• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA THE PHASE OF SMOKING BEHAVIOR TO STUDENTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TAHAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA THE PHASE OF SMOKING BEHAVIOR TO STUDENTS"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 TAHAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA

THE PHASE OF SMOKING BEHAVIOR TO STUDENTS Dheki Oktria Wendyanto,

Sandy Kurniajati

STIKES RS Baptis Kediri (sandikurniajati@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk, baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Faktor psikologik, biologik, dan faktor lingkungan serta regulasi atau peraturan penjualan rokok merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelaja ri tahap perilaku merokok pada siswa kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kediri . Desain dari penelitian ini yaitu deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas XI di SMA Negeri 3 Kediri yang berjumlah 135 anak. Sampel penelitian ini sebanyak 101 responden dengan tehnik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Dari hasil analisis data diketahui bahwa siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri ditemukan 24,8% responden yang merokok, dari 24,8% responden yang merokok ditemukan 28% siswa masuk dalam tahap preparatory, 24% siswa masuk dalam tahap initiation, 8% siswa masuk dalam tahap becoming a smoker dan 40% siswa masuk dalam tahap maintaining of smoking. Kesimpulannya bahwa tahap perilaku merokok pada siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri, siswa yang merokok sebanyak 24,8 % dari semua yang merokok, siswa yang merokok paling banyak masuk tahap maintaining of smoking (tahap IV) sebanyak 40 %.

Kata kunci : tahap perilaku merokok, siswa SMA

ABSTRACT

Smoking is a habit that can provide enjoyment to the smoker, but on the other hand, it can cause adverse effects, both for the smoker himself and those around him. Several factors that influence smoking behavior to adolescents are psychological factors, biological, and environmental factors also the regulation on cigarette sales. The purpose of this research is to study about the phase of smoking behavior to student in the class XI at Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kediri. The design of this research is descriptive. The population in this study were all male students in class XI SMA Negeri 3 Kediri, as many as 135 students. These samples of this study were 101 respondents with the sampling technique was simple random sampling. Data was collected using questionnaires and interviews. From the results of data analysis known that class XI students at SMAN 3 Kediri found 24.8% of respondents who smoked, from 24.8% of respondents who smoked it found 28% of students included in the preparatory phase, 24% of students included in the initiation phase, 8% of students included the phase of becoming a smoker and 40% of students included in the maintaining phase of smoking. The conclusion that the stage of smoking behavior in class XI student at SMAN 3 Kediri, students who smoke as much as 24.8% from all the smoker, the most students who smoked in the maintaining of smoking phase (phase IV) are 40%.

(2)

Pendahuluan

Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk, baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya (Soetjiningsih, 2004). Perilaku merokok kebanyakan terjadi saat individu berusia remaja dan berlanjut sampai ia memasuki dewasa, bahkan hingga usia lanjut. Perilaku merokok tersebut digunakan sebagian besar orang untuk mengatasi masalah emosional. Menurut Laventhal dan Clearly, ada empat tahap dalam perilaku merokok yaitu tahap preparatory, tahap initiation, tahap becoming a smoker, tahap maintaining of smoking. (Lisa, 2010). Tahap preparatory yaitu tahap dimana seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok, tahap initiation adalah tahap dimana seseorang mulai mengambil keputusan untuk melanjutkan merokok atau berhenti, tahap becoming a smoker yaitu seseorang yang mengonsumsi rokok lebih dari empat batang rokok cenderung menjadi perokok aktif, dan tahap maintaining of smoking yaitu tahap dimana merokok sudah menjadi bagian dari pola pengaturan diri.

Menurut WHO, sejak tahun 1986 tercatat 3 juta kematian per tahun berkaitan dengan penyakit yang disebabkan karena merokok. Selain itu diperkirakan pada tahun 2025 nanti kurang lebih 10 juta kematian pertahun disebabkan oleh rokok, sehingga perlu adanya penanggulangan. Berdasarkan pernyataan WHO tersebut, di Indonesia tahun 1996 dikatakan 57.000 jiwa meninggal setiap tahun akibat merokok. Selain itu, terdapat 85 juta perokok berat di Indonesia dan 1112 juta perokok akan meninggal dini (Umi,2003). Menurut laporan riset kesehatan tahun 2007 Provinsi Jawa Timur, persentase perokok tiap hari sebesar 24,3% dengan karakteristik umur 12-18 tahun sebanyak 19,1% merupakan perokok aktif. Di Kabupaten Kediri dari hasil penelitian yang dilakukun Riskesdas 2007 menunjukan, remaja usia 12-18 tahun sebanyak 44,7% merupakan perokok aktif, sedangkan di Kota Kediri sendiri dengan karakteristik usia yang sama menunjukan 36,1% merupakan perokok aktif. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 3 Kediri pada tanggal 26 November 2011, terdapat 7 dari 10 orang siswa mengatakan pernah merokok dan 3 diantaranya mengatakan tidak pernah merokok. Dari 7 siswa tersebut 5 diantaranya mengatakan

menghabiskan rokok sekitar 3-6 batang perhari, sedangkan 2 sisanya mengatakan masih dalam tahap percobaan.

Pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan tar dapat menimbulkan berbagai penyakit jika dilihat dari sisi kesehatan. Bahan kimia ini akan memacu kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf simpatis menstimulasi penyakit kanker dan juga berbagai penyakit lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru dan bronchitis kronis (dalam Komasari dan Helmi 2000). Bagi ibu hamil rokok menyebabkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, mortalitas prenatal, kemungkinan lahir dengan keadaan cacat, dan mengalami gangguandalam perkembangan (Davidson dan Neal dalam Komasari dan Helmi, 2000). Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Graham juga menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi dan menyenangkan. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dari merokok sangat berpengaruh bagi kesehatan. merokok bukanlah sebagai penyebab suatu penyakit, tetapi dapat menimbulkan suatu jenis penyakit sehingga dapat dikatakan merokok tidak menyebabkan suatu kematian, tetapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Terdapat berbagai jenis penyakit yang dapat ditimbulkan karena merokok, dimulai dari penyakit dikepala sampai dengan penyakit kardiovaskuler, kanker, saluran pernafasan, menurunkan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gangguan pembuluh darah, dan menyebabkan polusi udara dalam ruangan sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tengorokan.

Upaya untuk mengatasi perilaku merokok harus dilakukan oleh berbagai pihak dan yang paling utama yaitu keluarga,diri sendiri dan lingkungan teman sebaya. Saran yang mungkin bisa dilakukan untuk mencegah seseorang berperilaku merokok, antara lain anggota keluarga tidak memberikan contoh merokok di depan anak, orang tua juga harus melakukan kontrol terhadap teman sebaya anak tentang pergaulannya Upaya lain yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan yaitu memberikan penyuluhan tentang

(3)

3 hubungan rokok dengan kesehatan dengan

sasaran yang ingin dijangkau adalah sasaran-sasaran terbatas yaitu petugas kesehatan, pendidik, murid sekolah, anak dan remaja, wanita, terutama ibu hamil, kegiatan diutamakan pada pencegahan bagi yang belum merokok, menanamkan pengertian tentang etika merokok. Melihat dari pemaparan tersebut peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang ’’Studi Tahap Perilaku Merokok pada Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kediri”

Metodologi Penelitian

Rancangan atau desain penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas 2 di SMA Negeri 3 Kediri yang berjumlah 135 anak. Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui Simple Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner untuk mengetahui data demografi dan tahap perilaku merokok siswa laki-laki perokok di SMA Negeri 3 Kediri.

Hasil Penelitian

Data Umum

Pada data umum menampilkan data responden berdasarkan umur, tempat tinggal, dan uang saku per minggu siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri.

Tabel 1 Responden berdasarkan umur siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri

Umur Frekuensi % 15 Tahun 4 4 16 Tahun 38 37,6 17 Tahun 58 57,4 18 Tahun 1 1 Total 101 100

Siswa kelas XI di SMAN 3 sebagian besar berusia 17.

Tabel 2 Tabel responden berdasarkan tempat tinggal siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri

Tempat Tinggal Frekuensi %

Kos 8 7,9

Orang Tua 75 74,3

Keluarga 16 15,8

Lain-Lain 2 2

Total 101 100

Terdapat 75 siswa yang tinggal bersama orang tua mereka.

Tabel 3 Responden berdasarkan uang saku per minggu siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri

Uang Saku per minggu Frekuensi %

< 50.000 45 44,6

50.000-100.000 35 34,7 100.000-200.000 15 14,9

>200.000 6 5,9

Total 101 100

Siswa yang mempunyai uang saku lebih dari Rp 50.000,- sebanyak 45

Data Khusus

Pada data khusus menampilkan data perilaku merokok dan tahap perilaku merokok pada siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri.

Tabel 4 Perilaku merokok siswa Kelas XI di SMAN 3 Kediri

Perilaku Merokok Frekuensi %

Tidak Merokok 76 75,2

Merokok 25 24,8

Total 101 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 101 responden didapatkan 76 responden (75,2%) tidak merokok dan 25 responden (24,8%) merokok

Tabel 5 Tahap perilaku merokok Siswa Kelas XI di SMAN 3 Kediri Tahap merokok Frekuensi %

Tahap preparatory 7 28

Tahap initiation 6 24

(4)

4 Tahap maintaining of

smoking

10 40

Total 25 100

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari 25 responden didapatkan 7 responden (28%) masuk dalam tahap preparatory, 6 responden (24%) masuk dalam tahap initiation, 2 responden (8%) masuk dalam tahap becoming a smoker, dan 10 responden (40%) masuk dalam tahap maintaining of smoking.

Tabel 6 Tabel rekapitulasi karakteristik tahapan merokok pada Siswa Kelas XI di SMAN 3 Kediri Tahapan

Merokok

Karakteristik rata-rata data responden Tahap

preparatory

1. Berusia 16 tahun 2. Tinggal dengan keluarga 3. Uang saku > Rp 200.000 Tahap

initiation

1. Berusia 15 tahun

2. Tinggal di kos dan dengan keluarga 3. Uang saku > Rp 200.000 Tahap becoming a smoker 1. Berusia 17 tahun 2. Tinggal dengan keluarga 3. Uang saku Rp 50.000 – Rp 100.000 Tahap maintaining of smoking 1. Berusia 18 tahun 2. Tinggal dengan teman

(lain-lain)

3. Uang saku > Rp 200.000 Berdasarkan tabel 6 diatas didapatkan bahwa tahap preparatory mempunyai karakteristik rata-rata data responden berusia 16 tahun, tempat tinggal dengan keluarga dan memiliki uang saku lebih dari Rp 200.000,-. Tahap initiation mempunyai karakteristik rata-rata responden berusia 15 tahun, tempat tinggal di kos dan dengan keluarga dan memiliki uang saku lebih dari Rp 200.000,-. Tahap becoming a smoker mempunyai karakteristik rata-rata responden berusia 17 tahun, tempat tinggal dengan keluarga, memiliki uang saku Rp 50.000-100.000 dan tahap maintaining af smoking mempunyai karekteristik rata-rata responden berusia 18 tahun, tempat tinggal dengan teman (dan lain-lain), dan memiliki uang saku lebih dari Rp 200.000,-.

Pembahasan

Studi Tahap Perilaku Merokok Pada Siswa Di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kediri

Hasil penelitian mengenai tahap perilaku merokok pada siswa di SMAN 3 Kediri dari jumlah responden sebanyak 25 responden yang merokok didapatkan 7 responden (28%) masih dalam tahap preparatory. Karakteristik siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri yang masih dalam tahap preparatory adalah siswa berusia 16 tahun, tempat tinggal dengan keluarga, uang saku >Rp 200.000 per minggu.

Tahap preparatory adalah tahap dimana individu mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai rokok (Lisa, 2010). Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk masuk dalam tahap preparatory yaitu adanya tekanan dari teman sebaya, banyaknya iklan rokok di televisi, ketertarikan dari diri sendiri untuk mengetahui dan mencoba rokok (Soekidjo, 2007). Meskipun pengaruh teman-teman sebaya adalah penting dalam pengambilan keputusan yang dilakukan para remaja untuk menggunakan suatu zat, namun mereka yang memiliki rasa efektivitas diri yang tinggi menjadi kurang terpengaruh oleh teman-teman sebaya mereka . (Stacy dkk dalam Davison dkk, 2006). Pola asuh adalah faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok. Secara lebih spesifik dapat dijelaskan bahwa perilaku merokok berhubungan dengan pola asuh permisif dan rendahnya tingkat kelekatan. Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu menghasilkan temuan bahwa perilaku merokok orang tua mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku merokok remaja. Conrad, Flay, dan Hill (dalam Richardson dkk, 2002)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti ternyata ada 28% siswa di SMAN 3 Kediri yang masuk dalam tahap preparatory. Orang tua memegang peranan terpenting dalam perilaku merokok. Remaja yang tinggal dengan orang tua atau keluarga biasanya cenderung lebih takut untuk mencoba rokok

Hasil penelitian mengenai tahap perilaku merokok pada siswa di SMAN 3 Kediri dari jumlah responden sebanyak 25 responden yang merokok didapatkan 6 responden (24%) masih dalam tahap initiation. Karakteristik siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri yang masuk dalam tahap initiation adalah siswa berusia 15 tahun, tinggal di kos dan keluarga, uang saku > Rp 200.000 per minggu.

(5)

5 Tahap initiation adalah tahap ketika

seseorang benar-benar merokok untuk pertama kalinya. Tahap ini merupakan tahap kritis bagi seseorang untuk menuju tahap becoming a smoker (Komalasari dan Helmi, 2000). Pada tahap ini, keputusan siswa untuk melanjutkan atau berhenti merokok sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (Soekidjo, 2007). Dampak yang sering muncul pada siswa yang masuk tahap initiation ini antara lain timbulnya gejala batuk pada saat pertama kali mencoba rokok (Aula, 2010).

Dari hasil pengamatan peneliti di SMAN 3 Kediri ditemukan bahwa ada 24% siswa yang masuk dalam tahap initiation. 24% siswa yang masuk dalam tahap initiation ini masih dapat diberikan penyuluhan supaya mereka dapat lepas dari kebiasaan merokok. 24% siswa ini dalam proses pengambilan keputusan dimana mereka akan mencoba merokok pertama kalinya atau tidak.

Hasil penelitian mengenai tahap perilaku merokok pada siswa di SMAN 3 Kediri dari jumlah responden sebanyak 25 responden yang merokok didapatkan 2 responden (8%) masuk dalam tahap becoming a smoker. Karakteristik siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri yang masuk dalam tahap becoming a smoker adalah siswa berusia 17 tahun, tinggal dengan keluarga, uang saku Rp 50.000-100.000 per minggu.

Tahap becoming a smoker pada tahap ini, menyatakan bahwa merokok empat batang rokok sudah cukup membuat orang untuk merokok pada masa dewasa dan dapat membuat mereka jadi tergantung melalui percobaan berulang dan pemakaian secara teratur (Lisa, 2010). Faktor lingkungan keluarga meliputi struktur keluarga, riwayat, pola hubungan orang tua-anak, pola asuh, dan perilaku merokok orang tua. Struktur keluarga memainkan peran yang cukup signifikan dalam hal ini, misalnya dalam sebuah penelitian terungkap bahwa perceraian orang tua meningkatkan resiko perilaku merokok (Gil dkk dalam Gullota & Adams, 2005). Di samping struktur keluarga, riwayat keluarga juga memainkan peran yang tidak kalah pentingnya. Pada tahap ini jika tidak ada kesadaran dalam diri sendiri untuk berhenti merokok, maka akan sulit bagi seorang siswa untuk berhenti dari kebiasaan merokok (Komalasari dan Helmi, 2000).

Dari hasil pengamatan peneliti ditemukan sebanyak 8% siswa di SMAN 3 Kediri masuk dalam tahap becoming a smoker. Hal ini berarti 8% siswa tersebut beresiko untuk terkena

berbagai penyakit yang diakibatkan oleh konsumsi rokok.

Hasil penelitian mengenai tahap perilaku merokok pada siswa di SMAN 3 Kediri dari jumlah responden sebanyak 25 responden yang merokok didapatkan 10 responden (40%) masuk dalam tahap maintaining of smoker. Karakteristik siswa kelas XI di SMAN 3 Kediri yang masuk dalam tahap maintaining of smoker adalah siswa berusia 18 tahun, tinggal dengan teman(lain-lain), uang saku > Rp 200.000 per minggu.

Pada tahap ini merokok sudah menjadi bagian dari cara pengaturan diri seseorang dalam berbagai situasi dan kesempatan. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan (Lisa, 2010). Dalam tahap ini remaja sudah memiliki pola kebiasaan merokok, dimana seorang remaja mulai merasa ketergantungan terhadap efek dari merokok. Mereka mulai menjadikan aktifitas merokok sebagai suatu aktifitas yang wajib dilakukan dalam kehidupan mereka sehari-hari (Soekidjo, 2007). Kebutuhan untuk diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima kelompoknya (Komalasari & Helmi, 2000). Rachiotis dkk (2008) dalam penelitian lain menemukan bahwa usia yang semakin tua, jenis kelamin pria, tempat tinggal yang jauh dari orang tua, tingkat pendidikan orang tua yang semakin rendah, dan ketersediaan uang saku yang cukup banyak pada masa remaja berhubungan secara signifikan dengan perilaku merokok saat ini. Perilaku merokok juga dapat disebabkan oleh pengaruh kelompok sebaya (peer group) (Richardson dkk, 2002).

Hasil pengamatan peneliti didapatkan bahwa 40% siswa di SMAN 3 Kediri masuk dalam keadaan dimana mereka mulai kecanduan terhadap rokok. Seorang siswa yang masuk dalam tahap maintaining of smoking telah menjadi perokok aktif dan seorang pecandu rokok.

Kesimpulan

Siswa kelas XI SMAN 3 Kediri yang perokok didapatkan 40% tahap maintaining of smoking, hal ini menunjukkan perilaku merokok merupakan pola hidup sehari-hari.Sedangkan siswa yang masuk tahap preparatory (coba-coba) sebesar 28%.

(6)

6 Saran

STIKES RS. Baptis Kediri diharapkan dapat meningkatkan program pengabdian masyarakat yang sudah ada di institusi STIKES RS. Baptis Kediri dengan melibatkan mahasiswa dan akivitas dalam kegiatan kemasyarakatan yang diarahkan pada remaja yang merokok. Kegiatan tersebut dapat berupa penyuluhan tentang bahaya merokok. Sedangkan bagi Institusi SMAN 3 Kediri dapat diketahui bahwa ternyata terdapat 13 siswa yang masuk dalam tahap perilaku merokok preparatory dan initiation. 13 siswa ini masih dapat diselamatkan agar tidak masuk dalam tahap yang lebih lanjut dengan cara memberi gambaran yang positif tentang hidup sehat tanpa rokok melalui penyuluhan atau health education secara rutin. Selain itu ditemukan pula sebanyak 12 siswa yang masuk dalam tahap becoming a smoker dan maintaining of smoking. 12 siswa ini perlu diberikan tindakan berupa sanksi yang tegas kepada siswa yang diketahui merokok agar siswa tersebut jera. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi profesi perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan pada remaja yang merokok dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya bahaya merokok sejak usia dini terhadap timbulnya berbagai macam penyakit yang merusak organ tubuh manusia. Diharapkan siswa dapat memahami bahaya merokok sehingga mereka dapat mengurangi perilaku merokok sedikit demi sedikit, supaya mereka dapat hidup sehat tanpa rokok. Dengan hasil penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian tentang perilaku merokok dengan metode lain. Karena dalam perilaku merokok masih banyak sekali hal yang menarik untuk diteliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian bersama bahwa perilaku merokok sangat berbahaya bagi kesehatan dan peran serta profesional keperawatan diperlukan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan tentang bahaya merokok. Selain itu dukungan dan dorongan dari pihak-pihak terkait juga sangat diperlukan untuk pencegahan perilaku merokok pada remaja. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan dan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan.

Daftar Pustaka

Aula, Lisa Ellizabeth, (2010). Stop Merokok (Sekarang atau Tidak Sama Sekali). Yogyakarta : Graha Ilmu

Davison, Gerald C.; at all. 2006. Psikologi Abnormal (Edisi ke-9). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Gullotta, Thomas P. & Adams, Gerald R. 2005. Handbook of Adolescents Behavioral Problems: Evidents- Based Approaches to Prevention and Treatmen. New York: Springer science

Leventhal, Howard & Clearly, Paul D. 2008. The Smoking Problem: A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin.

Komasari, Dian & Helmi, Alvin Fadilla. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi.

Ogden, Jane. (2005). Health Psychology. Buckingham : Open University Press.. Richardson, at all. 2002 Diferentiating Stages of

Smoking Intensity Among Adolescents: Stage-Spesifik Psychologycal and Social influences. Journal of Consulting and Clinical Psychology.

Gambar

Tabel 2  Tabel  responden  berdasarkan   tempat  tinggal  siswa  kelas  XI  di  SMAN 3  Kediri
Tabel 6  Tabel  rekapitulasi  karakteristik  tahapan  merokok  pada  Siswa  Kelas XI di SMAN 3 Kediri  Tahapan

Referensi

Dokumen terkait

- Untuk bidang kedap air, pasangan dinding bata yang berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan bata dibawah permukaan tanah sampai ketinggian 30cm dari permukaan

Data yang telah terkumpul diatas kemudian dihitung untuk menghasilkan nilai total calon karyawan untuk setiap kriteria utama (MC1, MC2, MC3 dan MC4) dengan mengkalikan skor dari

[r]

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP N 2 Rambah Hilir

Tema perancangan Tema dapat.

Siagian (2002:103) menyatakan bahwa dalam perencanaan kegiatan dirumuskan dan ditetapkan seluruh aktivitas lembaga yang menyangkut apa yang harus dikerjakan, mengapa

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keong mas (Pomaceae cannaliculata L) konsentrasi ekstrak yang paling efektif untuk membunuh hama keong mas adalah

3,