• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011 (STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011 (STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN

TAHUN 2011

(STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK)

SKRIPSI

Oleh:

Nurul Deni Kistiyah

K5407036

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN

TAHUN 2011

(STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK)

Oleh:

Nurul Deni Kistiyah

K5407036

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Nurul Deni Kistiyah, PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011 (STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Seb elas Maret. Surakarta, Januari 2012.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui persebaran spasial rumah saudagar batik dan gerai batik di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011, di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011. (2) Mengetahui pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan spasial. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus tunggal. Populasi penelitian adalah seluruh saudagar batik dan gerai batik di Kampung Batik Laweyan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi langsung yaitu pengamatan langsung ke Kampung Batik Laweyan, studi pustaka dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis peta, analisis tabel dan analisis tetangga terdekat.

Hasil penelitian ini adalah : (1) Persebaran spasial rumah saudagar batik dan gerai batik tahun 2011. Sebaran spasial rumah saudagar batik hampir diseluruh Kelurahan Laweyan kecuali Kampung Kramat dan Kwanggan. Distribusi rumah saudagar batik banyak terdapat di Kampung Setono dengan jumlah sebanyak 7 saudagar batik (30,4%) dan paling sedikit terdapat di Kampumg Sayangan Kulon karena hanya terdapat 1 saudagar batik atau 4,3% dari 23 jumlah saudagar batik yang ada di Kampung Batik Laweyan. Pola persebaran saudagar batik di Kampung Batik Laweyan adalah mendekati acak dengan nilai T= 0.6. Sebaran spasial gerai batik banyak terdapat di sepanjang Jalan Sidoluhur Laweyan. Gerai batik kebanyakan merupakan bangunan baru yang bersifat semi permanen dan berupa etalase kaca. Pola persebaran gerai batik di Kampung Batik Laweyan adalah mendekati cluster dengan nilai T= 0.58. (2) Terdapat 11 urban heritage pada rumah saudagar batik atau 47.8% dari 23 saudagar batik, pada gerai batik terdapat 9 yang termasuk urban heritage atau 14.3% dari 56 gerai batik di Kampung batik Laweyan. Pola persebaran urban heritage di Kampung Batik Laweyan adalah mendekati acak dengan nilai T= 0.59. Tindakan pelestarian yang dilakukan oleh pemilik rumah adalah melindung berupa merawat, mengganti bagian rumah yang rusak, menambah ruang atau bangunan baru untuk dijadikan gerai batik tanpa merubah bentuk asli bangunan, mengembangkan berupa menjadikan rumah sebagai gerai batik dan tetap menjaga keaslian bangunan yang telah diwariskan. Memanfaatkan sebagai showroom batik, galeri batik, museum batik, cafe, proses pembuatan batik dan pelatihan membatik.

(6)

commit to user

vi ABSTRAK

Nurul Deni Kistiyah, PRESERVATION URBAN HERITAGE IN KAMPUNG BATIK LAWEYAN AT 2011 (CASE STUDY BATIK MERCHANTS HOUSE AND BATIK SHOWROOM). Script, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, January 2012

The Purpose of the research are: (1) to find out spatial distribution of batik merchants house and batik showroom in Kampung Batik Laweyan. (2) to find out preservation urban heritage in Kampung Batik Laweyan at 2011

This research used descriptive qualitative method with spatial approach This research is single case study. The population of the research are all of batik merchants house dan batik showroom in Kampung Batik Laweyan. The technique of collection data are the direct observation is observation to Kampung Batik Laweyan, book study and interview. The technique of data analysis are map analysis and descriptive analysis

The result of the research are: (1) batik merchants house and batik showroom spasial distribution at 2011. The spatial distribution batik merchants house and batik showroom in almost all of the except Kramat and Kwanggan Village. Distribution batik merchants house mostly located in Setono Village with 7 batik merchants (33.3%), and the least in Sayangan Kulon Village with 1 batik merchant (4,7%) from 21 batik merchants in Kampung Batik Laweyan. The distribution pattern of merchants house in Kampung batik Laweyan is approach random with the value of T=0,6. .The spasial distribution of batik showroom mostly according to Sidoluhur street. The batik showrooms are mostly new buildings that are semi-permanent and is a storefront glass to show batik offered. The distribution pattern of batik showrooms in in Kampung batik Laweyan is approach random with the value of T=0,59. (2) There are 20 urban heritages in Kampung Batik Laweyan consist of batik merchants house or batik showroom. There are 9 buildings still protected, and the other was change. The action of preservation do at batik merchants house or batik showroom where consist of urban heritage . The action of preservation do by the owner of haouse are treat, replace the damaged part of the house, adding a new room or building to be used as batik showroom without changing the original shape of the building

(7)

commit to user

vii MOTTO

Jalani hidup dengan optimal dan terus melangkah maju

(penulis)

Saya berjalan lambat, tetapi saya tidak pernah berjalan mundur walaupun hanya

satu langkah.

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Ibu dan bapakku, terimakasih atas jerih payah dan pengorbanan yang telah diberikan, kalian

adalah motivasi terbesarku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Mas Rochmad Indrawanto dan keluarga, terimakasih atas semua dukungan yang telah

diberikan

Adik-adikku tersayang Latief, Dhani, Arifin dan Barid

Teman-teman geografi angkatan 2007

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulisan skripsi dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penulisan ditemukan hambatan namun demikian dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat diatasi, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis megucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.

2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Dra. Inna Prihartini, MS selaku Pembimbing II yang dengan sabar memberikan banyak bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama ini.

7. Bapak / Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan, sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan dan penyususnan skripsi ini.

(10)

commit to user

x

9. Sahabat- sahabat Geografi angkatan 2007 yang selalu memberikan semangat dan persahabatan yang tak terlupakan.

10. Bapak Ir. Alpha Fabela Priyatmono dan Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan terimakasih atas waktu dan bantuannya memperoleh data penelitian. 11.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Surakarta, Agustus 2012 Penulis,

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR PETA ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Kaidah Kota (Urban). ... 9

2. Kaidah Warisan Budaya (Heritage) ... 11

3. Kaidah Warisan Budaya Kota (Urban Heritage) ... 14

4. Kaidah Pelestarian Warisan Budaya... 16

5. Kaidah Analisis Spasial ... 18

B. Penelitian Yang Relevan ... 21

(12)

commit to user

xii

D. Batasan Operasional ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 35

C. Sumber Data ... 37

D. Populasi ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Validitas Data ... 40

G. Teknik Analisis Data...41

C. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 44

1. Letak, Luas dan Batas ... 44

2. Kampung Batik Laweyan ... 45

3.KeadaanPenduduk...50

B. Hasil dan Pembahasan ... 52

1. Sebaran Rumah Saudagar Batik dan Gerai Batik ... 57

a. Sebaran Rumah Saudagar Batik ... 57

b. Pola Sebaran Rumah Saudagar Batik...60

c. Sebaran Gerai Batik... 65

d. Pola Sebaran Gerai Batik...65

2. Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan... 72

a. Penentuan urban heritage...72

b. Pola Persebaran urban heritage...76

c. Pelestarian urban heritage... 79

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103

B. Implikasi ... 106

C. Saran ... 106

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penelitian Yang Relevan... 25

Tabel 2 Waktu Perencanaan Penelitian………... 34

Tabel 3 Data dan jenis Data serta Sumber Data……….. 38

Tabel 4 Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk... 50

Tabel 5 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Di Kelurahan Laweyan Bulan Mei Tahun 2011... 51

Tabel 6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Laweyan Tahun 2011... 52

Tabel 7 Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kelurahan Laweyan Tahun 2011... 53

Tabel 8 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011... 54

Tabel 9 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011... 54

Tabel 10 Komposisi Penduduk Menurut Agama Tahun 2011... 55

Tabel 13 Distribusi rumah Saudagar Batik... 60

Tabel 14 Jarak Terdekat Antar Rumah Saudagar Di Kelurahan Laweyan... 61

Tabel 15 Jarak Terdekat Antar Gerai Di Kelurahan Laweyan……….. 66

Tabel 18 Bangunan Kuno Di Kampung Batik Laweyan... 72

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berfikir………... 31

Gambar 2 Pola-pola Penyebaran Berdasarkan Konsep Tetangga Terdekat...42

Gambar 3 Bagan PeringkatPelestarian... 43

Gambar 4 Denah Rumah Laweyan... 48

Gambar 5 Rumah Batik Pulo Djawa... 77

Gambar 6 Bentuk Jendela... 77

Gambar 7 Gerai Batik Tjahaja Baru... 78

Gambar 8 Pendapa... 79

Gambar 9 Gerai Batik Naluri... 81

Gambar 10 Gerai Batik Alini Tampak Depan... 83

Gambar 11 Ruang Tengah... 83

Gambar 12 Batik Kencana Murni………...84

Gambar 13 Pendhapa Mahkota Laweyan………... 85

Gambar 14 Batik Putra Laweyan... 88

Gambar 15 Batik Gress Tenan... 88

Gambar 16 Batik Estu Mulyo... 90

Gambar 17 Batik pendhapi... 93

Gambar 18 Batik Cempaka... 97

(15)

commit to user

xv

DAFTAR PETA

Peta 1 Administrasi Kelurahan Laweyan………..49

Peta 2 Persebaran Rumah Saudagar Batik Di Kelurahan Laweyan... 59

Peta 3 Pola Persebaran Rumah Saudagar Batik Di Kelurahan Laweyan...64

Peta 4 Persebaran Gerai Batik Di Kelurahan Laweyan... 69

Peta 5 Pola Persebaran Gerai Batik Di Kelurahan Laweyan... 70

Peta 6 Persebaran Pengusaha Batik Di Kelurahan Laweyan... 71

Peta 7 Persebaran Urban Heritage Di Kelurahan Laweyan... 75

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran No:

1. Tabel 11. Industri Batik 2. Tabel 14. Gerai Batik

3. Tabel 16. Penentuan Urban Heritage Pada Rumah Saudagar 4. Tabel 17. Penentuan Urban Heritage Pada gerai Batik 5. Pedoman wawancara

6. Hasil Wawancara

7. Tabel 20. Analisis pelestarian 8. Foto Penelitian

9. Monografi Penduduk Kelurahan Laweyan Bulan Mei tahun 2011

10. Draft Surat Keputusan Walikota Surakarta Tentang Penetapan Bangunan-Bangunan Kuno dan Kawasan Cagar Budaya Di Kota Surakarta.

11. Surat Ijin Menyusun Skripsi

(17)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kota akan mengalami perkembangan seiring perubahan dinamika zaman. Perkembangan perkotaan merupakan suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Proses perubahan tersebut dapat berjalan secara alami, atau dapat pula berjalan secara

artificial dengan campur tangan manusia yang mengatur arah perubahan tersebut. Suatu kota yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan perubahan jaman akan menciptakan beberapa kebudayaan yang mengikutinya. Proses tumbuh dan berkembangnya suatu kota melalui beberapa tahapan, yaitu dari masa sebelum modern hingga kini menuju masa yang modern. Perkembangan budaya suatu kota yang telah dipengaruhi oleh kepentingan sosial, ekonomi, politik, dan perkembangan teknologi akan membawa suatu kota menuju modernisasi dan mengabaikan struktur ruang asli dari kota tersebut. Setiap kota memiliki kawasan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Kawasan cagar budaya atau tempat-tempat bersignifikansi budaya ini yang merupakan cikal bakal dari pertumbuhan suatu kota. Namun modernisasi telah perlahan menggeser keaslian budaya yang dimiliki oleh suatu kota seiring dengan dinamika zaman dan perkembangan kota tersebut (eprints.undip.ac.id/6229/1/ndaru05.pdf diakses tanggal 2 januari 2012).

Penataan kota tidak akan terlepas dari rentetan kolektif memori dari masa lalu yang ditengarai menjadi urban heritage. Warisan budaya kota atau yang disebut dengan Urban Heritage adalah objek-objek dan kegiatan di perkotaan yang memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan. Keberadaan

(18)

commit to user

Salah satu kota yang mempunyai kekhasan terhadap kebudayaannya adalah Surakarta. Surakarta merupakan salah satu kota bersejarah di Jawa Tengah. Predikat tersebut tidak keliru, mengingat bahwa kota ini memiliki kisah yang panjang dan selalu tampil dalam panggung sejarah Indonesia. Sejak jaman pra sejarah, jaman islam, jaman penjajahan kolonial sampai jaman kemerdekaan, peran Kota Surakarta tidak pernah bisa diabaikan. Bila ditarik kebelakang, peran sejarahnya tidak kalah mengesankan, dan terwujud dalam banyak peninggalan bersejarah di Kota Surakarta (Hadi dalam Tanjung, 2005:3).

Surakarta merupakan salah satu kota yang mempunyai identitas tersendiri di Indonesia. Kota ini tumbuh dan berkembang melalui beberapa tahap yang masing-masing meninggalkan bekas yang terlihat secara nyata, mulai dari masa pra kerajaan, kerajaan, masa kolonial dan sampai saat sekarang sehingga mengekspresikan bangunan-bangunan yang unik. Kota Surakarta memiliki banyak peninggalan bersejarah baik berupa tangible heritage maupun intangible heritage.

Tangible heritage merupakan warisan budaya yang berwujud kebendaan seperti Keraton Kasunana, Keraton Mangkunegaran, Museum Radyapustaka, Kantor Bondo Laksono sebagaimna telah tersurat pada surat keputusan Walikota Surakarta tentang penetapan Bangunan-Bangunan Kuno Dan Kawasan Cagar Budaya Di Kota Surakarta yang dilindungi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 terdapat 68 situs budaya yang dilindungi. Adapun intangible heritage merupakan warisan budaya yang tidak berwujud seperti festival sekatenan, batik, muludan.

Salah satu situs kawasan budaya yang dikenal di Surakarta adalah kampung batik. Surakarta mempunyai dua kampung batik yaitu Kawasan Kampung Batik Kauman dan Kawasan Kampung Batik Laweyan. Kedua kawasan kampung batik tersebut perlu dilindungi dan masih butuh perhatian dari pemerintah. Kampung Batik Kauman merupakan salah satu kampung di pusat kota dengan kekentalan

(19)

commit to user

Selain Kampung Batik Kauman masih ada Kampung Batik Laweyan yang berada di Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan kota Surakarta yang mempunyai luas daerah 29,267 hektar. Kampung Batik Laweyan secara administrasi adalah Kelurahan Laweyan. Pada tanggal 25 September 2004, Kelurahan Laweyan telah dikembangkan menjadi Kawasan Kampung Batik Laweyan oleh Forum Pengembang Kampung Batik Laweyan, kemudian diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Ir Jero Wacik, S.E pada tanggal 8 Januari tahun 2010, menetapkan bahwa Kawasan Kampung Batik

Laweyan yang berlokasi di wilayah Provinsi Jawa Tengah sebagai kawasan cagar budaya yang dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia no 5 tahun 1992 tentang cagar budaya.

Kampung Batik Laweyan merupakan suatu sentra industri batik yang unik,spesifik dan bersejarah. Kampung Batik Laweyan sebagai kawasan yang unik dan spesifik dikarenakan banyak memiliki peninggalan bangunan kuno yang bercirikan bentuk dan arsitektur bangunan yang berbeda dengan tempat lain. Bangunan di Kampung Batik Laweyan banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa dan Islam (Priyatmono,2004,www.kampoenglaweyan.com/pdf/tata_ruang pdf, diakses pada tanggal 13 Juni 2011).

Kampung Batik Laweyan sebagai salah satu unsur perkotaan yang menjadi pembentuk citra kota Surakarta hingga dikenal sebagai Kota Batik. Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya pasal 1 mengemukakan benda cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan.

(20)

commit to user

fungsi kawasan (Priyatmono, Alpha Fabela. 2004,www.kampoenglaweyan .com/pdf/tata_ruang.pdf, diakses pada tanggal 13 Juni 2011)

Keadaan bangunan di Kelurahan Laweyan cukup bagus tetapi banyak yang tidak terawat. Hal ini disebabkan karena banyak keturunan orang Laweyan yang sudah tidak bertempat tinggal di sana (http://repository.ipb.ac.id/bitstream /handle/123456789/52640/BABIIIGambaranUmumKotaSurakarta.pdf//,diakses 15 Juni 2012).

Kondisi yang tampak di kawasan Kampung Batik Laweyan adalah lebih banyak

bangunan kuno dan bersejarah yang terancam hancur perlahan lahan. Satu persatu bangunan kuno mulai rusak, dan sebagian lain berubah fungsi menjadi ruko atau bangunan baru. Banyak di antara bangunan-bangunan tua tersebut yang dibiarkan dalam keadaan rusak dan tidak terpelihara. Banyaknya bangunan kuno yang terlantar dan tidak terpelihara karena kurangnya apresiasi masyarakat terhadap usaha pelestarian bangunan tua di berbagai kota di Indonesia. Hal ini menjadi kontroversi, di satu sisi bangunan kolonial dianggap sebagai bukti kelam sejarah penjajahan sehingga sering kali bangunan tersebut dihancurkan dan ditelantarkan begitu saja. Penghancuran bangunan tua juga dipicu oleh pembangunan suatu kawasan. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa keberadaan bangunan tua di Indonesia menjadi salah satu wajah yang menambah keragaman wujud kebudayaan Indonesia. (http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/ 22172/1/Tipologi-Ragam-Hias-Rumah-Tinggal-Kolonial-Belanda-di-Ngamarto Lawang.pdf diakses tanggal 5 April 2012)

Bangunan tua di Kelurahan Laweyan yang ditetapkan sebagai cagar budaya seperti masjid, tembok-tembok tinggi dan rumah kuno di kawasan yang terkenal dengan produksi batik itu sebagian tidak mendapat sentuhan perawatan, 30% tidak terawat bahkan rapuh dimakan usia (Aryono, www.solopos.com, 6 November

2011). Kondisi tersebut jika dibiarkan terus-menerus dikhawatirkan identitas Kampung Batik Laweyan akan hilang, yang berarti juga hilangnya salah satu identitas Kota Surakarta.

(21)

commit to user

dilakukan masih hanya sebatas pada peninggalan budaya tertentu saja. Oleh karenanya sangat diperlukan upaya pelestarian terhadap warisan budaya yang dimiliki.

Melihat kondisi tersebut, diperlukan tindakan konkret dari pemerintah setempat ataupun peran serta masyarkat Laweyan dan sekitarnya dalam menjaga keberadaan warisan budaya baik berupa bangunan berupa pelestarian terhadap urban heritage di Kampung Batik Laweyan baik dari pemerintah setempat atau peran serta masyarakat dalam menjaga warisan budaya tersebut guna mempertahankan

identitas Kota Surakarta, terutama kawasan Kampung Batik Laweyan. Sebagai sebuah cultural landscape , Kampung Batik Laweyan memiliki banyak warisan budaya baik berupa benda ataupun nilai-nilai budaya yang ada yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Penelitian ini dilakukan dengan menekankan mengidentifikasi dan mendeskripsikan rumah saudagar batik dan gerai batik karena di Kampung Laweyan banyak terdapat bangunan kuno yang memiliki usia antara 50–100 tahun sebanyak 60%, sehingga untuk mempermudah penelitian, peneliti menekankan obyek penelitian pada rumah saudagar dan gerai batik yang ada melalui persebaran spasial yang dapat berguna sebagai informasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kampung Batik Laweyan. Rumah saudagar dan gerai batik yang termasuk dalam kriteria urban heritage dan keberadaannya hingga dikatakan sebagai urban heritage di kawasan Kampung Batik Laweyan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan urban heritage di Kampung batik Laweyan khususnya pada rumah saudagar dan gerai batik yang masih terjaga keasliannya. Rumah saudagar dan gerai batik yang teridentifikasi sebagai urban heritage pada berharap diperhatikan keberadaannya oleh empunya atau dari instansi pemerintah terkait. Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu

(22)

commit to user

milik para saudagar ataupun gerai batik. Dari latar belakang tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan latar belakang di atas dengan judul “ Pelestarian Urban Heritage Di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011 (Studi kasus Rumah Saudagar Batik dan Gerai Batik).

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latarbelakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kampung Batik Laweyan merupakan suatu sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah yang menjadi pembentuk citra kota Surakarta

2. Warisan budaya yang ada semakin tidak diperhatikan dan diubah menjadi bangunan baru tanpa memperhatikan karakter bangunan sebelumnya.

3. Perlunya mengetahui sebaran bangunan kuno sebagai bukti fisik kekayaan lingkungan yang khas, unik dan berkarakter.

4. Perlunya mengetahui tindakan pelestarian yang dilakukan masyarakat setempat dalam menjaga warisan budaya

C. Pembatasan Masalah

Mengingat adanya keterbatasan dalam kemampuan, waktu, tenaga dan biaya, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Maksud pembatasan masalah adalah agar masalah yang dikaji dapat lebih jelas dan terarah. Berdasar identifikasi masalah yang ada, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Persebaran dan pola persebaran rumah saudagar dan gerai batik di

Kampung Batik Laweyan.

(23)

commit to user D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian sehingga diperoleh data yang sesuai dengan tujuan arah dalam hubunganya dengan judul yang dipilih. Berdasarka uraian yang telah dikemukakan diatas maka dapat diketengahkan beberapa permasalahan yang pada pokoknya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana distribusi spasial dan pola persebaran rumah saudagar dan gerai batik di kawasan Kampung Batik Laweyan tahun 2011?

2. Bagaimana pelestarian urban heritage di kawasan Kampung Batik Laweyan tahun 2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasar latarbelakang dan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan memetakan persebaran dan pola persebaran rumah saudagar dan gerai batik di kawasan Kampung Batik Laweyan.

2. Mengetahui pelestarian urban heritage di kawasan Kampung Batik Laweyan.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan nantinya akan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran baik berupa teori maupun yang lain dalam kajian ilmu geografi pada umumnya, dan geografi kesejarahan pada khususnya

(24)

commit to user 2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memahami pengetahuan dalam bidang geografi , khususnya pemetaan yang mengkaji secara spasial persebaran urban heritage di Kampung Batik Laweyan.

b. Sebagai masukan rencana dan program fisik serta non fisik bagi pemerintah dan swasta tentang kawasan yang berpotensi sebagai urban heritage di Surakarta.

c. Memberikan wawasan kesadaran akan perlunya melestarikan aset

budaya yang ada di Kota Surakarta.

(25)

commit to user

Kota merupakan suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya materialistis. Kota dapat diartikan sebagai benteng

budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang sifatnya heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (hinterland) (Bintarto 1983 : 36)

Menurut Bintarto ciri-ciri fisik kota dapat ditunjukkan sebagai berikut: 1) Tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan

Pasar selalu merupakan titik api atau fokus point dari suatu kota. Pada waktu dulu pasar merupakan daerah yang terbuka, di mana para petani dan para pengrajin membawa barang-barangnya dan melaksanakan perdagangan secara barter. Kemajuan di bidang transportasi dan digunakannya sistem uang, maka sistem barter ini menjadi sistem jual beli.

2) Tempat-tempat untuk parkir

Daerah-daerah pusat kegiatan di kota dapat hidup karena adanya jalur jalan, alat pengangkut sebagai wadah arus penyalur barang dan manusia. Kendaraan-kendaraan pengangkut barang maupun manusia tidak selalu dalam keadaan bergerak terus, tetapi berhenti di tempat-tempat tertentu. Dengan keadaan ini maka di kota timbulah daerah-daerah, tempat-tempat parkir sebagai stasiun pemberhentian.

3) Tempat-tempat rekreasi dan olahraga

Tempat rekreasi dan olahraga di kota atau di desa adalah penting bagi manusia.

(26)

commit to user

apa itu urban? Hal ini lebih dari sebuah pencarian arti kata. Perbedaan antara urban sebagai sesuatu yang ada secara fisik dan membantu kita untuk mengerti kerumitan dari urban life, dan menjelaskan adanya perbedaan pendektan dari kota (Maichael Pacione,2008:20)

Kota merupakan tempat bermukim warga kota , tempat bekerja, tempat hidup, dan tempat berekreasi. Oleh karena itu selayaknya kelestarian kota harus didukung oleh berbagai prasarana dan sarana yang cukup untuk jangka waktu lama. Kota dapat dipandang sebagai suatu gaya hidup. Kota memungkinkan penduduknya

berkontak dengan orang asing, mengalami aneka hal yang berubahnya pesat, memungkinkan taraf individualisasi yang tinggi, mobilitas serta sekularisasi (file.upi.edu/Direktori/fips/jur./culture_heritage.pdf diakses 4 April 2012).

Kota adalah suatu pemusatan keruangan dari tempat tinggal dan tempat kerja manusia yang kegiatannya umum di sektor sekunder dan tersier, dengan pembagian kerja kedalam dan arus lalu lintas yang beraneka antara bagian-bagiannya dan pusatnya, yang pertumbuhannya yang sebagian besar disebabkan oleh tambahan kaum pendatang dan mampu melayani kebutuhan barang dan jasa bagi wilayah yang jauh letaknya.(Risdanti,Ndaru http://eprints.undip.ac.id/ 5683/1/ndaru05.pdf// diakses 31 Desember 2011)

Suatu kota akan mengalami perkembangan seiring perubahan dinamika zaman. Perkembangan perkotaan merupakan suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Proses perubahan tersebut dapat berjalan secara alami, atau dapat pula berjalan secara artificial dengan campur tangan manusia yang mengatur arah perubahan tersebut. Suatu kota yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan perubahan jaman akan menciptakan beberapa kebudayaan yang mengikutinya. Proses tumbuh dan berkembangnya suatu kota melalui beberapa tahapan, yaitu dari

(27)

commit to user

(Risdanti,Ndaru http://eprints.undip.ac.id/5683/1/ndaru05.pdf//, diakses 31 Desem ber 2011)

Lokasi suatu kota ditentukan oleh kerangka topografis yang dimiliki oleh kota sejak berdirinya. Dalam perkembangan lanjut menurut sejarahnya, kota dapat bergeser lokasiny. Ini tergantung dari fungsi kota dalam mengikuti zaman. Misalnya kota sebagai pusat pemerintahan, atau pusat perdagangan.

2. Kaidah Warisan Budaya (Heritage)

Heritage dalam bahasa inggris dapat diterjemahkan sebagai warisan budaya, peninggalan budaya, atau tinggalan budaya. Apabila berangkat dari pemahaman tentang budaya di atas, maka warisan atau tinggalan budaya apapun bentuknya juga bagian dari kebudayaan karena ia merupakan perangkat-perangkat simbol/lambang kolektif milik generasi sebelumnya. Di sini, tinggalan budaya dapat didefinisikan sebagai perangkat-perangkat simbol kolektif yang diwariskan oleh generasi-generasi sebelumnya dari kolektivitas pemilik simbol tersebut.

Pusaka (heritage) merupakan padanan kata yang lain dari “warisan”. Bila pusaka tersebut telah memiliki penetapan hukum, maka digunakan kata “cagar”, misalnya cagar alam atau cagar budaya. Berdasarkan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di Ciloto 13 Desember 2003, telah disepakati bahwa: Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana (JPPI, 2003 www.international.icomos.org/charters/indonesia-charter.pdf diakses tanggal 4 April 2012).

1. Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa.

2. Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan

budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud (intangible). 3. Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam

(28)

commit to user

budaya), yakni menitik beratkan pada keterkaitan antara budaya dan alam dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud dan tidak berwujud.

Warisan didefinisikan secara luas bukan hanya mencakup situs bersejarah utama dan lembaga-lembaga, tetapi seluruh landscape daerah dengan basis geografis, dan pola pertanian lapangan, jalan, pelabuhan, bangunan industri, desa dan jalan utama, bangunan komersial dan tentu saja, masyarakat sendiri dengan tradisi mereka serta kegiatan ekonomi.

Menurut Undang-undang tentang Benda Cagar Budaya pasal 1 menjelaskan bahwa:

“Benda cagar budaya adalah: Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.”

Dalam penjelasan atas undang-undang RI nomor 11tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya dinyatakan bahwa benda cagar budaya mempunyai arti penting bagi kebudayaan bangsa, khususnya untuk memupuk rasa kebanggan nasional, serta memperkokoh kesadaran jati diri bangsa, dan sejauh peninggalan sejarah merupakan benda cagar budaya, maka demi pelestarian budaya bangsa benda cagar budaya harus dilindungi dan dilestarikan, untuk keperluan ini benda cagar budaya perlu dikuasai oleh negara bagi pengamanannya sebagai milik bangsa.

Warisan budaya merupakan harta pusaka budaya dari masa lampau yang digunakan untuk kehidupan masyarakat sekarang dan kemudian diwariskan untuk generasi mendatangsecara berkesinambungan. Warisan budaya merupakan hasil budaya fisik (tangible) dan nilai budaya (intangible) dari masa lalu.

Warisan budaya fisik (tangible heritage) sering diklasifikasikan menjadi

(29)

commit to user

budaya, karya seni, arsip, dokumen, dan foto, karya tulis cetak, audiovisual berupa kaset, video, dan film. (Agus,2007:7)

Pasal 1 the World Heritage Convention membagi warisan budaya fisik menjadi 3 kategori, yaitu monumen, kelompok bangunan, dan situs. Yang dimaksud dengan monument adalah hasil karya arsitektur, patung dan lukisan yang monumental, elemen atau struktur tinggalan arkeologis, prasasti, gua tempat tinggal, dan kombinasi fitur-fitur tersebut yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan kelompok bangunan adalah

kelompok bangunan yang terpisah atau berhubungan yang dikarenakan arsitekturnya, homogenitasnya atau posisinya dalam bentang lahan mempunyai nilai penting bagi sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan situs adalah hasil karya manusia atau gabungan karya manusia dan alam, wilayah yang mencakup lokasi yang mengandung tinggalan arkeologis yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, estetika, etnografi atau antropologi. (Karmadi,AgusDono http://www.javanologi.info/main/themes/images/pdf/Budaya _Lokal-Agus.pdf diakses tanggal 15 Mei 2012)

Warisan budaya bukan kebendaan (intangible) berupa atribut kelompok atau masyarakat seperti cara hidup, folklore, norma dan tata nilai (Maryani,Enok http://file.upi.edu/direktori/Fpips/Jur._Pend._Geografi/196001211985032Enok_ Maryani/ Culture_Heritage.Pdf diakses tanggal 2 Februari 2012)

Warisan budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilestarikan dari generasi masa lalu dan diwariskan pada masa kini. Kelompok masyarakat yang diwarisi akan memberikan atau mewariskannya kembali di masa mendatang. Dalam pengertian ini warisan budaya dapat berupa ide dan nilai-nilai maupun benda. Warisan budaya tersebut memiliki nilai kesejarahan dari waktu ke waktu, dan menjadi suatu rangkaian yang termasuk dalam produk heritage yang perlu

(30)

commit to user

3. Kaidah Warisan Budaya Kota (Urban Heritage)

Warisan budaya kota atau yang disebut dengan Urban Heritage adalah objek-objek dan kegiatan di perkotaan yang memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan. Keberadaan bangunan kuno dan aktivitas masyarakat yang memiliki nilai sejarah, estetika, dan kelangkaan biasanya sangat dikenal dan diakrabi oleh masyarakat dan secara langsung menunjuk pada suatu lokasi dan karakter kebudayaan suatu kota (Hardiyanti,Nurul Sri, http://puslit.petra.ac.id/ journals/pdf. php?PublishedID=ARS05330204 diakses tanggal 5 April 2012).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 11 tahun 2010 tentang cagar budaya menjelaskan bahwa bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Kriteria bangunan cagar budaya menurut UU No 11 tahun 2010 bab 3 pasal 5 mengemukakan benda bangunan, atau struktur cagar budaya dapat diusulkan sebagai benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya apabila memenuhi kriteria:

a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;

b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

agama, dan/atau kebudayaan; dan

d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Menurut Sidharta dalam Ardyanto (2005:10) mengemukakan bahwa warisan budaya perkotaan yang berbentuk fisik dari masa sebelum penjajahan era pembangunan, dimana

a. Masa sebelum penjajahan (< tahun 1600)

Masa dimana sebelum penjajahan di Surakarta sudah terdapat karya

(31)

commit to user b. Masa kolonial (tahun 1601-1944)

Kolonialisme barat membawa serta pengaruh terhadap tata bangunan seperti bentuk,konstruksi, bahan bangunan dan sebagainya. Jika diperhatikan lebih jauh, pada masa ini banyak berdiri bangunan-bangunan yang dipengaruhi oleh arsitektur kolonialisme barat

c. Era kemerdekaan (tahun 1945-1965)

Dengan dimulainya kemerdekaan maka terbukalah hubungan antar negara, sehingga tak dapat dihindarkan makin kuatnya pengaruh dari

luar. Sering kali karena terobsesi modernisasi, pengaruh dari luar kurang disaring. Padahal tidak semua pengaruh dari luar positif, ada juga yang tidak sesuai dengan tat nilai, norma dan segenap kekhasan lokal. Akibatnya timbul anomi (tanpa normal) dan alienasi (keterasingan) yang menjadi sumber merosotnya identitas. Contohnya asal bangunana-bangunan baru dengan gaya internasional yang berlandaskan kaidah arsitektur modern yang dipelopori CIAM (Conggres Internationale des Archetecture Modern) yang dipelopori Le Corbusier

d. Era pembangunan (tahun 1966-2005)

Pembangunan nasional yang berlangsung lebih dari tiga dasawarsa mendorong pesatnya pembangunan kota. Sayang perhatian terlalu banyak dicurahkan keadaan bangunan baru yang lebih mengesankan modernisasi. Lagipula perubahan masyarakat dan llingkungan binaan sering tidak terelakkan. Akibatnya banyak bangunan kuno bersejarah yang digusur dengan alasan lahannya diperlukan untuk pembangunan fasilitas baru. Hilangnya bangunan kuno bersejarah berarti terhapus bagian dari sejarah, juga kemiskinan paranorma mota dan

(32)

commit to user

4. Kaidah Pelestarian Warisan Budaya

Pelestarian merupakan terjemahan dari conservation/konservasi. Pengertian pelestarian terhadap peninggalan lama pada awalnya dititikberatkan pada bangunan tunggal atau benda-benda seni, kini telah berkembang ke ruang yang lebih luas seperti kawasan hingga kota bersejarah serta komponen yang semakin beragam seperti skala ruang yang intim, pemandangan yang indah, suasana, dan sebagainya (menurut Adishakti dalam Ardyanto , 2005:15).

Mengingat pentingnya keberadaan dari benda-benda cagar budaya, maka

Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya

Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.

a. Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan/atau menanggulangi cagar budaya dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.

b. Pengamanan adalah upaya menjaga dan mencegah cagar budaya dari ancaman dan/atau gangguan.

c. Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.

d. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik cagar budaya tetap lestari.

e. Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya.

Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

(33)

commit to user

keterangan bagi kepentingan pelestarian cagar budaya, ilmu pengetahuan, dan pengembangan kebudayaan.

b. Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

c. Adaptasi adalah upaya pengembangan cagar budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan

perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting. Pemanfaatan adalah pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

Pelestarian adalah upaya pengelolaan perubahan secara selektif melalui kegiatan perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan dan/atau pengembangan saujana budaya untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman, kualitas hidup yang lebih baik serta menciptakan pusaka masa datang. Kegiatan pelestarian perlu dilakukan untuk melindungi benda atau tempat yang mengandung nilai budaya dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan Nasional Indonesia (Risdanti,Ndaru http://eprints.undip.ac.id/5683/1/ndaru05.pdf// diakses 31 Desember 2011)

Menurut Piagam Burra, kegiatan pelestarian perlu dilakukan karena tempat-tempat bersignifikansi budaya memperkaya kehidupan manusia, sering memberikan ikatan rasa yang dalam dan inspirasional kepada masyarakat dan lansekapnya, kepada masa lalu dan berbagai pengalaman hidup. Tempat-tempat itu adalah rekaman sejarah yang penting sebagai ekspresi nyata dari identitas dan

pengalaman suatu kota (The Burra Charter, http://www.International.icomos.org/ charter1//. Diakses tanggal 20 November 2011).

Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pada Bab II pasal 3 menjelaskan bahwa pelestarian cagar budaya bertujuan:

(34)

commit to user

b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya; c. memperkuat kepribadian bangsa;

d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan

e. mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

Secara umun pengertian pelestarian adalah upaya mempertahankan keadaan asli (semula) benda cagar budaya dengan tidak merubah yang ada dan tetap mempertahankan kelangsungan kondisinya sekarang. Lebih lanjut pelestarian juga

mempunyai pengertian perlindungan dan pemeliharaan dari kerusakan. Pelestarian tersebut dapat dicapai melalui berbagai upaya pemugaran seperti rekonstruksi atau rehabilitasi atau konsolidasi. Dengan pelestarian benda cagar budaya, maka upaya tersebut melalui perawatan, pemeliharaan, pemugaran, pengamanan dan bila terjadi ancaman dilakukan penyelamatan.

Dalam batasan pelestarian yang termasuk benda cagar budaya tidak bergerak, yakni yang bersifat monumental, dilakukan antaranya dengan cara pemugaran dan pemeliharaan, sedangkan pelestarian untuk benda budaya bergerak yang berupa temuan dilaksanakan dengan cara pemilikan oleh negara melalui ganti rugi temuan, hibah dan sitaan. Dengan demikian maka pelestarian cagar budaya meliputi pelestarian terhadap nilai dan fisik. Pelestarian dapat dilakukan melalui usaha melindungi, mengembangkan, memanfaatkan.

5. Kaidah Analisis Spasial (Analisis Keruangan)

Menurut Bintarto Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala muka bumi, baik fisik maupun makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. Batasan Geografi ini mengandung arti bahwa studi

(35)

commit to user

Geografi fisikal dapat dibagi lagi menjadi geomorfologi, hidrologi, klimatologi, pedologi dan sebagainya, sedangkan geografi manusia dapat dibagi lagi menjadi geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi pedesaan, geografi perkotaan dan sebagainya. (Bintarto dan Hadisumarno,1982:8)

Geografi ekonomi sebagai cabang geografi manusia yang bidang studinya meliputi struktur aktivitas keruangan ekonomi manusia yang di dalamnya termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan dan lain sebagainya. Geografi ekonomi sebagai ilmu yang membahas mengenai cara-cara manusia dalam

kelangsungan hidupnya berkaitan dengan aspek keruangan, dalam hal ini berhubungan dengan eksplorasi sumber daya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari bahan mentah kemudian usaha transportasi, distribusi dan kegiatan konsumsi.

Di dalam geografi, arus manusia, materi, informasi, dan energi dicakup dalam pengertian interaksi keruangan. Interaksi keruangan merupakan suatu sifat dari gejala yang terdapat di dalam ruang dan mendorong diperolehnya jawaban atas pertanyaan : mengapa disitu, atau mengapa disana. Kesimpulannya, interaksi keruangan merupakan suatu permulaan dari usaha menerangkan lokasi dari gejala gejala, distribusinya (pembagian,sebaran dalam ruang) dan difusinya (persebaran, perluasan) (N.Daldjoeni,1992:194)

Analisis spasial atau yang sering juga disebut analisis keruangan, menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data).

(36)

commit to user

dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes). Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah. Pola keruangan ditunjukkan dengan mengamati gejala berdasarkan

kenampakan point features, line features, dan areal features. Pola keruangan titik adalah kekhasan distribusi titik-titik (mencerminkan gejala geografi tertentu) dalam ruang yang diamati.

Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Perkembangan teknologi perpetaan, pembuatan peta dipermudah dengan adanya SIG yang dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar sehingga memudahkan dalam penuangan data tersebut ke base map yang manghasilkan peta tematik. SIG mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengolah data dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis dalam SIG. Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG menurut Yousman dalam Rahman (2008: 42) antara lain :

a. Klasifikasi yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data kemiringan atau data ketinggian.

b. Overlay yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial yang berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi dengan

mengoverlaykan data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air.

(37)

commit to user

d. Buffering yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa berbentuk lingkaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga bisa diketahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya.

e. Analisis tiga dimensi ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman karena data divisualisasikan dalam tiga dimensi. Contoh penggunaannya adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava.

B. Penelitian yang Relevan

Menghindari adanya kesamaan penelitian dan untuk lebih mendalami teori dan konsep yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti, maka juga dilakukan telaah dari penelitian-penelitian yang relevan dengan tema penelitian yang diambil yaitu:

a. Judul : Analisis Keruangan Bangunan Kuno Bersejarah Di Surakarta Peneliti : Ardyanto Tanjung ( 2005, Skripsi P.Geografi FKIP UNS)

Penelitian yang dilakukan oleh Ardyanto Tanjung bertujuan untuk menyajikan sebaran bangunan kuno bersejarah di Surakarta dan mengetahui latar belakang tata letak penentuan lokasi bangunan kuno bersejarah di Kota Surakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif, meliputi jumlah bangunan kuno bersejarah di Surakarta sebagai data pokok dan data bantu seperti data/peta penggunaan tanah, serta peta administrasi sebagai peta dasar. Desain simbol yang digunakan untuk peta sebaran bangunan kuno bersejarah adalah titik piktorial yang dapat memperlihatkan macam bangunan kuno bersejarah yang tersebar di Kota Surakarta.

Peta yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Peta Sebaran Bangunan Kuno Bersejarah Di Kota Surakarta dan Peta Sebaran Bangunan

(38)

commit to user

sistem kegiatan serta aksesibilitas lokasi menjadi dua hal yang sangat mempengaruhi latar belakang tat letak bangunan kuno tersebut serta faktor tanah dan morfologi kota serta tata ruang kraton yang memberi struktur penentuan lokasi yang khas. Dari fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan, dapat disimpulkan bahwa sebaran bangunan kuno bersejarah di Kota Surakarta lebih banyak terkonsentrasi di inti Kota Surakarta yaitu daerah kraton Kasunanan Surakarta sampai daerah sekitar Pasar Gedhe Hardjonagoro.

b. Judul : Model Pelestarian Kawasan Bersejarah Malalui Peningkatan Peran Dan Interpretasi Masyarakat Sebagai Alternatif Pengembangan Wisata Budaya Yang berkelanjutan

Peneliti: Ir. Wiwik Setyaningsuh,M.T ( 2009, Penelitian Arsitektur FT UNS)

Penelitian ini bertujuan untuk memotivasi kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam peningkatan peeran dan interpretasi masyarakat terhadap kekentalan nilai sejarah dan makna kultural dari kawasan dan bangunan bersejarah di Kauman Solo. Melalui identifikasi mapping fisik dan sosekbud dengan pendekatan SWOT, maka di lokasi penelitian kawasan bersejarah kauman ditemukan beberatpa artefak yang memiliki nilai kekentalan sejarah tinggi, baik fisik bangunan maupun kegiatan sosial kemasyarakatan. Temuan secara fisik bebrapa diantaranya adalah bangunan bersejarah rumah khetib/ulama yang masih asli, tetapi cenderung kurang terpelihara. Namun demikian, nuansa karakter lokal sebagai kawasan kampung santri masih ditemukan dengan masih berlangsungnya bebrapa kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat.

(39)

commit to user

makna kultural yang telah dilakukan, dapat diidentifikasi bahwa 6 dari bangunan kuno bersejarah yang diteliti terdapat hanya 1 bangunan (K1) yang tingkat potensial kekentalan sejarahnya tinggi, 2 (K3 dan K4) bangunan yang memiliki tingkat potensial sedang, 3 (K2, K5 dan K6) bangunan yang memiliki tingkat kurang potensial untuk dilestariakan. Kecenderungan arahan pelestarian fisik di kawasan Kauman adalah rehabilitasi/restorasi, tindakan ini merupakan upaya mengembalikan kondisi suatu bangunan atau unsur-unsur kawasan ynag mengalami

kerusakan, kemunduran, sehingga dapat dikembalikan pada kondisi aslinya. Arahan pelestarian non fisik meliputi aspek hukum yaitu penetapan Perda dan aspek pelestarian cagar budaya dalam Rencana Tata Ruang Kota sebagai petunjuk teknisoperasional yang jelas dan berkekuatan hukum dalam bidang pelestarian kawasan dan atau bangunan. Aspek ekonomi, penetapan kebijakan ekonomi mikro untuk melindungi home industry serta penetapan alokasi dan bantuan dari pemerintah dan swasta. Aspek sosial, pelibatan masyarakat dalam pelestarian cagar budaya melalui forum khusus dan melakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai peraturan pelestarian benda cagar budaya.

c. Judul : Studi Perkembangan Dan Pelestarian Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta

Peneliti: Nurul sri Hardiyanti ( 2005, Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur,FT Universitas Brawijaya

Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis perkembangan kawasan Keraton Surakarta dari tahun 1745-2004, serta

(40)

commit to user

survei sekunder, yakni data-data tentang perkembangan kawasan, namun pengumpulan data lainnya diperoleh dengan survei primer, yakni dengan observasi lapangan, penyebaran kueisioner, dan wawancara. Adapun hasil temuan studi ini adalah terkait dengan perkembangan kawasan dari tahun 1745–2004 ditinjau dari variabel fisik, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel politik, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel ekonomi, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel sosial, serta perkembangan kawasan ditinjau dari variabel budaya. Adapun

(41)

25 Tabel 1 Penelitian Yang Relevan

No Penulis Judul Penelitian Tujuan Metode

Penelitian Hasil

- Sebaran bangunan kuno barsejarah di Kota Surakarta hampir seluruh Kecamatan di Surakarta. Banyak bangunan kuno bersejarah terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon,

Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Serengan.

(42)

26 pelestarian berdasar kriteria makna kultural yang telah dilakukan, dapat diidentifikasi bahwa 6 dari bangunan kuno bersejarah yang diteliti terdapat hanya 1 bangunan (K1) yang tingkat potensial kekentalan sejarahnya tinggi, 2 (K3 dan K4) bangunan yang memiliki tingkat potensial sedang, 3 (K2, K5 dan K6) bangunan yang memiliki tingkat kurang potensial untuk dilestariakan. Kecenderungan

(43)

27 3

-Mengatahui cara mengoptimalkan PKB melalui CBT yang baik

dikembalikan pada kondisi aslinya. Arahan pelestarian non fisik meliputi aspek hukum yaitu penetapan Perda dan aspek pelestarian cagar budaya dalam Rencana Tata Ruang Kota sebagai petunjuk teknisoperasional yang jelas dan berkekuatan hukum dalam bidang pelestarian kawasan dan atau bangunan. Aspek ekonomi, penetapan kebijakan ekonomi mikro untuk melindungi home industry serta penetapan alokasi dan bantuan dari

(44)

28 dengan perkembangan kawasan dari tahun 1745–2004 ditinjau dari variabel fisik, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel politik, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel ekonomi, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel sosial, serta perkembangan kawasan ditinjau dari variabel budaya. Adapun faktor yang menjadi kendala dilaksanakannya kegiatan pelestarian

(45)

29 Nurul Deni

Kistiyah (2011)

Pelestarian Urban Heritage Di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011 (Studi Kasus Rumah Saudagar Dan Gerai Batik)

persebaran urban heritage di Kampung Batik Laweyan.

- Mengetahui pelestarian urban heritage di kawasan Kampung Batik Laweyan

Analisis deskriptif, dan analisis peta

(46)

commit to user

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pikir ini merupakan acuan kerja penelitian sebagai gambaran pendekatan yang digunakan dalam merumuskan analisis terhadap Pelestarian terhadap urban heritage di Kampung Batik Laweyan. Kampung Batik Laweyan (Studi Kasus Rumah Saudagar Batik Dan Gerai Batik) merupakan salah satu kawasan yang menjadi identitas Kota Surakarta. Ciri khas yang dimiliki Kampung Batik Laweyan tentu saja pada pembuatan batik dan batiknya, selain itu juga karena di Kampung Batik Laweyan terdapat warisan budaya (heritage) yang

menarik.

Keberadaan urban heritage dan kekhasan Kampung Batik laweyan mendorong untuk dilakukannya penelitian yang berkaitan dengan persebaran, penentuan urban heritage dan pelestarian urban heritage. Cara yang digunakan untuk mengamati persebaran urban heritage rumah saudagar batik dan gerai batik adalah dengan menganalisis peta, penentuan urban heritage terhadap rumah saudagar dan gerai batik menggunakan analisis tabel, sedangkan pelestarian urban heritage dapat diketahui dari hasil wawancara dengan pemilik secara sampel. Pelestarian urban heritage perlu dilakukan agar tetap terjaga keasliannya melalui melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Melindungi merupakan upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya Analisis yang digunakan untuk mengetahui pelestarian urban heritage dengan analisis deskriptif

(47)

commit to user

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Inventarisasi

Rumah saudagar dan gerai batik

Gerai batik Rumah saudagar batik

Distribusi spasial saudagar dan gerai batik Pola persebaran rumah saudagar batik dan gerai batik

Penentuan rumah saudagar batik dan gerai batik sebagai urban heritage

(48)

commit to user

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, maupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 1988:152). Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Kota (Urban)

Kota dapat diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh

unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang sifatnya heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (hinterland) (Bintarto 1983 : 36)

2. Warisan Budaya (Heritage)

Warisan budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilestarikan dari generasi masa lalu dan diwariskan pada masa kini(www. Wikipedia.com).

3. Urban Heritage

Urban Heritage adalah objek objek dan kegiatan di perkotaan yang memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan. Keberadaan bangunan kuno dan aktivitas masyarakat yang memiliki nilai sejarah, estetika, dan kelangkaan biasanya sangat dikenal dan diakrabi oleh masyarakat dan secara langsung menunjuk pada suatu lokasi dan karakter kebudayaan suatu kota.

4. Pelestarian Warisan Budaya

Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan,

dan memanfaatkannya (Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya).

5. Analisis Spasial

(49)

commit to user

(50)

commit to user

34 BAB III

METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penentuan daerah yang akan dilakukan penelitian merupakan suatu langkah yang dilakukan dalam survei. Penelitian dilakukan di Kecamatan Laweyan dengan obyek penelitian adalah Kampung Batik Laweyan. Adapun alasan pemilihan lokasi

penelitian di Kampung Batik Laweyan adalah:

a. Kampung Batik Laweyan merupakan kawasan kota tua yang selalu berkaitan dengan suatu tempat, peristiwa, waktu dan wujud kota yang menjadi identitas kota Surakarta.

b. Daerah penelitian ini merupakan suatu kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah

c. Daerah penelitian ini merupakan salah satu kawasan yang mempunyai warisan budaya yang tidak ada di kecamatan lain di Surakarta sehingga keberadaannya perlu dilestarikan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk penelitian. Penelitian dilaksanakan dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan ini dilaksanakan.

Tabel 2. Waktu Perencanaan Penelitian

(51)

commit to user 3 Penyusunan

Instrumen

4 Pengumpulan Data

5 Analisis Data

6 Penyusunan

Laporan

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan spasial yang didukung data survei lapangan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan

suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang memberikan interpretasi atau analisis (Tika, 2005: 4).

Penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu pada masyarakat yang diteliti. Pendekatan tersebut dapat mengungkapkan secara hidup kaitan antara berbagai gejala sosial, dimana hal tersebut tidak dapat dicapai oleh penelitian yang bersifat menerangkan (Singarimbun, 1995:87).

Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif studi kasus yang mana merupakan metode penelitian yang intensif, terintegrasi dan mendalam. Subyek yang diteliti terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit yang dipandang sebgai kasus. Tujuan studi kasus adalah mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang diteliti. (Tika,2005:7). Metode deskriptif studi kasus mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. (Sutopo, 2002:110-112).

(52)

commit to user

langgar yang ada di Kampung Batik Laweyan maupun yang tidak berwujud benda seperti kebudayaan yang masih menjadi kepercayaan setempat, dan nilai-nilai budaya yang ada di Kampung Batik Laweyan.

Penelitian studi kasus ini dilakukan pada rumah saudagar batik dan gerai batik di Kampung Batik Laweyan yang merupakan satu sasaran studi yang mempunyai karakteristik yang sama, maka studi kasus ini merupakan strategi kasus tunggal (Sutopo,2002 :112)

Spasial adalah ciri khas dan identitas geografi yang berarti keruangan.

Pengertian kata spasial adalah mengacu kepada ruang suatu daerah geografis tertentu. Tekanan utama geografi bukanlah pada substansi melainkan pada sudut pandang spasial (Hadi dalam Tanjung,2011:13). Dalam menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini adalah pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses spasial (Hadi, http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id diakses pada tanggal 20 Oktober 2011).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan elemen-elemen pembentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: kenampakan titik (point features), kenampakan garis (line features), dan kenampakan bidang (areal features).

Pada penelitian ini disebut dengan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan spasial, karena dalam penelitian ini mencakup kegiatan

(53)

commit to user

mengapa keberadaannya ada di situ. Pendekatan spasial tersebut dapat dilihat secara visual dengan menggunakan peta, yaitu peta tematik sebaran rumah saudagar dan gerai batik di Kelurahan Laweyan.

C. Sumber Data

Data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, sebab tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian. Untuk mendapat data yang diperlukan dan lengkap perlu instansi atau badan resmi yang berwenang di bidangnya. Instansi

yang berwenang mengeluarkan data atau memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survai lapangan. Data sekunder dikumpulkan dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini. secara rinci mengenai jenis dan sumber datanya adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Tika (1997: 67) mengemukakan bahwa “Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti”.

Data primer yang dibutuhkan meliputi kondisi fisik daerah penelitian meliputi letak, luas, batas, dan topografi dan hasil wawancara kepada pihak yang terkait.

2. Data Sekunder

Tika (1997: 67) mengemukakan bahwa “Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli”. Data sekunder pada penelitian ini adalah data demografi,

(54)

commit to user Table 3. Data Penelitian

No Data Jenis Data Sumber

1 Peta Rupabumi Indonesia (RBI) Lembar 1408-342

Sekunder Bakosurtanal

2 Penggunaan lahan di Kelurahan

Laweyan

Sekunder BPS,Kelurahan

3 Data Monografi Penduduk di kelurahan Laweyan

Sekunder Kelurahan

5 Persebaran rumah saudagar batik Primer Ploting GPS

6 Persebaran gerai batik Primer Ploting GPS

7 Bentuk pelestarian terhadap Urban Heritage yang telah dilakukan

Primer wawancara

D. Populasi

Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Komarudin dalam Mardalis (2002: 53) mengemukakan bahwa “populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel”. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah semua individu atau obyek yang menjadi sumber pengambilan sampel yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.

Penelitian ini merupakan penelitian populasi yang berarti seluruh populasi digunakan dalam penelitian ini. Banyaknya populasi bergantung kepada banyaknya jumlah rumah saudagar dan gerai batik yang ada di Kelurahan Laweyan. Jumlah saudagar batik Di Kampung Batik Laweyan ada 23 orang, 56 gerai batik.

E. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data merupakan data dalam penelitian yang sangat

Gambar

Tabel 11. Industri Batik
Tabel 1 Penelitian Yang Relevan
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Tabel 2. Waktu Perencanaan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

dimensi eskatologis dari perayaan liturgi terutama ekaristi menunjuk pada telah terlaksananya karya penebusan Tuhan Yesus Kristus yang kini dihadirkan dalam perayaan

Tesis yang berjudul: “IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) (Studi Pelaksanaan Rintisan SBI di SMP Negeri 4 Surakarta)” ini adalah karya

kemampuan membaca permulaan anak dapat terpenuhi dengan baik. Kartu huruf memberikan pengalaman belajar yang banyak kepada anak. untuk berlatih mengenal huruf karena rasa

Hal ini disebabkan karena semakin lama guru mengajar pada umumnya guru memiliki kemampuan lebih dalam mengenali emosi diri, mengelola emosinya, memotivasi diri sendiri, terampil

Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah menentukan faktor-faktor yang menyebabkan siswa lebih memilih Perguruan Tinggi Negeri di Jawa dari pada

Hampir setengah pustakawan memiliki keterampilan strategi pencarian informasi atau memiliki cara yang efektif untuk menyaring dan memeras informasi ditandai

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur.. Periode

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan