• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONVENSI OTTAWA DI KAMBOJA docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONVENSI OTTAWA DI KAMBOJA docx"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KONVENSI OTTAWA DI KAMBOJA

Di susun Oleh :

`Riani Septi Hertini (20171060005) Anastazia N Wattimena (20171060002)

KERJASAMA HUMANITER INTERNASIONAL

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

LATAR BELAKANG

Setelah perang dunia I dan II berakhir tidak berarti, seluruh bentuk kekerasan juga akan selesai, meskipun Liga Bangsa-Bangsa saat itu telah terbentuk namun tidak dapat seratus persen menghilangkan kemungkinan akan terjadinya perang. Perang saudara, perang sipil, perang antar Negara, serta perang demi memperebutkan jabatan politik terjadi di berbagai wilayah. Beberapa di antaranya terjadi di Negara-negara seperti Kamboja dan Afghanistan, perang dalam memperebutkan kekuasaan politik mengakibatkan masyarakat terluka dan terbunuh. Penggunaan senjata jenis ranjau darat sangat marak digunakan saat itu, korban tewas dan terluka akibat ranjau darat mencapai 5.197 di tahun 20091. Secara khusus di Kamboja, terdapat lima provinsi besar di wilayah Kamboja yang memiliki jumlah ranjau darat terbanyak, antara lain provinsi Battambang, Banteay Meanchey, Oddar Meanchey, Pailin, dan Preah Vihear. Ranjau-ranjau darat yang selama perang tidak meledak, sejauh ini telah membunuh sekitar 19.690 orang dan melukai dan atau mengamputasi sekitar 44.644 orang2.

Dampak dari ranjau darat tidak hanya membunuh dan melukai warga sekitar namun keberadaannya juga merusak lingkungan. Tanah-tanah yang tertanam ranjau tidak bisa digunakan sebagai lahan pertanian atau tempat tinggal karena sebelum lahan tersebut dinyatakan benar-benar bersih dan bebas dari ranjau darat yang masih tertanam dan aktif, penduduk setempat sama sekali dilarang untuk mendekati area itu untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak. Korban ranjau darat yang sangat memprihatinkan menggerakan hati seorang ibu rumah tangga untuk menghimpun dukungan dari dunia internasional guna menginisiasi pembuatan Konvensi anti ranjau darat di tahun 1991. Konvensi tersebut akhirnya ditandatangani oleh sekitar 60 negara. Seperti konvensi-konvensi lain pada umumnya, Konvesi dalam implementasinya menghadapi berbagai tantangan. Beberapa tantangan yang dihadapi adalah ada Negara-negara yang telah menandatangani Konvensi namun belum meratifikasikannya, ada juga Negara-negara yang meski telah menyepakati Konvensi tersebut,

1 Anup Shah, Global Issues ; Social, Political, Economic, and Environmental Issues that Affect Us All,diakses pada 20 November 2017 21.06 wib, dalam http://www.globalissues.org/article/79/landmines

2 Yudha Manggala P Putra, Jumlah Korban Ranjau di Kamboja Meningkat 90 Persen, Republika News Edisi 15 April 2014, diakses pada 16 Oktober 2017 13.30 wib, dalam

(3)

turut mempengaruhi pembentukan norma anti penggunaan ranjau darat, yang tidak berkesesuaian dengan prinsip-prinsip humaniter atau prinsip kemanusiaan. Pembuatan konvensi ini diharapkan menjadi tonggak bagi segala jenis program pemberantasan ranjau darat, serta menjadi acuan bagi Negara-negara untuk menghentikan program proliferasi dan penggunaan ranjau darat.

RUMUSAN MASALAH

Mengapa Konvensi Ottawa memiliki peranan penting dalam pemberantasan ranjau darat di Kamboja ?

ANALISIS FRAMEWORK

Teori Konstruktivisme

Asumsi dasar dari pendekatan Konstruktivisme adalah bahwa setiap manusia adalah makhluk sosial3, oleh sebab itu hubungan sosial sangat penting karena hubungan itulah yang mengidentifikasi kita sebagai manusia. Lebih lanjut dijelaskan bahwa politik internasional dibangun berdasarkan interaksi sosial dan kemampuan materil. Struktur sosial dibangun oleh aktor, namun aktor juga membangun struktur, jadi antara keduanya terdapat hubungan yang sangat erat. Menurut Reus dan Smith, teori konstruktivis menganalisa tindakan aktor berdasarkan identitas sosial yang dibangun oleh Negara tersebut yang terbentuk bedasarkan norma. Norma merupakan standart perilaku bagi setiap aktor berdasarkan identitasnya4. Norma disini juga menjelaskan bahwa, kepentingan dalam sistem politik internasional dapat berubah bergantung pada interaksi sosial antar aktor. Karakteristik sosial yang alami seperti ini menciptakan pengertian yang sama dan memungkinkan kordinasi nilai, misi, dan ekspektasi bagi para aktor. Jadi saat suatu Negara menggunakan salah satu dari nilai atau norma di atas

3 Andrew,Jarvis, Obama’s Adoption of the Responsibility to Protect : A Constructivist Analysis,Journal of Politics and International Studies Vol. 9 (Summer 2013), diakses pada 16 November 2017 21.13 wib, dalam

http://www.polis.leeds.ac.uk/assets/files/students/student-journal/sum-13/130930-sum13-jarvis.pdf

(4)

untuk menjastifikasi tindakannya maka akan mudah diterima oleh Negara lain karena semua aktor memiliki pandangan yang sama tentang bagaimana seharusnya bertindak.

Negara menggunakan norma-norma tertentu untuk melegitimasi kebijakan atau tindakan yang diambil negaranya yang sesuai dengan identitas sosial yang ingin dibangun. Begitu pula dengan kesediaan Negara-negara anggota PBB, yang menandatangani konvensi anti ranjau darat, yang bertindak sebagaimana norma kemanusiaan yang mereka anut. Kasus meledaknya ranjau darat bekas perang sipil di Negara-negara seperti Kamboja, Afghanistan, Angola, dan Irak5 telah menarik perhatian dunia internasional dan membuat seorang ibu rumah tangga tergerak hatinya untuk bergabung bersama-sama dengan NGO (Non-Governmental Organization) untuk mengusulkan isu tersebut ke Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kemudian menjadi isu yang diperbincangkan dan yang setelahnya menjadi Konvensi Ottawa tentang anti ranjau darat.

PEMBAHASAN

Proliferasi dan Penggunaan Ranjau Darat di Dunia

Istilah ranjau darat berasal dari kata dalam bahasa Inggris yakni mine, yang diambil dari bahasa Latin mina yang berarti vein of ore dan dalam bahasa Indonesia bermakna jebakan besi yang terbuat dari mineral. Ranjau yang kita kenal pada zaman sekarang, dikembangkan dengan merujuk pada non-explosive trap semisal spike (paku besar) yang digunakan oleh tentara zaman dulu sejak 2.500 tahun yang lalu. Setelah abad ke-14, saat ditemukannya bubuk mesiu tentara di zaman itu mulai mengembangkan explosive landmines dengan menggunakan bubuk mesiu, tepatnya pada tahun 1530, dengan percobaan penggunaan di wilayah Sicily, dan bagian Tenggara Italia6. Namun saat itu, istilah landmines atau ranjau darat belum digunakan, perangkap berpeledak yang diletakan di bawah tanah tersebut masih dikenal dengan istilah fougasses. Model fougasses memiliki dua kelemahan, pertama fougasses menggunakan bubuk mesiu versi hygroscopic yang memiliki kemampuan untuk menyerap air dari udara sehingga melemahkan daya ledak dari ranjau ini. Kedua, model ranjau ini hanya dapat diledakan saat

5The Ottawa Convention at Glance, Arms Control Association Fact Sheets and Briefs, diakses pada 18 November 2017 21.18 wib, dalam https://www.armscontrol.org/factsheets/ottawa

(5)

jejak mesiu dinyalakan. Ulasan mengenai pengembangan ranjau darat ditulis oleh ahli sejarah militer Jerman, di tahun 1726. Ranjau darat yang berpeledak baru secara resmi digunakan dalam perang pada abad ke-19.

Tabel 1 :

Timeline Penggunaan dan Proliferasi Ranjau Darat di Beberapa Negara

Tahun Peristiwa

1939-1945 Digunakan pertama kali secara luas dalam PD II 1944 Tentara AS mulai menggunakan Ranjau Darat non-metal 1951-1953 Penggunaan Ranjau Darat dalam Perang Korea 1958-1968 Perang AS-Vietnam, Ranjau Ditanam di Sebagian Besar

Wilayah Vietnam dan Kamboja

1975 Angola Menjadi Negara dengan Penanaman Ranjau Terbanyak dengan Usaha Pemusnahan Paling Sedikit 1978 Penanaman Ranjau Darat di Kamboja oleh Jenderal Pol

Pot

1979 Penanaman Ranjau Darat di Afghanistan, dengan lokasi terbanyak berada pada perbatasan Afghanistan-Irak,

Afghnistan-Pakistan

Sumber : The History of Landmines7

Sejarah Konvensi Ottawa

Setelah perang dan konflik bersenjata yang terjadi diseluruh penjuru dunia, masih ada sekitar 100 juta Ranjau Anti-Personil (RAP) yang tidak diledakkan dan masih terkubur di 60 negara. Tujuan mereka adalah untuk melukai atau membunuh tentara, tetapi populasi sipil yang paling menderita. Setiap tahun ada 25.000 orang terluka akibat ranjau tersebut8. Pada tahun 1991, beberapa NGO (LSM) dan individu mulai secara bersamaan mendiskusikan perlunya mengkoordinasikan inisiatif dan menyerukan pelarangan ranjau anti-personil9, dan pada tahun 1992 secara formal diresmikanlah The International Campaign to Ban Landmines (ICBL)

7Ibid

8 Nobelprize.org. (2017). International Campaign To Ban Landmines – Facts.

https://www.nobelprize.org/nobel_prizes/peace/laureates/1997/icbl-facts.html. Diakses Pada 13 Oktober 2017

9 Nobelprize.org. (2017). International Campaign To Ban Lndmines – History.

(6)

sebagai koalisi 1.000 NGO nasional dan internasional yang beroperasi berbasis 55 negara yang dipimpin oleh Jody Williams, seorang ibu rumah tangga Amerika. ICBL juga mendapat dukungan dari beberapa negara, terutama Kanada10.

Hasil dari kepemimpinan dan kerjasama Kanada dengan Kampanye Internasional untuk Melarang Ranjau Darat (ICBL), terbentuklah sebuah konvensi tentang Larangan Penggunaan, Penimbunan, Produksi, Pemindahan Ranjau Anti-Personil dan Pemusnahannya, atau dikenal sebagai Konvensi Ottawa (Perjanjian Pelarangan Ranjau) yang kemudian diadopsi pada tahun 1997. Tujuan dari konvensi tersebut adalah untuk mengembangkan sebuah dokumen dimana negara dapat mengumumkan niat mereka untuk melarang RAP dan membuat sebuah agenda yang menguraikan langkah-langkah untuk mencapai larangan tersebut11.

Pada tahun 1997, pemerintah Kanada kemudian menyelenggarakan sebuah konferensi di Ottawa yang menghasilkan 120 tanda tangan negara yang menyetujui Konvensi untuk Melarang RAP. Perjanjian Pelarangan Ranjau 1997 adalah perjanjian internasional yang mengikat secara hukum yang melarang penggunaan, produksi, penimbunan dan pengalihan ranjau anti-personil dan menempatkan kewajiban kepada negara-negara untuk membersihkan daerah yang terkena dampak, membantu korban dan menghancurkan timbunan ranjau12. Konvensi Ottawa ini kemudian mulai diberlakukan pada tanggal 1 Maret 199913.

Pada bulan Agustus 2017, 162 negara telah meratifikasi atau mengaksesi perjanjian tersebut, dan satu negara, Kepulauan Marshall, telah menandatangani kesepakatan tersebut namun tidak meratifikasinya. Negara-negara anggota banyak berasal dari Eropa, Afrika, Amerika Latin dan Karibia. Sekitar setengah dari negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta wilayah Asia Pasifik telah menandatangani perjanjian tersebut14.

Berikut ini merupakan daftar semua negara yang menandatangani Konvensi Ottawa dan negara anggotanya:

10 Asia-Cana.ca. Cambodia and The Ottawa Convention . http://asia-canada.ca/changing-perspectives/cambodians/cambodia-and-ottawa-convention. DiaksesPada 14 November 2017

11Ibid

12 Nobelprize.org. (2017). International Campaign to Ban Landmines – Fact.

https://www.nobelprize.org/nobel_prizes/peace/laureates/1997/icbl-facts.html. Diakses Pada 14 Otober 2017

13 ICBL.org. (2009). Treaty in Detail. http://www.icbl.org/en-gb/the-treaty/treaty-in-detail/treaty-text.aspx. Diakses Pada 14 Oktober 2017

(7)

Sumber: ICBL Organization15

Country Signature Deposit

Afghanistan 9/11/02

Albania 9/8/98 2/29/00

Algeria 12/3/97 10/9/01

Andorra 12/3/97 6/29/98

Angola 12/4/97 7/5/02

Antigua & Barbuda 12/3/97 5/3/99

(8)

Argentina 12/4/97 9/14/99

Australia 12/3/97 1/14/99

Austria 12/3/97 6/29/98

Bahamas 12/3/97 7/31/98

Bangladesh 5/7/98 9/6/00

Barbados 12/3/97 1/26/99

Belarus 9/03/03

Belgium 12/3/97 9/4/98

Belize 2/27/98 4/23/98

Benin 12/3/97 9/25/98

Bhutan 8/18/05

Bolivia 12/3/97 6/9/98

Bosnia and Herzegovina 12/3/97 9/8/98

(9)

Brazil 12/3/97 4/30/99

Brunei Darussalam 12/4/97 4/24/06

Bulgaria 12/3/97 9/4/98

Burkina Faso 12/3/97 9/16/98

Burundi 12/3/97 10/22/03

Cambodia 12/3/97 7/28/99

Cameroon 12/3/97 9/19/02

Canada 12/3/97 12/3/97

Cape Verde 12/4/97 5/14/01

Central African Republic 11/8/02

Chad 7/6/98 5/6/99

Chile 12/3/97 9/10/01

Colombia 12/3/97 9/6/00

(10)

Congo 5/4/01

Cook Islands 12/3/97 3/15/06

Costa Rica 12/3/97 3/17/99

Cote d'Ivoire 12/3/97 6/30/00

Croatia 12/4/97 5/20/98

Cyprus 12/4/97 1/17/03

Czech Republic 12/3/97 10/26/99

Democratic Republic of Congo 5/2/02

Denmark 12/4/97 6/8/98

Djibouti 12/3/97 5/18/98

Dominica 12/3/97 3/26/99

Dominican Republic 12/3/97 6/30/00

Ecuador 12/4/97 4/29/99

(11)

Equatorial Guinea 9/16/98

Eriitrea 8/27/01

Estonia 5/12/04

Ethiopia 12/3/97 12/17/04

Fiji 12/3/97 6/10/98

Finland 1/09/12

France 12/3/97 7/23/98

Gabon 12/3/97 9/8/00

Gambia 12/4/97 9/23/02

Germany 12/3/97 7/23/98

Ghana 12/4/97 6/30/00

Greece 12/3/97 9/25/03

(12)

Guatemala 12/3/97 3/26/99

Guinea 12/4/97 10/8/98

Guinea-Bissau 12/3/97 5/22/01

Guyana 12/4/97 8/5/03

Haiti 12/3/97 2/15/06

Holy See 12/4/97 2/17/98

Honduras 12/3/97 9/24/98

Hungary 12/3/97 4/6/98

Iceland 12/4/97 5/5/99

Indonesia 12/4/97 2/20/07

Iraq 8/15/07

Ireland 12/3/97 12/3/97

Italy 12/3/97 4/23/99

(13)

Japan 12/3/97 9/30/98

Jordan 8/11/98 11/13/98

Kenya 12/5/97 1/23/01

Kiribati 9/7/00

Kuwait 7/31/07

Latvia 7/1/05

Lesotho 12/4/97 12/2/98

Liberia 12/23/99

Liechtenstein 12/3/97 10/5/99

Lithuania 2/26/99 5/12/03

Luxembourg 12/4/97 6/14/99

Macedonia, FYR 9/9/98

Madagascar 12/4/97 9/16/99

(14)

Malaysia 12/3/97 4/22/99

Maldives 10/1/98 9/7/00

Mali 12/3/97 6/2/98

Malta 12/4/97 5/7/01

Marshall Islands 12/4/97

Mauritania 12/3/97 7/21/00

Mauritius 12/3/97 12/3/97

Mexico 12/3/97 6/9/98

Moldova 12/3/97 9/8/00

Monaco 12/4/97 11/17/98

Montenegro 10/23/06

Mozambique 12/3/97 8/25/98

Namibia 12/3/97 9/21/98

(15)

Netherlands 12/3/97 4/12/99

New Zealand 12/3/97 1/27/99

Nicaragua 12/4/97 11/30/98

Niger 12/4/97 3/23/99

Nigeria 9/27/01

Niue 12/3/97 4/15/98

Norway 12/3/97 7/9/98

Oman 8/20/14

Palau 11/19/07

Panama 12/4/97 10/7/98

Papua New Guinea 6/28/04

Paraguay 12/3/97 11/13/98

Peru 12/3/97 6/17/98

(16)

Poland 12/4/97 12/27/12

Portugal 12/3/97 2/19/99

Qatar 12/4/97 10/13/98

Romania 12/3/97 11/30/00

Rwanda 12/3/97 6/8/00

St. Kitts & Nevis 12/3/97 12/2/98

St. Lucia 12/3/97 4/13/99

St. Vincent & the Grenadines 12/3/97 8/1/01

Samoa 12/3/97 7/23/98

San Marino 12/3/97 3/18/98

Sao Tome & Principe 4/30/98 3/31/03

Senegal 12/3/97 9/24/98

Serbia & Montenegro 9/18/03

(17)

Sierra Leone 7/29/98 4/25/01

Slovakia 12/3/97 2/25/99

Slovenia 12/3/97 10/27/98

Solomon Islands 12/4/97 1/26/99

Somalia 4/16/12

South Africa 12/3/97 6/26/98

South Sudan 11/11/11

Spain 12/3/97 1/19/99

Sudan 12/4/97 10/13/03

Suriname 12/4/97 5/23/02

Swaziland 12/4/97 12/22/98

Sweden 12/4/97 11/30/98

Switzerland 12/3/97 3/24/98

(18)

Tanzania 12/3/97 11/13/00

Thailand 12/3/97 11/27/98

Timor Leste 5/7/03

Togo 12/4/97 3/9/00

Trinidad & Tobago 12/4/97 4/27/98

Tunisia 12/4/97 7/9/99

Turkey 9/25/03

Turkmenistan 12/3/97 1/19/98

Tuvalu 9/13/11

Uganda 12/3/97 2/25/99

Ukraine 2/24/99 12/27/05

United Kingdom 12/3/97 7/31/98

Uruguay 12/3/97 6/7/01

(19)

Venezuela 12/3/97 4/14/99

Yemen 12/4/97 9/1/98

Zambia 12/12/97 2/23/01

Zimbabwe 12/3/97 6/18/98

Sumber: Arms Control Association16

Konvensi Ottawa dalam Perspektif Konstruktivis

Implementasi Konvensi Ottawa

Ketika negara-negara anggota bergabung dalam konvensi Ottawa ini, negara berjanji untuk17: • Jangan pernah menggunakan ranjau anti-personil, atau untuk mengembangkan, memproduksi, atau memperoleh, menimbun, menyimpan atau memindahkannya

• menghancurkan stok ranjau di negara mereka dalam waktu empat tahun

• membersihkan semua area ranjau di wilayah mereka dalam waktu 10 tahun

• di negara-negara yang terkena dampak ranjau, melakukan pendidikan risiko ranjau dan memastikan pengucilan warga sipil dari daerah ranjau

• memberikan bantuan untuk perawatan dan rehabilitasi, dan reintegrasi sosial dan ekonomi, korban-korban ranjau

16 Arms Control Association. (2017). The Ottawa Convention: Signatories and State Parties. https://www.armscontrol.org/factsheets/ottawasigs. Diakses Pada 21 November 2017

(20)

• menawarkan bantuan kepada Negara-negara Pihak lainnya, misalnya dalam menyediakan untuk korban selamat atau memberikan kontribusi untuk program pembersihan

• mengadopsi langkah-langkah implementasi nasional (seperti undang-undang nasional) untuk memastikan bahwa persyaratan perjanjian dijunjung di wilayah mereka

• melaporkan setiap tahun tentang kemajuan dalam mengimplementasikan perjanjian tersebut.

Tantangan Implementasi Konvensi Ottawa

Tantangan yang sering dihadapi konvensi-konvensi dalam Hukum Internasional adalah tidak adanya sanksi bagi Negara yang tidak bersedia menandatangi perjanjian, tidak bersedia meratifikasi hasil kesepakatan, dan tidak adanya sanksi bagi Negara yang melanggar hasil perjanjian. Menurut Conway W Handerson18 “International Law is not Based on Commands Backed by Sanctions but Instead Rests on Voluntarily Compliance” yang kurang lebih berarti bahwa Hukum Internasional tidak mengikat dengan berdasar pada sanksi namun lebih kepada kerelaan untuk mengikuti apa yang telah disepakati. Dalam kasus Konvensi Ottawa juga ditemukan tantangan yang sama yakni terdapat beberapa Negara yang meski telah menandatangani Konvensi namun belum juga menghentikan program produksi dan pengembangan ranjau darat.

Konvensi Ottawa di Kamboja

Kamboja memiliki perbedaan yang tidak diinginkan karena memiliki lebih banyak ranjau darat dan sisa-sisa ledakan perang yang terkubur di tanahnya daripada di hampir semua negara di dunia. Hampir tiga dekade perang meninggalkan Kamboja yang terkontaminasi oleh persenjataan eksplosif yang tidak meledak; Diperkirakan ada enam juta ranjau darat yang dikuburkan di negara ini, tanpa catatan yang dapat diandalkan mengenai keberadaan mereka. Dalam kebanyakan kasus, tentara yang menanam ranjau tidak mencatat lokasi mereka19.

Kamboja sekarang memiliki tingkat kecacatan fisik tertinggi di dunia. Data sensus samar, namun umumnya disepakati bahwa lebih dari 40.000 orang Kamboja menderita amputasi akibat luka ranjau sejak tahun 1979 - rata-rata hampir 40 korban seminggu selama 20 tahun.

18 Conway W Handerson. (2010). Understanding International Law. Blackwell Publishing : USA

(21)

Akibat banyaknya korban yang berjatuhan akibat ranjau, Kamboja kemudian ikut menandatangani Konvensi Ottawa pada tanggal 3 Desember 1997 dan meratifikasinya pada tanggal 28 Juli 199920. Inilah penyebab mengapa Konvensi Ottawa memiliki peranan penting untuk Kamboja. Pemerintah Kamboja juga memberlakukan peraturan pelaksanaan domestik Undang-undang untuk Melarang Penggunaan Ranjau Anti-Personil pada tanggal 1 Januari tahun 200021.

 Pemusnahan Persediaan (Pasal 4)

Dalam laporan transparansi awalnya diajukan pada tanggal 28 Juni 2000, Kamboja melaporkan menimbun ranjau anti-personil di bawah kepemilikan atau kepemilikannya.

Dalam laporan transparansi yang disampaikan pada tahun 2008, Kamboja melaporkan bahwa mereka telah menyelesaikan penghancuran semua ranjau anti-personil yang tersimpan. Secara total, Kamboja melaporkan telah menghancurkan 203.671 ranjau.

 Tambang yang Ditahan (Pasal 3)

Terlepas dari kewajiban untuk menghancurkan semua ranjau anti-personil yang ditimbun, Konvensi tersebut mengizinkan penahanan jumlah minimum ranjau anti-personil yang mutlak diperlukan untuk pengembangan dan pelatihan deteksi ranjau, pembersihan ranjau , atau teknik penghancuran ranjau. Kamboja telah melaporkan telah menahan 1.720 ranjau anti-personil untuk tujuan yang diizinkan ini.

 Pembebasan Ranjau (Pasal 5)

Dalam laporan transparansi awalnya, Kamboja melaporkan wilayah-wilayah di bawah yurisdiksi atau kontrol Kamboja di mana ranjau anti-personil diketahui atau dicurigai ditempatkan.

Sesuai dengan Pasal 5 Konvensi Ottawa, Kamboja melakukan penghancuran semua ranjau anti-personali di wilayah ini sesegera mungkin namun paling lambat tanggal 1 Januari 2010.

20 LandmuneandClusterMonitor.org. (2013)

(22)

Pada tanggal 11 Mei 2009, Kamboja mengajukan permintaan untuk memperpanjang tenggat waktu penebangan ranjau. Permintaan tersebut diberikan di Cartagena Summit dan tenggat waktu yang ditetapkan menjadi 1 Januari 202022.

Pembersihan ranjau di Kamboja sampai sekarang masih terus dilakukan dengan didukung pendanaan dan pelatihan dari PBB serta sejumlah negara donor seperti AS dan Uni Eropa. Pemerintah Kamboja berharap dalam beberapa tahun ke depan, negara mereka bisa bersih dari ranjau peninggalan konflik di masa lalu. Untuk keperluan ini, Kamboja membutuhkan biaya sekitar 30 juta dolar AS per tahun. Di Kamboja sendiri, untuk urusan ranjau itu didirikan lembaga khusus bernama Pusat Ranjau Kamboja23.

Kesimpulan

Konvensi Ottawa merupakan sebuah konvensi tentang Perjanjian Pelarangan Ranjau yang diadopsi pada tahun 1997 dan mengikat secara hukum yang melarang penggunaan, produksi, penimbunan dan pengalihan ranjau anti-personil dan menempatkan kewajiban kepada negara-negara untuk membersihkan daerah yang terkena dampak, membantu korban dan menghancurkan timbunan ranjau. Konvensi Ottawa ini kemudian mulai diberlakukan pada tanggal 1 Maret 1999.

Kamboja menandatangani Konvensi Ottawa pada tanggal 3 Desember 1997 dan meratifikasinya pada tanggal 28 Juli 1999. Pemerintah Kamboja juga memberlakukan peraturan pelaksanaan domestik Undang-undang untuk Melarang Penggunaan Ranjau Anti-Personil pada tanggal 1 Januari tahun 2000. Di Kamboja, Konvensi ini memiliki peranan penting karena Kamboja merupakan negara yang memiliki ranjau darat terbesar dibandangkin negara-negara yang ada di dunia.

22 APMineBanConvention.org. (2017). Convention on The Prohibition of the Use, Stockpiling, Peoduction, and Transfer of Anti-Personnel Mines and on Their Destruction. https://www.apminebanconvention.org/en/states-parties-to-the-convention/cambodia/

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Ebook :

Conway W Handerson. (2010). Understanding International Law. Blackwell Publishing : USA

Website :

https://www.apminebanconvention.org http://www.pikiran-rakyat.com

LandmuneandClusterMonitor.org. http://asia-canada.ca

https://www.armscontrol.org http://www.icbl.org

https://www.nobelprize.org

Gambar

Tabel 1 :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum mengandung 70% hijauan dengan komposisi beragam dan 30% konsentrat meng- hasilkan asam propionat

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik sebab orientasi pembelajaran hanya terkait dengan

Kurangnya aktivitas karena perilaku sedentari menyebabkan individu yang sering menggunakan smartphone berada dalam posisi yang statis sehingga mengalami forward

Perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajar siswa mendapat perhatian yang khusus. Kesiapan guru dalam

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti sebanyak 3 kali pada setiap kegiatan-kegiatan yang ada di Komplek Seruni Indah III Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan

Siswa dapat mengemukakan pengertian surat menyurat, fungsi beserta syarat surat dan kriteria surat yang baik sesuai dengan prosedur perusahaan.. Guru memberikan

Desa di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal Desa

Eko Haddy Prasetyo (Aplikasi Sistem Penunjang Keputusan berbasis Web Dengan Menggunakan Metode Weighted Product Pada Sistem Rekomendasi Handphone, 2013) pada