BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan kesehatan. Pentingnya pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah (Depkes RI, 2009).
Kesehatan jiwa adalah adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU no.18
tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa).
Seseorang dikatakan sehat jiwa apabila terpenuhi kriteria memiliki
perilaku positif, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, memiliki integritas diri, memiliki otonomi, memiliki persepsi sesuai realita yang ada serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya sehingga mampu melaksanakan peran sosial
dengan baik (Surya, 2011).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari
Kesehatan jiwa menurut Australian Health Minister tahun 2010 adalah
kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungannya untuk dapat berinteraksi dengan orang yang lain sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan,
perkembangan yang optimal dengan menggunakan kemampuan mentalnya (kognisi, afeksi, dan relasi).
Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara, dimana proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberi dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat. Gangguan
jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama yang terdapat dalam proses globalisasi. Keempat masalah kesehatan utama
tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Namun, banyak orang yang tidak menyadari jika mereka mungkin mengalami masalah kesehatan jiwa.
Gangguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan kematian, tetapi dapat menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban berat
bagi keluarga, baik mental maupun materi karena penderita menjadi kronis dan tidak lagi produktif .
Menurut data studi World Bank di beberapa Negara baik yang sedang
berkembang maupun negara maju pada tahun 1995 menunjukkan bahwa 8,1% dari Global Burden of Disease disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa.
keluarga di seluruh dunia cenderung memiliki paling sedikit satu anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa.
WHO mencatat ada sebanyak 144.770 orang yang meninggal akibat
gangguan jiwa pada tahun 2012 di benua Amerika. 52.519 orang di Negara Asean.
Sebuah riset penelitian ECNP (European College of
Neuropsychopharmacology) dalam kongresnya pada 3-7 September 2011 di Paris menyebutkan bahwa 32 persen dari populasi Eropa atau 164,7 juta orang dari 514
juta populasi Eropa yang menderita gangguan mental.
Masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa juga masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia dimana sama halnya negara ini seperti semua negara berkembang yang sedang mengalami perubahan dalam epidemiologi penyakit. Ciri-ciri perubahan epidemiologi ini adalah penurunan insidens dan prevalens
penyakit menular dan peningkatan insidens dan prevalens penyakit tidak menular. Walaupun keadaan yang dialami sekarang belum mendekati situasi yang dialami
oleh negara-negara yang sudah maju, namun akhirnya penyakit-penyakit tidak menular akan memegang peran yang lebih besar di masa mendatang. Penyakit-penyakit tidak menular yang dimaksud adalah Penyakit-penyakit kanker, Penyakit-penyakit
kardiovaskuler, penyakit serebrovaskuler, diabetes, dan gangguan jiwa (Salan & Gunawan 2003).
Kasus Penyalahgunaan NAPZA di dunia mencapai angka 300 juta pada
tahun 2010 dengan angka tertinggi di benua ASIA yang tercatat 127 juta kasus dan di benua Amerika tercatat 59 juta kasus (World Drug Report 2012) Pada
2012, Gangguan Penyalahgunaan NAPZA menempati angka 39 juta kasus diseluruh dunia Penggunaan NAPZA menjadi penyebab 0,8 persen kehidupan cacat (World Drug report 2014).
Kasus Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia yang tercatat pada tahun 2008 adalah 29364 kasus. Pada tahun 2009 terdapat 30.883 kasus, tahun 2010
terdapat 26.678 kasus, tahun 2011 terdapat 29.796 kasus, dan pada tahun 2012 terdapat 28.727 kasus. (Badan Narkotika Nasional, 2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2007), menunjukkan bahwa
prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1.000 orang penduduk terdapat
lima sampai orang menderita gangguan jiwa.
Menurut Direktorat Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan pada
tahun 2010 tercatat sebanyak 2.136 kasus penderita gangguan mental dan perilaku karena penggunaan NAPZA di Rumah Sakit di Indonesia. Dari 2.136 kasus tersebut, terdapat 36 pasien yang meninggal.
Ada Tiga provinsi dengan kasus penyalahgunaan NAPZA tertinggi di Indonesia pada tahun 2011 dan 2012 yaitu: Jawa Timur sebanyak 7.749 kasus
Di kota Medan terdapat 1.390 kasus penyalahgunaan Napza. Sebagai
bentuk kepedulian terhadap angka yang terus meningkat, salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial Departemen Sosial RI yaitu Panti Sosial Pamardi Putra "Insyaf" Sumatere Utara atau yang dikenal dengan PSPP "Insyaf" Sumut memberikan kontribusi dalam melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi korban
penyalahgunaan NAPZA yang meliputi : Bimbingan mental, sosial, fisik, dan pelatihan keterampilan praktis. Adapun jumlah korban penyalahgunaan NAPZA yang tercatat pada tahun 2014 di PSPP “Insyaf” adalah 120 orang.
1.2Perumusan Masalah
“Belum diketahuinya karakteristik penderita gangguan jiwa penyalahgunaan
NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra "Insyaf" Sumatera Utara”.
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
“Untuk mengetahui karakteristik penderita gangguan jiwa penyalahgunaan
NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra "Insyaf" Sumatera Utara”. 1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan
NAPZA menurut: umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, , dan status perkawinan tahun 2014
c. Mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA
berdasarkan jenis zat yang dipakai
d. Mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA
berdasarkan alasan memakai NAPZA
e. Mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan lama pemakaian NAPZA
f. Mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan pengobatan
g. Mengetahui lama perawatan penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA
h. Mengetahui distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan keadaan sewaktu pulang
i. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis zat yang dipakai
j. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan lama pemakaian NAPZA
k. Mengetahui distribusi proporsi pekerjaan berdasarkan lama pemakaian NAPZA
l. Mengetahui distribusi proporsi jenis zat yang dipakai berdasarkan gejala
awal
m. Mengetahui distribusi proporsi lama pemakaian berdasarkan jenis zat yang
dipakai
o. Mengetahui distribusi proporsi lama perawatan berdasarkan keadaan
sewaktu pulang
p. Mengetahui distribusi proporsi lama perawatan berdasarkan jenis
pengobatan
q. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan umur r. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan suku
s. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan pendidikan
t. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan pekerjaan
u. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan status perkawinan
v. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan
gejala awal
w. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan jenis
zat yang dipakai
x. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan alasan memakai NAPZA
y. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan lama pemakaian
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak di Panti Sosial Pamardi Putra "Insyaf" Sumatera Utara dalam upaya memperbaiki pencatatan,
meningkatkan tindakan perawatan, pengobatan dan pelayanan kesehatan bagi pasien gangguan jiwa.
1.4.2 Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) dan sebagai wujud pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di FKM USU Medan.
1.4.3 Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis serta sebagai bahan referensi dan masukan bagi pihak yang membutuhkan