TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana (KB)
1. Pengertian KB
a. Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No.10/1992).
b. Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood): suatu usaha
untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi.
c. WHO (Expert Comimitte, 1970), tindakan yang membantu
individu/pasutri untuk: mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah
anak dalam keluarga.
2. Sejarah Lahirnya Keluarga Berencana
Dasar pemikiran lahirnya KB di Indonesia adalah adanya permasalahan
kependudukan. Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah:
a. Jumlah besarnya penduduk
b. Jumlah pertumbuhan penduduk
c. Jumlah kematian penduduk
d. Jumlah kelahiran penduduk
e. Jumlah perpindahan penduduk
KB di Indonesia dimulai pada awal abad XX. Di Inggris, Maria Stopes,
a. Tujuan Program KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan social ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia
perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan KB program KB adalah: memperbaiki
kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga, dan bangsa; mengurangi
angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa;
memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas,
termasuk upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta
penaggulangan masalah kesehatan reproduksi.
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
1) Keluarga dengan anak ideal
2) Keluarga sehat
3) Keluarga berpendidikan
4) Keluarga sejahtera
5) Keluarga berketahanan
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7) Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
b. Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14
2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per
perempuan
3) Menurunya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara
kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 %.
4) Menigkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5% .
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional, efektif, efisien.
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi
21 tahun.
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak.
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1
yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan KB Nasional.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB
a. Sosial ekonomi
Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di
Indonesia akanmempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB
di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi
masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat
kontrasepsi yang digunakan. Contoh: keluarga dengan penghasilan cukup
akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak
b. Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih
metode kontrasepsi.Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam
masyarakatmengenai berbagai metode, kepercayaan religious, serta
budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status
wanita.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan
keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu metode.Beberapa studi
telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan
oleh pasangan yang lebih berpendidikan.
d. Agama
Di berbagai daerah kepercayaan religious dapat mempengaruhi klien
dalam memilih metode.Sebagai contoh penganut katolik yang taat
membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagian
pemimpin islam mengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan sebagian
lainnya mengijinkan. Di sebagian masyaraka, wanita hindu dilarang
mempersiapkan makananselama haid sehingga pola haid yang tidak teratur
menjadi masalah.
e. Status wanita
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka
memperoleh dan menggunakan berbagai metode kontrasepsi.Di
daerah-daerah yang status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki
pemasukan yang lebih besar untuk membayar metode-metode yang lebih
Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan KB diarahkan
untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi karena kehamilan
yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan
menjamin keselamatan ibu dan bayi. Pelayanan KB sangat berguna dalam
pengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
atau tidak tepat waktu, karena pelayanan KB bertujuan menunda,
menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila anak sudah cukup.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelayanan KB
yaitu sebagai berikut.
a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama pada pasangan usia subur
yang istrinya mempunyai keadaan “ 4 Terlalu”(terlalu tua >35 tahun,
terlalu muda <19 tahun, terlalu banyak >5 anak, terlalu dekat jarak anak
<2 tahun).
b. Tanggung jawab dalam keikutsertaan ber-KB merupakan tanggung
jawab bersama suami dan istri.
c. Memberi informasi yang lengkap dan adil tentang keuntungan dan
kelemahan masing-masing metode kontrasepsi.
d. Memberi nasihat tentang metode yang paling cocok, sesuai dengan hasil
pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan pada klien.
Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode
kontrasepsi. Dalam program kesehatan reproduksi, wanita usia reproduksi
pra-nikah mendapat perhatian melaui upaya penanganan program
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), sedangkan untuk ibu usia
reproduksi yang sudah berkeluarga dan belum ingin hamil atau menunda
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera/NKKBS dengan dua anak
cukup.
4. Metode keluarga berencana
Bagi pasangan yang berencana membatasi kehamilan dapat
menggunakan metode KB yang meliputi metode sederhana (kondom,
spermisida, koitus intruptus, pantang berkala) dan metode efektif dengan
hormonal (pil KB progesterone only pil; suntikan KB: depoprovera setiap 3
bulan, norigest setiap 10 minggu, cyclofem setiap bulan; susuk KB setiap 5
tahun), mekanis dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (copper T,
medusa, seven copper), atau metode KB darurat.Pengguna program KB
adalah yang menggunakan kontrasepsi modern.
a. KB metode efektif
1) Kontrasepsi hormonal
a) Kontrasepsi hormonal pil
Keuntungan dan kerugian memakai KB pil
Keuntungan:
(1) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100%
(2) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah:
• Ketegangan menjelang menstruasi
• Perdarahan menstruasi yang tidak teratur
• Nyeri saat menstruasi
• Pengobatan pasangan mandul
(3) Pengobatan penyakit endometriosis
Kerugian:
(1) Harus minum pil secara teratur
(2) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium
(3) Penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut rontok, mual
sampai muntah).
(4) Memengaruhi fungsi hati dan ginjal.
Petunjuk pemakaian KB pil
(1) Minumlah pil KB dengan teratur
(2) Bila lupa, pil KB yang harus diminum menjadi dua buah.
(3) Bila perdarahan, tidak memerlukan perhatian karena belum
beradaptasi.
(4) Gangguan ringan dalam bentuk mual dan muntah, sebaiknya
diatasi.
b) Kontrasepsi hormonal suntikan
Keuntungan dan kerugian KB suntikan
Keuntungan:
(1) Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu
(2) Tingkat efektifitasnya tinggi
(3) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas
(4) Pengawasan medis yang ringan
(5) Dapat diberikan pascapersalinan, pasca-keguguran atau
pascamenstruasi
Kerugian:
(1) Perdarahan yang tidak menentu
(3) Masih terjadi kemungkinan hamil
(4) Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan peserta KB
menghentikan suntikan KB
c) Kontrasepsi hormonal susuk (norplant atau implant
Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg levonorgestrel
yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80mcg. Konsep
mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi
pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan
lender serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa, dan
menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi tempat
nidasi.
Keuntungan:
(1) Dipasang selama lima tahun
(2) kontrol medis ringan
(3) dapat dilayani di daerah pedesaan
(4) penyulit medis tidak terlalu tinggi
(5) biaya murah
Kerugian:
(1) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat
menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur
(2) Berat badab bertambah
(3) Menimbulkan akne, ketegangan payudara
b. Kontrasepsi mekanis
Mekanisme kerja lokal AKDR:
1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan
reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan
limfosit.
2) AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin,
yang menghalangi kapasitasi spermatozoa.
Keuntungan AKDR:
1) AKDR dapat diterima masyarakat dunia.
2) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit
3) Kontrol medis yang ringan
4) Penyulit tidak terlalu berat
5) Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik
Kerugian:
1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ
2) Terdapat perdarahan
3) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama
terasa lebih basah
4) Dapat terjadi infeksi
5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau
sekunder dan kehamilan ektopik
6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
c. Menghentikan kehamilan
1) Vasektomi
Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup saluran mani
(vas deferens) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat
produksinya di testis.
Keuntungan:
a) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
b) Sederhana
c) Cepat, hanya memerlukan anastesi local
Kerugian
a) Diperlukan suatu tindakan operatif
b) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau
infeksi
c) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual.
2) Tubektomi
Kontrasepsi ini juga disebut kontrasepsi mantap pada wanita,
yaitu tindakan memotong tuba fallopi / tuba uterine.
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba
uterina dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan
dalam jangka panjang sampai seumur hidup (Anggraini dan Martini,
B. Dukungan Keluarga
1. Pengertian
Dukungan keluarga adalah semua bantuan yang diberikan oleh anggota
keluarga sehingga akan memberikan rasa nyaman secara fisik dan psikologis
pada individu yang sedang merasa tertekan atau stress (Taylor, 2006 dalam
fadilah, 2013).
Dukungan keluarga adalah suatu prose hubungan antara keluarga dengan
lingkungan sosialnya yang dapat diakses oleh keluarga yang dapat bersifat
mendukung dan memberikan pertolongan kepada anggota keluarga
(Friedman, 2010 dalam Fadilah, 2013).
Dukungan keluarga dapat berasal dari sumber internal yang meliputi
dukungan dari suami, istri, atau dukungan dari saudara kandung dan keluarga
besar (Widyastuti, 2009 dalam Fadilah, 2013).
2. Jenis Dukungan Keluarga
Jenis dukungan keluarga menurut Friedman (1998) ada empat, yaitu:
a. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan
praktis dan konkrit.
b. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan desiminator (penyebar informasi).
c. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan
sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
d. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
Menurut Housen (Smet, 1994:136) setiap bentuk dukungan sosial
mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan
oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi,
meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya
yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain
yang mungkin menghadapi persoalan yang sma atau hampir sama
b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari
orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta,
kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang
menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri
tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala
keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya,
bahkan mau membantu memecahkan maslah yang dihadapinya.
c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah
seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan
yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang
dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai
bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.
d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan
seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari
penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya
maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian positif (Setiadi,
2008).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
a. Faktor internal
1) Tahap perkembangan
Dukungan keluarga yang diberikan ditentukan oleh usia sesuai dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangan individu. Setiap rentang usia
akan memiliki respon yang berbeda pula terhadap kesehatan.
2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi persepsi individu terhadap
dukungan. Kemampuan berpikir individu akan mempengaruhi dalam
memahami factor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
kesehatan.
3) Faktor emosi
Faktor emosional sangat berpengaruh terhadap keyakinannya terhadap
dukungan. Individu yang tidak mampu melakukan koping adaptif
terhadap adanya ancaman penyakit akan menyangkal adanya gejala
penyakit dan tidak mau menjalani pengobatan.
4) Spiritual
Aspek spiritual tampak pada individu saat menjalani kehidupannya,
mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan dan bagaimana
b. Faktor eksternal
1) Praktik di keluarga
Cara dan bentuk dukungan yang diberikan keluarga akan
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
2) Faktor sosioekonomi
Faktor sosioekonomi dapat memungkinkan risiko terjadinay penyakit
dan sangat berpengaruh terhadap individu dalam melaksanakan
kesehatannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi biasanya akan lebih
tanggap terhadap kesehatan.
3) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan
individu dalam memberikan dukungan termasuk dalam melaksanakan
kesehatan.
C. Keikutsertaan
1. Pengertian
Keikutsertaan atau partisipasi secara harfiah, berarti “turut berperan
serta dalam suatu kegiatan”, dan keluarga menurut Depkes RI (1988) adalah
sebagai unit terkecil dalam masyarakat.
Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam
berbagai jenjang kegiatan.Partisipasi adalah keterlibatan anggota
masyarakat dalam pengambilan keputusan, implementasi program, evaluasi
serta memperoleh manfaat dari keterlibatannya dalam pengembangan
program. Partisipasi adalah suatu proses sosial di mana anggota suatu
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhannya, mengambil keputusan dan
memantapkan mekanisme untuk memenuhi kebutuhannya.
Partisipasi dapat terwujud apabila syarat-syarat berikut terpenuhi:
1. Adanya rasa saling percaya antar anggota masyarakat.
Ketidakpercayaandan saling curiga dapat merusak semangat untuk
partisipasi yang mulai tumbuh. Rasa saling percaya diciptakan melalui
suatu niat baik untuk melakukan sesuatu demi kesejahteraan
masyarakat.
2. Adanya ajakan dan kesempatan bagi anggota masyarakat untuk
berperan serta dalam kegiatan atau program.
3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh
masyarakat.
4. Adanya contoh dan keteladanan dari para tokoh dan pemimpin
masyarakat.
Cary (1970) mengatakan, bahwa partisipasi dapat tumbuh jika tiga
kondisi berikut terpenuhi:
1. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi yang
memungkinkan anggota-anggota masyarakat untuk berpartisipasi.
2. Mampu untuk berpartisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota
masyarakat sehingga mampu untuk memberikan sumbang saran yang
konstruktif untuk program.
3. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program.
Ketiga kondisi itu harus hadir secara bersama-sama. Apabila orang mau dan
akanberpartisipasi. Demikian juga untuk dua kondisi yang lain (Notoatmodjo,
dkk, 2010).
Pada penelitian ini keikutsertaan pada program KB dimaksudkan adalah
pada wanita usia subur pemakai KB modern, berupa KB pil, suntik, implan,
AKDR, dan kontap atau yang disebut dengan pemakai KB aktif.
D. Keluarga
1. Pengertian
a. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.
b. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
c. Menurut departemen kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari
suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
d. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Ciri-Ciri Keluarga
a. Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton
2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) temasuk
perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh
anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
e. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
4. Fungsi Pokok Keluarga
a. Friedman (1998)
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
1) Fungsi efektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
2) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga
4) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fugsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
b. UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994
1) Fungsi keagamaan
a) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh anggota keluarga.
b) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari
kepada seluruh anggota keluarga.
c) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam
pengamalan dari ajaran agama.
d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat.
e) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama
sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
2) Fungsi budaya
a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan
norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan.
b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring
norma dan budaya asing yang tidak sesuai
c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya
mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif
globalisasi dunia.
d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya
dapat berprilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia
e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang
dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung
terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.
3) Fungsi cinta kasih
a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar
anggota keluarga kedalam simbol-simbol nyata secara optimal dan
terus menerus.
b) Membina tigkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara
kuantitatif dan kaulitatif
c) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan
ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang.
d) Membina rasa, sikap, dan praktikhidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
4) Fungsi perlindungan
a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa
tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang dating dari luar.
c) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamana keluarga sebagai
modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
5) Fugsi reproduksi
a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi
b) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan
keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental
c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak antar 2 anak dan jumlah ideal anak
yang diinginkan dalam keluarga.
d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
6) Fugsi sosialisasi
a) Menayadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialissasi anak pertama dan utama.
b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai
konflik dan permaslahan yang dijumpainya baik dilingkungan
sekolah maupun masyarakat.
c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal
yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan
(fisik dan mental), yang tidak, kurang diberikan oleh ligkungan
sekolah maupun masyarakat.
d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam
keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak,
tetapi juga orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan
7) Fungsi ekonomi
a) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam ligkungan
keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan
kehidapan keluarga.
b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran
keluarga.
c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi,
selaras dan seimbang.
d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
8) Fungsi pelestarian lingkungan
a) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan intern
keluarga.
b) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan
ekstern keluarga.
c) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan yang
serasi, selaras, dan seimbang antara lingkingan keluarga dengan
lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.
d) Membina kaseadaran, sikap. Dan praktik pelestarian lingkungan
hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia
5. Keluarga sejahtera
Menurut A.Mungit (1996) keluarga yang dibentuk atas dasar perkawian
yang syah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang
layak.Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi,
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.
Berdasarkan kemampuan kelurga untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan
aktualisasinya dimasyarakat, serta memperhatikan perkembangan negara
Indonesia menuju negara industri, maka negara Indonesia menginginkan
terwujudnya keluarga sejahtera (Setiadi, 2008).
E. Wanita Usia Subur Risiko Tinggi
Wanita usia subur adalah wanita yang berumur 15-49 tahun yang berstatus
kawin maupun yang belum kawin atau janda (BKKBN, 2011). Sedangkan
menurut Depkes RI (2009), wanita usia subur adalah semua wanita yang telah
memasuki usia antara 15-49 tahun tanpa memperhitungkan status
perkawinannya.
Dalam obstetri modern terdapat pengertian potensi risiko, dimana suatu
kehamilan dan persalinan selalu mempunyai risiko, dengan kemungkinan
bahaya/risiko terjadinya komplikasi dalam persalinan.Komplikasi dapat ringan
atau berat yang menyebabkan terjadinya kematian, kesakitan, kecacatan pada ibu
Faktor risiko adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan
kemungkinan risiko/bahaya terjadinya komplikasi pada persalian yang dapat
menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan/bayinya.
Salah satu ciri faktor risiko/masalah dalah faktor risiko/masalah mempunyai
hubungan dengan kemungkinan terjadinya komplikasi tertentu pada persalinan.
Ida Bagus Manuaba menyederhanakan faktor risiko sebagai berikut:
1. Berdasarkan anamnesis.
a. Usia ibu (<19 tahun, >35 tahun)
b. Riwayat operasi (operasi plastik pada vagina-fistel atau tumor vagina,
operasi persalinan atau operasi pada rahim)
c. Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian intrauterine, sering
mengalami perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat hamil, anak
terkecil berusia lebih dari 5 tahun tanpa KB, riwayat mola hidatidosa
atau korio karsinoma)
d. Riwayat persalinan (persalinan prematur, persalinan dengan berat bayi
lahir rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi,
persalinan dengan plasenta manual, persalinan dengan perdarahan
postpastum, persalinan dengan tindakan (ekstraksi forceps, ekstraksi
vakum, letak sungsang, ekstraksi versi, operasi sesar).
2. Hasil pemeriksaan fisik.
a. Hasil pemeriksaan fisik umum (tinggi badan kurang dari 145cm,
deformitas pada tulang panggul, kehamilan disertai: anemia, penyakit
b. Hasil pemeriksaan kehamilan (kehamilan trimester satu: hiperemesis
gravidarum berat, perdarahan, infeksi intrauterin, nyeri abdomen,
serviks inkompeten, kista ovarium, atau mioma uteri.
Hebert Hutabarat. Membagi faktor kehamilan dengan risiko tinggi
berdasarkan:
1. Komplikasi obstetrik (usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35
tahun), paritas (primigravida tua primer atau sekunder, grande
multipara), riwayat persalinan (abortus lebih dari 2 kali, partus
premature 2 kali atau lebih, riwayat kematian janin dalam rahim,
perdarahan pasca-persalinan, riwayat pre-eklamsia-eklamsia, riwayat
kehamilan mola hidatidosa, riwayat persalinan dengan tindakan operasi,
terdapat disproporsi sefalopelvik, perdarahan antepartum, kehamila
ganda atau hidramnion, hamil dengan kelainan letak, dugaan
dismaturitas, serviks inkompeten, hamil disertai mioma uteri atau kista
ovarium.
2. Komplikasi medis, kehamilan yang disertai dengan anemia, hipertensi,
penyakit jantung, hamil dengan diabetes mellitus, hamil dengan obesitas,
hamil dengan penyakit hati, hamil disertai panyakit paru, hamil disertai
penyakit lainnya (Manuaba, A.C., dkk, 2010).
Jadi wanita usia subur resiko tinggi adalah wanita yang berusia 15-49 tahun
yang memiliki keadaan resiko tinggi seperti yang telah dijelskan diatas baik