• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I `PENDAHULUAN A. Latar belakang Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana - Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I `PENDAHULUAN A. Latar belakang Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana - Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

`PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana

investor mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang besar,

dengan adanya potensi keuntungan ini perdagangan berjangka yang merupakan jenis

investasi yang tergolong baru di Indonesia, menarik minat masyarakat. Besarnya

animo masyarakat terhadap industri perdagangan berjangka secara langsung maupun

tidak langsung menyebabkan munculnya banyak perusahaan pialang berjangka,

sayangnya tidak semua perusahaan pialang berjangka yang muncul memiliki izin

usaha dari Bappebti, oleh sebab itu maka diperlukan suatu perlindungan hukum bagi

nasabah perusahaan pialang di dalam perdagangan berjangka komoditi.

Krisis ekonomi dan keuangan mereposisikan urgensi akan bursa berjangka

Indonesia yang sudah sangat telat di banding Negara lain yang telah memulai

perdagangan sejak abad lalu. Akibat kendala di atas maka sosialisasi akan perlunya

pasar perlunya pasar berjangka menjadi terabaikan

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Jo Undang-Undang

(2)

“Perdagangan berjangka komoditi yang selanjutnya di sebut perdagangan berjangka

adalah segala sesuau yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan

margin dan dengan penyelasaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak

derivatif syariah, / kontrak derivatif lainnya.”

Kontarak berjangka komoditi adalah suatu komitmen tetap untuk

menyerahkan atau menerima sejumlah komoditi tertentu dengan kualitas yang telah

ditetapkan sepanjang masa sebelum jatuh tempo dan harga di bentuk melalui lelang

terbuka terus menerus di bursa berjangka.1

Globalisasi daan liberisasi komoditi mengharuskan Pemerintah

mengantisipasi fluktusai harga komoditi, Indonesia harus mendesain struktur

manejemen resiko yang khusus untuk mengakomodasi tidak hanya resiko harga tetapi

juga termasuk resiko lainnya yang berasosiasi dengan komoditi. Masyarakat harus

memanfaatkan semua alternative yang tersedia bagi pengelolaan resiko termasuk

segala bentuk perlindungan asuransi yang mencakup fluktuasi harga, asuransi

tanaman, kondisi iklim dan penggunaan instrument keuangan

Contohnya, petani padi, untuk

mengamankan panennya dari fluktuasi harga yang masih 3 (tiga) bulan lagi padi itu

dipanen, si petani ini mencari pembeli untuk hasil panennya yang akan diserahkan 3

bulan kemudian dengan perjanjian diawal mengenai harga dan waktu penyerahan

yang kemudian didaftarkan ke Lembaga Kliring Berjangaka. Yang diatas itulah

pengertian perdagangan berjangka secara garis besarnya

1

(3)

Kebutuhan penggunaan pasar berjangka semakin besar dalam menghadapi

pasar bebas dan globalisasi. Atas dasar tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan

peraturan mengenai perdagangan berjangka pada tahun 1997, terbitlah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

(BAPPEBTI) sekarang telah di rubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2011 yang memberikan pengaturan dan regulasi secara garis besar dan mengenai

perdagangan berjangka di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 juga mengatur mengenai pihak-pihak

yang terkait dalam perdagangan berjangka, antara lain badan pengawas perdagangan

berjangka komoditi (BAPPEBTI) yang merupakan pengawas tertinggi, bursa

berjangka merupakan sebagai pihak yang menyelanggarakan dan menyedikan sitem

dan/atau sarana untuk kegiatan perdagangan berjangka, lembaga kliring berjangka

sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan/atau sarana

untuk kegiatan pelaksanaan kliring dan menjamin transaksi pedagangan berjangka,

pialang berjangka sebagai pihak yang bertransaksi untuk kepentingan nasabah, dan

pedagang berjangka sebagai pihak yang melakukan transaksi untuk rekeningnya

sendiri.

Untuk bursa berjangka Indonesia saat ini mempunyai 2 (dua ) bursa

berjangka, yaitu PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan PT. bursa komoditi dan

derivative Indonesia (BKDI). Untuk lembaga kliring berjangka saat ini ada 2 (dua)

(4)

Indentrust Secuirity Internasional (ISI). Perdagangan berjangka komoditi berbeda

dengan perdagangan di pasar modal. Pada dasar nya pasar berjangka adalah pasar

primer, karna harga di tentukan oleh komoditi yang kontraknya di perjual belikan di

bursa sedangkan pasar modal adalah pasar sekunder, karena harga nya bergantung

pada kinerja perusahaan (go public) yang saham nya di perjual belikan.

Perbedaan lain dapat dilihat dari tujuan nya. Pasar modal di selenggarankan

dengan tujuan mobilisasi dana suatu perusahan dengan menjual saham perusahaan ,

sedangkan perdagangan berjangka di selenggarakan dengan tujuan untuk pengalihan

resiko dari fluktuasi harga. Dari segi bentuk perdagangan nya, dalam pasar modal

yang terjadi adalah perdagangan secara fisik dimana jual beli saham secara fisik,

sehingga terjadi serah terima saham secara fisik dengan kewajiban membayar 100%

dari transaksi, sedangkan perdagangan berjangka yang di perdagangkan adalah janji

atau kesepakatan untuk menyerahkan atau menerima suatu barang tertentu di

kemudian hari, penjual dan pembeli dalam pasar berjangka wajib menyerahkan

sejumlah dana, sekitar 5-10 % dari nilai komoditi yang di transaksi sebagai margin2

Adapun transaksi kontrak berjangka dapat terjadi baik di dalam maupun di

luar bursa. Kontrak berjangka yang ditransaksikan di dalam bursa diatur dengan

Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 tentang komoditi yang dapat dijadikan

Subjek Kontrak Berjangka, sementara untuk kontrak berjangka yang ditransaksikan

di luar bursa diatur dalam Peraturan Kepala BAPPEBTI Nomor .

2

(5)

72/BAPPEBTI/Per/9/2009 tentang kontrak derivatif yang diperdagangkan dalam

sistem perdagangan alternatif. perdagangan berjangka menawarkan banyak

kesempatan bagi investor dengan modal dan adanya resiko. speculator berjangka

yang berinvestasi di komoditi berjangka sama hal nya dengan mereka yang

berinvestasi pada saham, obligasi dan property yaitu mengambil keuntungan dengan

mengambil resiko tentunya dengan ekspetsi mendapatkan keuntungan dari

pergerakan harga.

Sebagai suatu sarana lindung nilai, perdagangan berjangka memiliki ciri high

risk high return. Kemungkinan nasabah untuk mendapatkan keuntungan dari

transaksi kontrak berjangka sama besarnya dengan kemungkinan kerugian. Nasabah

dapat menderita kehilangan seluruh dana yang telah disetorkan. Kegunaan pasar

berjangka sama dengan seabad yang lalu : yaitu menyediakan mekanisme yang

efisien dan efektif untuk menajemen resiko harga bagi produsen dan konsumen

komoditi dengan melindungi resiko nya yang di ambil alih oleh spekulan. Jelas tanpa

adanya spekulan pasar akan kurang bergairah, dan bursa akan hidup jika banyak

locals, yaitu perdagangan berjangka yang mengmbil resiko dari produsen dan

pengguna komoditi dengan maksud untuk mendapat kan keuntungan yang berarti,

dengan menganalisa pasar dengan cermat, speculator menginvestasikan modalnya

atas resiko yang ada untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksanaannya

(6)

lain prosedur pemberian izin bagi pialang berjangka, pengaturan mengenai prinsip

Know Your Customer, kewajiban menyetorkan dana ke rekening terpisah,

pengelolaan rekening terpisah, mekanisme penyaluran amanat, serta sanksi apabila

terjadi pelanggaran terhadap peraturan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksanaannya

juga telah memberikan pengaturan mengenai perlindungan terhadap nasabah, antara

lain prosedur pemberian izin bagi pialang berjangka, pengaturan mengenai prinsip

Know Your Customer, kewajiban menyetorkan dana ke rekening terpisah,

pengelolaan rekening terpisah, mekanisme penyaluran amanat, serta sanksi apabila

terjadi pelanggaran terhadap peraturan.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 juga mengatur mengenai

penyelesaian apabila terjadi perselisihan perdata di antara para pihak dalam

perdagangan berjangka. Semua ketentuan ini bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada nasabah. Walaupun peraturan perundang-undangan di bidang

perdagangan berjangka memberikan aturan sedemikian rupa sebagai upaya

memberikan perlindungan bagi nasabah, dalam prakteknya banyak nasabah yang

merasa tidak puas atau dirugikan dalam transaksi.

Menyikapi hal tersebut dia atas, maka pada kesempatan ini penulis ingin

(7)

melakukan transaksi perdagangan berjangka komoditi pada perusahaan pialang

berjangka, kedalam skripsi yang berjudul

“Perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi berdasarkan kontrak berjangka di tinjau dari undang-undang nomor 10 tahun 2011 tentang bappebti (study kasus pt.kontak perkasa futures pekanbaru)”

B. Perumusan Permasalahan

1. Bagaimanakah peran serta perusahaan pialang berjangka dalam transaksi

dan perjanjian perdagangan berjangka komoditi?

2. Mengapa diperlukan perlindungan hukum bagi nasabah dalam perdagangan

berjangka komoditi?

3. Bagaimanakah aturan-aturan di bidang perdagangan berjangka yang berlaku

saat ini dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Selain itu berdasarkan

permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan yang hendak dicapai oleh

(8)

1. Untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang PT..Kontak Perkasa

Future dalam menyelenggarakan transaksi dan perjanjian di bidang

perdagangan berjangka komoditi

2. Untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan

pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan PT.

Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan

3. Untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan

berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan

khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini yakni:

1. Secara Teoretis

Dapat mengetahui peraturan hukum apa yang dipakai perusahaan pialauntuk

tercapainya perlindungan hukum bagi nasabah/investor dalam transaksi

perdagangan berjangka komoditi di Indonesia saat ini.

2. Secara Praktis

Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut

mengenai dasar perlindungan hukum dalam transaksi perdagangan berjangka

(9)

D. Keaslian Penulisan

Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan

Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Uu No 10 Tahun 2011 Perubahan Atas Uu No 32

Tahun 1997 tentang Bappebti, yang diangakat menjadi judul skripsi ini merupakan

hasil karya penulis sendiri dan belum pernah di tulis sebelumnya di lingkungan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Dilihat dari permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini,

Maka dapat dikatakan penulisan skripsi ini merupakan karya asli dengan melihat

dasar-dasar yang telah ada baik melalui literature-literatur yang di peroleh dari

perpustakaan, dari media masa , baik media cetak, maupun media elektronik, yang

dituangkan dalam skripsi ini serta ditambah lagi dengan riset ke lapangan.

Apabila ternyata suatu saat nanti terdapat judul dan permasalahan yang sama dengan

skripsi ini dibuat,maka akan di pertanggung jawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, yang menjadi dasar penelitian adalah teori pasar bebas

yang dikemukakan oleh Adam Smith3

3

Adam Smith dalam bukunya An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of

Memasuki era pasar bebas, banyak tantangan

dan persaingan yang harus dihadapi oleh dunia usaha, termasuk di dalamnya industri

(10)

perdagangan berjangka. Kondisi yang demikian pada satu pihak member manfaat

bagi konsumen (dalam hal ini nasabah di perdagangan Berjangka) karena dengan

adanya pasar bebas maka kebebasan konsumen (dalam hal ini nasabah di bidang

perdagangan Berjangka) untuk memilih produk dan jasa dari suatu perusahaan

pialang Berjangka semakin terbuka. Di sisi lain, kondisi tersebut dapat

mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (dalam hal ini Pialang Berjangka) dan

konsumen (nasabah) menjadi tidak seimbang. Nasabah berada pada posisi yang

lemah dan menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraih keuntungan yang

sebesar-besarnya oleh pelaku usaha (Pialang Berjangka). Faktor utama yang menjadi

kelemahan konsumen (nasabah) adalah tingkat kesadaran nasabah akan hak-haknya

masih sangat rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme perlindungan

kepada nasabah.

Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 tentang perdagangan berjangka

komoditi menyebutkan bahwa :

“Perdagangan berjangka komoditi yang selanjutnya di sebut perdagangan berjangka adalah segala sesuau yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelasaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah, / kontrak derivatif lainnya.”. 4

“Komoditi adalah semua barang, jasa, hak dan kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.5

“Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Bappebti adalah lembaga pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka”.6

4

Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 Pasal 1 angka 1

5

(11)

“Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.7

“Kontrak Berjangka adalah suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual Komoditi dengan penyelesaian kemudian sebagaimana ditetapkan di dalam kontrak yang diperdagangkan di Bursa Berjangka”.8

“Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Lembaga Kliring Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Perdagangan Berjangka”.9

“Anggota Bursa Berjangka adalah Pihak yang mempunyai hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Bursa Berjangka dan hak untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya sesuai dengan peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka”.10

“Anggota Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Anggota Kliring Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang mendapat hak untuk menggunakansistem dan/atau sarana Lembaga Kliring Berjangka dan mendapat hak dari Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kliring dan mendapatkan penjaminan dalam rangka penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.11

“Pialang Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai Margin untuk menjamin transaksi tersebut”.12

“Pedagang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang selanjutnya disebut Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak

(12)

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok usahanya.”13

“Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka”14

“Dana Kompensasi adalah dana yang digunakan untuk membayar ganti rugi kepada Nasabah yang bukan Anggota Bursa Berjangka karena cedera janji dan/atau kesalahan yang dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka dalam kedudukannya sebagai Pialang Berjangka”.15

“Margin adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.16

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka metode penelitian yang digunakan

antara lain :

1. Spesifikasi penelitian

Dalam menyusun skripsi ini digunakan penelitian yuridis normatif, yaitu suatu

bentuk penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik pelaksanaan hukum positif, yang

menyangkut dengan permasalahan yang diselidiki. Dalam penelitian ini tidak hanya

dilakukan pengolahan data dan penyusunannya, tetepi yang lebih penting adalah

(13)

analisis dan interpretasi atas data yang telah didapat tersebut agar diketahui

maksudnya. Dalam pelaksanaannya penelitian ini merupakan suatu penelitian

lapangan, sehingga dengan penelitian ini diharapkan mampu menyelesaikan

permasalahan-permasalahan mengenai perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan

pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi di PT. kontak perkasa future yang

sedang penulis teliti.

Penelitian normatif17 adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan

meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Berdasarkan tujuan yang hendak

dicapai pada penelitian ini, maka metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian

ini adalah metode pendekatan yuridis empiris.18

17

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS), 2012, Hal 13-14

Pendekatan yuridis digunakan untuk

menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan yang memuat ketentuan

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perlindungan hukum nasabah

perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi di tinjau dari

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 (study kasus pada PT.Kontak Perkasa Futures,

Cabang pekanbaru), sedangkan pendekatan empiris dipergunakan bukan semata-mata

sebagai suatu seperangkat aturan perundang-undangan yang bersifat normatif, akan

tetapi hukum dilihat sebagai perilaku masyarakat, selalu berinteraksi dan

berhubungan dengan aspek kemasyarakatan, seperti politik, ekonomi, social dan

budaya.

18

(14)

Berbagai temuan lapangan yang bersifat individual akan dijadikan bahan utama

dalam mengungkapkan permasalahan yang di teliti dengan berpegang pada ketentuan

yang normatif.

2. Sumber dan jenis data

Data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini terdiri dari data sekunder dan

data prime.

a. Data sekunder19

Data sekunder adalah data yang didapat dari penelitian kepustakaan dengan

cara study dokumen atau tulisan yang telah dipublikasikan oleh penulisnya,

dibedakan menjadi :

1) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat secara yuridis dan

terdiri dari :

a). Norma atau kaidah dasar yaitu Undang –Undang dasar 1945

b). Peraturan dasar

(1) batang tubuh UUD 1945

(2) ketetapan MPR.

c). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgerlijk wetboek)

d). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi.

19

(15)

e). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi.

f). Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

g). Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Perdagangan Berjangka Komoditi

h). Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 tentang Komoditi yang Dapat

Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka

i). Peraturan Kepala Bappebti Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 dan Nomor

64/BAPPEBTI/Per/9/2009 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang

Berjangka

j). Bahan hukum yang tidak dikodefikasikan

Yang dimaksud dengan kodefikasi adalah pembukuan jenis-jenis hukum

tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap.20

k). Yurissprudensi

Yang dimaksud dengan yurisprudensi ialah keputussan hakim terdahulu

yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian

mengenai masalah yang sama.21

2). Bahan Hukum Sekunder

20

C. S. T. kansil,” Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN. Balai Pusataka, Jakarta, 1982, hal. 70

21

(16)

Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami bahan hukum primer

seperti :

a). Buku-buku hasil karya para serjana.

b). Hasil-hasil penelitian

c). Berbagai hasil pertemuan ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan

yang dibahas

b. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber yang

dianggap mengetahui segala informasi yang diperlukan dalam penelitian, yang

berupa pengalaman praktik dan pendapat subyek penelitian tentang segala sesuatu

yang berkaitan dengan perlindungan hukum nasabah perusahaan pilang terhadap

perdagangan berjangka komoditi (study kasus PT. Kontak Perkasa Future cabang

Pekanbaru).

c. Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan informasi tentang

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari :

a). Kamus Hukum

b). Kamus-kamus lainnya yang menyangkut penelitian ini.

3. Alat Pengumpulan Daata

(17)

a. Wawancara

Wawancara (interview) adalah situasi peran antara pribadi bertatap

muka (face to face), untuk seseorang yang dirancang untuk memperoleh

jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang

responden22

Wawancara ini, responden yang diwawancarai adalah Syahyuda

Ningsih sebagai wakil pialang berjangka PT.Kontak Perkasa Future cabang

Pekanbaru dengan Nomor SK 558/BAPPEBTI/SI/10/2011 dari Bapebbti yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dari hasil wawancara ini

diharapkan dapat memberikan gambaran dalam praktik tentang perlindungan

hukum nasabah perusahan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi

ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 TAHUN 2011 tentang Perdagangan

Berjangka Komodit (study kasus PT.Kontak Perkasa Future).

. Metode wawancara dianggap sebagai metode yang paling efektif

dalam pengumpulan data primer dilapangan, karene interviewer dapat

bertatap muka langsung dengan responden untuk menyatakan fakta-fakta

yangada dan pendapat (opinion ) maupun persepsi dari responden.

b. Studi Kepustakaan

Dipergunakan untuk mendapatkan landasan-landasan teoritis berupa

pendapat-pendapat atau tulisan-tulisan para ahli atau pihak-pihak lain yang

22

(18)

berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik dalam bentuk

ketentuan-ketentuan formal maupun melalui data naskah resmi yang ada.

c. Pengamatan atau observasi

Adapun tujuan utama daripada pengamatan atau observasi, adalah antara lain :

a) Mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau

sekelompok manusia, sebagaimana terjadi didalam kenyataannya. Hal ini

memungkinkan peneliti untuk memahami perilaku yang diamati dalam

prosesnya.

b) Mendapatkan deskripsi yang relative lengkap mengenai kehidupan social

atau salah satu aspeknya.

c) Mengadakan eksplorasi (penjelajahan)

Dari sudut prosedurnya, maka dibedakan antara pengamatan terlibat

(“participant observation”), dengan pengamatan tidak terlibat (“non

participant observation”)23

4. Analisis Data

.

Analisis dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan interpretasi secara logis,

sistematis, dan konsisten sesuai dengan teknik yang dipakai dalam pengumpulan data

dan sifat data yang diperoleh. Dalam menganalisis data menganalisis data penelitian

ini dipergunakan system primer dan data sekunder yang telah disusun secara

sistematis kemudian di analisa secara kualitatif dengan menggunakan metode

deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan

23

(19)

membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan

berbaggai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga

memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian yang di rumuskan. Dari hasil

penelitian tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal

yang bersifat umum menuju ke hal yang bersifat khusus, yang merupakan jawabab

atas permasalahan yang ada dalam penelitian ini.24

G.Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus

diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka

diperlukan suatu sestematika penulisan yang teratur yang penulis bagi dalam

bab per bab, dimana masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu sama lain.

Adapun yang menjadi sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V (lima) Bab

diamana terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

tinjauan kepustakaan, metode penulisan, keaslian penulisan,dan sistematika

penulisan.

24

(20)

BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG

DALAM TRANSAKSI DAN PERJANJIAN PERDAGANGAN

BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA

Meliputi pengertian perusahaan pialang berjangka, dasar hukum pialang

berjangka, kaidah an asas hukum, kegiatan usaha pialang berjangka, hak

dan kewajiban perusahaan pialang berjangka, hubungan perusahaan

pialang dengan nasabah, izin wakil pialang berjangka yang diberikan

oleh bappebti

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN

BERJANGKA

Meliputi sejarah perdangan berjangka, perdagangan berjangka di

indonesia, hukum positif pada perdagangan berjangka,manfaat

perdagangan berjangka, resiko perdagangan berjangka

BAB IV PERATURAN PERLINDUNGAN NASABAH DI BIDANG

PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Meliputi perlindungan bagi calon nasabah dalam tahap pra transaksi

perdagangan berjangka, perlindungan bagi nasabah dalam tahap

pelaksanaan transaksi perdagangan berjangka, perlindungan bagi

nasabah dalam tahap pasca transaksi perdagangan berjangka, jaminan

(21)

kaitannya perlindungan hukum konsumen, permasalahan penerapan

aturan perlindungan nasabah dalam berdagangan berjangka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Meliputi Kesimpulan dan Saran serta di ikuti dengan Daftar Pustaka dan

Referensi

Dokumen terkait

Dua varietas padi lokal yang populer dan banyak ditanam petani di lahan pasang surut Kalimantan Selatan adalah Siam Saba dan Siam Mutiara.. Siam Saba tersebar luas di Kabupaten

Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana perancangan dan pembuatan program aplikasi simpan pinjam koperasi yang dapat membantu dalam pengolahan

Permasalahan yang terjadi pada saat pendaftaran dan penerimaan mahasiswa baru yang dilakukan setiap tahun diSekolah Tinggi Manajemen Dan Ilmu Komputer Musi Rawas

Justeru, pengetahuan dan kemahiran mengguna serta mengintegrasikan TMK di tahap awal pendidikan adalah sangat penting dalam membentuk dan menaik taraf pendidikan dalam kalangan

Kasih sayang adalah perasaan halus dan belas kasihan di dalam hati yang membawa kepada berbuat amalan utama, memberi maaf dan berlaku baik. Kasih sayang merupakan sifat

 IV adalah IV awal sebelum dilakukan pengacakan dan telah diset sebelumnya pada sisi penerima dan pengirim. IV ini digunakan untuk menghasilkan IV’.  IV’

Metode pengembangan yang digunakan pada aplikasi manajemen informasi sedekah ini adalah rekayasa perangkat lunak berorientasi penggunaan ulang.. Adapun langkah-langkah

Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis yang berjudul “AnalisisPencapaian Kinerja Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) di Kabupaten