• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI orang tua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI orang tua"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI

Oleh:

NAMA : VICTORIA AGUSTINA PURBA

NIM : 10401376

PRODI : AKUNTANSI

JENJANG : STRATA SATU (S1)

DOSEN : YANSEN SIAHAAN, SE, Ak, MSAc

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

SULTAN AGUNG

PEMATANGSIANTAR 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(2)

Akuntansi yang berjudul “Akuntansi Sosial Ekonomi” ini dengan baik. Penyajian

paper Teori Akuntansi ini merupakan hasil dari pembelajaran yang telah penulis

jalani dalam perkuliahan.

Penulis menyadari paper Teori Akuntansi ini masih jauh dari sempurna,

karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca

yang telah sudi meluangkan waktu untuk membaca paper Teori Akuntansi penulis.

Semoga paper Teori Akuntansi ini bisa bermanfaat bagi semua.

Pematangsiantar, 13 Januari 2014

P e n u l i s,

Victoria Agustina Purba Nim : 10401376 DAFTAR ISI

halama n KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN

(3)

1

b. Rumusan Masalah ... 3

c. Tujuan dan Manfaat Paper... ...3

BAB II PEMBAHASAN

(4)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan... ...31

DAFTAR PUSTAKA... 33

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan

banyak keuntungan bagi masyarakat . ia bisa memberikan kesempatan kerja,

menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakatuntuk dikonsumsi, ia membayar

pajak, memberikan sumbangan, dan lain-lain. Karenanya perusahaan mendapat

legitimasi bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya. Namun, lama kelamaan

karena memang perusahaan ini dikenal juga sebagai “binatang ekonomi” yang

mencari keuntungan sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari bahwa dampak

yang dilakukannya terhadap masyarakat cukup besar dan semakin lama semakin

besar yang sukar dikendalikan seperti polusi, keracunan, kebisingan, diskriminasi,

pemaksaan, kesewenang-wenangan, produksi makanan haram, bahkan mengatur

kebijakan publik untuk menguntungkan perusahaan, merusak moral birokrat,

pejabat, sogok menyogok, dan sebagainya. Bahkan gempa bumi, banjir, tsunami

(5)

mengeksploitasi bumi secara besar-besaran hanya untuk mengejar target ROI,

ROA, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dampak luar ini disebut

externalities (social cost).

Karena besarnya dampak externalities terhadap kehidupan masyarakat,

masyarakat pun menginginkan agar dampak ini dikontrol sehingga dampak

negatif, external diseconomy atau social cost yang ditimbulkannya tidak semakin

besar. Dari sini berkembanglah ilmu akuntansi yang selama ini dikenal hanya

memberikan informasi tentang kegiatan perusahaan dengan pihak kedua. Dengan

adanya tuntutan ini, akuntansi bukan hanya merangkum informasi tentang

hubungan perusahaan dengan pihak kedua (partner bisnisnya), tetapi juga dengan

lingkungannya (pihak ketiga).Hubungan perusahaan dengan lingkungannya

bersifat non-reciprocal, artinya transaksi itu tidak menimbulkan prestasi

timbal-balik dari pihak yang berhubungan. Ilmu akuntansi yang mencatat mengukur,

melaporkan externalities ini disebut dengan Socio Economic Accounting (SEA).

Istilah lain bisa juga dipakai, misalnya Environmental Accounting, Social

Responsibility Accounting, dan lain sebagainya.

Dalam akuntansi konvensional yang menjadi fokus perhatiannya adalah

pencatatan dan pengukuran terhadap kegiatan atau dampak yang timbul akibat

hubungan antara perusahaan dengan pelanggan atau lembaga lainnya (Reciprocal

Transaction). Sedangkan Socio Economic Accounting menyoroti aspek sosial atau

dampak (externalities) dari kegiatan pemerintah dan perusahaan.

Ilmu Socio Economic Accounting (SEA) ini merupakan bidang ilmu

(6)

melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh

lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang

dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran

lembaga, baik perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka permasalahan yang akan

dibahas dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Apakah defenisi Akuntansi Sosial Ekonomi itu?

b. Apakah faktor pendorong munculnya Akuntansi Sosial Ekonomi?

c. Bagaimana konsep Akuntansi Sosial Ekonomi?

d. Bagaimana keterlibatan perusahaan dalam Sosial Ekonomi?

e. Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia?

f. Bagaimana pelaporan Akuntansi Sosial Ekonomi?

3. TUJUAN DAN MANFAAT PAPER a. Tujuan Paper

Adapun tujuan berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat diungkapakan

sebagai berikut :

(7)

2. Untuk mengetahui faktor pendorong munculnya Akuntansi Sosial

Ekonomi

3. Untuk mengetahui konsep Akuntansi Sosial Ekonomi

4. Untuk mengetahui keterlibatan perusahaan dalam Sosial Ekonomi

5. Untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia

6. Untuk mengetahui tentang pelaporan Akuntansi Sosial Ekonomi

b. Manfaat Paper

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari paper ini antara lain :

1. Bagi penulis, untuk memenuhi salah satu syarat untuk tugas mata kuliah teori

Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ( STIE ) Sultan Agung Kota

Pematangsiantar.

2. Bagi pembaca, sebagai bahan masukan bagi pembaca yang berniat membahas

tentang Akuntansi Sosial Ekonomi agar dapat mengambil keputusan-keputusan

yang tepat di masa yang akan datang.

BAB II PEMBAHASAN A. Timbulnya SEA

Kemajuan industri setelah perang dunia II dan munculnya negara sebagai

aktor dalam peningkatan kualitas hidup menimbulkan berbagai macam isu yang

justru dapat juga merusak kualitas hidup. Hal ini menjadi sorotan para ahli dan

para pengambil keputusan. Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam menilai

(8)

tergambar dari pernyataan A.W.Clausen, bekas direktur World Bank sebagai

berikut.

“Saya sampaikan bahwa salah satu alasan yang paling kuat atas ketiadaan respon ,

kita terhadap isu penyakit sosial itu dan penyebab kebingungan kita terhadap

penyelesaiannya adalah ketiadaan ukuran kualitas (Belkaoi, SEA, hlm. 3)”.

Ukuran itu penting sehingga setiap unit pemerintah maupun perusahaan

mengetahui berapa jauh efek kegiatan lembaganya memengaruhi kualitas hidup

manusia, apakah berdampak positif atau negatif. Berapa kontribusi perusahaan

untuk meningkatkan pendidikan pegawainya ataupun masyarakat? Berapa jauh

pengaruh polusi, pengerusakan lingkungan yang ditimbulkannya? Hal-hal inilah

mestinya yang diukur oleh SEA sebagai salah satu ukuran kualitas.

B. Defenisi SEA

SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering

ditafsirkan sama dengan Social Accounting yang dihubungkan dengan National

Income Accounting . Para ahli juga telah banyak memberikan defenisi dan dalam

tulisan ini saya akan kutip defenisi dari Ahmed Belkaoui, dalam bukunya tentang

Socio Economic Accounting. Beliau menyatakan sebagai berikut:

“SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut

peraturan, pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial

dari kegiatan pemerintah dan pengusaha. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat

mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan

(9)

accounting dan reporting peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada

tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh

kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup financial dan

managerial social accounting, social auditing”.

Ada juga yang menyebutkan Socio Economic Accounting sebagai Social

Responsibility. SEA ini tidak sama dengan Social Accounting yang pengertiannya

adalah pengukuran mengenai bagaimana efesiensi suatu sistem ekonomi berfungsi

dan memberikan data periodik yang menyangkut indikaksi posisi suatu negara

menyangkut ukuran externalities itu. Social Accounting ini sering juga disebut

National Income Accounting atau Macro Socio Economic Accounting.

Dalam kaitannya dengan sistem ekonomi, SEA sangat diperlukan dalam

suatu sistem ekonomi yang bercirikan sintese, dari sistem ekonomi antara Social

Economy dan Institusional Economy.Social Economy mempunyai komitmen yang

dalam terhadap kesejahteraan manusia dan keadilan, sedangkan institusionalis

mempunyai komitmen yang besar terhadap pragmatisme dalam menganalisis

sosial ekonomi masyarakat. Negara kita adalah negara yang memperjuangkan

kesejahteraan rakyatnya,karen itu SEA ini penting diterapkan bahkan harus

diharuskan untuk diterapkan oleh semua perusahaan dan lembaga di negara kita.

C. Pendorong Munculnya SEA

Literatur dalam ilmu sosial, ilmu sosiologi, dan khususnya

kegiatan-kegiatan sosial merupakan saksi dan penyebab yang mendorong timbulnya SEA.

(10)

bisnis dan unit pemerintahan dalam kaitannya dengan efek sosial yang

ditimbulkannya. Adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada kesejahteraan

individu ke arah kesejahteraan sosial. Kecenderungan yang bergerak dari kegiatan

mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat efek sampingnya kearah

mencari laba yang berwawasan lingkungan. Timbulnya Kementrian atau

departemen (unit) pemerintahan yang mengurus lingkungan hidup, juga sejalan

dengan kemunculan SEA. Kecenderungan ini semua dapat kita lihat dari beberapa

paradigma berikut ini:

1. Kecenderungan terhadap kesejahteraan Sosial

Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan

masyarakat yang sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerja sama

antarunit-unit masyarakat itu sendiri. Negara tidak bisa hidup sendiri tanpa

partisipasi rakyat nya perusahaan juga tidak akan maju tanpa dukungan

langganannya maupun lingkungan sosialnya. Kenyataannya ini semakin

disadari dan semakin dibutuhkan pertanggungjawabannya. Untuk

mengetahui gambaran yang jelas tentang keterkaitan saling pengaruh

memengaruhi antara negara dan rakyatnya, antara perusahaan dan

masyarakatnya, SEA ini sangat berperan.

2. Kecendrungan terhadap kesadaran lingkungan

Dalam literatur paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism

paradigm menuju the new environment paradigm. Paradigma yang

pertama menganggap bahwa manusia adalah makhluk unik di bumi ini

(11)

kepentingan makhluk lain. Sebaliknya, paradigma yang terakhir

menganggap bahwa manusia adalah makhluk diantara bermacam-macam

makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan

sebab-akibat, dan dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik

sosial, ekonomi, atau politik. Kesadaran akan kebenaran environment

paradigm merupakan salah satu pendorong munculnya SEA.

3. Perspektif Ekosistem

Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efisiensi,

profit maximization menimbulkan krisis ekosistem. Gejala ini menaruh

perhatian para ahli sehingga muncul kelompok-kelompok yang

menamakan dirinya penyelamat lingkungan seperti Greenpeace, lembaga

konsumen, dan lain-lain.

4. Ekonomi vs Sosialisasi

Ekonomisasi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual

sebagai unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa

memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya sosialisasi

memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu

mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya.

D. Konsep SEA

Konsep pengukuran, penilaian dalam SEA ini masih dalam proses

pembahasan para ahli. Dan FSAB sendiri pun belum mengambil sikap yang tegas

(12)

perusahaan untuk menyajikan pengungkapan. Dipihak lain AAA, AICPA telah

membentuk komite dan telah mengeluarkan laporan yang lumayan lengkap

tentang SEA. Di USA kantor akuntan Ernst & Ernst telah melakukan penelitian

sejak 1971 tentang keterlibatan sosial perusahan yang diungkapkan dalam laporan

tahunan perusahaan. Beberapa hal yang diungkapkan adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan :

- Polusi

- Pencegahan kerusakan lingkungan, konservasi sumber – sumber alam, dan

lain-lain.

2. Energi :

- Konservasi energi

- Penghematan , dan lain-lain

3. Praktik Usaha yang Fair :

- Merekrut pegawai dari minoritas dan peningkatan kemampuannya

- Penggunaan tenaga wanita sebagai pegawai

- Pembukaan unit usaha di luar negeri, dan lain-lain

4. Sumber Tenaga Manusia :

- Kesehatan dan keamanan pegawai

- Training, dan lain-lain

5. Keterlibatan terhadap masyarakat :

- Kegiatan masyarakat sekitar

- Pendidikan

(13)

6. Produksi :

- Keamanan produksi

- Mengurangi polusi

- Keracunan, dan lain-lain

Selain itu, variabel lain yang menyinggung konsep SEA antara lain yaitu

keterlibatan dengan kegiatan pemerintah, kejujuran terhadap konsumen,

meningkatkan informasi mengenai perusaqhaan dan produk, peningkatan

pendidikan masyarakat, menghargai hak asasi, pembangunan prasarana kota/desa,

pembangunan tampat rekreasi, peningkatan perhatian terhadap kebudayaan dan

seni, dan lain-lain.

Hal ini semua dapat kita manfaatkan untuk mengukur keterlibatan

perusahaan dalam kegiatan masyarakat dan tentu dapat ditambah lagi sesuai

keadaan kita di negara masing-masing.

E. Perusahaan dan Keterlibatan Perusahaan

Ada beberapa model dan kecenderungan tentang keterlibatan perusahaan

dalam kegiatan sosial. Sepanjang penelitian kepustakaan, ada 3 pandangan atau

model yang menggambarkan tentang keterlibatan perusahaan dalam kegiata

sosial. Ketiga model itu adalah sebnagai berikut :

1. Model Klasik

Pendapat ini, yang berkembang pada abad ke-19, bertitik-tolak pada konsep

(14)

dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain. Tujuan perusahaan hanya untuk

mencari untung yang sebesar-besarnya. Kriteria keberhasilan perusahaan

diukur oleh daya guna dan pertumbuhan. Menurut pendapat ini, usaha yang

dilakukan pemerintah semata-mata hanya untuk memenuhi permintaan

pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan kepada pemilik

modal. Seorang fundamentalis di bidang ini, Milton Friedman menyatakan

bahwa ada satu dan hanya satu tanggungjawab perusahaan, yaitu

menggunakan kekayaan yang dimilikinya untuk meningkatkan laba

sepanjang sesuai aturan main yang berlaku dalam suatu sistem persaingan

bebas tanpa penipuan dan kecurangan ( Milton Friedman, Capitalism and

Freedom, 1962 ).

Jelasnya perusahaan menurut pendapat ini, tidak perlu memikirkan efek

sosial yang ditimbbulkan perusahaannya dan tidak perlu memikirkan usaha

untuk memperbaiki penyakit sosial. Itu bukan urusan bisnis, tetapi urusan

pemerintah.

2. Model Manajemen

Pendapat ini timbul sekitar 1930, setelah muncul tantangan baru dari

perusahaan yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan keadaan yang

sebelumnya yang diwarnai oleh pemikiran model klasik. Menurut pendapat

ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang dianggap hidup

dan punya tujuan tesendiri. Manager sebagai orangyang dipercayai oleh

pemilik modal menjalankan perusahaan untuk kepentingan bukan saja

(15)

matinya perusahaan seperti karyawan, langgana, supplier, dan pihak lain

yang ada kaitannya dengan perusahaan yang semata-mata tidak didasarkan

atas adanya hubungan kontrak perjanjian (Frank X. Suttin et. Al. 1956).

Dengan demikian, manager sebagai tim yang bertangguangjawab atas

kelangsungan hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan yang harus

mempertimbangkan tanggungjawab sosial perusahaan mengingat

ketergantungannya dengan pihak lain ( masyarakat ) yang juga punya andil

dalam pencapaian tujuan perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran

buat pemilik modal.

3. Model Lingkungan Sosial

Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini bahwa kekuasaan

ekonomi dan politik yang dimilikinya mempunyai hubungan dengan

kepentingan ( bersumber) dari lingkungan sosial dan bukan hanya semata

dari pasar sesuai dengan teori atau model klasik. Konsekuensinya

perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan penyakit sosial

yang berada di lingkungannya seperti sistem pendidikan yang tidak

bermutu, pengangguran, polusi, perumahan kumuh, transportasi yang tidak

teratur, keamanan, dan lain-lain. Kalau model klasik mempunyai tujuan

utama untuk mensejahterakan pemilik modal dan model manajemen

mensejahterakan manajemen, dalam model ini perusahaan harus

memperluas tujuan yang harus dicapainya yaitu yang menyangkut

kesejahteraan sosial secara umum (Ahmed Belkaoui, 1980). Dengan

(16)

memperhatikan persentasi laba juga harus memperhatikan keuntungannya

dan kerugian yang mungkin akan diderita oleh masyarakat.

4. Kearah Eksistensi Etika dan Tanggung jawab Sosial Perusahaan

Ahmed Belkaoui dengan cara sistematis mengelompokkan batasan ini

dalam lima kategori yang seirama dengan ketiga model yang sebelumnya

(Ahmed Belkaoi, SEA, 1984). Berikut ini disajikan secara berturut-turut:

Pertama : tanggung jawab perusahaaan hanya terbatas pada usaha mencari laba

yang maksimal. Jika perusahaan dapat menguntungkan laba yang

sebesar-besarnya tanpa memperhatikan efek sosialnya, berarti

perusahaan sudah memenuhi panggilan tugasnya sebagai badan usaha.

Menurut kategori ini, apabila perusahaan diwajibkan untuk

memperhatikan lingkungan sosial masyarakatnya, maka akan merusak

sendi-sendi ekonimi persaingan bebas. Keadaan ini sama dengan

model klasik.

Kedua : disamping tujuan mencari untung, perusahaan juga harus

memperhatikan pihak-pihak tertentu dengan siapa ia mempunyai

kepentingan. Hal ini di contohkan dengan perbaikan kesejahteraaan

karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik dengan kelompok

masyarakat tertentu, dan lain-lain.

Ketiga : perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan

memperluas tanggung jawab manajemen. Sebagai penduduk yang

baik maka perusahaan mestinya juga bertindak seperti penduduk yang

(17)

Keempat : dalam kelompok ini, tanggung jawab sosial perusahaan mencakupi hal

yang besifat ekonomi dan non ekonomi. Dalam kategori ini dikenal

tiga pusat lingkaran yaitu lingkaran dalam yang mencakup tangggung

jawab dasar dalam melaksanakan fungsinya dengan efisien, lingkaran

tengah yang mencakup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi

ekonomisnya dengan penuh kesadaran akan perubahan nilai dan

prioritas yang berlaku dalam masyarakat, dan lingkungan luar yang

mencakup tanggung jawab yang baru muncul dan masih berkembang,

dimana perusahaan harus secara luas terlibat secara aktif untuk

memperbaiki lingkungan sosial ( Jacobi, Corporate Power and Social

Responsibility, 1973 ).

Kelima : tanggung jawab sosial diperluas melewati batas tanggung jawab dan

mencakup keterlibatan total terhadap tugas-tugas sosial. Prakash Sethi

merumuskan bentuk ini dalam tiga dimensi yaitu Social Obligation

yang merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap permintaaan

pasar sesuai dengan ketentuan hukum, Social Responsibility yang

menggerakkan perusahaan sehingga segala tindakannya sesuai dengan

norma nilai dan harapan masyarakat yang berlaku, dan Social

Responsiveness yang merupakan respon perusahaan untuk menjawab

isu yang akan muncul dimasa yang akan datang (S. Prakash Sethi,

(18)

Keenam : kategori keenam ini merupakan variasi semua pengertian yang diliputi

oleh literatur tentang bentuk dan batasan tanggung jawab sosial

perusahaan diatas.

Bradshaw mengemukakan ada tiga bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yaitu

sebagai berikut :

a. Corporate Philanthropy, disini tanggung jawab perusahaan itu berada sebatas

kedermawanan atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk

tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan, atau kegiatan

lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan

perusahaan.

b. Corporate Responsibility, disini kegiatan pertanggung jawaban itu sudah

merupakan bagian tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU atau

bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.

c. Coorporate Policy, disini tanggung jawab perusahaan itu sudah merupakan

bagian dari kebijakannya.

F. Pro – Kontra Tanggung jawab Sosial Perusahaan

Persoalan apakah perusahaan perlu mempunyai tanggung jawab sosial atau

tidak, masih terus merupakan perdebatan ilmiah. Masing-masing mengemukakan

pendapat dan dukungannya dan mengklaim bahwa idenyalah yang benar. Berikut

ini adalah alasan para pendukung agar perusahaan memiliki etika dan tanggung

(19)

1) Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan

masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini

sangat menguntungkan perusahaan.

2) Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan,

masyarakat, yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.

3) Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan,

simpati karyawan, investor, dan lain-lain.

4) Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat.

Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan.

Sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat

menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.

5) Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang

berlaku dalam masyarakat sehingga mendapat simpati masyarakat.

6) Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik.

7) Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang

kadang-kadang suatu kegiatan yang dibenci masyarakt tidak dapat dihindari.

8) Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan

barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan

lain-lain.

Dipihak lain, alasan para penantang yang tidak menyetujui konsep tanggung

jawab sosial perusahaan ini adalah sebagai berikut :

a) Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari

(20)

b) Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan perusahaan

atau politik secara berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.

c) Dapat menimbulkan bisnis yang monolitik bukan yang bersifat pluralistik

d) Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga yang cukup besar yang

tidak dapat dipenuhi oleh dana perusahaan yang terbatas, yang dapat

menimbulkan kebangkrutan atau menurunkan tingkat pertumbuhan

perusahaan.

e) Keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan

tenaga dan para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan (Ahmed

Belkaoui, SEA 1984).

Bentuk Keterlibatan Sosial

Bentuk keterlibatan apa yang harus dilakukan perusahaan sebagai suatu

keterlibatan sosial? Kantor akuntansi Ernst & Ernst (1971), K. Davis dan R.L.

Blomstrom (1971), dan committe for Economic Development (1971)

mengemukakan bahwa bentuk keterlibatan tersebut adalah meliputi kegiatan

sebagai berikut:

a) Lingkungan Hidup

o Pengawasan terhadap efek polusi

o Perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam

o Keindahan lingkungan

o Pengurangan suara bising

(21)

o Pengelolaan sampah dan air limbah

o Riset dan pengembangan lingkungan

o Kerja sama dengan pemerintah dan universitas

o Pembangunan lokasi rekreasi

o Dan lain-lain

b) Energi

o Konservasi energi yang dilakukan perusahaan

o Penghematan energi dalam proses produksi

o Dan lain-lain

c) Sumber Daya Manusia dan Pendidikan

o Keamanan dan kesehatan karyawan

o Pendidikan karyawan

o Kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan

o Menambah dan memperluas hak-hak karyawan

o Usaha untuk mendorong partisipasi

o Perbaikan kesejahteraan dan manfaat pensiun

o Beasiswa kepada keluarga karyawan atau masyarakat

o Bantuan pada sekolah atau pendirian sekolah

o Membantu pendidikan tinggi dan riset dan pengembangan

o Pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, minoritas

o Peningkatan karier karyawan

(22)

d) Praktik Bisnis yang Jujur

o Memperhatikan hak- hak karyawan

o Memberi kesempatan pada peranan wanita

o Jujur dalam iklan dan bisnis

o Pemberian kredit ringan kepada masyarakat

o Servis yang memuaskan

o Produk yang sehat bagi kesehatan

o Jaminan kepuasan langganan

o Selalu mengontrol kualitas dan keamanan produk

o Menandatangani fakta integritas

o Menjauhi melakukan sogok terhadap pejabat

o Dan lain-lain

e) Membantu Masyarakat Lingkungan

o Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah

sosial di lingkungannya

o Tidak campur tangan dalam struktur masyarakat

o Membangun klinik kesehatan

o Membantu sekolah

o Pembangunan rumah ibadah

o Perbaikan desa/kota

o Sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat

(23)

o Bantuan dana, sosial, gempa bumi, banjir, tsunami

o Perbaikan sarana pengangkutan umum dan sarana pasar

o Dan lain-lain

f) Kegiatan Seni dan Kebudayaan

o Membantu lembaga seni dan budaya

o Sponsor kegiatan seni dan budaya

o Penggunaan seni dan budaya dalam iklan

o Merekrut tenaga yang berbakat seni olahraga

o Dan lain-lain

g) Hubungan dengan Pemegang Saham

o Sifat kejujuran, keterbukaan direksi pada semua persero

o Peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

o Pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social

o Dan lain-lain

h) Hubungan dengan Pemerintah

o Mentaati peraturan pemerintah

o Membatasi kegiatan lobbying dan sogok-menyogok

o Mengontrol kegiatan politik perusahaan

o Membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan

perusahaan, membantu secara umum usaha peningkatan kesejahteraan

sosial masyarakat

(24)

o Meningkatkan produktivitas sektor informal

o Pengembangan dan inovasi manajemen

o Menghindari praktik KKN

o Dan lain-lain

Pelaksanaaan Socio Economic Accounting ini akan semakin cepat oleh beberapa

tekanan atau faktor antara lain:

1) Adanya Peraturan Pemerintah atau UU yang diberlakukan

2) Ditetapkannya standar akuntansi yang mengharuskan pengungkapan

tanggung jawab sosial

3) Adanya tekanan dari pressure group misalnya Greenpeace, Trade Union,

PBB, dan lain sebagainya

4) Kesadaran perusahaan

G. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia

Tanggung jawab sosial dan etika perusahaan di Indonesia sebenarnya tak

perlu diragukan. Hal ini terbukti dari keterlibatan perusahaan, baik langsung

maupun melalui jalur pemerintah atau badan-badan sosial dalam mengatasi

penyakit sosial dan memperbaiki/membantu sarana dan kegiatan sosial, seperti

mensponsori kegiatan olah raga, pembersihan polusi dan air limbah, membantu

korban bencana alam, mendirikan sarana pendidikan, kesehatan, dll.

Namun, kita tidak dapat menutup mata terhadap ulah sebagian perusahaan

(25)

iklan palsu, jaminan palsu, kualitas produk yang tidak benar, kekurangan

informasi tentang produk, penipuan-penipuan lain, kebisingan, keracunan, dan

produk yang merusak kesehatan. Kadang kiata malu melihat situasi kita yang

didaulat sebagai sistem yang terbaik ternyata kurang memperhatikan etika dan

tanggung jawab sosial sebagaimana yang dijaga dan dimiliki oleh sistem kapitalis

bahkan sosialis sekalipun.

Drucker mengakatakan bahwa tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri

dan mati sendiri. Setiap orang/lembaga adalah unsur yang tidak terpisah dari

masyarakat dan hidup demi kepentingan masyarakat. Perusahaan tidak terkecuali.

Perusahaan yang bebas tidak dapat disebut sebagai baik untuk perusahaan, ia

hanya dapat dikatakan baik jika baik untuk masyarakat (Peter F. Drucker,

Management: Task, Responsibilities, 1973), dan Belkaoui mengatakan bahwa

perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik (Ahmed

Belkaoui, SEA, 1984).

Secara formal, pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan pernyataan

yang melindungi kepentingan sosial, baik bagi pendirian atau pembangunan

perusahaan maupun proyek baru. Dengan demikian, jelaslah bahwa kita menganut

konsep dimana perusahaan memiliki tanggung jawab penuh, kendatipun

pembatasannya belum begitu jelas. Socio Economic Accounting berusaha

mengidentifikasi, mencatat, mengikhtisarkan, melaporkan dan menganalisis efek

keterlibatan perusahaan ini, baik untung (benefit) dan kerugian (cost) yang

(26)

pihak luar, seperti pemerintah dan sosial dalam pengambilan keputusan yang

tepat.

Pengukuran dalam Socio Economic Accounting

Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam Socio

Economic Accounting ini. Dalam akuntansi konvensional jelas bahwa setiap

transaksi baru dapat dicatat jika sudah mempengaruhi posisi keuangan

perusahaan. Dalam SEA kita harus mengukur dampak positif (social benefit) dan

dampak negative (social cost) yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan.

Biasanya dampak positif dan negative ini belum dapat dihitung karena memang

transaksinya bersifat uncomplete cycles, non-resiprocal dan belum mempengaruhi

posisi keuangan perusahaan.

Biasanya tidak semua dampak negatif positif itu dapat dihitung dan belum

ada pembahasan lengkap dalam literatur tentang pengukuran untuk semua jenis

externalities ini. Dalam mengukur kerugian ini semua sumber dan objek kerugian

dihitung. Kerugian ini bisa kerugian finansial atau kerugian umum (amenity loss).

Kerugian keuangan misalnya kerugian produksi akibat kerusakan lingkungan.

Kerugian amenity misalnya penderitaan jiwa yang dialami masyarakat, individu,

dan keluarga.

Salah satu akibat dari polusi udara adalah rusaknya kesehatan manusia

yang antara lain menyebabkan kematian premature. Kematian premature ini

disebabkan oleh berbagai hal dan memerlukan biaya pengobatan, pencegahan dan

(27)

lain Midwest Research Institute (MRI) (Belkaoui,1985 hlm.197) melaksanakan

studi tentang kaitan polusi udara dengan bahan, lingkungan, dan makhluk hidup

yang terkena polusi.

Kerugian ekonomis dari bahan yang menjadi polusi ditaksir dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Q = P x N x F x R Keterangan :

Q : Kerugian akibat Polusi

P : Produksi dalam dolar

N : Umur ekonomis dari suatu bahan yang dinilai berdasarkan

penggunaannya

F : Faktor rata-rata tertimbang sebagai presentase bahan yang menimbulkan

polusi udara

R : Faktor tenaga kerja yang menggambarkan nilai bahan yang dipakai dan

nilai yang masih ada.

Kerugian yang terjadi kepada tanah akibat polusi tadi dihitung dengan rumus :

L = Q x V Keterangan :

L : Kerusakan lahan

Q : Nilai bahan yang menyebabkan polusi sebagai mana rumus di atas.

V : Nilai Interaksi tanah pertahun

Disinilah rumitnya menghitung dampak ekonomisnya itu, karena semua dampak

(28)

bagaimana menaksir kerugian itu. Para aktivis lingkungan ternyata telah banyak

membantu dalam melakukan penaksiran ini.

Namun demikian sebagai informasi yang akan dilaporkan dalam Socio Economic

reporting dibuat berbagai metode pengukuran misalnya:

1. Menggunakan penilaian dengan menghitung “ Opportunity Cost

Approach”. Misalnya dalam menghitung social cost dari pembuangan, maka

dihitung berapa kerugian manusia dalam hidupnya, berapa berkurang

kekayaanya, berapa kerusakan wilayah rekreasi, dan lain sebagainya akibat

pembuangan limbah. Total kerugian itulah yang menjadi social cost

perusahaan (Belkaoui, 1985 p. 195).

2. Menggunakan daftar kuesioner, survei, lelang, dimana mereka yang merasa

dirugikan ditanyai berapa besar jumlah kerugian yang ditimbulkanya atau

berapa biaya yang harus dibayar kepada mereka sebagai kompensasi

kerugian yang dideritanya.

3. Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk

barang perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.

4. Menggunakan rekreasi pasar dalam menentukan harga.

Sebagai pedoman, berikut ini kita lihat bagaimana mengukur keuntungan

suatu kawasan rekreasi. Calawsen dan Knetsch (Belkaoui, 1985, hlm. 199)

misalnya memberikan metode pengukuran untuk menaksir keuntungan dari suatu

kawasan rekreasi sebagai berikut :

(29)

Disini ditaksir seluruh jumlah yang dibayar oleh pengunjung daerah rekreasi

tersebut.

b. Metode Pengeluaran Kotor (Gross Expenditure Method)

Disini ditaksir keseluruhan jumlah yang dibelanjakan oleh pengunjung

selama rekreasi.

c. Harga Pasar Ikan (Market Value Of Fish Method)

Disini ditaksir harga pasar dari semua ikan yang ditangkap pengunjung

selama rekreasi.

d. Metode Harga Pokok (Cost Method)

Disini disamakan keuntungan yang diperoleh dari suatu kawasan rekreasi

dengan harga pokok pembangunannya.

e. Metode Harga Pasar (Market Value Method)

Disini digunakan penaksiran nilai berdasarkan harga pasar atau harga yang

dibebankan di daerah rekreasi lainnya.

f. Metode Interview Langsung (Direct Interview Method)

Disini ditanya secara langsung para pengunjung, berapa mereka bersedia

membayar karena mengunjungi daerah rekreasi itu.

Di pihak lain, Estes (1976) mengusulkan berbagai teknik pengukuran sebagai

berikut:

1) Penilaian pengganti (Surrogate Valuation)

2) Teknik Survei

3) Biaya perbaikan dan pencegahan

(30)

5) Putusan pengadilan

6) Analisis

7) Biaya pengeluaran

H. Pelaporan

Untuk melaporkan aspek sosial ekonomi yang diakibatkan perusahaan, ada

beberapa teknik pelaporan SEA menurut Diller (1970), yaitu:

1. Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan

tahunan atau bentuk laporan lainnya.

2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan.

3. Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun)

penyisihan kerusakan lokasi, biaya pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya.

Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak

positif atau negative yang ditimbulkan oleh perusahaan. Berikut ini sekedar

contoh Pelaporan SEA sebagai berikut:

PT Ezly Bazliyah

(31)

(Dalam Ribuan) I. Kaitan dengan masyarakat

A. Perbaikan :

1. Pelatihan orang cacat Rp. 20.000

2. Sumbangan pada Lembaga Pendidikan Rp. 8.000

3. Biaya Ekstra karena merekrut minoritas Rp. 10.000

4. Biaya penitipan bayi Rp. 22.000

Total perbaikan Rp. 60.000 B. Kerusakan :

Penundaan pemasangan alat pengaman Rp. 28.000 _

Perbaikan ( bersih ) untuk masyarakat ( 1 ) Rp. 38.000 II. Kaitan Dengan Lingkungan

A. Perbaikan :

1. Reklamasi lahan dan pembuatan taman Rp140.000

2. Biaya pemasangan control polusi Rp. 8.000

3. Biaya pematian racun limbah Rp. 18.000

Total perbaikan Rp. 166.000

B. Kerusakan :

1. By yg akan dikeluarkan untuk reklamasi pertambangan Rp.160.000

2. Taksiran biaya pemasangan penetralan racun air Rp. 200.000

Total kerusakan Rp.360.000 _

(32)

A. Perbaikan :

1. Gaji eksekutif Komisi Pengamatan Produk Rp. 50.000

2. Biaya pengganti cat beracun Rp. 18.000

Total perbaikan Rp. 68.000 B. Kerusakan :

1. Pemasangan alat pengaman produksi Rp. 44.000 _

C. Net perbaikan ( III ) Rp. 24.000 Total socio economic deficit 1993 ( I + II + III ) ( Rp.138.000 )

Saldo kumulatif net perbaikan 1.01.93 Rp.498.000

Saldo kumulatif net perbaikan 31.12.1993 Rp.360.000

Di samping mereka yang mendukung penerapan akuntansi Sosio Economic

Accounting atau akuntansi pertanggung jawaban sosial ini, ada juga yang

mengkritiknya. Adapun kritiknya adalah sebagai berikut :

a. Informasi pertanggung jawaban sosial itu hanya menambah biaya saja dan

tidak dibutuhkan oleh pemegang saham atau investor lainnya.

b. Ukuran dampak sosial perusahaan dalam satuan moneter secara teknis tidak

dapat dilakukan karena sangat kompleks dan merupakan estimasi saja.

c. Faktor-faktor diluar perusahaan bukan merupakan tanggung jawab

perusahaan dan ia tidak dapat mengendalikannya.

d. Belum ada kesepakatan umum tentang konsep, tujuan, pengukuran maupun

(33)

e. Informasi tentang APS ini akan dapat mengalihkan perhatian pada indikator

bisnis intinya sehingga dapat menyulitkan para pengambil keputusan.

f. Hal ini mengaburkan posisi perusahaan dan pemerintah dalam melaksanakan

tugas masing-masing yang saling berbeda. Jadi jangan dibedakan tugas

pemerintahan kepada perusahaan.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

1. SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering

ditafsirkan sama dengan Social Accounting yang dihubungkan dengan

National Income Accounting .

2. Ilmu Social Economic Accounting ( SEA ) ini merupakan bidang ilmu

akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengindentifikasi, mengukur,

menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang

ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan

(34)

untuk meningkatkan peran lembaga baik perusahaan atau yang lain untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.

3. SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut

peraturan, pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan

sosial dari kegiatan pemerintah dan pengusaha. Hal ini termasuk kegiatan

yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk

mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial negara

mencakup social accounting dan reporting peranan akuntansi dalam

pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan

melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya,

mencakup financial dan managerial social accounting, social auditing.

4. Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak

positif atau negative yang ditimbulkan oleh perusahaan.

5. Dalam SEA kita harus mengukur dampak positif yang ditimbulkan oleh

kegiatan perusahaan yaitu berupa social benefit dan dampak negative yang

ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan yaitu berupa social cost.

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui Ahmed, 1985, Accounting Theory, 2nd Edition, Harcourt Brace Jovanovich Publishing Co.

Friedman, Milton, 1962, Capitalism and Freedom.

Harahap, Sofyan Syafri, 2011, Teori Akuntansi Ed. Rev, Cet. 11.

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Radionuklida yang terkandung di dalam sampel tanah permukaan yang dicuplik dari titik sampling Higashi Ishikawa telah dianalisis.. Hasil analisis menunjukkan perbedaan yang

PPL (koordinasi dengan Dosen Pembimbing PPL), sedangkan dalam kegiatan ujian harus dinilai oleh sekurang-kurangnya dua orang, yaitu: Guru Pamong PPL dan

KEL DOSEN PEMBIMBING NO NIM NAMA MAHASISWA JUDUL PROYEK DOSEN PENGUJI 5 615100050 Miranda PERANCANGAN DESAIN INTERIOR "YAYASAN.. TALI KASIH" PRIMARY & JUNIOR HIGH SCHOOL

Teori Proses (Process theories) menjawab pertanyaan dengan mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses dari interaksi dinamis di antara orang-orang dengan etika yang

Untuk mencapai tujuan tersebut, pada penelitian ini digunakan campuran senyawa asam di(2-etilheksil) fosfat (D2EHPA), dan tributil fosfat (TBP). Di dalam media dodekan atau

Pengaruh asam terhadap perilaku pati selama gelatinisasi menjadi berkurang karena keberadaan gula dengan konsentrasi tinggi.. Penambahan gula sukrosa dengan konsentrasi tinggi

Walaupun tingkat keberhasilan dan kemanfaatan usahatani ternak ayam buras di pesisir teluk Kulisusu tergolong sangat berhasil dan bermanfaat secara ekonomi, namun

Pelaksanaan pendidikan seks usia remaja pada program pendidikan keputrian meliputi: penyampaian materi pendidikan keputrian yang dilakukan oleh siswi kelas IX dan