BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah meningkatkan
perilaku masyarakat agar bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan ancaman
kesehatan lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat
termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (Depkes RI).
Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia khususnya sebagai generasi
penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat
2025. Diharapkan juga dengan memiliki perilaku hidup sehat mahasiswa diharapkan memiliki
kesehatan yang baik pula yang selanjutnya akan mendukung tercapainya sumber daya manusia
yang baik dan berkualitas karena kesehatan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia
(Nining, 2009).
Menurut Gunarsa (2000), mahasiswa dapat digolongkan kedalam kelompok remaja
lanjut. Remaja lanjut mulai mengembangkan kemampuannya mengadakan hubungan sosial baik
dengan teman sebaya maupun orang lain yang berbeda tingkat kematangan sosialnya. Mahasiswa
yang berada pada masa remaja lanjut memang menghadapi berbagai kesulitan dan tidak semua
mampu mengatasi diri. Seiring pula dengan pergeseran dari depedensi ke indepedensi,
Mahasiswa merasa lebih bebas untuk bergaul.masalah pergaulan bisa menjadi masalah yang
cukup pelik, baik kerena percintaan, tidak bisa menyesuaikan diri dan keterlibatan terhadap
Salah satu masalah tentang pergaulan yaitu pergaulan ditempat kost, Dapat dilihat dari
sebuah sumber bahwa mahasiswa memiliki mental dan perilaku yang memprihatinkan. Contoh
penelitian dari Widjanarko (2003) yang mengungkapkan 97% mahasiswa indekost di Yogyakarta
sudah tidak perawan lagi dan di Semarang juga terdapat peristiwa yang tak kalah hebohnya yaitu
penggrebekan terhadap rumah-rumah kost yang ternyata digunakan sebagai tempat mesum juga
semakin tingginya angka pernikahan mahasiswa karena sudah melakukan hubungan seksual
sebelum menikah, semakin merebaknya mahasiswa yang berprofesi sebagai pekerja seks
komersil dan melakukan hubungan seksual di kamar mandi tempat ibadah serta kasus-kasus
aborsi yang belum terungkap (Widjanarko, 2003)
Maraknya pergaulan bebas membuat kehidupan mahasiswa kost sangat rentan dengan
perilaku seksual pranikah. Perkembangan jaman dan teknologi, maraknya media fornografi,
kurangnya control orang tua dan kebebasan yang diberikan ibu kost membuat mahasiswa
semakin leluasa melakukan hubungan seksual pranikah didalam kost. Seksual pranikah yang
membawa dampak yang sangat buruk bagi pelakunya diantaranya kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD), penyakit menular seksual(PMS), serta HIV dan AIDS (Nining, 2009).
Pengetahuan subjek yang rendah tentang seksual pranikah serta perilaku yang permisif
membuat subjek semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah yang tidak bertanggung
jawab. Lingkungan teman sebaya yang permisif yang sudah melakukan hubungan seksual
pranikah mempengaruhi kecenderungan subjek terhadap perilaku tersebut. Semakin canggih nya
teknologi internet membuat informasi seksual pranikah semakin mudah untuk diakses dan juga
ketidakberadaan induk kost membuka kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah
Menurut Agus mochtar yang dikutip oleh Nining (2009), Bahwa adanya pola hubungan
yang tidak akrab antara pemilik rumah kost dengan mahasiswa mahasiswi yang dimaksud yaitu
tidak adanya komunikasi antara anak kost dengan pemilik kost misalnya pemilik kost tidak ingin
tahu apa yang dikerjakan anak kostnya dan anak kost tersebut tidak segan dengan ibu kostnya
sehingga membuat kehidupan seksual ditempat kost menjadi sangat bebas. Sebanyak 72,9%
responden perempuan yang mengaku hamil, diantara mereka 91,5% telah melakukan aborsi.
Tindakan aborsi tersebut biasanya menggunakan dukun beranak sebanyak 94,8% dan hanya
terdapat 5,25% aborsi perempuan yang dilakukan dengan adanya bantuan petugas paramedis.
Selain itu, terdapat 33,2% (perempuan) dan ada 16,8% (laki-laki) yang telah mengaku menderita
penyakit seksual kelamin akibat melakukan hubungan seks bebas.
Dari hasil penelitian sejumlah remaja di DKI Jakarta dan Banjarmasin, ketika ditanya
model berpacarannya sekitar 61 % sudah berciuman. Dari 400 responden di masing-masing kota
sekitar 6-7% sudah meraba alat vital kelamin pasangannya. Yang sampai bersenggama sekitar
1-2%. Begitu pula penelitian Baren dalam nining (2009), menyatakan bahwa dari penelitian yang
dilakukan terhadap remaja di Medan sebagaimana dimuat di tabloit wanita Indonesia,
memperlihatkan gambaran betapa gampangnaya remaja melakukan hubungan seks tanpa melalui
jenjang pernikahan yang sah. Penelitian ini menyebutkan mereka yang melewati masa pacaran
2-6 bulan sudah dipastikan melakukan hubungan seks, apalagi yang sudah berpacaran lebih dari
setahun (Nining, 2009).
Hasil survei UNFPA tahun 2000 mengenai jumlah penduduk usia 20-24 tahun yang
melakukan hubungan sek pranikah di beberapa kota besar yaitu Manado, Surabaya, Malang dan
Remaja merupakan usia yang rentan dalam menanggapi perubahan yang ada disekitarnya.
Hasil riset synoviet tahun 2004 juga membuktikannya. Riset dilakukan di empat kota yakni,
Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. dari 450 responden ,44% mengaku berhubungan seks
pertama kali pada usia 16-18 tahun. Bahkan ada 16 responden yang mengenal seks sejak usia
13-15 tahun. Sebanyak 40 % responden melakukan hubungan seks dirumah. Sedangkan 26%
melakukan di tempat kost, dan 20 % lainnya di hotel (Joko, 2009).
Berdasarkan survei dasar kesehatan reproduksi remaja (KKR) yang dilakukan BKKBN di
Jawa Barat terdapat 288 responden usia 14-22 tahun di 6 Kabupaten Kota Jawa Barat pada Mei
2002 diperoleh 39,65% remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah, Selain itu
terungkap pula 83 % responden sama sekali belum memiliki pengetahuan tentang konsep
reproduksi, 40,6 5 tidak tahu tentang seksual beresiko, dan 42,42 % tidak tahu tentang penyakit
menular seksual (PMS) (Sendjaja, 2002).
Sedangkan dari hasil poling LSM Sahara di kota Bandung, adalah 44,8% mahasiswi
melakukan hubungan intim atau seks. Sebagian besar mahasiswa mahasiswi tersebut melakukan
hubungan intim dikamar kost atau di kontrakan nya. Dari tahun 2000-2002 diketahui bahwa
tempat yang paling sering dijadikan untuk melakukan hubungann seksual yaitu dirumah kost
(51,5 %), kemudian menyusul di rumah kontakan pribadi sekitar (30%), rumah yang jauh dari
kampus membuat mahasiswa dan mahasiswi memilih untuk tinggal di rumah kost dampak
positifnya adalah mereka bisa mandiri dan bisa mengambil kesimpulan, dampak lain, lemahnya
kontrol orang tua dan ibu kost membuat para mahasiswa dan mahasiswi melakukan hubungnan
seksual dikamar kostnya (Tempo, 2006).
Data dari hasil survei yang diperoleh secara acak dalam kurun waktu enam bulan terakhir
Kabupaten Ponogoro pada tanggal 17 Desember 2010 bahwa angka persentase menunjukkan
dari 5 orang gadis 4 orang telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga tidak perawan lagi
dan BKKBN tahun 2010 mencatat dikalangan remaja Jabotabek sekitar 51% telah melakukan
hubungan seksual pranikah, Surabaya mencapai 54%, Bandung 47%, dan Medan 52%. LSCK
PUSBIH (lembaga studi cinta dan kemanusiaan serta pusat pelatihan bisnis dan humaniora) pada
tahun 2002 menemukan fakta bahwa 1.160 orang responden yang tersebar di 16 perguruan tinggi
di Yogyakarta, 97,05 % dari responden itu mengaku kehilangan keperawanannya dalam
periodisasi waktu kuliahnya (suara pembaruan_online.com).
Berdasarkan penelitian Boyke yang dikutip oleh Arliza bahwa 50% pengunjung klinik
aborsi adalah remaja dan 44% hamil diluar nikah, jumlah kasus aborsi 800.000 – 1.000.000
pertahun, 11% diantaranya dilakukan oleh wanita yang belum menikah dan 51% dari seluruh
kasus tersebut dilakukan oleh wanita usia muda.pada 33 provinsi di indonesia, 63% remaja di
indonesia pernah berhubungan seks. Sebanyak 21% remaja diantaranya pernah melakukan aborsi
(BKKBN, 2008).
Data dari Bapenas tahun 2009 menyebutkan bahwa kasus aborsi di indonesia sebanyak
2,3 juta pertahun, 30% dilakukan oleh remaja. Dan berdasarkan data Departemen Kesehatan
hingga September 2008, selain masalah seks pranikah dari 15.210 penderita HIV/AIDS di
indonesia, 54% di antaranya adalah remaja (Arliza, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian di kelompok SAHIVA (sadar HIV/AIDS) tentang perilaku
kesehatan reproduksi anak kost pada tahun 2005 di jalan Dr.Mansyur dan Jamin Ginting Medan
di kawasan kampus USU, Bahwa rata-rata anak kost pernah melakukan aktifitas seksual di
tempat kost, baik berupa ciuman, berpelukan, oral seks, vaginal seks, anal seks bahkan ada yang
dengan pacarnya sendiri, 14,4% dengan kawan lawan jenis, 10,4% dengan sesama jenisnya, dan
bahkan ada yang berhubungan dengan pekerja Seks Komersil yaitu sebanyak 4,0%. Rata-rata
anak kost pulang lewat pukul 10 malam (88,0%), membawa teman lawan jenisnya ke kamar
(56,8%), membawa pacar ke dalam kamar (53,6%) dan menerima tamu menginap di kamar
selain dari orang tua dan saudara kandungnya (84,8%) (Arliza, 2010).
Persoalan-persoalan di atas menunjukkan bahwa permasalahan dan akibat dari perilaku
seksual, pranikah remaja dari tahun ke tahun semakin bertambah. masalahnya, perkembangan
itu bukan malah bertambah baik tapi justru bertambah buruk, karena pada umumnya
perkembangan hubungan seksualitas remaja diakibatkan adanya persepsi yang keliru mengenai
pacaran (Doni, 2001).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di jalan Sei Padang kelurahan
Padang Bulan Selayang I Medan, banyak sekali mahasiswa yang keluar masuk kost dan rumah
membawa pasangan atau teman lelakinya, mereka berasal dari berbagai universitas yang ada di
kota Medan. Sebenarnya rumah kosan di Jalan Sei Padang sangat di jaga ketat oleh siskamling
yang tidak memperbolehkan laki-laki bertamu diatas pukul 23.00. akan tetapi, Dengan berbagai
cara mereka bisa lolos dari pengawasan penjaga siskamling. Sebagian besar mahasiswa yang
bertempat tinggal di Jalan Sei Padang ikut bergabung dalam berbagai organisasi dikampusnya
sehingga mereka pulang sampai larut malam.
Penulis memperoleh informasi dari penjaga siskamling di Jalan Sei Padang, beberapa
waktu lalu ada dua orang mahasiswa perempuan yang tinggal di tempat berbeda tertangkap
basah membawa pasangannya lelakinya tidur dikamar kostnya yang berada di lantai dua. Mereka
kedapatan sedang melakukan hubungan intim di dalam kamar sehingga mereka di usir dari
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian di Jalan Sei Padang,
untuk mengetahui sejauh mana perilaku seksual pranikah mahasiswa indekost di daerah tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Sejauhmana hubungan antara pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap
tindakan hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I
Medan tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap
tindakan hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I
Medan tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa indekost tentang hubungan
seksual pranikah Di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan
Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui motivasi mahasiswa indekost terhadap hubungan seksual pranikah
di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013.
3. Untuk mengetahui tindakan mahasiswa indekost terhadap hubungan seksual pranikah
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual pranikah pada
mahasiswa di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun
2013.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kelurahan
Sebagai bahan masukan tentang dampak yang ditimbulkan dari perilaku seksual
pranikah di tempat kost.
2. Bagi responden
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan responden tentang bahaya
yang ditimbulkan dari perilaku seksual pranikah dan kesehatan reproduksi remaja.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai bahan masukan untuk menambah referensi bagi pengembangan ilmu atau