• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERUBAHAN ANGGARAN DANA BAGI HASIL, DAN PERUBAHAN ANGGARAN SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN TERHADAP PERUBAHAN ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG (Studi Pada Pemerintah KabupatenKota Di Aceh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERUBAHAN ANGGARAN DANA BAGI HASIL, DAN PERUBAHAN ANGGARAN SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN TERHADAP PERUBAHAN ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG (Studi Pada Pemerintah KabupatenKota Di Aceh)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 68

PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH,

PERUBAHAN ANGGARAN DANA BAGI HASIL, DAN PERUBAHAN ANGGARAN

SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN TERHADAP PERUBAHAN

ANGGARAN

BELANJA TIDAK LANGSUNG

(Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Aceh)

1)Nelliyanti, 2)Dr. Darwanis, SE,. M.Si, Ak, CA, 3) Dr. Syukriy Abdullah, SE,. M.Si, Ak 1) Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Staff Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perubahan anggaran Pendapatan Asli Daerah, perubahan anggaran Dana Bagi Hasil, dan perubahan anggaran SiLPA secara bersama-sama terhadap perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh dan menguji pengaruh perubahan anggaran Pendapatan Asli Daerah, perubahan anggaran Dana Bagi Hasil, dan perubahan anggaran SiLPA secara sendiri-sendiri terhadap perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh. Objek penelitian ini adalah data anggaran murni dan data anggaran perubahan periode 2011-2013 dari 23 kabupaten/kota di Aceh. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu dokumen-dokumen yang diperoleh dari Dinas Kekayaan Aceh (DKA). Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik dokumentasi. Metode analisis yang digunakan yaitu Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan anggaran Pendapatan Asli Daerah, perubahan anggaran Dana Bagi Hasil, dan perubahan anggaran SiLPA berpengaruh secara bersama-sama terhadap perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, Perubahan anggaran Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran SiLPA berpengaruh negatif terhadap perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, Belanja Tidak Langsung.

PENDAHULUAN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD yang ditetapkan dengan peraturan daerah (Darise, 2006:143). Halim dan Abdullah (2006) menyatakan bahwa APBD merupakan dokumen penting dalam pengelolaan keuangan daerah di Indonesia yang harus ditetapkan dengan peraturan daerah sebelum tahun pelaksanaanya dimulai. Oleh karena penyusunan rencana kerja yang akan dibiayai

dari APBD dilakukan setahun sebelum pelaksanaannya, maka pada saat pelaksanaan anggaran dapat dilakukan penyesuaian atau perubahan anggaran sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah.

(2)

69 - Volume 5, No. 2, Mei 2016

keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan dalam tahun anggaran berjalan (Darise, 2006:172-173). Lebih lanjut, Permendagri nomor 13 tahun 2006 pasal 154 angka 1 menyatakan bahwa perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi (1) Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD,(2) Keadaan yang menyebabkan harus dilakukannya pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja, (3) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih dari tahun sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan dan (4) Keadaan darurat dan (5) Keadaan luar biasa.

Abdullah dan Rona (2015) menyatakan bahwa salah satu fenomena yang biasa dalam penganggaran di pemerintahan adalah perubahan dan revisi terhadap anggaran yang sedang dilakukan pada tahun berjalan. Bland dan Rubin (1997:58); Dougherty, et al. (2003) dan Forrester dan Mullins (1992) dalam Abdullah dan Rona (2015), menyatakan perubahan anggaran dilakukan untuk menyesuaikan antara target dan alokasi dengan perkembangan terkini di lapangan, misalnya karena terjadi perubahan asumsi yang mempengaruhi estimasi penerimaan dan pengeluaran, sehingga dengan adanya penyesuaian makatarget yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai seperti yang diharapkan.

Perubahan atas setiap komponen APBD memiliki latar belakang dan alasan berbeda,

baik untuk perubahan anggaran penerimaan maupun perubahan anggaran pengeluaran (Abdullah dan Nazry, 2014). Dalam struktur APBD di Indonesia, komponen anggaran terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan, dimana ketiga-ketiganya dapat mengalami penyesuaian selama tahun berjalan. Logika penyusunan anggaran diIndonesia menggunakan tax-spending hypothesia, yang mengasumsikan bahwa besaran target penerimaan yang terdiri dari pendapatan dan penerimaan pembiayaan, akan menentukan perkiraan pengeluaran yang meliputi dari belanja dan pengeluaran pembiayaan. Hal tersebut memberi pengertian bahwa perubahan anggaran pendapatan dan penerimaan pembiayaan akan menyebabkan perubahan dalam anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan (Abdullah dan Rona, 2015).

Perubahan anggaran belanja dapat menjadi gambaran dari perubahan target pelayanan publik dan orientasi pembangunan daerah, setidaknya untuk jangka pendek. Sebagaimana menurut Sharkansky (1967), dalam Abdullah dan Rona, (2015). Anggaran belanja merupakan indikator kualitas pelayanan publik yang dapat diberikan dan prioritas pembagunan yang ditetatpkan oleh pemerintah dan Anggaran juga dapat dipandang sebagai posisi tawar (bargaining position) dari para pembuat keputusan anggaran yang ada di pemerintahan (Rubin, 1996:4).

(3)

Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 70 karena adanya pergeseran antar-kelompok atau

antar-jenis anggaran (virement). Pergeseran anggaran dapat terjadi dalam satu SKPD, meskipun total alokasi untuk SKPD yang bersangkutan tidak berubah, dan antar-SKPD, namun tidak mengubah anggaran belanja pemerintah daerah secara keseluruhan. (2) Perubahan belanja karena adanya perubahan dalam penerimaan, khususnya pendapatan, sebagai akibat dari adanya perubahan kebijakan oleh pemerintahan yang lebih tinggi. (3) Perubahan anggaran belanja karena kondisi yang tidak terprediksi sebelumnya.

Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh perubahan anggaran Pendapatan Asli Daerah, perubahan Dana Bagi Hasil, dan perubahan anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Perubahan anggaran pendapatan asli daerah, perubahan anggaran dana bagi hasil, dan perubahan anggaran SiLPA secara bersama-sama terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran pendapatan asli daerah terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran dana bagi hasil terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh dan perubahan anggaran SiLPA terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Perubahan Anggaran Belanja Tidak

Langsung

UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 16 menyatakan belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Menurut Abdullah dan Halim (2004) belanja daerah merupakan semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang yang menjadi beban daerah. Pengeluaran ini dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan wewenang dan tangungjawabnya kepada masyarakat dan pemerintah diatasnya (Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat). Belanja daerah meliputi semua pengeluaran yang mengurangi ekuitas dana lancar yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

(4)

71 - Volume 5, No. 2, Mei 2016

benar-benar mendesak. Untuk memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja pada setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) diklarifikasikan berdasarkan kelompok belanja yaitu: (a) Belanja Langsung dan (b) Belanja tidak langsung (Darise, 2009:133).

Menurut Darise (2009:133) belanja tidak langsung adalah belanja yang penganggarannya tidak dipenuhi secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan dan dianggarkan setiapu tahun anggaran sebagai konsekuensi dari kewajiban pemerintah daerah secara periodik kepada pegawai yang bersifat tetap (pembayaran gaji dan tunjangan) dan kewajiban untuk pengeluaran belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 36 Angka 2 mendefinisikan belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Perubahan Anggaran Pendapatan Asli

Daerah

Berdasarkan ketentuan umum UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah menyatakan bahwa Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proposional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan

potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Dana perimbangan ini terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus dan jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBD.

Abdullah (2013b) mengungkapkan ada beberapa kondisi yang menyebabkan sebab perubahan atas anggaran pendapatan terjadi, yaitu karena (1) target pendapatan dianggarkan terlalu rendah dalam anggaran daerah atau APBD (Underestimated).(2) Alasan penentuan target PAD oleh SKPD dapatdipahami sebagai praktik moral hazard yang dilakukan agency yang dalam konteks pendapatan adalah budget minimazer. (3) Jika dalam APBD “murni” target PAD underestimated, maka dapat

“dinaikkan” dalam APBD perubahan untuk

kemudian digunakan sebagai dasar mengalokasikan pengeluaran yang baru untuk belanja kegiatan dalam APBD-P.

PAD dapat berpengaruh terhadap alokasi belanja pada tahun yang sama. Hal ini disebabkan karena tidak adanya ketentuan yang bersifat earmark tentang pengalokasian belanja yang bersumber dari PAD. Pemanfaatan PAD untuk di alokasikan menjadi anggaran belanja berbeda dengan DAK, Dimana DAK bersifat earmark danmerupakan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk melaksanakan program khusus prioritas nasional yang menjadi urusan daerah (Abdullah, 2013b).

(5)

Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 72 Berdasarkan ketentuan umum

UUNomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah menyatakan bahwa Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proposional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Dana perimbangan ini terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus dan jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBD.

Perubahan Anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 1 Angka 55 menyatakan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran dan menurut Abdullah (2013c) Sisa anggaran adalah dana milik pemda yang belum terpakai selama satu tahun anggaran atau masih tersisa pada akhir tahun anggaran. Dalam konsep anggaran berbasis kas, sisa anggaran sama dengan jumlah uang atau kas Pemda yang belum terpakai. Ada dua bentuk sisa anggaran, yakni SiLPA dan SILPA. SiLPA adalah adanya sisa anggaran tahun lalu yang ada dalam APBD tahun anggaran berjalan/berkenaan, sedangkan SiLPA merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari sisa kas tahun anggaran sebelumnya.

Abdullah (2013c) berpendapat bentuk penggunaan SiLPA ada dua, yakni: (1) untuk melanjutkan kegiatan yang belum selesai dikerjakan pada tahun sebelumnya (luncuran) dan (2) membiayai kegiatan baru yang tidak teranggarkan dalam APBD murni. Kegiatan lanjutan atau luncuran dari tahun sebelumnya dilaksanakan pada awal tahun berjalan dengan menggunakan sisa anggaran yang belum habis dengan terlebih dahulu menetapkan DPA-L (Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Lanjutan) pada akhir tahun sebelumnya. Sedangkan Kegiatan Baru. Dalam perubahan APBD, penambahan kegiatan baru dimungkinkan sepanjang dapat diselesaikan sampai pada akhir tahun anggaran, kecuali dalam keadaan mendesak atau darurat (dengan persyaratan tertentu).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam jenis pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang menguji variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan unit analisis penelitian adalah data anggaran murni dan data anggaran perubahan periode 2011-2013 pada 23 kabupaten/kota di Aceh.

(6)

73 - Volume 5, No. 2, Mei 2016

Operasionalisasi Variabel

Perubahan Anggaran Belanja Tidak

Langsung (Y)

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Perubahan anggaran belanja tidak langsung merupakan penyesuaian belanja tidak langsung yang dilakukan pada tahun berjalan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota. Pengukuran untuk variabel perubahan anggaran belanja tidak langsung menggunakan angka selisih antara anggaran belanja tidak langsungsetelah perubahan APBK dengan anggaran belanja tidak langsung dalam APBK murni. Skala yang digunakan yaitu skala rasio.

Perubahan Anggaran Pendapatan Asli

Daerah (X1)

Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan anggaran pendapatan asli daerah adalah penyesuaian atas target yang telah ditetapkan sebelumnya dan diukur dengan angka selisih antara target pendapatan asli daerahsetelah perubahan APBK dengan target pendapatan asli daerah dalam APBK murni. Skala yang digunakan adalah rasio.

Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil (X2)

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kedaerah berdasarkan angka

persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Perubahan anggaran dana bagi hasil adalah penyesuaian yang dilakukan oleh pemerintah daerah karena adanya koreksi dari Kementerian Keuangan tentang Dana Bagi Hasil yang menjadi bagian daerah. Perubahan anggaran dana bagi hasil diukur dengan angka selisih antara dana bagi hasil setelah perubahan APBK dengan anggaran dana bagi hasil dalam APBK murni. Skala yang digunakan adalah skala rasio.

Perubahan Anggaran Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran (X3)

SiLPA adalah selisih lebih penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. Perubahan SiLPA terjadi karena adanya koreksi atas target SiLPA dalam APBK murni karena angka pasti SiLPA tersebut telah ditetapkan oleh BPK berdasarkan hasil audit dan disampaikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK. Pengukuran perubahan anggaran SiLPA dilakukan dengan menghitung selisih antara SiLPA dalam perubahan APBK dengan anggaran SiLPA dalam APBK murni. Skala yang digunakan adalah rasio.

Metode Analisis

(7)

Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 74 variabel independen (perubahan anggaran PAD,

perubahan anggaran DBH, dan perubahan anggaran SiLPA) terhadap variabel dependen (perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung) dilakukan dengan dua cara yaitu: uji secara bersama-sama dan uji secara terpisah.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Observasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah 23 pemerintah kabupaten/kota di Aceh periode tahun 2011-2013.Unit analisis penelitian inia dalah data APBK murni dan data APBK-P untuk pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, SiLPA, dan belanja tidak langsung dengan mengamati selama 3 (tiga) tahun periode, sehingga diperoleh jumlah populasi sebanyak 69 pengamatan.

Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linear berganda dari pengaruh perubahan anggaran PAD, perubahan anggaran DBH, dan perubahan anggaran SiLPA terhadap perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung dapat dilihat pada tabel berikut.

Yit = ⍺ + ß1X1it + ß2X2it + ß3X3it + ɛit

Y = 8507086330 + 1,340X1it +

0,421X2it–0,095X3it + e

R = 0,404 R2 = 0,163

Melalui hasil program SPSS, maka diperoleh persamaan regresi linear berganda

sebagai berikut:

BTL = 8507086330 + 1,340PAD +

0,421DBH – 0,095SiLPA

Hasil Pengujian Hipotesis untuk Pengaruh

Perubahan Anggaran Pendapatan Asli

Daerah, Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil, dan Perubahan Anggaran SiLPA Secara Bersama-sama terhadap Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perubahan anggaran PAD, perubahan anggaran DBH, dan perubahan anggaran SiLPA secara bersama-sama terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung karena masing-masing koefisien regresi dari ketiga variabel lebih besar dari 0 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,163.

Artinya bahwa variabel perubahan anggaran PAD, perubahan anggaran DBH, dan perubahan anggaran SiLPA mampu menjelaskan variasi dari variabel perubahan anggaran belanja tidak langsung sebesar 16,3%. Sisanya sebesar 83,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam variabel penelitian ini.

Hasil Pengujian Hipotesis untuk Pengaruh

Secara Parsial Perubahan Anggaran

Pendapatan Asli Daerah, Perubahan

Anggaran Dana Bagi Hasil, dan Perubahan

Anggaran SiLPA terhadap Perubahan

Anggaran Belanja Tidak Langsung.

(8)

75 - Volume 5, No. 2, Mei 2016

menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β1 =

1,340, β2= 0,421, dan β3 = -0,095.

Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua, ketiga, dan keempat (H2, H3, H4) yang

telah dirumuskan, yaitu perubahan anggaran PAD berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran DBH berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, dan perubahan anggaran SiLPA berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.

PEMBAHASAN.

Pengaruh Perubahan Anggaran

Pendapatan Asli Daerah, Perubahan

Anggaran Dana Bagi Hasil, dan Perubahan

Anggaran SiLPA terhadap Perubahan

Anggaran Belanja Tidak Langsung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan anggaran PAD, perubahan anggaran DBH, dan perubahan anggaran SiLPA secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung.

Abdullah (2013b) menyatakan bahwa ada beberapa alasan yang menjadi faktor penyebab perubahan APBD, yaitu karena faktor ekonomi, politik, dan sosial, faktor finansial dan kebutuhan fiskal. Secara konseptual, perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap belanja atas pengeluaran. Perubahan APBD menjadi sarana bagi legislatif dan eksekutif untuk merubah alokasi anggaran secara legal,

sehingga misalokasi anggaran belanja pemerintah dapat terjadi akibat prilaku oportunistik legislatif dan eksekutif saat perubahan APBD. Lebih lanjut, Abdullah (2013b) juga menyatakan kecendrungan PAD yang selalu bertambah saat anggaran, membuka peluang bagi legislatif untuk

“merekomendasikan” penambahan anggaran

bagi program dan kegiatan yang menjadi preferensinya.

Selain penerimaan PAD, DBH juga merupakan bagian dari pemerintah daerah yang ditujukan untuk sumber pembelajaran daerah. Salah satu tujuan pemberian DBH tersebut adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dengan daerah dan antar daerah, serta meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah, sehingga diharapkan akan terjadinya pembagian keuangan yang adil dan rasional. Artinya dari daerah-daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam akan memperoleh bagian pendapatan yang jumlahnya lebih besar dari daerah yang tidak memiliki kekayaan sumber daya alam.

(9)

Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 76

Pengaruh Perubahan Anggaran Pendapatan Asli Daerah terhadap Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan anggaran PAD berpengaruh positif terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, dimana tingkat pengaruh variabel perubahan anggaran PAD yang dihasilkan adalah 1,340. Artinya bila perubahan anggaran PAD meningkat 1%, maka perubahan anggaran belanja tidak langsung akan meningkat pula sebesar 1,340%.

Diperoleh hubungan yang positif antara perubahan anggaran PAD dengan perubahan anggaran belanja tidak langsung. Hal tersebut bermakna bahwa perubahan anggaran PAD ikut meningkatkan perubahan anggaran belanja tidak langsung. Perubahan anggaran PAD dapat terjadi karenabeberapa sebab, diantaranya: tidak terprediksinya sumber penerimaan baru pada saat penyusunan anggaran. Abdullah (2013) menyatakan bahwa target PAD memang segaja di underestimate yang mana dapat dinaikkan pada saat APBD perubahan dengan dasar tidak terprediksinya sumber penerimaan baru dan kemudian digunakan dalam perubahan belanja.

Pengaruh Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil terhadap Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan anggaran DBH berpengaruh positif terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada kabupaten/kota di Aceh, dimana

tingkat pengaruh variabel perubahan anggaran DBH yang dihasilkan adalah 0,421. Artinya bila perubahan anggaran DBH meningkat 1%, maka perubahan anggaran belanja tidak langsung akan meningkat pula sebesar 0,421%.

Hal tersebut bermakna bahwa adanya hubungan yang positif antara perubahan anggaran DBH dengan perubahan anggaran belanja tidak langsung. Artinya, pengalokasian anggaran DBH (DBH pajak dan DBH bukan Pajak) yang ditetapkan Pemda ikut ditujukan untuk alokasi anggaran belanja tidak langsung.

Pengaruh Perubahan Anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran terhadap Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubah anggaran SiLPA berpengaruh negatif terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota diAceh, dimana tingkat pengaruh variabel perubahan anggaran SiLPA yang dihasilkan adalah -0,095. Artinya bila perubahan anggaran SiLPA meningkat 1%, maka perubahan anggaran belanja tidak langsung akan menurun sebesar 0,095%.

Pengaruh negatif ini bisa bermakna bahwa SiLPA tidak berkaitan langsung dengan belanja tidak langsung. Berbeda dengan pengaruh perubahan anggaran SiLPA terhadap belanja langsung atau belanja modal (Martunis, 2014; Aulad, 2014), pengaruh SiLPA terhadap belanja tidak langsung belum ditemukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

77 - Volume 5, No. 2, Mei 2016

penelitian ini adalah, perubahan anggaran pendapatan asli daerah, perubahan anggaran dana bagi hasil, dan perubahan anggaran SiLPA berpengaruh secara bersama-sama terhadap perubahananggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran dana bagi hasil berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran SiLPA berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah, bagi peneliti selanjutnya disarankan menambah periode tahun pengamatan lebih lama, minimal pengamatan selama 5 tahun. Sehingga diharapkan hasil penelitian yang diperoleh dapat mencerminkan kondisi daerah pengamatan lebih baik lagi, peneliti selanjutnya disarankan agar variabel yang digunakan dalam penelitian akan datang diharapkan lebih lengkap dan bervariasi dengan menambah variabel independen lainnya, seperti DAU, DAK, Dana Outsus, peneliti selanjutnya juga disarankan menambah unit analisis secara nasional, saran selanjutnya bagi pemerintah kabupaten/kota di Aceh, untuk lebih memperhatikan jumlah SiLPA, mengingat besaran SiLPA sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah kabupaten/kota dalam mengestimasi pendapatan dan belanja, dan

kemampuan SKPD dalam melaksanakan kegiatan yang menjadi tangungjawabnya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah, Syukriy. (2012). Varian Anggaran Pendapatan dan Varian Belanja Daerah: Sebuah Pengantar. Melalui: http://syukriy.wordpress.com/

2012/10/16/varian-anggaran-pendapatan-daerah/(10/2/2015).

Abdullah, Syukriy. (2013a). Defisit/Surflus dan SILPA dalam Anggaran Daerah. Apakah Saling Berhubungan. Melalui: https://syukriy.wordpress.com/ 2013/

01/01/defisit-dan-surplus-dalam- anggaran-daerah-apakah-saling-berhubungan /(10/2/2015).

Abdullah, Syukriy.(2013b). Perubahan APBD. Melalui: https://syukriy. wordpress. com /2013/ 04/22/ perubahan-apbd/ (10/2/2015).

Abdullah, Syukriy. (2013c). Pengaruh SiLPA Terhadap Belanja. Melalui: http:// syukriy.wordpress.com/2013/12/16/pen garuh-silpa-Terhadap-belanja/

(10/2/2015).

Abdullah, Syukriy.& Abdul Halim.(2006). Studi atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah Daerahdalam Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dan Sumber Pendapatan. Jurnal Akuntansi Pemerintah 2 (2) 17-32.

Abdullah, Syukriy dan Abdul Halim. (2003). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Kasus Kabupaten/kota di Jawa dan Bali. Simposium Nasional Akuntansi VI. Oktober.

(11)

Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 78 Dipresentasikan pada Konferensi

Ilmiah Akuntansi (KIA) I yang diselenggarakan oleh IAI KAP di Wilayah Jakarta dan Banten di Universitas Mercu Buana, Jakarta, 27-28 Februari 2014.

Abdullah, Syukriy & Riza Rona. (2015). Pengaruh Sisa Anggaran, Pendapatan Sendiri dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal, Studi atas perubahan Anggaran Kabupaten/Kota di Indonesia. Makalah Dipresentasikan pada Konferensi Regional Akuntansi II yang diselenggarakan oleh IAI Wilayah Jawa Timur dan Universitas Kanjuruhan. Malang, 29-30 April 2015.

Darise, Nurlan. (2006). Pengelolaan Keuangan Daerah. PT. Macanan jaya Cemerlang.

Darise, Nurlan. (2008). Pengelolaan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).PT. Macanan jaya Cemerlang.

Darise, Nurlan. (2009). Pengelolaan Keuangan Daerah, Pedoman untuk Eksekutif dan Legislatif Rangkuman 7 Undang-Undang, 30 Peraturan Pemerintah dan 15 Permendagri, Jakarta Barat: Indeks.

Martunis. (2014). Pengaruh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah: Analisis Perubahan APBD Kabupaten/Kota di provinsi Aceh.Thesis. Banda Aceh: Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

---. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

---. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

---. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Meski pengelolaan logistik pada pemilu nasional anggota legislatif dari tingkat Pusat sampai daerah ini menunjukan tingkat kerumitan yang begitu tinggi, IRE mengakui bahwa KPU

[r]

Proses balik nama menjadi PT.Ozora Engineering n Developer..

Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir Membuat reproduksi dengan teknik cetak tunggal Menyimpulkan prosedur pembuatan reproduksi keilmuan yang mendukung mata pelajaran

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan onset usia menarke di SMP Santo Thomas 1 Medan1.

This article is written to find out whether there are any differences on brand image for each Online Chat Application such as: Blackberry Messenger, Whatsapp and LINE based

Bagian yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh ditunjukkan oleh

Tumpang tindih antara pengadilan negeri dengan pengadilan desa adat dapat terjadi pada; pertama, sengketa tentang hak atas tanah yang berada di wilayah masyarakat hukum adat;