BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1 Metode Pembelajaran Inkuiri
a. Hakikat Pembelajaran
Proses pembelajaran bahasa Indonesia merupakan proses pembelajaran
yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa agar siswa dapat
berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang
dibutuhkannya adalah komunikasi antara guru dan siswa. Komunikasi dapat
efektif apabila siswa dalam keadaan senang/gembira.
Darmansyah (2010: 3-4) mengungkapkan sebagai berikut: kegembiraan
dalam belajar telah terbukti memberikan efek yang luar biasa terhadap capaian
hasil belajar siswa. Ketika siswa mendapat rangsangan menyenangkan dari
lingkungannya akan terjadi berbagai sentuhan tingkat tinggi pada siswa dan
membuat mereka lebih aktif dan kreatif secara mental dan fisik. Dengan
demikian, rangsangan menyenangkan sangatlah dibutuhkan dalam proses
Faktor yang sangat dominan dalam menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan adalah guru. De Porter, dkk (2000) dalam Darmansyah (2010:
50-51) menyatakan jika guru ingin komunitas belajarnya menjadi tempat yang
meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi, umpan balik, dan pertumbuhan
serta tempat emosi dihargai, maka suasana kelas termasuk bahasa yang dipilih,
cara menjalin simpati, dan sikap terhadap sekolah serta belajar harusnyalah
suasana yang penuh kegembiraan, yang dapat membawa kegembiraan pula pada
para siswa.
Guru semestinya menanamkan prinsip-prinsip kepada siswa supaya timbul
perasaan dalam diri siswa untuk belajar. Selanjutnya, usaha tersebut akan
menjadikan siswa terbuka dan tertarik dalam belajar. Dengan demikian, faktor
yang sangat mendukung dalam keberhasilan pembelajaran yang menyenangkan
adalah guru.
Pembelajaran yang menyenangkan sangat erat kaitannya dengan aktivitas
belajar siswa dalam pembelajarannya. Darmansyah (2010: 4) menyatakan bahwa
indikasi yang dapat dilihat secara kasat mata adalah dari wajah mereka yang
memancarkan cahaya kesenangan yang luar biasa. Mereka lebih aktif bertanya,
berdiskusi, dan menjawab berbagai pertanyaan. Hal tersebut diperkuat dengan
pendapat Ismail SM. (2008: 46) yang mengungkapkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru dituntut mampu menciptakan suasana yang memungkinkan
siswa secara aktif menemukan, memproses, dan merekonstruksi ilmu pengetahuan
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru harus
bisa menciptakan proses kegiatan yang menyenangkan sehingga siswa secara
otomatis akan aktif dalam proses pembelajaran tersebut.
b. Hakikat metode Pembelajaran
Dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan seorang guru
dituntut untuk dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran secara variatif.
Guru berperan sebagai pengajar sekaligus fasilitator. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai fasilitator, guru bertindak sebagai pengelola pembelajaran
(instruktur) dan pengelola kelas (manager). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Resource
Guide
Manager Evaluator Instructor Organizer
Gambar 2.1 Peranan Guru
(Sumber: Wreight (1991), Roles of Teachers & Learners, hal 52) dalam
Suciati, dkk (2007: 5.24)
Pada saat guru bertindak sebagai manusia sumber, guru menyajikan
informasi kepada siswa (pengajar). Agar siswa mau memperhatikan penjelasan,
guru hendaknya menunjukkan semangat dalam menyampaikan informasi tersebut
Mulyasa (2009: 55) juga memperkuat tugas guru sebagai fasilitator. Beliau
menguraikan secara terinci tentang tujuh sikap yang harus dimiliki oleh guru,
yaitu: (1) tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau
kurang terbuka; (2) dapat lebih mendengarkan siswa, terutama tentang aspirasi
dan perasaannya; (3) mau dan mampu menerima ide siswa yang inovatif dan
kreatif, bahkan yang sulit sekalipun; (4) lebih meningkatkan perhatiannya
terhadap hubungan dengan siswa seperti halnya terhadap bahan pembelajaran; (5)
dapat menerima balikan (feedback), baik yang sifatnya positif maupun negatif,
dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan
perilakunya; (6) toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat siswa sebagai proses
pembelajarannya; dan (7) menghargai prestasi siswa, meskipun biasanya mereka
sudah tahu prestasi yang dicapainya.
Sikap guru tersebut juga hendaknya didukung dengan usaha guru supaya
berhasil dalam memerankan tugasnya sebagai fasilitator. Mulyasa (2009: 56)
memberikan resep yang harus diperhatikan dan diamalkan oleh guru agar dalam
proses pembelajarannya berhasil. Resep-resep tersebut adalah
1. kurangi metoda ceramah;
2. berikan tugas yang berbeda bagi setiap siswa;
3. kelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya;
4. perkaya bahan dari berbagai sumber aktual dan menarik;
5. hubungi spesialis, bila ada siswa yang mempunyai kelainan;
6. gunakan prosedur yang bervariasi dalam penilaian;
8.kembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap siswa bekerja dengan
kemampuan masing-masing pada tiap pembelajaran; dan
9. libatkan siswa dalam berbagai kegiatan seoptimal mungkin.
Berdasarkan hal di atas, maka dibutuhkan sesuatu metode pembelajaran
yang tepat agar kedua peran tersebut dapat terlaksana dengan baik. Guru harus
bisa mengurangi metode ceramah dalam setiap proses pembelajarannya. Guru
sebaiknya menguasai metode-metode pembelajaran yang dapat menjadikan proses
pembelajarannya menyenangkan dan dapat mencapai tujuan secara optimal.
Metode pembelajaran ini disesuaikan dengan materi pembelajaran sehingga
terwujudnya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam
membelajarkan siswa supaya terbentuk interaksi dan proses pembelajaran yang
efektif. Setiap metode pembelajaran akan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda dalam membentuk suatu pengalaman balajar siswa, tetapi satu dengan yang
lainnya dapat saling menunjang. seperti yang dikatakan oleh Sudjana (2010: 30)
yang menyebutkan bahwa komponen pembelajaran terdiri dari: tujuan
pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran, metode yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran dan penilaian untuk mengetahui sejauh mana
materi dapat diserap oleh siswa.
Dengan demikian metode sangat mendukung dalam proses pembelajaran.
“Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran” (Sudjana, 2010:
adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar
terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Mengacu kepada pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan oleh
dua ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan
suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa. Seorang guru menggunakan metode pembelajaran
dalam proses pembelajaran harus betul-betul memahami tujuan adanya
penggunaan metode pembelajaran supaya guru dapat mengimplementasikan
materi pembelajaran dengan tepat sasaran.
Adapun Metode pembelajaran pada prinsipnya bertujuan supaya terjadi
proses pembelajaran pada diri siswa sehingga tujuan pembelajaran yang
diharapkan oleh guru dapat tercapai. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran
dapat ditekankan bahwa metode pembelajaran hendaknya dapat menumbuhkan
kegiatan belajar pada diri siswa. Menurut Sunardi (2002: 366) dalam Khasanah
(2010: 24) bahwa Secara umum dapat dilihat bahwa metode mengajar dapat
mengarahkan perhatian siswa terhadap hakikat belajar yang spesifik,
membangkitkan motivasi untuk belajar, memberikan umpan balik dengan segera,
memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya sendiri, dapat mengembangkan dan membina sikap positif terhadap
diri sendiri, guru, materi pelajaran serta proses pendidikan pada umumnya.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran
yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan
membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, hal tersebut dapat
mendukung pencapaian hasil belajar siswa yang lebih optimal.
c. Hakikat Metode Inkuiri
Setelah kita mengenal lebih dekat tentang hakikat pembelajaran dan
metode pembelajaran, kita harus berpikir lebih spesifik lagi berkaitan dengan
metode yang dimungkinkan dapat kita gunakan dalam proses pembelajaran guna
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode tersebut bisa
mengkondisikan siswa secara optimal dengan kemampuan yang dimilikinya.
Keterkaitannya dengan pernyataan di atas maka peneliti akan mencoba
menyajikan metode inkuiri dalam salah satu proses pembelajaran. Herdian (2010)
menyebutkan bahwa inkuiri ditinjau berdasarkan atas etimologi kata, maka dapat
disebutkan bahwa kata Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta,
atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan
melakukan penyelidikan. Berkaitan dengan pendapat tersebut, maka Inkuiri
sebagai metode mengajar dalam dunia pendidikan dapat dilakukan secara
kelompok agar siswa dapat bekerjasama dengan temannya dan mereka dapat
saling bertukar pendapat untuk memecahkan suatu masalah pada proses
pembelajaran yang berlangsung.
Bruce dan Bruce (1992) dalam Salimin (Tanpa Tahun: 7) menyebutkan
dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir
rasional. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa,
yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi.
Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh ilmuwan sosial yang
menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi. Pengajaran berdasarkan
inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa
inquiry ke dalam suatu isu/mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan
melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok
(Kaurilsky, 1987: 68 dalam Hamalik, 2001: 220).
Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa inkuiri
merupakan suatu metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif
berkomunikasi dan mencari informasi yang diperlukan. Siswa harus berinteraksi
dengan yang lainnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sanjaya
(2010: 196-197) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama
strategi pembelajaran inkuiri, antara lain: pertama, strategi inkuiri menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya
strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek didik. Kedua, seluruh aktivitas
yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief). Ketiga, tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental
jadikan barometer dalam menerapkan metode yang tepat dalam kegiatan
pembelajaran yang akan berlangsung. Sanjaya (2010: 206-207) menyebutkan
secara garis besarnya bahwa strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi
pembelajaran yang banyak dianjurkan. Oleh karena itu, strategi ini memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya:
a. menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
yang secara seimbang sehingga pembelajaran itu akan lebih bermakna.
b. memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar yang
mereka miliki.
c. strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern.
d. dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata
Di samping memiliki keunggulan seperti yang sudah disebutkan di atas,
metode inkuiri juga tidak lepas dari kekurangan/ kelemahan. Adapun secara garis
besar disebutkan kelemahannya, antara lain:
a. Jika inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka metode ini akan
sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya diperlukan waktu yang lama
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap
Mengacu kepada uraian di atas, metode inkuiri tidak hanya digunakan
dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan
ilmu pengetahuan sosial. Akan tetapi, metode ini juga dapat digunakan pada mata
pelajaran bahasa Indonesia. Metode inkuiri dapat digunakan dalam aspek
membaca. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk menjadi subjek didik, sedangkan
guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut: (1) merumuskan
masalah, (2) mengamati atau melakukan observasi, (3) menganalisis dan
menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya,
(4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audien yang lain (Muslich,2007:45).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan mengimplementasikan
langkah-langkah metode inkuiri pada pembelajaran menulis teks berita. Adapun
langkah-langkah tersebut sebagai berikut: (1) Siswa membentuk kelompok antara
4 - 5 orang, (2) masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk
memimpin diskusi, (3) Guru mengemukakan permasalahan yang berkaitan dengan
teks berita, (4) masing-masing kelompok menentukan jawaban sementara dan
mengumpulkan jawaban dari data yang diperoleh dari media massa maupun
kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan sekolahnya yang nantinya bisa
dijadikan berita, (5) menyusun teks berita, (6) menyajikan hasil diskusi kepada
guru dan teman-teman kelompok lainnya kemudian bersama-sama menentukan
kriteria penilaian untuk menentukan berita yang terbaik, dan (7) berita terbaik
2 Hakikat Menulis Teks Berita
a. Hakikat Menulis
“Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, dan
informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Sebagai salah satu bentuk komunikasi
verbal, menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan. Pesan atau isi
tulisan, saluran, atau medium tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan.”
(Akhadiah, 2001: 1.16)
Berdasar hal di atas tersirat bahwa menulis merupakan unsur utama
sehingga seseorang harus terampil dalam menulis dan mengetahui cara-cara
menulis dengan baik dan benar. Hal ini dengan sendirinya seseorang akan dapat
menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikirannya secara teratur. Syafi’ie
(1988: 42) mengatakan, “Menulis merupakan keterampilan yang dapat dipelajari.
Selain itu, penulis dalam menyampaikan pesan harus menggunakan bahasa yang
efektif dan saluran yang baik dan tepat agar dapat dipahami oleh pembaca. Oleh
karena itu, keempat unsur itu saling mendukung secara simultan.” Apalagi
Marwoto (1985:13) mengatakan bahwa kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan ide, pikiran, ilmu, dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam
bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami oleh
Dengan pernyataan di atas maka siswa harus memiliki keterampilan atau
kemampuan menulis untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya.
Guru dituntut memberikan bekal keterampilan menulis kepada siswa. Daughter
(1976: 1) juga menyampaikan bahwa menulis merupakan proses berpikir. Sebagai
suatu proses berpikir kegiatan menulis mencakup kegiatan memunculkan dan
memfokuskan pada ide-ide tertentu yang relevan dan terkait untuk dituangkan
dalam bentuk teks tertulis yang kohesif dan koheren.
Berkaitan dengan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah kemampuan berkomunikasi verbal dengan melibatkan unsur
penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium
tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Menulis merupakan kegiatan yang
kompleks dan rumit karena memerlukan pengungkapan ide-ide yang jelas, bahasa
yang tepat, dan pemahaman tentang orang yang akan membaca tulisan tersebut.
b. Tujuan Menulis
Setiap tulisan tentunya mengandung suatu tujuan. Tarigan (1994: 25)
menyebutkan tentang tujuan menulis antara lain: (1) Assigment purpose (tujuan
penugasan), (2) Altruistic purpose (tujuan altruistik), (3) Persuasive purpose
(tujuan persuasive), (4) Information puspose (tujuan informasi dan penerangan),
(5) Self expressive purpose (tujuan pernyataan diri), (6) Creative purpose (tujuan
kreatif), dan (7) Problem solving (tujuan pemecahan masalah).
c. Hakikat Teks Berita
Poerwadarminta memberi batasan tentang berita adalah laporan tentang
(1983:1) yang mengatakan “berita merupakan laporan tentang peristiwa-peristiwa
yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat-sifat aktual, terjadi di
lingkungan pembaca mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut
berpengaruh terhadap pembaca.” Bahkan Rolnicki, dkk (2008: 2) menyebutkan
berita dapat didefinisikan sebagai”hard news” atau “soft news” Hard news (berita
hangat) punya arti penting bagi pembaca, pendengar, dan pemirsa karena berisi
kejadian yang terkini. Adapun soft news (berita ringan) biasanya kurang penting
karena isinya menghibur, walau kadang member informasi penting.
Berdasar hal di atas, berita disamakan dengan laporan karena di dalamnya
memuat hal-hal yang faktual. Dengan demikian, berita yang nantinya akan kita
tulis hendaknya memenuhi persyaratan sebuah berita.
Widodo (1997: 36-37) mengatakan bahwa berita yang ditulis memiliki
syarat: (1) fakta, (2) objektif, (3) berimbang, (4) lengkap, dan (5) akurat. Suatu
berita yang disajikan semestinya memuat suatu peristiwa yang nyata dan dapat
dipertanggungjawabkan. Kita menyajikannya harus sesuai dengan porsinya dan
tidak lupa memuat 5W + 1H sehingga terjamin kebenarannya. Berkaitan dengan
hal di atas, Soehaet dalam Depdiknas (2005: 42) menyebutkan. “Unsur-unsur
sebuah berita dirumuskan dengan 5W + 1H, yaitu what, who, where, when, who,
why, dan how. atau ASDAMBA: apa, siapa, di mana, apabila/kapan, mengapa,
dan bagaimana.
1) berdasarkan sifat kejadian: berita yang sudah diduga akan terjadi, berita
tentang peristiwa yang terjadi secara mendadak, berita tentang peristiwa yang
direncanakan, gabungan peristiwa terduga dan tak terduga.
2) berdasarkan masalah yang dicakup yakni masalah kehidupan manusia yang
mencakup empat aspek: aspek sosial politik, ekonomi, dan kebudayaan.
3) berdasarkan lingkup pemberitaan mencakup: lokal, regional, nasional, dan
internasional.
4) berdasarkan sifat pemberitaan: menghibur, memberitahu, mendidik. (Basuki,
1983; dalam Abrar, 2005: 5-6)
Rolnicki, dkk (2008: 8-14) dan Septiawan (2005: 18-20) menyebutkan
secara garis besar bahwa ada sepuluh elemen yang ada dalam berita. (1)
Kesegeraan (immediacy) atau ketepatan waktu (timeliness) adalah elemen paling
essensial dari kebanyakan berita. (2) Kedekatan atau kemiripan bukan hanya
berarti kedekatan geografis tetapi juga kedekatan minat, dan terkadang disebut
dampak (impact). (3) Konsekuensi berhubungan dengan daya tarik yang lebih luas
dengan arti penting dan dengan efek berita pada pembaca. (4) Kemenonjolan
(prominence) atau ketenaran sebagai satu unsur berita, mencakup orang, tempat,
sesuatu dan situasi yang dikenal oleh publik karena kemakmurannya, posisi
sosialnya, prestasinya atau publisitas sebelumnya yang positif atau negatif. (5)
Drama bisa menambah vitalitas dan warna berita karena berisi misteri,
ketegangan, komedi, kejadian aneh dan ganjil. (6) Keganjilan atau keanehan
hampir selalu membuat fakta menjadi menarik. (7) Konflik adalah elemen berita
kehidupan manusia, memiliki nilai berita dan seks dapat diberitakan secara
dewasa, informative dan nonsensasional. (9) Emosi dan naluri (insting) adalah
berita yang paling banyak dibaca di media cetak. Adapun (10) Kemajuan
(progress) berkaitan dengan perubahan signifikan untuk kemajuan perbaikan umat
manusia.
Selanjutnya, berita yang tersajikan dalam media cetak maupun media
elektronik pada hakikatnya harus memenuhi persyaratan yang ada pada
unsur-unsur berita. Adapun unsur-unsur-unsur-unsur berita menurut Basuki (1983: 22-25) terdiri
atas: headline, deadline, lead, dan body.
Headline biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul.
Ia berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang
akan diberitakan; (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.
Deadline. Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan
tanggal kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian
dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan
inisial media.
Lead. Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraf pertama
sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang
menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati
sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat. Rolnicki, dkk (2008:
43) menyebutkan, “ … biasanya teras berita yang baik memuat 35 kata atau satu
Selanjutnya, Harianto (Didikharianto. wordpress. Januari 2007)
menyebutkan tentang penulisan teras berita/lead lebih rinci sebagai berikut:
1)berisi kalimat langsung yang mudah dimengerti pembaca
2)mencakup unsur 5W + 1H
3)ditempatkan di alinea pertama
4)maksimal tiga kalimat yang tidak bertele-tele
5)merupakan bagian yang terpenting dari berita
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa teras berita dapat
ditulis dalam 1 - 3 kalimat yang di dalamnya memuat 5W + 1H.
Body. Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan
dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian, body merupakan
perkembangan berita.
d. Hakikat Menulis Berita
Menulis berita merupakan salah satu langkah yang dapat kita lakukan
dalam tujuan suatu peristiwa atau kejadian dapat diketahui oleh khalayak.
Seseorang akan dapat menulis berita dengan baik apabila ia mempunyai
pengetahuan yang berkaitan dengan berita. Teknik menulis berita pada umumnya
mengikuti bentuk piramida terbalik. Pada bagian paling atas merupakan ruang
penulis untuk ringkasan isi berita yang lazimnya tidak lebih dari 35 kata. Pada
bagian tersebut mestinya memiliki kelengkapan 5W + 1H, yakni what (peristiwa
apa yang dibicarakan), who (siapa saja yang terlibat dengan peristiwa), when
berlangsung), why (mengapa peristiwa itu terjadi), dan how (bagaimana peristiwa
tersebut terjadi). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan berupa pengembangan
detil-detil, fakta-fakta, dan hal-hal lain (Septiawan Santana K., 2005: 22-23)
Semua orang bisa menjadi seorang penulis berita. Ada beberapa hal yang
dapat dipertimbangkan untuk menjadi penulis berita yang baik, yaitu: mulailah
setiap paragraf dengan fakta yang signifikan atau menarik, dan gunakan kata
spesifik yang menarik. Kalimat dengan urutan subjek-kata kerja-objek lebih
dianjurkan untuk penulisan berita. Kata yang familiar dan bahasa percakapan
sehari-hari biasanya lebih baik daripada istilah teknis atau akademik. Penulis
berita hendaknya menulis berita dengan ringkas padat. Kata kerja aktif biasanya
lebih baik ketimbang bentuk pasif untuk isi berita. Kata benda konkret akan
menambah warna berita. (Rolnicki, 2008: 63-66)
B. Penelitian Yang Relevan
Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan beberapa hasil penelitian
yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.
1 Penelitian yang dilakukan oleh Sukilah pada tahun 2011 dalam penulisan
Tesis. Beliau belajar Teknologi Program Pasca Guru, Adi Buana Universitas
PGRI Surabaya. Adapun tesisnya berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Belajar
Inquiry, Konstruktivisme, dan Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Membaca
Intensif Bahasa Indonesia”. Penelitian ini menggunakan penulisan skripsi desain
kausal komparatif (studi Perbandingan kausal), Hasil untuk hipotesis 1 Penilitian t
hitung diperoleh pada 4,258 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih
kemampuan membaca siswa diajarkan secara intensif dengan metode inkuiri dan
pembelajaran pada kelas konstrutivisme siswa VII SMP 19 dan SMP 23 Surabaya
yang diterima, Ho ditolak. Adapun hipotesis dua t hitung diperoleh pada 15,342
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (5%), maka Ha
diterima, yang berbunyi: Ada kemampuan membaca intensif antara siswa yang
memiliki motivasi tinggi untuk belajar dan siswa yang memiliki rendahnya
motivasi belajar siswa kelas VII di SMP 19 dan SMP 23 Surabaya yang diterima,
Ho ditolak. Dan untuk ketiga hipotesis diperoleh dengan menghitung nilai F 7,039
dengan signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05 (5%), maka Ha
diterima, yang berbunyi: Ada interaksi antara strategi pembelajaran dengan
motivasi siswa untuk menerima intensif membaca keterampilan, sementara Ho
ditolak.
2 Penelitian yang dilakukan oleh Hj. Imas Hodijah pada tahun 2010 dalam
bentuk skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah di
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang. Skripsi ini berjudul
Model Pembelajaran Menyunting Surat Resmi dengan Menggunakan Metode
Inkuiri (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Plered, Purwakarta Tahun pelajaran 2009/2010). Adapun hasil penelitiannya
dapat disimpulkan bahwa pertama, kemampuan siswa dalam menyunting surat
resmi sebelum menggunakan metode inkuiri kurang baik dengan nilai rata-rata
sebesar 5,5. Kedua, kemampuan siswa dalam menyunting surat resmi sesudah
menggunakan metode inkuiri cukup baik dengan nilai rata-rata 6,4. Ketiga,
kemampuan siswa dalam menyunting surat resmi sebelum dan sesudah
menggunakan metode inkuiri.
Berdasarkan penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode
inkuiri tidak hanya diterapkan pada Ilmu Pengetahuan Alam saja. Metode inkuiri
dapat pula diterapkan pada ilmu kebahasaaan khususnya bahasa Indonesia.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang harus
dikuasai siswa. Pembelajaran ini merupakan keterampilan yang sangat penting
terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia mengingat pembelajaran menulis
selalu diujikan dalam ujian nasional.
Rendahnya hasil belajar menulis siswa terutama menulis teks berita dapat
disebabkan pula oleh faktor-faktor pendukung seperti pembelajaran yang tidak
menyenangkan dan tidak terciptanya keaktivan siswa dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, hal tersebut harus segera diatasi. Jika tidak segera diatasi akan
berimbas terhadap rendahnya kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam
berbahasa Indonesia secara umum, dan akan berimbas pula pada rendahnya hasil
ujian nasional
Hal tersebut dipertajam dengan permasalahan yang disebabkan oleh guru
yang cenderung menekankan pelajaran yang diberikannya pada aspek
pengetahuan (kognitif) saja. Dengan demikian, kualitas hasil pembelajaran
Upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis teks berita
dapat dilakukan dengan penerapan metode pembelajaran yang dipandang tepat
sehingga kesulitan yang dihadapi guru maupun siswa dalam pembelajaran
menulis teks berita dapat dikurangi semaksimal mungkin. Adapun metode
pembelajaran tersebut adalah metode inkuiri. Penerapan metode ini
memungkinkan siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa
dituntut untuk belajar berkelompok menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
dalam keterampilan menulis teks berita dan belajar menyusun kesimpulan dari
apa yang telah disampaikan pada pembahasan masalah. Dengan demikian, metode
pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas maupun hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berpikir dalam penelitian ini
dapat digambarkan melalui skema berikut:
Pemahaman dan Kemampuan
menulis teks berita kurang optimal
Perlu penerapan metode yang tepat
dalam pembelajaran menulis teks berita
Metode inkuiri Metode konvensional
(beban siswa berkurang Perbedaan (beban siswa berat
kelompok) secara individu)
metode inkuiri lebih efektif
dibandingkan metode konvensional