• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN PERILAKU SOSIAL ANAK SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENELITIAN PERILAKU SOSIAL ANAK SEKOLAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN PERILAKU SOSIAL ANAK SEKOLAH TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Tim Peneliti Balitbang Prov. Jateng

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang Telp. 0243540025

RINGKASAN Pendahuluan

Kehidupan manusia tidak terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dewasa ini setiap negara dihadapkan kepada masalah lingkungan hidup. Untuk mengatasi masalah lingkungan hidup tersebut, pembangunan nasional diarahkan untuk menerapkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Salah satu unsur dalam konsep pembangunan berkelanjutan tersebut adalah pendidikan lingkungan hidup (environmental education).

Dalam bidang pendidikan telah dilakukan beberapa upaya, khusus untuk pendidikan anak sekolah terdapat kesepakatan bersama (Memorandum of Understanding) antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan Nomor Keputusan: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup.

Terkait dengan hal-hal tersebut, penelitian ini hendak mengetahui peran lingkungan sekolah dan tempat tinggal sebagai lokus internalisasi dan sosialisasi perilaku sosial anak. Adapun rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pendidikan lingkungan hidup di sekolah membentuk perilaku sosial anak sekolah terhadap lingkungan hidup?

(2)

3. Bagaimana perilaku sosial anak sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup di sekolah dan di tempat tinggalnya?

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah suatu penelitian eksploratif yang mencoba melakukan eksplanasi ilmiah beberapa faktor terhadap upaya pelestarian lingkungan. Pendekatan atau metode yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah mixing method between quantitative and qualitative approach.

Penggalian informasi melibatkan narasumber: kepala sekolah, guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siswa pada 14 sekolah di 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

(3)

Alur pikir adalah sebagai berikut

Hasil dan Pembahasan

1. Peran Sekolah dalam Pendidikan Lingkungan Hidup

Internalisasi pengetahuan lingkungan hidup belum diberikan secara khusus dalam mata pelajaran lingkungan hidup, melainkan terintegrasi dalam mata pelajaran Agama, IPA, IPS, Biologi, Geografi dan lain-lain dengan materi sangat bervariasi untuk masing-masing sekolah.

Terdapat kegiatan dan upaya telah dilakukan sekolah untuk mendorong peningkatan peran serta siswa dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, seperti kegiatan K-7, majalah dinding, gerakan kerja bakti, Kebun Sekolah atau Hutan Sekolah. Kepala Sekolah berperan dalam pembinaan dan peran para guru menyisipkan berbagai pengertian dan kepedulian terhadap lingkungan hidup di sekolah terutama yang menyangkut kebersihan dan kecintaan terhadap lingkungan sekitar. Namun demikian, masih terdapat perbedaan intensitas pengelolaan pendidikan dan pemeliharaan lingkungan hidup dari di beberapa lokasi penelitian.

Beberapa sekolah tempat penelitian telah memiliki sarana dan prasarana sekolah yang cukup memadai namun beberapa yang lain belum memiliki. Prasarana

Pendidikan

Lingkungan Hidup

Perilaku Sosial Anak

Kondisi Lingkungan Hidup

Upaya Pelestarian

(4)

merupakan suatu yang penting untuk mendukung perilaku siswa dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, seperti sarana kebersihan. pemanfaatan barang bekas sebagai dekorasi lingkungan yang indah, gambar-gambar dan poster-poster tentang masalah lingkungan hidup, baik berupa majalah dinding (mading) atau ditempelkan di dinding kelas .sebagai media internalisasi pendidikan lingkungan hidup. Sebagian sekolah telah memiliki perpustakaan yang berisi berbagai buku pengetahuan termasuk buku-buku yang berhubungan dengan lingkungan hidup (banjir, tanah longsor, gempa dan tsunami). Bahkan ada sekolah yang telah memiliki Audio Visual untuk menayangkan pengetahuan penunjang masalah lingkungan hidup.

Untuk meningkatakan daya dukung lingkungan sekolah dalam mencapai tujuan pembelajaran internalisasi nilai-nilai kepedulian terhadap diri dan lingkungan hidup tentu saja memerlukan dukungan anggaran sekolah. Penelitian ini menemukan bahwa beberapa sekolah hanya memiliki anggaran yang cukup untuk pembiayaan minimum sehingga tidak tersisa untuk kegiatan di luar pembelajaran kelas. Dapat dipahami kalau mutu pendidikan akan menjadi rendah jika tidak ada sarana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran di luar kelas.

Untuk mewujudkan budaya sekolah yang berperspektif lingkungan., diperlukan komitmen dan kesadaran seluruh stakeholder sekolah maupun orangtua siswa. Komitmen ini sangat penting. Misalnya, mengenai penyediaan sarana mulai dari tong sampah sampai akses informasi yang sangat terkait dengan ketersediaan buku-buku bertema lingkungan hidup di sekolah. Dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana pendidikan lingkungan hidup dapat mendukung terciptanya tempat yang menyenangkan untuk belajar, berprestasi, berkreasi dan berkomunikasi.

(5)

tawaran format muatan lokal di sekolah sebagai alternatif, perlu memperhatikan penilaian dan masukan dari masyarakat, dalam hal ini Komite Sekolah.

Internalisasi kepedulian terhadap lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan seluruh stakeholder untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Nilai, moral, sikap dan perilaku siswa tumbuh berkembang selama waktu di sekolah, dan perkembangan mereka tidak dapat dihindarkan yang dipengaruhi oleh struktur dan kultur sekolah. Aturan sekolah yang ketat berlebihan dan ritual sekolah yang membosankan tidak jarang menimbulkan konflik baik antar siswa maupun antara sekolah dan siswa. Sebab aturan dan ritual sekolah tersebut tidak selamanya dapat diterima oleh siswa oleh karena itu budaya partisipatif terkait dengan internalisasi kepedulian terhadap lingkungan hidup harus dikedepankan.

2. Peran Lingkungan Tempat Tingal dalam Pendidikan Lingkungan Hidup

Sebagian besar orang tua memiliki kesadaran untuk memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada anaknya di rumah dilakukan sejak dini. Dorongan masyarakat dalam internalisasi perilaku peduli terhadap lingkungan hidup pada siswa juga sangat penting dalam membentuk perilaku siswa di lingkungan tempat tinggal seperti mengikuti kerja bakti di lingkungan (RT/RW/ Desa/Kelurahan).

(6)

Selain menggunakan sarana yang konvensional seperti televisi, radio, atau media massa, penanaman budaya peduli lingkungan hidup juga melibatkan kebudayaan masyarakat seperti kegiatan bersih desa, sedekah bumi, atau pesan-pesan budaya dalam kesenian masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa peran lingkungan masyarakat sangatlah penting dalam upaya internalisasi budaya peduli lingkungan hidup kepada anak.

3. Perilaku Sosial Siswa dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup

Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup yang termanifestasi dalam perilaku sosial dan partisipasi untuk menciptakan lingkungan yang sehat serta melestarikan lingkungan hidup. Selain itu, siswa banyak menjadi pelopor bagi upaya penciptaan budaya peduli terhadap lingkungan hidup di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Kader-kader peduli lingkungan hidup tersebut sebagian besar menganggap peran pendidikan dan kondisi lingkungan sangat penting dalam pembentukan perilakunya. Peran pendidikan khususnya pendidikan sekolah sangat penting bukan hanya bagi siswa tetapi budaya bersih dan sehat. Siswa juga mampu menjadi pelopor bagi pelubahan perhatian keluarga dan lingkungan tempat tinggal dalam masalah lingkungan hidup. Siswa memiliki antusiasme yang tinggi seandainya materi pendidikan lingkungan hidup yang selama ini banyak diperoleh dari proses mencontoh perilaku sekitar atau kegiatan ekstrakurikuler dapat diformalkan dalam mata pelajaran khusus.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

(7)

sekolah terdapat kondisi-kondisi: internalisasi pengetahuan lingkungan hidup diberikan dalam mata pelajaran khusus melainkan terintegrasi, banyak kegiatan dan program untuk mendorong peran serta siswa dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, sarana dan prasarana merupakan suatu yang penting dalam proses pendidikan namun beberapa sekolah belum memadai, realita bahwa upaya meningkatakan daya dukung lingkungan sekolah dalam mencapai tujuan pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan hidup memerlukan dukungan anggaran sekolah, peran Komite Sekolah tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah, dan diperlukan komitmen seluruh stakeholder sekolah termasuk orangtua siswa dalam pendidikan lingkungan hidup. Sebagian besar orang tua memiliki kesadaran untuk memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada anaknya di rumah dilakukan sejak dini. Selain menggunakan sarana yang konvensional seperti televisi, radio, atau media massa, penanaman budaya peduli lingkungan hidup dapat juga melibatkan kebudayaan masyarakat seperti kegiatan bersih desa, sedekah bumi, atau pesan-pesan budaya dalam kesenian masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa peran lingkungan masyarakat sangatlah penting dalam upaya internalisasi budaya peduli lingkungan hidup kepada anak.

(8)

Saran

Berpijak pada hasil di atas maka penelitian ini merekomendasikan adanya upaya-upaya revitalisasi pendidikan lingkungan hidup di sekolah, pembudayaan peduli lingkungan hidup di masyarakat, dan peningkatan perhatian isu-isu lingkungan hidup khususnya pada kebijakan pendidikan.

a. Revitalisasi Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah

Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi, daya pikir, daya nalar, perilaku, serta pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Oleh karena itu, perlu upaya revitalisasi pendidikan lingkungan hidup sebagai berikut:

1). Identifikasi materi terkait Lingkungan Hidup dalam berbagai mata pelajaran pada setiap tingkat pendidikan,

2). Pengayaan materi terkait tema Lingkungan Hidup dengan mempertimbangkan aspek urgensi tema dengan situasi lingkungan geografis Kabupaten/Kota khususnya dan Jawa Tengah umumnya untuk masing-masing tingkat pendidikan seperti: gunung berapi dan gempa bumi baik vulkanik maupun tektonik, potensi tsunami yang telah terjadi dan mungkin akan terjadi di negara kita, banjir dan tanah longsor, angin puting beliung serta pemanasan global dan mitigasinya,

3). Peningkatan pengetahuan dan pemahaman Kepala Sekolah-Guru tentang materi ajar lingkungan hidup, terutama bagi para Guru yang mengampu mata pelajaran terkait lingkungan hidup.

a). Pembekalan pada guru untuk penyajian materi pendidikan lingkungan hidup

terintegrasi dalam masing-masing bidang studi yang disajikan secara menarik

(9)

b). Penguatan kualitas pembelajaran bermuatan lingkungan hidup melalui

pendekatan experimental learning, pendekatan pilot project dan penilaian yang

authentic.

c). Pembekalan pada guru untuk mampu mengembangkan, memilih berbagai media

dan sumber belajar yang berbasis lingkungan untuk pembelajaran berbagai

bidang studi.

4). Penambahan kegiatan dan upaya untuk peningkatan peran serta siswa dalam upaya pelestarian lingkungan hidup

5). Peningkatan dukungan sarana prasarana, media pembelajaran dan informasi untuk mendukung internalisasi perilaku siswa dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, seperti sarana kebersihan, poster-poster tentang masalah lingkungan hidup, buku-buku, papan informasi majalah dinding (mading) sebagai media internalisasi pendidikan lingkungan hidup.

6). Sekolah menyusunan RAPBS yang sensitif isu kepedulian terhadap kesehatan diri dan pelestarian lingkungan hidup.

7). Peningkatan komitmen dan kesadaran stakeholder sekolah termasuk orangtua siswa dan Komite Sekolah. Peningkatan kapasitas peran dan fungsi Komite Sekolah dalam menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler khususnya terkait dengan upaya internalisasi dan integrasi materi kepedulian lingkungan hidup. 8). Menggagas lahirnya sekolah yang mengembangkan kultur, nilai, moral, sikap,

perilaku, dan struktur peduli terhadap lingkungan hidup.

b. Pembudayaan Peduli Lingkungan Hidup di Masyarakat

(10)

generasi yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup. Strategi pencapaian sebagai berikut:

1). Identifikasi potensi budaya dan perilaku masyarakat yang terbukti memiliki konstribusi terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup. Perlu dipertahankan/dilestarikan sarana-sarana sosial seperti nilai-nilai budaya masyarakat sebagai sarana internalisasi budaya peduli terhadap lingkungan hidup. Dan, sekolah dapat menjadi pelopor penggalian dan internalisasi tradisi masyarakat yang mempunyai nilai positif bagi pengelolaan lingkunan hidup sesuai dengan kondisi geografis.

2). Pengayaan sarana internalisasi budaya peduli terhadap lingkungan hidup dengan mempertimbangkan aspek urgensi tema dengan situasi lingkungan geografis Kabupaten/Kota khususnya dan Jawa Tengah umumnya. Perlu upaya meningkatkan sosialisasi permasalahan dan upaya yang mesti dilakukan terkait permasalahan lingkungan hidup di masa depan.

3). Peningkatan pemahaman dengan sarana sosialisasi atau pelatihan kepada masyarakat terkait masalah lingkungan hidup dengan mengedepankan materi seperti: ancaman gunung berapi dan gempa bumi baik vulkanik maupun tektonik, potensi tsunami yang telah terjadi dan mungkin akan terjadi di negara kita, banjir dan tanah longsor, angin puting beliung serta pemanasan global dan mitigasinya.

c. Peningkatan Perhatian Isu-isu Lingkungan Hidup pada Kebijakan

(11)

2). Perlu adanya perhatian dari Pemda Kabupaten/Kota khususnya bagi wilayah atau daerah yang termasuk dalam kategori indeks lingkungan hidup yang rendah agar dapat menata kembali lingkungan hidup termasuk penataan lingkungan sekolah. 3). Dinas P dan K Provinsi/Kabupaten/Kota perlu menggiatkan program dan kegiatan

dalam upaya melestarikan lingkungan hidup di lingkungan sekolah seperti mengadakan penanaman pohon ”hutan sekolah”, Program K7 serta penyuluhan tentang kegiatan Wiyata Mandala, dan lomba Wiyata Mandala antar Sekolah. 4). Pemerintah perlu mendukung alokasi anggaran pendidikan untuk pendidikan

lingkungan hidup baik untuk siswa sekolah diberbagai jenjang, maupun pendidikan masyarakat. Perlu membuat percontohan pengelolaan lingkungan yang baik di berbagai sekolah dengan spesifikasi berbeda, misal: daerah pegunungan, tengah, dan pesisir.

Hak Cipta © 2007 Balitbang Prov. Jateng Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang

50132 Telp : (024) 3540025,

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan Syukur pada Tuhan Yesus karena berkat pertolongan dan bimbinganNya pada peneliti mulai dari proses awal pembuatan skripsi hingga akhir penulisan skripsi ini,

a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk

12.30 WITA yakni Perkara Perceraian yang telah didaftarkan oleh Pembanding Fatrah Dai Binti Mohamad Dai tanggal 30 Maret 2010 Masehi bertepatan tanggal 14 Rabiul

Analisis data yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan narasumber pengamatan,

pada khususnya dan umumnya pada perusahaan-perusahaan lain untuk mempertimbangkan pengaruh financial leverage (Debt ratio) terhadap harga saham dalam

Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menggunakan gagasan kreatifnya dalam menyelesaikan masalah melalui pemaduan pengetahuan bangunan

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi aparatur pemerintah daerah, profesionalisme aparat pengawasan intern pemerintah, sistem pengendalian internal pemerintah