• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bekisting atau juga disebut acuan/cetakan beton adalah suatu susunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bekisting atau juga disebut acuan/cetakan beton adalah suatu susunan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. BEKISTING

Bekisting atau juga disebut acuan/cetakan beton adalah suatu susunan konstruksi yang bersifat sementara, yang digunakan untuk mencetak beton yang akan dicor didalamnya atau diatasnya.

Bekisting terdiri dari beberapa bagian yang dirangkai menjadi suatu kesatuan konstruksi tertentu dengan sistem yang praktis, artinya sesuai dengan sifatnya yang hanya sementara, konstruksi bekisting harus mudah dikerjakan dan mudah pula untuk dibongkar. Hal terpenting yang perlu di perhatikan adalah bekisting harus mampu menahan beban – beban yang ada.

Berdasarkan kepada jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat bekisting, maka bekisting dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :

- bekisting kayu, yaitu bekisting yang bahan pembuatnya berasal dari kayu yang dirangkai menjadi satu kesatuan membentuk bekisting,

- bekisting metal, yaitu bekisting dengan bahan baku metal, seperti dari baja, seng dan alumunium yang pada umumnya dibuat dan distel di pabrik secara pabrikasi yang kemudian di-asembling di lapangan,

- bekisting plastik fiber glass, yaitu bekisting yang bahan pembuatnya berasal dari fiber glass, dan bahan jenis ini sangat menunjang pada pelaksanaan beton pracetak dan kebutuhan beton arsitektural.

(2)

2.1.1. Sasaran Pekerjaan Bekisting

Sasaran dari pekerjaan bekisting adalah:

a. Kualitas baik

Bekisting dirancang dan dibangun secara cermat sedemikian sehingga posisi, ukuran dan bentuk beton jadi yang dicetak sesuai dengan yang dirancang.

b. Keamanan terjamin

Bekisting dibangun kokoh sehingga mampu menopang seluruh beban mati dan beban hidup tanpa terjadi deformasi yang berarti atau membahayakan bagi pekerja dan struktur beton yang dicetak dengan cara dituangkan kepadanya.

c. Ekonomis

Bekisting dibangun secara efisien, hemat biaya dan waktu sehingga menguntungkan baik bagi kontraktor pelaksanaan dan juga bagi pemilik bangunan.

2.1.2. Syarat Umum Bekisting

Persyaratan bekisting adalah sebagai berikut :

a. Bekisting harus kuat dan mampu mendukung beban kerja dan getaran getaran vibrator selama pengecoran, sehingga dapat menjamin kedudukan konstruksi yang tetap.

b. Bekisting harus kaku (rigid), untuk menahan beban-beban yang bekerja selama pembangunan berlangsung sehingga dapat mempertahankan bentuk dan dapat mencetak struktur beton yang sesuai dengan rancangan. c. Bekisting harus cukup stabil dan kuat untuk dapat mempertahankan garis

(3)

d. Bekisting cukup kokoh dan tidak akan mengalami kerusakan permukaan, perubahan bentuk dan ukuran pada waktu diangkut ataupun digunakan ulang.

e. Permukaan bekisting harus rapat dan rata, serta dapat mencegah merembesnya air semen, sehingga jumlah Faktor Air Semen (FAS) tidak berkurang.

f. Permukaan bekisting harus terbuat dari bahan baik dan tidak mudah meresap air, sehingga waktu pembongkarannya dengan mudah dapat di lepaskan dari permukaan beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton.

Apabila bekisting harus memikul beban – beban dan bentang – bentang yang besar, maka penggunaan bekisting harus ditinjau dari hal – hal sebagai berikut :

a. Kecepatan dan cara pengecoran

b. Beban – beban pelaksanaan, termasuk beban vertikal, horizontal dan beban – beban kejutan.

c. Syarat – syarat bekisting bentuk khusus yang diperlukan pada pelaksanaan pelat – pelat lipatan ornamen – ornamen dan unsur –unsur sejenis.

2.1.3. Pertimbangan-Pertimbangan Dalam Pemilihan Tipe Bekisting

(4)

pertimbangan-a. Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan akan sangat menentukan tipe bekisting yang akan digunakan. Untuk bangunan tinggi misalnya, dimana tinggi dan bentuk tiap lantai biasanya sama/typical, begitu juga untuk bangunan lain yang memiliki volume horisontal yang luas maka perancah dengan tipe sistem akan sangat ideal digunakan karena tidak memerlukan pekerjaan pabrikasi ulang dan juga dapat digunakan secara berulang-ulang.

b. Ketersediaan alat bantu/alat angkat

Alat bantu yang sudah umum dipergunakan biasanya crane (tower crane/mobile crane), dan hoist. Kapasitasnya disesuaikan dengan kebutuhan. Saat ini dipasaran banyak tersedia berbagai macam model alat bantu/alat angkat sehingga dengan penggunaan alat-alat seperti ini akan sangat menunjang untuk tercapainya effisiensi dalam waktu.

c. Pertimbangan Ketersediaan Barang

Ketersediaan barang atau bahan untuk perancah dan bekisting di suatu lokasi dapat mempengaruhi pertimbangan untuk pemilihan tipe bekisting yang akan dipergunakan. Pekerjaan dilapangan dapat terganggu kelangsungannya karena diakibatkan oleh tidak tersedianya dengan lengkap komponen-komponen yang diperlukan untuk bekisting. Sehingga seringkali, kemudahan untuk memperoleh barang-barang yang diperlukan untuk bekisting serta kecepatan dalam penyediaan sparepart-nya jika dibutuhkan, menjadi prioritas utama dalam pemilihan suatu tipe bekisting.

(5)

d. Pertimbangan Ekonomi

Pertimbangan ekonomi adalah merupakan pertimbangan utama yang harus diambil ketika menentukan tipe bekisting. Hal ini disebabkan sebagai fungsi pekerjaan sementara, maka harus dipilih sistem bekisting yang paling effisien untuk suatu jenis pekerjaan. Bila pekerjaan bekisting hanya dilakukan satu kali saja, maka akan mengakibatkan harga konstruksi bangunan menjadi tinggi.

2.1.4. Pembongkaran Bekisting

Bekisting harus dibongkar dalam rangka penyelesaian struktur bangunan dan dilakukan setelah dapat persetujuan dari Pengawas Ahli. Saat pembongkaran bekisting ditentukan dengan menyertakan pertimbangan-pertimbangan akan keadaan cuaca dan keadaan lain yang mempengaruhi waktu ikat beton, komposisi bahan-bahan yang digunakan pada adukan beton, metoda perawatan keras dan penyempurnaan akhir.

Bekisting hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut dengan sistem bekisting yang masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban – beban pelaksanaan yang bekerja padanya.

Pembongkaran bekisting pelat lantai harus dilakukan secara bertahap dan merata untuk menghindari timbulnya tegangan-tegangan yang tidak diinginkan pada beton. Pembongkaran bekisting harus dilakukan secara berhati-hati agar mencegah timbulnya retak pada beton, pengelupasan atau cacat lainnya.

(6)

2.1.5. Macam-macam bekisting

Dilihat dari penggunaannya bekisting dibagi dalam beberapa macam, antara lain:

a. Bekisting Kolom

Pada umumnya struktur kolom merupakan bagian struktur yang mempunyai penampang relatif kecil dan penuangan adukan beton ke dalam bekisting kolom umumnya dilakukan lebih cepat dari lainnya. Pada kolom tinggi, untuk memudahkan penuangan atau pemadatan adukan beton biasanya dibuatkan jendela penuangan pada pada tempat-tempat tertentu.

Struktur kolom mempunyai berbagai kemungkinan bentuk penampang, dapat berbentuk bulat, persegi, persegi panjang, bentuk-L, atau berbagai bentuk tak beraturan lainnya dengan tujuan dekoratif.

b. Bekisting dinding

Bekisting dinding adalah bekisting yang digunakan untuk membuat/mencetak dinding beton, seperti dinding penahan tanah (Retaining Wall), dinding geser (Shear Wall), dinding lift (Core Wall) dan lain sebagainya.

Secara umum bekisting dinding dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :

1. Dibuat ditempat dengan menggunakan bahan-bahan seperti papan kayu multiplex, balok-balok penguat tegak dan mendatar.

2. Dibuat dengan cara pra-fabrikasi yang terdiri dari panel-panel bidang dengan menggunakan bahan kayu ataupun metal, yang kemudian

(7)

dilakukan asembling dilapangan dengan memasang perkuatan-perkuatan yang diperlukan.

3. Panel-panel yang dilindungi dengan hak patent, umumnya dilapisi dengan plywood untuk bidang-bidang permukaannya sedangkan penguat terdiri dari metal, kayu ataupun kombinasi dari keduanya.

c. Bekisting pelat dan balok

Bekisting pelat dan balok adalah bekisting yang digunakan untuk membuat/mencetak pelat dan balok beton. Pada umumnya struktur pelat beton dan balok beton menjadi satu kesatuan yang monolit, maka bekisting pelat dan balok juga menjadi satu kesatuan yang tergantung dari sistem pelat yang dipilih.

Terdapat beberapa jenis atau tipe struktur pelat lantai beton, antara lain adalah : 1. pelat lantai yang didukung oleh sistem struktur balok,

2. pelat lantai rata (flat slab), tebal sama tanpa balok,

3. pelat lantai sistem waffle atau grid,

4. pelat lantai yang didukung oleh struktur rangka baja

Bekisting balok terdiri dari komponen-komponen bidang alas dan dua bidang sisi tegak samping, ditambah dengan pengikat-pengikat dan penyokong yang diperlukan. Pada bekisting pelat dan balok biasanya dibutuhkan tiang-tiang penyangga atau perancah untuk menopangnya.

(8)

2.2. PERENCANAAN BEKISTING

Perencanaan yang dilkukan dalam merencanakan pekerjaan bekisting meliputi pekerjaan menghitung volume/luasan bekisting, pembuatan zone pengecoran, pembuatan siklus pekerjaan, merencanakan penyediaan material dan menghitung rancana biaya pelaksanaan.

2.2.1. Perhitungan Volume Bekisting

Volume dihitung berdasarkan luas permukaan bekisting (permukaan beton) baik untuk kolom, dinding, pelat dan balok dan setiap perhitungan volume dihitung dalam tanda satuan m² (luas), bahan atau pedoman untuk menghitung antara lain :

• Denah struktur, untuk mengetahui ukuran panjang/lebar bangunan.

• Penampang/potongan struktur, untuk mengetahui ketinggian dan lebar bangunan.

• Detail struktur, untuk menjelaskan ukuran – ukuran yang khusus dari bangunan.

a. Perhitungan volume kolom

Dalam menghitung volume bekesting kolom yang dibutuhkan adalah dimensi dan tinggi kolom. Untuk dimensi kolom diambil panjang dan lebar sedangkan untuk tinggi diambil dari elevasi lantai sampai dengan bawah (bottom) balok.

(9)

b. Perhitungan volume dinding

Dalam perhitungan volume bekisting dinding yang dihitung adalah luasan beton jadi, ukuran yang diperlukan adalah panjang dan tinggi serta ukuran/dimensi

opening/bukaan pada dinding. Tinggi dinding adalah tinggi dari lantai sampai dengan bottom slab / bawah pelat sedangkan yang dimaksud opening/bukaan adalah lubang pada dinding yang tidak terkena beton cor seperti opening pintu, jendela dan lain-lain.

c. Perhitungan volume pelat

Dalam menghitung volume bekesting pelat dimensi yang diperlukan adalah panjang dan lebar dimana panjang dan lebar dimensi pelat didapat setelah mengurangi jarak antar balok dengan dimensi/ukuran balok

d. Perhitungan volume balok

Perhitungan volume balok dibagi menjadi dua, yaitu perhitungan bottom balok dan side balok. Bottom balok adalah bagian bawah balok dan side balok adalah bagian samping balok atau tinggi balok. Untuk menghitung bottom balok dimensi yang diperlukan adalah ukuran lebar dan panjang balok sedangkan dalam menghitung side balok ukuran yang diperlukan adalah tinggi dan panjang balok. Untuk tinggi balok diambil tinggi ukuran balok dikurangi dengan tebal slab/pelat sedangkan untuk panjang balok ukuran yang dipakai adalah ukuran jarak antar kolom dikurangi dengan dimensi kolom atau jarak antar balok dikurangi ukuran balok.

(10)

2.2.2. Zone pekerjaan

Zone pekerjaan adalah luasan area pekerjaan yang biasanya terbagi dalam beberapa zone dan minimal adalah dua zone. Pembagian zone lantai didasarkan pada kubikasi beton lantai yang akan di cor, untuk 1 zone pengecoran diambil ± 150 m³ beton dengan asumsi bahwa pengecoran dilakukan pada malam hari dan diharapkan selasai dini hari agar pada pagi atau siang harinya lantai yang malam tercor sudah dapat dilakukan aktifitas diatasnya untuk mencapai siklus rencana.

2.2.3. Siklus pekerjaan

Siklus adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan pengecoran tiap lantai. Siklus pekerjaan dibuat berdasarkan data yang didapat dari pihak pemberi tugas seperti waktu pelaksanaan proyek, siklus perlantai, jarak pengecoran dan lama pembongkaran bekesting yang diijinkan. Dari data tersebut kemudian dapat ditentukan penyediaan material dan waktu penyelesaian proyek.

2.2.4. Penyediaan material

Penyediaan material dibuat berdasarkan pembagian zone dan siklus pekerjaan. Adapun material yang disediakan seperti penyediaan material kolom, dinding, pelat dan balok serta jumlah reproping yang diperlukan untuk mencapai waktu yang sudah direncanakan.

(11)

2.2.5. Work Breakdown Structure

WBS merupakan diagram terstruktur dan hierarki berupa diagram pohon yang disusun dengan cara top down, dengan tujuan agar komponen-komponen kegiatan tetap berorientasi ke tujuan proyek. WBS dapat dipakai untuk membagi seluruh level proyek menjadi elemen-elemen kerja, menjelaskan proyek dalam satu format struktur level, fasilitas dan mencakup seluruh item pekerjaan hingga selesai, pemecahan level sampai pada paket pekerjaan terakhir dengan kegiatan yang jelas dan cukup untuk perencanaan detail sebagai fase awal proyek.

Berikut ini WBS dari perencanaan bekisting.

Metode Zoning Siklus

Konvensional Semi Sistem Sistem Penyediaan Waktu Material Pelaksanaan Vertikal

Siklus Cor Kolom Dinding

Waktu Moving Moving Bongkar

Penyediaan Material Horisontal

Pelat Balok/ Reproping Drop Panel

Moving Moving Moving Perencanaan Bekisting

(12)

2.3. ANALISIS

Analisis yang dilakukan dalam melakukan perencanaan bekisting adalah analisis waktu dan analisis biaya.

2.3.1. Analisis waktu

Analisis waktu dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan siklus pekerjaan dimana waktu penyelesaian proyek yang didapat tergantung pada penyediaan material, jarak pengecoran dan ijin pembongkaran bekesting.

2.3.2. Analisis biaya

Analisis biaya pada pekerjaan bekisting meliputi :

• Sistem : Material utama yang digunakan untuk sistem bekisting, dan material sistem ini akan dipakai secara berulang – ulang sehingga dikenakan biaya rental dimana biaya rental sistem dihitung berdasarkan pada lama sistem ini digunakan dan dihitung berdasarkan bulan. Pada posting biaya sistem ini dimasukkan juga consumable untuk sistem, lost dan damage material sistem dan serta kemungkinan rental dari luar

• Material : Material yang dimaksud disini adalah material plywood dan kayu yang dipakai secara berulang – ulang, untuk plywood dapat digunakan 4x – 8x pakai tergantung pada jenis plywood yang dipilih, sedangkan untuk kayu

(13)

dipakai sampai akhir proyek tetapi harus dapat dilihat kondisi kayu tersebut. Selain itu dimasukkan juga material consumable lainnya seperti paku, mould oil, kawat ayam, paralon (PVC) dan sebagainya.

• Subkontrak : Pekerjaan yang diberikan kepada pihak lain dalam hal ini perusahaan lain atau penggunaan tenaga ahli dari perusahaan lain.

• Labour Cost : Upah borong yang dibayarkan kepada pihak pemborong atau mandor yang didasarkan pada volume pekerjaan.

• Transportasi : Biaya mobilisasi dan demobilisasi material ke proyek dan dari proyek.

• Overhead : Biaya yang dibutuhkan untuk operasional proyek seperti : Upah Personel/bulan, maintenace alat, Administrasi, dll.

• Burden : Biaya repair (quality cost) akibat kegagalan bekisting dan biaya perfinance cost serta biaya lainnya.

2.3.3. Cost Breakdown Structure

CBS mempunyai prinsip dasar yang sama dengan WBS, hanya saja untuk CBS lebih di kedepankan masalah biaya (cost) dalam pekerjaan suatu proyek. Dengan membuat CBS akan memudahkan kita merinci akan biaya-biaya yang

(14)

Berikut ini CBS dalam perencanaan bekisting

Biaya

Sistem Material Labour Cost Transportasi Overhead Burden

› Payroll & Overtime › Quality Cost › Personnel › Prefinance Cost Vertikal Horisontal Mandor Harian Transportasi Material › Administration › Other Charge › Rental › Rental › Vertikal › Vertikal › Tenaga › Mobilisasi › General

› Consumable › Consumable › Horisontal › Horisontal › Demobilisasi › Selling

› Lost › Lost › Repair & Maintenance

› Damage › Damage › Depreciation

Plywood Timber Consumable › Kolom › Kaso › Paku › Dinding › Balok › PVC › Pelat › LVL › Kawat Las › Balok/Drop Panel › Lain-lain

Gambar 2.2 CBS Perencanaan Bekisting

2.4. SIKLUS

Siklus menggambarkan urutan langkah-langkah sejak proses awal hingga proses berakhirnya proyek. Siklus yang dimaksud dalam tulisan ini adalah siklus pekerjaan bekisting dimana pembacaan hanya meliputi pekerjaan yang menyangkut pekerjaan bekisting seperti pekerjaan pemasangan, pengecoran dan pembongkaran bekisting.

(15)

Contoh siklus pekerjaan bekisting

JARAK PENGECORAN = 3 HARI

PERSIAPAN = HARI

SIKLUS PER LANTAI = 6 HARI

PASANG BEKISTING BALOK PERTAMA HARI KE = 2

PASANG BEKISTING PELAT PERTAMA HARI KE = 2

BONGKAR BEKISTING BALOK = 14 HARI SETELAH COR

BONGKAR BEKISTING PELAT = 10 HARI SETELAH COR

BONGKAR PIPE SUPPORT BALOK = 21 HARI SETELAH COR

BONGKAR PIPE SUPPORT PELAT = 21 HARI SETELAH COR

36 39 Lantai 3 32 50 35 53 50 57 53 60 32 46 35 49 46 57 49 60 30 33 Lantai 2 26 44 51 29 47 54 44 51 47 54 26 40 29 43 40 51 43 54 24 27 Lantai DSR 20 38 45 23 41 48 38 45 41 48 20 34 23 37 34 45 37 48 18 21 Lantai BSM 1 14 32 1739 35 42 32 39 35 42 14 28 17 31 28 39 31 42 COR 12 15 Lantai BSM 2 BEKISTING BALOK 2 26 33 5 29 36 REPROPING BALOK 26 33 29 36 BEKISTING PELAT 2 22 5 25 REPROPING PELAT 22 33 25 36 Lantai BSM 3 Pa sa n g Bo n g ka r Pa sa n g Bo n g ka r ZONE 1 ZONE 2

SIKLUS PENGECORAN TOWER C

THE PAKUBUWONO VIEW PROJECT

Jarak pengecoran : waktu cor antara zone yang satu dengan zone lainnya. Persiapan : waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan

pekerjaan.

(16)

Pasang bekisting balok : waktu mulai awal pemasangan bekisting balok. Pasang bekisting pelat : waktu awal mulai pasang bekisting pelat.

Bongkar bekisting balok : waktu yang diijinkan untuk dapat membongkar bekisting balok.

Bongkar bekisting pelat : waktu yang diijinkan untuk dapat membongkar bekisting pelat.

Bongkar pipe support : waktu yang diijinkan untuk dapat membongkar pipe support baik balok maupun pelat.

Reproping : pekerjaan pemasangan support sementara setelah bekisting dibongkar sampai dengan beton balok dan pelat mencapai umur. Support : alat/material berbentuk seperti pipa yang digunakan untuk

menahan beban/beton yang belum cukup umur.

Pembacaan siklus dari contoh diatas adalah sebagai berikut : untuk pekerjaan dari lantai basement 3 ke basement 2 pemasangan bekisting baik balok maupun pelat dimulai pada hari ke-2 di zone 1, pada hari ke-12 lantai basement 2 zone 1 dapat di cor, pada hari ke-22 yaitu 10 hari setelah pengecoran bekisting pelat dapat dibongkar dan langsung dipasang reproping, pada hari ke 26 yaitu 14 hari setelah cor pelat bekisting balok dapat dibongkar dan langsung dipasang reproping, pada hari ke-33 yaitu 21 hari setelah cor pelat reproping pelat dan balok dapat dibongkar. Untuk pekerjaan di zone 2 selisih 3 hari dengan zone 1 sesuai dengan jarak pengecoran.

(17)

2.5. PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Nama : Tatang, Universitas Mercubuana Jakarta, Tahun 2007 : Tugas Akhir ”Analisa perbandingan biaya dan waktu pada pekerjaan bekisting pelat yang menggunakan Multiflex System and Scaffolding dengan Table Form PD.8”.

Maksud penelitian ini adalah membandingkan sistem bekisting pelat yang digunakan pada Proyek Marina Residence yang menggunakan sistem Multiflex dengan Proyek Apartemen Mediterania yang menggunakan sistem Table Form PD.8

Tujuan penelitian dimaksudkan untuk mengetahui sistem mana yang lebih murah dan cepat tanpa mengabaikan mutu dari hasil pekerjaan bekisting pelat itu sendiri.

Dari hasil penelitian didapat bahwa dengan jumlah lantai yang sama, pembagian zone yang sama dan dengan volume perlantai yang hampir sama didapat bahwa untuk Proyek Marina Residence diperlukan biaya sebesar Rp. 2.485.000.000,- dengan harga satuan rata-rata Rp.70.300,-/M2 lebih murah dibandingkan dengan biaya pada Proyek Apartemen Mediterania yang memerlukan biaya sebesar Rp. 2.829.000.000,- dengan harga satuan rata-rata Rp. 77.100,-/M2. Dari segi waktu pelaksanaan Proyek Marina Residence dibutuhkan waktu 8,5 bulan untuk menyelesaikannya sedangkan Proyek Apartemen Mediterania membutuhkan waktu 6 bulan untuk menyelesaikan proyek tersebut, hal ini

(18)

Table Form PD.8 yang mudah dipasang dan dibongkar sehingga siklus pekerjaan perlantai menjadi lebih cepat dibanding dengan sistem Multiflex yang digunakan pada Proyek Marina Residence.

2. Nama : Gusti Rahman Karana dan Nadi Kusnadi, Politeknik Negeri Jakarta, Tahun 2005 : Tugas Akhir ”Tinjauan kembali perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting PERI sistem Multiflex di basement 1 pada Proyek Pembangunan Menara Kuningan”.

Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui bagaimana perhitungan kebutuhan bahan dan pelaksanaan pekerjaan Bekisting PERI sistem Multiflex pada Proyek Menara Kuningan Jakarta khususnya di lantai basement 1.

Analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan penghitungan kekuatan bahan, kebutuhan bahan, tenaga dan waktu, serta proses pengangkutan, pemasangan, pembongkaran dan sirkulasi material.

Dari hasil penelitian didapat bahwa pada penghitungan kekuatan bahan terdapat jarak yang sebenarnya bisa diperlebar, antara lain jarak kaso 5/7 dari 40 cm bisa menjadi 60 cm, jarak balok 6/12 dari jarak 40 cm bisa menjadi 60 cm dan jarak Girder GT.24-390 arah melintang dari 40 cm menjadi 60 cm. Dalam perencanaan kebutuhan bahan, dengan merubah jarak pemakaian, material menjadi lebih hemat yaitu pada pekerjaan balok penghematan mencapai 36,62% dan pekerjaan pelat mencapai 37,5%. Didalam pelaksanaan didapat bahwa bekisting Sistem PERI lebih cepat dalam pengerjaannya, dapat membentuk struktur konstruksi yang

(19)

bervariasi dan bentuk konstruksi yang dihasilkan masih dalam batas toleransi.

3. Nama : Alan John Harris; Bambang Trigunarsyah dan Asiyanto Publisher

Jurnal Teknologi, No.3, Tahun XVII, September 2003 ” Pengaruh Faktor-Faktor Penunjang Sistem Bekisting PERI pada Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Bertingkat Struktur Beton terhadap Kinerja Waktu Proyek”.

Bekisting didefinisikan sebagai suatu struktur temporer yang berfungsi untuk membentuk dan menunjang beton segar hingga beton tersebut mampu menahan bebannya sendiri. Bekisting banyak digunakan dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung struktur beton, khususnya sebagai kotak cetak beton dalam sistem pengecoran di tempat. Berkaitan dengan kinerja waktu proyek bangunan bertingkat struktur beton, ada tiga pekerjaan yang saling terkait, yaitu pekerjaan pembesian, pekerjaan bekisting dan pekerjaan cor. Dari ketiga kegiatan tersebut, pekerjaan bekisting merupakan kegiatan terpenting karena memerlukan biaya terbesar dan memakan waktu terlama, sehingga untuk meningkatkan kinerja waktu proyek secara signifikan diperlukan penanganan pekerjaan bekisting secara tepat. Makalah ini membahas faktor-faktor dalam penggunaan bekisitig system (Peri) yang dapat mempercepat kinerja waktu proyek konstruksi. Hasil analisis dari questionnaire survey yang diterima dari berbagai proyek bangunan gedung di Jabotabek dan Jawa Barat menunjukkan, bahwa Alat Bantu Mekanik seperti Crane dan Ketersediaan

(20)

merupakan faktor yang paling berpengaruh pada kinerja waktu proyek yang menggunakan bekisting sistem.

4. Nama : Astri Novita, Universitas Indonesia, Tahun 2006 : Jurnal skripsi sipil ”Perbandingan bekisting konvensional dengan bekisting sistem peri ditinjau dari segi biaya dan waktu pelaksanaan pada proyek Apartement Salemba Residence”.

Penentuan metode bekisting yang akan digunakan dalam suatu proyek faktor pertimbangan yang diperhitungkan. faktor yang paling menentukan adalah biaya dan waktu pelaksanaan. Murah dari segi biaya dan cepat dari segi waktu, inilah yang menjadi tujuan setiap pemborong kerja dalam menentukan metode kerjanya. Penelitian ini membandingkan antara 2 (dua) buah metode bekisting yaitu sistem PERI dan Konvensional. Hal ini ditujukan untuk mencari metode bekisting yang paling optimal dari segi waktu dan biaya. Studi kasus yang diambil pada proyek Apartement Salemba Residence. Jenis bekisting yang ditinjau adalah bekisting balok, plat lantai, kolom dan dinding. Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu melakukan analisis perbandingan terhadap biaya dan waktu. Analisis perbandingan tersebut terdiri dari perencanaan komposisi material dan alat bekisting, desain gambar bekisting, perhitungan pemakaian material dan alat, analisis harga material, alat, dan upah harian pekerja, analisis waktu efektif pekerjaan, analisis upah borong pekerjaan, parameter pendukung analisis harga satuan, analisis harga satuan pekerjaan bekisting, biaya total pekerjaan bekisting, dan perbandingan

(21)

biaya dan waktu pekerjaan. Dari analisis didapatkan beberapa perbedaan antara bekisting metode konvensional dengan sistem PERI. Biaya pekerjaan bekisting pada proyek Apartement Salemba Residence untuk metode konvensional sebesar Rp 3.161.568.136,- dengan waktu pelaksanaan 216 hari. Sedangkan untuk metode sistem PERI sebesar Rp 3.150.662.945,- dengan waktu pelaksanaan 185 hari. Perbedaan biaya dan waktu pelaksanaan pada kedua metode itu disebabkan material dan alat yang digunakan. Sehingga mengakibatkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar. Kemampuan tenaga kerja juga mempengaruhi perbedaan biaya dan waktu tersebut. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dalam menentukan metode atau sistem kerja sebaiknya memperhatikan tingkat efisiensi serta kemudahan yang diperoleh dalam pelaksanaan dengan metode tersebut. Serta untuk pemeliharaan dan sistem pemasangan serta pembongkaran bekisting harap diperhatikan sehingga material dapat awet dan dapat digunakan secara optimal.

2.6. PERBEDAAN PENELITIAN

Pada penelitian ini, penulis mencoba melakukan pendekatan dengan menerapkan model-model metode pelaksanaan pekerjaan bekisting pada bangunan bertingkat banyak dengan bentuk lantai tipikal pada tiap lantainya khususnya pada Proyek The Pakubuwono View. Pendekatan ini dilakukan

(22)

penyelesaian tiap lantai dengan siklus/interval waktu pelaksanaan yang sama. Kemudian menganalisis biaya dan waktu yang diperlukan untuk masing-masing model tersebut.

Dengan langkah ini, diharapkan penulis memperoleh suatu gambaran mengenai perbedaan yang diperoleh setelah dilakukan analisis dan pembahasan sehingga penulis dapat menarik kesimpulan model mana yang paling efisien untuk pelaksanaan proyek yang ditinjau.

Gambar

Gambar 2.1 WBS Perencanaan Bekisting
Gambar 2.2 CBS Perencanaan Bekisting

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah kategori isu pemberitaan yang paling dominan terdapat pada kategori kritikan terhadap wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang sebanyak 58 paragraf

Dengan berlakunya Undang-Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan pengaturan mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di Indonesia dengan memberi

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian tentang pengaruh Corpo- rate Social Responsibility dengan nilai perusahaan oleh Gunawan dan Utami (2008) yang menggunakan

Kinerja fasilitator pada setiap sub kinerja menunjukkan bahwa sebagian besar alumni pelatihan menilai kinerja fasilitator berada pada kategori sedang yaitu menyusun

Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru akut nyeri

Sudah menjadi peraturan/standar RSUD Soreang komplain dari pasien setiap bulannya tidak boleh lebih dari 5 orang yang mengajukan.. komplain, sedangkan kalau dilihat setiap

Berdasarkan analisis terhadap berbagai macam psikopatologi baik menurut tinjauan psikologi kontemporer maupun tinjauan Islam maka sasaran atau obyek yang menjadi