BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang
a. Kebijakan Hutang.
Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen
dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan dari pihak ketiga untuk membiayai
aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan hutang berkaitan dengan struktur modal
yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah pertimbangan antara pemakaian
modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pada tingkat tertentu, pemilik
perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang agar dapat
mengendalikan perilaku manajer dan komisaris perusahaan. Hutang akan mengurangi
konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan
leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan - kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong para manajer bekerja
lebih efisien sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan
membayar pokok hutang dan bunga hutang yang menyebabkan free cash flow
berkurang dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri.
pecking order theory, perusahaan menggunakan pendanaan internal jika tersedia dan lebih memilih menggunakan hutang daripada ekuitas ketika pendanaan eksternal
digunakan (Hasugian, 2010:39). Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan,
perusahaan akan memakai pendanaan yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai
dari hutang, obligasi konvertibel, dan ekuitas sebagai langkah terakhir. Para manajer
yang mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor luar cenderung
memilih untuk tidak mengeluarkan saham ketika mereka percaya harga saham terlalu
rendah. Para manajer lebih menyukai hutang dibanding ekuitas yang dihargai rendah.
Para investor memahami dan mengetahui masalah tersebut sehingga
menginterpretasikan keputusan untuk mengeluarkan saham sebagai berita buruk
(Siswandi, 2011:13).
Kebijakan hutang diukur menggunakan debt ratio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh kewajibannya yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang. Nilai debt ratio yang semakin rendah menunjukkan kemampuan perusahaan yang semakin tinggi untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang
akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham
b. Pecking Order Theory
Menurut Brealey (2004 : 412) :
The pecking order explains why the most profitable firms generally borrow less. It is not because they have low target debt ratios, but because they don’t need outside money. Less profitable firms issue debt because they do not have sufficient internal funds for their capital investment program and because debt is first in the pecking order for external finance.
Selain dari pengurutan resiko berdasarkan pecking order theory, penggunaan dana internal lebih disukai karena perusahaan tidak perlu mempublikasikan data keuangan
perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Perusahaan cenderung memilih
untuk memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa melakukan publikasi terhadap
pihak luar sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam
bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Husnan (2004 dalam
Sarasati, 2013 : 20) menjelaskan bahwa “pertama adalah pertimbangan biaya emisi.
Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan
karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer
khawatir penerbitan saham baru akan diartikan sebagai kabar buruk oleh pemodal dan
membuat harga saham akan turun”.
Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas.
Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga.
Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa dividen. Perusahaan
akan memilih pendanaan yang paling menguntungkan di antara alternatif yang ada.
pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Urutan penggunaan dana
yang berasal dari pihak eksternal dimulai dari hutang, penerbitan ekuitas baru, dan
laba ditahan. Cara pendanaan tersebut mengajukan teori tentang informasi asimetri
manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan
investor di pasar modal. Komposisi hutang dan ekuitas yang tidak optimal akan
mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya.
Pecking Order Theory mengenai struktur modal menurut Keown dkk. (2010 : 157) mempunyai empat poin penting yaitu:
a. Perusahaan menerapkan kebijakan dividen untuk kesempatan investasi.
b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.
c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, pertama perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas hutang. Menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.
d. Dengan demikian banyaknya dana eksternal untuk mendanai proyeknya dengan nilai sekarang atau pendekatan positif pecking order
akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang beresiko, artinya pada hutang konvertibel, modal preferen dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.
c. Signaling Theory
Menurut Brigham dkk. (2001 dalam Pithaloka, 2009 : 14) “Signaling theory
adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk
bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”.
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan
setiap modal baru yang diperlukan dengan cara seperti penggunaan hutang yang
melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang
menguntungkan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh
suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat bahwa pihak manajemen
perusahaan memandang prospek perusahaan tersebut kurang baik. Suatu perusahaan
yang sering menawarkan penjualan saham baru akan membuat harga sahamnya
menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang
kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
d. Agency Theory
Agency theory muncul karena adanya pemisahan fungsi antara pemilik dengan pengelola, hal ini disebabkan kebutuhan modal perusahaan tidak dapat
disediakan oleh satu pemilik. Teori perusahaan klasik tidak dapat dijadikan basis
analisis. Teori perusahaan klasik menyatakan bahwa pemilik perusahaan merupakan
seorang wiraswasta yang mengelola dan mendanai sendiri perusahaannya untuk
menciptakan profit yang sebesar – besarnya. Perusahaan – perusahaan besar tidak dapat memenuhi kebutuhan modal dari satu pemilik. Perusahaan – perusahaan besar
mengundang pihak lain untuk menanamkan modal pada perusahaan, hal ini akan
berakibat pada pemisahan wewenang perusahaan, yaitu wewenang antara pemilik dan
pengelola.
perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Para manajer
yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang
saham, tetapi sering kali terjadi konflik antara pemegang saham dengan pihak
manajemen. Konflik ini disebabkan kepentingan pemegang saham dan manajer yang
berbeda. Perbedaan ini disebabkan manajer cenderung mengutamakan kepentingan
pribadinya dibandingkan kepentingan pemegang saham. Pemegang saham tidak
menyukai ambisi pribadi para manajer sehingga pemegang saham melakukan
pengawasan yang dapat menyebabkan timbulnya tambahan biaya bagi perusahaan.
Biaya yang muncul karena pengawasan tersebut dengan sendirinya akan menurunkan
tingkat laba perusahaan. Biaya – biaya yang timbul ini disebut dengan biaya
keagenan.
Wahidawati (2002 dalam Nugrahaini, 2012 : 23) menyatakan ada
beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yaitu:
1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan demikian, kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan memanfaatkan hutang secara maksimal 2. Dengan meningkatkan dividend payout ratio, hal ini akan
menurunkan tingkat free cash flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.
free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen.
4. Memperkerjakan investor institutional sebagai monitoring agent. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Kepemilikan mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong penigkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja manajemen.
e. Klasifikasi Hutang
Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu hutang lancar dan
hutang tidak lancar. Hutang lancar adalah kewajiban – kewajiban yang
penyelesaiannya harus dilakukan dengan penggunaan aset lancar atau pembentukan
aset lainnya atau dapat diartikan sebagai kewajiban yang akan jatuh tempo dalam
waktu satu tahun. Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan
sebagai hutang tidak lancar. Hutang lancar yang biasanya terdapat dalam perusahan
adalah hutang dagang, hutang wesel, hutang gaji, hutang bunga, dan hutang pajak
penghasilan.
Hutang tidak lancar terdiri dari hutang obligasi, hutang bank, dan sewa jangka
panjang. Pendanaan perusahaan pada dasarnya terdapat dua sumber, yaitu berasal dari
pemilik dan kreditur. Kebutuhan dana untuk tujuan jangka pendek didanai oleh
hutang lancar. Kebutuhan dana yang bersifat permanen didanai dengan hutang tidak
lancar. Menurut Djarwanto (2004:34), klasifikasi hutang dibagi menjadi dua yaitu:
1 ) Hutang jangka pendek
umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau hutang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Hutang jangka pendek meliputi:
a. Hutang dagang (Accounts payable) adalah semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa kredit.
b. Wesel bayar (Notes payable) adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang ditetapkan.
c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deferred revenue) adalah penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu menyerahkan uang kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya.
d. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accrual payable) adalah kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan
e. Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo (Maturing long term debt) adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang menjadi hutang jangka pendek karena sudah waktunya untuk dilunasi. 2 ) Hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Yang termasuk hutang jangka panjang ialah:
a. Hutang hipotek (Mortgage note payable) adalah surat tanda berhutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu tahun, di mana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu misalnya bangunan, tanah, atau perabot.
b. Hutang obligasi (Bonds payable) adalah surat tanda berhutang yang dikeluarkan di bawah cap segel, yang berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan membayar bunganya secara teratur pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati. c. Wesel bayar jangka panjang (Long term notes payable) adalah wesel
2.1.2 Struktur Aset
Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap
pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset
yang dapat digunakan untuk jaminan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih
banyak. Menurut Mamduh (2004 : 345), “besarnya aktiva tetap suatu perusahaan
dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva
tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena
aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman”. Pendapat Mamduh
tersebut berbeda dengan pendapat Mayangsari (2001 : 10) yang menyatakan “pada
perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, pemenuhan
kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri sehingga modal asing hanya
berfungsi sebagai pelengkap”. Penjelasan pendapat tersebut adalah penggunaan aset
tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost. Suatu perusahaan yang memakai modal asing untuk membelanjai aset tetapnya akan
membuat biaya tetap yang ditanggungnya besar.
2.1.3 Profitabilitas.
Profitabilitas menggambarkan kinerja operasional perusahaan dengan
memberikan besar keuntungan yang mampu diraih perusahaan dalam menjalankan
operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor
total aset, dan modal sendiri. Ketiga pengukuran tersebut memungkinkan seorang
penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungan dengan volume
penjualan, jumlah aset, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Akuntansi
menggunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodik dengan didasarkan pada
pengaruh transaksi-transaksi yang sesungguhnya terjadi. Prosedur tersebut
mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya - biaya sebagai elemen yang
membentuk laba atau rugi dalam suatu periode.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan modal. Ada tiga rasio
yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio net profit margin (NPM),
return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). Net profit margin mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
Rasio NPM yang rendah dapat menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio
ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Rasio ROE menggambarkan tingkat
pengembalian yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. Dalam
penelitian ini, rasio yang dipakai untuk profitabilitas adalah rasio ROA. Profitabilitas
dalam penelitian ini merupakan variable independen. Semakin tinggi profit suatu
perusahaan, semakin menurun hutangnya karena dana internal yang tersedia untuk
mendanai investasinya bertambah.
Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 24) “perusahaan
relative kecil”. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan
untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal. Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap
besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat
pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Return on asset
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.
Profitabilitas diukur dengan rasio return on assets (ROA) dengan rumus:
ROA= Laba
Total Aset
Rasio ini mempunyai arti besarnya laba yang diberikan terhadap modal yang
dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut.
2.1.4 Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan merupakan indikator maju atau tidaknya suatu perusahaan.
Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan
yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk pendanaan perusahaan.
Perusahaan yang pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang
daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat.
Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju
pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai
mempunyai kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal
dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.
Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 28) “perusahaan
dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak
pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang penjualannya tidak stabil”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan
bahwa pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku.
Penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan karena
penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aset. Jika penjualan
ditingkatkan, maka aset pun harus ditambah. Dengan mengetahui penjualan dari
tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Suatu
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak membutuhkan
pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang tumbuh dengan pesat
memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat tingkat pertumbuhan,
semakin besar kebutuhan modal.
Studi yang dilakukan oleh Kaaro (2000) menunjukkan bahwa tingkat
pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai hubungan yang negatif dengan
struktur modal. Teori ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan Brigham
(1983) yang menunjukkan hubungan pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai
Formulasi pertumbuhan penjualan yaitu:
Pertumbuhan penjualan = Penjualan t−Penjualan t−1
Penjualan t−1
Keterangan :
Penjualan t = Besar penjualan pada tahun ke t
Penjualan t-1 = Besar penjualan pada tahun ke t-1
2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008)
Penelitian Yuliningrum berjudul “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur
Aset, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah profitabilitas, struktur aset, dan kebijakan dividen. Variabel dependen adalah
struktur pendanaan yang diwakili dengan debt to equity ratio. Hasil penelitian menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to equity ratio. Struktur aset dan ratio pembayaran deviden secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap debt toequity ratio. Profitabilitas, struktur aset, dan rasio pembayaran deviden secara simultan mempunyai pengaruh signifikan positif
terhadap debt to equity ratio.
2. Eka Prasetya Harmoni (2009)
Penelitian dengan judul “Analisis Variabel Kinerja Keuangan Terhadap
independen pada penelitian ini adalah return on assets (ROA), return on common equity (ROE), earning per share (EPS), total assets turnover ratio (TATO). Variabel dependen pada penelitian ini adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ROA, ROE, EPS, TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham
secara parsial. Pengujian membuktikan bahwa ROA, ROE, EPS, TATO secara
simultan mempengaruhi harga saham.
3. Indahningrum & Handayani (2009)
Penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”. Sumber data berasal dari Bursa Efek
Indonesia dengan sampel perusahaan manfaktur. Variabel dependennya adalah
kebijakan hutang dengan ukuran debt ratio. Variabel independennya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas, dan free cash flow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan instiusional, dividen, dan free cash flow berpengaruh positif dan signifikan dengan kebijakan hutang perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dan
profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.
4. Rizki Tampubulon (2009)
Penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return
Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel dependen dalam
Variabel independen pada penelitian ini adalah return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning per share, price to earning ratio, return on investment
berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa return on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Penelitian juga menunjukkan bahwa
earning per share, debt to equity ratio, price to earning ratio, return on investment , dan return on equity berpengaruh terhadap return saham secara simultan.
5. Christnova Hasugian (2010)
Penelitian Hasugian berjudul “Pengaruh Free Cash Flow Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah free cash flow
dan profitabilitas. Variabel dependen adalah debt to equity ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang secara simultan.
6. Ika Pratiwi Simbolon (2010)
Penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets, Dan Total Assets Turnover Dengan Return On Investment Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)”. Penelitian ini membuktikan bahwa current ratio
pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan
return on investment pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment.
7. Fitri Andika Sari (2011)
Penelitian dengan judul “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada
Perkebunan Nusantara IV Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
likuiditas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah arus kas yang dibagi
menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa arus kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan
tidak mempengaruhi likuiditas secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan arus
kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas
secara simultan. Dari penelitian ini didapatkan angka R sebesar 0,465, hal ini
menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara likuiditas dengan variabel
independent sangat erat yaitu sebesar 46,5%. Angka R square atau koefisien
determinasi sebesar 0,216. Angka ini mengindikasikan bahwa 21.6% variasi atau
perubahan dalam likuiditas dapat dijelaskan oleh variasi variable aktivitas operasi,
aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.
8. Ivan Nugroho (2011)
Penelitian dengan judul “Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas
Dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2006-2009”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kepemilikan institusional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang secara simultan.
9. Zera Selvira Hendrianti (2011)
Penelitian dengan judul “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel
independen pada penelitian ini adalah capital expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow. Variabel dependen pada penelitian ini adalah perubahan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow berpengaruh signifikan positif terhadap perubahan hutang jangka panjang.
10.Santika dan Sudiyanto (2011)
Penelitian dengan judul ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur Di Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan profitabilitas terhadap struktur modal.
Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan penjualan
berpengaruh signifikan dan positif pada struktur modal. Struktur aset tidak
berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan
11.Hari Kusrini (2012)
Kusrini dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko
Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan
Manufaktur”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan,
risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas. Variabel dependen adalah kebijakan
hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang sedangkan risiko bisnis
dan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap
kebijakan utang secara simultan.
12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)
Penelitian dengan judul jurnal “Determinan Kebijakan Hutang Dalam
Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”. Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan, retained earning
dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Variabel independen adalah
free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan,
retained earning dan kepemilikan manajerial. Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Sampel dalam penelitian ini adalah manufaktur perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011 dengan jumlah 135 sampel
perusahaan manufaktur. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan hutang. Variabel struktur aset perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap kebijakan hutang. Saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan hutang. Variabel free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang.
13.Sarsa Meta Nugrahaini (2012)
Penelitian dengan judul “Analasis Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan
Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan Manajerial Ownership Terhadap Struktur Modal Perusahan”. Penelitian ini mengambil perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2008-2010 sebagai sampel. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan
bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan
manajerial ownership berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel profitabilitas,
manajerial ownership dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
14.Susilawati Dkk. (2012)
Penelitian dengan judul jurnal “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Periode sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur tahun 2006-2010. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, institusional,
dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Struktur aset,
profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama, Tahun, dan Judul Penelitian
Variabel Penelitian Hasil penelitian
1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008) “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur Asset, Dan Kebijakan Dividen
Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”
pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to equity ratio. Strukur aset dan rasio pembayaran deviden secara parsial tidak signifikan terhadap debt to equity ratio. Secara simultan, profitabilitas, struktur asset dan rasio pembayaran deviden mempunyai pengaruh yang
signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap debt to equity ratio.
2. Eka Prasetya Harmoni (2009) “Analisis Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar
Di BEI”
Variabel Independen:
Return on Total Assets, Return on Equity, Earning per Share, Total Assets Turnover.
Variabel Dependen: Harga Saham
3. Indahningrum & Handayani
(2009) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”
Perusahaan, Free Cash Flow, Dan dividen, dan free cash flow
berpengaruh positif dan signifikan dengan pre- diksi utang perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan
dan profitabilitas berpengaruh negatif dan
signifikan.
4. Rizki Tampubulon (2009)
“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return
Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar
Di BEI”. Return on Investment
(ROI), dan Return on Equity (ROE)
Variabel dependen:
Return saham
Earning per share, price to earning ratio, return on investment berpengaruh signifikan terhadap return
saham secara parsial. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa return
on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham secara parsial.
Penelitian juga equity secara simultan berpengaruh terhadap return
saham. 5. Christnova Hasugian (2010)
“Pengaruh Free Cash Flow
Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”
Free cash flow dan
6. Ika Pratiwi Simbolon (2010) “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets,
Dan Total Assets Turnover
Dengan Return On
Investment Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)”.
Variabel Independen:
Current Ratio, Debt To Total Assets, dan
Total Assets Turnover
Variabel Dependen:
Return On Investment
Current ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return on investment. Debt to total assets ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) memiliki hubungan positif dan tidak
signifikan terhadap return on investment. Total assets turnover memiliki hubungan positif dan tidak signifikan
terhadap return on
investment.
7. Ivan Nugroho (2010)
“Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas Dan Free Cash Flow
Terhadap Kebijakan Utang
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di BEI.”
Variabel Independen: Kepemilikan
Institusional,
Profitabilitas, Free Cash Flow
Variabel Dependen: Kebijakan Utang
Kepemilikan Institu-sional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang peru-sahaan. Profitabilitas berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.
8. Zera Selvira Hendrianti (2011) “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan
Pertambangan Yang Terdaftar di BEI”.
Variabel independen: Capital Expenditure,
Dividend Payment,
Current Investment,
Operating Cash Flow
Variabel dependen:
Perubahan Hutang Jangka Panjang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital
9. Santika dan Sudiyanto (2011) ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”.
Variabel Independen: Pertumbuhan berpengaruh positif dan signifikan. Struktur aktiva
tidak berpengaruh signifikan. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.
10. Fitri Andika Sari (2012) “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada Perkebunan Nusantara IV Medan”.
Variabel independen: Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, dan Arus Kas Pendanaan
Variabel dependen: Likuiditas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus
kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan secara parsial tidak mempengaruhi likuiditas. Hasil penelitian juga menunjukkan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan
tidak mempengaruhi likuiditas secara simultan.
11. Hari Kusrini (2012) “Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, Dan Likuiditas Terhadap Kebija-kan Utang Pada Perusahaan Manufaktur.”
Variabel independen: Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas.
Variabel dependen: Kebijakan Utang.
Ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan utang, Risiko bisnis dan profitabilitas berpe-ngaruh negative tidak
signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran
12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)
“Determinan Kebijakan Hutang Dalam Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”
Variabel Independen:
Free cash flow, Profi-tabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset Perusahaan,
Retained Earning dan Kepemilikan positif signifikan terhadap
kebijakan hutang, pertumbuhan perusahaan
berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, struktur
aset perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang, saldo laba
ditahan berpengaruh negatif
signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash
flow dan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
13. Sarsa Meta Nugrahaini
(2012) “Analasis
Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan
Manajerial Ownership
Terhadap Struktur Modal Perusahan”.
Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan
manajerial ownership
berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran
perusahaan. Variabel profitabilitas, manajerial
14. Susilawati Dkk. (2012) “Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”
Variabel Independen: Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional,
Kebijakan Dividen, Struktur Aset, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, dan Free Cash Flow.
Variabel Dependen: Kebijakan Utang
Kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, dan struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, Profitabilitas, free cash flow
dan ukuran perusahaan ber-pengaruh signifikan ter-hadap kebijakan hutang.
Sumber: diolah oleh peneliti
2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan cara bagaimana variabel dalam suatu
permasalahan dihubungkan sehingga didapatkan gambaran mengenai penelitian yang
akan mempermudah peneliti dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini
terdapat tiga variabel independen yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan
penjualan. Variabel independen ini akan diuji kebenarannya terhadap variabel
Kerangka konseptual untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam
perusahaan. Kebijakan hutang menunjukkan proporsi penggunaan hutang dengan
modal sendiri pada perusahaan. Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil
oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi
perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional
perusahaan. Sumber dana perusahaan berasal dari sumber dana internal dan sumber
dana eksternal. Sumber dana internal berasal dari arus kas perusahaan sedangkan
sumber dana eksternal diperoleh dari kreditor dalam bentuk hutang dan dari ekuitas
pemegang saham. Proporsi hutang yang relatif kecil mengindikasikan bahwa
perusahaan cenderung lebih memilih pendanaan melalui penerbitan saham dan H4
Struktur Aset (X1)
Profitabilitas (X2)
Pertumbuhan Penjualan (X3)
Kebijakan Hutang
(Y) H1
H2
H3
penggunaan laba ditahan dibandingkan dengan melakukan pinjaman atau hutang agar
perusahaan dapat terhindar dari beban hutang yang tinggi
Kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme kontrol
terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan. Hutang
merupakan suatu mekanisme yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol
konflik keagenan. Perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan
principal. Pembayaran atas bunga dan principal mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan aliran kas bebas. Pemegang saham menginginkan aliran kas bebas
tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sedangkan manajer
berkeinginan menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada
proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah
insentif bagi manajer.
Para manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan
keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka
menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut. Hutang dapat digunakan untuk
mengendalikan penggunaan aliran kas bebas. Hutang dapat dipakai untuk
menghindari investasi yang sia - sia karena hutang yang meningkat menyebabkan
manajer harus menyisihkan dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan
pinjaman pokok secara periodik sehingga aliran kas bebas yang tersisa menjadi kecil.
Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap
pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset
banyak. Struktur aset mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan dengan beberapa
cara. Perusahaan yang mempunyai aset tetap yang signifikan akan banyak
menggunakan hutang hipotik jangka panjang dalam pendanaannya. Dengan
demikian, struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang secara tidak langsung.
Pendanaan dengan hutang dapat diklasifikasikan sebagai eksternal finance. Pendanaan eksternal kurang disukai karena menimbulkan beban tetap berupa bunga
yang akan mempengaruhi tingkat leverage perusahaan. Perusahaan yang mempunyai modal yang memadai dalam pendanaannya akan lebih memilih pendanaan secara
internal. Pemenuhan hutang dengan modal sendiri sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan perusahaan memakai modal internal sebelum memakai modal eksternal.
Profitabilitas adalah bagian yang mencerminkan kemampuan dari perusahaan
untuk menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan kinerja perusahaan pada
periode tertentu. Profitabilitas diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh
perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan
perusahaan seperti jumlah aset perusahaan atau penjualan investasi. Profitabilitas
memiliki pengaruh yang berbanding terbalik dengan kebijakan hutang karena
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan menggunakan hutang yang
relatif kecil, hal ini disebabkan perusahaan telah memperoleh dana untuk pembiayaan
melalui laba ditahan.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk
internal. Perusahaan dengan profitabiitas yang rendah lebih memilih untuk memakai
hutang untuk pendanaan. Kebijakan hutang dipengaruhi profitabilitas karena
profitabilitas akan merefleksikan laba yang akan digunakan untuk pendanaan
investasi. Keputusan kebijakan hutang secara langsung berpengaruh terhadap
besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat
pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Profitabilitas dapat diukur
dengan berbagai rasio seperti return on investment, return on total assets, net interest margin, dan return on equity. Peneliti memakai ratio return on total assets karena ratio tersebut menunjukkan hubungan antara profitabilitas dengan efisiensi
penggunaan aset.
Penjualan yang relatif stabil dan selalu meningkat pada sebuah perusahaan
memberikan kemudahan dari perusahaan tersebut untuk memperoleh aliran dana
eksternal atau hutang untuk meningkatkan operasionalnya. Perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi mempunyai kecenderungan
menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal dibandingkan dengan
perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Jika pertumbuhan
penjualan meningkat setiap tahun, maka kreditor akan lebih percaya akan
kemampuan perusahaan sehingga perusahaan bisa mendapatkan dana lebih banyak
untuk operasional perusahaan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat
lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
Suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak
membutuhkan hutang sebagai pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang
tumbuh dengan pesat memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat
tingkat pertumbuhan, semakin besar kebutuhan modal.
2.3.2 Hipotesis Penelitian.
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai
karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang digunakan dalam penelitian
yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol merupakan hipotesis yang
diterima, kecuali bahwa data yang yang kita kumpulkan salah. Hipotesis alternatif
merupakan hipotesis yang diterima hanya jika data yang kita kumpulkan
mendukungnya. Menurut Erlina (2011 : 42), “hipotesis adalah proposisi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan
ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau di uji kebenarannya
mengenai struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi
fenomena-fenomena”.
Landasan teori menjelaskan beberapa pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Analisis pengaruh masing - masing variabel independen terhadap
variabel dependen memberikan hipotesis yang diduga menjadi kesimpulan penelitian.
Menurut Idrus (2009 : 53), “hipotesis memiliki makna simpulan yang sifatnya masih rendah.
Secara singkat hipotesis dapat dinyatakan sebagai simpulan sementara penelitian”. Hipotesis
diajukan berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Struktur Asetberpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.
H2 : Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.
H3 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan
hutang.
H4 : Struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara