• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI PEMBAHARUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINJAUAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI PEMBAHARUA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT DALAM PENETAPAN

PERPPU ORMAS

TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI HUKUM

OLEH :

HARTANA, S.H. 17/417859/PHK/09751

MAGISTER HUKUM LITIGASI

(2)

TINJAUAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI PEMBAHARUAN MASYARAKAT DALAM PENETAPAN PERPPU ORMAS

1. LATAR BELAKANG.

Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis mempelajari hubungan timbal-balik antara hukum sebagai gejala sosial, dengan gejala-gejala sosial lain. Tujuan sosiologi hukum di dalam kenyataan seperti berikut : berguna untuk terhadap kemampuan memahami hukum di dalam konteks sosial, memberikan kemampuan untuk mengadakan analisis terhadap efektivitas hukum dalam masyarakat, baik sebagai sarana pengendalian sosial, mengubah masyarakat, mengatur interaksi sosial agar mencapai keadaan social yang tertentu dan memberikan kemungkinan-kemungkinan dan kemampuan untuk mengadakan evaluasi terhadap efektivitas hukum di dalam masyarakat. Hukum di Indonesia terbukti telah menjadi alat kekuasaan, hukum bukanlah sesuatu yang otonom karena menjadi sub sistem dari sistem lain yang lebih besar. Keadaan ini harus diperbaiki pada saat ini karena saat ini adalah momentum yang tepat untuk itu dimana hukum harus menunjukkan otoritasnya dan secara fleksibel mengikuti perkembangan dan tuntutan rakyat. Pengertian yang fleksibel dari hukum di sini jangan diartikan bahwa hukum itu plin-plan dalam menghadapi perkembangan jaman, tetapi pengertian yang benar dalam konteks ini adalah bagaimana hukum dapat menempatkan diri dalam posisinya sebagai institusi yang keberadaannya dibutuhkan oleh rakyat dalam sebuah negara yang demokratif. Jadi lebih tepatnya fleksibelitas hukum ini dapat dikaitkan dengan adaptasi hukum terhadap tuntutan rakyat. Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seorang pemegang peranan (role occupant) itu diharapkan bertindak. (Liky Faizal, Sosiologi Hukum Dalam Paradigma Sosial, Jurnal TAPIs Vol. 5 No. 10 Juli-Desember 2009).

Untuk memahami bekerjanya hukum, dapat dilihat fungsi hukum tersebut di dalam masyarakat. Fungsi tersebut dapat diamati dari beberapa sudut pandang, yaitu sebagai sosial, sebagai alat untuk mengubah masyarakat, sebagai simbol, sebagai alat politik, maupun sebagai alat integrasi. Fungsi hukum sebagai rekayasa sosial yang semakin penting dalam era pembangunan adalah sebagai sarana pembangunan masyarakat. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa adanya ketertiban dalam pembangunan merupakan suatu yang dianggap penting dan sangat diperlukan. "Hukum sebagai sarana rekayasa sosial, innovasi, sosial engineering, tidak saja digunakan untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku yang terdapat dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengarahkan pada tujuan-tujuan yang dikehendaki, menghapuskan kebiasaan-kebiasaan yang dipandang tidak perlu lagi, menciptakan pola-pola kelakuan baru dan sebagainya" (Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Perubahan Sosial Bandung : Alumni, 1983).

(3)

hanya saja ada masyarakat yang perubahannya pesat dan ada pula yang lamban. Di dalam menyesuaikan diri dengan perubahan itulah, fungsi hukum sebagai a tool of engineering, sebagai perekayasa sosial, sebagai alat untuk merubah masyarakat ke suatu tujuan yang diinginkan bersama (Soerjono soekanto, Pokok-pokok Sosiologi hokum, Jakarta : PT.Raja Grafindo persada, 2000).

Hukum sebagai kontrol sosial

Dalam memandang hukum sebagai alat kontrol sosial manusia, maka hukum merupakan salah satu alat pengendali sosial. Alat lain masih ada sebab masih saja diakui keberadaan pranata sosial lainnya (misalnya keyakinan, kesusilaan). Kontrol sosial merupakan aspek normatif kehidupan sosial. Hal itu bahkan dapat dinyatakan sebagai pemberi defenisi tingkahg laku yang menyimpang dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, seperti berbagai larangan, tuntutan, dan pemberian ganti rugi. Hukum sebagai alat kontrol sosial memberikan arti bahwa ia merupakan sesuatu yang dapat menetapkan tingkah laku manusia. Tingkah laku ini dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang menyimpang terhadap aturan hukum. Sebagai akibatnya, hukum dapat memberikan sanksi atau tindakan terhadap si pelanggar. Karena itu, hukum pun menetapkan sanksi yang harus diterima oleh pelakunya. Hal ini berarti bahwa hukum mengarahkan agar masyarakat berbuat secara benar menurut aturan sehingga ketentraman terwujud. Sanksi hukum terhadap perilaku yang menyimpang, ternyata terdapat perbedaan di kalangan suatu masyarakat. Tampaknya hal ini sangat berkait dengan banyak hal, seperti keyakinan agama, aliran falsafat yang dianut. Dengan kata lain, sanksi ini berkaitan dengan kontrol sosial. Hukum, di samping bukan satu-satunya alat kontrol sosial, juga sebagai alat pengendali memainkan peran pasif. Artinya bahwa hukum menyesuaikan diri dengan kenyataan masyarakat yang dipengaruhi oleh keyakinan dan ajaran falsafat lain yang diperpeganginya. Dalam hal ini, fungsi hukum ini lebih diperluas sehingga tidak hanya dalam bentuk paksaan. Fungsi ini dapat dijalankan oleh dua bentuk yaitu :

- Pihak penguasa negara. Fungsi ini dijalankan oleh suatu kekuasaan terpusat yang berwujud kekuasaan negara yang dilaksanakan oleh the ruling class tertentu. Hukumnya biasanya dalam bentuk hukum tertulis dan perundang-undangan.

- Masyarakat. Fungsi ini dijalankan sendiri oleh masyarakat dari bawah. Hukumnya biasa berbentuk tidak tertulis atau hukum kebiasaan.

(4)

penentu, seperti kekuasaan, materi dan pamrih serta kolusi. Citra penegak hukum masih rawan.

Hukum sebagai rekayasa sosial.

(5)

sehingga sejauh mungkin tidak membawa dampak negatif sebagaimana yang dikhawatirkan, dan bahkan jika perlu dalam pelaksanaannya benar-benar tidak akan melahirkan dampak seperti yang tersebut. Adanya hukum sebagai rekayasa sosial mencerminkan fungsi hokum sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang membahayakan (Ashadi L.Diab, Peranan Hukum Sebagai Social Control, Social Engineering Dan Social Welfare, Jurnal Al-‘Adl Vol. 7 No. 2, Juli 2014).

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang ditetapkan sekaligus diundangkan pada tanggal 10 Juli 2017 yang merupakan salah satu hokum public yang bersifat memaksa, secara resmi disetujui oleh DPR untuk disahkan menjadi Undang-Undang dalam Rapat Paripurna tanggal 24 Oktober 2017. Terlepas dari perdebatan adanya unsur politis dalam penetapan Perppu Ormas tersebut, kenyatannya pro dan kontra selalu mewarnai pengesahan Perppu Ormas tersebut yang memang sejak diundangkannya penuh dengan perdebatan yang menguras banyak energi. Masing-masing pihak yang mendukung maupun yang menolak mempunyai argumentasi tersendiri yang sulit dicarikan titik temunya. Terlepas dari itu, perbedaan pendapat adalah sesuatu yang wajar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang merupakan bagian dari Demokrasi. Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan adalah “apakah penetapan Perppu Ormas dimaksudkan sebagai sarana pembaharuan masyarakat menuju suatu perubahan hukum tertentu?”.

2. PEMBAHASAN.

(6)

dapat dikatakan bahwa hukum merupakan alat dominan dalam mewujudkan cita-cita politik nasional negara dan bangsa Indonesia. Rasa aman, rasa tertib, rasa adil, rasa merdeka bersuara yang merupakan tuntutan politik warga yang harus dijalankan oleh penguasa politik, dapat tergambar dalam hukum nasional yang sekaligus merupakan alat politik. Dengan demikian, hukum mengalami perubahan sesuai kondisi waktu dan tempat. Meski harus diingat bahwa hukum juga tidak terlepas dari hasrat orang-orang atau golongan yang memerintah. Namun mereka menyusun hukum itu tidak lepas dari dasar dan konstitusi negara yang memuat citacita nasional (Ashadi L.Diab, Peranan Hukum Sebagai Social Control, Social Engineering Dan Social Welfare, Jurnal Al-‘Adl Vol. 7 No. 2, Juli 2014).

(7)

bangsa dan negara Republik Indonesia tercinta. Termasuk di antaranya Ormas yang terang-terangan mendiskreditkan ideologi negara Pancasila, menyerukan penggantian ideologi dan konstitusi negara serta sistem politik-pemerintahan dan fondasi kenegaraan, terlibat dalam gerakan dan jaringan terorisme global dan nasional, melakukan tindakan provokatif dan intoleran serta sebagai aktor berbagai tindakan provokasi kebencian dan intoleransi atas berbagai kelompok sosial-agama di Indonesia. Sudah banyak karya akademik dan hasil riset yang membahas dan mendokumentasikan tentang aksi-aksi mereka selama ini. Tentu saja tindakan makar, intoleran dan radikal seperti yang dilakukan oleh ormas-ormas di atas tidak bisa dibiarkan begitu saja menggerogoti sendi-sendi kebangsaan dan bangunan kenegaraan. Negara adalah ibarat tubuh manusia. Begitu tubuh itu terindikasi penyakit kanker misalnya, harus segera diantisipasi sebelum sel-sel kanker itu menjalar kemana-mana dan membahayakan kelangsungan hidup tubuh kita (Sumanto Al Qurtuby, Pro-Kontra Perppu No. 2 Tahun 2017, Media online Deutsche Welle (DW) 25 Juli 2017).

Dalam penjelasan umum Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan diterangkan bahwa maksud dan tujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini adalah untuk membedakan dan sekaligus melindungi Ormas yang mematuhi dan konsisten dengan asas dan tujuan Ormas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan Ormas yang asas dan kegiatannya nyata-nyata bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Ada dua hal yang perlu digarisbawahi dari penjelasan umum ini yaitu :

- Pertama yaitu pemetaan Ormas (yang sudah terdaftar maupun yang sudah berstatus badan hukum) menjadi dua kelompok yaitu Ormas yang asas dan kegiatannya konsisten dengan Pancasila dan UUD 1945 dan sebaliknya kelompok Ormas yang asas dan kegiatannya nyata-nyata bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

- Kedua yaitu perlindungan yang hanya diberikan oleh Pemerintah terhadap Ormas yang asas dan kegiatannya konsisten dengan Pancasila dan UUD 1945. Disatu sisi Ormas yang patuh dan konsisten dengan asas dan tujuan Ormas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 akan dilindungi, dan disisi lain Ormas yang asas dan kegiatannya nyata-nyata bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 akan ditertibkan.

(8)
(9)

Emerich Edward Dalberg Acton atau dikenal sebagai Lord Acton (1834-1902) “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely.” (kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan mutlak menghasilkan korup yang mutlak). Kekuasaan ini tentunya tidak tak terbatas, karena Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan Hak Asasi Manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara Republik Indonesia (pasal 71, UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia). Ketika ada Ormas tertentu yang telah melakukan kegiatan-kegiatan yang bernuansa permusuhan antara lain berupa ucapan, pernyataan, sikap atau aspirasi baik secara lisan maupun tertulis, melalui media elektronik maaupun media lainnya yang menimbulkan kebencian baik terhadap kelompok tertentu maupun terhadap mereka yang termasuk ke dalam penyelenggara Negara, yang potensial menimbulkan konflik sosial antara anggota masyarakat, tentunya harus diantisipasi oleh Pemerintah dalam rangka melaksanakan kewajiban untuk melindungi kedaulatan Negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Sebagai pelindung dan pengayom masyarakat, pemerintah seharusnya selalu waspada dan trengginas mengantisipasi potensi-potensi buruk dan kurang sehat yang menimpa masyarakat, bangsa dan negara seperti yang disemaikan oleh ormas-ormas di atas, bukan malah membiarkan mereka berkeliaran dimana-mana. Para elite politik dan penguasa harus cekatan menangani ulah berbagai ormas radikal, intoleran, dan kontra-Pancasila yang membahayakan keamanan nasional dan kenyamanan sosial bukan malah membiarkan mereka melakukan berbagai aksi konyolnya. Karena itu, kehadiran Perppu ini perlu di sambut positif demi "menertibkan” kehidupan sosial-kemasyarakat dan keberlangsungan bangsa dan Negara. Keamanan, kenyamanan, toleransi, dan kebangsaan harus diutamakan. Demokrasi ada batasnya. Dan demokrasi di Indonesia bukan demokrasi sekuler-liberal ala Barat melainkan demokrasi yang bertumpu pada nilai-nilai local wisdom, sendi-sendi kebangsaan dan norma-norma Pancasila, bukan demokrasi yang liar bebas nilai dan tanpa batas yang berpotensi memicu konflik, ketegangan, perpecahan dan perseteruan. Perlu juga diingat, negara Indonesia bukanlah negara sekuler-liberal, bukan pula negara Islam, melainkan "Negara Pancasila” sehingga semua ormas dan kelompok masyarakat harus tunduk pada Ideologi dan Konstitusi Negara. Bahwa Perppu itu berpotensi untuk disalahgunakan di kemudian hari, memang benar. Jangankan Perppu, konstitusi dan kitab suci juga berpotensi untuk disalahgunakan. Alasan bahwa Perppu itu bisa digunakan untuk menganulir ormas-ormas lain di Indonesia sama sekali tidak berdasar karena spirit dari Perppu ini untuk melawan ormas-ormas yang melakukan tindakan makar, intoleransi, dan radikalisme di masyarakat bukan ormas-ormas yang selama ini menjadi pejuang toleransi, pluralisme, dan perdamaian (Sumanto Al Qurtuby, Pro-Kontra Perppu No. 2 Tahun 2017, Media online Deutsche Welle (DW) 25 Juli 2017).

(10)

Penetapan sekaligus pengundangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) adalah merupakan salah satu langkah yang ditempuh oleh Pemerintah dalam menjalankan fungsi hukum sebagai sarana untuk mengubah atau sarana pembaharuan masyarakat dengan menerapkan asas Contarius Actus dalam menata ormas-ormas yang telah ada untuk menuju suatu perubahan hukum yaitu terciptanya suatu ketertiban dan keharmonisan hidup sosial kemasyarakatan serta keberlangsungan bangsa dan Negara dengan memberikan perlindungan hak-hak untuk berserikat dan berkumpul dalam naungan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang asas dan tujuannya serta kegiatannya selaras atau berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

DAFTAR PUSTAKA :

- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi kemasyarakatan.

- Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi kemasyarakatan.

- Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Perubahan Sosial Bandung : Alumni, 1983.

- Soerjono soekanto, Pokok-pokok Sosiologi hokum, Jakarta : PT.Raja Grafindo persada, 2000.

- Liky Faizal, Sosiologi Hukum Dalam Paradigma Sosial, (online) Jurnal TAPIs Vol. 5 No. 10 Juli-Desember 2009 diakses tanggal 23 November 2017.

- Ashadi L.Diab, Peranan Hukum Sebagai Social Control, Social Engineering Dan Social Welfare, (online) Jurnal Al-‘Adl Vol. 7 No. 2, Juli 2014, diakses tanggal 23 November 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2012, Bupati mengeluarkan peraturan untuk pajak dan retribusi dan mengalami kendala, harapan dinas terkait tahun 2019 harus ada kerjasama dengan OPD yang lain,

Masalah yang terjadi dalam penelitiannya adalah apakah motivasi wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak terdapat pengaruh kesadaran pajak, pengetahuan

Sehubungan hal tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Retribusi Jasa Pelayanan Industri Kecil Menengah yang dikenakan atas penggunaan sarana

Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat,

Dalam teks abstrak disajikan secara padat intisari skripsi yang mencakup latar belakang, masalah yang diteliti, tujuan, hipotesis (jika ada), jenis penelitian, responden,

Bidang Kegiatan Teknis dipimpin seorang Direktur Teknis yang mempunyai tugas pokok didalam melaksanakan sebagian tugas perusahaan di bidang penyusunan &

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan data dilapangan, dan dalam penulisan ini penulis memperoleh data dari sumber yang berhubungan dengan objek yang

Pada uji precision yang dilakukan pada bulan Mei, Juni dan Juli 2009, nilai tengah precision Scirus mendapat nilai tertinggi yaitu 0,078 merupakan peringkat pertama, Google