• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri atas beberapa bagian, satuan fungsi dan seksi yaitu : Bag Ops, Bag Ren,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri atas beberapa bagian, satuan fungsi dan seksi yaitu : Bag Ops, Bag Ren,"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kantor Polres Gorontalo Kota merupakan instansi yang berperan aktif dalam administrasi pemerintahan, pembangunan dan pemasyarakat yang khususnya melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat. Kantor Polres Gorontalo terdiri atas beberapa bagian, satuan fungsi dan seksi yaitu : Bag Ops, Bag Ren, Bag Sumda, Sat Intelkam, Sat Reskrim, Sat Sabhara, Sat Lantas, Sat Binmas, Sat Tahti dan bagian lain seperti Sium , Sikeur, Sipropam, Sitipol, serta 7 Polsek sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas sehari-hari.

Satuan Lalu Lintas (Satlantas) fungsinya yaitu penyelenggaran tugas pokok POLRI bidang lalu lintas dan merupakan penjabaran kemampuan teknis professional khas kepolisian.

Adapun peran lantas yaitu :

1. Aparat penegakan hukum terutama perundang-undangan lalu lintas dan peraturan pelaksanaannya.

2. Aparat penyelidik kecelakaan lalu lintas

3. Aparat yang mempunyai wewenang kepolisian umum 4. Aparat pendidikan lalu lintas kepada masyarakat

5. Penyelenggaraan registrasi/identifikasi pengemudi/kendaraan bermotor. 6. Pengumpul dan pengolah data lalu lintas

7. Unsur bantuan komunikasi dan teknis, melalui unit PJR (Patroli Jalan Raya)

(2)

Jumlah Petugas Polisi Lalu Lintas ini berjumlah 70 orang masing-masing mendapatkan bagian tugasnya. Seperti bagian Administrasi, Dikyasa, Patroli, Baur Tilang, Dan Lakalantas. Petugas lalu lintas ini mulai bertugas di pagi hari sebagai pengaturan pada pukul 06.05 sampai pukul 08.00 setelah itu di lanjut pada siang hari 2.1 dari jam 11.00 sampai pada pukul 15.00 dan pada penjagaan malam di mulai dari pukul 15.00 sampai pada pukul 21.00

1.2 Hasil Penelitian Gambaran Umum Faktor Resiko Kapasitas Paru 4.2.1 Analisis Univariat

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek utama penelitian yaitu semua Petugas Polisi Lalu Lintas yang bertugas di Kota Gorontalo. Adapaun Faktor yang diteliti meliputi Umur, Jam Kerja, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja, dan Kapasitas Paru. Dan hasil penelitian Faktor Resiko yang diteliti pada Polisi Lalu Lintas Kota Gorontalo yang di tinjau dari Umur, Jam Kerja, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja, dan Kapasitas Paru maka didapat hasil yang dibuat dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini.

1. Umur Responden

Grafik 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo

83% 17%

Umur Responden

20-29 30-39

(3)

Berdasarkan Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa responden dengan kelompok umur 20-29 berjumlah 29 orang ( 83%), kelompok umur 30-39 berjumlah 6 orang (17%).

2. Jam Kerja

Grafik 4.2 Distribusi RespondenBerdasarkan Jam Kerja Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo

Berdasarkan Grafik 4.2 dapat dilihat bahwa responden dengan jam kerja ≤ 8 jam berjumlah 26 orang (74 %), sedangkan dengan jam kerja > 8 jam berjumlah 9 orang (26%). Dalam melaksanakan tugas dimulai dari pagi hari pada pukul 06.05 – 08.00, setelah itu mulai pukul 09.00 sampai dengan selesai. Akan tetapi beberapa petugas pulang lebih awal.

74% 26%

Jam Kerja Responden

≤ 8 jam > 8 Jam

(4)

3. Masa Kerja

Grafik 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo

Berdasarkan Grafik 4.3 dapat dilihat bahwa responden dengan masa kerja ≤ 5 tahun berjumlah 30 orang (74%) sedangkan > 5 tahun 5 orang (26%). Dimana masa kerja ≤ 5 tahun ini terdapat pada umur 24-28 tahun.

4. Kebiasaan Merokok

Grafik 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo

74% 26%

Masa Kerja Responden

≤ 5 Tahun > 5 Tahun

66% 34%

Kebiasaan Merokok Responden

Merokok Tidak Merokok

(5)

Berdasarkan Grafik 4.4 dapat dilihat bahwa responden dengan kebiasaan merokok sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 23orang (66%) sedangkan yang tidak merokok berjumlah 12 orang (34%).

5 Gambaran Kapasitas Paru Polisi Lalu Lintas

Tabel 4.1 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo

No Kapasitas paru Jumlah (n) Persentase (%)

1 Normal 29 82,8

2 Tidak Normal 6 17,2

Jumlah 35 100

Sumber : Data Primer 2014

Tabel 4.1 menunjukkan gambaran kapasitas paru dari seluruh sampel. Dari tabel distribusi frekuensi kapasitas paru petugas polisi lalu lintas di Kota Gorontalo di atas dapat diketahui bahwa dari 35 Sampel, Kapasitas paru kategori Normal sebanyak 29 responden (82,8%) Sedangkan Kapasitas Paru kategori Tidak Normal sebanyak 6 responden (17,2%).

4.2.2 Gambaran Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kapasitas Paru 1. Faktor Risiko Umur Responden Terhadap Kapasitas Paru

Tabel 4.2Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Kelompok Umur

No Kelompok Umur (Tahun)

Kapasitas paru

Jumlah Normal Tidak Normal

N % n % n %

1 20 – 30

(Tidak Berisiko) 25 71,4 4 11,4 29 82,8 2 31 – 40 (Berisiko) 4 11,4 2 5,8 6 17,2

Jumlah 29 82,4 6 17,2 35 100

(6)

Tabel 4.2 menunjukkan gambaran umur dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada kelompok umur 20-29 terdapat 25 orang (71,4%), dan pada kelompok umur 30-39 4 orang (11,4%). Sedangkan kapasitas paru tidak normal yaitu pada kelompok 20-29 terdapat 4 orang (11,4%), pada kelompok umur 30-39 terdapat terdapat 2 orang (5,8%).

2. Faktor Risiko Jam Kerja Responden Terhadap Kapasitas Paru

Tabel 4.3 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Jam Kerja

No Jam Kerja

Kapasitas paru

Jumlah Normal Tidak Normal

N % n % n %

1 Tidak Berisiko

(≤ 8 Jam) 29 82,8 6 17,2 35 100

2 Berisiko (>8 jam) 0 0 0 0 0 0

Jumlah 29 82,8 6 17,2 35 100

Sumber : Data Primer 2014

Tabel 4.3 menunjukkan gambaran jam kerja dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada jam kerja ≤ 8 Jam terdapat 29 orang (82,8%) sedangkan kapasitas paru tidak normal terdapat 6 orang (17,2%) 3. Faktor Risiko Kebiasaan Merokok Responden Terhadap Kapasitas Paru

Tabel 4.4 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Kebiasaan Merokok

No Kebiasaan Merokok

Kapasitas paru

Jumlah Normal Tidak Normal

n % n % n %

1 Berisiko (Merokok) 21 60 3 8,6 24 68,6 2 Tidak Berisiko

(Tidak Merokok) 8 22,8 3 8,6 11 31,4

Jumlah 29 82,8 6 17,2 35 100

(7)

Tabel 4.4 menunjukkan gambaran kebiasaan merokok dari seluruh sampel. Dapat dilihat kapasitas paru normal dengan kebiasaan merokok terdapat 21 orang (60%), dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 8 orang (22,8%). Sedangkan memiliki kapasitas paru tidak normal yaitu pada kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%) dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%).

4. Faktor Risiko Masa Kerja Responden Terhadap Kapasitas Paru

Tabel 4.5 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Masa Kerja

No Masa Kerja (Tahun)

Kapasitas paru

Jumlah Normal Tidak Normal

N % n % n %

1 Tidak Berisiko (≤ 5 Tahun) 3 8,6 1 2,8 4 11,4 2 Berisiko

(>5 Tahun) 26 74,2 5 14,2 31 88,4

Jumlah 29 82.8 6 17 35 100

Sumber : Data Primer 2014

Tabel 4.5 menunjukkan gambaran masa kerja dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang memiliki kapasitas paru normal pada masa kerja ≤ 5 terdapat 3 orang (8,6%) dan > 5 Tahun terdapat 26 orang (74,2%). Sedangkan yang memiliki kapasitas paru tidak normal pada masa kerja ≤ 5 terdapat 1 orang (2,8%) dan > 5 Tahun terdapat 5 orang (14,2%).

(8)

4.3 Pembahasan

Hasil penelitian pada tabel diatas sebagian besar petugas polisi lalu lintas yang merupakan responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah responden 35 orang. Untuk penelitian ini diambil seluruh jumlah populasi

Dari hasil penelitian mengenai gambaran faktor risiko yang mempengaruhi kapasitas paru diketahui bahwa petugas yang mengalami gangguan kapasitas paru tidak normal lebih sedikit dibandingkan dengan yang normal. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian mengungkapkan bahwa 67,2 % yang memiliki kapasitas paru normal pada penelitian pekerja bengkel Las. Dan penelitian Trisnawati (2007) dalam penelitian pada tukang ojek di kabupaten semarang terdapat 63,7% yang memiliki kapasitas paru normal. Dikarenakan kondisi lingkungan masih tergolong baik dan dengan gaya hidup mereka yang sehat.

Di lihat dari grafik 4.1 bahwa jumlah responden kelompok umur paling banyak berusia 20-29 tahun terdapat 83% di bandingkan dengan umur 30-39 tahun hanya 17%. Pada Hasil Tabel 4.1 Dapat dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada kelompok umur tidak berisiko 20-29 terdapat 25 orang (71,4%), dan pada kelompok umur berisiko 30-39 4 orang (11,4%). Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa pada umur yang berisiko 30-39 ini masih terdapat kapasitas paru normal, sedangkan yang kita ketahui bahwa semakin bertambah usia maka semakin besar kemungkinan terjadi gangguan fungsi ini. Ini karenakan bahwa pada faktor umur ini masih dapat dikendalikan. Dan untuk umur 20-29 tahun ini 6 : 4 lebih besar memiliki kapasitas paru normal dibandingkan dengan umur 30-39

(9)

tahun. Sedangkan kapasitas paru tidak normal yaitu pada kelompok 20-29 terdapat 4 orang (11,4%), pada kelompok umur 30-39 terdapat terdapat 2 orang (5,8%). Pada kapasitas paru tidak normal masih terdapat pada kelompok umur yang tidak berisiko 20-29 tahun hal ini karena memang faktor usia memiliki kosntribusi terhadap kapasitas paru karena fungsi pernafasan dan sirkulasi darah meningkat pada masa anak-anak dan mencapai maksimal pada umur 20-29 tahun. Kemudian akan menurun lagi sesuai dengan pertambahannya umur.

Hal ini sejalan dengan penelitian Irwan bahwa umur tidak berkontribusi terhadapat terjadinya gangguan fungsi, dan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur maka kemampuann organ tubuh akan mengalami penurunan secara alamiah termasuk pada gangguang fungsi paru. Karena msih ada faktor lain yang mempengaruhi gangguan fungsi paru atau kapsitas paru tidak normal.

Pada grafik 4.2 menunjukan bahwa jumlah responden paling banyak terdapat pada jam kerja ≤ 8 jam 74% dibandingkan dengan jam kerja < 8 jam. 26%. Dengan hasil Tabel 4.2 menunjukkan gambaran jam kerja dari seluruh sampel dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada jam kerja ≤ 8 Jam terdapat 29 orang (82,8%) sedangkan kapasitas paru tidak normal terdapat 6 orang (17,2%). Pada jam kerja berisiko ini 3 kali akan terjadi kapasitas paru tidak normal.

Lama kontak adalah lama seseorang bekerja setiap harinya (dalam satuan jam) dan beberapa hari dalam seminggu (dalam satuan hari), sehingga semakin lama jam kerja maka orang tersebut akan mempengaruhi fungsi paru atau terjadi

(10)

kapasitas paru tidak normal ( Indah, 2012). Hasil penelitian Mengkidi (2006), lama paparan berkaitan dengan jumlah jam kerja yang dihabiskan pekerja di area kerja. Semakin lama menghabiskan waktu untuk berja maka semakin terjadi kemungkinan terjadi kapasitas paru.

Pada grafik 4.3 dapat dilihat bahwa hampir semua petugas. 66% memiliki kebiasaan merokok dan 34% tidak memiliki kebiasaan merokok. Hasil Tabel 4.3 menunjukkan gambaran kebiasaan merokok dari seluruh sampel. Dapat dilihat kapasitas paru normal dengan kebiasaan merokok terdapat 21 orang (60%), dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 8 orang (22,8%). Sedangkan memiliki kapasitas paru tidak normal yaitu pada kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%) dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%). Akan tetapi dari penjelasan tersebut dapat dilihat yang memiliki kebiasaan merokok dan mempunyai kapasitas paru normal lebih banyak dari pada dibandinkan dengan yang tidak normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Donald bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengn kapasitas paru pada penelitian pekerja CV Sinar Mandiri.

Pada penjelasan diatas petugas yang tidak memiliki kebiasaan merokok mengalami kapasitas paru tidak normal, dimana untuk responden yang memiliki kebiasaan merokok ini akan memiliki 3 kali terjadinya kapasitas paru tidak normal. Disini terbukti bahwa asap rokok dapat membahayakan kesehatan. Karena asap rokok memberikan efek negatif terhadap kesehatan.

Kegiatan dalam mengisap lebih dari dua batang perhari akan mempercepat penurunan faal paru, merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

(11)

saluran pernafasan dan jaringan paru. Pengaruh asap rokok dapat dilihat lebih besar dari pengaruh paparan debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh rokok (Depkes RI, 2003). Hasil penelitian Mengkidi (2006), pekerja yang perokok dan berada dilingkungan yang berdebu cenderung mengalami gangguan saluran pernafasan dibandingkan dengan pekerja berada pada lingkungan yang sama tetapi tidak merokok.

Tabel 4.4 menunjukkan gambaran masa kerja dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang memiliki kapasitas paru normal pada masa kerja ≤ 5 tahun terdapat 3 orang (8,6%) dan > 5 Tahun terdapat 26 orang (74,2%). Dilihat dari hasil tersebut bahwa pada msa kerja > 5 tahun masih terdapat kapasitas paru normal yang artinya untuk masa kerja ini belum bisa dikatakan mempengaruhi kapsitas paru, kerana masih ada 2 kali akan terjadi kapasitas paru normal. Sedangkan yang memiliki kapasitas paru tidak normal pada masa kerja ≤ 5 terdapat 1 orang (2,8%) dan > 5 Tahun terdapat 5 orang (14,2%).

Hal ini sejalan dengan Trisnawati menyatakan bahwa tidak da hubungan bermakna antara lama bekerja dengan kapasitas paru dalam penlitinya dikarenakan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi penurunana fungsi paru. Dan pada teori David et al menyatakan bahwa lamanya paparan polusi udara yang dapat menurunkan kapasitas vital paru dibutuhkan waktu sekitar 20 tahun. Akan tetapi berbeda dengan hasil penelitian Satri dan Kumaidah (2012) bahwa masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap faktor risiko kapasitas paru.semakin lama masa kerja semakin kemungkinan mendapatkan faktor risiko terjadi kapasitas paru.

(12)

Dari hasil penelitian servey lapangan di dapatkan sebagian besar rutin mengikuti olahraga tiap minggu karena itu di anjurkan oleh KASAT Kota Gorontalo, Kapasitas paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang menjalankan olahraga. Beroalahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru sehingga banyak menyebabkan semua kapiler paru mendapatkan perfusi maksimum. Hal ini menyebabkan oksigen dapat berdifusi kedalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Olahraga mempunyai sepuluh unsur pokok kesegaran jasmani salah satu unsur tersebut adalah fungsi pernapasan. Olahraga sebaiknya dilakukan minimal tiga kali seminggu (Guyton dan Hall, 2008).

Olah raga secara rutin dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan ketahanan fisik yang optimal. Pada orang yang malakukan olahraga rutin selama beberapa bulan akan terjadi perbaikan pernafasan. Perbaikan ini terjadi karena menurunya kadar laktat darah yang seimbang dengan pengurangan gangguan oksigen oleh jaringan tubuh. Olahhraga akan mempengaruhi organ sedemikian rupa sehingga kerja lebih efisien. Ketika seseoranga melakukan olahraga otot, dada bergerak lebih maksimal sehingga paru-paru dan otot dinding dada menjadi elastis dan nilai kapasitas vitas paru meningkat (Madiana, 2007).

Gambar

Grafik 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada  Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo
Grafik 4.2 Distribusi RespondenBerdasarkan Jam Kerja Pada Polisi Lalu  Lintas Di Kota Gorontalo
Grafik 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pada Polisi Lalu  Lintas Di Kota Gorontalo
Tabel 4.1 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas   Di Kota Gorontalo
+3

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan sima’ (mendengarkan) qari’ kesayangan lalu kemudian dibacakan secara ber- ulang-ulang, juga bisa dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan tersebut. “Apalagi

Untuk membantu anak dalam bersosialisasi, program bimbingan dan konseling di sekolah dasar sebaiknya memasukan kegiatan permainan kelompok, hasil penelitian Landreth

Dan biasanya masyarakat yang melakukan partisipasi dalam bentuk tenaga adalah masyarakat tingkat bawah atau masyarakat kecil yang hanya menunggu perintah dari

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

one-to-one evaluation, dan small group evaluation). b) Instrumen tes berbasis multirepresentasi pada mata kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat yang dikembangkan

Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara

Strategi Pengembangan Tari Topeng Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. BAB I

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia