• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KEBERATAN TERHADAP PNS YANG DIJATUHI HUKUMAN PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA KEBERATAN TERHADAP PNS YANG DIJATUHI HUKUMAN PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Sri Hartini

Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman E-mail: hart inimust ika@gmail. com

Abst r act

St af f ing di sput e set t l ement mechani sm agai nst ci vi l ser vant s who sanct ioned by har sh puni shment such not r espect f or m, i s a ser ious l egal pr obl em. Fr om t he r esear ch f ound t hat st af f i ng i s t he St at e Admi nist r at i on di sput e set t lement . What penyel esai anya has it s own char act er i st i cs. Di sput es i n t he ar ea of st af f i ng ar e not handl ed dir ect l y by a St at e Admini st r at i ve Cour t (Admi ni st r at i ve Cour t )), but must f ir st be r esol ved t hr ough a pr ocess simi l ar t o a j udi ci al pr ocess, conduct ed by a t eam or by an of f i ci al i n t he gover nment envi r onment . The pr ocess i n t he science of l aw i s cal l ed quasi -j udi ci al (quasi r echt spr aak), known as admi ni st r at ive appeal s. Ci vi l ser vant s who wi l l submit di sput es t o t he Admi nist r at i ve Cour t , i f t he sanst ion i mposed on t he basi s of PP No. 53 year s 2010 on t he di sci pl i ne of civi l ser vant s, t he mechani sm t hat must be passed i s t he ef f or t s t he admi ni st r at ion t hat t hr ough t o t he Civi l Ser vi ce Advi sor y Boar d (BAPEK). Ar t i cl e 38 of Regul at i on 53 of 2010 admini st r at ive ef f or t submi t t ed t o BAPEK, however t hese r egul at ions do not pr ovi de cl ar i t y. Based on t hi s r esear ch, t he set t l ement of di sput es r el at i ng t o t he di smi ssal of ci ci l ser vant by not r espect can r esol ved by empl oyment r egul at i ons, t he l egal basi s i s t he Admi ni st r at ive Cour t Act , Ar t i cl e 48 par agr aph 2 and Ar t i cl e 51 par agr aph 3.

Key wor ds: civi l ser vant s, di sput e of f i cer .

Abst rak

Upaya keberat an t erhadap PNS yang dij at uhi sanksi j enis hukuman berat t idak dengan hormat , merupakan permasalahan hukum yang serius. Penyelesaian kepegawaian merupakan sengket a TUN yang penyelesaianya memiliki karakt erist ik t ersendiri. Keberat an di bidang kepegawaian t idak dit angani secara langsung oleh suat u Peradilan Tat a Usaha Negara (PTUN), namun t erlebih dahulu harus diselesaikan melalui suat u proses yang mirip dengan suat u proses peradilan, yang dilakukan oleh suat u t im at au oleh seorang pej abat di lingkungan pemerint ahan. Proses t ersebut di dalam ilmu hukum disebut peradilan semu (quasi r echt spr aak) yang dikenal dengan banding administ rasi.

PNS yang akan mengaj ukan upaya ke PTUN at as sanksi yang dij at uhkan berdasar PP 53 Tahun 20010 t ent ang Disiplin PNS, maka mekanisme yang harus dilalui adalah Upaya administ rasi yait u melalui Badan Pert imbangan Kepegawaian (BAPEK). Menurut Pasal 38 PP 53 Tahun 2010 upaya administ rasi diserahkan ke BAPEK. Namun demikian, perat uran ini belum memberi kej elasan. Berdasar hasil penelit ian, penyelesaian sengket a kepegawaian berkait an dengan pemberhent ian PNS secara t idak hormat dapat diselesaikan dengan perat uran kepegawaian, dengan dasar UU PTUN Pasal 48 ayat 2 dan pasal Pasal 51 ayat (3) UU PTUN.

Kat a Kunci: pegawai negeri sipil, sengket a kepegawaian.

Pendahuluan

Sengket a kepegawaian sebagai akibat pe-langgaran t erhadap perat uran disiplin Pegawai Negeri Sipil diselesaikan melalui upaya banding administ rat if kepada Badan Pert imbangan Ke-pegawaian (Pasal 35 ayat (2) Undang-undang No 43 t ahun 1999 t ent ang Pokok-Pokok Kepega-waian) Banding administ rat if disini dapat diart

i-kan sebagai pengaj uan keberat an at as suat u hukuman disiplin yang diaj ukan melalui saluran hirarki.

(2)

yai-t u mengenai upaya adminisyai-t rayai-t if , keberayai-t an dan banding administ rat if . Upaya administ rat if adalah prosedur yang dapat dit empuh oleh pe-gawai negeri sipil (unt uk selanj ut nya penulis singkat PNS) yang t idak puas t erhadap hukuman disiplin yang dij at uhkan kepadanya berupa ke-berat an at au banding administ rat if (Pasal 6). Keberat an sendiri merupakan adalah upaya administ rat if yang dapat dit empuh oleh PNS yang t idak puas t erhadap hukuman disiplin yang dij at uhkan oleh pej abat yang berwenang meng-hukum kepada at asan pej abat yang berwenang menghukum (Pasal 7). Banding administ rat if adalah upaya administ rat if yang dapat dit em-puh oleh PNS yang t idak puas t erhadap hukum-an disiplin berupa pemberhent ihukum-an denghukum-an hor-mat t idak at as permint aan sendiri at au pem-berhent ian t idak dengan hormat sebagai PNS yang dij at uhkan oleh pej abat yang berwenang menghukum, kepada Badan Pert imbangan Ke-pegawaian (Pasal 8).

Upaya keberat an di bidang kepegawaian kurang populer, karena menurut dat a awal, banyak KTUN di bidang kepegawaian t ent ang penj at uhkan sanksi disiplin kepada PNS, namun KTUN t ersebut dit erima saj a oleh PNS, meski-pun dirasa kurang adil at au merugikan dirinya, biasanya akan dit erima, kecuali kalau sanksi hukuman t ersebut berupa j enis sanksi berat dengan kat agori diberhent ikan dari PNS.

Keberat an di bidang kepegawaian secara j elas dan t egas t elah diat ur dalam Perat uran Pemerint ah (selanj ut nya penulis singat PP) No 53 Tahun 2010 t ent ang Disiplin PNS. PP ini diharapkan dapat menyelesaikan sengket a ke-pegawaian. Namun demikian, t ernyat a banding administ rasi dalam perat uran pemerint ah t er-sebut belum diat ur, bahkan dapat menimbulkan mult it af sir dalam penye-lesaianya.

Berdasarkan PP 53 Tahun 2010 t ent ang Disiplin PNS, BAPEK merupakan lembaga banding di bidang kepegawaian j ika ada upaya keberat an t erhadap PNS yang dij at uhi sanksi j enis hukuman berat t idak dengan hormat . Tugasnya adalah memeriksa dan mengambil keput usan mengenai keberat an yang diaj ukan oleh PNS yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/ a ke bawah t erhadap suat u KTUN yang

menj adi obj ek sengket a kepegawaian melalui suat u upaya yang disebut banding adminis-t raadminis-t if . Banding adminisadminis-t rasi, meru-pakan awal t erj adinya permasalahan di bidang an. Banding administ rasi di bidang kepegawai-an bisa berakhir di Peradilkepegawai-an Tat a Usaha Nega-ra. (PTUN) karena kepegawaian merupakan sa-lah sat u mat eri yang pengat uran dan penyele-saianya t ermasuk sengket a PTUN.

Upaya keberat an yang menj adi sengke-t a PTUN merupakan sengkesengke-t a yang menangani ant ara Badan/ Pej abat TUN dengan orang/ subyek hukum perdat a akibat dikeluarkanya KTUN. Dat a awal menunj ukan upaya keberat an yang menj adi sengket a kepegawian merupakan sengket a yang t erbanyak ke dua di PTUN. Per-masalahan kepegawaian, merupakan permasa-lahan yang dit angani oleh PTUN, hal ini seba-gaimana diat ur dalam Pasal 33 UU No. 43 Tahun 1999 t ent ang kepegawaian. Dalam pasal t er-sebut diat ur bahwa sengket a kepegawaian me-rupakan sengket a TUN. Namun prosedur ban-ding administ rasi t idak diat ur secara j elas baik PP 53 Tahun 2010 maupun BAPEK. Berdasar la-t ar belakang la-t ersebula-t , maka penulis akan menganalisis mengenai upaya keberat an t er-hadap PNS yang dij at uhi sanksi j enis hukuman berat t idak dengan hormat .

Pembahasan Negara Hukum

Hukum adalah sebuah ent it as yang kom-pleks, meliput i kenyat aan kemasyarakat an yang maj emuk, mempunyai banyak aspek, dimensi dan f ase. Dalam negara hukum yang modern yang berorient asi kepada upaya unt uk memak-murkan dan menyej aht erakan warganya, admi-nist rasi negara diperkenankan unt uk melakukan int ervensi.1 Konsep negara hukum selalu men-j unmen-j ung t inggi keadilan dan perlindungan hak asasi manusia. Hukum diharapkan sebagai nor-ma yang harus dit aat i dan dihornor-mat i set iap

1

(3)

warga negara yang biasanya dit uangkan dalam t uj uan nasional. Hal ini sepert i yang diungkap-kan oleh Arist ot eles dalam bukunya Pol i t i ca bahwa negara merupa-kan suat u persekut uan yang mempunyai t uj uan t ert ent u, sehingga negara yang baik adalah yang diperint ah yang berkonst it usi dan berkedaulat an hukum. Negara hukum menurut F. J St ahl, seorang sarj ana bahwa ciri-ciri khas bagi suat u negara hukum adalah adanya pengakuan dan perlindungan at as hak-hak asasi manusia; peradilan yang bebas dari pengaruh sesuat u kekuasaan at au kekuat an lain dan t idak memihak; dan legalit as dalam art i hukum dalam segala bent uknya.

Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dengan demikian hukum dij adikan sebagai panglima dalam set iap menyelesaikan perma-salahan hukum. Hukum berlaku bagi set iap warga negara t anpa kecuali, t ermasuk penyelesaian di bidang hukum kepegawaian. Set iap t indakan harus sesuai dengan hukum, baik it u dilakukan oleh pemerint ah maupun warganegaranya.2 De-mikian pula t ermasuk kaj ian hubungan hukum ant ara pemerint ah dengan aparat urnya.

Cit a-cit a mewuj udkan good gover nance dan cl ean gover ment merupakan t unt ut an f un-dament al, baik bagi t at anan masyarakat global maupun masyarakat lokal.3 Prinsip-prinsip t en-t ang pemerinen-t ahan yang baik, seperen-t i demo-krasi, ket erbukaan, pert anggungj awaban, su-premasi hukum dan keadilan harus dij adikan acuan ut ama dalam menj alankan t ugas peme-rint ahan.4 Usaha unt uk meningkat kan peran pemerint ah yang baik dan bersih diperlukan pendekat an int erdisipliner. Beberapa hambat an sepert i kecenderungan et hos kerj a PNS yang

2

Hasnawat i, “ Pert aut an Kekuasaan Polit ik dan Ne-gara Hukum” , Jur nal Hukum Respubli ca, Vol. 3 No. 1, Tahun 2003, hlm. 102

3

Ardiansah, “ Konsepsi Hukum Islam dalam Mewu-j udkan Clean Governance dan Good Goverment ” , Jur nal Hukum Respubl i ca, Vol. 5 No. 1 Tahun 2005, hlm. 43; Asri M Saleh, “ Art i Pent ing Keha-diran Ombudsman bagi Masyarakat di Provinsi Riau” , Jur nal Hukum Respubli ka, Vol. 3 No. 2, Tahun 2004, hlm 228-230;

4

Endang Larasat i, “ Demokrasi dan Regulasi Pela-yanan Publik di Indonesia” , MMH, Jilid 37 No. 3, Sept ember 2008, hlm. 158

rendah, kedisiplinan dan loyalit as unt uk mem-perj uangkan kepent ingan publik di at as kepen-t ingan pribadi (keluarga, golongan dan kelom-pok) sert a wabah kult ural sepert i prakt ik ko-rupsi, kolusi dan nepot isme merupakan warisan budaya masa lalu.5

Hubungan Hukum administ rasi Negara dengan Hukum Kepegawaian

Kranenburg memberikan pengert ian pe-gawai negeri yait u pej abat yang dit unj uk, j adi pengert ian t ersebut t idak t ermasuk t erhadap mereka yang memangku j abat an mewakili sepert i anggot a perlemen, presiden dan se-bagainya. Logemann dengan menggunakan kri-t eria yang bersif akri-t makri-t eriil mencermakri-t i hubu-ngan ant ara negara dehubu-ngan pegawai negeri dengan memberikan pengert ian pegawai negeri sebagai t iap pej abat yang mempunyai hubung-an dinas denghubung-an negara.6

Pegawai Negeri Sipil merupakan bagian dari pegawai negeri yang merupakan aparat ur negara.7 Menurut UU No. 43 Tahun 1999 Pasal 2 ayat (2) Pegawai Negeri Sipil dibagi menj adi dua. Per t ama, Pegawai Negeri Sipil Pusat , yait u Pegawai Negeri Sipil yang gaj inya dibebankan pada Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara dan bekerj a pada Depart emen, Lembaga Peme-rint ah Non-Depart emen, Kesekret ariat an Lem-baga Negara, Inst ansi Vert ikal di Daerah Propin-si Kabupat en/ Kot a, Kepanit eraan Pengadilan, at au dipekerj akan unt uk menyelenggarakan t u-gas negara lainnya. Kedua, Pegawai Negeri Sipil Daerah, yait u Pegawai Negeri Sipil daerah Propinsi/ Kabu-pat en/ Kot a yang gaj inya dibe-bankan pada Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah dan bekerj a pada Pemerint ah daerah,

5

Jawahir Thant owi, “ Norma Hukum Pelayanan Publik” , Jurnal Hukum, Vol. 14 No. 3, April 2004, hlm. 434; Slamet Hariyant o, “ Implement asi Local Good Governance di Daerah” , Publi ci ana: Jurnal Il mu Sosi al, Vol 1 No. 1 Tahun 2008, hlm. 120-121

6

Sri Hart ini dkk, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesi a, Jakart a: Sinar Grafika, hlm. 15 7

(4)

at au di-pekerj akan di luar inst ansi induknya. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbant ukan di luar inst ansi induk, gaj inya dibebankan pada inst ansi yang menerima perbant uan.

Kedudukan Pegawai Negeri berdasarkan UU No. 43 Tahun 1999 Pasal 3 ayat (1) yait u Pegawai Negeri sebagai unsur aparat ur negara yang bert ugas unt uk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara prof esional, j uj ur, adil, dan merat a dalam penyelenggaraan t ugas negara, pemerint ahan, dan pembangunan. Ru-musan kedudukan pegawai negeri didasarkan pada pokok-pokok pikiran bahwa pemerint ah t idak hanya menj alankan f ungsi umum peme-rint ahan t et api j uga harus mampu melaksana-kan f ungsi pembangunan, at au dengan kat a lain pemerint ah bukan hanya menyelenggarakan t ert ib pemerint ahan t et api j uga harus mampu menggerakkan dan memperlancar pembangun-an unt uk kepent ingpembangun-an rakyat bpembangun-anyak.

Hukum Administ rasi Negara diarahkan pada perlindungan hukum bagi rakyat dalam bent uk pembinaan, pengayoman dan part isi-pasi. Dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, yait u Pegawai negeri. Berdasarkan ke-wenangan pegawai negeri yang diberikan oleh Negara maka t erdapat hubungan ant ara Hukum Administ rasi Negara dengan Hukum Kepegawai-an yKepegawai-ang disebut sebagai openbar e di enst be-t r ekki ng (hubungan dinas publik) t erhadap negara (pemerint ah).

Hubungan ant ara hukum kepegawaian dengan hukum administ rasi negara dapat di-j elaskan sebagai berikut . Per t ama, Obyek Hu-kum Administ rasi Negara adalah kekuasaan pemerint ah; kedua, penyelenggaraan pemerin-t ahan sebagian besar dilakukan oleh Pegawai Negeri; ket i ga, t ugas dan wewenang pegawai negeri berupa publ i c ser vi ce dit uangkan dalam Pasal 3 ayat (1) UU No. 43 t ahun 1999 yang me-ngat ur bahwa pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparat ur negara yang bert ugas unt uk memberikan pelayanan kepada masya-rakat secara prof essional, j uj ur adil dan merat a dalam penyelenggaraan t ugas negara, pemerin-t ahan dan pembangunan; keempat, hubungan ant ara Pegawai Negeri dengan negara adalah

hubungan dinas publik; Kelima, Sengket a kepe-gawaian merupakan sengket a Tat a Usaha Negara.

Unsur-Unsur Keput usan Tat a Usaha Negara Penyelenggaraan urusan pemerint ahan di-laksanakan oleh Badan dan Pej abat TUN dengan berbagai macam perbuat an f akt ual (mat er i al e handel i ngen) dan keput usan hukum administ ra-t if (admini st r at ive r echt handel i ngen) yang me-rupakan perbuat an hukum administ rat if (admi -ni st r at i ef r echt t el i j ke besl ui t en). Keput usan hukum administ rat if merupakan perbuat an hu-kum administ rat if yang dikeluarkan oleh Badan at au Pej abat TUN melahirkan hubungan-hubu-ngan hukum admi-nist rat if (admni st r at i ef r ech-t el i j ke ver houdi -ngen). Perbuat an hukum admi-nist rat if (admi ni st r at ief r echt t el i j ke besl ui -t en) merupa-kan pernyat aan kehendak Badan at au Pej abat yang mengeluarkan keput usan administ rasi karena perat uran dasar yang men-j adi sumber dari wewenang administ rat if meng-haruskan badan at au pej abat t ersebut unt uk menge-luarkan keput usan administ rat if . Salah sat u perbuat an hukum administ rat if dapat berupa beschi kki ng (penet apan t ert ulis)

Berdasarkan Pasal 1 but ir 9 UU No. 51 t ahun 2009, t ent ang Perubahan at as UU No. 5 t ahun 1986 bahwa Keput usan TUN adalah suat u penet apan t ert ulis yang dikeluarkan oleh Badan at au Pej abat TUN yang berisi t indakan hukum TUN yang berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku dan bersif at kongkrit , individual dan f inal yang menimbul-kan akibat hukum bagi seseorang at au badan hukum per-dat a. Beschi kki ng merupakan perbuat an hukum administ rat if , karena bent uknya suat u keput us-an t ert ulis dengus-an syarat t erdapat badus-an at au pej abat mana yang mengeluarkan; isi dari ke-put usan t ersebut j elas apa maksud dan t uj uan-nya; j elas alamat yang dit uj u; dapat menim-bulkan suat u akibat hukum. Berdasarkan hal t ersebut , maka ciri-ciri suat u beschi kki ng ( pe-net apan t ert ulis) adalah bersif at hukum publik, bersif at sepihak dan bersif at kongkrit , indi-vidual dan f inal.

(5)

Perat uran disiplin PNS sebagaimana di at ur dalam PP 30 Tahun 1980, sekarang t elah digant i dengan PP 53 Tahun 2010 t ent ang Di-siplin PNS, PP ini dimaksudkan unt uk lebih me-ningkat kan disiplin PNS dan penegakan disiplin PNS. Perat uran t ersebut dibuat unt uk mengat ur kewaj iban PNS yang harus dilakukan dan la-rangan PNS yang harus dihindari, j uga sanksi secara rinci dan lebih t egas. PP t ent ang disip-lin dikeluarkan dengan harapan unt uk mening-kat kan disiplin PNS dan mewuj udkan pemerin-t ahan yang bersih, oleh karena ipemerin-t u sepemerin-t iap pe-gawai negeri harus ment aat i semua Kewaj iban dan menj auhi semua yang dilarang oleh PP t ersebut . Kewaj iban yang PNS diat ur dalam Pasal 3 dan larangan PNS diat ur pada Pasal 4.

Sanksi administ rasi di bidang kepawaian yait u suat u sanksi disiplin PNS dengan t idak mengesampingkan ket ent uan dalam perat uran perundang-undangan pidana. Tingkat dan j enis hukuman disiplin di at ur dalam Pasal 7, sebagai berikut .

Per t ama, t ingkat hukuman disiplin t erdiri dari hukuman disiplin ringan; hukuman disiplin sedang; dan hukuman disiplin berat . Kedua, j enis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a t erdiri dari t eguran lisan; t eguran t ert ulis; dan pernyat aan t idak puas secara t ert ulis. Ket i ga, j enis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b t erdiri dari penundaan kenaikan gaj i berkala selama 1 (sat u) t ahun; penundaan kenaikan pangkat selama 1 (sat u) t ahun; dan penurunan pangkat set ingkat lebih rendah selama 1 (sat u) t ahun. Keempat, j enis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c t erdiri dari penurunan pangkat set ingkat lebih rendah selama 3 (t iga) t ahun; pemindahan dalam rangka penurunan j abat an set ingkat lebih rendah; pembebasan dari j abat an; pemberhent ian dengan hormat t idak at as permint aan sendiri sebagai PNS; dan pemberhent ian t idak dengan hormat sebagai PNS.

Jenis hukuman disiplin t ersebut , menun-j ukan adanya t ingkat hukuman t erhadap pe-langgaran disiplin. Hal ini sesuai sif at sanksi

HAN yait u repar at oir (sanksi yang t uj uanya ada-lah mendidik, membina dan membimbing).

Hak unt uk membela kepent ingan hukum merupakan salah sat u bent uk hak asasi yang dimiliki oleh seseorang/ sekelompok orang. Hak unt uk membela kepent ingan hukum, khususnya dalam hubungannya dengan Keput usan TUN t e-lah diat ur pada Pasal 53 ayat (1) UU No 51 Tahu 2009, bahwa orang at au badan hukum perdat a yang merasa kepent ingannya dirugikan oleh suat u Keput usan TUN berhak unt uk mengaj ukan gugat an t ert ulis kepada pengadilan yang ber-wenang yang berisi t unt ut an agar Keput usan TUN yang disengket a-kan it u dinyat akan bat al at au t idak sah, dengan at au t anpa disert ai t unt ut an gant i rugi dan/ at au direhabilit asi. PNS yang merasa dij at uhi sanksi t idak sesuai dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan, berhak mengaj ukan upaya hukum ke badan lain yang t ersedia.

Mekanisme Upaya Keberat an

Penyelesaian sengket a kepegawaian, se-belum diaj ukan ke PTUN, t erlebih dahulu diaj u-kan banding administ rasi (Pasal 7 ayat (4) huruf c dan d). Banding administ rasi di bidang kepe-gawaian dit uj ukan kepada Badan Pert imbang-an Kepegawaiimbang-an (BAPEK). PNS yimbang-ang dapat me-ngaj ukan adalah PNS yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/ a ke bawah yang dij at uhi hu-kuman disiplin berupa pemberhent ian dengan hormat t idak at as permint aan sendiri sebagai PNS at au Pemberhent ian t idak dengan hormat sebagai PNS.

PNS yang dij at uhi hukuman disiplin oleh pimpinan at au pej abat pembina kepegawaian baik di t ingkat pusat maupun daerah berupa pemberhent ian, dapat mengaj ukan keberat an ke BAPEK, sesuai dengan prosedur yang dit e-t apkan. Pengaj uan keberae-t an ie-t u diaj ukan ke-pada pej abat yang berwenang menghukum, ha-rus disert ai alasan, t anggapan dan dat a-dat a lain yang diperlukan sert a dalam t enggang wakt u yang dit ent ukan yait u 14 hari t erhit ung mulai t anggal menerima SK hukuman disiplin

(6)

-an at aupun oleh pej abat y-ang berwen-ang menghukum. Ket ent uan yang diat ur baik dalam Perat uran disiplin maupun BAPEK. Hal yang per-lu dicermat i disini, bahwa pada saat PNS diberi hukuman disiplin t ent ang pemberhent ian, maka proses penyelesaian sengket a dianggap selesai set elah diselesaikan melalui BAPEK. Hal ini t ent u saj a bert ent angan dengan asas kepast ian hukum, karena t ersirat t idak ada upaya pem-belaan diri dari PNS yang bersangkut an.

Undang-undang Kepegawaian maupun PP t ent ang disiplin PNS, belum mengat ur secara t unt as t ent ang penyelesaian sengket a kepega-waian melalui upaya keberat an pada t ahap banding administ rasi, sehingga set iap permasa-lahan belum dapat diselesaikan dengan t unt as. Upaya keberat an melalui banding administ rasi dapat mengadopsi ket ent uan pada UU No 5 Tahun 1986 j o UU No 9 Tahun 2004 j o UU No 51 Tahun 2009 t ent ang PTUN sebagai berikut .

Per t ama, Pasal 48 ayat (1) Undang-Un-dang Nomor 5 Tahun 1986 t ent ang Peradilan Tat a Usaha Negara mengat ur bahwa dalam hal suat u badan hukum at au pej abat t at a usaha negara diberi wewenang at au berdasarkan per-at uran perundang-undangan unt uk menyelesai-kan sengket a t at a usaha negara t ert ent u, maka sengket a t at a usaha negara t ersebut harus di-selesaikan melalui upaya administ rat if yang t ersedia, sedangkan ayat (2) mengat ur bahwa Pengadilan baru berwenang memeriksa, memu-t us dan menyelesaikan sengkememu-t a memu-t amemu-t a usaha ne-gara t ersebut . Kedua, Pasal 51 yang mengat ur bahwa Pengadilan Tinggi Tat a Usaha Ngara bert ugas dan berwenang memeriksa, memut us, dan menyelesaikan di t ingkat pert a-ma seng-ket a Tat a Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48.

Keberat an t erhadap hukuman disiplin pe-ngaj uan keberat an it u t erbat as sampai pada at asan pej abat yang berwenang. Hal ini logis, karena t idak merubah st at us kepegawaian. Namun berbeda dengan sanksi kepegawaian di-berhent ikan baik dengan hormat maupun t idak dengan hormat , karena membawa dampak di bidang kepegawaian.

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1991 memberikan pet unj uk kepada

ba-dan Peradilan Tat a Usaha Negara dalam menye-lesaikan sengket a t at a usaha negara yang t er-dapat upaya administ rat if , yait u bahwa apabila dalam perat uran perundang-undangan yang menj adi dasar dikeluarkannya keput usan t at a usaha negara yang meng-akibat kan t erj adinya sengket a Tat a usaha Negara, maka upaya ad-minist rat if yang t ersedia adalah keberat an dan penyelesaian selanj ut nya adalah dengan meng-aj ukan gugat an ke PTUN.

Apabila perat uran perundang-undangan yang menj adi dasar dikeluarkannya KTUN yang mengakibat kan t erj adinya sengket a t at a usaha Negara, upaya administ rat if yang t ersedia ada-lah Banding Administ rat if saj a at au Keberat an dan Banding Administ rat if , maka penyelesaian selanj ut nya adalah dengan mengaj ukan gugat an ke Pangadilan Tinggi Tat a Usaha Negara (PT-TUN). Ada beberapa perbedaan ant ara penyele-saian melalui upaya administ rat if dengan melalui Peradilan Tat a Usaha Negara.8

Per t ama, dalam penyelesaian sengket a melalui upaya administ rat if , pemeriksaan yang dilakukan sif at nya menyeluruh, baik dari segi hukum (r echt mat i ghei d) maupun dari segi ke-bij aksanaannya (doel mat i ghei d). Sedangkan pe-meriksaan yang dilakukan oleh Peradilan Tat a Usaha Negara sif at nya t idak menyeluruh, t et api hanya t erbat as dari segi hukumnya (r echt ma-t i ghei d). Kedua, badan at au pej abat at au ins-t ansi yang memeriksa upaya adminisins-t rains-t if dapains-t menggant i, mengubah at au meniadakan at au dapat memerint ahkan unt uk menggant i at au merubah at au meniadakan keput usan yang menj adi obyek sengket a, sedangkan Peradilan Tat a Usaha Negara t idak dapat menggant i, me-ngubah at au meniadakan at au dapat memerin-t ahkan unmemerin-t uk mengganmemerin-t i amemerin-t au merubah amemerin-t au meniadakan keput usan yang menj adi obyek sengket a. Namun hanya dapat menj at uhkan pu-t usan bahwa Kepupu-t usan Tapu-t a Usaha Negara yang menj adi obyek sengket a t ersebut “ t idak sah” at au “ bat al” (Kursif Penulis). Ket i ga, pada wakt u Badan at au Pej abat at au Inst ansi yang memeriksa upaya administ rat if menj at uhkan

8

(7)

put usan t erhadap sengket a t ersebut dapat memperhat ikan perubahan yang t erj adi sesu-dah dikeluarkannya Keput usan Tat a Usaha Negara yang mengakibat kan t erj adinya sengke-t a sengke-t ersebusengke-t . Penyelesaian oleh Peradilan Tasengke-t a Usaha Negara hanya memperhat ikan keadaan yang t erj adi pada wakt u dikeluarkannya Kepu-t usan TaKepu-t a Usaha Negara yang menj adi obyek sengket a t ersebut . Pada saat akan mengaj ukan gugat an sengket a kepegawaian ke Peradilan Tat a Usaha Negara (baik PTUN maupun PTTUN) ada hal-hal yang perlu diperhat ikan: Tenggang wakt u mengaj ukan gugat an. Di dalam sengket a t at a usaha negara t enggang wakt u mengaj ukan gugat an dit ent ukan secara limit at if . Adapun t enggang wakt u yang dimaksud adalah 90 hari sej ak dit erimanya at au diumumkannya Keput us-an Tat a Usaha Negara yus-ang menj adi obyek sengket a. Dengan demikian, diambil kesimpul-an bahwa t enggkesimpul-ang wakt u gugat kesimpul-an ykesimpul-ang di-sediakan apabila t idak puas t erhadap keput usan upaya administ rat if , maka dihit ung sej ak saat dit erimanya keput usan dari Pej abat at au Ins-t ansi yang mengeluarkan kepuIns-t usan (j ika upaya administ rat if yang t ersedia hanya Keberat an), at au sej ak saat dit erima keput usan dari Pe-j abat at asan at au inst ansi at asan at au inst ansi lain yang berwenang (j ika upaya administ rat if hanya berupa banding administ rat if saj a at au berupa Keberat an dan Banding Administ rat if ). Gugat an harus dit uj u-kan kepada pengadilan yang berwenang.

Pengaj uan gugat an harus dilakukan se-cara t ert ulis dan dit uj ukan kepada pengadi-lan yang berwenang. Gugat an diaj ukan kepada pengadilan t empat kedudukan t ergugat (Pasal 54 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986). Apabila t ergugat lebih dari sat u dan berkedudukan t i-dak dalam sat u daerah hukum, maka gugat an diaj ukan kepada pengadilan t empat salah sat u t ergugat . Dalam hal t ergugat t idak berada dalam daerah hukum pengadilan t empat ke-diaman penggugat , maka gugat an dapat diaj u-kan kepada pengadilan t empat kediaman peng-gugat unt uk selanj ut nya dit eruskan kepada pengadilan yang bersangkut an. Tunt ut an t er-hadap surat keput usan t at a usaha negara yang menimbulkan t erj adinya sengket a kepegawaian

dapat berupa permohonan kepada pengadilan unt uk menyat akan Keput usan t ersebut t idak sah at au bat al dan dapat disert ai dengan t un-t uun-t an ganun-t i kerugian dan/ aun-t au rehabiliun-t asi. Apabila Put usan PTTUN masih t idak memberi-kan kepuasan kepada PNS yang bersangkut an, maka dalam j angka wakt u paling lambat empat belas hari dapat mengaj ukan kasasi kepada Mahkamah Agung.

Proses t ersebut di dalam ilmu hukum di-sebut peradilan semu (quasi r echt spr aak). Di-kat akan sebagai peradilan, karena memenuhi unsur-unsur layaknya suat u badan peradilan yait u adanya perat uran, adanya pihak-pihak yang bersengket a, adanya pej abat yang berwe-nang menyelesaikan sengket a dan adanya sank-si. Namun dikat akan semu (quasi ) karena pro-ses peradilan t ersebut dilaksanakan di dalam int ernal lingkungan pemerint ahan t et api t at a caranya sama dengan suat u badan peradilan, kegiat an peradilan dilakukan oleh suat u badan at au komisi at au dewan at au panit ia, dan bu-kan dilaksanabu-kan oleh lembaga peradilan indef enden di luar lingkungan peme-rint ahan.

Berdasarkan penj abaran di at as, dapat diket ahui bahwa upaya keberat an melalui banding administ rasi, dilakukan melalui Badan Pert imbangan Kepegawaian (BAPEK). Hal t er-sebut dapat digambarkan pada bagan berikut ini :

Sengket a Kepegawaian Golongan IVA Ke Bawah Berdasarkan PP 53 t ahun 2010

PTTUN/ Peradilan tk I

Tidak ada

KTUN Sengketa Kepegaw aian (pemberhentian)

14 hari 30 hari

Badan Pertimbangan Kepegaw aian (BAPEK)

(8)

Ket erangan Bagan

Pej abat yang berwenang mengeluarkan KTUN (beschi kki ng) t ent ang hukuman disiplin berat kepada Pegawai Negeri Sipil Gol Ruang IV a ke bawah. Pegawai Negeri Sipil yang dij at uhi hu-kuman disiplin, berat paling lama 14 hari sej ak KTUN t ersebut dit erima diberikan kesempat an unt uk mengaj ukan keberat an secara t ert ulis ke-pada BAPEK dengan disert ai alasan keberat an. BAPEK sebagai Peradilan t ingkat I dan sebagai lembaga banding ad-minist rasi Pej abat yang berwenang memut uskan at as keberat an yang diaj ukan, apabila BAPEK dalam wakt u 90 hari t idak ada keput usan dari BAPEK, maka dapat mengaj ukan Ke PTTUN.

Penut up Simpulan

Upaya keberat an t erhadap PNS yang di-j at uhi sanksi di-j enis hukuman berat t idak dengan hormat berdasarkan PP 53 Tahun 2010 t ent ang Disiplin PNS merupakan bagian dari sengket a TUN. Namun penyelesaianya memiliki karak-t eriskarak-t ik karak-t ersendiri yang membedakan dengan sengket a TUN pada umumnya. Sengket a-seng-ket a di bidang kepegawaian t idak dit angani secara langsung oleh suat u Peradilan Tat a Usa-ha Negara (PTUN), namun t erlebih dahulu Usa-harus diselesaikan melalui suat u proses yang mirip dengan suat u proses peradilan, yang dilakukan oleh suat u t im at au oleh seorang pej abat di lingkungan pemerint ahan yait u BAPEK. Proses t ersebut di dalam ilmu hukum disebut per-adilan semu (quasi r echt spr aak) yang dikenal dengan banding administ rasi.

Prosedur keberat an melalui banding ad-minist rasi dalam PP 53 Tahun 2010, belum memberi kej elasan. Penyelesaian upaya kebe-rat an berkait an dengan pemberhent ian PNS t idak dengan hormat berdasarkan PP 53 Tahun 2010 t ent ang Disiplin PNS, diselesaikan melalui UU PTUN Pasal 48 ayat 2 UU PTUN, keberat an t elah diat ur yait u selama ada lembaga ban-ding maka sengket a t at a usaha negara baru bisa dit empuh j ika t elah melalui upaya ban-ding yang t ersedia. dan pasal Pasal 51 ayat (3) Pe-ngadilan Tinggi Tat a Usaha Negara bert ugas dan berwenang memeriksa, memut us, dan menyele-saikan di t ingkat pert ama sengket a Tat a Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal

48. UU No 9 Tahun 2004 Tent ang Perubahan at as UU No 5 Tahun 1986 Tent ang PTUN.

Saran

Sanksi PNS t ent ang pemberhent ian, mem-bawa akibat yang serius karena hilangnya st at us PNS, unt uk memberi kesempat an pembelaan, seyogyanya secara t ersirat diberi-kan prosedur pengaj uan pembelaan dalam perat uran. Selain it u, PP t ent ang disiplin PNS merupakan PP t en-t ang disiplin, maka seyog-yanya disosialisasikan baik isi maupun cara mengaj ukan keberat an dan banding secara t unt as kepada PNS.

Daft ar Pust aka

Yahya. “ Perancangan Undang-undang Sebagai Suat u Sint esis Polit ik dan Hukum” , Ij t i -had, Jur nal Wacana Hukum Isl am dan Kemanusi aan, Vol. 8 No. 1 Juni 2008;

Rosadi, Ot ong. “ Memaj ukan Kesej aht eraan Um-um: Amanah Konst it usional” . Jur nal Hu-kum Respubl i ca, Vol 5 No 2, Tahun 2006; Hasnawat i. “ Pert aut an Kekuasaan Polit ik dan Negara Hukum” . Jur nal Hukum Respu-bl i ca, Vol. 3 No. 1, Tahun 2003;

Ardiansah. “ Konsepsi Hukum Islam dalam Me-wuj udkan Clean Governance dan Good Goverment ” . Jur nal Hukum Respubl i ca, Vol. 5 No. 1 Tahun 2005;

Saleh, Asri M. “ Art i Pent ing Kehadiran Ombuds-man bagi Masyarakat di Provinsi Riau” . Jur nal Hukum Respubl i ka, Vol. 3 No. 2, Tahun 2004;

Larasat i, Endang. “ Demokrasi dan Regulasi Pe-layanan Publik di Indonesia” . MMH, Jilid 37 No. 3, Sept ember 2008;

Thant owi, Jawahir. “ Norma Hukum Pelayanan Publik” . Jur nal Hukum, Vol. 14 No. 3, April 2004;

Hariyant o, Slamet . “ Implement asi Local Good Gover nance di Daerah” . Publ i ci ana: Jur -nal Il mu Sosi al, Vol 1 No. 1 Tahun 2008; Hart ini dkk, Sri. 2008. Hukum Kepegawai an di

Indonesi a. Jakart a: Sinar Graf ika; Ridwan. “ Memunculkan Karakt er Hukum

Pro-gresif dari Asas-asas Umum Pemerint ah-an yah-ang Baik: Solusi Pencariah-an dah-an Pene-muan Keadilan Subst ant if ” . Jur nal Hu-kum Pr o Just i t i a, Vol 26 No 2 April 2008; R, Wiyono. 2005. Hukum Per adi l an Tat a Usaha

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

 Entry is late when the firm enters the market after firms have already established.. themselves in

1) Pertama, pergi ke Lobi UPT Lab Pusat UNS. Silahkan ambil form bebas lab yang ada di rak pamflet di depan ruang kaca. 2) Anda akan melihat ada 3 buah tanda tangan Lab yang

Terjemahan dengan padanan ideal menggambarkan adanya kesejajaran bentuk dan makna antara teks sumber dan teks target yang pembahasannya sebagai berikut. 141, padanan

dicapai ialah pengetahuan tentang keefektivan tindakan digunakan dalam penelitian. Tujuan penelitian diruskan berkaitan dengan fokus masalah penelitian yang

Rhizomucor miehei also showed the potentiality to produce linoleic acid, linolenic acid, eicosapentaenoic acid and docosahexaenoic acid with cane molasses, wheat bran and pollard

Figure 1 show percentage of students who possess sufficient self-confidence (score of 6 and above) to success as an entrepreneur, financing aspect, managerial skill aspect,

[r]

Gambar 3.17 Class Diagram Sistem E-Ticketing Pemesanan Pertandingan Bola Persijap Jepara berbasis Web