• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARTAPURA KABUPATEN BANJAR RISK FACTORS FOR DIABETES MELLITUS TYPE 2 IN THE WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER MARTAPURA DISTRICT BANJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARTAPURA KABUPATEN BANJAR RISK FACTORS FOR DIABETES MELLITUS TYPE 2 IN THE WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER MARTAPURA DISTRICT BANJAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

RISK FACTORS FOR DIABETES MELLITUS TYPE 2 IN THE WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER MARTAPURA DISTRICT BANJAR

Mulyadi1, Fauzie Rahman2, Dian Rosadi3, Laily Khairiyati4, Musafaah5 1

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat

2

Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan

3

Departemen Epidemiologi

4

Departemen Kesehatan Lingkungan

5

Departemen Biostatistik Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Email: mulyadikru@gmail.com

ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Penyakit DM masih merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas Kalimantan Selatan pada tahun 2013 angka kasus DM di Kabupaten Banjar merupakan yang tertinggi di Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jenis kelamin, usia, aktifitas fisik, obesitas dan kebiasaan merokok terhadap kejadian DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Martapura. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain case control. Populasi adalah seluruh penduduk yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Martapura. Sampel yang diteliti berjumlah 150 dengan 75 sampel kasus dan 75 sampel kontrol orang dan diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 adalah jenis kelamin (p=0,014), usia (p=0,001), aktifitas fisik (p=0,009), obesitas (p=0,003) dan merokok (p=0,039). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan agar menyampaikan tentang pentingnya menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah kejadian DM tipe 2.

Kata kunci : aktifitas fisik, obesitas, merokok, diabetes melitus

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is a disease characterized by the occurrence of hyperglycemia and impaired metabolism of carbohydrates, fats, and proteins associated with an absolute or relative deficiency of insulin secretion employment or, DM disease remains a major health problem in developing countries, including Indonesia.Based on data Riskesdas South Kalimantan in 2013 the numbers of cases of DM in Banjar district is the highest in South Kalimantan. This research aims to analyze the influence of gender, age, physical activity, obesity and smoking on the incidence of type 2 diabetes mellitus in public health center Martapura, This research is a quantitative research using case control design. The population isall residents are treated in public health center Martapura, The samples studied amounted to 150 with 75 sample cases and 75 control samples of people and taken by purposive sampling technique. The results showed thatrisk factors that affect the incidence of type 2 diabetes mellitus were gender (p = 0.014), age (p = 0.001), physical activity (p = 0.009), obesity (p = 0.003) and smoking (p = 0.039), Therefore, it is recommended to health workers in order to deliverabout the importance of adopting a healthy lifestyle to prevent the incidence of type 2 diabetes.

Keywords : physical activity, obesity, smoking, diabetes mellitus

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau

relatif dari kerja dan atau sekresi insulin (1). Data pada tahun 2012 menunjukkan bahwa DM merupakan

(2)

tahun 2014 sebanyak 387 juta orang (8,3%) di dunia menderita DM, dengan kasus DM tipe 2 adalah kasus

yang paling banyak terjadi (70%) (2).

Berdasarkan data IDF tahun 2014, Indonesia menempati peringkat ke-5 penderita DM terbanyak di

dunia dengan perkiraan jumlah mencapai 9 juta orang, dengan prevalensi 1,1% (2). Menurut hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar

2,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan prevalensi pada tahun 2007, yaitu sebesar 1,1% (3).

Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan. Berdasarkan

data Riskesdas Kalimantan Selatan pada tahun 2013 angka kasus DM di Kabupaten Banjar merupakan

yang tertinggi di Kalimantan Selatan yaitu sebesar 3,8% dan berada di atas prevalensi DM Nasional yaitu

sebesar 2,1% (4). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar pada tahun 2016 puskesmas

tertinggi kasus DM adalah puskesmas Martapura yaitu 1114 kasus dan 63 kasus kematian, dengan kasus

tertinggi pada DM tipe 2 (566 Kasus). Data bulanan kesakitan di Puskesmas Martapura Kabupaten Banjar,

juga menunjukan adanya kasus DM tipe 2 yang masih tinggi dalam 3 bulan terakhir yaitu 39 kasus pada

bulan Oktober, 43 kasus pada bulan November dan 34 kasus pada Desember 2016 (5).

Usia dan jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko DM tipe 2. Kebanyakan kasus DM tipe 2

memang terjadi pada usia dewasa, lebih banyak sesudah usia 40 tahun (6). Hasil penelitian Syamiyah N

membuktikan bahwa umur >40 tahun memiliki pengaruh yang bermakna dengan kejadian DM tipe 2. Orang

yang berumur >40 tahun 2,83 kali lebih berisiko menderita DM tipe 2 (7). Perempuan lebih berisiko terkena

DM tipe 2. Berdasarkan penelitian Fitriani perempuan 1,6 kali lebih berisiko terkena DM tipe 2 daripada

laki-laki (8). Faktor risiko DM tipe 2 lainnya yaitu aktifitas fisik dan obesitas. Penelitian Sukmaningsih WR (2016)

didapatkan nilai OR= 7,737 yang dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki aktivitas fisik rendah

berisiko sebesar 8 kali untuk mengalami kejadian DM tipe 2. Selain itu terdapat hubungan antara

kegemukan dengan kejadian DM tipe 2, dari hasil penelitian didapat nilai p = 0,000 (p < 0,05) maka ada

hubungan yang bermakna antara kegemukan dengan kejadian DM tipe 2. Selain aktivitas fisik dan obesitas,

status merokok juga dapat memicu terjadinya penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. Penelitian Sukmaningsih

WR (2016) menyebutkan bahwa seseorang yang merokok berisiko sebesar 2,538 kali untuk mengalami

kejadian DM tipe 2 dengan p-value 0,020. (9).

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dilakukan penelitian untuk menjelaskan faktor risiko kejadian

penyakit DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Martapura Kabupaten Banjar.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan desain case control bertujuan

untuk menganalisis pengaruh jenis kelamin, usia, aktifitas fisik, obesitas dan kebiasaan merokok terhadap

kejadian DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Martapura. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk

yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Martapura Kabupaten Banjar yaitu sebanyak 82.194 orang pada

tahun 2016.. Penetapan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang telah

diketahui sebelumnya dan sesuai dengan tujuan penelitian serta memenuhi kriteria inklusi penelitian.

Adapun kriteria inklusi yang digunakan pada penelitian ini meliputi Pasien DM tipe 2 yang pernah berobat di

Puskesmas Martapura dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Martapura. Sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus pengujian hipotesis untuk dua proporsi sehingga sampel berjumlah 150 orang (10).

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh distribusi frekuensi variabel penelitian dapat dilihat pada

tabel 1 berikut ini

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Variabel Kejadian DM Tipe 2

Kasus Kontrol

n % n %

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

29 46

38,7 61,3

45 30

60,0 40,0 Usia

Berisiko Tidak berisiko

47 28

62,7 37,3

26 49

34,7 65,3 Aktifitas fisik

Tidak aktif Aktif

48 27

64,0 36,0

31 44

41,3 58,7 Obesitas

Obesitas Tidak obesitas

42 33

56,0 44,0

23 52

30,7 69,3 Status merokok

Perokok 25 33,3 13 17,3

Bukan perokok 50 66,7 62 82,7

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2017

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 76

orang (50,7%) dibandingkan laki-laki yang berjumlah 74 orang (49,3%). Wanita lebih berisiko terkena DM

tipe 2 karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar.

Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh

menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita DM tipe 2

(9).

2. Usia

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden dengan usia tidak berisiko berjumlah 77

orang (51,4%) dibandingkan responden dengan usia berisiko yaitu berjumlah 73 orang (48,6%). DM tipe 2

biasanya disebut diabetes yang terjadi pada usia dewasa (adult or maturity onset diabetes). Kebanyakan

kasus diabetes tipe 2 memang terjadi pada usia dewasa, lebih banyak sesudah umur 40 tahun, serta

mereka yang kurang gerak badan, massa ototnya berkurang, dan berat badannya makin bertambah (11).

3. Aktifitas fisik

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden tidak aktif melakukan aktifitas fisik yaitu

berjumlah 79 orang (52,7%) dibandingkan dengan responden dengan aktifitas fisik aktif yaitu 71 orang

(47,3%). Pengaruh aktifitas fisik terhadap diabetes akan menimbulkan perubahan metabolik, yang

dipengaruhi selain oleh lama, berat latihan dan tingkat kebugaran juga oleh kadar insulin plasma, kadar

glukosa darah, kadar benda keton dan imbangan cairan tubuh. Keuntungan aktifitas fisik dapat memberikan

kesegaran tubuh, glukosa darah lebih terkontrol, mengurangi kebutuhan obat atau insulin dan bisa

(4)

4. Obesitas

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa 65 responden (43,3%) obesitas dan 85 responden (56,7%)

menunjukkan tidak obesitas. Obesitas merupakan faktor langsung yang dapat mempengaruhi kejadian DM

tipe 2, orang yang obesitas memiliki distribusi lemak yang berlebih didalam tubuhnya seperti penelitian

Ramlah yang menyebutkan orang yang memiliki lemak berlebihan pada batang tubuh, terutama bagian

perut lebih memungkinkan terkena DM tipe 2 (13).

5. Merokok

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa 65 responden (43,3%) perokok dan 85 responden (56,7%)

menunjukkan bukan perokok. Kebiasaan merokok secara mekanisme biologi dapat meningkatkan radikal

bebas dalam tubuh yang menyebabkan kerusakan fungsi sel endotel dan merusak sel beta di pankreas.

Telah diketahui bahwa hormon insulin diproduksi oleh sel beta di pulai langerhans dalam pankreas, jika

terjadi kerusakan pada pankreas maka akan mempengaruhi produksi insulin yang akan menghambat jalan

masuk glukosa kedalam sel dan akhirnya akan menimbulkan kadar glukosa yang meningkat dalam darah

dan menyebabkan kejadian DM tipe 2 (14).

B. Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan masing-masing variabel bebas dilakukan analisis bivariat. Hasil analisis

bivariat dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2 Hubungan antar Variabel dengan Kejadian DM tipe 2

Variabel Kejadian DM tipe 2 p-value OR

Kasus Kontrol

n % n % (95% Cl)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 29 46 38,7 61,3 45 30 60,0 40,0

0,014 0,420

(0,218 – 0,809) Usia Berisiko Tidak berisiko 47 28 62,7 37,3 26 49 34,7 65,3

0,001 3,163

(1,623 – 6,164) Aktifitas fisik Tidak aktif Aktif 48 27 64,0 36,0 31 44 41,3 58,7

0,009 2,523

(1,306 – 4,874) Obesitas Obesitas Tidak obesitas 42 33 56,0 44,0 23 52 30,7 69,3

0,003 2,877

(1,473 – 5,623) Status merokok

Perokok 25 33,3 13 17,3 0,039 2,385

Bukan perokok 50 66,7 62 82,7 (1,108 – 5,134)

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe

2 adalah jenis kelamin (0,014), usia (0,001), aktifitas fisik (0,009), obesitas (0,003) dan merokok (0,039).

SIMPULAN

1. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Martapura

(p=0,014, OR= 0,420).

2. Ada pengaruh usia terhadap kejadian DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Martapura (p=0,001, OR=

(5)

3. Ada pengaruh aktifitas fisik terhadap kejadian DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Martapura

(p=0,009, OR=2,523).

4. Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Martapura (p=0,003,

OR= 2,877).

5. Ada pengaruh merokok terhadap kejadian DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Martapura (p=0,039,

OR=2,385).

SARAN

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yaitu :

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya petugas promosi kesehatan melakukan pendekatan

kepada masyarakat dan mengembangkan promosi kesehatan kepada masyarakat melalui penyuluhan

dengan menggunakan media yang menarik seperti poster, pamflet juga dengan penayangan vidio dan

bahasa yang mudah dipahami serta pemberdayaan masyarakat melalui kader kesehatan untuk

menginformasikan tentang pentingnya menerapkan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas)

diantaranya melakukan aktifitas fisik aktif dengan menyelenggarakan senam bersama masyarakat di

puskesmas, mengajak masyarakat mengonsumsi buah dan sayur, tidak merokok serta rutin melakukan

pemeriksaan kesehatan.

2. Bagi Masyarakat

Disarankan kepada masyarakat khususnya wilayah kerja Puskesmas Martapura agar menerapkan

gerakan masyarakat hidup sehat (germas) agar terhindar dari faktor risiko penyakit DM tipe 2.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian ini dengan menggali faktor lain

seperti hipertensi, dislipidemia, ras, riwayat keluarga DM dan riwayat melahirkan yang berpengaruh

terhadap kejadian DM tipe 2, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya

pencegahan kejadian DM tipe 2.

4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Disarankan kepada Program Studi Kesehatan Masyarakat agar dapat menjadikan hasil penelitian ini

sebagai sumber untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dalam penelitian selanjutnya dan sebagai

sumber kepustakaan di Program Studi Kesehatan Masyarakat serta sebagai bahan dalam kegiatan

tridharma perguruan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Global report on diabetes 2015. Global burden of diabetes. France, 2015: 20.

2. International Diabetes Federation (IDF). IDF Diabetes Atlas. 2015: 7.

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta, 2013.

4. Dinkes Kabupaten Banjar. Data penyakit tidak menular tahun 2016.

5. Kemenkes. Riset kesehatan dasar: Pokok-pokok hasil Riskesdas dalam angka Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013. Jakarta, 2013.

(6)

7. Syamiyah N. Faktor risiko kejadian DM tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014.

8. Fitriani. Faktor risiko DM tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia, 2012.

9. Sukmaningsih WR. Faktor risiko kejadian DM Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Purwodiningratan Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.

10. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Alfabeta Bandung, 2011.

11. Tandra, H. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

12. Zaenal Sugiyanto. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus di RSUD Tugurejo Semarang. Artikel Ilmiah, 2014.

13. Trisnawati, S., Widarsa, T., Suastika, K. Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas wilayah Kecamatan Denpasar Selatan. Public Healt And Preventive Medicine Archive 2013; 1 (1):1-8.

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
Tabel 2 Hubungan antar Variabel dengan Kejadian DM tipe 2

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya Sjahrir berpendapat bahwa mentalitas itu sesuatu yang melekat ( inhern ) akibat peninggalan sistem feodal. Adanya perbedaan pendapat ini menyebabkan mereka

Dimana website ini merupakan program yang menolong pelanggan dalam memperoleh informasi berbagai macam pelayanan yang disediakan oleh CMS Fashion Collection dengan cepat

Berdasarkan indikator CV, harga emas pada holding period 20 hari memiliki tingkat risiko yang tertinggi dimana setiap hari berfluktuasi naik atau turun sebesar 0,27% dari

Kurang gizi pada anak usia sekolah dapat juga disebabkan oleh perilaku atau.. kebiasaan jajan anak yang tidak

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat kerusakan dari komponen elektrik dan mekanik alat berat excavator seri PC200-6, menghitung dan menganalisis nilai

Berdasarkan pengolahan data hasil penelitian tentang makna simbol kenegaraan (variabel Y), 19,64% menyatakan kategori menolak, ini disebabkan karena siswa masih

(4) Apabila setelah pendaftaran kedua dan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tetap tidak mendapatkan bakal calon BPD dari seluruh wilayah RW

Contohnya pemagang memperoleh kecakapan melalui transfer pengetahuan di bengkel tempat pemagang bekerja hanya sampai pada proses mengembalikan body kendaraan yang penyok