2.1.Defenisi Zakat
2.1.1. Zakat Dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan, kata Zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji, yang semua arti
ini di gunakan dalam menerjemahkan al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan dari
istilah fiqih, zakat berartti “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah
diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, di samping berarti
mengeluarkan zakat tertentu itu sendiri” (Qardhawi, 1999:34). Menurut
terminologi syari’at, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah
mencapai syarat tertentu pula yang di wajibkan oleh Allah untuk di keluarkan dan
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (Muhammad M, 2002).
Hubungan antara makna bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali, yaitu
bahwa setiap harta yang telah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih,
baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dalam penggunaannya, selain untuk
kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat.
Maksudnya zakat itu akan menyucikan orang yang telah mengeluarkannya dan
menumbuhkan pahalanya (QS. at-Taubah :103 dan ar-Rum :39).
Oleh karena itu, jika pengertian zakat dihubungkan dengan harta, maka
menurut ajaran Islam, harta yang di zakati akan tumbuh berkembang, bertambah
harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada
orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula(Ali 1988:39).
Sebagaimana diketahui,zakat terdiri dari zakat maal atau zakat harta dan
zakat fitrah. Zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (termasuk
juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu
setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu.
Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim pada malam dan hari raya ‘Idul Fitri’ yang mempunyai kelebihan dari
kebutuhan keluarga yang wajar (Ali:1988).
Perumusan tersebut senada dengan pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat yaitu
:”Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang
dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya”
Sebagaimana diketahui, zakat terdiri dari zakat maal atau zakat harta dan
zakat fitrah. Zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (termasuk
juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu
setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu.
Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim pada malam dan hari raya ‘Idul Fitri’ yang mempunyai kelebihan dari
kebutuhan keluarga yang wajar (Ali:1988).
Istilah lain yang sering digunakan dalamhal membelanjakan harta adalah
tertentu bagi orang-orang yang membutuhkan” (Harun 1999:58). Dengan
demikian infaq terlepas dari ketentuan ataupun besarnya ukuran, tetapi tergantung
kerelaan masing masing. Sehingga kewajiban memberikan infaq tidak hanya
bergantung pada mereka yang kaya saja, tetapi ditunjukkan kepada siapapun yang
mempunyai kelebihan dari kebutuhannya sehari hari.
Dari uraian di atas tentang perbedaan antara konsep zakat, infaq dan
shadaqah ditinjau dari segi hukum dan ketentuannya, jelas bahwa zakat hanya di
wajibkan bagi orang kaya yang sudah memiliki tingkat kekayaan tertentu.
Sedangkan infaq dan shadaqah biasa dilakukan siapa saja tergantung keikhlasan
dan tingkat keimanan seseorang.
Secara garis besar Al-Qur’an berisikan tentang keimanan, akhlakh, janji,
ancaman buruk, kisah sejarah, syari’at (hukum), ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, dan lain-lain. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menyebutkan
tentang zakat dan shalat sejumlah 82 ayat. Dari sini disimpulkan bahwa setelah
shalat, zakat merupakan rukun Islam terpenting. Zakat dalam shalat dan Al-Hadist
dijadikan sebagai perlambang keseluruhan ajaran islam. Pelaksanaan shalat
melambangkan baiknya hubungan seseorang dengan Tuhannya, sedangkan zakat
adalah lambang harmonisnya hubungan antar sesama manusia. Oleh karena itu
zakat dan shalat merupakan pilar-pilar berdirinya bangunan islam. Jika keduanya
hancur islam sulit untuk bisa tetap bertahan.
Dalam Al-Qur’an dan hadist diterangkan dengan jelas tentang perintah
wajib zakat termasuk orang-orang yang berhak menerimanya. Dijelaskan pula
berlimpah di dunia dan di akhirat kelak. Sebaliknya bagi mereka yang menolak
membayar zakat akan diancam dengan hukuman keras sebagai akibat
kelalaiannya.
Selain disebutkan di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, zakat juga banyak di
contohkan oleh Sunnah Rasulullah SAW yang di ungkapkan dalam kitab-kitab
Hadist. Karena sunnah adalah sumber utama kedua dalam Islam menguatkan
Al-Qur’an dengan cara membahas semua sisi kewajiban Islam yang pokok ini, yaitu
zakat, serta aturan-aturannya.
Sejumlah terjemahan hadist di bawah ini membuktikan uraian di atas
a. Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar diterangkan, bahwa :
Islam didirikan diatas lima dasar : mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat,
membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan berhaji bagi siapa
saja yang mampu (Hadist Muttafaq’alaih)
b. Hadist yang di riwayatkan oleh Thabrani :
Allah mewajibkan zakat pada harta orang kaya dari kaum muslimin
sejumlah yang dapat melapangi orang-orang miskin di antara mereka.
Fakir miskin itu tidaklah akan menderita mengahadapi kelaparan dan
kesulitan sandang, kecuali karena perbuatan golongan yang kaya. Ingatlah
Allah akan mengadili mereka nanti secara tegas dan menyiksa mereka
c. Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
Barang siapa yang diberi Allah harta tetapi tidak mengeluarkan zakatnya
maka harta itu akan dirupakan pada hari kiamat sebagai seekor ular jantan
yang amat berbisa, dengan kedua matanya yang dilindungi warna hitam
kelam, lalu dikalungkan ke lehernya. Maka ular itu akan memegang
rahangnya dan mengatakan kepadanya “Saya ini adalah simpananmu,
harta kekayaanmu!”. Kemudian Rasulullah membaca ayat yang artinya
“Janganlah orang-orang yang kikir mengenai karunia yang di berikan
Allah kepada mereka menyangka bahwa ... dan seterusnya”.
Dalil yang dikemukakan di atas adalah pokok-pokok hadist yang
menjelaskan tentang pentingnya zakat serta hikmahnya dalam Islam, memperkuat
nashAl-Qur’an tentang orang yang tidak mau mengeluarkan zakat akan
mendapatkan siksaan yang pedih. Perlu adanya campur tangan penguasa untuk
memungut dan membayar zakat agar harta zakat bisa dikelola secara benar.
Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua
hijrah Nabi Muhammad SAW. Kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa
Ramadhan dan zakat fitrah. Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena
masyarakat Islam sudah terbentuk, dan kewajiban ini dimaksudkan untuk
membina masyarakat Muslim. Adapun ketika umat Islam masih berada di Mekkah
Allah SWT menegaskan di dalam Al-Qur’an tentang pembelanjaan harta yang
belum dinamakan zakat, tetapi kewajibaninfaq yaitu bagi mereka yang
dipastikan, tergantung pada kerelaan masing-masing, yang tentunya kerelaan itu
berkaitan erat dengan kualitas iman yang bersangkutan.
Pensyari’atan zakat dalam Islam menunjukkan bahwa Islam sangat
memperhatikan masalah-masalah kemasyarakatan terutama nasib mereka yang
lemah. Sehingga mendekatkan hubungan kasih sayang antara sesama manusia.
Salah satu tujuan zakat yang terpenting adalah mempersempit ketimpangan
ekonomi dalam masyarakat hingga pada batas yang seminimal mungkin.
Tujuannya adalah menjadikan perbedaan ekonomi di antara masyarakat secara
adil dan seksama, sehingga yang kaya tidak semakin kaya (dengan
mengeksploitasi anggota masyarakat yang miskin) dan yang miskin tidak semakin
miskin.
Adapaun tujuan dan hikmah zakat adalah sebagai berikut :
a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan
hidup dan penderitaan;
b. Membantu pemecahan persoalan yang dihadapi oleh gharimin, ibnu sabil
dan mustahiq lainnya;
c. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat islam dan
manusia pada umumnya;
d. Menghilangkan sifat kikir dari pemilik harta kekayaan;
e. Membersihkan sifat dengki, iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang
miskin;
f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin di
g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama
pada mereka yang memiliki harta;
h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya;dan
i. Sebagai sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan
sosial.
Selain itu zakat juga mengandung hikmah (makna yang dalam, manfaat)
yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmah tersebut terdapat dalam Al-Qur’an
dan Hadist, di antara hikmah-hikmah itu adalah (Ali, 1988) :
a. Mensyukuri karunia Illahi, menumbuh suburkan harta dan pahala serta
memebersihkan diri dari sifat kikir, dengki, iri serta dosa;
b. Melindungi masyarakat dari kemiskinan dan kemelaratan;
c. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antar sesama manusia;
d. Mengurangi kefakir-miskinan yang merupakan masalah sosial;
e. Menerima dan mengembangkan stabilitas sosial;
f. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.
Dari uraian tujuan dan hikmah di atas memberikan makna bahwa zakat
merupakan suatu konsep ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul, dan kekayaan adalah amanah Allah SWT dan berfungsi sosial. Penunaian
kewajiban zakat dipandang sebagai suatu bentuk hubungan vertikal yang
2.1.2. Zakat Dalam Perspektip Sosial dan Ekonomi
Zakat menurut Al-Qur’an tidak boleh di berikan kepada sembarang orang.
Surat at-Taubah ayat 60 telah merinci delapan golongan yang berhak menerima
zakat. Sungguhpun demikian menurut kesepakatan para ulama yang menjadi
sasaran penerima utama zakat adalah fakir miskin. Hal ini menandakan bahwa
pengentasan kemiskinan di bidang ekonomi lebih diprioritaskan.
Dalam istilah ekonomi, zakat merupakan suatu tindakan pemindahan harta
kekayaan dari golongan yang kaya kepada golongan miskin. Transfer kekayaan
berarti juga transfer sumber-sumber ekonomi. Rahardjo (1987) menyatakan
bahwa dengan menggunakan pendekatan ekonomi, zakat bisa berkembang
menjadi konsep kemasyarakatan (muamalah), yaitu konsep tentang bagaimana
cara manusia melakukan kehidupan bermasyarakat termasuk di dalamnya bentuk
ekonomi. Oleh karena itu ada dua konsep ada dua konsep yang selalu di
kemukakan dalam pembahasan mengenai sosial ekonomi Islam yang saling
berkaitan yaitu pelarangan riba dan perintah membayar zakat (Q. S
al-Baqarah/2:276)
Zakat ditinjau dari pendekatan etnis dan pemikiran rasional ekonomis
adalah sebagai kebijaksanaan ekonomi yang dapat mengangkat derajat
orang-orang miskin, sehingga dampak sosial yang diharapkan dapat tercapai secara
maksimal. Hal ini dapat terwujud apabila dilakukan pendistribusian kekayaan
yang adil.
Zakat mungkin didistribusikan secara langsung kepada orang-orang yang
sosial yang mengurusi fakir miskin. Namun hendaknya kita mencari orang-orang
yang benar membutuhkan. Untuk menghindari pemberian zakat kepada orang
yang salah, maka pembayar zakat hendaknya memastikan dulu.
Dalam kita hukum fiqh Islam, harta kekayaan yang wajibdizakati
digolongkan dalam kategori :
a. Emas, perak dan uang (simpanan)
b. Barang yang di perdagangkan
c. Hasil peternakan
d. Hasil Bumi
e. Hasil tambang dan barang temuan
Adapun di Indonesia ukuran dan kadar tentang zakat di atur berdasarkan
Instruksi Mentri Agama Nomor 5 Tahun 1991.
Zakat Emas, Perak dan Uang
Ketiga jenis harta, yaitu, emas, perak dan uang zakatnya dikeluarkan
setelah dimiliki secara pasti selama satu tahun. Besar nishab dan jumlah yang
dikeluarkan berbeda-beda. Nishab pertama emas adalah 20 dinar, lebih kurang
sama dengan 94 gram emas murni. Nishab kedua yaitu perak adalah 200 dirham,
kurang lebih sama dengan 672 gram. Nishab ketiga yaitu uang, baik uang giral
maupun uang kartal adalah senilai 94 gram emas. Masing-masing di keluarkan
zakatnya 2,5%.
Barang yang Diperdagangkan
Besarnya nishab senilai 94 gram emas. Dikeluarkan zakatnya sebesar 2.
jumlah uang dan semua barang yang ada dihitung harganya. Untuk masa
sekarang, zakat perdagangan ini diperluas pada perusahaan atau badan usaha
lainnya.
Hasil Peternakan
Yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah binatang ternak yang telah
dipelihara selama satu tahun di tempat penggembalaan dan tidak tidak
dipekerjakan sebagai tenaga pengangkutan dan sebagainya, dan sampai
nishabnya. Kadar zakatnya berbeda-beda. Ternak yang dizakati di Indonesia
adalah kambing atau biri-biri, sapi, dan kerbau. Masing-masing ternak memiliki
nishab sebagai berikut :
a. Nishab kambing atau biri-biri adalah 40 ekor. Setiap 40-120 ekor zakatnya
1 ekor kambing, 121-200 ekor zakatnya 2 ekor, 201-300 ekor zakatnya 3
ekor.
b. Nishab sapi adalah 30 ekor, 30-39 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur satu
tahun lebih. 40-59 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur 2 tahun lebih. 60-69
ekor zakatnya 2 ekor sapi berumur 1 tahun lebih, 70-79 ekor zakatnya 2
ekor sapi berumur satu tahun dan 2 tahun lebih.
c. Nishab kerbau sama dengan sapi.
Hasil Bumi
Pengeluaran zakatnya tidak harus menunggu satu tahun dimiliki, tetapi
harus dilakukan setiap kali panen atau menuai. Nishabnya kurang lebih sebesar
1350 kg gabah atau 750 kg beras. Kadar zakatnya 5% untuk hasil bumi yang diairi
usaha yang menanam. Hasil bumi yang dizakati hanyalah yang menjadi makanan
pokok dan tahan lama.
Hasil Tambang dan Barang Temuan (Ma’din dan Rikaz)
Dalam kitab hukum (fiqih) Islam, barang tambang dan barang temuan
yang wajib dizakati hanyalah emas dan perak saja. Nishab barang tambang adalah
sama dengan nishab emas (94 gram), dan perak (672 gram), kadarnya pun sama
yaitu 2,5 %. Untuk barang tambang zakatnya dikeluarkan setiap kali barang
tambang itu selesai diolah.
2.2Potensi Zakat
Potensi zakat adalah kemampuan zakat dalam upaya pemanfaatan zakat
untuk digunakan dan dimanfaatkan secara optimal. Potensi zakat apabila
digunakan dengan pemanfaatan dan mekanisme yang tepat tentu dapat digunakan
untuk mengentaskan kemiskinan dikalangan umat muslim. Potensi zakat
dimasing-masing daerah akan berbeda sesuai dengan struktur dan tingkat
kemajuan suatu daerah tersebut. Semakin maju suatu daerah maka akan semakin
besar potensi zakat yang dapat digali. Untuk mengetahuibesar potensi zakat
digunakan metode perkiraan potensi zakat yang digunakanberdasarkan asumsi
dimana kadar zakat minimal 2,5% dari masing-masing sektor ekonomi daerah
(PDRB) seperti berikut :
1. Kadar zakat pertanian adalah 2,5% dari nilai PDRB sektor pertanian
2. Kadar zakat pertambangan adalah 2,5 % dari nilai PDRB sektor
3. Kadar zakat sektor lainnya adalah masing-masing 2,5%
Berdasarkan asumsi di atashasil perkiraan potensi zakat tertinggi yang
pernah dicapai Kota Medan pada tahun 2005 mencapai sebesar 281,79 dan pada
tahun-tahun lain relatif turun karena adanya perubahan nilai PDRB. Dari tabel
terlihat bahwa sektor ekonomi yaitu sektor perdagangan, tranportasi dan
telekomunikasi yang memiliki potensi zakat terbesar di daerah ini.
Tabel. 2.1
Produk Domestik Regional Bruto dan Potensi Zakat Kota Medan atas dasar Harga Berlaku 2004-2006 (Milyar Rupiah)
Jenis Lapangan Usaha Tahun
2004 2005 2006
Sektor / Lapangan Usaha PDRB
Potensi 3.Industri Pengolahan 5.602,44 140,06 7.094,92 117,37 7960,00 199,00 4.Listrik,Gas dan Air Bersih 899,98 22,49 917,53 22,93 1.093,03 27,32
5.Konstruksi 2.908,82 72,72 3.502,80 87,57 4.795,79 119,89
6.Perdagangan,Hotel dan Restaurant 8.945,38 223,63 11.271,82 281,79 12.679,93 316,99 7.Transportasi dan Telekomunikasi 5.689,87 142,24 7.979,78 119,49 9.024,10 225,60 8.Keuangan dan Jasa Perusahaan 4.564,51 114,11 6.036,88 150,92 6.673,03 166,82
9. Jasa-Jasa 3.399,95 84,98 4.652,21 116,30 5.245,42 131,13
PDRB 33.025,38 825,58 42.765,46 929,10 48.922,28 1.223,02
2.3. Lembaga Zakat
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga yang diajarkan sejak zaman
Rasulullah SAW. Dengan demikian menurut sejarah zakat telah berkembang
seiring dengan laju perkembangan Islam itu sendiri. Gambaran tersebut meliputi
sejarahnya pada masa awal Islam dan perkembangan pemikiran zakat pada
tatanan hukum Islam masyarakat Indonesia dalam kerangka modern.
Pada masa awal Islam, yakni masa Rasulullah SAW dan para sahabat,
prinsip-prinsip Islam telah dilaksanakan secara demonstratif, terutama dalam hal
zakat yang merupakan rukun Islam ketiga syahadat dan shalat. Secara nyata zakat
telah menghasilkan perubahan ekonomi yang menyeluruh dalam masyarakat
Muslim. Hal itu sebagai akibat pembangunan kembali masyarakat yang
didasarkan kepada perintah Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Pada saat itu Rasulullah mendidik dan menanamkan dalam hati dan
fikirannya untuk taat kepada Allah dan Rasulnya. Rasulullah juga mendidik
mereka agar terbebas dari dominasi dan perbudakan oleh milik pribadi.
Keberhasilan Rasulullah SAW dalam mendidik masyarakat muslim tak lepas dari
suri tauladan beliau yang hidup berdasarkan prinsip-prinsip yang dibawanya dan
berakhlakh luhur dalam menjalankan aturan-aturannya, baik ketika sendiri
maupun di depan umum.
Pengumpulan zakat ketika masa Rasulullah SAW dilakukan dengan cara
mengumpulkan zakat perorangan dan membentuk panitia pengumpulanzakat.
Rasulullah juga memerintahkan kepada mereka (para pejabat) bagaimana
hadistnya agar para pengelola zakat bekerja dengan baik dan tidak serakah hanya
mengutamakan kepentingan diri dengan melupakan kepentingan fakir miskin.
Pesan terakhir yang disampaikan beliau untuik umatnya adalah agar menjaga
shalat dan zakat serta berbuat baik kepada budak belian.
Dalam sejarah peradaban Islam, bahwa keberhasilan pemerintahan Islam
yang mencapai puncaknya sewaktu dipimpin oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Khalifah keturunan bani Umayah ini menghapus sisa gagasan yang salah, yaitu
prioritas kekayaan di tangan bani Umayyah. Lalu dalam masa singkat
pemerintahannya kembali kepada situasi normal dan meraih kembali semua
kejayaan. Kejayaan dan tanah yang diambil keturunan Umayyah secara tidak sah
dikembalikan ke Baitul Maal
2.4. Perkembangan Zakat di Indonesia
Sejak Islam datang ke tanah air, zakat telah menjadi salah satu sumber
dana untuk kepentingan pengembangan agama Islam. Dalam perjuangan bangsa
Indonesia ketika menentang penjajahan Barat dahulu, zakat terutama bagian
sabilillah-nya merupakan sumber dana perjuangan. Setelah mengetahui hal ini,
pemerintah Hindia Belanda berusaha untuk melemahkan (dana) kekuatan rakyat
yang bersumber dari zakat itu, yakni melarang semua pegawai pemerintah dan
priyai prbumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat, sehingga pelaksanaan zakat
mengalami hambatan.
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, zakat kembali menjadi
ekonomi Indonesia. Hal ini terbukti dengan dicantumkannya pasal-pasal dalam
UUD 1945 yang berhubungan dengan kebebasan menjalankansyari’at agama
(pasal 29) dan pasal 34 UUD 1945 yang menyatakan bahwa fakir miskin dan
anaka-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Sejalan dengan berdirinya negara Republik Indonesia, banyak sekali
dukungan yang menginginkan zakat dimasukkan sebagai salah satu komponen
sistem perekonomian keuangan Indonesia, baik itu dari pemerintah maupun dari
kalangan anggota parlemen. Mereka menginginkan agarmasalah zakat diatur
dengan peraturan perundang-undangan dan diurus langsung oleh pemerintah dan
negara.
Dalam penyusunan ekonomi Indonesia, di samping komponen yang telah
ada dalam sistem adat kita yaitu gotong royong dan tolong menolong, pengertian
zakat seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an besar manfaatnya kalau dipahami
dengan seksama. Mengenai pelaksanaannya, diperlukan perubahan sehingga
memenuhi keperluan masa kini dan keadaan di Indonesia.
Perhatian pemerintah terhadap lembaga zakat ini, secara kualitatif, mulai
meningkat pada tahun 1968. Pada tahun itu pemeritah mengeluarkan Peraturan
Menteri Agama Nomor 4 tentang pembentukan Badan Amil Zakat No. 5/1968
tentang pembentukan Baitul Maal (Balai Harta Kekayaan) di Tingkat Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kotamadya. Setahun sebelumnya yakni pada tahun 1967
pemerintah telah menyiapkan RUU Zakat yang akan dimajukan kepada DPR
untuk disahkan menjadi undang-undang. Rencana Undang-Undang Zakat yang
(karena erat hubungannya dengan pelaksanaan pasal 34 UUD 1945) dan Menteri
Keuangan.
2.5. Peran dan Pengelolaan Zakat Terhadap Kemiskinan
Zakat dianggap mampu dalam pengentasan kemiskinan, karena zakat
merupakan sarana yang dilegalkan agama dalam pembentukan modal.
Pembentukan modal semata-mata tidak hanya berasal dari pengolahan dan
pemanfaatan sumber daya alam saja, tetapi melalui upaya penyisihan sebagian
harta bagi yang mampu, yang wajib di bayarkan kepada pengelola zakat. Zakat di
anggap akan mampu memaksimalkan kualitas SDM melalui pengadaan sarana
dan prasarana bagi masyarakat, meningkatkan produktifitas, serta meningkatkan
pendapatan masyarakat secara umum. Agar zakat dapat berfungsi secara optimal,
maka zakat harus di kelola dan di atur pada kebijakan yang tepat, agar hasilnya
tepat pada sasaran yaitu untuk mensejahterakan masyarakat umumnya kaum
muslim, dan mampu mengurangi kemiskinan.
Kebijakan pengelolaan zakatyang di teliti oleh penulis adalah Pengelolaan
yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat DaerahSumatera Utara (BAZDASU), hal
ini disebabkan karena pemusatan pengumpulan zakat dan pemberdayaan zakat
banyak dilakukan oleh BAZDASU. BAZDASU adalah lembaga yang dibentuk
oleh pemerintah tentang pengelolaan zakat. Sebagai lembaga pengelola zakat,
eksistensinya begitu penting, tidak saja mempunyai tugas pokok mengumpulkan,
menyalurkan dan mendayagunakan zakat sesuai dengaan ketentuan agama, tetapi
berperan dalam mensejahterakan dan mengentaskan perekonomian umat Islam
Sumatera Utara.
BAZDASU dari tahun ke tahun senantiasa menggulirkan program kerja
yang terarah dan terpadu dalam visi menjadi lembaga pengelola zakat yang
amanah, professional dan transparan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
ekonomi umat dalam rangka membangun kepercayaan kepada masyarakat
sehingga masyarakat Islam menyadari betapa pentingnya membayar ke
BAZDASU.
Penyaluran zakat oleh BAZDASU dilkukan secara konsumtif (penyaluran
tahunan) pada problema kehidupan sosial yang terkait dengan kemiskinan,
BAZDASU menyelesaikannya dengan mengutamakan tiga kategori, yaitu :
1. Miskin Harta, yakni fakir miskin, anak yatim miskin, muslim lanjut usia,
orang sakit, ibn sabil dan gharim.
2. Miskin ilmu pengetahuan, BAZDASU memberikan beasiswa bagi tingkat
Aliyah, Mahasiswa tingkat BA, MA dan Ph. D.
3. Miskin aqidah, BAZDASU memberikan bantuan pembangunan sarana
ibadah seperti masjid, langgar dan musholla. Membantu da’i pedesaan
untuk membina desa-desa dengan tugas pokok melaksanakan kewajiban
sholat jum’at dan menjaga fardu khifayah, dan memberikan pengajian.
Da’I juga bertugas mebantu kegiatan keagamaan para pemuda dan remaja
Islam seperti organisasi masyarakat Islam, pesantren kilat dan sebagainya.
Penyaluran zakat bisa bersifat konsumtif dan produktif. Penyaluran zakat
1. Fakir miskin, seperti : Bantuan orang jompo, bantuan anak yatim miskin,
bantuan untuk orang sakit/cacat kurang mampu, bencana alam dan lainnya.
2. Shabilillah, sperti gaji (honor), da’i, bantuan untuk masjid/langgar dan
mushalla Kab/Kota se-Sumatera Utara. Bantuan untuk pembinaan Tahfizul
Qur’an/Qori, Qoriah, Kaligrafi al-Qur’an, TPA-TKA dan lainnya.
3. Ibnu Sabil, gharim dan muallaf.
4. Bantuan beasiswa, seperti Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Aliyah,
Mahasiswa (BA), Pascasarjana (MA dan Ph. D).
5. Bantuan pula disalurkan kepada kegiatan-kegiatan keagamaan. Bantuan
biaya pula bagi pembinaan dan evaluasi BAZDASU, bantuan kegiatan
bulan Ramadhan, bantuan penyuluhan dan pengembangan, seperti
lokakarya produktif potensi penerbitan risalah dan info BAZDASU.
Bantuan juga bagi pembentuk transport motivator, informasi, publikasi,
dokumentasi dan komunikasi BAZDASU, kesejahteraan/ intensif
pengurus dan pegawai dan lainnya.
Zakat produktif disalurkan sebagai berikut :
1. Pinjaman modal usaha pedagang kecil dan pegawai yang kurang mampu.
2. Penambahan dana abadi BAZDASU di berbagai Bank Syariah.
3. Biaya klinik layanan kesehatan dhuafa BAZDASU.
4. Penambahan saham BAZDA Sumut pada Bank Syariah (BPRS).
Kebijakan penggunaan anggaran dan pembiayaan bagi sasaran tersebut, di
membuat laporan tahunan kepada pemerintah di Sumatera Utara, DRPD Sumatera
Utara dan kepada muzakki.
2.6.Pengaruh Zakat Terhadap Kemiskinan
Jika dilihat Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah umat
muslimterbesar di dunia harus memiliki peran aktif dalam perwujudan
kesejahteraan masyarakat dengan pengoptimalan potensi zakat. Potensi ini tentu
sajadi anggap jelas mampu mewujudkan pengentasan kemiskinan, tetapi melalui
pengelolaan dan mekanisme yang tepat danmempunyai hasil baik. Potensi Zakat
yang bisa dikembangkan untuk mengentaskan kemiskinan adalah zakat yang
memiliki sifat produktif.
Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus-menerus, dengan harta zakat yang
telah diterimanya. Dengan kata lain zakat dimana harta atau dana zakat yang
diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan
digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut
mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.
Pendayagunaan zakat produktif melalui cara atau usaha dalam
mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik. Pendayagunaan
zakat diharapkan dapat menghasilkan manfaat, sehingga zakat mendatangkan
mafaat bagi yang menerimanya. Ada dua bentuk pendayagunaan dana zakat antara
1. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada
seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa
penyaluran kepada mustahiq tidak disertai target terjadinya kemandirian
ekonomi dalam diri mustahiq. Hal ini di karenakan mustahiq yang
bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang
sudah jompo, orang cacat. Sifat bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah.
2. Bentuk Pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai target
merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahiq menjadi
kategori muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan
mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran zakat harus
disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada
pada penerima.
Apabila permasalahannya adalah permasalahan kemiskinan, harus
diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat dicari solusi yang
tepat demi tercapainya target yang telah dicanangkan.
Pemanfaatan zakat harta sangat targantung pada pengelolaannya. Apabila
pengelolaannya baik, pemanfaatannya akan dirasakan oleh masyarakat.
Pemanfaatan zakat ini, biasanya berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Dari
penelitian lapangan yang dilakukan diketahui bahwa pada umumnya bahwa
penggunaan zakat harta diantaranya untuk pemberdayaan ekonomi mayarakat
2.7. Kemiskinan di Kota Medan
Kemiskinan merupakan masalah dan tantangan dalam pembangunan.
Kemiskinan akan melahirkan keterbelakangan sosial maupun ekonomi. Oleh
karena itu salah satu faktor kunci keberhasilan penanggulangan kemiskinan adalah
dengan pendekatan pengelolaan zakat. Penduduk di kota Medan mayoritas
beragama Islam. Ini menyebabkan banyak rumah ibadah didirikan ; seperti
masjid, surau. Pembangunan kota Medan memperlihatkan potensinya melalui
perkembangan struktur dan infrastruktur. Realitas ini merupakan indikasi dari
berkembangnyapembangunan dan juga meningkatnya pendapatan masyarakatnya,
yang menjadi potensi besar bagi sumber zakat. Dengan terkumpulnya zakat di
harapkan angka kemiskinan di Kota Medan dapat berkurang.
2.8. Penelitian Terdahulu
a. Penelitian Niken Fidyah Ramadhani (2011)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2011) yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shodaqoh pada Badan Amil Zakat Daerah SUMUT” menunjukkan bahwa perkembangan pengumpulan zakat, infaq dan shodaqoh mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengumpulan tersebut adalah moment bulan keagamaan, pendapatan dan usia
Muzakki. Alasan Muzakki lebih membayar zakat, infaq dan shodaqoh di Badan
Amil Zakat Sumatera Utara karena BAZDA SUMUT adalah institusi yang resmi
terhadap pelayanan dan manfaat yang di peroleh sehingga Muzakki tetap
membayarzakat, infaq dan shodaqoh di BAZDA SUMUT setiap tahunnya. Untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bershodaqoh,
BAZDA SUMUT harus terus melakukan sosialisasi zakat secara kompherenship
melalui kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan.
b. Devialina Puspita (2008)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Devialina Puspita yang
berjudul “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Terhadap Keberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan Rumah Tangga” (Kasus : Program Urban Masyarakat Mandiri, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) menunjukkan bahwa dana zakat melalui program Urban Masyarakat Mandiri belum dapat memberdayakan rumah tangga miskin untuk
menjadi sejahtera melainkan hanya sampai pada meberdayakan rumah tangga
untuk dapat melanjutkan usahanya. Hal tersebut dapat dilihat dari pendayagunaan
bantaun hanya sampai bagaimana responden harus memutar modal mereka setiap
harinya, belum sampai pada tahap bagaimana responden harus mengembangkan
usaha dan mensejahterakan mereka dengan menaikkan pendapatannya.
Selain itu, dana zakat melalui program Urban Masyarakat Mandiri
Bantuan Masyarakat Mandiri belum berpengaruh nyata terhadap usaha
pengentasan kemiskinan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya pendapatan mitra
yang berimplikasi kepada belum tercapainya, mitra yang sejahtera.
Dari kerangka konseptual di atas dapat dilihat bahwa tujuan dari
pengelolaan dana zakat adalah mengurangi kemiskinan. Bersamaan dengan
keberhasilan mengurangi kemiskinan tersebut, jumlah orang yang membayar
zakat (muzakki) diharapkan meningkat. Keberhasilan pengentasan kemiskinan
melalui pemanfaatan potensi zakat yang ada dan pendayagunaan zakat yang
terkumpul digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat, khusunya
masyarakat muslim. Proses pengentasan kemiskinan juga didukung oleh lembaga
pengelola zakat kepada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik)
untuk menjalankan usaha yang bersifat produktif. Pengelolaan Zakat
Pengurangan Kemiskinan Melalui Potensi Zakat dan
Peranan Zakat Untuk Masyarakat
Bantuan Pinjaman & Modal
Pendayagunaan Zakat
Keterampilan dan Pelatihan
Dukungan yang diberikan berupa bantuan permodalan, pelatihan, dan
peralatan. Lembaga pengelola zakat yang sudah besar biasanya menggunakan
lembaga Intermediary, lembaga Pengelola zakat seperti Baitul Mal wa Tamwil
untuk memberdayakan mustahik dan jika usahanya berkembang diharapkan