• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL DENGAN MANAJEMEN

LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Disusun Oleh: SUHARIYANTO, M.Ak.

NIDN : 0410086804

STIE PUTRA PERDANA INDONESIA

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh good governance, karakteristik perusahaan terhadap struktur modal dengan manajemen laba sebagai moderat. "Studi kasus Perusahaan Manufaktur tercatat di Bursa Efek Periode 2014-2016.

Populasi penelitian ini semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2014-2016 yang terdaftar di Direktori Pasar Modal Indonesia (2016), berjumlah 146 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI digunakan sebagai penduduk, karena perusahaan memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling, berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh sampel diperoleh 82 perusahaan. Metode analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi berganda, dengan bantuan program SPSS for Windows Release 17.0.

Hasil penelitian, dengan manajemen laba sebagai variable moderasi diperoleh Tangibility, Size, Growth, Liquidity, Komisaris independen, Institutional Ownership dan Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal, sedangkan Profitability berpengaruh negatif terhadap struktur modal dengan manajemen laba sebagai variable moderasi.

Mengukur struktur struktur modal dengan menggunakan manajemen laba sebagai moderating kurang dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan, karena hasil self-assessment cenderung mengandung unsur subjektivitas. Adanya tekanan

(2)

regulasi juga menyebabkan perusahaan tidak sepenuhnya memenuhi tanggung jawabnya kepada pemangku kepentingan.

Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan manufaktur harus menerapkan mekanisme pengelolaan modal dan manajemen pendapatan yang lebih baik sehingga tanggung jawab mereka terhadap pemangku kepentingan dapat dipenuhi dan tidak hanya untuk memenuhi tuntutan dan kepentingan peraturan dari sekelompok pemangku kepentingan.

Kata kunci : struktur modal, profitability, tangibility, Size, Growth, likuiditas, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan insulasi pendapatan.

A.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menghadapi era Asean Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), sebenarnya sudah disepakati dan sudah diberlakukan mulai dari tahun 2015, di Indonesia dimana dalam menghadapi berlakunya MEA banyak menghadapi tantangan dan tantangan tersebut bisa dari ekternal beberapa tantangan baik eksternal maupun internal. Tantangan tersebut selain dari eksternal juga berasal dari internal. Dan tingkat persaingan didalam perdagangan yang semakin ketat dan Indonesia belum begitu siap yang akan mengakibatkan neraca pembayarn kita akan mengalami defisit, semakin besarnya defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Negara ASEAN lainnya, dan bagaimana Indonesia dapat meningkatkan daya tarik investasi. Sementara itu, tantangan internal Indonesia antara lain adalah rendahnya pemahaman masyarakat terhadap AEC dan ketidaksiapan daerah menghadapi AEC.

Salah satu industri yang akan menghadapi persaingan ketat dengan berlakunya MEA adalah industri manufaktur. Karena dengan adanya MEA ini barang-barang akan masuk ke Indonesia dengan bebas, dengan harga yang lebih murah, terutama barang dari Cina akan masuk di Indonesia dengan harga yang sangat murah. Hal ini akan mengganggu produksi di dalam negeri, dimana biaya produksi dalam negeri akan semakin meningkat yang berpengaruh pada harga pokok produk tersebut. Produk yang

(3)

dihasilkan apabila dijual akan lebih mahal bila dibandingkan dengan harga impor dari negara Asean terutama negara Cina. Terlepas dari banyaknya teori, model, dan penelitian yang mencoba menjelaskan masalah struktur modal. Masalahnya masih belum terselesaikan. Namun, mengikuti kemajuan terkini dalam teori agensi, tata kelola perusahaan, dan keuangan perilaku, perlu dicari hubungan antara hasil penerapan beberapa mekanisme tata kelola perusahaan.Celah informasi antara pemegang saham dan agensi karena yang menjalankan perusahaan menghasilkan masalah keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Masalah agensi dapat meningkatkan biaya operasi, biaya pengawasan dan pengendalian perilaku agen, serta beberapa kerugian yang terjadi karena proses pengambilan keputusan yang optimal oleh agensi (Fama dan Jensen, 1983). Ada kemungkinan manajer dalam mengambil tindakan/keputusan berdasarkan kepentingan pribadinya tanpa memperhatikan kepentingan pemegang saham (Najjar, 2010). Benturan kepentingan dan risiko perilaku oportunistik dapat meningkatkan biaya modal (La Rocca, 2007). Kondisi tersebut harus dicegah dengan menggunakan mekanisme sinkronisasi berbagai kepentingan stakeholder perusahaan. Upaya harus dilakukan untuk meminimalkan masalah Agensi serta meningkatkan kepercayaan investor. Struktur good corporate governance, Struktur Kepemilikan, Struktur Modal, dan Mekanisme Pengungkapan Modal Intelektual merupakan elemen penting untuk meminimalkan Biaya Modal dan meningkatkan Kinerja Perusahaan.

Corporate governance adalah mekanisme yang berfungsi untuk memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh manajer dan karyawan sejalan dengan tujuan perusahaan dan melindungi kepentingan stakeholder’s untuk meningkatkan kepercayaan investor. Struktur kepemilikan dapat digunakan sebagai alat untuk menjaga keseimbangan dari berbagai kepentingan baik di dalam perusahaan maupun pengendalian manajemen perusahaan. Kebijakan Struktur Modal dapat mencegah perilaku oportunistik agensi. Utang menghasilkan komitmen manajer untuk membayar arus kas masa depan (Jensen, 1986). Utang memainkan peran penting dalam mekanisme Corporate Governance (Florackis, 2012). Perusahaan dengan Corporate Governance yang buruk memiliki tingkat leverage dan tingkat leverage yang lebih tinggi sebagai pengganti Corporate Governance dalam meminimalkan konflik agensi

(4)

(Jiraporn et al., 2012). Utang juga bisa meningkatkan nilai perusahaan (Modigliani Miller, 1963). Tidak hanya utang yang meminimalisir masalah keagenan, tapi juga mendorong perusahaan untuk lebih transparan. Manajemen perusahaan berusaha mengurangi biaya dan informasi asimetris dengan mengungkapkan lebih banyak informasi untuk memenuhi kebutuhan kreditur (Prencipe, 2004). Penyingkapan akan menghilangkan ketidakpastian, mengurangi perkiraan risiko dan menurunkan biaya ekuitas. Selain meminimalkan ketidakpastian, investor akan bersedia menerima dividen rendah dalam arti biaya yang lebih rendah sekali dibandingkan dengan ekuitas perusahaan (Whiting et al., 2011). Salah satu jenis informasi yang akan diungkapkan adalah Intellectual Capital (IC) karena IC memiliki peran vital dalam meningkatkan kinerja bisnis yang lebih tinggi. Selain itu, Intellectual Capital juga akan mendorong atau mempromosikan value driver sebuah perusahaan (Kamukama et al., 2011). Pengungkapan IC yang lebih tinggi dapat mempengaruhi informasi asimetris, menurunkan biaya modal ekuitas dan menurunkan suku bunga (Orens, 2009). Informasi asimetris berpengaruh positif terhadap biaya modal (Amstrong et al., 2011). Oleh karena itu, pemegang saham memerlukan informasi yang berkaitan dengan IC untuk proses pengambilan keputusan (Yi et al., 2010).

Menurut Penelitian secara umum, bahwa Corporate Governance di Indonesia menunjukkan praktik Corporate Governance yang buruk (Stern Stewart & Company). Implementasi Corporate Governance saat ini oleh perusahaan-perusahaan Indonesia, terutama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, hanya dalam bentuk format atau simbolisme dan juga arah awal terhadap tingkat wacana kepatuhan perusahaan (Sembel, 2013). Terlepas dari lemahnya penerapan Corporate Governance, menurut Jobplanet, platform komunitas online yang menampilkan informasi perusahaan dan lowongan kerja, merilis daftar perusahaan terbaik di Indonesia pada 2016. Perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar Perusahaan-perusahaan terbaik tersebut memiliki tingkat kepuasan karyawan tertinggi. Artinya, mereka dinobatkan secara langsung oleh karyawan mereka sebagai perusahaan terbaik untuk bekerja. Tentunya itu akan membuat perusahaan-perusahaan tersebut menjadi incaran para pencari kerja di tahun 2017.

(5)

Temuan beberapa penelitian menunjukkan berbagai jenis informasi. Jiraporn dkk., (2012) yang melakukan studi tentang pengaruh Corporate Governance terhadap modal Struktur dan korelasi antara kualitas Leverage dan Corporate Governance menunjukkan bahwa perusahaan dengan Corporate Governance yang buruk memiliki pengaruh yang tinggi. Sebaliknya, temuan penelitian yang dilakukan oleh Sheikh et al., (2012), Bokpin dkk., (2009) menyebutkan korelasi positif antara Tata Kelola Perusahaan dan struktur modal. Temuan Sheik et al., (2012), Struktur Kepemilikan memiliki pengaruh negatif terhadap Struktur Modal, sementara Bokpin dkk., (2009), menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap hutang jangka panjang atau ekuitas.

Menurut (Hidalgo et al., (2011), Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Pengungkapan Modal Intelektual menunjukkan dan memperkuat paradigma bahwa pemegang saham / investor institusional memiliki efek negatif dalam pengungkapan sukarela sementara kepemilikan yang berlebihan oleh investor institusi mungkin memiliki dampak negatif terhadap pengungkapan / pengambilan keputusan strategis.

Faktor penentu struktur modal dalam bentuk karakteristik perusahaan terdiri dari ukuran perusahaan, pertumbuhan, profitabilitas, likuiditas, tangibility yang menjadi pertimbangan dalam keputusan perusahaan terhadap pendanaan saat ini yang menarik untuk dikaji karena sampai saat ini belum diketahui bagaimana perusahaan manufaktur publik di Indonesia memutuskan untuk struktur yaitu pilihan dana modal secara internal dan eksternal, serta hutang dan ekuitas.

Menurut Huang dan Song (2006), mem-perkirakan model OLS untuk menentu-kan faktor penentu struktur modal. Mereka dalam penelitiannya menyimpul-kan bahwa size perusahaan dan aset tetap ber-pengaruh positif terhadap leverage, sementara profitabilitas, perisai pajak non-hutang, growth, kepemilikan saham manajerial berdampak negatif terhadap rasio struktur modal.

Menurut Ferri dan Jones (1979), berbeda dengan penelitian yang dilakukan Huang dan Song (2006) , menyimpul-kan bahwa Size Perusahaan mempenga-ruhi struktur modal perusahaan namun tidak secara positif karena dihipotesiskan. Juga karena hasil penelitian ini, leverage operasional memiliki dampak negatif terhadap rasio hutang

(6)

perusahaan sedangkan risiko bisnis bukan merupakan penentu yang signifikan dari struktur modal perusahaan.

Menurut Gumanti (2000) menyatakan bahwa manajemen laba akan muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan karena mereka mengharapkan manfaat dari tindakan yang dilakukannya. Kondisi ini menjadi menarik untuk diamati karena mampu memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu.

Menurut Healy & Wahlen (1998) manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan transaksi untuk mengubah laporan keuangan sebagai dasar kinerja perusahaan yang bertujuan menyembunyikan dari pemilik atau pemegang saham, untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Berdasarkan uraian diatas dan hasil penelitian sebelumnya, pengaruh langsung struktur aset, struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan tidak menunjukkan hasil yang konsisten. Selanjutnya, belum ada penelitian yang mengulas pengaruh tidak langsung good gavernance dan karekateristik perusahaan (profitability, size, tangibility, growth, dan liquidity), terhadap struktur modal dengan menggunakan manajemen laba sebagai Variabel Moderasi. Menurut Brigham dan Houston, salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah struktur aset. Sebuah perusahaan di mana aset mayoritas berasal dari aset tetap akan memprioritaskan sumber dana melalui pinjaman. Perusahaan dengan sejumlah besar aset tetap akan memiliki lebih banyak pinjaman karena aset tetap dapat dijadikan agunan. Selain itu, ukuran perusahaan juga mempengaruhi struktur modal perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan, semakin banyak yang mereka pinjam. Sebuah perusahaan besar yang memiliki reputasi baik di pasar lebih cenderung memiliki pinjaman sebagai sumber dana. Semakin besar pinjamannya, semakin besar ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar mungkin mencerminkan pencapaian keuntungan yang lebih baik di masa depan. Jadi tujuan penelitian ini ada dua. Pertama, untuk mengetahui pengaruh langsung good gavernance dan karekateristik perusahaan (profitability, size, tangibility, growth, dan liquidity), terhadap struktur modal perusahaan. Kedua, untuk mengetahui pengaruh

(7)

tidak langsung good gavernance dan karekateristik perusahaan (profitability, size, tangibility, growth, dan liquidity), terhadap struktur modal perusahaan dengan struktur modal sebagai Variabel Moderasi.

2. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut:

a. Kepemilikan institusional merupakan alat monitoring yang efektif dalam mengontrol perilaku manajer agar sesuai dengan kepentingan pemegang saham, dengan demikian, kebijakan struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi akan dipengaruhi oleh investor institusional.

b. Tata kelola perusahaan (corporate governance) merupakan salah satu sistem kontrol yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik yang dapat mempengaruhi kebijakan struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi.

c. Peran komisaris independen sangat berarti dalam mengontrol perilaku direksi agar operasional perusahaan berjalan sesuai aturan.

d. Kesempatan bertumbuh menunjukkan kondisi perusahaan sedang dalam posisi baik untuk berinvestasi, sehingga perusahaan membutuhkan modal besar, dan hal ini akan mempengaruhi kebijakan struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi .

e. Laba perusahaan dapat dijadikan sumber dana internal yang memiliki biaya paling murah dibandingkan sumber dana eksternal. Hal ini akan mempengaruhi kebijakan struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi . f. Likuditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membiayai

kewajiban jangka pendeknya, jika perusahaan dalam kondisi kesulitan likuiditas, maka perusahaan akan memanfaatkan liabilitas untuk menambah modal, sehingga mempengaruhi kebijakan struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi .

g. Arus kas menjadi penting dalam mendukung kelancaran operasional perusahaan, jika perusahaan dalam kondisi krisis arus kas, maka akan

(8)

diperlukan sumber dana eksternal, hal ini akan mempengaruhi struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi .

h. Likuditas yang tinggi akan memudahkan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban jangka pendeknya, hal ini akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi.

i. Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan, semakin besar perusahaan, maka akan semakin besar kebutuhan perusahaan terhadap modal, hal ini akan mempengaruhi kebijakan struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi.

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah uraikan, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pengaruh profitability sebagai proksi dari firm characteristic secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. b. Untuk menganalisis pengaruh size sebagai proksi dari firm characteristic secara

parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

c. Untuk menganalisis pengaruh tangibility sebagai proksi dari firm characteristic secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

d. Untuk menganalisis pengaruh growth sebagai proksi dari firm characteristic secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

e. Untuk menganalisis pengaruh liquidity sebagai proksi dari firm characteristic secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

f. Untuk menganalisis pengaruh managerial ownership sebagai proksi dari ownership structure secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen

(9)

laba sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

g. Untuk menganalisis pengaruh institutional ownership sebagai proksi dari ownership structure secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

h. Untuk menganalisis pengaruh komisaris independen secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

B.

TINJAUAN

PUSTAKA

1. Struktur Modal

Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Struktur modal adalah kombinasi antara utang saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal. Kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan pengembalian. Risiko yang lebih tinggi cenderung akan menurunkan harga saham, tetapi ekspektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan menaikkannya. Karena itu, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan. Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001:31) yaitu:

a. Tidak terdapat agency cost, b. Tidak ada pajak,

c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan,

(10)

d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan,

e. Tidak ada biaya kebangkrutan,

f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang,

g. Para investor adalah price-takers,

h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).

Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)” (p.81). Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.

Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana.

Menurut Teori Keagenan (Agency Approach), struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah konsep free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.

(11)

2. Profitability

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi akan berinvestasi menggunakan utang yang relatif kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan Profitability (profitabilitas) didefinisikan sebagai rasio laba sebelum bunga, pajak dan penyusutan terhadap jumlah aktiva (Dessomsak, et al. 2004).

Teori pecking order mendalilkan bahwa manajer lebih memilih untuk membiayai proyek-proyek internal, karena adanya asimetri informasi antara manajer dan investor luar. Selain itu, perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi memilih untuk tidak menaikkan ekuitas eksternal untuk menghindari potensi dilusi kepemilikan. Jadi, ada hubungan terbalik antara profitabilitas dan leverage.

3. Size

Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, di mana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Perusahaan besar pada umumnya memiliki berbagai kelebihan yang dapat mempengaruhi tingkat leverage-nya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (firm size) memiliki hubungan positif dengan tingkat leverage perusahaan. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk menyediakan lebih banyak informasi bagi para pemberi pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil (Huang dan Song, 2002). Ferry dan Jones (1979) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat diukur melalui dua cara, yaitu rata-rata total aktiva dan rata-rata total penjualan untuk tahun yang bersangkutan hingga beberapa tahun.

(12)

4. Tangibility

Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan utang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya dan terdiri dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan. Chen dan Jiang (2001) menyatakan bahwa tangibility merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan aktiva total perusahaan. Pada umumnya teori-teori struktur modal menyatakan bahwa hubungan antara tangibility dan leverage adalah positif. Jensen dan Meckling (1976) dalam penelitiannya mengenai agency cost, ownership dan struktur modal menyatakan bahwa biaya

Kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori agensi menggambarkan hubungan yang negatif antara growth opportunity dan leverage. Di mana, perusahaan keagenan dari hutang (agency cost of debt) antara manajer dan para pemegang saham dengan para kreditur terjadi ketika para manajer bermaksud untuk memanfaatkan kekayaan para kreditur untuk keuntungan (benefits) para manajer dan pemegang saham.

5. Growth

dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan. Pihak manajemen yang menginginkan pertumbuhan (growth), ekuitas eksternal perusahaan yang dimiliki lebih bernilai dibandingkan kesempatan investasi yang besar (Jung, Kim, dan Stulz dalam Parlak, 2010:149). Dengan demikian utang memiliki nilai bagi perusahaan yang tidak memiliki kesempatan investasi sebagai pembatas pada biaya keagenan (Berger, Ofek and Yermack, 1997 dalam Parlak, 2010:149).

(13)

6. Liquidity

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan aktiva lancar yang dimiliki. Perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi, berarti perusahaan tersebut memiliki cukup banyak dana yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Sehingga semakin tinggi tingkat likuiditas, akan semakin rendah struktur modal yang digunakan. Salah satu yang menjadi perhatian utama dari kebanyakan analisis keuangan yaitu perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban untuk melunasi pinjamannya. Suatu analisis likuiditas yang lengkap mensyaratkan penggunaan anggaran kas, tetapi dengan membandingkan jumlah kas dan aktiva lancar lainnya terhadap kewajian lancar, analisis rasio menyediakan suatu ukuran atas likuiditas yang cepat dan mudah digunakan. Rasio likuiditas bisa memberi sinyal yang berbeda kepada khalayak yang berbeda. Dari sudut pandang investor institusional, ini menandakan situasi negatif yang akan dihadapi perusahaan. Tingginya likuiditas menandakan risiko default yang rendah dalam membayar kewajiban jangka pendek untuk perusahaan. Sejak memiliki banyak aset likuid, yang bisa dengan cepat dikonversi menjadi uang tunai, dengan likuiditas tinggi perusahaan dapat lebih mudah mencari pinaman dengan asetnya sebagai jaminannya guna untuk mendanai investasi masa depan atau memenuhi kewajiban hutang (Brigham & Houston 2007, 87-88).

7. Corporate Governance

Lahirnya corporate governance dilatarbelakangi adanya agency theory. Teori keagenan menjelaskan adanya potensi perbedaan kepentingan antara agen (manajemen perusahaan) dengan pemegang saham. Syakhroza (2002) mendefinisikan corporate governance secara lebih gamblang, mudah dan jelas dikatakan bahwa corporate governance adalah suatu sistim yang dipakai “Board” untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing, controlling, and supervising) pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, Menemukan bahwa variabel profitability, taxes, dan liquidity bepengaruh terhadap leverage, sedangkan variabel tangibility, non-debt tax shield, cost of debt, dan size tidak berpengaruh secara

(14)

signifikan terhadap leverageekonomis, dan produktif (E3P) dengan prinsip-prinsip transparant, accountable, responsible, independent, dan fairness (TARIF) dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

8. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan perusahaan termasuk di dalamnya adalah a. kepemilikan manajerial dan

b. kepemilikan institusional.

Menurut teori agency, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham (Faisal, 2005).

Dalam konteks teori agency, para manajer merupakan agen yang mengelola kegiataan bisnis organisasi atas nama pemilik perusahaan.

9. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang dijabarkan sebelumnya, Sofilda dan Marayani (2007) denganVariabel dependen Struktur Modal dan variable Independen sizen tangibility, non debt tax shield, dan depreciation diperoleh hasil Menemukan bahwa size tangibility, non debt tax shield, dan depreciation berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Penelitan berikutnya adalah Amjad dan Bilal (2013) dengan Var.dependent, capital structure dan Var. Independen: size, tangibility, profitability, growth opportunities and liquidity diperoleh hasil size, tangibility, profitability, growth opportunities and liquidity berpengaruh signifikan terhadap capital structure.

Penelitian Collins dan Filibus (2012), dengan Var.dependent: struktur modal, nilai pasar Var. Independent: nilai pasar perusahaan, ukuran, Leverage dengan hasil Menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif antara nilai pasar dengan rasio utang-ekuitas. Hubungan negatif antara rasio total-debt/total-capital perusahaan dengan nilai pasar perusahaan, ukuran berpengaruh positif terhadap nilai pasarnya. Leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai pasar.

(15)

Afza dan Hussain (2011), dengan Var. dependen : leverage dan Var. Independen : profitability, taxes, liquidity, tangibility, non-debt tax shield, cost of debt, dan size diperoleh hasil. Chitiavi (2013), obyek penelitian di Listed Non-Financial Firms on Nairobi Securities Exchange Kenya.dengan Var.dependent : struktur modal dan Var. Independen : Corporate Governance diperolah hasil GCG terbukti berpengaruh terhadap struktur modal.

Akram Bodaghi (2010), obyek penelitian Iranian Listed Companies dengan Var.dependent : struktur modal Var. Independen : debt to equity ratio, CEO dan Direktur pengembalian aset dengan hasil. Hasil menunjukkan bahwa ukuranperusahaan secara signifikan berkorelasi negatif dengan rasio liabilitas terhadap ekuitas. Namun perilaku pembiayaan perusahaan tidak ditemukan secara signifikan dipengaruhi oleh CEO / Ketua dualitas dan kehadiran direktur non-eksekutif di papan. Namun, variabel kontrol ukuran perusahaan dan pengembalian aset yang ditemukan memiliki dampak yang signifikan terhadap struktur modal.

10.Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:

Dalam menentukan komposisi sumber pembiayaan yang akan digunakan, harus dipertimbangkan terlebih dahulu dampak dari keputusan yang akan diambil karena keputusan tersebut akan berpengaruh terhadap laba operasi perusahaan.

Terdapat hubungan antara kemampuan memperoleh keuntungan (profitability) dengan rasio utang dalam pecking order theory dan trade-off theory. Dalam pecking order theory, cenderung berhubungan negatif (profitabilitas terhadap rasio utang), sementara trade-off theory cenderung berhubungan positif antara profitabilitas terhadap rasio utang (Benito, 2003; Krasker, 1986; Myers, 1984; Myers dan Majluf,1984 dalam Kardeniz, et al. 2009:597).

H1 : Terdapat pengaruh negatif Profitability terhadap Struktur Modal H1a : Terdapat pengaruh managemen laba terhadap Profitability dan

Struktur Modal.

Chen dan Hammes (2003) mengatakan bahwa perusahaan besar mempunyai akses yang lebih baik ke pasar modal dibandingkan perusahaan kecil. Selain itu, sebuah

(16)

perusahaan yang ukurannya besar dan sahamnya tersebar luas, biasanya memiliki kekuatan tersendiri dalam menghadapi masalah bisnis dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba lebih tinggi karena usaha atau bisnisnya didukung oleh aset yang besar sehingga kendala perusahaan seperti peralatan yang memadai dan sebagainya dapat teratasi.

Berdasarkan trade-off theory, terdapat hubungan yang positif antara ukuran perusahaan (firm size) dengan rasio utang, karena perusahaan besar cenderung memiliki kemungkinan yang lebih rendah terhadap kesulitan keuangan. Biaya kebangkrutan yang lebih rendah memungkinkan perusahaan besar mengambil keuntungan dari leverage (Ang, 1992; Antoniou, et al. 2002; Bevan dan Danbolt, 2002 dalam Karadeniz, et al. 2009:597). Hal ini berbeda dengan pecking order theory, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara size dan rasio utang, dimana asimetri informasi banyak terjadi dalam perusahaan besar (Karadeniz, et al. 2009:597).

Oleh karena itu, biaya yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar terhadap modal, cenderung lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan kecil (Rajan dan Zingales, 1995; Zou dan Xiao,2006 dalam Kardeniz, et al. 2009:597). Penelitian empiris yang telah dilakukan menemukan bahwa, terdapat hubungan yang positif antara dua variabel (size dan rasio utang), sehingga mendukung trade-off theory (Dalbor and Upneja, 2002; Gaud, et al. 2005; Huang and Song, 2006 dalam Karadeniz, et al. 2009:297).

H2 : Terdapat pengaruh positif Size terhadap Struktur Modal

H2a : Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Size dan Struktur Modal.

Chen dan Jiang (2001) menyatakan bahwa tangibility merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan aktiva total perusahaan. Pada umumnya teori-teori struktur modal menyatakan bahwa hubungan antara tangibility dan leverage adalah positif. Secara teoritis, tangibility memiliki hubungan positif dengan struktur modal (Harris & Raviv 1988), Dessomsak, et al. (2004) menyatakan tangibility didefinisikan sebagai rasio aktiva tetap terhadap jumlah aktiva. Karadeniz, et al. (2009:597) menyebutkan bahwa trade-off theory berhubungan positif antara tangibility dengan rasio utang. Selain itu, perusahaan akan mendapatkan utang lebih mudah disebabkan oleh pertumbuhan nilai pada tangibility (Harris dan Raviv, 1991; Myers, 1977; Myers dan

(17)

Majluf, 1984; Thornhill, et al. 2004 dalam Karadeniz, et al. 2009:597). Bagaimanapun juga dalam pecking order theory, perusahaan yang memiliki lebih banyak tangibility akan sedikit memiliki informasi yang tidak seimbang. Karena itu perusahaan akan cenderung bergantung pada ekuitas keuangan (Karadeniz, et al. 2009:597).

Dengan mempertimbangkan maturity (jatuh tempo), pecking order theory menyatakan bahwa tangibility berhubungan positif terhadap utang keuangan jangka panjang dan berhubungan negatif terhadap utang keuangan jangka pendek (Feikadis dan Rovolis, 2007; Qian, et al. 2007 dalam Karadeniz, et al. 2009:597) serta dinyatakan pula bahwa terdapat hubungan yang positif antara tangibility terhadap rasio leverage (Booth, et al. 2001; Chen, 2004; Fattouh, et al. 2003; Pandey, 2004 dalam Karadeniz 2009:597).

H3 : Terdapat pengaruh positif Tangibility terhadap Struktur Modal

H3a : Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Tangibility dan Struktur Modal.

Dalam penelitian Smith dan Watts (1992) dalam Parlak (2010:149) menemukan bahwa terjadi hubungan yang negatif antara leverage dengan pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi rasio ekuitas utang pada perusahaan berdasarkan hasil analisis regresi dengan menggunakan trade off theory dan pecking order theory (Cassar dan Holmes, 2003 dalam Afza dan Hussain, 2011:221).

H4 : Terdapat pengaruh positif Growth terhadap Struktur Modal

H4 : Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Growth dan Struktur Modal.

Perusahaan dengan rasio likuiditas tinggi nampaknya memiliki risiko gagal bayar rendah, mereka dapat menggunakan leverage yang tinggi tergantung pada tingkat rasio likuiditas. Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas memiliki hubungan positif dengan leverage perusahaan (Karadeniz et al., 2009). Berbeda, ada perdebatan untuk hubungan negatif di antara mereka. Pertama, rasio likuiditas yang tinggi dapat memberi sinyal kinerja buruk dengan piutang usaha yang tidak stabil, yang kemungkinan berubah menjadi piutang macet. Kedua, karena hutang jangka pendek juga memiliki biaya agensi sendiri, ketika tingkat biaya agensi ini tinggi, kreditur dapat menolak atau membatasi jumlah pinjaman perusahaan (Myers & Rajan 1998).

(18)

H5 : Terdapat pengaruh positif Liquidity terhadap Struktur Modal

H5a : Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Liquidity dan Struktur Modal.

Manajerial ownership yaitu pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh manajer. Teori keagenan yang dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling menyatakan jika manajer memiliki kepemilikan saham yang tinggi di dalam perusahaan, maka mereka akan mengurangi tingkat hutang secara optimal. Hal ini dikarenakan penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan risiko kebangkrutan, sehingga dilakukan pembatasan terhadap penggunaan hutang untuk menghindari kerugian yang dialami pemegang saham bila perusahaan mengalami kebangkrutan

H6 : Terdapat pengaruh negatif Managerial Ownsership terhadap Struktur Modal.

H6a : Terdapat pengaruh manajemen laba terhadap Managerial Ownsership dan Struktur Modal.

Kepemilikan manajerial (insider) atas sekuritas perusahaan dapat menyamakan kepentingan insider dengan pihak ekstern dan akan mengurangi peranan hutang sebagai mekanisme untuk meminimumkan agency cost. Semakin meningkatnya kepemilikan oleh insider, akan menyebabkan insider semakin berhati-hati dalam menggunakan hutang dan menghindari perilaku opportunistic, karena mereka ikut menanggung konsekuensi dari tindakannya, sehingga mereka cenderung menggunakan hutang yang rendah (Faisal 2000 dalam Murni dan Andriana, 2007).

Konsisten dengan teori yang dikemukakan oleh Friend dan Hasbrouck (1988); Friend dan Lang (1988) dalam Masdupi (2005), menghipotesakan bahwa insiders perusahaan mempunyai kepentingan yang lebih besar dalam menjamin kelangsungan hidup perusahaan karena risiko hutang non-diversifiable manajemen lebih besar dari investor publik. Dengan kata lain, apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang, maka akan mengacam likuiditas perusahaan dan posisi manajemen. Insiders yang kepemilikannya lebih besar dalam perusahaan akan memiliki keinginan yang lebih besar dalam meminimalkan risiko struktur modal.

(19)

Murni dan Andriana (2007) menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh masih rendahnya kepemilikan saham oleh insiders dibandingkan dengan kelompok lainnya dalam perusahaan. Hasil ini bertentangan dengan Wahidahwati (2002), yang menemukan pengaruh negatif yang signifikan antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang

H7 : Terdapat pengaruh positif Institutional Ownership terhadap Struktur Modal.

H7a : Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Institutional Ownership dan Struktur Modal.

Komisaris independen merupakan orang yang diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Komisaris independen adalah pihak luar perusahaan yang menilai kinerja perusahaan dan mengambil keputusan untuk kemajuan perusahaan, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Semakin kuat komisaris independen, maka pendanaan modal akan semakin besar, karena berpengaruh kepada keputusan yang diambil. Perusahaan akan memilih hutang untuk dijadikan sumber pendanaan modal perusahaan karena mempunyai risiko yang lebih kecil dan untuk mencegah terjadinya moral hazzard. Selain itu komisaris independen juga mempertimbangkan jika menerbitkan saham, akan bertambah pula kepentingan antar pemegang saham. Komisaris independen akan memberikan saran dan kebijakan terbaik untuk perusahaan seperti pemilihan modal.

H8 : Terdapat pengaruh negatif Komisaris Independen terhadap Struktur Modal .

H8a :Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Komisaris Independen terhadap Struktur Modal.

C.

METODE

PENELITIAN

1. Metode yang Digunakan

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode causality research dengan pengujian hipotesis untuk menjelaskan pengaruh GCG (managerial

(20)

ownership, institutional ownership, komisaris independen), Firm Characteristic (profitability, size, tangibility, growth, liquidity), terhadap Struktur Modal dengan manajemen laba sebagai Variabel Moderasi. Subjek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012 - 2016. Penelitian ini akan menggunakan analisis data panel.

2. Operasional Variabel

- Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel dependen adalah Struktur Modal Struktur perusahaan dalam penelitian ini diproksikan sebagai debt to equity ratio (DER).

- Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah:

a. Firm Charactreristic 1) Profitability, 2) Size, 3) Tangibility, 4) Growth 5) Liquidity b. GCG 1) Managerial Ownership; 2) Institutional Ownership. 3) Komisaris Independen

3. Variable Variabel Moderasi (Manajemen Laba)

Variabel Moderasi yaitu "tipe variabel-variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung". Variabel Moderasi merupakan variabel yang terletak diantara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen.

(21)

4. Variabel dan Pengukuran

Variabel Dependen adalah Atruktur modal dengan indicator Debt to Equity Ration dengan pengukuran variable DER = Hutang/Equity, Variabel Independen adalah Profitability dengan indokator ROE dengan pengukuran Laba berih dibagi Equitas, Size dengan indicator Asset dengan alat ukur Log (total Aset), Tangibility dengan indicator Tangibility dengan alat ukur adalah Fixed asset dibagi total asset, Growth dengan indicator Sale dengan pengukuran selisih penjualan tahun t dikurang tahun sebelumnya dibagi tahun sebelumnya, Liquidity dengan indicator Current Ratio dengan pengukuran total current asset dibagi total current liability, manajeria Ownership dengan indicator Besarnya persentase kepemilikan saham oleh manajer terhadap jumlah saham yang beredar dengan pengukuran kepemilikan saham managerial dibagi jumlah saham yang beredar, Institutional Ownership, dengan indicator Besarnya persentase kepemilikan saham oleh institusi terhadap jumlah saham yang beredar dengan pengukuran kepemilikan saham institutional dibagi jumlah saham yang beredar, Komisaris Independen dengan indicator Komisaris independen dengan pengukuran Jumlah komisaris independen dibagi dengan total jumlah dewan komisaris, Manajemen laba sebagai moderasi dengan indicator Total Accrual dengan pengukuran lsbs bersih dikurangi cash opersional.

5. Metode Pengambilan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014- 2016. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana setiap elemen populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel, dan kriteria pemilihan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data diperoleh dalam bentuk yang sudah tertera dan dikumpulkan serta diolah pihak lain dan

(22)

sudah dalam bentuk publikasi. Data yang dikumpulkan merupakan data laporan keuangan perusahaan, yaitu neraca dan laporan laba rugi, persentase kepemilikan manajerial, institusional, data komisaris independen dari tahun 2014- 2016.

7. Model Persamaan Regresi Data Panel

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Firm Characteristic (profitability, size, tangibility, growth, liquidity, business risk), Ownership Structure (managerial ownership, institutional ownership), dan Komisaris Independen terhadap Struktur Modal. Adapaun model persamaan regresi data panel di bagi menjadi dua model yaitu:

a. Model Faktor yang menentukan Struktur Modal

 DER1it = β0 +β1PRF1it + β2SZEit + β3TAGit + β4GWTit + β5LIQit +β6 MOit + β7IOit+ β8KIit + e (1)

 DER2it = β0 + β1MLPRFit + β2MLSZEit + β3MLTAGit + β4MLGWTit + β5MLLIQit + β6MLMOit + β7MLIOit + β8MLKIit + e (2)

Dimana:

DER = Capital Structure perusahaan i dalam waktu t

PRF = Profitability sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu t

SZE = Size sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu t

TAG = Tangibility sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu t

GWT = Growth sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu t

LIQ = Liquidity sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu t

MO = Managerial Ownership sebagai proksi dari Ownership Structure perusahaan i dalam waktu t

OI = Institutional Ownership sebagai proksi dari Ownership Structure perusahaan i dalam waktu t

(23)

KI = komisaris independen perusahaan i dalam waktu t ML = Manajemen laba

D.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Unit Penelitian

Konsentrasi dari aktivitas ekonomi secara spesial, terutama pada industri manukfaktur telah terjadi fenomena menarik untuk dianalisis. Pada industri manufaktur, konsentrasi spesial ditentukan oleh biaya upah, biaya transportasi dan akses pasar serta ekstenalitas . Industri manufaktur dikelompokkan dalam kategori industri semen ,barang galian non logam, industri arang lainnya, industri kertas dan barang cetakan, serta industri barang kayu dan hasil hutan, pakan ternak, garmen dan tekstil, Otomotif, makanan dan minuman, keramik, pembuatan keperluan peralatan rumah tangga,pembuatan kabel dan farmasi.

Tabel 4.1.

Hasil Descriptive Statistics

VARIABEL N MINIMUM MAXIMUM MEAN STD.

DEVIATION STRUKTUR MODAL 246 0 8 1,0291 0,97287 PROFITABILITY 246 0 1,46 0,1611 0,21329 TANGIBILITY 246 0,04 0,82 0,3686 0,17239 UKURAN PERUSAHAAN 246 5,13 8,42 6,3688 0,7103 GROWTH 246 -0,51 3,12 0,0913 0,27785 LIQUIDITY 246 0,03 15,16 2,5275 2,27909 MANOWN 246 0 0,81 0,0513 0,12704 MANINST 246 0,19 507,81 3,0106 32,31644 KOMINS 246 0 0,8 0,3893 0,12237 MLPROF 246 -49,23 191,65 1,4107 21,34738 MLTAG 246 -6,25 70,67 0,4966 5,911 MLSIZE 246 -23,48 45,8 -0,1501 5,47909 MLGROWTH 246 -372,9 1604,69 12,6257 173,84707

(24)

MLLIQUIDITY 246 -12,53 31,83 0,2517 3,11767 MLMNAOWN 246 -76,95 627,33 4,4432 55,39511

MLMANINST 246 -2,55 1,75 -0,0111 0,23194

MLKOM 246 -3194,91 191,57 -11,55 204,9048

VAR00001 246 -24,62 63,88 0,3101 7,44573

Sumber data: Idx. Co. Id 2016 (diolah).

2. Analisa Deskriptif

Jumlah populasi perusahaan manufaktur tersebut dipilih untuk menjadi sample Hasil Descriptive Statistics penelitian sebanyak 146 perusahaan.

Berdasrkan tabel 4.1 diatas dapat diperoleh informasi bahwa jumlah data sebanyak 246 dengan dependen Struktur modal dihasilkan standar deviasi minimum terletak pada komisaris institutional sebesar 0.12237, nilai maximum terletak pengaruh manajemen laba terhadap managerial ownership sebesar 204,90480

3. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil Uji Kolmogorov- Smirnov melalui penggunaan bantuan program SPSS versi 17.0 for windows, diperoleh hasil variable yang mempunyai sebaran distribusi normal adalah Tangibility sebesar 0,090 dan Size sebesar 0,088 lebih besar dari 0,05, nilai residualnya berdistribusi normal sedangkan valiabel yang lainnya dalam penelitian data berdistribusi tidak normal.

b. Uji Multikolinieritas

Tabel 4.2 Hasil Uji Multi Kolinieritas

Variabel Pendekatan Struktur Modal

Dengan Independent

Pendekatan Struktur Modal Indepndent Dengan Moderasi

Toleransi VIF Toleransi VIF

PROFITTABILITY 0,955 1,047 0 1856,854

TANGBILITY 0,812 1,232 0,212 4,708

UKURAN PERUSAHAAN 0,901 1,11 0,054 18,38

(25)

LIQUIDITY 0,729 1,371 0,663 1,509

MANOWN 0,787 1,271 0,121 8,263

MANINST 0,956 1,046 0,487 2,054

KOMINS 0,952 1,05 0,498 2,009

Sumber data: Idx. Co. Id 2016 (diolah).

Dalam pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan linier diantara dua variabel bebas atau lebih dalam model regresi. Kriteria untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Batas dari tolerance value adalah 0,1 sehingga apabila tolerance value dibawah 0,1 maka terjadi multikolinieritas. Sedangkan variance tolerance factor (VIF) merupakan kebalikan dari tolerance value, karena VIF = 1/tolerance. Batas VIF adalah 10 jika nilai VIF diatas 10 maka terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2001). Adapun hasil pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2, hasilnya menunjukkan bahwa dalam pengujian multikolinearitas dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0 for windows diperoleh nilai tolerance pada masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10. Sehingga menunjukkan bahwa model regresi tidak terdapat permasalahan multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji utokorelasi adalah untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam model sampel kecil maupun dalam sampel besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan d (Durbin-Watson). Hasil perhitungan dilakukan pembandingan dengan Ftabel. Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai durbin watson < F tabel, maka diantara variabel bebas dalam persamaan regresi tidak ada autokorelasi, demikian sebaliknya.

(26)

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Dependent Struktur Modal

Keterangan Pendekatan Struktur

Modal dengan Independent pendekatan struktur modal independent dengan Data Tahun 2014-2016

DW Dependen DW Dependen dI du 4-du 4-dI

1782 1830 1.287 1.776 02.24 2.713

Sumber data: Idx. Co. Id 2016 (diolah).

a. Predictors: (Constant), PROF, TAG, SIZE,GRWT,LIQ, KOMINT, MO,KI

b. Predictors: (Constant), MLPROF, MLTAG,MLSZE,MLGrwt,MLLOQ, MLKom int, MLMO, MLKI

c. Dependent variable : Struktur Modal

4. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Uji Hipotesis Secara Parsial ( uji t)

Berdasarkan Tabel 4.4 dalam pengujian Pengaruh GCG dan Karekteristik Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan Variabel Manajemen laba sebagai Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016 secara parsial. Dimana terlihat dari pendekatan struktur moal dengan variable independen dan pendekatan struktur modal dengan variable independen yang dimoderasi manajemen laba menunjukkan hasil pengujian heterokedastisitas dengan uji Glejser Glejser dengan bantuan SPSS versi 17.0. Pada tingkat significan 5% (e = 0,05) dengan pada pendekatan fakor berdasarkan tabel 4.3, diperoleh informasi dengan pendekatan dependen dengan independen diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,782 dan sedangkan dengan pendekatan dependen dan independen dengan variable moderasi diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,380. Nilai Durbin-Watson (DW) ini lebih besar dari Durbin lower (dl) sebesar 1.287 dan kurang dari 4 - (du) sebesar 2.240 maka pada tahun 2016, persamaan ini tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

(27)

Struktur modal dan independen yang sinifikan adalah Tangibility sebesar 0,013 dan Liquidity sebesar 0,000, sedangkan dengan di mederasi Manajemen laba hasilnya yang significan dibawah 0,05 adalah Profitability sebesar 0,000, Size sebesar 0,044, Liquidity sebesar 0,011 dan Manajerial Ownership sebesar 0,047.

(28)

B Std. Error B Std. Error Const. 1,141 0,566 2,013 0,045 0,993 0,064 15,487 0 Profitability 0,349 0,273 1,278 0,203 -0,472 0,123 -3,836 0 Tangibility -0,921 0,366 -2,516 0,013 0,027 0,022 1,19 0,235 Size 0,065 0,084 0,772 0,441 0,097 0,048 2,027 0,044 Growth 0,241 0,209 1,15 0,251 0,053 0,013 3,901 0 Liquidity -0,183 0,029 -6,266 0 0,061 0,024 2,558 0,011 Manajemen Own. 0,131 0,505 0,26 0,795 0,006 0,003 1,996 0,047 Manajemen Inst. -0,001 0,002 -0,351 0,726 0,519 0,377 1,375 0,17 Komisaris Independen 0,497 0,476 1,043 0,298 0 0 -0,472 0,637 Tangibility = 0,013*** Profitability = 0 *** Liquidity = 0,000*** Size = 0,044 * Liquidity = 0,011 ** Manajemen Own = 0,047* t Sig UnstandardizedCpefficie nts UnstandardizedCpeffic ients Model

Pendekatan Struktur Modal dengan Independen

Pendekatan Struktur Modal dan Independen dengan Moderasi

t Sig

b. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi diperlukan untuk melihat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi. Adapun hasil analisis koefisien determinasi (lihat tabel 4.5).

Tabel 4.4 Coefficients

Sumber data: Idx. Co. Id 2016 (diolah).

Tabel 4.5

Hasil Analisis Koefisien Determinasi dengan dependen Struktur Modal

Model Summary (b)

Sumber data: Data 2016 (diolah)

Dari tabel 4.5 diatas, dengan pendekatan independen terhadap struktur modal Keterangan

Pendekatan Struktur Modal dengan

Independent

Pendekatan Struktur Modal Independet dengan Moderasi

Adjusted R square Adjusted R square

(29)

diperoleh nilai Adjusted R square (adj R²) sebesar 0.163, sedangkan dengan pendekatan independen dengan variable moderasi diperoleh nilai Adjusted R square (adj R2) sebesar 0.036 ini berarti variable Profitabilitas, Tangibility, Size, Growth, Liquidity, managerial Institutional, Komisaris Institutional dengan manajemen laba sebagai Variabel Moderasi hasil yang diperoleh sebesar 16.30 % dan 3,6% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variable lain diluar model.

c. Uji Signifikan Simultan (Uji – F )

Uji statistik F diperlukan untuk memperoleh informasi variabel independen berpengaruh secara bersama–sama terhadap variabel dependen

Dari hasil perhitungan Uji Anova dengan tingkat kepercayaan 95 %, pada tahun 2014-2016 dengan pendekatan struktur modal dengan independen diperoleh nilai F sebesar 6.971 dengan signifikan 0.00 dan dengan pendekatan struktur modal dengan independen dan dimoderasi diperoleh hasil sebesar 2,158 dengan signifikan 0,031 variable Profitabilitas, Tangibility, Size, Growth, Liquidity, managerial inst., Komisari Int. terhadap struktur modal dengan manajemen laba sebagai Variabel Moderasi.

5. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam pengujian dengan uji statistik F diatas (lihat tabel 4.7) hasil perhitungan Uji F dengan tingkat kepercayaan 95 persen diperoleh informasi bahwa pada tahun 2014- 2016 variabel TL, PR yang diVariabel Moderasi EA yang di Variabel Moderasi EA berpengaruh terhadap struktur modal karena angka signifikan lebih lebih kecil dari 0.05. Sedangkan IO, KI, SIZE, yang diVariabel Moderasi EA, menunjukan angka signifikan diatas 0,05 berarti persamaan regresi dalam penelitian ini tidak mempunyai asumsi heteroskedastisitas

Dari hasil pengujian Uji statistik dengan Uji-t (lihat tabel 4.4) selama penelitian periode 2014- 2016 dapat disusun persamaan :

 DER1it = 1,141 + 0,349PROit - 0,921TAGangit +0,065Sizeit + 0,241GRWit - 0,183LIQit -

0,001MIit + 0,497KIit + 0.131MO8it X + e (1)

 DER2it = 0,993 - 0,472MLPROit + 0,027TAGit + 0,097MLSIZEit + 0,053GRWit +

(30)

Dari persamaan pertama (1) diatas ß sebesar 1,141 yang berarti jika variabel independen tetap maka Struktur Modal sebesar 1.141. Koefisien ß Profitabilitas sebesar 0.249 artinya bahwa setiap kenaikan profitabilitas satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan Struktur modal sebesar 0.249, Tangibility perusahaan sebesar minus sebesar 0.921 artinya bahwa setiap penurunan Tangibility perusahaan satu poin maka akan berpengaruh terhadap kenaikaan struktur modal sebesar 0.921. Koefisien size sebesar 0.065 artinya bahwa setiap kenaikan size satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal sebesar 0.065.

Koefisien growth sebesar 0.241 artinya bahwa setiap kenaikan growth satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal sebesar 0.221. Koefisien ß Liquidity minus sebesar 0.183 artinya bahwa setiap penurunan Liquidity satu poin akan berpengaruh terhadap struktur modal sebesar 0.183. Koefisien managerial institusional sebesar minus 0.001 artinya bahwa setiap penurunan MI satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal sebesar 0.001. Koefisien ßkomisaris independensebesar 0.497 artinya bahwa setiap kenaikan komisaris Independen satu poin akan berpengaruh terhadap struktur modal sebesar 0.497.

Koefisien ß managerial ownership sebesar 0.131 artinya kenaikan satu point managerial ownership akan berpengaruh terhadap struktur modal sebesar 0.131. Sementara pengaruh independen dengan adanya moderasi hubungan antara independn terhadap setuktur modal di persamaan dua (2) diatas ß sebesar 0.933 yang berarti jika variabel independen tetap maka Struktur Modal sebesar 0.933. Koefisien ß Profitabilitas sebesar 0.249 artinya bahwa setiap kenaikan profitabilitas satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan Struktur modal sebesar 0.249, Tangibility perusahaan sebesar sebesar 0.027 artinya bahwa setiap kenaikan Tangibility satu poin maka akan berpengaruh terhadap kenaikaan struktur modal sebesar 0.027. Koefisien size sebesar 0.097 artinya bahwa setiap kenaikan size satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal sebesar 0.097. Koefisien growth sebesar 0.053 artinya bahwa setiap kenaikan growth satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal sebesar 0.053. Koefisien ß Liquidity sebesar 0.061 artinya bahwa setiap kenaikan Liquidity satu poin akan berpengaruh terhadap struktur modal sebesar 0.061. Koefisien managerial institusional sebesar 0.519 artinya bahwa setiap kenaikan MI satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal sebesar 0.519. Koefisien ß komisaris

(31)

independen sebesar 0.000 artinya komisaris Independen tidak mempunyai berpengaruh terhadap struktur modal. Koefisien ß managerial ownership sebesar 0.006 artinya setiap kenaikan satu poin akan managerial ownership berpengaruh terhadap struktur modal sebesar 0.006.

E.

KESIMPULAN

Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh good governance, karekterikstik

perusahaan terhadap struktur modal dengan Manajemen laba sebagai Variabel Moderasi untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI di Indonesia dengan menggunakan metode purposive sampling data tahun 2014- 2016

1. Analisis Diskriptif, diperoleh informasi bahwa jumlah data sebanyak 246 dengan dependen Struktur modal dihasilkan standar deviasi minimum terletak pada komisaris institutional sebesar 0.12237, nilai maximum terletak pengaruh manajemen laba terhadap managerial ownership sebesar 204,90480

2. Uji Normalitas, diperoleh hasil diperoleh hasil variable yang mempunyai sebaran distribusi normal adalah Tangibility sebesar 0,090 dan Size sebesar 0,088 lebih besar dari 0,05, nilai residualnya berdistribusi normal sedangkan valiabel yang lainnya dalam penelitian data berdistribusi tidak normal.

3. Uji Multikolinearitas dua pendekatan, diperoleh hasil diperoleh nilai tolerance pada masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10. Sehingga menunjukkan bahwa model regresi tidak terdapat permasalahan multikolinearitas.

4. Uji Autokorelasi diperoleh hasil Pengujian Autokorelasi dengan pendekatan dependen dengan independen diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,782 dan sedangkan dengan pendekatan dependen dan independen dengan variable moderasi diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,380. Nilai Durbin-Watson (DW) ini lebih besar dari Durbin lower (dl) sebesar 1.287 dan kurang dari 4 - (du) sebesar 2.240 maka pada tahun 2014-2016, persamaan ini tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

5. Uji Hipotesis secara Parsial ( uji t), diperoleh hasil Pada tingkat significan 5% (e = 0,05) dengan pada pendekatan fakor struktur modan dan independen yang sinifikan adalah

(32)

Tangibility sebesar 0,013 dan Liquidity sebesar 0,000, sedangkan dengan di mederasi Manajemen laba hasilnya yang significan dibawah 0,05 adalah Profitability sebesar 0,000, Size sebesar 0,044, Liquidity sebesar 0,011 dan Manajerial Ownership sebesar 0,047.

6. Analisis Koefisien Determinasi, pendekatan independen terhadap struktur modal diperoleh nilai Adjusted R square(adj R²) sebesar 0.163, sedangkan dengan pendekatan independen dengan moderasi diperoleh nilai Adjusted R square (adj R2) sebesar 0.036 ini berarti variable Profitabilitas, Tangibility, Size, Growth, Liquidity, managerial inst., Komisari Int.dengan manajemen laba sebagai Variabel Moderasi sebesar sebesar 16.30 % dan 0.036% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variable lain diluar model.

7. Uji Signifikan Simultan (Uji – F ), dengan tingkat kepercayaan 95 %, pada tahun 2014-2016 dengan pendekatan struktur modal dengan independen diperoleh nilai F sebesar 6.971 dengan signifikan 0.00 dan dengan pendekatan independen yang variable moderasi diperoleh hasil sebesar 2,158 dengan signifikan 0,031 variable Profitabilitas, Tangibility, Size, Growth, Liquidity, managerial inst., Komisari Int. terhadap struktur modal dengan manajemen laba sebagai Variabel Moderasi..

REFERENSI :

Brigham, Eugene F and Joel F.Houston,2006.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu,Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta Brown, L., & Caylor, M. (2006). Corporate Governance and Firm Valuation, Journal of Accounting and Public Policy, Volume 25, issue 4, July/August. 409-434

Chen, R., S, Huang, W.W, Chang, Y.H., & Wang, J.Y. (2013). The Impact of Management and Outside Block holders Ownership on Capital Structure. The 2nd IBSM, International Conference on Business and Management 2 – 4 October 2013, Chiang Mai – Bangkok

Fama, E. F., & Jensen, M. C. (1983). Separation of Ownership and Control, Journal ofLaw andEconomics, 26, 2: 301-326.

Ferry, M.G., dan Jones, W.H. (1979). Determinants of financial structure: A new methodological approach. Journal of Finance, 01 XXXXIV(3).

(33)

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harris, M. & Harris, M.(1991). The theory of capital structure. Journal of Finance 46, 297-356.

Heng, T, Azrbaijani S, Tze O. (2012). Board of Directors and Capital Structure: Evidence from Leading Malaysian Companies. Asian Social Science, 8(3), March 2012. http://dx.doi.org/10.5539/ass.v8n3p123

Huang, G, & Song, F.M. (2006). The determinants of capital structure: Evidence from China. China Economic Review, 17, 14– 36 URL: http://dx.doi.org/10.5539

ass.v8n3p123

Hutchinson, R. and R. Hunter (1995)," Determinant of capital structure in the retailing sector in the UK", The International Review of Retail, Distribution and Consumer Research, 5(1), 63-78.

Hussainey, K., & Aljifri, k. (2012). Corporate governance mechanisms and capital structure in UAE. Journal of Applied Accounting Research, 13(2), 145- 160.

http://dx.doi.org/10.1108/09675421211254849

Horne, James C. Van dan Wachowicz, John M. Jr. 2001, Fundamentals Of Financial Management, New Jersey, Pearson Prentice Hall

Horne, James C. Van dan Wachowicz , John M. Jr. 2005 , Prinsip – Prinsip

Manajemen Keuangan, edisi bahasa Indonesia terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Jakarta : Salemba Empat.

Javed Iqbal ( 2007) “A Test of CAPM on the Karachi Stock Exchange”

Jensen, M. C and Meckling, W.H.( 1976) Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial Economics, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.

Kep4I 77/M4MBU/2002. (2002). Keputusan menteri Badan Usaha Milik Negara

tentang penerapan praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara . Jakarta: Menteri BUMN.

(34)

Kim, H.(1978), "A Mean-Variance Theory of Optimal Capital Structure and Corporate Debt Capacity", Journal of Finance, 33, 45-63.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia. Jakarta.

Maurizio La Rocca, (2007) "The influence of corporate governance on the relation between capital structure and value", Corporate Governance: The international journal of business in society, Vol. 7 Issue: 3, pp.312- 325,

https://doi.org/ 10.1108/14720700710756580

Modigliani, F. & Miller, M. (1963). Corporate Income Taxes and the Cost of Capital:a Correction, American Economic Review 53, 433-443

Mokhtari (2013) “hubungan antara institutional ownership with firm value and earnings quality pada perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange (TSE).OECD (2004) “ peran dan tanggung jawab dewan komisaris sebagai pihak pengawas jalannya manajemen perusahaan.”

Myers, S. and Rajan, R. (1998) The Paradox of Liquidity. The Quarterly Journal of Economics, 113, 733-771. http://dx.doi.org/10.1162/003355398555739

Najjar, N. and K. Petrov (2011),"Capital Structure of Insurance Companies in Bahrain", International Journal of Business and Management, 6(11), 138-145.

Ozkan, A. (2001)," Determinants of Capital Structure and Adjustment to Long Run Target: Evidence from UK Company Panel Data", Journal of Business Finance & Accounting, 28(1 &2), 175-198

Ruan (2011) “Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan

melalui pilihan struktur modal, menggunakan sampel pada perusahaan yang terdaftar di pasar saham China dari tahun 2002 sampai 2007.

Sheikh, N.A.S. and Wang, Z. (2012). Effects of corporate governance on capital structure: empirical evidence from Pakistan. Corporate governance. The International journal of Business in society, 12(5), 629–641. http.//dx.doi.org/10.1108/14720701211275569

Scott (2006) “Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is hat ural to expected that they will choose policies so

(35)

as to maximize their own utulity and/on the market valve of the firm”

Sukamuja, Sukmawati. (2004) ”Good Corporate Governance di Sektor Keuangan: Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan (Kasus di Bursa Efek Jakarta) ”. BENEFIT, Vol.8, No. 1, h. 1425

Sundjaja Ridwan S. dan Inge Barlian (2003) Manajemen Keuangan 1, Edisi kelima. Jakarta: Literata Lintas Media

Gambar

Tabel 4.2 Hasil Uji Multi Kolinieritas
Tabel  4.2,  hasilnya  menunjukkan  bahwa  dalam  pengujian  multikolinearitas  dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0 for windows diperoleh  nilai tolerance pada masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF yang  lebih  kecil
Tabel 4.4  Coefficients

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan manufaktur tidak dipengaruhi oleh likuiditas, sehingga besar kecil nya oleh likuiditas

Salah satunya adalah kinerja keuangan daerah yang meliputi: rasio pajak ( tax ratio), pajak per kapita (tax per capita), upaya pajak (tax effort) dan ruang

digunakan oleh wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Walikota;.. Surat Ketetapan

Login Admin HOME USER Admin Guru Siswa Tambah Ubah Hapus Tambah Ubah Hapus Tambah Ubah Hapus AKADEMIK Tahun Ajaran Kelas Tambah Ubah Hapus Tambah Ubah Hapus

Kepala desa yang bertindak selaku Pemimpin tertinggi ditingkat desa sangat diharapkan untuk mampu melakukan kegiatan pemberdayaan kepada masyarakat dalam

Menimbang, bahwa dengan mengambil pertimbangan unsur ke.2 dan berdasarkan keterangan Para Saksi dan dihubungkan keterangan Terdakwa bahwa saat perbuatan yang sebagaimana

Berdasarkan analisis serta pembahasan dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Locus of control berpengaruh positif dan signifikan terhadap

1. Perbandingan imbuhan akhiran yang berdasarkan akhiran -nya sangat produktif dalam pembentukan dan tidak mengalami perubahan bentuk dalam penggabungannya