• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA (Studi Eksperimen terhadap Pemahaman dan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMPN 1 Kembaran) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA (Studi Eksperimen terhadap Pemahaman dan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMPN 1 Kembaran) - repository perpustakaan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1 Metode Pembelajaran Inkuiri

a. Hakikat Pembelajaran

Proses pembelajaran bahasa Indonesia merupakan proses pembelajaran

yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa agar siswa dapat

berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang

dibutuhkannya adalah komunikasi antara guru dan siswa. Komunikasi dapat

efektif apabila siswa dalam keadaan senang/gembira.

Darmansyah (2010: 3-4) mengungkapkan sebagai berikut: kegembiraan

dalam belajar telah terbukti memberikan efek yang luar biasa terhadap capaian

hasil belajar siswa. Ketika siswa mendapat rangsangan menyenangkan dari

lingkungannya akan terjadi berbagai sentuhan tingkat tinggi pada siswa dan

membuat mereka lebih aktif dan kreatif secara mental dan fisik. Dengan

demikian, rangsangan menyenangkan sangatlah dibutuhkan dalam proses

(2)

Faktor yang sangat dominan dalam menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan adalah guru. De Porter, dkk (2000) dalam Darmansyah (2010:

50-51) menyatakan jika guru ingin komunitas belajarnya menjadi tempat yang

meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi, umpan balik, dan pertumbuhan

serta tempat emosi dihargai, maka suasana kelas termasuk bahasa yang dipilih,

cara menjalin simpati, dan sikap terhadap sekolah serta belajar harusnyalah

suasana yang penuh kegembiraan, yang dapat membawa kegembiraan pula pada

para siswa.

Guru semestinya menanamkan prinsip-prinsip kepada siswa supaya timbul

perasaan dalam diri siswa untuk belajar. Selanjutnya, usaha tersebut akan

menjadikan siswa terbuka dan tertarik dalam belajar. Dengan demikian, faktor

yang sangat mendukung dalam keberhasilan pembelajaran yang menyenangkan

adalah guru.

Pembelajaran yang menyenangkan sangat erat kaitannya dengan aktivitas

belajar siswa dalam pembelajarannya. Darmansyah (2010: 4) menyatakan bahwa

indikasi yang dapat dilihat secara kasat mata adalah dari wajah mereka yang

memancarkan cahaya kesenangan yang luar biasa. Mereka lebih aktif bertanya,

berdiskusi, dan menjawab berbagai pertanyaan. Hal tersebut diperkuat dengan

pendapat Ismail SM. (2008: 46) yang mengungkapkan bahwa dalam proses

pembelajaran guru dituntut mampu menciptakan suasana yang memungkinkan

siswa secara aktif menemukan, memproses, dan merekonstruksi ilmu pengetahuan

(3)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru harus

bisa menciptakan proses kegiatan yang menyenangkan sehingga siswa secara

otomatis akan aktif dalam proses pembelajaran tersebut.

b. Hakikat metode Pembelajaran

Dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan seorang guru

dituntut untuk dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran secara variatif.

Guru berperan sebagai pengajar sekaligus fasilitator. Dalam menjalankan

tugasnya sebagai fasilitator, guru bertindak sebagai pengelola pembelajaran

(instruktur) dan pengelola kelas (manager). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Resource

Guide

Manager Evaluator Instructor Organizer

Gambar 2.1 Peranan Guru

(Sumber: Wreight (1991), Roles of Teachers & Learners, hal 52) dalam

Suciati, dkk (2007: 5.24)

Pada saat guru bertindak sebagai manusia sumber, guru menyajikan

informasi kepada siswa (pengajar). Agar siswa mau memperhatikan penjelasan,

guru hendaknya menunjukkan semangat dalam menyampaikan informasi tersebut

(4)

Mulyasa (2009: 55) juga memperkuat tugas guru sebagai fasilitator. Beliau

menguraikan secara terinci tentang tujuh sikap yang harus dimiliki oleh guru,

yaitu: (1) tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau

kurang terbuka; (2) dapat lebih mendengarkan siswa, terutama tentang aspirasi

dan perasaannya; (3) mau dan mampu menerima ide siswa yang inovatif dan

kreatif, bahkan yang sulit sekalipun; (4) lebih meningkatkan perhatiannya

terhadap hubungan dengan siswa seperti halnya terhadap bahan pembelajaran; (5)

dapat menerima balikan (feedback), baik yang sifatnya positif maupun negatif,

dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan

perilakunya; (6) toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat siswa sebagai proses

pembelajarannya; dan (7) menghargai prestasi siswa, meskipun biasanya mereka

sudah tahu prestasi yang dicapainya.

Sikap guru tersebut juga hendaknya didukung dengan usaha guru supaya

berhasil dalam memerankan tugasnya sebagai fasilitator. Mulyasa (2009: 56)

memberikan resep yang harus diperhatikan dan diamalkan oleh guru agar dalam

proses pembelajarannya berhasil. Resep-resep tersebut adalah

1. kurangi metoda ceramah;

2. berikan tugas yang berbeda bagi setiap siswa;

3. kelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya;

4. perkaya bahan dari berbagai sumber aktual dan menarik;

5. hubungi spesialis, bila ada siswa yang mempunyai kelainan;

6. gunakan prosedur yang bervariasi dalam penilaian;

(5)

8.kembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap siswa bekerja dengan

kemampuan masing-masing pada tiap pembelajaran; dan

9. libatkan siswa dalam berbagai kegiatan seoptimal mungkin.

Berdasarkan hal di atas, maka dibutuhkan sesuatu metode pembelajaran

yang tepat agar kedua peran tersebut dapat terlaksana dengan baik. Guru harus

bisa mengurangi metode ceramah dalam setiap proses pembelajarannya. Guru

sebaiknya menguasai metode-metode pembelajaran yang dapat menjadikan proses

pembelajarannya menyenangkan dan dapat mencapai tujuan secara optimal.

Metode pembelajaran ini disesuaikan dengan materi pembelajaran sehingga

terwujudnya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam

membelajarkan siswa supaya terbentuk interaksi dan proses pembelajaran yang

efektif. Setiap metode pembelajaran akan memiliki karakteristik yang

berbeda-beda dalam membentuk suatu pengalaman balajar siswa, tetapi satu dengan yang

lainnya dapat saling menunjang. seperti yang dikatakan oleh Sudjana (2010: 30)

yang menyebutkan bahwa komponen pembelajaran terdiri dari: tujuan

pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran, metode yang digunakan untuk

menyampaikan materi pelajaran dan penilaian untuk mengetahui sejauh mana

materi dapat diserap oleh siswa.

Dengan demikian metode sangat mendukung dalam proses pembelajaran.

“Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan

hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran” (Sudjana, 2010:

(6)

adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar

terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.

Mengacu kepada pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan oleh

dua ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan

suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses

pembelajaran pada diri siswa. Seorang guru menggunakan metode pembelajaran

dalam proses pembelajaran harus betul-betul memahami tujuan adanya

penggunaan metode pembelajaran supaya guru dapat mengimplementasikan

materi pembelajaran dengan tepat sasaran.

Adapun Metode pembelajaran pada prinsipnya bertujuan supaya terjadi

proses pembelajaran pada diri siswa sehingga tujuan pembelajaran yang

diharapkan oleh guru dapat tercapai. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran

dapat ditekankan bahwa metode pembelajaran hendaknya dapat menumbuhkan

kegiatan belajar pada diri siswa. Menurut Sunardi (2002: 366) dalam Khasanah

(2010: 24) bahwa Secara umum dapat dilihat bahwa metode mengajar dapat

mengarahkan perhatian siswa terhadap hakikat belajar yang spesifik,

membangkitkan motivasi untuk belajar, memberikan umpan balik dengan segera,

memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan dan

kecepatannya sendiri, dapat mengembangkan dan membina sikap positif terhadap

diri sendiri, guru, materi pelajaran serta proses pendidikan pada umumnya.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran

yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan

(7)

membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, hal tersebut dapat

mendukung pencapaian hasil belajar siswa yang lebih optimal.

c. Hakikat Metode Inkuiri

Setelah kita mengenal lebih dekat tentang hakikat pembelajaran dan

metode pembelajaran, kita harus berpikir lebih spesifik lagi berkaitan dengan

metode yang dimungkinkan dapat kita gunakan dalam proses pembelajaran guna

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode tersebut bisa

mengkondisikan siswa secara optimal dengan kemampuan yang dimilikinya.

Keterkaitannya dengan pernyataan di atas maka peneliti akan mencoba

menyajikan metode inkuiri dalam salah satu proses pembelajaran. Herdian (2010)

menyebutkan bahwa inkuiri ditinjau berdasarkan atas etimologi kata, maka dapat

disebutkan bahwa kata Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta,

atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan

melakukan penyelidikan. Berkaitan dengan pendapat tersebut, maka Inkuiri

sebagai metode mengajar dalam dunia pendidikan dapat dilakukan secara

kelompok agar siswa dapat bekerjasama dengan temannya dan mereka dapat

saling bertukar pendapat untuk memecahkan suatu masalah pada proses

pembelajaran yang berlangsung.

Bruce dan Bruce (1992) dalam Salimin (Tanpa Tahun: 7) menyebutkan

(8)

dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir

rasional. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa,

yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi.

Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh ilmuwan sosial yang

menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi. Pengajaran berdasarkan

inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa

inquiry ke dalam suatu isu/mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan

melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok

(Kaurilsky, 1987: 68 dalam Hamalik, 2001: 220).

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa inkuiri

merupakan suatu metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif

berkomunikasi dan mencari informasi yang diperlukan. Siswa harus berinteraksi

dengan yang lainnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sanjaya

(2010: 196-197) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama

strategi pembelajaran inkuiri, antara lain: pertama, strategi inkuiri menekankan

kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya

strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek didik. Kedua, seluruh aktivitas

yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri

dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap

percaya diri (self belief). Ketiga, tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri

adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,

atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental

(9)

jadikan barometer dalam menerapkan metode yang tepat dalam kegiatan

pembelajaran yang akan berlangsung. Sanjaya (2010: 206-207) menyebutkan

secara garis besarnya bahwa strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi

pembelajaran yang banyak dianjurkan. Oleh karena itu, strategi ini memiliki

beberapa keunggulan, di antaranya:

a. menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

yang secara seimbang sehingga pembelajaran itu akan lebih bermakna.

b. memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar yang

mereka miliki.

c. strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern.

d. dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata

Di samping memiliki keunggulan seperti yang sudah disebutkan di atas,

metode inkuiri juga tidak lepas dari kekurangan/ kelemahan. Adapun secara garis

besar disebutkan kelemahannya, antara lain:

a. Jika inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka metode ini akan

sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya diperlukan waktu yang lama

sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap

(10)

Mengacu kepada uraian di atas, metode inkuiri tidak hanya digunakan

dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan

ilmu pengetahuan sosial. Akan tetapi, metode ini juga dapat digunakan pada mata

pelajaran bahasa Indonesia. Metode inkuiri dapat digunakan dalam aspek

membaca. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk menjadi subjek didik, sedangkan

guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing.

Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut: (1) merumuskan

masalah, (2) mengamati atau melakukan observasi, (3) menganalisis dan

menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya,

(4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audien yang lain (Muslich,2007:45).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan mengimplementasikan

langkah-langkah metode inkuiri pada pembelajaran menulis teks berita. Adapun

langkah-langkah tersebut sebagai berikut: (1) Siswa membentuk kelompok antara

4 - 5 orang, (2) masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk

memimpin diskusi, (3) Guru mengemukakan permasalahan yang berkaitan dengan

teks berita, (4) masing-masing kelompok menentukan jawaban sementara dan

mengumpulkan jawaban dari data yang diperoleh dari media massa maupun

kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan sekolahnya yang nantinya bisa

dijadikan berita, (5) menyusun teks berita, (6) menyajikan hasil diskusi kepada

guru dan teman-teman kelompok lainnya kemudian bersama-sama menentukan

kriteria penilaian untuk menentukan berita yang terbaik, dan (7) berita terbaik

(11)

2 Hakikat Menulis Teks Berita

a. Hakikat Menulis

“Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, dan

informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Sebagai salah satu bentuk komunikasi

verbal, menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan. Pesan atau isi

tulisan, saluran, atau medium tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan.”

(Akhadiah, 2001: 1.16)

Berdasar hal di atas tersirat bahwa menulis merupakan unsur utama

sehingga seseorang harus terampil dalam menulis dan mengetahui cara-cara

menulis dengan baik dan benar. Hal ini dengan sendirinya seseorang akan dapat

menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikirannya secara teratur. Syafi’ie

(1988: 42) mengatakan, “Menulis merupakan keterampilan yang dapat dipelajari.

Selain itu, penulis dalam menyampaikan pesan harus menggunakan bahasa yang

efektif dan saluran yang baik dan tepat agar dapat dipahami oleh pembaca. Oleh

karena itu, keempat unsur itu saling mendukung secara simultan.” Apalagi

Marwoto (1985:13) mengatakan bahwa kemampuan seseorang untuk

mengungkapkan ide, pikiran, ilmu, dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam

bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami oleh

(12)

Dengan pernyataan di atas maka siswa harus memiliki keterampilan atau

kemampuan menulis untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya.

Guru dituntut memberikan bekal keterampilan menulis kepada siswa. Daughter

(1976: 1) juga menyampaikan bahwa menulis merupakan proses berpikir. Sebagai

suatu proses berpikir kegiatan menulis mencakup kegiatan memunculkan dan

memfokuskan pada ide-ide tertentu yang relevan dan terkait untuk dituangkan

dalam bentuk teks tertulis yang kohesif dan koheren.

Berkaitan dengan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

menulis adalah kemampuan berkomunikasi verbal dengan melibatkan unsur

penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium

tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Menulis merupakan kegiatan yang

kompleks dan rumit karena memerlukan pengungkapan ide-ide yang jelas, bahasa

yang tepat, dan pemahaman tentang orang yang akan membaca tulisan tersebut.

b. Tujuan Menulis

Setiap tulisan tentunya mengandung suatu tujuan. Tarigan (1994: 25)

menyebutkan tentang tujuan menulis antara lain: (1) Assigment purpose (tujuan

penugasan), (2) Altruistic purpose (tujuan altruistik), (3) Persuasive purpose

(tujuan persuasive), (4) Information puspose (tujuan informasi dan penerangan),

(5) Self expressive purpose (tujuan pernyataan diri), (6) Creative purpose (tujuan

kreatif), dan (7) Problem solving (tujuan pemecahan masalah).

c. Hakikat Teks Berita

Poerwadarminta memberi batasan tentang berita adalah laporan tentang

(13)

(1983:1) yang mengatakan “berita merupakan laporan tentang peristiwa-peristiwa

yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat-sifat aktual, terjadi di

lingkungan pembaca mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut

berpengaruh terhadap pembaca.” Bahkan Rolnicki, dkk (2008: 2) menyebutkan

berita dapat didefinisikan sebagai”hard news” atau “soft news” Hard news (berita

hangat) punya arti penting bagi pembaca, pendengar, dan pemirsa karena berisi

kejadian yang terkini. Adapun soft news (berita ringan) biasanya kurang penting

karena isinya menghibur, walau kadang member informasi penting.

Berdasar hal di atas, berita disamakan dengan laporan karena di dalamnya

memuat hal-hal yang faktual. Dengan demikian, berita yang nantinya akan kita

tulis hendaknya memenuhi persyaratan sebuah berita.

Widodo (1997: 36-37) mengatakan bahwa berita yang ditulis memiliki

syarat: (1) fakta, (2) objektif, (3) berimbang, (4) lengkap, dan (5) akurat. Suatu

berita yang disajikan semestinya memuat suatu peristiwa yang nyata dan dapat

dipertanggungjawabkan. Kita menyajikannya harus sesuai dengan porsinya dan

tidak lupa memuat 5W + 1H sehingga terjamin kebenarannya. Berkaitan dengan

hal di atas, Soehaet dalam Depdiknas (2005: 42) menyebutkan. “Unsur-unsur

sebuah berita dirumuskan dengan 5W + 1H, yaitu what, who, where, when, who,

why, dan how. atau ASDAMBA: apa, siapa, di mana, apabila/kapan, mengapa,

dan bagaimana.

(14)

1) berdasarkan sifat kejadian: berita yang sudah diduga akan terjadi, berita

tentang peristiwa yang terjadi secara mendadak, berita tentang peristiwa yang

direncanakan, gabungan peristiwa terduga dan tak terduga.

2) berdasarkan masalah yang dicakup yakni masalah kehidupan manusia yang

mencakup empat aspek: aspek sosial politik, ekonomi, dan kebudayaan.

3) berdasarkan lingkup pemberitaan mencakup: lokal, regional, nasional, dan

internasional.

4) berdasarkan sifat pemberitaan: menghibur, memberitahu, mendidik. (Basuki,

1983; dalam Abrar, 2005: 5-6)

Rolnicki, dkk (2008: 8-14) dan Septiawan (2005: 18-20) menyebutkan

secara garis besar bahwa ada sepuluh elemen yang ada dalam berita. (1)

Kesegeraan (immediacy) atau ketepatan waktu (timeliness) adalah elemen paling

essensial dari kebanyakan berita. (2) Kedekatan atau kemiripan bukan hanya

berarti kedekatan geografis tetapi juga kedekatan minat, dan terkadang disebut

dampak (impact). (3) Konsekuensi berhubungan dengan daya tarik yang lebih luas

dengan arti penting dan dengan efek berita pada pembaca. (4) Kemenonjolan

(prominence) atau ketenaran sebagai satu unsur berita, mencakup orang, tempat,

sesuatu dan situasi yang dikenal oleh publik karena kemakmurannya, posisi

sosialnya, prestasinya atau publisitas sebelumnya yang positif atau negatif. (5)

Drama bisa menambah vitalitas dan warna berita karena berisi misteri,

ketegangan, komedi, kejadian aneh dan ganjil. (6) Keganjilan atau keanehan

hampir selalu membuat fakta menjadi menarik. (7) Konflik adalah elemen berita

(15)

kehidupan manusia, memiliki nilai berita dan seks dapat diberitakan secara

dewasa, informative dan nonsensasional. (9) Emosi dan naluri (insting) adalah

berita yang paling banyak dibaca di media cetak. Adapun (10) Kemajuan

(progress) berkaitan dengan perubahan signifikan untuk kemajuan perbaikan umat

manusia.

Selanjutnya, berita yang tersajikan dalam media cetak maupun media

elektronik pada hakikatnya harus memenuhi persyaratan yang ada pada

unsur-unsur berita. Adapun unsur-unsur-unsur-unsur berita menurut Basuki (1983: 22-25) terdiri

atas: headline, deadline, lead, dan body.

Headline biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul.

Ia berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang

akan diberitakan; (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.

Deadline. Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan

tanggal kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian

dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan

inisial media.

Lead. Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraf pertama

sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang

menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati

sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat. Rolnicki, dkk (2008:

43) menyebutkan, “ … biasanya teras berita yang baik memuat 35 kata atau satu

(16)

Selanjutnya, Harianto (Didikharianto. wordpress. Januari 2007)

menyebutkan tentang penulisan teras berita/lead lebih rinci sebagai berikut:

1)berisi kalimat langsung yang mudah dimengerti pembaca

2)mencakup unsur 5W + 1H

3)ditempatkan di alinea pertama

4)maksimal tiga kalimat yang tidak bertele-tele

5)merupakan bagian yang terpenting dari berita

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa teras berita dapat

ditulis dalam 1 - 3 kalimat yang di dalamnya memuat 5W + 1H.

Body. Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan

dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian, body merupakan

perkembangan berita.

d. Hakikat Menulis Berita

Menulis berita merupakan salah satu langkah yang dapat kita lakukan

dalam tujuan suatu peristiwa atau kejadian dapat diketahui oleh khalayak.

Seseorang akan dapat menulis berita dengan baik apabila ia mempunyai

pengetahuan yang berkaitan dengan berita. Teknik menulis berita pada umumnya

mengikuti bentuk piramida terbalik. Pada bagian paling atas merupakan ruang

penulis untuk ringkasan isi berita yang lazimnya tidak lebih dari 35 kata. Pada

bagian tersebut mestinya memiliki kelengkapan 5W + 1H, yakni what (peristiwa

apa yang dibicarakan), who (siapa saja yang terlibat dengan peristiwa), when

(17)

berlangsung), why (mengapa peristiwa itu terjadi), dan how (bagaimana peristiwa

tersebut terjadi). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan berupa pengembangan

detil-detil, fakta-fakta, dan hal-hal lain (Septiawan Santana K., 2005: 22-23)

Semua orang bisa menjadi seorang penulis berita. Ada beberapa hal yang

dapat dipertimbangkan untuk menjadi penulis berita yang baik, yaitu: mulailah

setiap paragraf dengan fakta yang signifikan atau menarik, dan gunakan kata

spesifik yang menarik. Kalimat dengan urutan subjek-kata kerja-objek lebih

dianjurkan untuk penulisan berita. Kata yang familiar dan bahasa percakapan

sehari-hari biasanya lebih baik daripada istilah teknis atau akademik. Penulis

berita hendaknya menulis berita dengan ringkas padat. Kata kerja aktif biasanya

lebih baik ketimbang bentuk pasif untuk isi berita. Kata benda konkret akan

menambah warna berita. (Rolnicki, 2008: 63-66)

B. Penelitian Yang Relevan

Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan beberapa hasil penelitian

yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.

1 Penelitian yang dilakukan oleh Sukilah pada tahun 2011 dalam penulisan

Tesis. Beliau belajar Teknologi Program Pasca Guru, Adi Buana Universitas

PGRI Surabaya. Adapun tesisnya berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Belajar

Inquiry, Konstruktivisme, dan Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Membaca

Intensif Bahasa Indonesia”. Penelitian ini menggunakan penulisan skripsi desain

kausal komparatif (studi Perbandingan kausal), Hasil untuk hipotesis 1 Penilitian t

hitung diperoleh pada 4,258 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih

(18)

kemampuan membaca siswa diajarkan secara intensif dengan metode inkuiri dan

pembelajaran pada kelas konstrutivisme siswa VII SMP 19 dan SMP 23 Surabaya

yang diterima, Ho ditolak. Adapun hipotesis dua t hitung diperoleh pada 15,342

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (5%), maka Ha

diterima, yang berbunyi: Ada kemampuan membaca intensif antara siswa yang

memiliki motivasi tinggi untuk belajar dan siswa yang memiliki rendahnya

motivasi belajar siswa kelas VII di SMP 19 dan SMP 23 Surabaya yang diterima,

Ho ditolak. Dan untuk ketiga hipotesis diperoleh dengan menghitung nilai F 7,039

dengan signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05 (5%), maka Ha

diterima, yang berbunyi: Ada interaksi antara strategi pembelajaran dengan

motivasi siswa untuk menerima intensif membaca keterampilan, sementara Ho

ditolak.

2 Penelitian yang dilakukan oleh Hj. Imas Hodijah pada tahun 2010 dalam

bentuk skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah di

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang. Skripsi ini berjudul

Model Pembelajaran Menyunting Surat Resmi dengan Menggunakan Metode

Inkuiri (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2

Plered, Purwakarta Tahun pelajaran 2009/2010). Adapun hasil penelitiannya

dapat disimpulkan bahwa pertama, kemampuan siswa dalam menyunting surat

resmi sebelum menggunakan metode inkuiri kurang baik dengan nilai rata-rata

sebesar 5,5. Kedua, kemampuan siswa dalam menyunting surat resmi sesudah

menggunakan metode inkuiri cukup baik dengan nilai rata-rata 6,4. Ketiga,

(19)

kemampuan siswa dalam menyunting surat resmi sebelum dan sesudah

menggunakan metode inkuiri.

Berdasarkan penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode

inkuiri tidak hanya diterapkan pada Ilmu Pengetahuan Alam saja. Metode inkuiri

dapat pula diterapkan pada ilmu kebahasaaan khususnya bahasa Indonesia.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang harus

dikuasai siswa. Pembelajaran ini merupakan keterampilan yang sangat penting

terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia mengingat pembelajaran menulis

selalu diujikan dalam ujian nasional.

Rendahnya hasil belajar menulis siswa terutama menulis teks berita dapat

disebabkan pula oleh faktor-faktor pendukung seperti pembelajaran yang tidak

menyenangkan dan tidak terciptanya keaktivan siswa dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu, hal tersebut harus segera diatasi. Jika tidak segera diatasi akan

berimbas terhadap rendahnya kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam

berbahasa Indonesia secara umum, dan akan berimbas pula pada rendahnya hasil

ujian nasional

Hal tersebut dipertajam dengan permasalahan yang disebabkan oleh guru

yang cenderung menekankan pelajaran yang diberikannya pada aspek

pengetahuan (kognitif) saja. Dengan demikian, kualitas hasil pembelajaran

(20)

Upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis teks berita

dapat dilakukan dengan penerapan metode pembelajaran yang dipandang tepat

sehingga kesulitan yang dihadapi guru maupun siswa dalam pembelajaran

menulis teks berita dapat dikurangi semaksimal mungkin. Adapun metode

pembelajaran tersebut adalah metode inkuiri. Penerapan metode ini

memungkinkan siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa

dituntut untuk belajar berkelompok menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

dalam keterampilan menulis teks berita dan belajar menyusun kesimpulan dari

apa yang telah disampaikan pada pembahasan masalah. Dengan demikian, metode

pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas maupun hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berpikir dalam penelitian ini

dapat digambarkan melalui skema berikut:

Pemahaman dan Kemampuan

menulis teks berita kurang optimal

Perlu penerapan metode yang tepat

dalam pembelajaran menulis teks berita

Metode inkuiri Metode konvensional

(beban siswa berkurang Perbedaan (beban siswa berat

(21)

kelompok) secara individu)

metode inkuiri lebih efektif

dibandingkan metode konvensional

Gambar

Gambar 2.1 Peranan Guru
Gambar 2.2: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Keterbatasan fungsi pendengaran yang dimiliki anak tunarungu, berdampak pada hambatan komunikasi, yaitu selalu tidak sempurna (baik verbal maupun tulisan) sehingga dapat

Visi : Menjadi instansi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modren yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-758/KMK.01/1993 tentang Organisasi dan atau Kerja Direktorat Jenderal Pajak. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

[r]

M Jurusa n 1 Mahasiswa mengisi daftar absen 2 Akad merekapitulasi kehadiran dosen berdasarkan daftar hadir (presensi) Setlah pertemu an kuliah dimulai Daftar Rekapit ulasi

Adapun permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana proses pelaksanaan transaksi efek semu yang terjadi di pasar sekunder dalam bursa efek

Setelah mengamati semua sampel, berilah nilai sesuai dengan tingkat kesukaan Anda terhadap rasa sampel yang tersedia.. Urutkan nilai sampel dari yang Anda paling sukai (=6)

Pre-Processing for mammogram images based on the five wavelet de-noising filters namely: Sym8, Haar, Coif1, Daub3 and Daub4 whilst utilizing different levels of