2
Industri Oil and Gas
Profl Pertamina
Akuntansi Industri Oil & Gas
Akuntansi PSC Contract
4
5
Kegiatan Migas
• Kegiatan Usaha Hulu
• Kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha eksplorasi dan eksploitasi.
• Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan
menghasilkan minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang ditentukan terdiri dari pengeboran, penyelesaian sumur, pembangunan saranan pengangkutan, penyumpanan dan
pengolahan untuk pemisahan, pemurnian minyak dan gas bumi di lapangan serta kegiatna pendukung lainnya.
• Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah kerja tertentu.
• Kegiatan Usaha Hilir
• Kegiatan usaha yang bertujuan berintikan atu betumpu pada kegiatan usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan/ atau niaga.
• Kegiatan pengolahan adalah kegiatan memurnikan, memperoleh bagian-bagian, mempertinggi mutu dan
mempertinggi nilai tambah minyak dan atau cadangan gas bumi tetapi tidak termasuk pengolahan di lapangan
6
Karakteristik Migas
• Hulu Migas
• Bisnis Hulu Migas memiliki ketidakpastian tinggi:
• Risiko usaha: perubahan regulasi, audit kepatuhan atas regulasi
• Risiko kegagalan explorasi, ketergantungan pada mitra
• Risiko pasar: fuktuasi harga; kurs
• Refnery – Kilang
• Investasi besar
• Margin kecil
• Hilir – industry marine
• Persaingan ketat
• Tingkat sensitivitas terhadap harga tinggi
• Hilir – Retail
• Pasar monopoli sampai tingkat depot
• Pengaturan harga oleh Pemerintah
• Margin relatif kecil
• HSSE (Health Safety Security and Environment) tinggi
• Perbedaan harga memungkinkan timbulnya pasar gelap –
7
Minyak dan Gas – Bisnis Global
• Industri migas dunia dikuasai oleh beberapa perusahaan multinasional dan perusahaan minyak milik negara (NOC).
• Portfolio perusahaan dalam industri migas berbeda, ada yang terintegrasi atau hanya fokus dalam satu segmen bisnis.
• Industri migas sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia.
• Harga minyak ditentukan oleh banyak faktor seperti supply,
demand, produksi, infrastruktur produksi dan distribusi, substitas migas.
• Harga produk minyak (bensin, solar, dll) sangat dipengaruhi oleh harga minyak mentah. Porsi HPP tinggi Harga pokok produksi didominasi oleh harga minyak mentah.
• Ketika harga minyak mentah berubah maka akan langsung perpengaruh terhadap harga jual produk. Namun ketika
8
PROFIL
Visi
Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas DuniaMisi
Menjalankan Usaha Minyak, Gas serta Energi Baru dan Terbarukan secaraTerintegrasi, Berdasarkan Prinsip Komersial yang Kuat
Nilai
Clean; Competitive; Confdent; Customer Focus; Commercial; CapablePertamina Visi, Misi, 8 Prioritas dan Nilai
18
6 C
8 Prioritas
1) HSSE Sustainability; 2) HumanCapital Development; 3) Upstream Growth; 4) Gas Growth; 5) Strengthening Refning & Petrochemical Business; 6) New and
Renewable Energy Development; 7)
Infrastructure & Marketing Development; 8) Company Growth.
Upstream
• Producer of oil and gas domestically and
overseas
• Supplier for geothermal energy • Gas transporter & trader
Downstream
• Refning
• Fuel business (kerosene, HSD/Diesel/MFO,
etc) for industry
• Special fuel business for retail
(PertaminaDex, Pertamax/PertamaxPlus)
• Aviation business • Lube base business • LPG business
• Petrochemical business
• Responsible for distributing fuel for Public
Service Obligation (PSO), such as kerosene, gasoline, HSD
• Executor for kerosene conversion to LPG
Refnery Shipping/Piping Depot Transportation Gas station Upstream
Pertamina’s Scope of Business
19
Anak Perusahaan Pertamina
Produk
Kinerja Perusahaan 2017
LAPORAN
KEUANGAN
• Pembentukan PT pada tahun 2003, peniiaian aset baru
diselesaikan pada tahun 2008. KMK Penetapan neraca awal Pertamina.
• 2004 – 2008 diselesaikan tahun 2009 setelah penyelesaian penilaian aset oleh Pemerintah untuk penetapan neraca awal
setoran modal pemerintah.
• Mulai tahun 2010 laporan keuangan diterbitkan tepat waktu dan tahun 2012 menembus rekor BUMN laporan keuangan tercepat 15
Februari 2013 role model BUMN
• Tahun 2018 Akuisisi PGN dalam rangka pembentukan Holding Migas
Laporan Eksternal
• Laporan
Keuangan
•
Laporan TahunanAnnual Report Award
2014
Non listed Non
Financial
•
LaporanAKUNTANSI
20
Akuntansi Oil & Gas
• Perusahaan oil gas seperti halnya perusahaan pada umumnya.
• Perusahaan hulu
• Mengikuti ketentuan regulasi dan praktik akuntansi yang berlaku umum jika tidak ada ketentuan khusus dalam regulasi
• Pengaturan khusus atas aset eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral
mengikuti PSAK 64.
• Indonesia kontrak dapat berbentuk PSC (Product Sharing Contract) atau Gross Split.
• Perusahaan midstream – pengolahan
• Perusahaan manufaktur – mengikuti ketentuan standar akuntansi umum.
• Akuntansi biaya dalam menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan.
• Alokasi join cost karena sampai tahap tertentu proses dilakukan bersama-sama
• Residu dari proses produksi dapat diproses lagi menjadi produk yang lain.
• Tipe pabrik akan mempengaruhi tingkat efsiensi kilang.
• Perusahaan hilir
• Perusahaan distributor migas – menyewakan fasilitas distribusi
• Perusahaan penjual migas
22
Natural Gas Crude Oil
SKEMA BUSINESS UPSTREAM OPERATION
22
Field Facility
Oil Tanker
Oil & Gas Seperator
Wellhead
point of sales Customer
Oil Storage
Customer
Inventory ?
PSAK 23
PSAK 162323
LATAR BELAKANG PRODUCTION SHARING CONTRACT (1/2)
•
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 , menjadi visi pengusahaan
migas di Indonesia.
•
Pengusahaan migas di Indonesia saat ini menggunakan
sistem Production Sharing Contract (PSC).
•
Negara mempunyai kuasa lebih besar terhadap kegiatan
operasional yang dilakukan perusahaan migas internasional.
•
Dalam PSC, suatu negara menjalin kerjasama dengan
perusahaan migas lokal (LOC) atau International Oil
Company (IOC), dengan menunjuk salah satu badan dalam
pemerintahannya untuk mengatur hasil produksi migas.
•
Dalam kerjasama ini pihak pemerintah diwakilkan saat itu
oleh Pertamina, lalu diganti BP Migas, dan sekarang oleh SKK
Migas.
•
OC memiliki hak mengelola (eksplorasi atau produksi) di area
yang telah ditentukan (kontrak area).
•
IC menanggung risiko dari operasional produksi di area
tersebut.
•
Pada penemuan cadangan yang komersial, OC akan
mendapatkan bagian sebagai bayaran atas pekerjaanya dan
tambahan mendapat biaya yang setimpal hasil produksinya.
•
Akan tetapi, jika tidak penemuan cadangan baru, OC tidak
mendapatkan apa-apa.
2424
Dalam PSC, umumnya terdapat empat aspek pendanaan, yaitu:
1) Royalti, yang merupakan bentuk pembayaran awal yang dilakukan perusahaan migas internasional kepada Negara atas produksi bruto. Bentuk bayarannya sering kali adalah hasil bagi migas hasil produksi atau bisa juga dengan harga yang setara dengan penjualan.
2) Cost Oil, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan migas internasional dalam proses produksi.
3) Profit Oil, migas yang masih tersisa setelah dikurangi royalty dan cost of oil. Profit oil ini dibagi ke Negara dan perusahaan migas internasional sesuai dengan kontrak di PSC. JIka produksi meningkat, maka Negara juga akan mendapat bagian profit oil yang meningkat.
4) Income Tax; ini adalah pajak penghasilan yang dibayar oleh IOC dalam produksinya.
LATAR BELAKANG PRODUCTION SHARING CONTRACT (2/2)
2525
PRINSIP DASAR PRODUCTION SHARING CONTRACT (1/2)
Prinsip dasar PSC, yaitu:
1) SKK Migas bertindak sebagai manajemen operasional KPS;
2) KPS bertanggung jawab SKK Migas atas pelaksanaan operasional sesuai dengan program kerja yang sudah disetujui;
3) KPS menyediakan seluruh dana dan bantuan teknis yang diperlukan guna melaksanakan operasi perminyakan;
4) KPS menanggung risiko atas biaya operasi (operating costs), sehingga mempunyai suatu kepentingan ekonomi (economic interest atau working interest) dalam pengembangan cadangan migas di WKP (Wilayah Kerja Pertambangan)
5) Jangka waktu kontrak adalah 30 tahun dengan masa eksplorasi antara 6 sampai 10 tahun. Kontrak akan secara otomatis berakhir bila setelah masa eksplorasi berakhir tidak mencapai tahapan produksi komersial;
6) KPS wajib menyerahan kembali sebagian Wilayah Kerja (relinquishment)
secara bertahap kepada SKK Migas selama masa Kontrak berjalan;
7) KPS menyampaikan suatu rencana kerja dan anggaran tahunan (annual Work Program & Budget – WP&B) untuk mendapatkan persetujuan SKK Migas;
2626 8) Semua peralatan yang dibeli oleh KPS menjadi milik SKK Migas bila sudah
masuk ke wilayah Indonesia;
9) Pengadaan Barang & Jasa harus mengikuti Peraturan SKK Migas;
10) SKK Migas memegang hak atas semua data yang diperoleh dari operasi; 11) Produksi yang tersisa setelah dikurangi dengan biaya operasi dibagi antara
SKK Migas dengan KPS;
12) KPS wajib menyerahkan sebagian minyak bagian produksinya untuk kebutuhan dalam negeri Indonesia (DMO atau Domestic Market Obligation); 13) KPS wajib membayar bonus (signature bonus, production bonus, education
bonus) kepada SKK Migas;
14) Setelah produksi komersial dimulai, Pertamina dapat meminta agar 10% dari undivided interest (yaitu antara hak & kewajiban tidak boleh dipecah, artinya Pertamina (pihak lain) harus berpartisipasi sesuai sharesnya atas semua budget or expenditures di satu Wilayah Kerja) di dalam Kontrak ditawarkan kepada Pertamina atau suatu badan hukum Indonesia lainnya; 15) Pihak-pihak dalam KPS di satu WK boleh menyerahkan % tertentu dari
economic interest/working interest-nya kepada Pihak ketiga, setelah mendapat persetujuan SKK Migas.
Palti Ferdrico TH Siahaan
27
Hydrocarbon Legal
Arrangements
Oil & Gas Legal
Arrangements
Concessiona
ry
Contractual
Production
Sharing
Agreement/Cont
ract (PSA/PSC)
Service
Contracts
Risk
Service
Contract
28
Main Diferences Concessionary
& PSCs
Features Concessionary PSCs
Ownership of resources
Held by sovereign state
Held by sovereign state
Title transfer point At the well head At the export point Company entitlement Gross production less
royalty Cost oil & gas + proft oil & gas Entitlement
percentage Typically 90% Typically 50-60% Ownership facilities Held by the company Held by the state Management &
29
PSC Characteristic
•
Started in the 60s, in Indonesia
•
Work commitment
•
Bonus payment
•
Royalties
•
Recovery of production cost
•
Proft oil split between company
(contractor) and host country
•
Overall share of host country
depends on the bargaining
•
Most of developing countries now
PSC Advantage &
Disadvantage for Host
Countries
ADVANTAGE
•
All fnancial and
operational risk rests
with the company;
•
Government shares
potential proft without
making a direct
investment;
•
PSA can be enacted
into law to provide
legal security.
DISADVANTAGE
Requires highly negotiation skills;
Requires excellent data &
information of the oil & gas reserves in the particular feld;
Requires high degree of
supervision on cost of
exploration, development and operation;
Requires excellent regulatory
management;
31
Indonesia Hydrocarbon
Fiscal Regime
Indonesia oil & gas applies
Production Sharing Contract
(PSC) regime:
Contractor is working on specifc
Working Area (or Block).
Contractor is responsible to all risk.
Exploration, development and
operation costs are held by the
contractor and will be recovered by
the government from the
commercial production.
Production minus cost recovery will
be split between government and
contractor based on certain
32
Indonesia Hydrocarbon
Fiscal Regime
Working Area or block given to
the contractor is ring fence.
Contractor must pays taxes
(e.g. Income tax).
All equipments of the
contractor are owned by
government.
Contract period is 30 years,
including 6 to 10 years for
exploration, and can be
extended.
Contractor must supply
petroleum & gas for Domestic
Market Obligation (25% of
Illustration of Sharing under PSC
FTP
Share
(71,15%)
Share
(28,85%)
Costs
Governme
nt
Contractor
Governme
nt
(71,15%)
Contractor
(28,15%)
Taxes: 48%
Share
(Contractor/Government):
15/85
3535
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
First Tranche Petroleum (FTP)
• First Tranche Petroleum (FTP) merupakan ciri dari PSC generasi ketiga dengan paket insentif tahun 1988-89.
• Tarif FTP adalah 15% untuk area konvensional dan 20% untuk frontier area
(daerah rintisan atau pelosok).
• Produksi harus dibagi terlebih dahulu sebesar 20% yang kemudian dibagi kepada GoI dan Kontraktor sebesar porsi masing-masing (71,1538%/28,8462%). FTP ini merupakan pengurang dari revenue sebelum dikurangi cost recovery. Bagian kontraktor dari FTP ini merupakan pendapatan kena pajak.
• Penerapan FTP lebih bisa dipandang sebagai pembatasan cost recovery, karena produksi yang tersisa untuk pengembalian biaya (cost recovery) adalah sebesar 80%, terutama jika cost recovery nya lebih besar atau sama dengan gross revenue. Namun jika cost recovery nya jauh lebih kecil dari gross revenue, FTP tidak akan menjadi pembatasan cost recovery.
• FTP ini dimaksudkan agar pemerintah tetap mendapatkan revenue dari produksi minyak dan gas.
3636
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Investment Credit
• Dalam Production Sharing Contract di Indonesia salah jenis insentif yang diberikan adalah “Investment Credit”.
• Bunyi dalam kontraknya sebagai berikut: “Contractor may recover an investment credit amounting to 17% of the capital investment costs directly required for developing Crude Oil production facilities of each new field out of deduction from gross production before recovering Operating Costs….”
• Investment credit adalah bentuk pengakuan adanya penundaan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dari tahap eksplorasi sampai dengan produksi.
• Investment credit diperbolehkan untuk biaya investasi langsung yang diperlukan untuk mengembangkan fasilitas produksi minyak mentah seperti platform, pipa dan peralatan pemrosesan, tidak termasuk biaya pengeboran (drilling cost) dan biaya penyelesaian (completion costs) yang timbul dari masing-masing proyek berdasarkan negosiasi dengan persetujuan SKK Migas.
• Investment credit ini dikenakan pajak. Dalam hierarkinya, investment credit ini dikurangkan terlebih dahulu sebelum Operating Cost
3737
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Bonus
• Dalam fiscal term Indonesia mengenal adanya pembayaran bonus yaitu signature bonus dan production bonus.
• Signature bonus merupakan bonus yang dibayar setelah selesainya negosiasi dan penandatangan kontrak.
• Production bonus adalah bonus yang dibayar ketika produksi di suatu wilayah kerja telah mencapai jumlah tertentu. Bonus tidak dapat diperhitungkan dalam cost recovery (unrecoverable), namun dapat dikurangkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak.
• Besarnya bonus yang akan dibayarkan tergantung negosiasi. Contoh provisi bonus di suatu PSC adalah signature bonus sebesar US$3,000,000.00, kemudian dalam tahun pertama setelah kontrak ditandatangani atau atas permintaan SKK Migas, KKKS menyediakan peralatan atau pelatihan dalam jumlah yang tidak melebihi US$500,000.00 dan bonus produksi/production bonus sebesar US$3,000,000.00 akan dibayarkan KKKS kepada SKK Migas setelah produksi mencapai 50.000 barrel per hari dalam jangka waktu 120 hari, selanjutnya KKKS akan membayar bonus sebesar US$5,000,000.00 sesudah produksi mencapai 75.000 barrel per hari dalam jangka waktu 120 hari.
3838
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Domestic Market Obligation (DMO)
• Domestic Market Obligation (DMO) merupakan kewajiban dari kontraktor untuk menjual bagian minyak dari kontraktor untuk kebutuhan dalam negeri dengan harga di bawah harga pasar.
• Tujuan DMO membantu pemerintah untuk menyediakan minyak untuk rakyat. Klausa DMO di PSC adalah
• “Contractor shall, after commercial production commences, fulfill its obligation towards the supply of the domestic market in Indonesia. CONTRACTOR agrees to sell and deliver to a domestic buyer a portion of the share of the Petroleum to which CONTRACTOR is entitled pursuant to Section VI subsections 1.3 and 3.1 calculated for each Year as follows”
• Setelah UU Migas tahun 2001, harga DMO adalah 25% dari market price. (kontrak sebelum tahun 1988). DMO ini dikenakan jika lifting setelah dikurangi FTP masih lebih besar dari operating cost nya.
3939
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Indonesia Crude Price (ICP)
• Harga minyak merupakan faktor penting karena akan mempengaruhi
pembagian produksi (lifting) antara pemerintah dan kontraktor.
Pemerintah mengambil peran dalam penetapan metode perhitungan
harga minyak mentah Indonesia.
• Kontraktor menerima minyak atau in-kind-product untuk
settlement
biaya dan bagian equity-nya. Karena itu perlu untuk menentukan
harga untuk mengkonversi minyak tersebut ke US$ untuk
menghitung cost recovery , pajak dan fiscal term lainnya.
• Dalam klausul kontrak PSC disebutkan tentang valuation of crude oil
yaitu:
“All crude oil taken by CONTRACTOR including its share and
the share for the recovery of the operating costs, and sold to third
parties shall be valued at the net realized price f.o.b. Indonesia
received by CONTRACTOR for such Crude Oil”.
• Terminologi dan metodologi perhitungan harga minyak menggunakan
Indonesian Crude Price (ICP) yang ditetapkan oleh Pemerintah
setiap bulan.
4040
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Cost Recovery
Cost Recovery merupakan cara dimana kontraktor meminta kembali biaya-biaya eksplorasi, pengembangan dan operasi dari gross revenue.
GoI melakukan control terhadap cost recovery melalui SKK Migas, yaitu setiap KPS mengembangkan lapangan, mereka harus menyerahkan POD (Plan of Development), dan tiap tahun harus menyerahkan WP&B (Work program and Budget), serta AFE (Authorization for Expenditure) atau otorisasi pengeluaran untuk proyek-proyek baru agar pengeluaran dapat dikontrol.
Biaya-biaya kecuali bonus akan diganti melalui mekanisme cost recovery dan untuk capital cost akan diganti melalui depresiasi. Biaya-biaya yang dapat direcovered adalah biaya-biaya yang merupakan Operating Cost.
Operating Cost terdiri atas:
a) Non Capital Cost tahun berjalan.
b) Depresiasi Capital Cost tahun berjalan.
c) Penggantian tahun berjalan untuk Unrecovered Cost tahun sebelumnya
“….if in any Calender Year, the Operating Costs exceed the value of the Crude Oil produced and saved hereunder and nit used in Petroleum Operation, then the unrecovered excess shall be recovered in succeeding Years.”
4141
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Cost Recovery (Cont’d)
Non-Capital Costs berarti operating costs yang terjadi yang berhubungan dengan operasi tahun yang bersangkutan yang tidak memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun fiskal. Non capital cost termasuk bagian dari non capital cost periode sebelumnya yang belum di-recovered.
Current year non-capital costs terdiri dari
a) Biaya eksplorasi antara lain seismic, G&G studies, drilling, administration.
b) Biaya produksi antara lain biaya oil well operations; storage, handling, tansport and delivery; supervision; maintenance; electricity services; transportation dan administration.
c) Biaya General and Administration antara lain finance and administration; safety and security ; transportation; training ; accommodation; personnel expenses; public relation.
d) Termasuk di dalamnya interest recovery dan biaya overhead.
intangible asset tidak diamortisasikan melainkan langsung dibebankan maka akan memperbesar non-capital cost ini. Contoh intangible asset adalah drilling operation, preparation&termination dan completion.
4242
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Cost Recovery (Cont’d)
Capital Costs atau biaya capital berarti pengeluaran yang dibuat untuk item yang normalnya mempunyai masa manfaat melebihi 1 tahun. Untuk dibebankan ke operating costs tahun berjalan, harus didepresiasikan dengan tarif yang telah ditetapkan.
Capital Cost antara lain terdiri dari:
a) Bangunan fasilitas pendukung operasi perminyakan (Construction utilities and auxiliaries) – workshop, power and water facilities, warehouse and field roads except the access roads.
b) Bangunan pemukiman dan fasilitas dukungan (Construction costs of housing and welfare) – housing, recreational facilities and other tangible property incidental to construction.
c) Fasilitas produksi (Production facilities) – platform, well head equipment, subsurface lifting equipment.
d) Movables – surface and subsurface drilling and production tools, equipment and instrument, barges, floating craft, automotive equipment, aircraft, construction equipment, furniture and office equipment and miscellaneous equipment.
4343
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Cost Recovery (Cont’d)
• Depresiasi atas capital asset diperhitungkan pada awal tahun ketika
asset tersebut telah “placed into services” dengan depresiasi penuh
selama 1 tahun.
• Metode depresiasi yang digunakan adalah dengan “declining balance
depreciation method”. Perhitungan dari depresiasi didasarkan pada
capital cost asset individu pada awal tahun dikalikan dengan faktor
depresiasi sebagai berikut:
a) Group 1 = 50%
b) Group 2 = 25%
c) Group 3 = 10%
4444
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Cost Recovery (Cont’d)
• Interest Cost Recovery merupakan bagian dari cost recovery. Interest Cost Recovery merupakan sejenis insentif yang membolehkan kontraktor untuk memulihkan biaya-biaya bunga yang terkait dengan investasi modal untuk proyek yang telah mendapat persetujuan dari SKK Migas. Interest recovery dapat diterapkan sampai capital costs dari proyek tersebut telah didepresiasikan secara penuh. Detail dari rencana pembiayaan dan jumlahnya harus dimasukkan dalam di anggaran biaya operasi tiap tahun (WP&B) untuk mendapatkan persetujuan dari BPMigas.
• Interest dari pinjaman yang didapat dari pihak dari afiliasi atau perusahaan induk atau dari pihak ketiga non afiliasi dapat di-recovered pada tingkat suku bunga yang tidak melebihi prevailing commercial rates untuk capital investment di operasi perminyakan. Tingkat suku bunga yang diijinkan bisa ditetapkan oleh perundang-undangan, dinegosiasikan, atau menjadi obyek yang dilelang. Basisnya adalah merupakan rata-rata saldo cost recovery yang belum dibayarkan dalam periode waktu akuntansi.
• Pembebanan biaya bunga tidak diperkenankan dalam PSC karena kontraktor harus menyediakan semua dana, teknologi dan keahlian yang dibutuhkan dalam operasi perminyakan, karena itu pemberian Interest Recovery merupakan suatu insentif bagi kontraktor.
4545
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Cost Recovery (Cont’d)
• Overhead Cost. Dalam biaya umum dan administrasi (selain direct charges) yang berhubungan dengan overhead kantor pusat dapat dialokasikan ke operasi PSC berdasarkan metodologi yang telah disetujui oleh SKK Migas. Metodologi alokasi overhead ini harus diterapkan secara konsisten.
• Biaya general administrative overhead ini tidak berhubungan langsung dengan kegiatan akuisisi migas, eksplorasi, pengembangan dan produksi, maka biaya tersebut tidak dialokasikan per sumur untuk tujuan pelaporan akuntansi dan keuangan, serta dilaporkan sebagai general and administrative expense.
• KKKS diperbolehkan me-recover head office overhead ini maksimum 2% dari total pengeluaran sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh SKK Migas, walaupun dalam klausul PSC mengharuskan pembebanan tersebut ditentukan melalui suatu detailed study dan metode tersebut harus disetujui oleh SKK Migas. Namun penerapan tarif 2% tersebut masih diperbolehkan karena klausul PSC sendiri tidak secara jelas menyebutkan berapa tarif overhead yang bisa
di-recover oleh kontraktor. Klausul HOO di PSC sebagai berikut:
• “General and administrative costs, other than direct charges, allocable to this operation should be determined by a detailed study, and the method determined by such study shall be applied each year constantly. The method selected must be approved by BPMigas, and such approval can be reviewed periodically by BPMigas and Contractor”
4646
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Cost Recovery (Cont’d)
• Inventory. Persediaan non-kapital terdiri dari material, suku cadang (parts) dan perlengkapan (supplies) yang dipakai untuk perbaikan dan pemeliharaan capital asset dalam operasi atau dikonsumsi dalam operasi atau material yang meskipun diperlukan dalam proses produksi tetapi secara tidak langsung berhubungan dengan capital asset.
• Persediaan capital termasuk material dan suku cadang yang disimpan sebagai persediaan untuk dikonsumsi atau digunakan sebagai komponen pembangunan/penambahan/renovasi/modifikasi aktiva modal. Pemulihan biaya persediaan kapital melalui depresiasi capital asset yang telah PIS yang pembangunannya menggunakan persediaan kapital.
• Bagi Hasil Profit Minyak dan Gas. Minyak yang tersisa setelah FTP, investment credit dan cost recovery akan dibagi ke SKK Migas dan kontraktor dengan % tertentu yang disebut Equity Share. Sesuai dengan konsep PSC bahwa yang dibagi adalah produksinya setelah dikurangi dengan biaya operasi, dan klausul tersebut tercantum dalam kontrak sebagai berikut:
• “Of the Crude Oil remaining after deducting First Tranche Petroleum. “investment credit” and Operating Costs, BPMIGAS shall be entitled to take and receive 71,1538% and CONTRACTOR shall be entitled to take and receive 28,8462%”.
4747
Operating Costs 1,500,000 Operating Costs 1,500,000
100,000
C/Y Non-Capital 1,200,000 C/Y Non-Capital 1,200,000
C/Y Depreciation 300,000 C/Y Depreciation 300,000
P/Y Unrecovered Costs 0 P/Y Unrecovered Costs 0
FTP 20%
- C/Y Assets 125,000 - P/Y Assets 175,000
N
BPMIGAS/Contractor Share : 71.1538% / 28.8463%, at 48% Tax
SHARING THE PRODUCTION
DMO Fee 541
4848 1) PSC – Joint Operating Agreement (JOA) / Joint Operating Body (JOB)
a. Suatu bentuk PSC yang berlaku untuk suatu ”prospective area” yang sudah dilakukan eksplorasi;
b. Pertamina menguasai maximum 50% participating interest (PI);
c. Terhadap PI KPS, berlaku syarat-syarat dan split seperti yang berlaku dalam KPS;
d. KPS bersama-sama Pertamina membiayai eksplorasi dan pengembangan selanjutnya dari satu lapangan, umumnya 50% “uplift” diberlakukan terhadap jumlah pengembalian oleh Pertamina kepada KPS;
e. Kontribusi Pertamina’s Annual Cash Call dimulai setelah operator’s expenditures match dengan Pertamina’s sunk cost atau setelah akhir tiga tahun pertama dari periode Kontrak;
f. Pertamina adalah Operator yang dibantu oleh KPS dalam bentuk suatu Joint Operating Body (JOB) dan disupervisi oleh suatu Joint Operating Committee (JOC);
g. Pertamina dan KPS membentuk anggota dari JOC, JOC menyetujui Work Program & Budget (WP&B) dan menetapkan kebijakan-kebijakan.
BENTUK KONTRAK MIGAS SELAIN PSC
4949 2) Technical Assistance Contract (TAC)
a. Suatu bentuk KPS yang tidak mempertimbangkan risiko eksplorasi karena lapangannya sudah ada atau sudah pernah dilakukan eksplorasi sebelumnya;
b. Lapangan tersebut bisa lapangan tua, tidak berproduksi, ditutup
(abandoned), atau tidak effisien;
c. Tujuan utama merehabilitasi lapangan tua, menaikkan produksi dan memperluas kegiatan eksplorasi atas cadangan yang ada, termasuk melanjutkan produksi dari share Pertamina atas produksi minyak mentah oleh Kontraktor yang share-nya tidak merupakan bagian yang dibagi (non-shareable oil) dalam Kontrak (primary crude);
d. Apabila produksi sumur tua tersebut melebihi jumlah produksinya semula, maka kelebihan tersebut akan dibagi dua antara Pertamina dengan pihak kontraktor (shareable crude adalah crude di luar primary crude)
e. Biaya equipment dan jasa-jasa yang dikeluarkan untuk produksi primary crude akan diberlakukan sebagai bagian dari biaya operasi;
f. Biasanya Kontraktor akan me-recover operating costs maximum 65% per tahun dari crude oil yang diproduksi;
g. Petroleum operations dilakukan oleh Kontraktor;
BENTUK KONTRAK MIGAS SELAIN PSC
5050 3) Enhanced Oil Recovery (EOR)
a. Kontrak jenis ini dilakukan untuk melaksanakan pengurasan tahap kedua, untuk mengangkat migas dari formasinya dengan jalan menginduksi tenaga dorongan ke formasi tersebut sehingga migas akan lifted.
b. Suatu bentuk KPS yang berkaitan dengan suatu lapangan yang berproduksi dengan tujuan merehabilitasi sumur-sumur yang ada, melakukan studi engineering, injectivity tests, dan pilot flooding;
c. Pertamina memiliki maximum 50% participating interest;
d. Kontraktor bergabung dan membantu Pertamina dalam pengembangan potensi cadangan migas dengan melakukan operasi EOR dalam bentuk JOB, yg bertanggung jawab kepada dan disupervisi oleh JOC;
e. Pertamina dan Kontraktor adalah anggota dari JOC, yang menetapkan policies, programs, dan budgets atas pelaksanaan operasi EOR;
f. Biaya yang dikeluarkan oleh Pertamina untuk kegiatan hilir dibebankan ke operasi EOR atas dasar pro-rata.
g. Tujuan utama melakukan operasi EOR adalah untuk meningkatkan produksi minyak.
h. Pertambahan produksi minyak yang ditetapkan untuk tiap-tiap zona produksi dan telah disetujui sebelum penanda-tangan kontrak disebut
”incremental oil”, dan akan dibagi antara Pertamina dan Kontraktor.
BENTUK KONTRAK MIGAS SELAIN PSC
Palti Ferdrico TH Siahaan
5151 4) Kontrak Unitisasi
Adalah kerja sama antara dua atau lebih perusahaan minyak dan gas bumi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengusahakan dan mengembangkan kawasan mereka yang secara geologis berdekatan. Dalam perjanjian tersebut disebutkan mengenai biaya-biaya yang harus ditanggung dan jumlah produksi yang akan menjadi bagian masing-masing pihak.
BENTUK KONTRAK MIGAS SELAIN PSC
FIELD
LEAD1
LEAD2
PROSPECT2
LEAD3
WK - A WK - B
PSAK 64
53
Ruang Lingkup
Konsep Pengakuan dan
Pengukuran
Penyajian dan Pengungkapan
54
• Kontrak Bantuan Teknis
55
All other applicable IFRSs
All other applicable IFRSs
56
Akuntansi Eksplorasi & Evaluasi
Pengurusa
n Ijin
Pengurusa
n Ijin
Eksplorasi & Evaluasi
Eksplorasi & Evaluasi
Pengemba
Pengemba
ngan
ngan
Produksi &
Beban diakui sebagai aset
Pengukuran awal, aset dicatat pada harga perolehan
Pengukuran selanjutnya sesuai dengan IAS 16, 38 dan 36.
Dibebankan pada periode berjalan, kecuali jika:
Kegiatan eksplorasi yang
signifkan masih berjalan, dan Cadangan Terbukti belum
dapat ditentukan.
Sudah dapat dibuktikan bahwa terdapat Cadangan Terbukti.
Ditangguhkan &
diamortisasi pada saat produksi
Penurunan nilai - berlaku
Estimasi biaya restorasi - berlaku
& commercial
57
KDPPLK & PSAK 19
(revisi 2016)
•
Konstruksi: PSAK 16
(revisi 2016)
Kecuali pengupasan
lapisan tanah mengikuti
PSAK lain
Dihapuskan
Aktivitas
pengupasan
lapisan tanah
58
Tujuan
•
Menetapkan pelaporan keuangan atas
eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral.
•
pengembangan terbatas atas praktik akuntansi yang
ada untuk pengeluaran eksplorasi dan evaluasi;
•
entitas yang mengakui aset eksplorasi dan evaluasi
untuk menilai apakah aset tersebut mengalami
penurunan nilai sesuai dengan Pernyataan ini dan
mengukur setiap penurunan nilai sesuai dengan PSAK
48
;
•
pengungkapan yang mengidentifkasikan dan
menjelaskan jumlah yang timbul dari eksplorasi dan
evaluasi sumber daya mineral dalam laporan keuangan
dan membantu pengguna laporan keuangan untuk
memahami jumlah, waktu, dan kepastian atas arus kas
masa depan dari setiap aset eksplorasi dan evaluasi
yang diakui.
59
Ruang Lingkup
•
Pernyataan ini diterapkan untuk pengeluaran yang
terjadi atas eksplorasi dan evaluasi.
•
Tidak mengatur aspek akuntansi lain dari entitas
yang melakukan eksplorasi dan evaluasi sumber
daya mineral:
•
sebelum eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral
seperti pengeluaran yang terjadi sebelum entitas
memperoleh hak hukum untuk mengeksplorasi suatu
wilayah tertentu.
•
setelah kelayakan teknis dan kelayakan komersial atas
penambangan sumber daya mineral dapat dibuktikan.
60
Pengukuran Aset Explorasi dan
Evaluasi
Aset eksplorasi dan evaluasi diukur pada biaya
perolehan.
60
Komponen biaya perolehan:
•
Entitas menentukan suatu kebijakan akuntansi
yang spesifk yang mana pengeluaran diakui
sebagai aset eksplorasi dan evaluasi dan
menerapkannya secara konsisten.
•
Entitas mempertimbangkan tingkat pengeluaran
61
Contoh Biaya Perolehan
61
a. perolehan untuk eksplorasi;
b. kajian topograf, geologi, geokimia, dan
geofsika;
c. pengeboran eksplorasi;
d. parit;
e. pengambilan contoh; dan
f. aktivitas yang terkait dengan evaluasi
62
Pengukuran Biaya Perolehan
62
•
Pengeluaran yang terkait dengan pengembangan
sumber daya mineral tidak diakui sebagai aset
eksplorasi dan evaluasi.
•
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan dan PSAK 19 : Aset Takberwujud
memberikan panduan pengakuan aset yang timbul
dari pengembangan.
•
Sesuai PSAK 57 :
Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan
Aset Kontinjensi suatu entitas
mengakui setiap
kewajiban untuk pemindahan dan restorasi yang
63
Pengukuran setelah Biaya
Perolehan
•
Setelah pengakuan awal, entitas menerapkan
salah satu model biaya atau model revaluasi atas
aset eksplorasidan evaluasi.
•
Jika entitas menerapkan model revaluasi (model
dalam PSAK 16:
Aset Tetap atau model dalam
PSAK
19 :
Aset takberwujud), maka diterapkan
secara
entitas konsisten dengan klasifkasi atas
aset tersebut secara konsisten (lihat paragraf 14).
64
Perubahan Kebijakan
Akuntansi
•
Entitas dapat mengubah kebijakan
akuntansinya jika perubahan kebijakan
tersebut dapat membuat laporan keuangan
menjadi lebih relevan dan andal.
•
Entitas mempertimbangkan unsur relevan
dan keandalan dengan menggunakan
kriteria dalam PSAK 25
65
Klasifkasi Aset Explorasi &
Evaluasi
•
Entitas mengklasifkasi aset eksplorasi dan
evaluasi sebagai aset berwujud atau aset
takberwujud sesuai dengan sifat aset yang
diperoleh dan menerapkan klasifkasi tersebut
secara
konsisten
.
•
Beberapa aset eksplorasi dan evaluasi
diperlakukan sebagai aset takberwujud (hak
pengeboran), atau aset berwujud (sarana dan
drilling rigs).
•
Penggunaan aset berwujud merupakan bagian
dari biaya perolehan aset takberwujud.
Penggunaan aset berwujud untuk
mengembangkan suatu aset takberwujud tidak
mengubah aset berwujud menjadi aset
takberwujud.
66
Pengklasifkasian Kembali Aset
Eksplorasi dan Evaluasi
•
Suatu aset tidak diklasifkasikan sebagai
aset eksplorasi dan evaluasi ketika
kelayakan teknis dan kelangsungan usaha
komersial atas penambangan sumber daya
mineral dapat dibuktikan.
•
Aset eksplorasi dan evaluasi diuji
penurunan nilainya, dan setiap rugi
penurunan nilai diakui, sebelum
direklasifkasi.
67
Penurunan Nilai (par 17)
•
Aset eksplorasi dan evaluasi diuji
penurunan nilainya ketika fakta dan
kondisi menyatakan bahwa jumlah tercatat
aset eksplorasi dan evaluasi melebihi
jumlah terpulihkan.
•
Ketika fakta dan kondisi menyatakan
bahwa jumlah tercatat aset eksplorasi dan
evaluasi melebihi jumlah terpulihkan,
entitas mengukur, menyajikan dan
mengungkapkan setiap rugi penurunan
nilai sesuai dengan PSAK 48:
Penurunan
Nilai Aset
, kecuali seperti yang disajikan
dalam paragraf 20.
68
Indikasi Penurunan Nilai
•
Periode hak eksplorasi kedaluarsa selama periode
berjalan atau akan kedaluarsa dalam waktu dekat, dan
tidak diharapkan untuk diperbarui;
•
pengeluaran substantif untuk kepentingan lebih lanjut
tidak dianggarkan atau direncanakan;
•
eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral tidak
menunjukan penemuan yang memenuhi skala ekonomis
atas sumber daya mineral dan entitas telah memutuskan
untuk menghentikan aktivitas pada wilayah tertentu
tersebut;
•
keberadaan data yang cukup mengindikasikan bahwa,
meskipun pengembangan pada suatu wilayah tertentu
sedang dalam proses pengerjaan, jumlah tercatat aset
eksplorasi dan evaluasi tidak dapat terpenuhi seluruhnya
69
Penurunan Nilai
•
Entitas menentukan suatu kebijakan
akuntansi untuk mengalokasikan aset
eksplorasi dan evaluasi ke unit penghasil kas
atau kelompok unit penghasil kas untuk
tujuan penilaian aset yang mengalami
penurunan nilai.
•
Setiap unit penghasil kas atau kelompok unit
penghasil kas yang mana aset eksplorasi dan
evaluasi telah dialokasikan
tidak lebih besar
dari segmen operasi yang telah ditentukan
sesuai dengan PSAK 3 (revisi 2009): Segmen
Operasi. Par 20.
70
Pengungkapan
•
Entitas mengungkapkan informasi yang
mengidentifkasikan dan menjelaskan jumlah
yang telah diakui dalam laporan keuangan
yang timbul dari eksplorasi dan evaluasi
sumber daya mineral.
•
kebijakan akuntansi atas pengeluaran eksplorasi dan
evaluasi termasuk pengakuan atas aset eksplorasi dan
evaluasi.
•
jumlah aset, liabilitas, penghasilan dan beban, dan arus
kas operasi dan arus kas investasi yang timbul dari
eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral.
•
Pengungkapan dilakukan sesuai dengan
klasifkasinya PSAK 16 (revisi 2007):
Aset Tetap
atau PSAK 19 (revisi 2010): Aset Takberwujud
secara konsisten
71
Tanggal Efektif
•
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk
periode tahun buku yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2012.
71
Ketentuan Transisi
•
Jika persyaratan tertentu di paragraf 17 tidak praktis
(defnisi sesuai PSAK 25) diterapkan untuk memberikan
informasi komparatif yang dapat dikaitkan dengan
72
Dwi Martani - 081318227080 martani@ui.ac.id atau d
wimartani@yahoo.com