• Tidak ada hasil yang ditemukan

10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 150134987011. B 10 Aspek Kelembagaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 150134987011. B 10 Aspek Kelembagaan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2-JM pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7

Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat

(2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya

adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

(2)

Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019

Dalam Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

(3)

1) Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2) Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda; 3) Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan

fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4) Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

5) Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6) Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

7) Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

8) Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9) Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Peraturan mengenai instansi dan lembaga pemerintah di pemerintah daerah Kabupaten Mukomuko adalah Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Mukomuko. Adapun pembangunan Bidang Cipta Karya dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum.

Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan. Dinas Pekerjaan Umum dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum dan penataan ruang; b. Pelaksanaan tugas bidang pekerjaan umum dan penataan ruang;

(4)

d. Pembinaan dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang; dan e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari: a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat terdiri dari: 1). Subbagian Umum; 2). Subbagian Kepegawaian; 3). Subbagian Keuangan; dan

4). Subbagian Perencanaan dan Evaluasi. c. Bidang Bina Marga terdiri dari:

1). Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan; 2). Seksi Pemeliharaan Jalan; dan

3). Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan. d. Bidang Permukiman terdiri dari:

1). Seksi Prasarana dan Sarana Dasar; 2). Seksi Bangunan Gedung; dan 3). Seksi Drainase.

e. Bidang Penataan Bangunan terdiri dari: 1). Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan; 2). Seksi Perizinan Bangunan; dan

3). Seksi Pengendalian Bangunan.

f. Bidang Kebersihan dan Pertamanan terdiri dari: 1). Seksi Persampahan;

2). Seksi Pertamanan; dan

3). Seksi Pengelolaan Air Limbah. g. Bidang Perumahan terdiri dari:

1). Seksi Pengembangan Perumahan;

2). Seksi Pembangunan dan Pengendalian Perumahan; dan 3). Seksi Kemitraan dan Pemberdayaan Perumahan. h. Unit Pelaksana Teknis; dan

i. Kelompok Jabatan Fungsional.

Secara diagramatis bentuk struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dapat dilihat pada

(5)

Gambar X.1

Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mukomuko

10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana ditetapkan dalam Program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengem-bangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Dalam tabel berikut ditampilkan hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya.

Pembangunan Jalan Sanitasi Seksi

Seksi Pengendalian dan PengawasanTata Ruang

UPT

(6)

Tabel 10.1

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No Instansi Peran Instansi dalam

Pembangunan Bidang CK

a. Perumusan kebijakan teknis bidang

perencanaan pembangunan daerah;

a. Perumusan kebijakan teknis bidang

pekerjaan umum dan penataan mengawal pelaksanaan pembangunannya. Bappeda sebagai lembaga perencanaan daerah secara keseluruhan memiliki kemampuan mengarahkan pembangunan sesuai dengan arah pembangunan sesuai visi misi daerah. Sedangkan Dinas Pekerjaan Umum memiliki kemampuan secara teknis bagaimana pembangunan daerah tersebut dilaksanakan.

10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusi (SDM) Bidag Cipta Karya

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Ada dua lembaga yang akan dilihat kondisi SDM-nya yaitu Dinas Pekerjaan Umum serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Selengkapnya tentang komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang Cipta Karya dan Bappeda dapat diperlihatkan seperti pada Tabel 10.2.

Tabel 10.2

Komposisi Satgas RPI2JM dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang

(7)

10.3 Analisis Kelembagaan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

10.3.1.Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Berdasarkan struktur organisasi, tugas dan fungsi organisasi sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun demikian ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyelenggaraan tupoksi kiciptakaryaan, diantaranya yaitu :

a. Koordinasi antar lembaga yang belum dilakukan dengan efektif

b. Belum tersedianya database keciptakaryaan yang terpadu dan mudah diakses c. Peningkatan pertumbuhan masalah yang harus ditangani

d. Pertumbuhan kebutuhan pembiayaan

e. Tuntutan publik terhadap ketersediaan infrastruktur cipta karya

10.3.2.Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Mengenai ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya, dalam penyusunan keorganisasian yang ada di Kabupaten Mukomuko sudah mengacu pada ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007. Peraturan Pemerintah tersebut juga diterjemahkan dalam bentuk kedudukan, fungsi dan tugas dalam pelaksanaan RPI2Jmsebagai berikut:

1. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan

Kedudukan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan merupakan unsur pelaksana teknis bidang perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan, dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah.

Adapun tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan serta melaksanakan kewenangan dekonsentrasi, desentrasisasi dan pembantuan.

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan menyelenggarakan fungsi:

 perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya  Penunjang penyelenggara pemerintah daerah

(8)

2. Kantor Lingkungan Hidup

Kedudukan Kantor lingkungan hidup merupakan unsur pelaksana teknis bidang lingkungan hidup, dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah.

Tugas dan fungsi diantaranya:

1) Kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan kewenangan dekonsentrasi, desentrasisasi dan pembantuan.

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Kantor Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi:

 perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya  Penunjang penyelenggara pemerintah daerah

 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Dinas Pekerjaan Umum

Kedudukan Dinas Pekerjaan umum merupakan unsur pelaksana teknis bidang pekerjaan umum, dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.

Sedangkan tugas dan fungsinya adalah:

1) Dinas pekerjaan umum mempunyai tugas melaksanakan kewenangan dekonsentrasi, desentrasisasi dan pembantuan.

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, dinas pekerjaan umum menyelenggarakan fungsi:

 perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya  Menyelenggarakan pelayanan umum sesuai lingkup tugasnya  Pembinaan pelaksanaan tugas sesuai lingkup tugasnya

 Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas dalam lingkup tugasnya  Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

10.3.3.Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Analisis Sumber Daya Manusi (SDM) Bidang Cipta Karya menunjukkan adanya beberapa kendala diantaranya :

a. Jumlah dan kualitas SDM keciptakaryaan yang belum mencukupi. Luasan daerah layanan dan banyaknya unit kegiatan membutuhkan penyesuaian jumlah dan kapasitas SDM.

(9)

10.3.4.Analisis SWOT Kelembagaan

Masalah ketersediaan infrastruktur di Indonesia dalam waktu lima tahun diyakini akan terselesaikan jika ada kemauan kuat dari pemerintah dan dilakukan dengan all out. Sejalan dengan itu pemerintah menganjurkan agar pengurangan berbagai masalah dimulai dari sumbernya. Pemerintah juga memberi waktu lima tahun untuk pemerintah daerah sebagai penanggung jawab untuk menyelesaikan masalah Cipta Karya di daerahnya.

Selama ini pemerintah daerah masih banyak yang menganggarkan untuk infrastruktur relatif kecil, yang sudah barang tentu belum cukup, bahkan untuk operasional, belum lagi untuk investasinya. Dengan kondisi demikian maka, harus mencari dan mengembangkan sumbersumber pembiayaan lain. Namun selama ini minat masih terdapat keraguan dalam berinvestasi karena dianggap masih belum jelas nilai keuntungan yang akan didapat.

Untuk menemukan berbagai program yang perlu dilakukan, maka dilakukan analsis SWOT seperti dalam Tabel 10.3.

Tabel 10. 3

Analisis SWOT Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Internal

Eksternal

Kekuatan (S)

1. Visi dan misi daerah

2. Ketersediaan dokumen

1. Jumlah dan kualitas SDM

2. Keterbatasan dana pemerintah

kebutuhan sarana cipta karya

(10)

10.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah seperti dijelaskan sebagai berikut ini.

10.4.1.Rencana Pengembangan Keorganisasian

Rencana pengembangan Keorganisasian sebagaimana hasil analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi dapat diupayakan dengan :

1) Optimalisasi dan peningkatan efektivitas pelaksanaan fungsi organisasi pelaksana pembangunan bidang cipta karya

2) Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam menentukan social cost and benefit sharing untuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya

3) Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan cipta karya

4) Penguatan UPTD untuk manajemen aset dan monitoring & evaluasi infrastruktur Cipta Karya

5) Menyusun tupoksi sesuai dengan analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya

10.4.2.Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

Rencana pengembangan ketatalaksanaan sebagai analisis SWOT yang dilakukan, dapat diupayakan dengan :

1) Pembentukan lembaga yang menangani program-program kemitraan pemerintah dengan swasta maupun dengan masyarakat dalam pembangunan bidang cipta karya 2) Peningkatan kemampuan dalam perencanaan dan penilaian (valuation) pembiayaan

investasi dari sumber-sumber pemerintah, swasta dan masyarakat

3) Peningkatan prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta karya, khususnya untuk pengadaan alat pengelolaan sampah dan drainase

4) Peningkatan efektivitas ketatalaksanan penyelenggaraan pembangunan bidang cipta karya

5) Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta karya

6) Kerjasama pemerintah swasta untuk pengadaan rumah sehat

(11)

10.4.3.Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam lembaga pembangunan bidang cipta karya melalui perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Perencanaan pegawai dilakukan dengan mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat dilaksanakan antara lain.

1. Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2. Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4. Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

5. Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

6. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

7. Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan 9. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

10. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

11. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

12. Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara 13. Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14. Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai 15. Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 16. Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

Gambar

Gambar X.1
Tabel 10.2
Tabel 10. 3

Referensi

Dokumen terkait

murabahah dalam perspektif ekonomi Islam. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan dalam penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah, diselesaikan dengan

dengan permasalahan orang lain SS S TS STS 31 Saya beranggapan ayah mampu. bekerjasama dengan ibu

Ada perbedaan yang sangat signifikan intensitas penggunaan SMS untuk berbincang-bincang (p = 0.000) dan perbedaan yang signifikan intensitas penggunaan SMS untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) Gambaran minat bekerja di industri (2) Gambaran prestasi praktik kerja lapangan(PKL) dan (3) hubungan antara minat bekerja

Berpedoman pada metode HOT Fit Model terdapat karakteristik perpustakaan digital yang masuk dalam komponen Organization (organisasi), yaitu perpustakaan digital

Taat dan patuh terhadap segala ketentuan atau peraturan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negari

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi dimana sistem-sistem ini dapat melakukan pendeteksian suhu ruangan, pendeteksian asap,

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik