• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang a. Kebijakan Hutang. - Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang a. Kebijakan Hutang. - Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang

a. Kebijakan Hutang.

Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen

dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan dari pihak ketiga untuk membiayai

aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan hutang berkaitan dengan struktur modal

yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah pertimbangan antara pemakaian

modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pada tingkat tertentu, pemilik

perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang agar dapat

mengendalikan perilaku manajer dan komisaris perusahaan. Hutang akan mengurangi

konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan

leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan - kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong para manajer bekerja

lebih efisien sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan

membayar pokok hutang dan bunga hutang yang menyebabkan free cash flow

berkurang dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri.

(2)

pecking order theory, perusahaan menggunakan pendanaan internal jika tersedia dan lebih memilih menggunakan hutang daripada ekuitas ketika pendanaan eksternal

digunakan (Hasugian, 2010:39). Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan,

perusahaan akan memakai pendanaan yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai

dari hutang, obligasi konvertibel, dan ekuitas sebagai langkah terakhir. Para manajer

yang mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor luar cenderung

memilih untuk tidak mengeluarkan saham ketika mereka percaya harga saham terlalu

rendah. Para manajer lebih menyukai hutang dibanding ekuitas yang dihargai rendah.

Para investor memahami dan mengetahui masalah tersebut sehingga

menginterpretasikan keputusan untuk mengeluarkan saham sebagai berita buruk

(Siswandi, 2011:13).

Kebijakan hutang diukur menggunakan debt ratio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh kewajibannya yang

ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar

hutang. Nilai debt ratio yang semakin rendah menunjukkan kemampuan perusahaan yang semakin tinggi untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang

akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham

(3)

b. Pecking Order Theory

Menurut Brealey (2004 : 412) :

The pecking order explains why the most profitable firms generally borrow less. It is not because they have low target debt ratios, but because they don’t need outside money. Less profitable firms issue debt because they do not have sufficient internal funds for their capital investment program and because debt is first in the pecking order for external finance.

Selain dari pengurutan resiko berdasarkan pecking order theory, penggunaan dana internal lebih disukai karena perusahaan tidak perlu mempublikasikan data keuangan

perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Perusahaan cenderung memilih

untuk memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa melakukan publikasi terhadap

pihak luar sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam

bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Husnan (2004 dalam

Sarasati, 2013 : 20) menjelaskan bahwa “pertama adalah pertimbangan biaya emisi.

Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan

karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer

khawatir penerbitan saham baru akan diartikan sebagai kabar buruk oleh pemodal dan

membuat harga saham akan turun”.

Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas.

Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga.

Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa dividen. Perusahaan

akan memilih pendanaan yang paling menguntungkan di antara alternatif yang ada.

(4)

pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Urutan penggunaan dana

yang berasal dari pihak eksternal dimulai dari hutang, penerbitan ekuitas baru, dan

laba ditahan. Cara pendanaan tersebut mengajukan teori tentang informasi asimetri

manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan

investor di pasar modal. Komposisi hutang dan ekuitas yang tidak optimal akan

mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya.

Pecking Order Theory mengenai struktur modal menurut Keown dkk. (2010 : 157) mempunyai empat poin penting yaitu:

a. Perusahaan menerapkan kebijakan dividen untuk kesempatan investasi.

b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.

c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, pertama perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas hutang. Menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.

d. Dengan demikian banyaknya dana eksternal untuk mendanai proyeknya dengan nilai sekarang atau pendekatan positif pecking order

akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang beresiko, artinya pada hutang konvertibel, modal preferen dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.

c. Signaling Theory

Menurut Brigham dkk. (2001 dalam Pithaloka, 2009 : 14) “Signaling theory

adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk

bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”.

(5)

menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan

setiap modal baru yang diperlukan dengan cara seperti penggunaan hutang yang

melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang

menguntungkan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh

suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat bahwa pihak manajemen

perusahaan memandang prospek perusahaan tersebut kurang baik. Suatu perusahaan

yang sering menawarkan penjualan saham baru akan membuat harga sahamnya

menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang

kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

d. Agency Theory

Agency theory muncul karena adanya pemisahan fungsi antara pemilik dengan pengelola, hal ini disebabkan kebutuhan modal perusahaan tidak dapat

disediakan oleh satu pemilik. Teori perusahaan klasik tidak dapat dijadikan basis

analisis. Teori perusahaan klasik menyatakan bahwa pemilik perusahaan merupakan

seorang wiraswasta yang mengelola dan mendanai sendiri perusahaannya untuk

menciptakan profit yang sebesar – besarnya. Perusahaan – perusahaan besar tidak dapat memenuhi kebutuhan modal dari satu pemilik. Perusahaan – perusahaan besar

mengundang pihak lain untuk menanamkan modal pada perusahaan, hal ini akan

berakibat pada pemisahan wewenang perusahaan, yaitu wewenang antara pemilik dan

pengelola.

(6)

perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Para manajer

yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang

saham, tetapi sering kali terjadi konflik antara pemegang saham dengan pihak

manajemen. Konflik ini disebabkan kepentingan pemegang saham dan manajer yang

berbeda. Perbedaan ini disebabkan manajer cenderung mengutamakan kepentingan

pribadinya dibandingkan kepentingan pemegang saham. Pemegang saham tidak

menyukai ambisi pribadi para manajer sehingga pemegang saham melakukan

pengawasan yang dapat menyebabkan timbulnya tambahan biaya bagi perusahaan.

Biaya yang muncul karena pengawasan tersebut dengan sendirinya akan menurunkan

tingkat laba perusahaan. Biaya – biaya yang timbul ini disebut dengan biaya

keagenan.

Wahidawati (2002 dalam Nugrahaini, 2012 : 23) menyatakan ada

beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yaitu:

1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan demikian, kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan memanfaatkan hutang secara maksimal 2. Dengan meningkatkan dividend payout ratio, hal ini akan

menurunkan tingkat free cash flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.

(7)

free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen.

4. Memperkerjakan investor institutional sebagai monitoring agent. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Kepemilikan mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong penigkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja manajemen.

e. Klasifikasi Hutang

Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu hutang lancar dan

hutang tidak lancar. Hutang lancar adalah kewajiban – kewajiban yang

penyelesaiannya harus dilakukan dengan penggunaan aset lancar atau pembentukan

aset lainnya atau dapat diartikan sebagai kewajiban yang akan jatuh tempo dalam

waktu satu tahun. Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan

sebagai hutang tidak lancar. Hutang lancar yang biasanya terdapat dalam perusahan

adalah hutang dagang, hutang wesel, hutang gaji, hutang bunga, dan hutang pajak

penghasilan.

Hutang tidak lancar terdiri dari hutang obligasi, hutang bank, dan sewa jangka

panjang. Pendanaan perusahaan pada dasarnya terdapat dua sumber, yaitu berasal dari

pemilik dan kreditur. Kebutuhan dana untuk tujuan jangka pendek didanai oleh

hutang lancar. Kebutuhan dana yang bersifat permanen didanai dengan hutang tidak

lancar. Menurut Djarwanto (2004:34), klasifikasi hutang dibagi menjadi dua yaitu:

1 ) Hutang jangka pendek

(8)

umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau hutang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Hutang jangka pendek meliputi:

a. Hutang dagang (Accounts payable) adalah semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa kredit.

b. Wesel bayar (Notes payable) adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang ditetapkan.

c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deferred revenue) adalah penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu menyerahkan uang kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya.

d. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accrual payable) adalah kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan

e. Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo (Maturing long term debt) adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang menjadi hutang jangka pendek karena sudah waktunya untuk dilunasi. 2 ) Hutang jangka panjang

Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Yang termasuk hutang jangka panjang ialah:

a. Hutang hipotek (Mortgage note payable) adalah surat tanda berhutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu tahun, di mana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu misalnya bangunan, tanah, atau perabot.

b. Hutang obligasi (Bonds payable) adalah surat tanda berhutang yang dikeluarkan di bawah cap segel, yang berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan membayar bunganya secara teratur pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati. c. Wesel bayar jangka panjang (Long term notes payable) adalah wesel

(9)

2.1.2 Struktur Aset

Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap

pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset

yang dapat digunakan untuk jaminan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih

banyak. Menurut Mamduh (2004 : 345), “besarnya aktiva tetap suatu perusahaan

dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva

tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena

aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman”. Pendapat Mamduh

tersebut berbeda dengan pendapat Mayangsari (2001 : 10) yang menyatakan “pada

perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, pemenuhan

kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri sehingga modal asing hanya

berfungsi sebagai pelengkap”. Penjelasan pendapat tersebut adalah penggunaan aset

tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost. Suatu perusahaan yang memakai modal asing untuk membelanjai aset tetapnya akan

membuat biaya tetap yang ditanggungnya besar.

2.1.3 Profitabilitas.

Profitabilitas menggambarkan kinerja operasional perusahaan dengan

memberikan besar keuntungan yang mampu diraih perusahaan dalam menjalankan

operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor

(10)

total aset, dan modal sendiri. Ketiga pengukuran tersebut memungkinkan seorang

penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungan dengan volume

penjualan, jumlah aset, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Akuntansi

menggunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodik dengan didasarkan pada

pengaruh transaksi-transaksi yang sesungguhnya terjadi. Prosedur tersebut

mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya - biaya sebagai elemen yang

membentuk laba atau rugi dalam suatu periode.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan modal. Ada tiga rasio

yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio net profit margin (NPM),

return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). Net profit margin mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

Rasio NPM yang rendah dapat menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio

ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba

dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Rasio ROE menggambarkan tingkat

pengembalian yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. Dalam

penelitian ini, rasio yang dipakai untuk profitabilitas adalah rasio ROA. Profitabilitas

dalam penelitian ini merupakan variable independen. Semakin tinggi profit suatu

perusahaan, semakin menurun hutangnya karena dana internal yang tersedia untuk

mendanai investasinya bertambah.

Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 24) “perusahaan

(11)

relative kecil”. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan

untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan

secara internal. Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap

besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat

pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Return on asset

menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva

untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.

Profitabilitas diukur dengan rasio return on assets (ROA) dengan rumus:

ROA= Laba

Total Aset

Rasio ini mempunyai arti besarnya laba yang diberikan terhadap modal yang

dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut.

2.1.4 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan merupakan indikator maju atau tidaknya suatu perusahaan.

Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan

yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk pendanaan perusahaan.

Perusahaan yang pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang

daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat.

Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju

pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai

(12)

mempunyai kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal

dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.

Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 28) “perusahaan

dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak

pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perusahaan yang penjualannya tidak stabil”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan

bahwa pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang

dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku.

Penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan karena

penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aset. Jika penjualan

ditingkatkan, maka aset pun harus ditambah. Dengan mengetahui penjualan dari

tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Suatu

perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak membutuhkan

pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang tumbuh dengan pesat

memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat tingkat pertumbuhan,

semakin besar kebutuhan modal.

Studi yang dilakukan oleh Kaaro (2000) menunjukkan bahwa tingkat

pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai hubungan yang negatif dengan

struktur modal. Teori ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan Brigham

(1983) yang menunjukkan hubungan pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai

(13)

Formulasi pertumbuhan penjualan yaitu:

Pertumbuhan penjualan = Penjualan t−Penjualan t−1

Penjualan t−1

Keterangan :

Penjualan t = Besar penjualan pada tahun ke t

Penjualan t-1 = Besar penjualan pada tahun ke t-1

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008)

Penelitian Yuliningrum berjudul “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur

Aset, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah profitabilitas, struktur aset, dan kebijakan dividen. Variabel dependen adalah

struktur pendanaan yang diwakili dengan debt to equity ratio. Hasil penelitian menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to equity ratio. Struktur aset dan ratio pembayaran deviden secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap debt toequity ratio. Profitabilitas, struktur aset, dan rasio pembayaran deviden secara simultan mempunyai pengaruh signifikan positif

terhadap debt to equity ratio.

2. Eka Prasetya Harmoni (2009)

Penelitian dengan judul “Analisis Variabel Kinerja Keuangan Terhadap

(14)

independen pada penelitian ini adalah return on assets (ROA), return on common equity (ROE), earning per share (EPS), total assets turnover ratio (TATO). Variabel dependen pada penelitian ini adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ROA, ROE, EPS, TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham

secara parsial. Pengujian membuktikan bahwa ROA, ROE, EPS, TATO secara

simultan mempengaruhi harga saham.

3. Indahningrum & Handayani (2009)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”. Sumber data berasal dari Bursa Efek

Indonesia dengan sampel perusahaan manfaktur. Variabel dependennya adalah

kebijakan hutang dengan ukuran debt ratio. Variabel independennya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan,

profitabilitas, dan free cash flow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan instiusional, dividen, dan free cash flow berpengaruh positif dan signifikan dengan kebijakan hutang perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dan

profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.

4. Rizki Tampubulon (2009)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return

Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel dependen dalam

(15)

Variabel independen pada penelitian ini adalah return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning per share, price to earning ratio, return on investment

berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa return on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Penelitian juga menunjukkan bahwa

earning per share, debt to equity ratio, price to earning ratio, return on investment , dan return on equity berpengaruh terhadap return saham secara simultan.

5. Christnova Hasugian (2010)

Penelitian Hasugian berjudul “Pengaruh Free Cash Flow Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III

(Persero) Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah free cash flow

dan profitabilitas. Variabel dependen adalah debt to equity ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang secara simultan.

6. Ika Pratiwi Simbolon (2010)

Penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets, Dan Total Assets Turnover Dengan Return On Investment Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)”. Penelitian ini membuktikan bahwa current ratio

pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan

(16)

return on investment pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment.

7. Fitri Andika Sari (2011)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada

Perkebunan Nusantara IV Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

likuiditas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah arus kas yang dibagi

menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa arus kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan

tidak mempengaruhi likuiditas secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan arus

kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas

secara simultan. Dari penelitian ini didapatkan angka R sebesar 0,465, hal ini

menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara likuiditas dengan variabel

independent sangat erat yaitu sebesar 46,5%. Angka R square atau koefisien

determinasi sebesar 0,216. Angka ini mengindikasikan bahwa 21.6% variasi atau

perubahan dalam likuiditas dapat dijelaskan oleh variasi variable aktivitas operasi,

aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.

8. Ivan Nugroho (2011)

Penelitian dengan judul “Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas

Dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2006-2009”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

(17)

kepemilikan institusional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang secara simultan.

9. Zera Selvira Hendrianti (2011)

Penelitian dengan judul “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel

independen pada penelitian ini adalah capital expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow. Variabel dependen pada penelitian ini adalah perubahan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow berpengaruh signifikan positif terhadap perubahan hutang jangka panjang.

10.Santika dan Sudiyanto (2011)

Penelitian dengan judul ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan

Manufaktur Di Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan profitabilitas terhadap struktur modal.

Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan penjualan

berpengaruh signifikan dan positif pada struktur modal. Struktur aset tidak

berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan

(18)

11.Hari Kusrini (2012)

Kusrini dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko

Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan

Manufaktur”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan,

risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas. Variabel dependen adalah kebijakan

hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang sedangkan risiko bisnis

dan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap

kebijakan utang secara simultan.

12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)

Penelitian dengan judul jurnal “Determinan Kebijakan Hutang Dalam

Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”. Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan, retained earning

dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Variabel independen adalah

free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan,

retained earning dan kepemilikan manajerial. Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Sampel dalam penelitian ini adalah manufaktur perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011 dengan jumlah 135 sampel

perusahaan manufaktur. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap

(19)

kebijakan hutang. Variabel struktur aset perusahaan berpengaruh positif signifikan

terhadap kebijakan hutang. Saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan

terhadap kebijakan hutang. Variabel free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang.

13.Sarsa Meta Nugrahaini (2012)

Penelitian dengan judul “Analasis Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan

Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan Manajerial Ownership Terhadap Struktur Modal Perusahan”. Penelitian ini mengambil perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

periode 2008-2010 sebagai sampel. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan

bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan

manajerial ownership berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap

struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel profitabilitas,

manajerial ownership dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

14.Susilawati Dkk. (2012)

Penelitian dengan judul jurnal “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

Periode sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur tahun 2006-2010. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, institusional,

(20)

dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Struktur aset,

profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama, Tahun, dan Judul Penelitian

Variabel Penelitian Hasil penelitian

1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008) “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur Asset, Dan Kebijakan Dividen

Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan

Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”

pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to equity ratio. Strukur aset dan rasio pembayaran deviden secara parsial tidak signifikan terhadap debt to equity ratio. Secara simultan, profitabilitas, struktur asset dan rasio pembayaran deviden mempunyai pengaruh yang

signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap debt to equity ratio.

2. Eka Prasetya Harmoni (2009) “Analisis Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham

Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar

Di BEI”

Variabel Independen:

Return on Total Assets, Return on Equity, Earning per Share, Total Assets Turnover.

Variabel Dependen: Harga Saham

(21)

3. Indahningrum & Handayani

(2009) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”

Perusahaan, Free Cash Flow, Dan dividen, dan free cash flow

berpengaruh positif dan signifikan dengan pre- diksi utang perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan

dan profitabilitas berpengaruh negatif dan

signifikan.

4. Rizki Tampubulon (2009)

“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return

Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar

Di BEI”. Return on Investment

(ROI), dan Return on Equity (ROE)

Variabel dependen:

Return saham

Earning per share, price to earning ratio, return on investment berpengaruh signifikan terhadap return

saham secara parsial. Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa return

on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return

saham secara parsial.

Penelitian juga equity secara simultan berpengaruh terhadap return

saham. 5. Christnova Hasugian (2010)

“Pengaruh Free Cash Flow

Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”

Free cash flow dan

(22)

6. Ika Pratiwi Simbolon (2010) “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets,

Dan Total Assets Turnover

Dengan Return On

Investment Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)”.

Variabel Independen:

Current Ratio, Debt To Total Assets, dan

Total Assets Turnover

Variabel Dependen:

Return On Investment

Current ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return on investment. Debt to total assets ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) memiliki hubungan positif dan tidak

signifikan terhadap return on investment. Total assets turnover memiliki hubungan positif dan tidak signifikan

terhadap return on

investment.

7. Ivan Nugroho (2010)

“Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas Dan Free Cash Flow

Terhadap Kebijakan Utang

Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Di BEI.”

Variabel Independen: Kepemilikan

Institusional,

Profitabilitas, Free Cash Flow

Variabel Dependen: Kebijakan Utang

Kepemilikan Institu-sional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang peru-sahaan. Profitabilitas berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

8. Zera Selvira Hendrianti (2011) “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan

Pertambangan Yang Terdaftar di BEI”.

Variabel independen: Capital Expenditure,

Dividend Payment,

Current Investment,

Operating Cash Flow

Variabel dependen:

Perubahan Hutang Jangka Panjang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital

(23)

9. Santika dan Sudiyanto (2011) ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”.

Variabel Independen: Pertumbuhan berpengaruh positif dan signifikan. Struktur aktiva

tidak berpengaruh signifikan. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.

10. Fitri Andika Sari (2012) “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada Perkebunan Nusantara IV Medan”.

Variabel independen: Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, dan Arus Kas Pendanaan

Variabel dependen: Likuiditas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus

kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan secara parsial tidak mempengaruhi likuiditas. Hasil penelitian juga menunjukkan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan

tidak mempengaruhi likuiditas secara simultan.

11. Hari Kusrini (2012) “Pengaruh

Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, Dan Likuiditas Terhadap Kebija-kan Utang Pada Perusahaan Manufaktur.”

Variabel independen: Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas.

Variabel dependen: Kebijakan Utang.

Ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan utang, Risiko bisnis dan profitabilitas berpe-ngaruh negative tidak

signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran

(24)

12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)

“Determinan Kebijakan Hutang Dalam Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”

Variabel Independen:

Free cash flow, Profi-tabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset Perusahaan,

Retained Earning dan Kepemilikan positif signifikan terhadap

kebijakan hutang, pertumbuhan perusahaan

berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, struktur

aset perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang, saldo laba

ditahan berpengaruh negatif

signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash

flow dan kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

13. Sarsa Meta Nugrahaini

(2012) “Analasis

Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan

Manajerial Ownership

Terhadap Struktur Modal Perusahan”.

Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan

manajerial ownership

berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran

perusahaan. Variabel profitabilitas, manajerial

(25)

14. Susilawati Dkk. (2012) “Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”

Variabel Independen: Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusional,

Kebijakan Dividen, Struktur Aset, Profitabilitas, Ukuran

Perusahaan, dan Free Cash Flow.

Variabel Dependen: Kebijakan Utang

Kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, dan struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, Profitabilitas, free cash flow

dan ukuran perusahaan ber-pengaruh signifikan ter-hadap kebijakan hutang.

Sumber: diolah oleh peneliti

2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan cara bagaimana variabel dalam suatu

permasalahan dihubungkan sehingga didapatkan gambaran mengenai penelitian yang

akan mempermudah peneliti dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini

terdapat tiga variabel independen yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan

penjualan. Variabel independen ini akan diuji kebenarannya terhadap variabel

(26)

Kerangka konseptual untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam

perusahaan. Kebijakan hutang menunjukkan proporsi penggunaan hutang dengan

modal sendiri pada perusahaan. Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil

oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi

perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional

perusahaan. Sumber dana perusahaan berasal dari sumber dana internal dan sumber

dana eksternal. Sumber dana internal berasal dari arus kas perusahaan sedangkan

sumber dana eksternal diperoleh dari kreditor dalam bentuk hutang dan dari ekuitas

pemegang saham. Proporsi hutang yang relatif kecil mengindikasikan bahwa

perusahaan cenderung lebih memilih pendanaan melalui penerbitan saham dan H4

Struktur Aset (X1)

Profitabilitas (X2)

Pertumbuhan Penjualan (X3)

Kebijakan Hutang

(Y) H1

H2

H3

(27)

penggunaan laba ditahan dibandingkan dengan melakukan pinjaman atau hutang agar

perusahaan dapat terhindar dari beban hutang yang tinggi

Kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme kontrol

terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan. Hutang

merupakan suatu mekanisme yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol

konflik keagenan. Perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan

principal. Pembayaran atas bunga dan principal mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan aliran kas bebas. Pemegang saham menginginkan aliran kas bebas

tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sedangkan manajer

berkeinginan menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada

proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah

insentif bagi manajer.

Para manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan

keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka

menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut. Hutang dapat digunakan untuk

mengendalikan penggunaan aliran kas bebas. Hutang dapat dipakai untuk

menghindari investasi yang sia - sia karena hutang yang meningkat menyebabkan

manajer harus menyisihkan dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan

pinjaman pokok secara periodik sehingga aliran kas bebas yang tersisa menjadi kecil.

Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap

pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset

(28)

banyak. Struktur aset mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan dengan beberapa

cara. Perusahaan yang mempunyai aset tetap yang signifikan akan banyak

menggunakan hutang hipotik jangka panjang dalam pendanaannya. Dengan

demikian, struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang secara tidak langsung.

Pendanaan dengan hutang dapat diklasifikasikan sebagai eksternal finance. Pendanaan eksternal kurang disukai karena menimbulkan beban tetap berupa bunga

yang akan mempengaruhi tingkat leverage perusahaan. Perusahaan yang mempunyai modal yang memadai dalam pendanaannya akan lebih memilih pendanaan secara

internal. Pemenuhan hutang dengan modal sendiri sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan perusahaan memakai modal internal sebelum memakai modal eksternal.

Profitabilitas adalah bagian yang mencerminkan kemampuan dari perusahaan

untuk menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan kinerja perusahaan pada

periode tertentu. Profitabilitas diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh

perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan

perusahaan seperti jumlah aset perusahaan atau penjualan investasi. Profitabilitas

memiliki pengaruh yang berbanding terbalik dengan kebijakan hutang karena

perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan menggunakan hutang yang

relatif kecil, hal ini disebabkan perusahaan telah memperoleh dana untuk pembiayaan

melalui laba ditahan.

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk

(29)

internal. Perusahaan dengan profitabiitas yang rendah lebih memilih untuk memakai

hutang untuk pendanaan. Kebijakan hutang dipengaruhi profitabilitas karena

profitabilitas akan merefleksikan laba yang akan digunakan untuk pendanaan

investasi. Keputusan kebijakan hutang secara langsung berpengaruh terhadap

besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat

pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Profitabilitas dapat diukur

dengan berbagai rasio seperti return on investment, return on total assets, net interest margin, dan return on equity. Peneliti memakai ratio return on total assets karena ratio tersebut menunjukkan hubungan antara profitabilitas dengan efisiensi

penggunaan aset.

Penjualan yang relatif stabil dan selalu meningkat pada sebuah perusahaan

memberikan kemudahan dari perusahaan tersebut untuk memperoleh aliran dana

eksternal atau hutang untuk meningkatkan operasionalnya. Perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi mempunyai kecenderungan

menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal dibandingkan dengan

perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Jika pertumbuhan

penjualan meningkat setiap tahun, maka kreditor akan lebih percaya akan

kemampuan perusahaan sehingga perusahaan bisa mendapatkan dana lebih banyak

untuk operasional perusahaan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat

lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang

(30)

Suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak

membutuhkan hutang sebagai pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang

tumbuh dengan pesat memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat

tingkat pertumbuhan, semakin besar kebutuhan modal.

2.3.2 Hipotesis Penelitian.

Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai

karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang digunakan dalam penelitian

yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol merupakan hipotesis yang

diterima, kecuali bahwa data yang yang kita kumpulkan salah. Hipotesis alternatif

merupakan hipotesis yang diterima hanya jika data yang kita kumpulkan

mendukungnya. Menurut Erlina (2011 : 42), “hipotesis adalah proposisi yang

dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan

ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau di uji kebenarannya

mengenai struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi

fenomena-fenomena”.

Landasan teori menjelaskan beberapa pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Analisis pengaruh masing - masing variabel independen terhadap

variabel dependen memberikan hipotesis yang diduga menjadi kesimpulan penelitian.

Menurut Idrus (2009 : 53), “hipotesis memiliki makna simpulan yang sifatnya masih rendah.

Secara singkat hipotesis dapat dinyatakan sebagai simpulan sementara penelitian”. Hipotesis

diajukan berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

(31)

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Struktur Asetberpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.

H2 : Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.

H3 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan

hutang.

H4 : Struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

dari Hamil, Bersalin, Nifas, Bayi Baru Lahir dan

aitam desa Baros Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes?.. 3.Untuk mengetahui pengaruh kegiatan dakwah Ponpes darul aitam terhadap. perilaku remaja desa Baros

Berdasarkan perbandingan kedua algoritma pada tabel 8, maka dapat disimpulkan bahwa algoritma Astar lebih efisien dalam melakukan pencarian jalur makanan sehat

Puji syukut penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Penggunaan unsur-unsur yang mendukung dalam proses produksi diharapkan berfungsi secara efektif dan efisien, baik itu dalam hal segi bahan baku, manusia, metode, mesin yang

h) Outcome i. rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung

Dengan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai

Kedua penelitian tersebut menjelaskan bahwa variabel variance return berpengaruh negatif signifikan terhadap holding period sesuai dengan teori yang