. Tata Cara Pencalonan
Paragraf Kedua Pasal 55
(1) Masing-masing Fraksi dapat mengajukan 1 (satu) orang calon anggota Badan Kehormatan, yang ditetapkan dengan kesepakatan Fraksi.
(2) Calon anggota Badan Kehormatan dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pimpinan Fraksi kepada Pimpinan DPRD untuk ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih dengan Keputusan DPRD.
Tugas dan Wewenang Paragraf Ketiga
Pasal 56 Tugas Badan Kehormatan adalah;
a. memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap
moral, kode etik, dan/atau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD;
b. meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan Pimpinan dan atau Anggota
DPRD terhadap peraturan Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik DPRD serta sumpah/janji;
c. melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan
Pimpinan DPRD, masyarakat, dan atau pemilih;
d. melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan,
verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf c kepada rapat paripurna DPRD.
e. dalam melaksanakan penyeledikan, verifikasi dan klarifikasi Badan
Kehormatan dapat meminta bantuan dari tenaga ahli independen Pasal 57
Untuk melaksanakan tugasnya, Badan Kehormatan berwenang :
a. memanggil Pimpinan dan anggota DPRD yang diduga melakukan
pelanggaran kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD untuk memberikan klarifikasi atau pembelaan atas pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan.
b. meminta keterangan pengadu, saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang
terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain; dan
c. menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar kode
etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD. Pasal 58
(1) Mekanisme pengaduan/pelaporan pelanggaran :
a. pengaduan/pelaporan tentang dugaan adanya pelanggaran diajukan
secara tertulis kepada Pimpinan DPRD disertai identitas pelapor yang jelas dengan tembusan Badan Kehormatan;
b. pimpinan DPRD wajib menyampaikan pengaduan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Badan Kehormatan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal pengaduan diterima.
c. apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b
pimpinan DPRD tidak menyampaikan pengaduan kepada Badan
Kehormatan, Badan Kehormatan menindaklanjuti pengaduan
tersebut.
d. dalam hal pengaduan tidak disertai dengan identitas pengadu yang
jelas, pimpinan DPRD tidak meneruskan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b kepada Badan Kehormatan.
e. pengaduan/pelaporan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dikesampingkan apabila tidak disertai dengan identitas pelapor yang jelas;
f. apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya
pengaduan/pelaporan sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak disampaikan oleh Pimpinan DPRD, Badan Kehormatan dapat menindaklanjuti.
(2) Mekanisme penelitian dan pemeriksaan pengaduan/laporan :
a. badan Kehormatan melakukan penyelidikan, verifikasi, klarifikasi.
b. penyelidikan, verifikasi, klarifikasi dimaksud hurup a diatas,
dilaksanakan dengan permintaan keterangan, penjelasan pelapor, saksi dan/atau yang bersangkutan serta pemeriksaan dokumen atau bukti lain;
c. badanKehormatan membuat kesimpulan hasil penelitian dan
pemeriksaan dengan disertai berita acara penelitian dan pemeriksaan;
d. badan Kehormatan menyampaikan kesimpulan hasil penelitian dan
pemeriksaan kepada Pimpinan DPRD untuk ditindaklanjuti dalam Rapat Paripurna DPRD;
e. rapat paripurna DPRD dilaksanakan selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari setelah kesimpulan sebagaimana dimaksud pada huruf b diterima oleh Pimpinan DPRD;
f. rapat paripurna dapat menyetujui atau menolak kesimpulan Badan
Kehormatan;
g. apabila rapat paripurna DPRD menolak kesimpulan Badan
Kehormatan dan menyatakan yang bersangkutan tidak bersalah, DPRD berkewajiban merehabilitasi nama baik yang bersangkutan secara tertulis dan disampaikan kepada yang bersangkutan, Pimpinan Fraksi dan Pimpinan Partai Politik yang bersangkutan. (3) Pimpinan DPRD dan/atau Badan Kehormatan menjamin kerahasiaan
hasil penyelidikan hurup a dan b.
Pasal 59
(1) Badan Kehormatan menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang
terbukti melanggar kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD berdasarkan hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi oleh Badan Kehormatan.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. teguran lisan; b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD; atau
d. pemberhentian sebagai anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
(3) Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa
teguran lisan, teguran tertulis, atau pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada anggota DPRD yang bersangkutan, pimpinan fraksi, dan pimpinan partai politik yang bersangkutan.
(4) Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota DPRD diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 60
DPRD menetapkan rehabilitasi nama baik terhadap anggota yang dilaporkan setelah mendengar pertimbangan dan penilaian dari Badan Kehormatan terbukti tidak bersalah dan/atau tidak melanggar ketentuan perundangan yang berlaku dan /atau yang dituduhkan padanya.
Pasal 61
(1) Dalam hal hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56 huruf d menyatakan bahwa teradu terbukti bersalah, Badan Kehormatan menjatuhkan sanksi sesuai dengan tingkat kesalahannya.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Badan Kehormatan dan dilaporkan kepada rapat paripurna DPRD.
(3) Dalam hal keputusan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menjatuhkan sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota DPRD, pimpinan DPRD menyampaikan keputusan tersebut kepada pimpinan partai politik yang bersangkutan.
(4) Pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak keputusan Badan
Kehormatan diterima, menyampaikan keputusan dan usul
pemberhentian anggotanya kepada pimpinan DPRD.
(5) Dalam hal pimpinan partai politik tidak menyampaikan keputusan dan
usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pimpinan DPRD menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD tersebut berdasarkan keputusan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Gubernur melalui Walikota.
(6) Gubernur meresmikan pemberhentian anggota DPRD kota berdasarkan
usulan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (5). Pasal 62
Apabila berdasarkan hasil penyelidikan verifikasi dan klarifikasi dapat disimpulkan terjadi pelanggaran pidana maka badan kehormatan dapat menyerakannya kepada pihak berwenang untuk menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Bagian Kedelapan Alat Kelengkapan Lain
Pasal 63
(1) Dalam hal diperlukan, DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lain
berupa panitia khusus.
(2) Panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat