1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Darah merupakan organ khusus yang berbentuk cair yang berbeda dengan organ lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah pada manusia berkisar antara 7%-10% dari berat badan normal, dengan jumlah sekitar 5 liter (Sloane, 2003). Proses pembentukan darah (hematopoiesis) pada manusia dapat berpindah-pindah, sesuai dengan rentang usia. Pada usia 0-3 bulan intrauteri terbentuk di Yolk sac, pada usia 3-6 bulan intrauteri terbentuk di hati dan lien,kemudian pada usia 4 bulan intrauteri sampai dewasa terjadi di sumsum tulang (Bakta, 2006). Darah tersusun dari beberapa komponen yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan pelat darah (trombosit) yang terkandung didalam plasma (Tjay & Rahardja, 2007).
Plasma darah mengandung sebagian besar air, elektrolit dan protein, plasma darah merupakan komponen terbanyak sekitar 45-60% (Sacher & McPherson, 2004). Selain plasma darah, jumlah sel darah merah juga relative banyak dari volume darah total, rentang normal sel darah merah (Eritrosit) pada orang laki-laki dewasa sekitar 4,2-5,5 juta
sel/mm3, sedangkan pada wanita 3,2-5,2 juta sel/mm3. Jumlah normal Hb pada wanita
adalah 11,5 mg% dan pada laki-laki 13 mg%. Pada orang dewasa sel darah putih jumlah
normalnya adalah 7.000-9.000 sel/mm3 (Sloane, 2003), sedangkan jumlah normal
trombosit adalah sekitar 150 sampai 400x109/liter atau 150.000-400.000/ mililiter
Parameter darah yang tidak normal dapat menimbulkan suatu penyakit atau gangguan pada darah serta fungsi darah, dan dapat menyebabkan komplikasi atau gangguan pada organ yang lain (Astawan et al., 2011). Beberapa gangguan yang dapat disebabkan karena ketidakseimbangan parameter darah adalah anemia, polisitemia, leucopenia, dll. Anemia terjadi karena jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit atau hemoglobin dalam sel yang terlalu sedikit (Guyton & Hall, 2007). Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa 21,7% orang di Indonesia mengalami anemia. Anemia di Indonesia lebih banyak dialami oleh balita dengan usia antara 12-59 bulan. Anemia terjadi karena rendahnya kadar hemoglobin yang dapat disertai dengan rendahnya jumlah eritrosit, anemia yang sering terjadi karena kekurangan zat besi, dan juga ada berbagai macam penyebab lainnya. Dengan demikian, pengobatan yang dilakukan harus tepat. Transfusi darah hanya akan menambah kadar hemoglobin dalam keadaan akut, maka perlu dilakukan terapi pemberian zat besi dan asam folat, terutama yang berasal dari bahan alami, karena bahan alami jauh lebih baik jika dibandingkan dengan bahan sintetis (Moeljanto & Wiryanta, 2002), dengan demikian diperlukan adanya suatu upaya untuk dapat mempertahankan parameter darah dalam tubuh agar tetap stabil.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan parameter darah, salah satunya dengan menggunakan susu kambing, susu kambing merupakan cairan yang berwarna putih yang dapat dihasilkan oleh binatang ruminansia termasuk kambing
(Capriane) (Moeljanto & Wiryanta, 2002). Susu kambing memiliki nilai lebih daripada susu sapi. Kelebihan yang dimiliki susu kambing diantaranya memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari susu sapi, ukuran globuler lemak lebih kecil sehingga mudah dicerna
(Haenlin et al., 2004). Susu kambing juga memiliki kandungan sistein yang lebih tinggi
dari susu sapi (Hejtmankova et al., 2012), dan susu kambing memiliki beberapa kandungan-kandungan yang berpengaruh terhadap proses pembentukan darah, diantaranya adalah vitamin B12, besi, magnesium, vitamin C, dll (Bhattarai, 2012).
Susu kambing dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam olahan, produk olahan susu kambing tersebut diantaranya adalah keju, susu bubuk, dodol, es krim, kefir, dan yoghurt (Haryadi; Nurliana; & Sugito, 2013). Yoghurt merupakan salah satu produk olahan susu yang sudah lama dikonsumsi dan dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu, yoghurt semakin digemari oleh sebagian orang, sehingga banyak peneliti yang tertarik untuk memodifikasi yoghurt agar mendapatkan karakteristik dan hasil nutrisi yang lebih baik (Routray dan Mishra, 2011). Yoghurt dapat dibuat dari susu sapi, susu kambing, atau lainnya (Khoiriyah & Fatchiyah, 2013).
Yoghurt adalah minuman probiotik yang dihasilkan dari susu fermentasi, bakteri
yang biasa digunakan dalam pembuatan yoghurt adalah Streptococcus Thermophillus dan
Lactobacillus Bulgaricus (Aswal et al, 2012). Yoghurt yang mengandung bakteri Streptococcus Thermophillus dan Lactobacillus Bulgaricus dengan perbandingan (1:1) akan menghasilkan sifat dan aroma yoghurt yang paling baik Ghadge et al., (2008, dalam Yunita et al, 2011). Yoghurt yang dibuat dengan bahan baku susu sapi sudah banyak digunakan, sedangkan di beberapa provinsi di Indonesia, susu sapi sangat sulit untuk didapatkan (Yunita et al., 2011).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan yoghurt susu kambing terhadap kadar hematologi yang meliputi jumlah eritrosit, jumlah hemoglobin, dan jumlah leukosit. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan hewan percobaan tikus putih (Rattus Norvegicus) sebagai subjek, dan
dilakukan secara in vivo. 1.2. Rumusan Masalah
Apakah pemberian yoghurt susu kambing berbagai jenis starter efektif terhadap
kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit dan hemoglobin) pada tikus putih jantan. 1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian yoghurt susu kambing berbagai jenis starter terhadap kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin).
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui efektivitas pemberian yoghurt susu kambing berbagai starter terhadap peningkatan kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin) pada tikus putih jantan.
2. Membandingkan efektivitas pemberian yoghurt susu kambing berbagai starter terhadap peningkatan kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin) pada tikus putih jantan.
3. Menganalisis yoghurt susu kambing berbagai starter yang paling efektif terhadap peningkatan kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin) pada tikus putih jantan.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Masyarakat
Secara aplikatif penelitian ini ingin memberikan informasi kepada masyarakat bahwa yoghurt susu kambing berbagai starter berpengaruh terhadap kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin) pada tikus putih jantan. Sehingga masyarakat dapat menjadikan yoghurt susu kambing sebagai salah satu alternatif minuman yang baik untuk kesehatan.
1.4.2. Manfaat Akademis
1. Menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2. Sebagai masukan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai yoghurt susu kambing dengan berbagai jenis starter.
1.4.3. Manfaat Klinis
Untuk mengetahui bahwa pemberian yoghurt susu kambing berbagai starter berpengaruh terhadap kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin) pada tikus putih jantan.
1.5. Keaslian penelitian
1. Pada jurnal Astawan et al., 2011 yang berjudul “Gambaran Hematologi Tikus Putih (Rattus Norvegicus) yang Diinfeksi Escherichia coli Enteropatogenik dan Diberikan Probiotik”. Penelitian ini menggunakan metode RAL (rancangan acak lengkap) dengan sampel 90 ekor tikus kemudian dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan. P1 kelompok
negative (diberikan ransum standar dan aquades), P2 L. Plantarum 2C12 (diberikan
ransum standar, serta pemberian BAL L. Plantarum 2C12), P3 L. Acidophilus 2B4
2C12 + EPEC (diberikan ransum standar, serta pemberian BAL L. plantarum 2C12
dengan diinfeksi EPEC), P5 L. acidophilus 2B4
+ EPEC (diberikan ransum standar, serta pemberian BAL L. acidophilus 2B4 dengan
diinfeksi EPEC), P6 kelompok positif (diberikan ransum standar dan aquades dengan
diinfeksi EPEC). Setelah diberikan perlakuan dilihat apakah ada perbedaan jumlah
eritrosit, hematokrit, hemoglobin, trombosit, dan leukosit pada semua perlakuan tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan pada semua perlakuan. Jumlah eritrosit, hematokrit, hemoglobin, trombosit, dan leukosit pada tikus yang diberi minuman probiotik cenderung lebih tinggi daripada tikus yang tidak diberikan minuman probiotik.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian pada jurnal sebelumnya adalah perbedaan perlakuan serta pemberian bakteri asam laktat yang berbeda, pada penelitian
ini menggunakan yoghurt susu kambing dengan menggunakan starter Streptococcus
Thermophillus, Lactobacillus Bulgaricus dan campuran antara keduanya, sedangkan pada
penelitian sebelumnya menggunakan minuman probiotik dengan bakteri asam laktat L.
plantarum 2C12 dan L. Acidophilus 2B4. Variabel yang diteliti juga berbeda, pada penelitian ini ada tiga variabel yang diperiksa, yaitu jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin, sedangkan variabel pada penelitian sebelumnya lebih banyak, Jumlah eritrosit, hematokrit, hemoglobin, trombosit, dan leukosit.
2. Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan status hematologi adalah penelitian pada jurnal Ali et al., 2013 yang berjudul “Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Pada Berbagai Jenis Itik Lokal Terhadap Penambahan Probiotik Dalam Ransum”. Penelitian ini menggunakan metode RAL (Rancangan Acak Lengkap) pola
3x3, dengan menggunakan sampel itik betina Magelang, Tegal, dan Mojosari dengan umur 22 minggu dengan jumlah masing-masing jenis sebanyak 27 ekor. Perlakuan yang diuji cobakan yaitu a1b0 : Itik Magelang kontrol, a1b1: Itik Magelang + probiotik 3 g/kg pakan, a1b2: Itik Magelang + probiotik 6 g/kg pakan, a2b0 : Itik Mojosari kontrol, a2b1: Itik Mojosari + probiotik 3 g/kg pakan, a2b2 : Itik Mojosari + probiotik 6 g/kg pakan, a3b0 : Itik Tegal kontrol, a3b1 : Itik Tegal + probiotik 3 g/kg pakan, a3b2 : Itik Tegal + probiotik 6 g/kg pakan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Interaksi antara level probiotik dan jenis itik lokal tidak menyebabkan perbedaan kondisi hematologis ditinjau dari jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan hematokrit.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian pada jurnal sebelumnya adalah perbedaan hewan coba yang digunakan, pada penelitian ini menggunakan tikus putih
jantan (Rattus Norvegicus), sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan itik betina
dari jenis yang berbeda-beda. Perlakuan yang diberikan juga berbeda, pada penelitian ini tikus diberi yoghurt susu kambing dengan di sonde 10ml/ hari sedangkan pada penelitian sebelumnya diberikan probiotik yang dicampur dengan ransum. Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah jumlah eritrosit,leukosit, dan kadar hemoglobin, sedangkan pada penelitian sebelumnya adalah jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan hematokrit.