• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia - Hubungan Pelayanan Profesional Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia - Hubungan Pelayanan Profesional Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia juga bisa dilihat secara mendalam menurut

Gomes (2000), manajemen sumber daya manusia berasal dari dua pengertian utama

yaitu (1) manajemen dan (2) sumber daya manusia. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola. Sedangkan sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terdapat pada

organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas.

SDM di rumah sakit dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu: kelompok

fungsional dan manajerial. Kedua kelompok tersebut dibagi secara tegas dengan

tujuan untuk memastikan tanggungjawab pengelolaan 2 lini besar rumah sakit, yaitu

administrasi dan pelayanan klinis. Selanjutnya, kerjasama yang akuntabel antar kedua

kelompok besar ini merupakan salah satu kunci keberhasilan pengembangan rumah

sakit. Agar dapat bekerja sama, maka diperlukan manajemen SDM, mulai dari tingkat

individual sampai dengan tingkat kelompok. Sumber daya manusia yang ada di

rumah sakit terdiri dari: 1) tenaga kesehatan yang meliputi medis (dokter), paramedis

(perawat) dan paramedis non keperawatan yaitu apoteker, analis kesehatan, asisten

apoteker, ahli gizi, fisioterapis, radiographer, perekam medis. 2) tenaga non

(2)

2.2Pelayanan Dokter

Pelayanan kedokteran (medical services) adalah bagian dari pelayanan kesehatan (health services) yang tujuan utamanya adalah untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasaran utamanya adalah perseorangan

ataupun keluarga (Azwar, 2000).

Dalam undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, dinyatakan

bahwa tenaga kesehatan (termasuk dokter) dalam melaksanakan kewajibannya wajib

mematuhi standar profesi dan menghormati hak-hak pasien. Hak-hak pasien adalah

hak atas informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedokteran

dan hak atas pendapat kedua.

Peran dokter di rumah sakit dalam NHS (National Health Service) Inggris, dokter dapat dikategorikan dalam hirarki sebagai berikut (Steel dan Vaughan, 1996) :

1. The Consultant – Dokter spesialis konsultan; 2. The Senior Registrar – Dokter spesialis senior; 3. The Registrar – Dokter spesialis;

4. The Senior House Officer – Dokter ruangan/residen senior; 5. The House Officer – Dokter ruangan/dokter residen junior,

Menurut American College of Occupational and Enviromental Medicine (2010), dokter ideal adalah:

1. Dokter bersedia menerima pasien tanpa memandang status sosial dan cara bayar.

2. Dokter memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik.

(3)

4. Dokter menghasilkan tingkat kesembuhan yang tinggi untuk pasien serta

mendapatkan pendapatan tanpa biaya pengobatan yang mahal.

Hubungan antara dokter dengan pasien dapat dilihat dari berbagai pendekatan

yang berbeda, namun terkait satu dengan yang lain.

1. Hubungan kebutuhan; pasien butuh pertolongan medis, dokter butuh pasien

sebagai subyek profesinya.

2. Hubungan kepercayaan; pasien menyerahkan diri kepada dokter karena percaya

pada integritas dan kemampuannya. Pasien percaya dokter akan merahasiakan

segala sesuatu tentang dirinya. Dokter percaya pasien akan jujur dan beritikad

baik terhadap dirinya.

3. Hubungan keprofesian; interaksi dan kerja sama antara seorang profesional medis

dengan penerima jasa profesional itu. Hubungan ekonomi antara produsen jasa

dengan pembeli atau pengguna jasa itu, yang membawa konsekuensi keuangan.

4. Hubungan hukum; antara satu subyek hukum dengan subyek hukum lain

(Jacobalis, 2000).

Pelayanan yang diberikan dokter spesialis adalah pelayanan rawat jalan dan

rawat inap. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi

observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang

rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta

(4)

harus menginap dan mengalami tingkat proses transformasi, yaitu pasien sejak

masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2004).

2.3 Dokter Spesialis

Dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang

ilmu kedokteran tertentu. Seorang dokter harus menjalani pendidikan profesi dokter

pasca sarjana (spesialis) untuk dapat menjadi dokter spesialis. Pendidikan dokter

spesialis merupakan program pendidikan profesi lanjutan dari program pendidikan

dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja sarjananya dan atau langsung setelah

menyelesaikan pendidikan dokter umum.

Dokter yang telah mengikuti program internship dapat memilih jalur karier

praktiknya; apakah menjadi dokter spesialis, atau menjadi dokter praktik umum.

Dokter spesialis adalah dokter yang telah mengikuti Program Pendidikan Dokter

Spesialis (PPDS). Untuk memenuhi kriteria standar profesi minimal dalam

memberikan Pelayanan kesehatan kepada masyarakat seorang dokter spesialis

penyakit dalam harus mendapatkan pengakuan berupa sertifikasi yang dikeluarkan

oleh Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB

PAPDI) dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Salah satu diantaranya adalah

dokter spesialis ilmu penyakit dalam. Dokter spesialis penyakit dalam terdapat 12

sub-spesialis, diantaranya:

1. Alergi-Immunologi Klinik (Sp.PD-KAI)

2. Gastroenterologi-Hepatologi (Sp.PD-KGEH)

(5)

4. Ginjal-Hipertensi (Sp.PD-KGH)

5. Hematologi - Onkologi Medik (Sp.PD-KHOM)

6. Kardiovaskular (Sp.PD-KKV)

7. Endokrin-Metabolik-Diabetes(Sp.PD-KEMD)

8. Psikosomatik (Sp.PD-KPsi)

9. Pulmonologi (Sp.PD-KP)

10.Reumatologi (Sp.PD-KR)

11.Penyakit Tropik-Infeksi (Sp.PD-KPTI)

2.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dalam melaksanakan tugas profesi seorang ahli penyakit dalam (dokter

spesialis) harus menjunjung tinggi sikap humanisme, profesionalisme, memegang teguh etika kedokteran, etika sosial dan etika nasional. Berdasarkan Keputusan

Direktur Utama RSUP HAM Medan tentang pembagian tugas dalam kelompok staf

medis fungsional maka sebagian tugas pokok dan fungsi dokter spesialis penyakit

dalam sebagai berikut:

a. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, memerintahkan pemeriksaan

laboratorium, radiologi, saran untuk diet, saran untuk fisioterapi, memberikan

terapi bagi pasien-pasien yang dirawat/ditangani di 1) Intensive Care Unit,

2) Unit Gawat Darurat, 3) Ruangan.

b. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, memerintahkan pemeriksaan

laboratorium, radiologi, saran untuk diet, saran untuk fisioterapi, memberikan

(6)

c. Menerima konsultasi dari teman sejawat spesialis dan dokter umum baik dari

ruangan maupun unit gawat darurat.

d. Melakukan rujukan kepada teman sejawat lain bila kasus yang dihadapi berkaitan

dengan bidang-bidang mereka (bedah, kebidanan dan kandungan, anak).

e. Merujuk pasien ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih tinggi bila kasus

tersebut tidak dapat ditangani.

f. Menjadi ketua tim pemeriksaan kesehatan bagi calon pegawai

g. Menjadi supervisor selama 24 jam bagi dokter-dokter umum yang sedang jaga di

Unit Gawat Darurat.

h. Memimpin Diabetes Center.

Tugas seorang dokter meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa penyakit pasien secara

cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.

b. Memberikan terapi untuk kesembuhan penyakit pasien.

c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan

sakit.

d. Menangani penyakit akut dan kronik.

e. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.

f. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS.

g. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau

dirawat di RS dan memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan.

(7)

i. Memberikan nasihat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai pencegahan

sakit.

j. Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, pengobatan pasien sekarang

harus komprehensif, mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Dokter berhak dan juga berkewajiban melakukan tindakan tersebut untuk

kesehatan pasien. Tindakan promotif misalnya memberikan ceramah, preventif

misalnya melakukan vaksinasi, kuratif memberikan obat/ tindakan operasi,

rehabilitatif misalnya rehabilitasi medis.

k. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.

l. Mawas diri dan mengembangkan diri/ belajar sepanjang hayat dan melakukan

penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran.

m. Tugas dan hak eksklusif dokter untuk memberikan Surat Keterangan Sakit dan

Surat Keterangan Berbadan Sehat setelah melakukan pemeriksaan pada pasien.

2.3.2 Pelayanan Profesional Dokter Spesialis

Salah satu jenis pelayanan kesehatan selain primer dan tersier adalah jenis

pelayanan sekunder yaitu pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang

kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder dan

tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat

rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.

(8)

terbatas. Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat

(inpantient services). Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.

Contoh : Rumah Sakit kelas C dan Rumah Sakit kelas D (Cascio dan Hodgetss, 1983).

Ketua Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Sugito Wonodirekso

mengatakan, meski memiliki tingkat kompetensi yang sama, dokter layanan primer

memiliki kompetensi yang berbeda dengan dokter spesialis. Jika dijabarkan dalam

kompetensi dokter layanan primer meliputi kontak pertama dan langsung dengan

pasien, dapat mendiagnosis semua macam penyakit, gejala penyakit, usia, kelamin,

dan ikut berperan dalam pencegahan penyakit secara umum. Ini tentu berbeda dengan

dokter spesialis yang hanya menangani penyakit-penyakit tertentu saja. Maka tidak

heran dokter spesialis umumnya hanya terlibat dalam upaya kuratif, sementara dokter

layanan primer perlu terlibat dalam upaya preventif promotif. Secara jelas masyarakat

harus melalui fasilitas primer terlebih dulu baru akan dilayani di tingkat sekunder dan

tersier.

Menurut pendapat Hodgetts dan Casio dalam Wijayanti (2013), pelayanan

kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan

penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan

(9)

Pelayanan kesehatan sekunder oleh dokter spesialis pada umumnya hanya

terlibat dalam upaya kuratif melalui perilaku profesional layanan kesehatan dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Persiapan

Sebelum anamnesis dilakukan oleh dokter, sebaiknya dokter memeriksa

terlebih dahulu kartu atau data pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya.

Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau

mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu datanya milik

pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk

pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya.

Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan

pemeriksaan saat ini.

Tahap awal sebelum sebelum dokter melakukan anamnesis antara lain adalah

dokter bersikap ramah terhdap pasien, memberikan salam senyum dan sapa,

mempersilahkan kepada pasin untuk duduk, memperhatikan perilaku atau penampilan

pasien, mempersiapkan catatan, menciptakan suasana yang santai menanyakan

keadaan pasien atau kabar pasien saat itu (Maulana, 2008).

b. Anamnesis

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu

percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan

orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien

(10)

atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien.

Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan

sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis

saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70%

kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis

yang benar (Pornomo, 2000).

Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang

baik antara seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru

pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan

takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan

hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan

untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan

keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya

(Patricia dan Potter, 2005).

Pada saat anamnesis dilakukan dokter memberikan perhatian dan dorongan

agar pasien dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien

bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus

memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila

diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau

informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien

sehingga melantur kemana mana. Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa

(11)

padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berika penjelasan atau

deskripsi dari istilah tersebut.

c. Pemerikaan fisik

Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi

mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah, pertama,

untuk mengidentifikasi status “normal” dan kemudian mengetahui adanya variasi dari

keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan dan gejala-gejala

pasien, penapisan/skrining keadaan wellbeing pasien, dan pemantauan masalah kesehatan/penyakit pasien saat ini. Informasi ini menjadi bagian dari catatan/rekam

medis (medical record) pasien, menjadi dasar data awal dari temuan-temuan klinis yang kemudian selalu diperbarui (updated) dan ditambahkan sepanjang waktu

Ketika pemeriksaan berlangsung, setiap langkah harus dijelaskan,

memberitahu pasien terlebih dahulu jika suatu tindakan mungkin akan menyebabkan

rasa tidak nyaman pada pasien. Keterangan singkat harus diberikan kepada pasien

mengenai tubuh pasien, metode pemeriksaan diri sendiri, tanda-tanda dan

gejala-gejala masalah yang potensial, dan seterusnya. Berbagi informasi tersebut akan

membangun hubungan dan kepercayaan. Harus diingat, jika seseorang menjadi

tegang, dia bisa menjadi sangat pendiam atau sebaliknya terlalu banyak bicara.

Sekedar mengobrol akan mengganggu pasien dan tidak membangun suatu hubungan

yang bermanfaat untuk terapi. Bahkan mungkin akan membuat pasien tidak senang

(12)

kecemasan anda sendiri dan berkonsentrasi menjalin komunikasi yang efektif

sehubungan dengan terapi.

Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk

digunakan selama pemeriksaan fsik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

1) Inspeksi

Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan

mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan

untuk mengkaji/ menilai pasien. Secara formal, pemeriksa fisik dapat dilakukan

menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara

seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama bertemu, dengan cara

memperoleh riwayat pasien dan, terutama, sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan.

2) Palpasi

Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah

kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah

diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan memberikan

informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk konsistensi dan mobilitas/gerakan

komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah terdapat abnormalitas

misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat teraba. Palpasi juga efektif

(13)

3) Perkusi

Perkusi adalah menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk

menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya.

Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang berjalan sepanjang

5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda karakteristiknya

tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu.

4) Auskultasi

Auskultasi dilakukan dengan stetoskop. Auskultasi adalah ketrampilan untuk

mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian

dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah

suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen,

dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi

dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan waktunya. Dokter akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara

Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh.

Selama pemeriksaan fisik, dokter melakukan langkah-langkah yang dapat

menjamin keamanan pasien dan dokter sendiri terhadap transmisi penyakit yang

dapat menyebar melalui darah dan untuk mencegah komtaminasi-silang. Cairan tubuh

yang dianggap bersifat infeksius atau dapat menyebarkan infeksi antara lain

ludah/saliva, darah, semen, cairan vagina, cairan serebrospinal, cairan amnion, cairan

(14)

pedoman langkah-langkah yang harus diikuti untuk membantu mencegah penularan

penyakit infeksi selama pemeriksaan fisik.

d. Memberikan terapi

Terapi adalah program pengobatan yang diberikan kepada pasien oleh dokter

spesialis berdasarkan penegakan diagnosis atas kesimpulan tentang penyakit yang

diderita pasien berdasarkan analisis terhadap gejala, tanda, dan hasil-hasil

pemeriksaan penunjang. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik kepada pasien, dokter

spesalis akan memberikan terapi kepada pasien. Terapi yang diberikan

bermacam-macam tergantung jenis penyakit, lama waktu pengobatan dan stadium penyakit.

Dalam memberikan terapi seperti obat biasanya dokter selalu menganjurkan cara dan

waktu yang tepat untuk mengkonsumsi obat dan dianjurkan bagi pasien dan keluarga

untuk memberikan makanan yang bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan

pasien. Selain itu, terapi dokter spesialis sesuai dengan kemampuan keluarga pasien

dalam menyediakan obat-obat yang akan diberikan kepada pasien, karena biaya

pembelian obat cenderung berjenis atau berbeda-beda nilainya tergantung merek dan

jenisnya.

e. Terminasi

Termin adalah jangka waktu, babak, tahap dalam suatu aktivitas (Pusat

Bahasa Depdiknas, 2008). Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara

petugas kesehatan dengan klien. Tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara

(15)

terminasi ini klien akan bertemu kembali pada waktu yang telah ditentukan, sedangkan

terminasi akhir terjadi jika klien selesai menjalani pengobatan (Uripni, 2002).

Pada fase terminasi tenaga kesehatan membuat kesimpulan hasil kunjungan

berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga. Menyusun

rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sekarang ditangani dan

masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh keluarga sangat penting dilakukan

pada fase terminasi.

Stuart G.W. (2007) menyatakan bahwa proses terminasi petugas

kesehatan-klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut

tidak dilakukan dengan baik oleh perawat/dokter, maka regresi dan kecemasan dapat

terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh

kemampuan perawat/dokter untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan

klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya

2.4. Kepuasan

2.4.1 Pengertian Kepuasan

Kata ”kepuasan atau satisfaction” berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “factio” (melakukan atau membuat). Kepuasan dapat diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat sesuatu memadai’

(Tjiptono, 2005). Kepuasan juga dapat diartikan sebagai tingkat perasaan seseorang

setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan

(16)

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah

hal penting yang memengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset

yang sangat berharga karena apabila pasien puas maka pasien akan terus melakukan

pemakaian terhadap jasa sesuai pilihannya, tetapi bila tidak puas pasien akan

menceritakan dua kali lebih buruk tentang pengalaman yang telah dialaminya.

Kepuasan pelanggan atau bisa disebut pelanggan pada industri rumah sakit

merupakan konsep yang sangat terkenal dan senantiasa digunakan pada berbagai

disiplin ilmu Andreassen (1994). Terdapat banyak definisi mengenai kepuasan

pelanggan, diantaranya adalah menurut Oliver yang dikutip Supranto (2001) yang

mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan karakteristik pelanggan yang

merasa surprise atas harapannya. Kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan

terhadap evaluasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang

dirasakan (Tse, 2001)

Parasuraman et al. (1988) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan sebagai perbandingan antara layanan yang diharapkan (expectation) dan kinerja (performa). Sementara itu Engel et.al. yang dikutip Tjiptono (2005) mengungkapkan bahwa

kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli yang mana alternatif yang dipilih

sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak

memenuhi harapan pelanggan. Definisi-definisi mengenai kepuasan pelanggan

tersebut secara umum menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi

(17)

Kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami

setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan

harapan-harapannya. Dari berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli bisa

disimpulkan definisi kepuasan pelanggan adalah respon dari perilaku yang

ditunjukkan oleh pelanggan dengan membandingkan antara kinerja atau hasil yang

dirasakan dengan harapan. Apabila hasil yang dirasakan dibawah harapan, maka

pelanggan akan kecewa, kurang puas bahkan tidak puas, namun sebaliknya bila

sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas dan bila kinerja melebihi harapan,

pelanggan akan sangat puas (Kotler, 2009)

Menurut Tjiptono (2005) beberapa metode yang digunakan perusahaan untuk

memantau kepuasan pelanggannya, diantaranya adalah :

1. Sistem keluhan dan saran

Memberikan kesempatan bagi pelanggan untuk menyampaikan saran, keluhan

dan pendapat pelanggan mengenai produk/jasa. Metode ini bersifat pasif sehingga

agak sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan atau ketidakpuasan

pelanggan. Tidak semua pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan keluhannya,

bisa saja pelanggan beralih kepada penyedia jasa lain dan tidak menggunakan lagi

penyedia jasa tersebut. Upaya mendapatkan saran dari pelanggan juga sulit

diwujudkan terlebih bila perusahaan tidak memberikan timbal balik yang memadai

kepada pelanggan yang telah bersusah payah berpikir menyumbangkan ide untuk

(18)

2. Survei kepuasan pelanggan

Survei kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan kuesioner, baik melalui

pos, telepon maupun wawancara pribadi. Melalui survei perusahaan akan

memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan sekaligus

memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian kepada

pelanggannya. Pengukuran kepuasan konsumen melalui metode ini dapat dilakukan

dengan berbagai cara, antara lain :

a. Directly Reported Satisfaction

Pengukuran dilakukan secara langsung kepada konsumen melalui pertanyaan

seperti ”ungkapan seberapa puas anda terhadap pelayanan perusahaan dengan skala

sebagai berikut: sangat tidak puas, tidak puas, kurang puas, puas, sangat puas.

b. Derived dissatisfaction

Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal yang utama, yakni besarnya

harapan konsumen terhadap atribut tertentu, dan besarnya kinerja yang mereka

rasakan.

c. Problem analysis

Konsumen yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua hal

pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran

dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan.

d. Importance – performance analysis

Dalam teknik ini, responden diminta merangking berbagai elemen/atribut

tersebut. Selain itu responden diminta merangking seberapa baik kinerja perusahaan

(19)

e. Ghost shopping

Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost shopes) untuk berperan sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Selanjutnya gost shopes tersebut menyampaikan temuan-temuan mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman

pelanggan dalam membeli produk tersebut.

f. Lost customer analysis

Perusahaan berusaha menghubungi pelanggannya yang telah berhenti

membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan adalah akan diperoleh

informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini akan sangat bermanfaat bagi

perusahaan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance

produk/jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan akan merasa puas

apabila harapannya terpenuhi dan akan sangat puas jika harapan pelanggan

terlampaui (Supranto, 2001). Terpenuhinya kebutuhan pasien akan memberikan

gambaran kepuasan pasien, oleh karena itu tingkat kepuasan pasien sangat tergantung

pada pandangan pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan.

2.4.2 Kepuasan Pasien

Pasien adalah seseorang yang menerima pelayanan medis. Sering kali, pasien

menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk

memulihkannya. Kepuasan pasien dapat juga diartikan sebagai suatu sikap konsumen,

(20)

pernah dirasakannya. Minat seseorang untuk menggunaakan kembali jasa pelayanan

rumah sakit akan sangat dipengaruhi oleh pengalamannya yang lampau waktu

memakai jasa yang sama dalam menerima pelayanan (Supranto, 2001).

Kepuasan pasien dapat dilihat dari hak-hak yang dimiliki pasien yang

terpenuhi. Adapun berbagai hak pasien di rumah sakit menurut UU No. 29 Tahun

2004, yaitu:

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

dimaksud dalam pasal 45 ayat (3), yaitu :

(i) Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

(ii) Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

(iii) Alternatif tindakan lain dan risikonya;

(iv) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

(v) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. Menolak tindakan medis; dan

e. Mendapat isi rekam medis.

Sedangkan kewajiban pasien menurut UU No. 29 Tahun 2004, yaitu:

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;

(21)

2.4.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepuasan

Irawan (2008) menyatakan lima komponen yang dapat mendorong kepuasan

pelanggan, yaitu :

1. Kualitas produk

Kualitas produk mencakup enam elemen, yaitu performance, durability, feature, reliability, consistency, dan design. Setelah membeli dan menggunakan suatu produk, pembeli akan merasa puas bila ternyata kualitas produknya baik atau

berkualitas.

2. Kualitas pelayanan

Salah satu konsep service quality adalah ServQual sangat tergantung dari tiga faktor, yaitu : 1) sistem, 2) teknologi, 3) manusia. Berdasarkan konsep ServQual,

komponen ini mempunyai banyak dimensi, yaitu : reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible.

3. Faktor emosional

Kepuasan konsumen yang diperoleh pada saat menggunakan suatu produk

yang berhubungan dengan gaya hidup. Kepuasan pelanggan didasari atas rasa

bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, dan sebagainya.

4. Harga

Komponen harga sangat penting karena dinilai mampu memberikan kepuasan

yang relatif besar dalam industri ritel. Harga yang murah akan memberikan kepuasan

(22)

5. Kemudahan

Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk atau

jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan efisien dalam

mendapatkan produk atau pelayanan.

Menurut Jacobalis (2000) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman

sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang sering ditemukan berkaitan dengan sikap dan

perilaku petugas rumah sakit, seperti ; keterlambatan pelayanan oleh perawat dan

dokter, dokter tertentu sulit ditemui, dokter kurang komunikatif dan informatif,

perawat yang kurang ramah dan tanggap terhadap kebutuhan pasien, lamanya proses

masuk perawatan, aspek pelayanan ‘hotel’ dirumah sakit serta kebersihan, ketertiban,

kenyamanan dan keamanan rumah sakit.

Kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain

diantaranya : hubungan antara perusahaan dengan pelanggan yang harmonis,

memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas

pelanggan, serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang

menguntungkan bagi perusahaan. Konsumen yang puas akan kembali memanfaatkan

jasa yang sama, sebaliknya konsumen yang tak puas akan memberitahu orang lain

tentang pengalaman tersebut. Jacobalis menyatakan bahwa variabel non medis ikut

menentukan kepuasan pasien, antara lain : umur, tingkat pendidikan, latar belakang

sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman

(23)

2.5 Kualitas Pelayanan

2.5.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas sebagaimana yang diinterpretasikan ISO 9000 merupakan perpaduan

antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat

memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. Pelanggan yang menentukan dan

menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya

(Lupiyoadi, 2001). Sedangkan menurut Wyckof yang dikutip oleh Tjiptono (2005)

kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas

tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Dalam menghadapi persaingan antar rumah sakit (perusahaan) yang semakin

ketat, maka rumah sakit bersaing untuk memikat agar para pelanggannya tetap loyal

dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit yang diberikannya. Salah satu

aspek yang perlu mendapatkan perhatian penting adalah kualitas layanan yang

diberikan oleh rumah sakit. Kualitas layanan berpusat pada upaya pemenuhan

kebutuhan dan keinginan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi

harapan pelanggan. Ada dua faktor yang memengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berpikir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti citra kualitas yang baik bukanlah

berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa melainkan berdasarkan sudut

pandang atau persepsi pelanggan.

Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada presepsi

(24)

berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan

sudut pandang atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa

merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa.

Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang sangat populer dan hingga kini

banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model Service Quality yang

dikemukakan oleh Parasuraman et al. (1988). Parasuraman mengidentifikasi lima

kelompok karakteristik yang digunakan konsumen dalam mengevaluasi kualitas jasa.

Karakteristik ini dijadikan sebagai variabel untuk kualitas pelayanan dalam penelitian

ini meliputi:

1) Keandalan (Reliability), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada

konsumen dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah penilaian pasien

terhadap kemampuan tenaga kesehatan.

2) Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu kemampuan petugas memberikan

pelayanan kepada konsumen dengan tanggap. Dalam pelayanan rumah sakit adalah

penilaian pasien terhadap kemampuan petugas merespon keluhan.

3) Jaminan (Assurance), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada

konsumen sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kejelasan

tenaga kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan pengobatannya

kepada pasien.

4) Empati (Empathy), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan

(25)

petugas kesehatan dalam memberikan informasi, keikutsertaan pasien dalam

mengambil keputusan pengobatan, dan mendengar keluhan pasien.

5) Bukti Langsung (Tangibles), yaitu penampilan petugas dalam memberikan

pelayanan. Dalam pelayanan rumah sakit adalah keramahan, menyapa, kesopanan

dan kenyamanan berkomunikasi.

2.6 Landasan Teori

Kualitas pelayanan dokter merupakan driver dari kepuasan pelanggan yang bersifat multidimensi. Teori yang mendasari kualitas pelayanan mengacu kepada

konsep SERVQUAL yang dikemukakan Parasuraman et al, (1988) merumuskan

model kualitas pelayanan terdiri atas lima dimensi yaitu: keandalan (reliability), daya tanggap (responsivenes), jaminan (assurance), empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles), berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Sebagai alasan menggunakan teori kualitas jasa pelayanan ini karena teori ini masih relevan digunakan terhadap

rumah sakit sebagai jasa pelayanan kesehatan.

Gambar 2.1 Landasan Teori Sumber : Parasuraman et al, (1988)

(26)

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seorang pasien yang muncul

setelah membandingkan antara persepsinya terhadap suatu pelayanan jasa yang

diterimanya dengan yang diharapkan (Kotler, 2005). Hal ini memberikan makna

bahwa kepuasan pasien merupakan fungsi dari kinerja dan harapan. Jika kinerja

berada dibawah harapan, maka pasien merasa tidak puas demikian juga sebaliknya.

2.7. Kerangka Konsep

Mengacu kepada landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat

disusun kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Pelayanan Profesional

Dokter Spesialis

1. Kompetensi Dokter : a. Persiapan

b.Anamnesis

c. Pemeriksaan fisik d.Pemberian terapi

e. Terminasi Kepuasan Pasien Umum di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

Gambar

Gambar 2.1 Landasan Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Merely the application of the M4P market system framework (Figure 1) to a typical RAS system, illustrates the usefulness of this framework – but also the importance

Deskripsi Mata Kuliah : Matakuliah ini membahas tentang: penerapan hasil penemuan IPA dalam teknologi; penerapan fisika, biologi, dan kimia, dalam kehidupan

Sedangkan untuk pedagang kelontongan lantai 2 lantai sebesar 0,08 kg/ m 2 / hari, pedagang daging 0,20 kg/ m 2 / hari dan pedagang kue sebesar 0,10 kg/ m 2 / hari mempunnyai data

[r]

penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi menulis karangan narasi pada siswa kelas IV MI NU A Hidaah ancuran Kecamatan Bawen

white shrimp ( Litopenaeus vannamei) diets can significantly improve growth performance and could 10. protect the shrimp from bacterial infection by presumably enhancing

koheren, (3) membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat, (4) menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan,

[r]