• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revitalisasi Nilai Nilai Pancasila dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Revitalisasi Nilai Nilai Pancasila dalam"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Revitalisasi Nilai – Nilai Pancasila dalam Menghadapi Tantangan Era Globalisasi

ABSTRAK

Kata Kunci: Revitalisasi, Nilai Nilai Pancasila, Globalisasi

Pancasila sebagai dasar Negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan perjanjian luhur dari para pendiri negara, yang kemudian didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Nilai inti Pancasila sebagai dasar negara ini tersirat dari pemaknaan terhadap nilai yang terkandung pada setiap sila Pancasila yang kelimanya saling berkaitan. Fenomena globalisasi dalam perkembangannya memposisikan nilai-nilai Pancasila untuk selalu siap dihadapkan pada keberadaan ideologi yang bersifat merusak. Globalisasi secara langsung maupun tidak langsung telah menggeser nilai nilai Pancasila dalam masyarakat kita. Kita masih menghadapi berbagai tantangan yang berkaitan dengan upaya implementasi nilai-nilai dasar Pancasila dan nasionalisme pada bangsa Indonesia. Padahal sesungguhnya Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia telah terbukti dan teruji mampu mempersatukan pluralisme dari berbagai suku, ras, etnis maupun agama yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Pancasila hanya dianggap sebagai simbol, bahkan mulai dilupakan.

Jajak pendapat yang dilaksanakan oleh Litbang Kompas (2012) terhadap 860 responden di sepuluh kota di Indonesia mendapatkan hasil bahwa hampir seluruh responden (96,6%) menyatakan bahwa Pancasila haruslah dipertahankan sebagai dasar negara. Sebanyak 92,1% menegaskan bahwa Pancasila sebagai landasan terbaik bagi bangsa ini serta mayoritas responden sepakat bahwa Pancasila tetap menjadi landasan terbaik bagi berdirinya bangsa ini. Akan tetapi juga cukup mengejutkan dengan hasil yang kontras. Mayoritas responden (79,8%) menilai pemerintah belum mampu menunjukkan sikap adil terhadap masyarakat; sebanyak 90,8% hanya hapal sila pertama Pancasila; 27,8% tidak ingat isi sila kedua; 23,8% tidak ingat sila ketiga dan sebanyak 30,2% tidak ingat sila keempat dan 20,1% tidak ingat sila kelima. Meski demikian, sebagian publik (55% responden) meragukan keseriusan pemerintah menerapkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kita dan personal pemerintah sendiri kurang menjiwai nilai nilai Pancasila. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai nilai nasionalisme dan Pancasila terhadap bangsa.

(2)

kepemudaan, dan mengadakan event bakti sosial, pencinta alam yang bertemakan nilai nilai Pancasila dan nasionalisme bangsa dan banyakcara yang lainnya.

PENDAHULUAN

Sejak berakhirnya perang dingin yang diwarnai persaingan ideologi antara blok Barat yang mempromosikan liberalisme – kapitalisme dan blok Timur yang mempromosikan komunisme – sosialisme, tatanan dunia mengalami berbagai perubahan pandangan, baik pandangan ekonomi global, politik, maupun ideologi. Negara – negara di dunia secara langsung maupun tidak langsung harus memilih untuk mengikuti arus pergaulan dunia atau mengembangkan jati diri negaranya sendiri mengacu pada kondisi dunia saat itu. Berbagai perubahan pandangan dunia tersebut kemudian berkembang menjadi proses globalisasi dengan segala pengaruhnya yang harus disikapi dengan cermat dan tepat, di antaranya melalui peningkatan implementasi nilai-nilai ideologi bangsa.

Pancasila sebagai ideologi bangsa lahir melalui proses yang panjang dengan bersendikan keberagaman dalam Ke-Bhinneka-an dan seiring dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pancasila dijadikan sebagai falsafah, dasar negara dan ideologi terbuka, open ideology, living ideology dan bukan merupakan suatu dogma statis yang menakutkan (Budiyanto, 2003).

Pancasila sebagai dasar Negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan perjanjian luhur dari para pendiri negara, yang kemudian didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Nilai inti Pancasila sebagai dasar negara ini tersirat dari pemaknaan terhadap nilai yang terkandung pada setiap sila Pancasila, di mana Sila ke-Tuhanan merupakan pemaknaan terhadap nilai-nilai religius yang berkaitan dengan hubungan antara individu dengan Tuhan. Sila Kemanusiaan berhubungan dengan aspek moralitas, keteraturan dan perwujudan aturan sosial yang beradab. Sila Persatuan Indonesia menyiratkan makna perwujudan kesatuan dan kasih sayang terhadap segenap suku bangsa dari Sabang sampai Merauke.

Sila Permusyawaratan dan Perwakilan menyiratkan makna perlunya demokrasi atas dasar musyawarah mufakat dalam menyikapi berbagai persoalan, dan sila Keadilan Sosial yang menyiratkan perilaku yang transparan, adil dan merata guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan 10721 etnik yang beragam dan plural (Bahar, 2008).

Pancasila sebagai sumber hukum nasional dimaknai sebagai dasar dan landasan bagi pembentukan segala hukum dan perundangan nasional, sehingga pada implementasinya segala bentuk perundangan harus mengarah pada bagaimana menjaga integrasi bangsa, membangun demokrasi dan membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang didasarkan pada prinsip toleransi kemanusiaan dan keberagaman yang berkeadaban.

(3)

terbuka, Pancasila membuka ruang penuh bagi negara dan masyarakatnya untuk mencapai cita-citanya secara bersama – sama.

Pemahaman terhadap latar belakang historis dan konsep tentang Pancasila bagi setiap warga negara, merupakan suatu bentuk kewajiban sebelum kita dapat melaksanakan nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kewajiban tersebut merupakan konsekuensi kita sebagai warga negara, karena kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, maka setiap warga negara wajib setia kepada dasar negaranya. Perjalanan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada efektivitas penyelenggaraan negara. Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar dalam mengatur penyelenggaraan negara di segala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam. Era globalisasi menuntut kesiapan segenap komponen bangsa untuk mengambil peranan sehingga dampak negatif yang kemungkinan muncul, dapat segera diantisipasi.

Bangsa ini terbentuk dari beragam etnik, suku bangsa maupun agama, yang kesemuanya memiliki filosofi, maksud dan tujuan yang berbeda dan memiliki karakteristik yang serba ‘multi’. Secara regional dan global, Pancasila dihadapkan pada perkembangan globalisasi yang dinamis dengan berbagai dampak, baik dampak yang membawa keuntungan bagi negara, maupun dampak rentannya pengaruh tersebut dari kemungkinan adanya pihak tertentu dengan kepentingannya sendiri.

Perkembangan globalisasi telah menjangkau pada ranah tanpa batas, yang secara langsung dan tidak langsung akan menyisihkan negara – negara yang tidak bisa mengikuti gerak langkah perkembangan tersebut. Globalisasi yang pada hakikatnya membawa kita ke ruang lingkup atau tatanan dunia itu dapat diibaratkan seperti pergerakan udara yang bergerak dari satu ruangan, masuk dan kemudian memenuhi ruangan lain yang lebih luas dan tidak terbatas. Titik awal lahirnya globalisasi, dimulai dengan ditemukannya alat komunikasi dan transportasi modern yang pada akhirnya mempermudah manusia untuk berkomunikasi tanpa batas sehingga terjadi pertukaran informasi secara cepat dan memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Fenomena globalisasi dalam perkembangannya memposisikan nilai-nilai Pancasila untuk selalu siap dihadapkan pada keberadaan ideologi yang bersifat merusak. Indonesia dalam menuju peradaban yang lebih bermartabat dihadapkan pada berbagai pengaruh ideologi – ideologi lain, termasuk ideologi radikalisme global yang mengganggu pencapaian dari berbagai kebijakan yang ditetapkan. Padahal sesungguhnya Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia telah terbukti dan teruji mampu mempersatukan pluralisme dari berbagai suku, ras, etnis maupun agama yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

(4)

kebenaran, kebaikan dan keunggulan Pancasila sepanjang masa. Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi negara, diharapkan mampu menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan jaman di era globalisasi ini. Pancasila di era globalisasi cukup sulit untuk membimbing bangsa Indonesia. Terdapat berbagai macam budaya dari negara lain yang masuk ke Indonesia, dan sebagian besar budaya itu telah mendarah daging kepada rakyat Indonesia baik itu budaya baik ataupun buruk. Akibat dari globalisasi inilah yang menjadikan warga Indonesia seringkali lupa akan nilai – nilai Pancasila, sehingga perlu proses revitalisasi.

Setelah enam puluh delapan tahun Indonesia merdeka dan seratus lima tahun kebangkitan nasional saat ini, kita masih menghadapi berbagai tantangan yang berkaitan dengan upaya implementasi nilai-nilai dasar Pancasila dan nasionalisme pada bangsa Indonesia. Pertama, nilai-nilai Pancasila sepertinya masih belum membumi, masih belum diamalkan secara baik oleh bangsa Indonesia. Pancasila seakan hanya menjadi simbol saja, tanpa terimplementasi secara nyata baik pada tataran kehidupan kenegaraan maupun pada tataran kehidupan masyarakat. Kedua, kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda pada era globalisasi ini mendapat pengaruh yang sangat kuat dari nilai-nilai budaya luar, sehingga mulai banyak sikap dan perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

Ketiga, nilai-nilai nasionalisme oleh sebagian pihak dipandang mengalami erosi pada saat ini, terutama di kalangan generasi muda (Triantoro, 2008). Keempat, berkembangnya paham keagamaan yang tidak memandang penting nasionalisme dan negara kebangsaan Indonesia, dan lebih memandang penting universalisme. Pendukung paham ini juga menolak demokrasi sebagai sebuah sistem pemerintahan yang dipandang baik dan pada ujungnya tidak memandang Pancasila sebagai sebuah ideologi yang penting dan tepat bagi bangsa kita. Kelima, masih perlu dipertanyakan peran pendidikan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal dalam menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila, termasuk nilai-nilai nasionalisme kepada bangsa Indonesia, khususnya kepada generasi muda.

Tantangannya adalah menyiapkan secara matang generasi muda penerus bangsa, supaya arah dari pengembangan budi pekerti generasi muda dapat berjalan dengan baik dan tidak terpengaruh dampak negatif dari globalisasi yang dapat memudarkan nilai-nilai pancasila dalam tubuh bangsa. Ironisnya, kondisi generasi muda Indonesia sekarang telah mengalami degradasi karakter yang cukup besar. Perilaku mereka telah terpengaruh pola hidup masyarakat luar negeri yang menurut mereka lebih bagus, keren dan lebih cocok. Mereka melupakan jati dirinya sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki nilai – nilai luhur sesuai dengan yang telah diajarkan nenek moyang dan para pendiri bangsa yang dikristalkan menjadi Pancasila. Jika tidak segera diantisipasi maka mereka dapat dengan mudah dipengaruhi oleh pengaruh yang buruk yang pada akhirnya tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga berpengaruh pada kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.

(5)

Adapun tujuan pengkajian nilai – nilai Pancasila dalam karya tulis ini adalah untuk membuka kembali pentingnya revitalisasi nilai – nilai Pancasila dalam menghadapi tantangan era globalisasi saat ini terutama pada para generasi muda sebagai penerus kepemimpinan bangsa, sehingga mampu memberikan manfaat sebagai sumber inspirasi dalam memperbaiki konsep pembentukan karakter yang kuat dan mampu membentuk generasi yang berprestasi, berakhlak mulia, dan menjunjung tinggi nilai – nilai luhur bangsa yang tertuang dalam Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

METODE PENULISAN

Informasi yang digunakan dalam karya ilmiah ini dikumpulkan melalui studi literatur antara lain buku teks, jurnal, artikel, dan hasil penelitian serta penalaran terhadap kejadian yang terjadi di sekitar.

PEMBAHASAN

Eksistensi Nilai – Nilai Pancasila pada Masyarakat Indonesia Saat Ini

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik para founding fathers ketika negara Indonesia didirikan. Namun dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila sering mengalami berbagai perubahan dalam aktualisasi nilai-nilainya. Perubahan pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa penambahan, pengurangan, dan penyimpangan dari makna yang seharusnya. Walaupun seiring dengan itu sering pula terjadi upaya pelurusan kembali. Pancasila sering digolongkan ke dalam ideologi tengah di antara dua ideologi besar dunia yang paling berpengaruh. Pancasila bukan berpaham komunisme dan bukan berpaham kapitalisme. Pancasila tidak berpaham individualisme dan tidak berpaham kolektivisme (Mulyono, 2002).

Pancasila lahir sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri, artinya bahwa didirikannya sebuah negara adalah semata-mata untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang sejahtera, makmur dan sentosa. Tujuan tersebut adalah perjanjian antara negara dengan rakyatnya, dan negara sebagai organisasi yang mengatur, berkewajiban untuk membawa rakyatnya kepada tujuan yang dimaksud, tanpa menghilangkan hak-hak rakyatnya sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, karena rakyatlah yang memiliki negara, bukan negara yang memiliki rakyat.

(6)

mewujudkan masyarakat yang menjunjung tinggi dan mengamalkan nilai – nilai Pancasila.

Ketika negara sudah dapat berjalan dengan berpijak diatas pancasila secara baik dan benar, maka efek dominonya adalah terwujudnya sebuah tatanan orang – orang yang menjiwai nilai – nilai Pancasila. Akan tetapi saat ini Pancasila merupakan identitas negara Indonesia yang sedikit demi sedikit mulai lenyap dimakan waktu. Pancasila adalah pedoman negara ini, dimana pedoman untuk mengarahkan negara ini menuju masyarakat yang sejahtera. Pada kenyataannya di negeri ini, ternyata banyak sekali masyarakat yang tidak menghargai Pancasila itu sendiri. Bahkan pada masyarakat umum ada juga yang tidak tahu apa itu Pancasila.

Jajak pendapat yang dilaksanakan oleh Litbang Kompas (2012) terhadap 860 responden di sepuluh kota di Indonesia mendapatkan hasil bahwa hampir seluruh responden (96,6%) menyatakan bahwa Pancasila haruslah dipertahankan sebagai dasar negara. Sebanyak 92,1% menegaskan bahwa Pancasila sebagai landasan terbaik bagi bangsa ini serta mayoritas responden sepakat bahwa Pancasila tetap menjadi landasan terbaik bagi berdirinya bangsa ini. Akan tetapi juga cukup mengejutkan dengan hasil yang kontras. Mayoritas responden (79,8%) menilai pemerintah belum mampu menunjukkan sikap adil terhadap masyarakat; sebanyak 90,8% hanya hapal sila pertama Pancasila; 27,8% tidak ingat isi sila kedua; 23,8% tidak ingat sila ketiga dan sebanyak 30,2% tidak ingat sila keempat dan 20,1% tidak ingat sila kelima.

Meski demikian, sebagian publik (55% responden) meragukan keseriusan pemerintah menerapkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih dari itu, rangkaian pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh aparatur negara, baik maupun hak asasi manusia secara kolektif, telah ikut menyebabkan enurunnya semangat nasionalisme bangsa, khususnya di daerah-daerah di mana telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang bersifat berlarut, seperti di Nanggroe Aceh Darussalam dan Papua (Lemhannas RI, 2012).

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kita dan personal pemerintah sendiri kurang menjiwai nilai – nilai Pancasila. Pancasila hanya sebagai simbol saja tanpa implementasi yang jelas dan kontinyu oleh segenap masyarakat Indonesia. Untuk menghapalkan isi silanya saja sudah banyak yang lupa, apalagi memahami inti sari tiap sila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari – hari. Kita tidak akan menjadi seorang Pancasilais, jika pancasila itu sendiri tidak dirasakan keberadaannya, khususnya bagi generasi muda sebagai penerus tongkat estafet bangsa Indonesia. Munculnya perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai – nilai Pancasila misalnya, tindak pidana korupsi dimana - mana, kolusi, nepotisme, diskriminasi hukum dan HAM, perilaku ekstrim dari para generasi muda, narkoba, pergaulan bebas, gaya hidup hedonis, individualistis, apatis, cenderung mementingkan diri sendiri dan golongan. Kesemuanya itu merupakan bukti nyata akan perilaku yang dilakukan tidak didasarkan pada prinsip ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokratis, dan keadilan sosial. Hal ini patut dicermati dan segera dicari solusinya.

(7)

Perkembangan paradigma global dunia dipengaruhi oleh dua paradigma besar yaitu liberalisme dan komunisme. Liberalisme adalah paham yang menitikberatkan pada individu yang berarti memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi individu dan tidak boleh ada yang membatasi kebebasan tersebut. Sedangkan komunisme adalah paham yang menitikberatkan pada negara yang berarti negara diberikan kekuasaan untuk mengatur kehidupan negara (Munjani, 2011).

Dalam perkembangannya pancasila mengalami beberapa tantangan serius dari kedua ideologi besar ini, paradigma pancasila merupakan jawaban terbaik atas perseteruan kedua ideologi tersebut dimana tujuan utamanya adalah negara yang makmur yang bertujuan untuk terciptanya masyarakat yang sejahtera. Seperti yang telah kita ketahui saat ini, Pancasila telah berkurang kesakralannya. Berbagai pengaruh budaya asing telah menggeser nilai-nilai dari Pancasila. Saat ini Pancasila semakin terlihat sebagai simbol saja. Seharusnya pada era baru dan globalisasi ini Pancasila menjadi pegangan hidup masyarakat Indonesia. Apabila Pancasila semakin luntur, maka hilanglah pula jati diri bangsa kita ini.

Globalisasi juga berkaitan erat dengan perkembangan IPTEK. Dalam Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Berkaitan dengan sila ketuhanan yang maha esa mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah makhluk yang mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik yang hidup maupun yang tidak hidup tantangan yang muncul adalah kekerasan agama yang akhir-akhir ini terjadi, sekularisme yang muncul di kalangan masyarakat (McClooy, 2008). Tantangan terhadap Sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mulai maraknya kekerasan yang muncul di kalangan masyarakat seperti geng motor di banyak daerah (Jawa Pos, 2013). Sila Persatuan Indonesia mengingatkan kita untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa namun dengan munculnya hedonisme dan individualisme yang mengakibatkan persatuan kita terancam. Konflik Aceh dan Papua yang sering terjadi mengancam disintergrasi bangsa dan harus segera diselesaikan. Sila Keadilan Sosial memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan perlakuan, dalam pemutusan, pelaksanaan, perolehan hasil dan pemikulan risiko dengan memaksimalkan kelompok-kelompok minimum (Rukiyati, 2008).

Contoh lainnya yaitu lunturnya sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Maraknya korupsi di Indonesia merupakan bukti lunturnya sila keempat tersebut. Salah satu arti dari sila tersebut bahwa pemerintah harusnya mendahulukan kepentingan rakyat dan negara. Akan tetapi pemerintah sekarang justru mengutamakan kepentingan pribadi. Memakai dana dari negara yang seharusnya untuk rakyat dipakai untuk kepentingan pribadi masing-masing sehingga merugikan rakyat. Seharusnya pemerintah harus menjadi Good Goverance yang artinya terjadi hubungan timbal balik antara negara dan rakyat bukan hubungan ekspoloitatif (Habermars, 2008).

(8)

dasar negara disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara dihubungkan fungsinya sebagai dasar negara, yang merupakan landasan bagi bangsa Indonesia dan negara Republik Indonesia dapat disebut pula sebagai ideologi nasional atau ideologi negara. Jika terjadi kesenjangan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan, rakyat Indonesia harus kembali kepada filsafat Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mencari jalan keluarnya dan menyelesaikan permasalahannya. Pancasila diharapkan dapat menjadi tumpuan dan referensi untuk membangun tatanan masyarakat atau untuk memperbaharui tatanan sosial budaya.

Seperti yang dikemukakan diatas, budaya globalisasi sedang melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Segala aspek secara tidak langsung mendapatkan pengaruh yang dengan adanya globalisasi ini. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap generasi muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala – gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari generasi muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

(9)

Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai – nilai nasionalisme dan Pancasila terhadap bangsa. Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai tersebut, antara lain (1) bidang politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat; (2) bidang ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa; dan (3) bidang sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.

Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme, antara lain (1) Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran, sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tersebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang; (2) bidang ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri membanjiri di Indonesia. Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia; (3) Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat; (4) Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa; dan (5) Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Berdasarkan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme bangsa dan mengupayakan revitalisasi nilai – nilai Pancasila kepada segenap masyarakat Indonesia.

(10)

Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa adalah dengan adanya bangsa Indonesia yang berada di pusaran arus globalisasi dunia. Yang terpenting bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak boleh kehilangan jati diri, meskipun hidup ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.

Dalam arus globalisasi saat ini tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas dalam rakyat dan bangsa Indonesia untuk membuka diri terhadap dunia. Hal ini tidak lepas dari pengaruh sikap bangsa Indonesia yang dengan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu, islam, serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme pada jaman dahulu. Sehingga bukan tidak mungkin apabila wujud kolonialisme saat ini dapat berupa penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa semakin luas.

Dalam pergaulan dunia yang semakin global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Maka saat ini konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional harus ditolak dengan tegas.

Untuk itu generasi muda harus tetap menjadikan Pancasila sebagai pondasi moral dan pendidikan di era globalisasi ini, agar nilai – nilai pancasila tidak luntur dan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan negara yang sesuai dengan cita – cita pancasila.

(11)

Sebagai dasar negara, Pancasila adalah barometer moral di mana kerangka kewarganegaraan harus dibuat diatasnya. Pancasila secara fundamental merupakan kerangka yang kuat untuk pendefinisian konsep kewarganegaraan yang utuh, sebab didalamnya memiliki komitmen yang kuat terhadap pluralisme dan toleransi. Komitmen inilah yang mampu mempersatukan dan menjaga keutuhan bangsa yang terdiri 10721 lebih kelompok etnis dan bahasa. Inilah pentingnya kita kembali peduli kepada Pancasila, melaksanakan komitmen – komitmennya dan menegakkan prinsip – prinsip kewarganegaraan. Sebagai warga negara, kita juga memiliki tanggung jawab mengawasi pelaksanaan komitmen tersebut, agar tidak melenceng dari garisnya.

Sebenarnya banyak cara menumbuhkembangkan rasa nasionalisme dan me-revitalisasi nilai – nilai Pancasila pada masyarakat Indonesia di tengah wacana mengenai kekhawatiran akan semakin tajamnya kemerosotan nasionalisme. Nasionalisme dapat dipupuk kembali dalam momentum-momentum yang tepat seperti pada saat peringatan hari sumpah pemuda, hari kemerdekaan, hari pahlawan dan hari besar nasional lainnya, guru maupun dosen yang tulus mengajar dengan baik dan dengan ikhlas menuntun para siswa hingga mampu mengukir prestasi yang gemilang, pelajar yang belajar dengan sungguh-sungguh dengan segenap kemampuannya demi nama baik bangsa dan negara, cinta serta bangga tanpa malu-malu menggunakan produk – produk dalam negeri demi kemajuan ekonomi negara. Bukan itu saja nasionalisme juga dapat dibangun melalui karya seni seperti menciptakan lagu – lagu yang berslogan cinta tanah air, melukis, seni peran yang bertajuk semangat juang untuk negara dan karya-karya seni lainnya. Mengadakan event kepemudaan, lebih menggalakkan kembali Karang Taruna, mengadakan event bakti sosial, pencinta alam yang bertemakan nilai – nilai Pancasila dan nasionalisme bangsa.

(12)

bersyukur bahwa founding fathers telah merumuskan dengan jelas pandangan hidup bagi bangsa dan rakyat Indonesia yang dikenal dengan nama Pancasila (Suteng, 2003).

Pancasila telah dirumuskan sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia. Juga sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Karena itu, Pancasila tak bisa terlepas dari tata kehidupan rakyat sehari-hari mengingat Pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita moral yang meliputi seluruh jiwa dan watak yang telah berurat-berakar dalam kebudayaan bangsa Indonesia.

Kebudayaan bangsa Indonesia sejak dahulu kala telah menegaskan bahwa hidup dan kehidupan manusia bisa mencapai kebahagiaan jika dikembangkan secara selaras dan seimbang baik dalam pergaulan antar anggota masyarakat selaku pribadi, hubungan manusia dengan komunitas, hubungan dengan alam, maupun hubungan dengan Sang Khalik. Maka, guna meredam pengaruh dari luar perlu dilakukan akulturasi kebudayaan akibat globalisasi. Artinya, budaya dari luar disaring oleh budaya nasional sehingga output yang dikeluarkan sesuai dengan nilai dan norma bangsa dan rakyat Indonesia. Memang masuknya pengaruh negatif budaya asing tidak dapat lagi dihindari, karena dalam era globalisasi tidak ada negara yang bisa menutup diri dari dunia luar.

Oleh sebab itu, bangsa Indonesia harus mempunyai akar-budaya dan mengikat diri dengan nilai-nilai agama, adat istiadat, serta tradisi yang tumbuh dalam masyarakat. Pancasila dapat ditetapkan sebagai dasar negara karena sistem nilainya mengakomodasi semua pandangan hidup dunia internasional tanpa mengorbankan kepribadian Indonesia. Hal ini akan menjaga nilai-nilai luhur bangsa dan semangat untuk ber-nasionalisme. Nasionalisme bangs Indonesia dapat terus dipertahankan dan dilestarikan dengan mengimplementasikan seluruh nilai-nilai Pancasila dalam keseluruhan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila pada sila ketiga yakni Persatuan Indonesia yang bermakna menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, rela berkorban demi bangsa dan negara, cinta akan tanah air, bangga sebagai bagian dari Indonesia dan memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika merujuk pada semangat Nasionalisme bangsa dan pengembalian lagi jati diri Pancasila pada seluruh masyarakat Indonesia.

KESIMPULAN

(13)

Globalisasi secara sahih mempengaruhi pelaksanaan implementasi nilai – nilai Pancasila dengan cara langsung maupun tidak langsung mengakibatkan masyarakat Indonesia terutama generasi muda mengalami degradasi karakter, kehilangan jiwa Pancasilais dan mengikuti ideologi luar yang pada dasarnya tidak cocok dengan kehidupan di Indonesia yang plural, multi kultural dan membutuhkan toleransi dan hormat menghormati dalam pelaksanaan sehari – hari. Pengaruh negatif globalisasi lebih besar daripada positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme bangsa dan mengupayakan revitalisasi nilai – nilai Pancasila kepada segenap masyarakat Indonesia.

Pancasila tak bisa terlepas dari tata kehidupan rakyat sehari-hari mengingat Pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita moral yang meliputi seluruh jiwa dan watak yang telah berurat – berakar dalam kebudayaan bangsa Indonesia, karena Pancasila merupakan ideologi bangsa. Upaya revitalisasi nilai – nilai Pancasila dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya melakukan sosialisasi kembali pada momen – momen nasional seperti kemerdekaan atau hari sumpah pemuda; menumbuhkan sikap bangga dengan produk dalam negeri, mengaktifkan dan mengoptimalkan kembali kegiatan kepemudaan, dan mengadakan event bakti sosial, pencinta alam yang bertemakan nilai – nilai Pancasila dan nasionalisme bangsa dan banyak cara yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al Alim, Muhammah Aziz. 2011. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Untuk Menumbuhkan Nasionalisme Bangsa. STMIK AMIKOM : Yogyakarta.

Bahar, Saafroedin. 2008. Silabus dan Bahan Ajaran Sementara Prinsip-prinsip Organisasi dan Manajemen Pertahanan, Edisi 2, 21 Januari 2008.

Budiyanto. 2003. Dasar – Dasar Ilmu Negara. Jakarta : Erlangga.

Habermars, Juergen.2008 Demokrasi Deliberatif. Gramedia : Jakarta.

Jawa Pos, 20 Maret 2012. Maraknya Geng Motor dikalangan remaja.

Jurnal Kajian Lemhannas RI ,Edisi 14 , Desember 2012.

http://www.lemhannas.go.id/portal/images/stories/humas/jurnal/jurnal_ internasional3.pdf (Diakses 09 Desember 2013).

Litbang Kompas, 2012. Survey ingatan dan harapan akan Pancasila.

(14)

McClooy, Tockenfille. 2008. Sekularisme Ditinjau Kembali. Gramedia : Jakarta.

Mulyono, 2000. Dinamika Aktualisasi Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara. UNDIP. Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/3241/2/3_artikel_P%27_Mulyono.pdf (Diakses 09 Desember 2013).

Munjani, Saiful. 2011. Demokrasi Indonesia,Islam dan Liberal. Freedom Institute : Jakarta.

Purwanto, Bambang Tri dan Sunardi H.S. 2013. Membangun Wawasan Kewarganegaraan. Surakarta : PT. Tiga Serangkai.

Suteng S, Bambang. 2003. PPKn SMU 1 untuk Kelas 1. Surakarta : Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Artinya, untuk produk Nutrilon Royal sebesar 94,00 % dari perubahan volume penjualan dapat dijelaskan oleh perubahan variabel harga jual produk, sedangkan sisanya

Dyah Ngesti Utami mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, 2003. Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang wacana pers yang dispesifikan pada

1/39-MM tentang Safeguarding The Rights of Muslim Communities and Minorities in Non OIC Member State sebagai berikut menyerukan kepada negara-negara anggota untuk

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hubungan gambaran sosial masyarakat yang terdapat dalam novel Rindu karya Tere Liye yang mengusung latar

a) Bahwa dalil pengaduan Pengadu dalam kedudukannya sebagai pendukung Calon Bupati Kabupaten Karawang dengan nomor urut 6 ( enam ) yaitu Saan Mustopa adalah dalil

Fleksibilitas beton aspal dengan copper slag lebih baik daripada beton aspal normal, karena hasilnya mendekati nilai rata-rata syarat yang ditentukan, sedangkan beton aspal

bahwa untuk mewujudkan perizinan senjata api standar militer dan amunisinya sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 07 Tahun 2010 tentang

Dari data yang dihasilkan dalam penelitian ini, Self regulated learning siswa pada awalnya rerata antara kelas eksperimen dan kontrol terdapat perbedaan. Kondisi ini